laporan pendahuluan flail chest

15
LAPORAN PENDAHULUAN FLAIL CHEST A. Pengertian Flail Chest Flail chest atau trauma thoraks adalah keadaan di mana beberapa atau hampir semua tulang costae (iga) patah, biasanya di sisi kanan kiri dada yang menyebabkan adanya pelepasan bagian depan dada sehingga tidak bisa lagi menahan tekanan waktu inspirasi dan malahan bergerak kedalam waktu inspirasi. (Northrup,Robert S.1989) Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebih mengalami fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi maka stabilitas dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi daripada bila terjadi pada satu sisi. (Baswick,John A.1988) Flail Chest adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel berturutan (3 iga), dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented) pada tiap iganya. Akibatnya adalah terbentuknya area "flail" yang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi. B. Etiologi

Upload: resvia-arwinda

Post on 17-Dec-2015

646 views

Category:

Documents


104 download

DESCRIPTION

Keperawatan

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN FLAIL CHESTA. Pengertian Flail ChestFlail chest atau trauma thoraks adalah keadaan di mana beberapa atau hampir semua tulang costae (iga) patah, biasanya di sisi kanan kiri dada yang menyebabkan adanya pelepasan bagian depan dada sehingga tidak bisa lagi menahan tekanan waktu inspirasi dan malahan bergerak kedalam waktu inspirasi. (Northrup,Robert S.1989)Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebih mengalami fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi maka stabilitas dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi daripada bila terjadi pada satu sisi. (Baswick,John A.1988)Flail Chest adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel berturutan (3 iga), dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented) pada tiap iganya. Akibatnya adalah terbentuknya area "flail" yang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.B. EtiologiFlail Chest berkaitan dengan trauma thorak, yang dapat disebabkan oleh:1. Trauma TumpulPenyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain: Kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada lantai yang keras atau akibat perkelahian.2. Truma TembusPenyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa: Luka tusuk dan luka tembak3. Disebabkan bukan traumaYang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur,seperti pada gerakan olahraga: Lempar martil, soft ball, tennis, golf.C. Krepitasi Kompensasi:Takikardi Lengkung iga akan lebih melengkung lagi ke arah lateralFraktur iga multipel segmental (Flail Chest)Adanya segmen yang mengambang (flail)Gangguan pergerakan dinding dada Trauma kompresi anteroposterior dari rongga thoraxSesak nafasNyeri dadaSaturasi O2 O2 , CO2Sianosis Gerakan nafas paradoksal Fungsi ventilasi menurun Saat inspirasi, rongga dada mengembang Gerakan fragmen costa yang patah menimbulkan gesekan antara ujung fragmen dengan jaringan lunak sekitarStimulasi sarafPatofisiologi

D. Manifestasi KlinisTanda dan gejala yang biasanya tampak untuk menegakkan diagnosa flail Chest adalah:1. Tampak adanya gerakan paradoksal segmen yang mengambang, yaitu pada saat inspirasi ke dalam, sedangkan pada saat ekspirasi keluar. Keadaan ini tidak akan tampak pada klien yang menggunakan ventilator.2. Sesak nafas3. Takikardi4. Sianosis5. Akral dingin6. Wajah pucat7. Nyeri hebat di bagian dada karena terputusnya integritas jaringan parenkim paru.E. KomplikasiGagal nafas yang disebabkan oleh adanya ineffective air movement (Tidak efektifnya pertukaran gas), yang seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri.F. Pemeriksaan PenunjangAdapun pemeriksaan yang dibutuhkan adalah1. Rontgen Standar Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapat menunjukkan jumlah dan tipe costae yang mengalami fraktur Pada pemeriksaan foto thorak pada pasien dewasa dengan trauma tumpul thoraks, adanya gambaran hematothoraks, pneumotoraks, dan kontusio pulmo menunjukkan hubungan yang kuat dengan gambaran fraktur kosta.2. EKG3. Monitor laju nafas, Analisis Gas Darah (AGD)4. Pulse OksimetriG. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan Konservatifa. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dadab. Pemasangan plak/plester yang menahan fraktur costae bergerak keluarc. Jika perlu antibiotikad. Fisiotherapy2. Penatalaksanaan Operatif / invasifa. Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)b. Pemasangan alat bantu nafasc. Chest tubed. Aspirasi (thoracosintesis)e. Operasi (bedah thoraxis)f. Tindakan untuk menstabilkan dada: Miringkan pasien pada arah daerah yang terkena. Gunakan bantal pasien pada daerah dada yang terkenag. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada kriteria: Gejala contusio paru Syok atau cedera kepala berat Fraktur delapan atau lebih tulang iga Umur diatas 65 tahun Riwayat penyakit paru-paru kronish. Oksigen tambahan2. Asuhan KeperawatanA. Pengkajian1. Identitasa. Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.b. Identitas penanggung jawabIdentitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.2. Riwayat Kesehatanb. Keluhan utamaMerupakankeluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada saat bernafas.

c. RiwayatkesehatansekarangMerupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.d. Riwayat kesehatan yang laluPerlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya.

3. Pengkajian pasien dengan pendekatan per sistem dengan meliputi :a. Aktivitas / istirahatGejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.b. SirkulasiTanda : Takikardia, disritmi, irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda Homman, hipotensi/hipertensi ; DVJ.c. Integritas egoTanda : ketakutan atau gelisah.d. Makanan dan cairanTanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.e. Nyeri/ketidaknyamananGejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.f. PernapasanGejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.g. KeamananGejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

h. Penyuluhan /pembelajaranGejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru.4. Pengkajian Sistem

B1 (Breath)TakipneaPeningkatan kerja napasBunyi napas turun atau tak adaFremitus menurunPerkusi dada hipersonanGerakkkan dada tidak samaKulit pucatSianosisBerkeringatKrepitasi subkutanMental ansietasPenggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.

B2 (Bleed)TakikardiaDisritmiaIrama jantunng gallopsNadi apical berpindahTanda HommanHipotensi/hipertensiDistensi Vena Jugularis

B3 (Brain)BingungGelisahPingsan

B4 (Blader)Tidak ada kelainan

B5 (Bowel)Tidak ada kelainan

B6 (Bone)Perilaku distraksiMengkerutkan wajah.

B. Diagnosa Keperawatan1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.

C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.a. TujuanKlien akan mendemontrasikan pola nafas efektifb. Kriteria hasil Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor tersebutc. Rencana tindakan Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan Posisikan klien dada posisi semi fowler Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif Minimalkan distensi gaster Kaji pernafasan selama tidur Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea

2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.a. Tujuan Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatanb. Kriteria hasil Klien menyatajkan nyei berkurang Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat Tekanan darah normal Tidak ada peningkatan nadi dan RRc. Rencana Tindakan Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi Jelaskanprosedu sebelum memulai Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan Observasi tanda-tanda vital Kolaborasi : pemberian analgetik

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.a. TujuanKerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatanb. Kriteria hasil Penyembuhan luka sesuai waktu Tidak ada laserasi, integritas kulit baikc. Rencana Tindakan Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae Monitor suhu tubuh Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi Kolaborasi pemberian antibiotik.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.a. TujuanKerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatanb. Kriteria hasil1. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin2. Mempertahankan posisi fungsinal3. Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit4. Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitasc. Rencana Tindakan Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan Tinggikan ekstrimutas yang sakit Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhanAwasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas Ubah psisi secara periodik Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCDoenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGCDorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGCSomantri, Iman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika