laporan pendahuluan peritonitis

12
LAPORAN PENDAHULUAN PERITONITIS I. Pengertian Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri (http://dokterkharisma.blogspot.com/2008/08/peritonitis.html Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. http://bedah46.blogspot.com/2009/02/peritonitis.html . Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus ; para metritis yang meluas ke peritoneum ; salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum ;atau langsung sewaktu tindakan perabdominal.

Upload: catur-nila-pratiwi

Post on 21-Jan-2016

409 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Peritonitis

LAPORAN PENDAHULUAN

PERITONITIS

I. Pengertian

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam

rongga perut

Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh

iritasi kimiawi atau invasi bakteri

(http://dokterkharisma.blogspot.com/2008/08/peritonitis.html

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan

vaskularisasi dan aliran limpa.

Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga

perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut

dan dinding perut sebelah dalam.

http://bedah46.blogspot.com/2009/02/peritonitis.html.

Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus ; para metritis yang

meluas ke peritoneum ; salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum ;atau langsung sewaktu

tindakan perabdominal.

(Mochtar, Rustam Prof.Dr.1998. SINOPSIS OBSTETRI JILID 1. Jakarta: EGC)

Peritonitis adalah infeksi nifas yang dapat menyebar melalui pembuluh limfe yang berada di

dalam uterus langsung mencapai peritoneum.

(Prawirohardjo, Sarwono.2002.ILMU KEBIDANAN.Jakarta: Tridasa printer)

Page 2: Laporan Pendahuluan Peritonitis

II. Klasifikasi

Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a.Peritonitis bakterial primer

Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum

peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat

monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial

primer dibagi menjadi dua, yaitu:

1.Spesifik : misalnya Tuberculosis

2.Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.

Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan

intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.

Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus

eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.

b.Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa)

Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau

tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis

yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini.

Bakterii anaerob, khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob

dalam menimbulkan infeksi.

Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu peritonitis.

Kuman dapat berasal dari:

- Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam

cavum peritoneal.

- Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan

oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.

- Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya

appendisitis.

Page 3: Laporan Pendahuluan Peritonitis

c.Peritonitis tersier, misalnya:

- Peritonitis yang disebabkan oleh jamur

- Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.

Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya empedu, getah

lambung, getah pankreas, dan urine.

d.Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:

- Aseptik/steril peritonitis

- Granulomatous peritonitis

- Hiperlipidemik peritonitis

- Talkum peritonitis

(http://medlinux.blogspot.com/2007/09/peritonitis.html)

III. Etiologi

Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan

penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus

abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena

trauma abdomen

1. Infeksi bakteri

o Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal

o Appendisitis yang meradang dan perforasi

o Tukak peptik (lambung / dudenum)

o Tukak thypoid

o Tukan disentri amuba / colitis

o Tukak pada tumor

o Salpingitis

o Divertikulitis

Page 4: Laporan Pendahuluan Peritonitis

Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta

hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah

clostridium wechii.

2. Secara langsung dari luar.

o Operasi yang tidak steril

o Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang

disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda

asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.

o Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati

o Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula

peritonitis granulomatosa.

3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran

pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama

adalah streptokokus atau pnemokokus.

IV. Patofisiologi

Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan cairan, masalah

pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem sirkulasi

mengalamin tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah ekstra ke

area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan

tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi darah berkurang,

meningkatkan kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan tekanan abdomen

yang meninggikan diafragma.

(http://homegarden.feedfury.com/content/40426481-askep-peritonitis.html)

Page 5: Laporan Pendahuluan Peritonitis

V. Tanda dan Gejala

peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan

nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama

makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan

infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi,

dehidrasi hingga menjadi hipotensi selain itu perut kembung dan nyeri. Muka penderita mula

– mula yang merah menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.. Nyeri abdomen yang

hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi.

Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar

untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada

wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic

inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada

penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,

pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma

cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dnegan

paraplegia dan penderita geriatric.

(Mansjoer, Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran jilid 1.Jakarta: Fakultas Kedokteran

Unifersitas Indonesia)

VI. Cara Menegakkan Diagnosis

Diagnosis dari peritonitis dapat ditegakkan dengan adanya gambaran pemeriksaan

laboratorium dan X-Ray.

a. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang meningkat

dan asidosis metabolik.

Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein (lebih dari 3

gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur. Biopsi

peritoneum per kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang

khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.

Page 6: Laporan Pendahuluan Peritonitis

b.Pemeriksaan X-Ray

Ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan usus besar

berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus perforasi.

(http://medlinux.blogspot.com/2007/09/peritonitis.html)

VII. Penatalaksanaan

1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan

kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena yang

berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk mengganti elektrolit dan kehilangan

protein. Lakukan nasogastric suction melalui hidung ke dalam usus untuk

mengurangi tekanan dalam usus.

2. Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:

- Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam, ditambah gantamisin 5 mg/kg

berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8

jam

3. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan

perbaikan dapat diupayakan.

4. Pembedahan atau laparotomi mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis.

Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah insisi dan

drainase terhadap abses.

( Saifuddin, Abdul Bari.2008.Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo)

Page 7: Laporan Pendahuluan Peritonitis

LANDASAN ASKEB VARNEY

I. Pengumpulan Data

a. Data Subyektif

Biodata: nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat

Alasan datang dan keluhan utama

Riwayat menstruasi: menarche, siklus haid, lama haid, banyaknya darah

haid, keluhan, HPHT

Riwayat perkawinan: pernikahan ke, lama menikah, jumlah anak

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu: anak ke, umur anak,

tempat lahir, penolong, jenis persalinan, BBL, PB, JK, keadaan saat lahir,

keadaan nifas, keadaan sekarang

Riwayat KB: jenis KB, lama penggunaan, keluhan

Riwayat Laktasi: lama menyusui, keluhan saat menyusui

Riwayat gynekologi: adakah penyakit yang berhubungan dengan organ

reproduksi

Riwayat penyakit ibu dan keluarga

Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

B. Data Obyektif

Pemeriksaan umum: Keadaan Umum (Tekanan Darah,Nadi, Suhu,Respirasi dan

Berat Badan).

Page 8: Laporan Pendahuluan Peritonitis

Pemeriksaan fisik : Kepala dan leher, Dada dan Axila, Abdomen, Genetalia dan

Anus, dan Extremitas.

II. Interpretasi Data Dasar

Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji

kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori

patologis. Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis

peritonitis

III. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa dan atau masalah yang di

tuntut untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang merupakan

akibat dari masalah /diagnosa yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi,

bila kemungkinan di lakukan pencegahan. Bidan di harapkan dapat bersiap-

siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

IV. Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi dan

Rujukan

Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal,.

Tindakan segera bisa merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa juga

merupakan hasil kolaborasi dengan profesi lain.

V. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kapada

diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi

klien saat di beri asuhan.

VI. Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara Efisien

Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah di

rencanakan pada langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi, tindakan

segera, support, kolaborasi, bimbingan, konseling, pemeriksaan dan follow up.

VII. Evaluasi

Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah

Page 9: Laporan Pendahuluan Peritonitis

terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien

dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa

yang harus di lakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.