laporan pendahuluan askep apendiksitis

8
LAPORAN PENDAHULUAN APPENDISITIS A. KONSEP ASKEP I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001). II. ETIOLOGI Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c. Benda asing III. PATOFISIOLOGI Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat

Upload: hajikomar

Post on 15-Sep-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yess

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN APPENDISITIS

A. KONSEP ASKEP

I.PENGERTIANAppendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).

II.ETIOLOGI Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:a. Fekalis/ massa keras dari fesesb. Tumor, hiperplasia folikel limfoidc. Benda asing

III. PATOFISIOLOGIAppendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi berisi pus. (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat menyebabkan peradanganyang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren yang disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang dsebut infiltrat apendikularis. Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau menghilang.Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000).

IV Pathway Pathway Apendicitis

V.TANDA DAN GEJALA Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan Mual, muntah Anoreksia, malaisse Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney Spasme otot Konstipasi, diare(Brunner & Suddart, 1997)

VI.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75% Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin adaFoto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisirTanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)

VII.KOMPLIKASI Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks Tromboflebitis supuratif Abses subfrenikus Obstruksi intestinal

VIII.PENATALAKSANAAN Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Brunner & Suddart, 1997)

B. KONSEP ASKEP

1. PENGKAJIANMenurut Doengoes, 19991.Aktivitas/ istirahat: Malaise2.Sirkulasi : Tachikardi3.Eliminasi> Konstipasi pada awitan awal> Diare (kadang-kadang)> Distensi abdomen> Nyeri tekan/lepas abdomen> Penurunan bising usus4.Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah5.KenyamananNyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam6.Keamanan : demam7.Pernapasan> Tachipnea> Pernapasan dangkal (Brunner & Suddart, 1997)

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI1.Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasiTujuan : tidak terjadi infeksiKriteria: Penyembuhan luka berjalan baik Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen Tekanan darah >90/60 mmHg Nadi < 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal Abdomen lunak, tidak ada distensi Bising usus 5-34 x/menitIntervensi:a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebata. Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkalb. Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising ususc. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptikd. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitemae. Kolaborasi: antibiotik

2.Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedahKriteria hasil: Persepsi subyektif tentang nyeri menurunTampak rileksPasien dapat istirahat dengan cukupIntervensi:a. Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyerib. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowlerc. Dorong untuk ambulasi dinid. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegange. Hindari tekanan area poplitealf. Berikan antiemetik, analgetik sesuai program

3.Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasiKriteria hasil; Membran mukosa lembab Turgor kulit baik Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam Tanda vital stabilIntervensi:a. Awasi tekanan darah dan tanda vialb. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refillc. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasid. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatuse. Berikan perawatan mulut seringf. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransig. Berikan cairan IV dan Elektrolit

4.Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi Kriteria: Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan Berpartisipasidalam program pengobatanIntervensia. Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasib. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatperiodikc. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandid. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase (Doenges, 1993)

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

4. Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EG