laporan pelaksanaan kegiatantarulh.com/wp-content/uploads/2019/12/laporan-lengkap-pelaksana… ·...

Download LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATANtarulh.com/wp-content/uploads/2019/12/Laporan-Lengkap-Pelaksana… · tahun menjabat, yaitu sejak Oktober 2015 hingga Oktober 2019. Selain itu, laporan

If you can't read please download the document

Upload: others

Post on 23-Jun-2020

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

    Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

    Oktober 2015 Oktober 2019

    2019

  • i

    KATA PENGANTAR

    Pertama-tama puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

    atas tersusunnya Laporan Pelaksanaan Kegiatan Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang

    Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Tahun 2015 2019.

    Laporan ini disusun dalam rangka penyampaian informasi kegiatan Kedeputian

    Gubernur Provinsi DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, serta sebagai

    bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sebagai Deputi selama 4 (empat)

    tahun menjabat, yaitu sejak Oktober 2015 hingga Oktober 2019. Selain itu, laporan ini

    merupakan upaya dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik oleh Kedeputian

    Gubernur bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.

    Tentunya, pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari

    bantuan berbagai pihak terkait. Oleh karena itu, perkenankan kami menyampaikan

    penghargaan setinggi-tingginya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

    Semoga Laporan ini dapat memberi manfaat kepada khalayak luas. Majulah

    Jakarta

    Jakarta, Desember 2019

    Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta

    Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup,

    Periode 2015 2019

    Dr. Ir Oswar M. Mungkasa, MURP

  • ii

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Laporan Pelaksanaan Kegiatan Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan

    Lingkungan Hidup disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas Deputi

    Gubernur bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup (TRLH) selama menjabat sejak November

    2015 hingga Oktober 2019. Selama hampir 4 (empat) tahun menjalankan tugas sebagai Deputi

    Gubernur DKI Jakarta bidang TRLH, telah dilaksanakan berbagai jenis kegiatan di bidang Tata

    Ruang dan Lingkungan Hidup.

    Terdapat tiga kegiatan utama yang telah diinisiasi oleh Kedeputian Gubernur Provinsi DKI

    Jakarta bidang TRLH, yaitu: (i) menyusun Desain Besar (Grand Design) berbagai isu strategis

    pembangunan DKI Jakarta; (ii) menjalin kerjasama dengan berbagai mitra pembangunan; dan

    (iii) mengembangkan sistem manajemen pengetahuan (Knowledge Management/KM).

    Desain Besar (Grand Design) dimaknai sebagai sebuah dokumen yang menjadi acuan

    bagi seluruh pihak terkait, baik pemerintah, masyarakat bahkan swasta dalam penanganan

    sebuah isu strategis DKI Jakarta. Desain Besar setidaknya terdiri dari visi, misi, kebijakan, target,

    peta jalan, dan rencana aksi. Desain Besar disusun berdasar pendekatan kolaboratif dengan

    melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Desain Besar merupakan perwujudan komitmen

    pemangku kepentingan, sehingga diharapkan penanganan suatu isu dapat dilaksanakan

    bersama secara lebih efisien dan efektif.

    Beberapa dokumen Desain Besar yang telah diluncurkan oleh Gubernur DKI Jakarta

    meliputi: (i) Desain Besar Bangunan Gedung Hijau; (ii) Desain Besar Menuju Jakarta Kota Layak

    Anak; (iii) Desain Besar Pertanian Perkotaan; (iv) Desain Besar Penyediaan Layanan Air Minum

    dan Air Limbah Domestik; (v) Desain Besar Sistem Pengelolaan Sampah; dan (vi) Strategi

    Ketahanan Kota DKI Jakarta.

