laporan pendahuluan nifas

21
LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS (PUERPERIUM) A. Pengertian Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, dimulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. (Bahiyatun, 2009) Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi. ( Saifuddin, 2006 ) Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru. (Mitayani, 2009) Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa

Upload: nia-handayani

Post on 23-Jan-2016

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

LAPORAN PENDAHULUAN

MASA NIFAS (PUERPERIUM)

A. Pengertian

Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut

puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan.

Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (puerperium)

adalah masa pulih kembali, dimulai dari persalinan selesai hingga alat-alat

kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu.

(Bahiyatun, 2009)

Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang

diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.

Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi. ( Saifuddin,

2006 )

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu

kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya

anggota keluarga baru. (Mitayani, 2009)

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas

waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah

tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa

nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat

reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

B. Fisiologi

1. Sistem Reproduksi

a. Involusio Uterus

Setelah persalinan uterus akan mengalami involusio dengan cepat

selam 7-10 hari, kemudian berlanjut secara berangsur-angsur sampai

kembali seperti semula setelah 6 minggu berat uterus dari 1000 gram

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

menjadi 50 gram, dengan panjang ± 8 cm dan penurunan tinggi

fundus uteri ± 1cm setiap harinya.

Tabel 1. Penurunan Tinggi Fundus Uteri

Involusio Tinggi funus uteri Berat uterus

Placenta lahir

7 hari/1minggu

14 hari/2 minggu

42 hari/ 6 minggu

56 hari/ 8 minggu

Sepusat

½ pusat symphisis

Tak teraba

Sebesar hamil 2 minggu

Kembali normal

1000 gr

500 gr

350 gr

50 gr

30 gr

b. Kontraksi uterus

Setelah persalinan kontraksi uterus akan mengalami penurunan oleh

karena itu perlu diberi obat uterotonika agar kontraksi dapat

dipertahankan dan dapat menjepit pembuluh darah bekas perlakatan

placenta sehingga menurunkan perdarahan post partum

c. After pain

Rasa sakit yang mencengkeram perut bagian bawah sering terjadi

pada hari ke 7-10

d. Lochea

Pengeluaran secret/darah dan jaringan deciduas yang nekrosis dari

uterus selama masa nifas dengan jumlah dan warna yang progresif

menurun dan berkurang

1) Lochea rubra yaitu berisi darah segar dan sisa – sisa selaput

ketuban, sel – sel desidu, verniks kaseosa, lanugo dan

mekonium, selama 2 hari paska persalinan

2) Lochea Sanguinolenta yaitu berwarna merah kuning berisi darah

dan lendir, hari ke 3 – 7 pasca persalinan

3) Lochea serosa yaitu berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi

pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan

4) Lochea alba yaitu cairan putih setelah 2 minggu

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

5) Lochea purulenta yaitu terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah dan berbau busuk 

