laporan pendahulua sepsis.doc

32
LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS NEUNATORUM A. LATAR BELAKANG Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir. Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report : reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi baru lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak

Upload: desiafyati

Post on 17-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS NEUNATORUM

A. LATAR BELAKANGSepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.

Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report : reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi baru lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor resiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.

Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam.Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor.(Surasmi, 2003)

B. DEFINISI

Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Muscari, Mary E, 2005).Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2005)Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. (Surasmi, Asrining, 2003).Jadi sepsis neonaturum adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh adanya bakteri pada aliran darah bayi pada bulan pertama.

Klasifikasi Sepsis:1. Sepsis dini terjadi 7 hari pertama kehidupan.

Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.2. Sepsis lanjutan/nosokomialyaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.C. ETIOLOGI1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis.

2. Zat-zat pathogen dapat berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering dari sepsis Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 70 %. (http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-bayi-sepsis.html) diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.

3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.4. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :

1. Perdarahan

2. Demam yang terjadi pada ibu

3. Infeksi pada uterus atau plasenta

4. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)

6. Proses kelahiran yang lama dan sulitD. PATOFISIOLOGI

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005)Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu :1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahunc. Kurangnya perawatan prenatal.d. Ketuban pecah dini (KPD)e. Prosedur selama persalinan.2. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.2. Faktor Lingkungan

a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu :

a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.

b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea).

c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.Pohon Masalah

Zat-zat patogen (bakteri,virus,jamur)

Rangsangan endo/eksotoksin

sistem imunologi

aktivasi magrofag sekresi berbagai Aktivasi komplemen&

sitokinin& mediator neutrofil

disfungsi&kerusakan endotel

aktivasi sistem koagulasi&trombosit

Gangguan perfusi ke berbagai jaringan

& disfungsi organ multiple

Sepsis

Pathway

E. MANIFESTASI KLINIS1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly

3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih, sianosis.4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembungGejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar

2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena

4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat

5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah

F. KOMPLIKASI

1. Meningitis

2. Hipoglikemia, asidosis metabolik

3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial

4. ikterus/kernikterus

G. PEMERIKSAAN PENUNJANGBila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh.Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2). 1. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.2. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme.3. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.4. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya inflamasi.H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Suportif

a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa

b. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia

c. Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi cairan

d. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

e. Awasi adanya hiperbilirubinemia

f. Lakukan transfuse tukar bila perlu

g. Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.

2. Kausatif

Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.I. PENCEGAHAN

1. Pada masa AntenatalPerawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.2. Pada masa PersalinanPerawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

3. Pada masa pasca PersalinanRawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas Pasien2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran

b. Riwayat Prenatal

Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilanc. Riwayat Persalinan

Cara persalinan, trauma persalinan

3. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

1) Kesadaran

2) Vital sign

3) Antropometri

2. Kepala

Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep3. MataApakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, konjungtiva perdarahan dan anemis.4. Sistem GastrointestinalApakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali.5. Sistem PernapasanApakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas6. Tali PusatPeriksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)7. Sistem GenitourinariaApakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali8. Ekstremitas

Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur, normal/abnormal.9. Muskuloskletal

Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris10. Kulit

Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.4. PEMERIKSAAN SPESIFIK1. Apgar Score2. Frekuensi kardiovaskulerApakah ada takikardi, bradikardi, normal3. Sistem Neurologis

Refleks moro

: tidak ada, asimetris/ hiperaktif

Refleks menghisap

: kuat, lemah

Refleks menjejak

: baik, buruk

Koordinasi refleks menghisap dan menelan

5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM1. Sampel darah tali pusat2. Fenil ketonuria3. Hematokrit6. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan system imun2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit3. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi aliran darah.4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi malas minum6. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi sehubungan dengan : kurangnya informasi tentang perawatan bayi.7. INTERVENSI KEPERAWATAN1. DX I: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imunNOC: Risk control

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan klien terbebas dari tanda tanda infeksi

NIC: Infection control

Intervensi :

1. Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien3. Batasi penggunaan alat/prosedur invasive jika memungkinkan4. Gunakan sarung tangan/pakai kain steril pada waktu perawatan5. Buang balutan/bahan yang kotor dalam kantong ganda2. DX II : Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasiNOC : ThermoregulationTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh klien dalam rentan normal

Kriteria Hasil

1.Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37oC)

2.Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)NOC : Fever treatmentIntervensi dan RasionalINTERVENSIRASIONAL

1.Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna kulitPerubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.

2.Observasi adanya kejang dan dehidrasiHipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.

3.Berikan kompres denga air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres.Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar besar yang akan membantu menurunkan demam. Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan penurunan dan peningkatan panas secara drastis.