    Sedangkan dokumen Desain Besar yang sedang disusun oleh Kedeputian Gubernur

    Provinsi DKI Jakarta bidang TRLH adalah: (i) Desain Besar Pengelolaan Kualitas Udara DKI

    Jakarta bekerjasama dengan Lembaga Vital Strategy; (ii) Desain Besar Penanganan Kawasan

    Kumuh DKI Jakarta bekerjasama dengan Bank Dunia (The World Bank); (iii) Desain Besar

    Pengurangan Resiko Bencana berbasis Masyarakat bekerjasama dengan Palang Merah

    Indonesia/PMI; dan (iv) Pedoman Penyusunan Desain Besar bekerjasama dengan Yayasan

    KARINA

    Selain penyusunan Desain Besar, terdapat beberapa kegiatan yang saat ini sedang

    dikerjakan oleh Kedeputian Gubernur Provinsi DKI Jakarta bidang TRLH bekerjasama dengan

    berbagai mitra pembangunan, yaitu:

    a) Revisi Rencana Aksi Daerah tentang Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) DKI

    Jakarta bekerjasama dengan Yayasan C40. Perkembangan terakhir adalah sedang dilakukan

    inventarisasi emisi dan revisi target rencana aksi oleh tim ITB dan IPB. Selain itu, akan

    dilakukan penyusunan data platform yang dimulai pada awal bulan November 2019.

  • iii

    b) Ambitious City Promises/Ikhtiar Jakarta bekerjasama dengan Yayasan ICLEI Local

    Government for Sustainability. Kegiatan ini merupakan upaya penurunan emisi gas rumah

    kaca berbasis pendekatan kolaboratif. Masyarakat yang dilibatkan meliputi pemuda dan

    pelajar, pelaku industri, dan lembaga keagamaan. Program ini akan diterapkan di sekolah

    melalui pemberian pengetahuan pelestarian lingkungan yang dilengkapi dengan modul

    konservasi energi bekerjasama dengan Indonesian Institute for Energy Economy (IIEE),

    pemasangan panel solar dan sistem pengelolaan sampah. Selain sekolah, rumah ibadah juga

    menjadi sasaran program melalui penyusunan panduan khutbah/ceramah pelestarian

    lingkungan bekerjasama dengan Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya

    Alam (LPLH SDA) MUI.

    c) Berbagi Makanan Lebih, merupakan program yang diinisiasi oleh LPLH SDA MUI dan

    bertujuan memberikan makanan lebih kepada masyarakat yang membutuhkan. Program ini

    juga sebagai upaya dalam mengurangi volume limbah makanan (food waste), dan pada

    akhirnya akan berdampak positif terhadap lingkungan. Program ini dalam masa penjajakan,

    dan direncanakan untuk merangkul lebih banyak pemangku kepentingan, contohnya seperti

    startup Duit Hape yang bergerak di bidang pemberian bantuan melalui transaksi non-tunai

    (cashless).

    Dalam hal Knowledge Management (KM), telah dibangun sistem informasi yang berfungsi

    sebagai wadah:

    a) Dokumentasi Kegiatan: inventarisasi berbagai jenis materi kegiatan yang telah diikuti

    dan/atau dilaksanakan oleh kedeputian. Contoh jenis materi yang diinventarisasi seperti

    materi presentasi, buku, laporan, publikasi, dan regulasi. Materi-materi tersebut disimpan

    secara daring (online) dalam sistem KM Kedeputian Gubernur bidang TRLH, yaitu

    www.km.tarulh.com. Hingga saat ini telah terkumpul lebih dari 1500 materi dalam sistem

    tersebut.

    b) Penyebarluasan Informasi: dilakukan melalui portal yang dikelola oleh Kedeputian Gubernur

    Bidang TRLH, yaitu www.tarulh.com dan Bangunan Gedung Hijau Jakarta

    (www.greenbuilding.jakarta.go.id). Situs tersebut berfungsi sebagai wadah yang

    memudahkan masyarakat dalam mendapatkan data, informasi dan pengetahuan. Contoh hal

    yang ditampilkan dalam situs tersebut seperti laporan kegiatan kedeputian, kliping berita,

    kumpulan peraturan, dan lainnya.

