laporan pendahuluan post laparotomy eksplorasi

22
LAPORAN PENDAHULUAN POST LAPAROTOMY EKSPLORASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah Di susun Oleh : Erma Sugihartini 4003160056

Upload: erma-sugihartini

Post on 27-Dec-2015

2.667 views

Category:

Documents


158 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

LAPORAN PENDAHULUAN POST LAPAROTOMY EKSPLORASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Di susun Oleh :

Erma Sugihartini

4003160056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG

2014

Page 2: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

LAPORAN PENDAHULUAN POST LAPARATOMY EKSPLORASI

Nama Mahasiswa : Erma Sugihartini

Nim : 4003160056

Ruang : Bedah Umum

I. Pengertian

Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada

dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).

Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan

usus dan biasanya terjadi pada usus halus, yang mana tujuan prosedur tindakan pembedahan

dengan membuka cavum abdomen adalah untuk eksplorasi (Arif Mansjoer, 2000).

Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi

(Lakaman:2000;194). Pembedahan perut sampai membuka selaput perut.

Ada 4 cara pembedahan laparatomy yaitu;

a. Midline incision

b. Paramedian, yaitu 2,5 cm), panjang (12,5 cm).; sedikit ke tepi dari garis tengah

c. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya

pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

d. Transverse lower 4 cm diabdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian

bawah atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.

II. Etiologi

Etiologi sehingga di lakukan laparatomy adalah karena di sebabkan oleh beberapa hal

(Smeltzer, 2001) yaitu;

1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak

diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang

menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :

Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang

disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.

Page 3: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang

dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau

sabuk pengaman (sit-belt).

2. Peritonitis

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga

abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer

dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar

kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster

dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),

sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.

3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)

aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai

kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari

obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan

gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila

penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa  perlengketan (lengkung usus

menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut

setelah pembedahan abdomen), Intusepsi      (salah satu bagian dari usus menyusup

kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus

(usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian

menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat

distensi),  hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan

otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus

atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).

4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks

Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian

inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi

lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa

menyebabkan inflamasi.

5. Tumor abdomen

6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)

7. Abscesses (a localized area of infection)

8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)

Page 4: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)

10. Intestinal perforation

11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)

III. Manisfestasi Klinik

Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :

Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan

Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.

Kelemahan

Mual, muntah, anoreksia

Konstipasi

IV. Patofisiologi

Rongga abdomen memuat baik organ-organ yang padat maupun yang berongga. Trauma

tumpul kemungkinan besar menyebabkan kerusakan yang serius bagi organ-organ padat, dan

trauma penetrasi sebagian besar melukai organ-organ berongga. Kompresi dan perlambatan

dari trauma tumpul menyebabkan fraktur pada kapsula dan parenkim organ padat, sementara

organ berongga dapat kolaps dan menyerap energi benturan. Bagaimanapun usus yang

menempati sebagian besar rongga abdomen, rentan untuk mengalami oleh trauma penetrasi.

Secara umum, organ-organ padat berespons terhadap trauma dengan perdarahan. Organ-

organ berongga pecah dan mengeluarkan isinya dan ke dalam rongga peritoneal

menyebabkan peradangan dan infeksi.

            Diagnosis dini adalah penting pada trauma abdomen. Pasien yang memperlihatkan

adanya cedera abdomen penetrasi fasia dalam peritoneal, ketidakstabilan hemodinamik, atau

tanda-tanda dan gejala-gejala abdomen akut dilakukan eksplorasi dengan pembedahan. Pada

kebanyakan kasus trauma abdomen lainnya, dilakukan lavase peritoneal diagnostic (LPD).

LPD yang positif juga mengharuskan dilakukan ekplorasi pembedahan.

            Baik LPD ataupun scan CT adalah 100 % diagnostic, sehingga pasien-pasien trauma

dengan hasil negatif harus diobservasi. Dilakukan serangkaian pengukuran tingkat hematokrit

dan amylase. Pengobatan nyeri mungkin ditunda sehingga tidak mengaburkan tanda-tanda

dan gejala-gejala yang potensial. Masukan per oral juga ditunda untuk berjaga-jaga jika

diperlukan pembedahan. Pasien dikaji untuk mendapatkan tanda-tanda abdomen akut :

distensi, rigiditas, guarding dan nyeri lepas. Eksplorasi pembedahan menjadi perlu dengan

adanya awitan setiap tanda-tanda dan gejala-gejala yang mengindikasikan cedera.