Kolaborasi

4.Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun.Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan panas dengan segera.

3. DX III : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demamNOC : Fluid balanceTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan volume cairan klien terpenuhiKriteria Hasil1.Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37oC)

2.Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

3.Bayi mau menghabiskan ASI/PASI25 ml/6 jam NIC : Fluid managementIntervensi dan Rasional

INTERVENSIRASIONAL

1.Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna kulitPerubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.

2.Observasi adanya hipertermi, kejang dan dehidrasi.Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.

3.Berikan kompres hangat jika terjadi hipertermi, dan pertimbangkan untuk langkah kolaborasi dengan memberikan antipiretik.Kompres air hangat lebih cocok digunakan pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh karena itu pemberian antipiretik diperlukan untuk segera menurunkan panas, misal dengan asetaminofen.

4.Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan jumlah pemberian yang telah ditentukanPemberian ASI/PASI sesuai jadwal diperlukan untuk mencegah bayi dari kondisi lapar dan haus yang berlebih.

4. DX IV: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume bersirkulasi akibat dehidrasiNOC: Circulation statusTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkana.Kriteria Hasil

1.Tercapai keseimbangan air dalam suang interselular dan ekstraselular

2.Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan

3.Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi jaringan

NIC: Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)Intervensi dan Rasional

INTERVENSIRASIONAL

1.perawatan sirkulasi (misalnya periksa nadi perifer,edema, pengisian perifer, warna, dan suhu ekstremitas)1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena

2.pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan panas/dingin2.mengetahui sensasi perifer, kemungkinan parestesia

3.pantau status cairan3.mengetahui keseimbangan antara asupan dan haluaran

5. DX V : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi malas minumNOC: Weight controlTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

Kriteria hasil: Bayi tidak kehilangan berat badan, Bayi mampu mempertahankan/menunjukkan peningkatan berat badanNIC : Nutrition ManagementIntervensi dan Rasional

1. Berikan cairan parenteral sesuai terapi2. Ukur masukan dan haluaran

3. Timbang berat badan bayi setiap hari

4. Berikan makanan melalui sonde sesuai terapi5. Catat aktifitas bayi dan perilaku makan secara akurat

6. Observasi koordinasi reflek menghisap/menelan

7. Berikan kebutuhan menghisap pada botol sesuai indikasi1. Mengurangi dehidrasi

2. Mencegah pengeluaran atau pemasukan cairan yang berlebihan

3. Mengetahui perubahan berat badan yang signifikan

4. Sonde sebagai pengganti agar pasien tidak kekurangan nutrisi

5. Mengetahui perubahan yang lebih baik6. Refleks menelan yang baik membantu penyembuhan pasien7. Sebagai pengganti sementara agar bayi tidak dehidrasi

6. DXVI : Kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi sehubungan dengan : kurangnya informasi tentang perawatan bayi.NOC: Kowlwdge : disease processTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkanKriteria hasil: Ibu mampu memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis bayi dgn mendemonstrasikan cara-cara merawat bayiNIC: Kowlwdge : disease processIntervensi dan Rasional

1. Kaji pengetahuan klien ttg kebutuhan fisiologis bayi dan adaptasi dengan lingkungan baru spt : mempertahankan suhu tubuh, nutrisi. Berikan koreksi bila melakukan tin-dakan yang salah dgn cara mendiskusikan.

2. Diskusikan ttg kondisi bayi dan reaktifity.

3. Berikan informasi keadaan yang umum terjadi pada bayi &ibu : pseudomensturasi, mamaebengkak,joundice,caputsucedaneum,cephalhematuoma dan milia.

4. Berikan infaormasi ttg pola tidur normal dan cara meningkatkan tidur.

5. Demonstrasikan cara menyusui, memegang bayi, mengganti popok dan perawatan talipusat.

6. Berikan informasi ttg tanda-tanda emergensi pada bayi dan tempat-tempat yg harus di hubungi.1. Membantu ortu utk mengerti cara pemenuhan kebut. fisi-ologis bayi : mencegah hilangnya panas,pemenuhan nutrisi,kondisi sal kencing dan pencernaan.

2. untuk mengetahui prilaku bayi setelah 30 menit lahir, biasa-nya bayi tidur pulas ,kemudian bangun, muntah, regurgitasi & pengeluaran mekonium.

3. Membantu ortu ttg variasi yg normal pada bayi utk mengu-rangi kecemasan.

4. Bayi normal biasanya me-merlukan waktu tidur 17 jam.

5. Meningkatkan pengetahuan prinsip-prinsip perawatan bayi baru lahir.

6. utk mendeteksi dini adanya penyakit dan siapa yg harus dihubungi.