    Pada akhirnya, Laporan Pelaksanaan Kegiatan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta

    bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Tahun 2015-2019 diharapkan berfungsi menjaga

    kesinambungan pelaksanaan kegiatan Kedeputian Gubernur bidang TRLH. Selain itu, sebagai

    masukan bagi penyempurnaan pembangunan tata ruang dan lingkungan DKI Jakarta oleh

    beragam pemangku kepentingan, sekaligus sebagai bagian dari keterbukaan informasi publik.

    http://www.km.tarulh.com/http://www.tarulh.com/

  • iv

    DAFTAR AKRONIM DAN SINGKATAN

    100RC : 100 Resilient Cities

    ACP : Ambitious City Promises

    ADB : Asian Development Bank

    AIIB : Asia Infrastructure Investment Bank

    AmCross : American Red Cross

    AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    APEKSI : Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia

    ARKI : Alumni Rancang Kota ITB

    Asbang : Asisten Pembangunan

    ASDEP : Asisten Deputi

    ATR : Agraria dan Tata Ruang

    Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    BABS : Buang Air Besar Sembarangan

    BAZNAS : Badan Amil Zakat Nasional

    BGH : Bangunan Gedung Hijau

    BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah

    BKSP : Badan Kerja Sama Pembangunan

    BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah

    BPLHD : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

    BPTJ : Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek

    BRT : Bus Rapid Transport

    BUMN : Badan Usaha Milik Negara

    CiBiX : City-Business Collaboration Acceleration

    CLC : Center for Liveable City

    CRM : Citizen Response Management

    CRO : Chief Resilience Officer

    DCKTRP : Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan

    Dishub : Dinas Perhubungan

    Dishut : Dinas Kehutanan

    Dikmental : Pendidikan Mental

    Disparbud : Dinas Pariwisata dan Budaya

    Dinsos : Dinas Sosial

    DKI : Daerah Khusus Ibukota

    DKPKP : Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian

    DKUKMP : Dinas Koperasi Usaha Kecil, Menengah dan Perdagangan

    DLH : Dinas Lingkungan Hidup

    DMI : Dewan Masjid Indonesia

    DPE : Dinas Perindustrian dan Energi

    DPGP : Dinas Perumahan dan Gedung Pemda

    DPMPTSP : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

    DPPAPP : Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk

    DPRKP : Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

    DRD : Dewan Riset Daerah

    DSDA : Dinas Sumber Daya Air

  • v

    ERP : Electronic Road Pricing

    ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral

    FGD : Focus Group Discussion

    GBCI : Green Building Council Indonesia

    GPCI : Green Product Council Indonesia

    GD : Grand Design

    GRK : Gas Rumah Kaca

    HCC : Human Cities Coalition

    HUT : Hari Ulang Tahun

    ICLEI : International Council for Local Environmental Initiatives

    IDF : Indonesia Development Forum

    IFC : International Finance Coorporation

    IIEE : Indonesian Institute for Energy Economics

    Ingub : Instruksi Gubernur

    INSWA : Indonesia Solid Waste Association

    IoT : Internet of Things

    IPB : Institut Pertanian Bogor

    ISOCARP : The International Society of City and Regional Planners

    ITB : Institut Teknologi Bandung

    ITDP : Institute for Transportation and Development Policy

    IUWASH : Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene

    Jabodetabek : Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi

    JICA : Japan International Cooperation Agency

    KAI : Kereta Api Indonesia

    Kepgub : Keputusan Gubernur

    KDH KLN : Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri

    KK : Kepala Keluarga

    KLA : Kota Layak Anak

    KLB : Koefisien Lantai Bangunan

    KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    KM : Knowledge Management

    KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh

    KPBB : Komite Penghapusan Bensin Bertimbal

    KPI : Key Performance Indicator

    KPK : Komisi Pemberatasan Korupsi

    KSI : Knowledge Sector Indonesia

    KSPN : Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

    KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

    Lansia : Lanjut Usia

    LDC : Land Development Charge

    LK : Lokakarya

    LoI : Letter of Intent

    LPLH SDA : Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam

    LVC : Land Value Capture

    MATAKIN : Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia

    MBR : Masyarakat Berpendapatan Rendah

    MRT : Mass Rapid Transport

    MUI : Majelis Ulama Indonesia

    MURIA : Marunda Urban Resilience in Action

    MURP : Master of Urban and Regional Planning

    Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan

    MVB : Most Valued Business

  • vi

    NUA : New Urban Agenda

    PAD : Pendapatan Asli Daerah

    PAL : Perusahaan Air Limbah

    PAM : Perusahaan Air Minum

    PD : Perusahaan Daerah

    Pemprov : Pemerintah Provinsi

    Perda : Peraturan Daerah

    Pergub : Peraturan Gubernur

    Permen : Peraturan Menteri

    PGI : Persatuan Gereja Indonesia

    PHDI : Parisada Hindu Dharma Indonesia

    PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga

    PKLH : Pembangunan Kota dan Lingkungan Hidup

    Plh : Pelaksana Harian

    PLN : Perusahaan Listrik Negara

    Plt : Pelaksana Tugas

    PMI : Palang Merah Indonesia

    PNS : Pegawai Negeri Sipil

    PP : Peraturan Pemerintah

    PPN : Perencanaan Pembangunan Nasional

    PRA : Preliminary Resilience Assessment

    PROKLIM : Program Kampung Iklim

    PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

    Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

    PZ : Peraturan Zonasi

    RAD : Rencana Aksi Daerah

    RAPERDA : Rancangan Peraturan Daerah

    RDTR : Rencana Detail Tata Ruang

    REI : Real Estate Indonesia

    RENJA : Rencana Kerja

    RENSTRA : Rencana Strategis

    RKP : Rencana Kerja Pemerintah

    RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

    RPTRA : Ruang Publik Terpadu Ramah Anak

    RT : Rukun Tetangga

    RTH : Ruang Terbuka Hijau

    RTR : Rencana Tata Ruang

    RTRW : Rencana Tata Ruang dan Wilayah

    Rusunawa : Rumah Susun Sederhana Sewa

    RW : Rukun Warga

    Satpol PP : Satuan Polisi Pamong Praja

    SD : Sekolah Dasar

    SDG : Sustainable Development Goals

    SDM : Sumberdaya Manusia

    Setda : Sekretariat Daerah

    SHRDC : Seoul Human Resource Development Centre

    SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

    SMA : Sekolah Menengah Atas

    SMP : Sekolah Menengah Pertama

    SPAM : Sistem Penyediaan Air Minum

    STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

  • vii

    STT PLN : Sekolah Tinggi Teknik PLN

    TABG : Tim Ahli Bangunan Gedung

    TFILUGP : Temasek Foundation International Leaders in Urban Governance

    Programme

    TGUPP : Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan

    TK : Taman Kanak-Kanak

    TOD : Transit Oriented Development

    TPA : Tim Penilai Akhir

    TPST : Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu

    TRLH : Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

    UCLG ASPAC : United Cities and Local Governments Asia Pacific

    UKRIDA : Universitas Krisnadwipayana

    UN : United Nations

    UNICEF : The United Nations Children's Fund

    USAID : United State Agency for International Development

    US EPA : United States Environmental Protection Agency

    WALUBI : Perwakilan Umat Buddha Indonesia

    WCS : World Cities Summit

    WCUD : World Clean Up Day

    WTP : Water Treatment Plant

    WUF : World Urban Forum

    WWF : World Wildlife Fund

  • viii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. ii DAFTAR AKRONIM DAN SINGKATAN ............................................................................. iv DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

    1.2 Tugas dan Fungsi Deputi Gubernur ................................................................ 1

    1.3 Ruang Lingkup Tugas Deputi Gubernur .......................................................... 2

    1.4 Organisasi Kedeputian Gubernur ................................................................... 2

    BAB II PELAKSANAN KEGIATAN 2.1 Pemberian Saran dan Pertimbangan kepada Gubernur pada Bidang

    Tata Ruang dan Lingkungan Hidup ................................................................. 3