Page 5: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Penggunaan T abdomen telah memperoleh popularitas dan sering digunakan atau sebagai

tambahan pada LPD. Cedera retroperitoneal, seringkali terlewatkan dengan LPD dan bahkan

dengan pembedahan eksplorasi, sering dapat diidentifikasi dengan CT san. Namun CT scan

tidak terlalu diandalkan dalam mendeteksi cedera pada organ-organ berongga.

Pathway

Trauma abdomen Peritonitis Obstruksi Usus Apendisitis

Rawat Inap

Prosedur Tindakan Medis (Pembedahan)

Operasi Laparatomi

Post Operasi Laparatomi Eksplorasi

V. Gambar

Nyeri Akut Kerusakan Integritas jaringan Kulit

Resiko Infeksi

Page 6: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

VI. Komplikasi

Syok

Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai

dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.

Manifestasi Klinis :

- Pucat

- Kulit dingin dan terasa basah

- Pernafasan cepat

- Sianosis pada bibir, gusi dan lidah

- Nadi cepat, lemah dan bergetar

- Penurunan tekanan nadi

- Tekanan darah rendah dan urine pekat.

Hemorrhagi

- Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan

- Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan

tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan

tidak aman dari pembuluh darah yang tidak terikat

- Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena

pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami

erosi oleh selang drainage.

Page 7: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-

basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan

konjungtiva pucat dan pasien melemah.

VII. Pemeriksaan Diagnostik

Praktik standar pada pembedahan mengharuskan agar beberapa tes laboratorium

(jumlah darah lengkap, analisa air kemih, serologi, analisa darah), elektrokardiogram, dan

penyinaran sinar X pada dada dilakukan pada semua penderita dewasa sebelum pembedahan

dilakukan :

a) Penyinaran dengan sinar X

Penyinaran dengan sinar X pada dada hanya dilakukan kalau pada anamnesa dan

gambaran klinik yang ditemukan mencurigakan.

b) Pemeriksaan lainnya

Elektrokardiogram (EKG), tidak dibutuhkan secara rutin pada orang muda yang harus

menjalani prosedur pembedahan yang tidak berat

VIII. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

2. Mempercepat penyembuhan.

3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.

4. Mempertahankan konsep diri pasien.

5. Mempersiapkan pasien pulang

Perawatan pasca pembedahan 

1. Tindakan keperawatan post operasi

a. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output

b. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.

c. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai

drain tercabut.

d. Perawatan luka operasi secara steril.

2. Makanan

Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan

sesudah pembedahan. makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi adalah

makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat diperlukan pada proses

Page 8: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan membantu

meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi. pembatasan diit yang

dilakukan adalah NPO (nothing peroral).

Biasanya makanan baru diberikan jika:

- Perut tidak kembung

- Peristaltik usus normal

- Flatus positif

- Bowel movement positif

3. Mobilisasi

Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil.

Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan

posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan abdomen

dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini. 

4. Pemenuhan kebutuhan eliminasi

Sistem Perkemihan.

- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia

inhalasi, IV, spinal.  

- retensio urine. Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi abdomen bawah (distensi

buli-buli).

- Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi kaji warna, jumlah urine, out put urineà-

Dower catheter  <  komplikasi ginjal 30 ml / jam 

Sistem Gastrointestinal.

- 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapatàMual muntah  menyebabkan

stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher

serta TIO meningkat.

- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus, suara usus (-), distensi

abdomen, tidak flatus.

- Kaji paralitic ileus 

- jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.

- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan

decompresi dan drainase lambung.

Meningkatkan istirahat.

Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.

Memonitor perdarahan.

Page 9: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Mencegah obstruksi usus.

Irigasi atau pemberian obat.

IX. Asuhan Keperawatan Post Laparatomy

1) Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada klien post laparatomy meliputi :

a) Biodata

Identitas Klien,meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

pengkajian, diagnosa medis, tindakan medis.