6) Lochea stasis yaitu lochea yang tidak lancar keluarnya

e. Cervik

Segmen bawah rahim (SBR) dan servik tampak oedem, tipis dan

terbuka pada beberapa jam setelah melahirkan, setelah 18 jam servik

akan memendek, konsistensinya agak mengeras, bentuknya akan

kembali seperti semula hanya sedikit terbuka dan melebar atau Fish

Mouth

f. Vulva dan Vagina

Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan sebelum

hamil dalam vagina berangsur – angsur akan muncul kembali

sementara labil menjadi menonjol

g. Perineum

Perineum menjadi kendor dan bengkak karena persalinan. Pada hari

ke-5 sudah dapat kembbali mendapatkan tonusnya, relaksasi dasar

panggul dan otot abdomen di pertahankan

h. Payudara

Terjadi perubahan dengan maturitas selama masa nifas, menjadi lebih

besar, kencang dan rasa nyeri bila digerakkan hal ini karena produksi

ASI, semua ini atas pengaruh hormone prolaktin

2. Adaptasi fisiologis post parum terhadap Post partum

a. Suhu tubuh

Terjadi peningkatan suhu tubuh < 38 C akibat adanya dehidrasi

persalinan, peregangan muskuler dan perubahan hormon

b. System Cardiovaskuler

Tekanan darah systole turun > 20 mmHg, sering terjadi pada ibu dari

posisi telentang, miring atau duduk. Jika terjadi kenaikan tekanan

darah systole > 30 mmHg dan tekanan darah diastole > 15 mmHg

dalam post partum harus curiga adanya preeklampsia post partum

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

c. Tractus urinarius

Selama kehamilan kandung kencing mendapat trauma yang cukup

berat, sehinnga oedema dan tertekan akibatnya terjadi over distensi

dan pemenuhan kandung kencing tidak sempurna sampai 2 hari post

partum

d. Sistem endokrin

Terjadi penurunan progesterone dan estrogen secara berangsur-angsur

sampai tingkat yang normal pada minggu 1. pada wanita yang tidak

menyusui terjadi penurunan prolaktin secara drastis sehingga pada

minggu ke 12 sudah mendapatkan haid kembali

e. Sistem gastrointestinal

Defekasi secara normal akan terhambat pada minggu 1 akibatnya dari

motilitas usus, akibatnya sering terjadi konstipasi

f. Sistem musculoskeletal

Berkurangnya tonus abdomen menjadi lembek dan lemah, senam nifas

akan membantu membentuk dan mengembalinya otot ke keadaan

normal

g. Sistem integument

Cloasma gravidarum, linea nigra dan strie belum hilang secara

sempurna, spider angioma, eritema palmar akan hilang secara

berangsur-angsur sesuai dengan penurunan estrogen

3. Aspek Psikologi pada post partum

Menjadi orang tua adalah masa kritis dan merupakan masa transisi,

kelahiran akan membawa perubahan yang mendasar terhadap hubungan

interaksi dalam keluarga sehingga timbul fase honey moon (dimana

setelah anak lahir terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu, anak

dan ayah)

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

C. Tujuan Perawatan Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

3. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan ia

melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi, kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

5. Memberikan pelayanan keluarga berencana

6. Mempercepat involusi alat kandungan

7. Melancarkan fungsi gastrointestinal atau perkemihan

8. Melancarkan pengeluaran lochea

9. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi

hati dan pengeluaran sisa metabolisme.

D. Perawatan Masa Nifas

1. Perhatian segera setelah melahirkan

Untuk mencegah terjadinya perdarahan, uterus hendaknya dipalpasi

melalui dinding abdomen dengan interval yang sering setelah lengkap kala

tiga persalinan yaitu lahirnya plasenta.

2. Perawatan Vulva

Perawatn vulva dilakukan dengan cara genitalia eksterna dan pantat dicuci

dengan sabun dan air demikian rupa hingga cairan yang mengalir

darivulva dan perineum turun ke anus, jangan kearah sebaliknya.

3. Rasa sakit selanjutnya

Untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada jahitan perineum

dapat dilakukan pengompresan kantong es pada perinium.

4. Ambulasi dini

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

Ambulasi dini dilakukan untuk memulihkan kondisi. Ambulasi juga

banyak menurunkan frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas.

Untuk ambulasi pertama sekurang-kurangnya seorang petugas hendaknya

siap mmbantu mencegah cidera kalau wanita tersebut pingsan.

5. Senam nifas

Senam nifas diperlukan untuk membantu mengembalikan tonus pada

dinding abdomen. Boleh dimulai beberapa waktu setelah persalinan

pervaginam dan segera setalah sakit perut berkurang setelah seksio sesaria.

6. Diet

Diet ibu menyusui, dibandingkan dengan yang dikonsumsi selama hamil

hendaknya agak ditambah, khususnya kalori dan protein.

E. Periode Pada Masa Nifas

1. Puerpurium diri

Yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-

jalan.

2. Puerpurium intermedial

Yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerpurium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat secar sempurna

terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

F. Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan

pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19

minggu dan baru selesai ketika mulai menstruasi, d terbentuknya hormone

estrogen dan progesterone yang berfungsi untuk maturasi alveoli. Sedangkan

hormone prolaktin adalah hormone yang berfungsi untuk produksi ASI

disamping hormone lain seperti insulin,tiroksin dan sebagainya.

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi

ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,kadar estrogen dan

progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominant dan

pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini,

terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,

sehingga sekresi ASI makin lancer. Dua reflek pada ibu yang sangat penting

dalam proses laktasi, reflek prolaktin dan reflek aliran timbul akibat

rangsangan puting susu oleh isapan bayi.