Identitas Penanggungjawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien, sumber biaya.

b) Lingkup Masalah Keperawatan

Keluhan utama : klien dengan post laparatomy ditemukan adanya keluhan nyeri

pada luka post operasi, mual, muntah, distensi abdomen, badan terasa lemas.

c) Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang. Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat

pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST,

yaitu :

- P (Provokatif atau Paliatif), hal-hal yang dapat mengurangi atau memperberat.

Biasanya klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi. Nyeri bertambah bila

klien bergerak atau batuk dan nyeri berkurang bila klien tidak banyak bergerak atau

beristirahat dan setelah diberi obat.

- Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakan nampak atau terdengar,

dan sejauh mana klien merasakan keluhan utamanya. Nyeri dirasakan seperti

ditusuk-tusuk dengan skala ≥ 5 (0-10) dan biasanya membuat klien kesulitan untuk

beraktivitas.

- R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakah menyebar? Nyeri

dirasakan di area luka post operasi, dapat menjalar ke seluruh daerah abdomen.

Page 10: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

- S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai mengganggu

aktivitas atau tidak. Biasanya aktivitas klien terganggu karena kelemahan dan

keterbatasan gerak akibat nyeri luka post operasi.

- T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan berapa lama nyeri itu

hilang selama periode akut. Nyeri dapat hilang timbul maupun menetap sepanjang

hari.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadi. Biasanya

klien memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.

3) Riwayat kesehatan Keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan klien,

penyakit turunan maupun penyakit kronis. Mungkin ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.

d) Riwayat Psikologi

Biasanya klien mengalami perubahan emosi sebagai dampak dari tindakan pembedahan

seperti cemas.

e) Riwayat Sosial

Kaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain, dan tenaga kesehatan. Biasanya klien

tetap dapat berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.

f) Riwayat Spiritual

Pandangan klien terhadap penyakitnya, dorongan semangat dan keyakinan klien akan

kesembuhannya dan secara umum klien berdoa untuk kesembuhannya. Biasanya aktivitas

ibadah klien terganggu karena keterbatasan aktivitas akibat kelemahan dan nyeri luka post

operasi.

g) Kebiasaan Sehari-hari

Perbandingan kebiasaan di rumah dan di rumah sakit, apakah terjadi gangguan atau tidak.

Kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : makan, minum, eliminasi Buang Air

Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), istirahat tidur, personal hygiene, dan

ketergantungan. Biasanya klien kesulitan melakukan aktivitas, seperti makan dan minum

mengalami penurunan, istirahat tidur sering terganggu, BAB dan BAK mengalami

penurunan, personal hygiene kurang terpenuhi.

h) Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Page 11: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya kondisi penyakit

yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali bila ada komplikasi lebih

lanjut, badan tampak lemas.

2) Sistem Pernapasan

Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasanmenjadi lebih cepat akibat nyeri,

penurunan ekspansi paru.

3) Sistem Kardiovaskuler

Mungkin ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda kelemahan, kelelahan

yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tekanan darah dan

nadi meningkat.

4) Sistem Pencernaan

Mungkin ditemukan adanya mual, muntah, perut kembung, penurunan bising usus

karena puasa, penurunan berat badan, dan konstipasi.

5) Sistem Perkemihan

Jumlah output urin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat operasi atau karena

adanya muntah. Biasanya terpasang kateter.

6) Sistem Persarafan

Dikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji semua fungsi nervus

kranialis. Biasanya tidak ada kelainan pada sistem persarafan.

7) Sistem Penglihatan

Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya sekret/lesi, reflek pupil terhadap

cahaya, visus (ketajaman penglihatan). Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan pada

sistem penglihatan.

8) Sistem Pendengaran

Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret/lesi, ada tidaknya nyeri tekan,

uji kemampuan pendengaran dengan tes Rinne, Webber, dan Schwabach. Biasanya

tidak ada keluhan pada sistem pendengaran.\

9) Sistem Muskuloskeletal

Biasanya ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri.

10) Sistem Integumen

Adanya luka operasi pada abdomen. Mungkin turgor kulit menurun akibat kurangnya

volume cairan.

11) Sistem Endokrin

Page 12: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Dikaji riwayat dan gejala-gejalayang berhubungan dengan penyakit endokrin, periksa

ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening. Biasanya tidak ada keluhan

pada sistem endokrin.

i) Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium :

- Elektrolit : dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit akibat kehilangan cairan

berlebihan

- Hemoglobin :dapat menurun akibat kehilangan darah

- Leukosit : dapat meningkat jika terjadi infeksi

j) Terapi

Biasanya klien post laparotomy mendapatkan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri,

antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk mengurangi rasa mual.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan

3) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

A. Diagnosa :  Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.

Pengertian:

Pengalaman emosional dan sensori tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan

jaringan secara actual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan (Association for

the Study of  Pain) : Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat

yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.

Indikator:

Melaporkan kenyamanan fisik

Melaporkan kepuasan terhadap pengawasan nyeri\

Melaporkan kenyamanan psikologis

Melaporkan kepuasan terhadap tingkat kemandirian

Ekspresi puas terhadap pengawasan nyeri

Nursing Intervention Classification (NIC):

Page 13: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Melakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri termasuk local, karakteristik,

serangan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau penyebab dan faktor-faktor

pencetus.

Mengobservasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan terutama pada

ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif.

Memastikan klien mendapatkan perawatan analgesic.

Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik dan mengetahui pengalaman nyeri dan

respon klien terhadap nyeri.

Menyediakan informasi tentang nyeri seperti    :  Penyebab, lamanya dan

cara mengantisipasi ketidaknyamanan.

Mengontrol faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi respon ketidaknyamanan.

Mengurangi atau menghilangkan factor-faktor pencetus yang dapat meningkatkan

nyeri .

Memantau kepuasan klien terhadap management nyeri.

B. Diagnosa 2:  Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.

Pengertian: Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu

atau lebih ekstremitas.

Clien outcomes :

Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan indicator 1-5:

1) Ketergantungan/tidak berpartisipasi

2) Membutuhkan bantuan orang lain dan alat

3) Membutuhkan bantuan orang lain

4) Mandiri dengan pertolongan alat bantu

5) Mandiri penuh

Klien akan menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.

Klien akan meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan.

Klien akan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat

bantu (Sebutkan aktivitas dan alat bantunya) ;

Klien akan menyangga berat badan.

Klien akan berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar  sejauh

(sebutkan jaraknya).

Klien akan berpindah dari dan ke kursi/kursi roda.

Klien akan menggunakan kursi roda secara efektif.

Page 14: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Nursing Intervention Classification (NIC):

Terapi aktivitas, ambulasi:

Meningkatkan dan membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki

fungsi tubuh volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau

cedera.

Terapi aktivitas : Mobilitas sendi:

Penggunaan pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau

memperbaiki fungsi tubuh volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan

dari sakit atau cidera

Perubahan posisi:

Memindahkan klien atau bagian tubuh untuk memberikan kenyamanan, menurunkan

resiko kerusakan kulit, mendukung integritas kulit, dan meningkatkan penyembuhan.

C. Diagnosa 3:  Resiko  infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

Pengertian  Peningkatan risiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen.

Clien outcomes:

Fakor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun

klien, pengetahuan yang penting : Pengendalian infeksi, dan secara konsisten

menunjukkan perilaku deteksi resiko dan pengendalian resiko.

Klien menunjukkan pengendalian resiko dengan indicator 1-5 (Tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, konsisten menunjukkan)

Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.

Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat.

Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam

batas normal.

Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi.

Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mkengikuti prosedur pernapasan dan

pemantauan.

Nursing Intervention Classification (NIC) 

Membatasi jumlah pengunjung

Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan

Mengajarkan klien teknik mencuci tangan

Menggunakan sabun anti mikrobakteri bila mencuci tangan

Menggunakan sarung tangan steril

Page 15: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

Menginstruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar

dari ruangan klien

Mempertahankan teknik isolasi

Menyendirikan klien yang terinfeksi

Page 16: Laporan Pendahuluan Post Laparotomy Eksplorasi

DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta.

Ignativicus, Donna D ; Workman, 2006, Medical Surgical Nursing Critical Thinking for

Collaborative Care, Elsevier Saunders, USA.

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2, EGC,Jakarta.

Sjamsurihidayat dan Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

Smetzer S C, Bare B G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2,

EGC, Jakarta.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.