1. Reflek prolaktin

Seperti telah dijelaskan dimuka, dalam puting susu terdapat banyak ujung

saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul impuls ynag menuju

hipotalamus selanjutnya kekelenjar hipofisis bagian depan sehingga

kelenjar ini mengeluarkan hormone prolaktin. Hormon inilah yang

berperan dalam produksi ASI di tingkat Alveoli. Dngan demikian mudah

di pahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula

produksi ASI.

2. Reflek aliran

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar

hipofisis  depan, tetapi ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang

mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memaju kontraksi

otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI

di pompa keluar.

Tiga reflek yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah

1. Refleks menangkap (rooting reflex)

Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah

sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan

mencoba mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu.

2. Refleks menghisap

Reflek ini timbul apabila langit – langit mulut bayi tersentuh, biasanya

oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum, maka

sebagian besar areola mamae harus tertangkap mulut bayi. Maka sinus

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan antara gusi, lidah dan

palatum, sehingga ASI terperas keluar.

3. Refleks menelan

Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelan.

G. Tinjauan Asuhan keperwatan

1. Pengkajian

a. Keadaan umum : self esteem

b. BB, TB, LLA, tanda vital normal (RR konsisten, nadi cenderung

bradikardia, suhu 36°C, respirasi 16-24x/mnt)

c. Kepala : rambut, wajah, mata (konjungtiva), hidung, mulut, telinga

dan leher

d. Payudara : pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, aerola

mammae dan puting susu, kepenuhan atau pembengkakan, benjolan,

nyeri, produksi ASI

e. Abdomen : kontraksi uterus, nyeri, tinggi fundud uteri, strie, distensi

f. Ano-Genital : oedema vagina, hematom, nyeri

g. Perineum     : keadaan luka episiotomi, edema, kemerahan

h. Lochia         : warna, jumlah, bekuan darah 1-3 rubra, 4-10 hari serosa,

> 10 hari alba)

i. Muskuloskeletal : edema, tekstur kulit, nyeri bila di palpasi, kekuatan

otot

2. Rencana asuhan keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma

mekanis, kontraksi uterus sekunder terhadap involusio uteri.

Ditandai dengan :

1) Melaporkan adanya nyeri.

2) Sakit kepala

3) Ketidaknyamanan perineal

4) Nyeri tekan pada uterus

5) Wajah menyeringai

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

Kriteria hasil :

1) Mengidentisfikasi dan memepergunakan intervensi atau mengatasi

ketidaknyamanan dengan tepat

2) Mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan

Intervensi dan Rasional :

1) Beri kompres es pada perineum khusus pada 24 jam pertama

setelah kelahiran

R: Memberi anastesi local meningkatkan vasokontriksi dan

mengurangi oedema

2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi

R: Dapat menunjukkan trauma brlebihan pada jaringan perineal dan

terjadi komplikasi

3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

R: Analgesik dapat mengurangi ambang nyeri

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme

melalui perineum yang ditandai dengan adanya jahitan perineum

Ditandai dengan:

1) Luka perineum masih basah

2) Pengeluaran lochea

3) Kontraksi uterus (-)

Kriteria hasil :

1) Luka episiotomi kering

2) Tidak ada tanda-tanda infeksi

3) Ada kontraksi

Intervensi dan Rasional :

1) Kaji kontraksi uterus dengan memperhatikan perubahan

involusional

R : Kegagalan meometrium untuk involusi pada percepatan ini

menandakan kemungkinan tertahannya jaringan atau infeksi

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

2) Catat jumlah dan bau rebas lochea atau kemajuan dari rubra

menjadi serosa

R : Lochea secara normal bau amis, rabas purulen dan bau busuk

mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra

menjadi serisa sampai alba

3) Perhatikan frekuensi atau jumlah berkemih

R : Stasis urinarius meningkatakan resiko terhadap infeksi

4) Beri HE tentang perawatan luka perineum

R : Meningkatkan pengetahuan pasien dalam proses pencegahan

infeksi

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika

R : Mencegah tanda-tanda dan gejala infeksi

c. Management laktasi berhubungan dengan produksi ASI yang tidak

lancar.

Ditandai dengan :

1) ASI belum keluar atau tidak lancar

2) Payudara kencang

3) Puting susu menonjol

Kriteria Hasil :

1) Pasien dapat melakukan perawatan payudara

2) ASI keluar lancar

Intervensi dan Rasional :

1) Kaji penyebab ASI tidak lancar.

R: mengetahui sebab ketidak lancaran ASI sehingga dapat

dilakukan tindak lanjut.

2) Lakukan perawatan payudara.

R : Untuk merangsang produksi ASI melalui kerja hormone

prolaktin.

3) Motivasi ibu untuk meneteki sesering mungkin.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

R : Hisapan bayi merangsang hormone prolaktin berfungsi untuk

meningkatkan produksi ASI.

4) Motivasi ibu untuk makan nutrisi yang cukup selama menyusui.

R : untuk meningkatkan nutrisi dan memperlancar produksi ASI.

5) Berikan HE tentang perawatan payudara.

R : pasien dapat melakukan sendiri selama ASI belum keluar atau

tidak lancar.

6) Perhatikan posisi bayi selama menyusui.

R : posisi bayi yang tepat biasanya mencegah luka puting tanpa

memperhatikan lama menyusui.

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen pendukung.

R : mencegah terjadinya anemia dan mempercepat proses

pemulihan.

d. Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi

berhubungan dengan kurangnya sumber-sumber infomasi

Ditandai dengan: Mengungkapkan masalah atau kesalahan konsep,

keraguan atau ketidakadekuatan melakukan aktivitas, ketidaktepatan

perilaku

Kriteria hasil :

1) Mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis kebutuhan

individu yang diharapkan

2) Melakukan aktivitas atau prosedur yang perlu dan menjelaskan alas

an-alasan tindakan

Intervensi dan Rasional :

1) Kaji kesiapan pasien dan motivasi untuk belajar

R : mengetahui kesiapan pasien untuk belajar

2) Mulai rencana penyuluhan tertulis dan menggunakan format yang

ada

R : Membantu menstandari informasi dan menurunkan

kebingungan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

3) Beri informasi atau peran program latihan post partum progresif

R : Latihan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasi dan

meningkatkan kesejahteraan

4) Berikan informasi tentang perawatan diri

R : membantu mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan

e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelelahan,

sinkop/pingsan

Tujuan : pasien dapat bermobilisasi dengan baik

Kriteria hasil :

1) Mengutarakan keinginan dan berpartisipasi dalam aktivitas

2) Mendemonstrasikan teknik / tingkah laku yang meningkatkan

kelangsungan / melakukan kembali aktivitas

3) Mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian-

bagian dari tubuh yang terpengaruh

Intervensi :

1) Tentukan kemampuan fungsional ( skala 0-4 ) dan alasan

ketidakseimbangan.

R : Mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang

dibutuhkan.

2) Catat respon emosional / tingkah laku untuk mengubah

kemampuan.

R : Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali

menciptakan perasaan marah, frustasi dan depresi.

3) Rencanakan aktivitas / kunjungan dengan periode istirahat adekuat

sesuai kebutuhan

R : Mencegah kepenatan, menghemat energi dan melanjutkan

partisipasi.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

4) Bantu dalam memindahkan dan ambulasi bila dibutuhkan,

perlihatkan pada pasien / orang-orang yang berpengaruh pada

pasien bagaimana cara-cara bergerak aman.

R : Mencegah terjadinya kecelakaan seperti jatuh atau cedera.

5) Berikan kursi yang kuat dengan tempat duduk yang tinggi dengan

pegangan pada bagian kiri dan kanan.

R : Memudahkan bagi pasien untuk bangun dari posisi duduk.

6) Konsultasikan dengan ahli terapi fisik/ okupasi, spesialis

rehabilitasi.

R : Sangat membantu dalam membuat program latihan / aktivitas

individu dan menentukan alat bantu yang sesuai.

H. Evaluasi

1. Nyeri akan berkurang

2. Tidak terjadi infeksi

3. ASI keluar lancar

4. Mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis kebutuhan individu

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN nifas

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC

Pitriani, Risa dan Rika Andriyani. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan

Ibu Nifas Normal. Yogyakarta: Deepublish