    2.1.1 Desain Besar (Grand Design) Bangunan Gedung Hijau (BGH) ................... 4

    2.1.2 Desain Besar (Grand Design) Sistem Pengelolaan Sampah ....................... 6

    2.1.3 Desain Besar (Grand Design) Pertanian Perkotaan .................................... 7

    2.1.4 Desain Besar (Grand Design) Air Minum dan Air Limbah Domestik .......... 9

    2.1.5 Desain Besar (Grand Design) Jakarta Menuju Kota Layak Anak .............. 10

    2.1.6 Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Kualitas Udara ....................... 12

    2.1.7 Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis

    Komunitas ................................................................................................. 13

    2.1.8 Desain Besar (Grand Design) Penanganan Permukiman Kumuh

    DKI Jakarta ................................................................................................ 14

    2.1.9 Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Air Tanah ............................... 16

    2.1.10 Desain Besar (Grand Design) Penataan Ruang Terbuka Hijau ................. 17

    2.2 Pengoordinasian, Pemantauan dan Evaluasi atas Pelaksanaan Tugas Bidang

    Tata Ruang dan Lingkungan Hidup ............................................................... 19

    2.2.1 Koordinator pelaksanaan Percepatan Pengembangan Kawasan

    Rumah Susun Sederhana Sewa Daan Mogot sebagai Kawasan Hijau ..... 19

    2.2.2 Koordinator Pelaksanaan Kegiatan/Chief Resillience Officer (CRO)

    Strategi Jakarta Berketahanan ................................................................. 21

    2.3 Pelaksanaan Komunikasi Publik sesuai Bidang Tugas .................................... 22

    2.3.1 Kegiatan Utama ........................................................................................ 23

    A. Lokakarya Perdana Jakarta Menuju Kota Berketahanan ............................... 23

    B. C40 Mayors Summit 2016 .............................................................................. 24

    C. Indonesia Development Forum 2017.............................................................. 24

    D. The International Green Building Conference 2017 ....................................... 25

    E. Lokakarya Air Quality Management Policy Exchange Workshop 2018 ......... 25

    F. Peluncuran Sistem Informasi Spasial Rencana Tata Ruang (RTR) Online ....... 26

  • ix

    G. ISOCARP World Congress 2019 ...................................................................... 26

    H. The 4th Annual Intelligent Cities Summit ....................................................... 27

    2.4 Pelaksanaan Komunikasi Antarlembaga sesuai Bidang Tugas ....................... 29

    2.4.1 Kegiatan Utama ........................................................................................ 30

    A. Mayors Forum World Cities Summit (WCS) 2016 ........................................... 30

    B. Kerjasama dengan Center for Livable City (CLC) Singapura ........................... 30

    C. 5th UCLG Congress World Summit of Local and Regional Leaders ................ 31

    D. Pengenalan Program "Ambitious City Promises (ACP)" ................................. 32

    E. 100 Resilient Cities (100RC) Global Summit 2017 .......................................... 32

    F. COP23 (Climate Change Conference of Parties): Climate Summit of

    Local and Regional Leaders ............................................................................ 32

    G. World Urban Forum (WUF) 2018 ................................................................... 33

    H. Media gathering: Air Pollution and Children's Health .................................... 34

    I. Lokakarya CiBiX (City-Business Collaboration Accelerator) ............................ 34

    J. ............................................................. 35

    K. Alumni Talk Seoul Human Resource Development Centre (SHRDC)............... 36

    2.5 Pelaksanaan Tugas Lainnya yang diserahkan oleh Gubernur DKI Jakarta....... 37

    2.5.1 Optimalisasi Pajak Daerah Provinsi DKI Jakarta ....................................... 37

    2.5.2 Pelaksana Tugas (Plt) Kedeputian Gubernur bidang

    Budaya dan Pariwisata ............................................................................. 37

    2.6 Pelaksanaan Tugas Mewakili Gubernur DKI Jakarta sesuai Bidang Tugas dan

    Kegiatan Seremonial.................................................................................... 38

    2.6.1 Kegiatan Utama ........................................................................................ 38

    A. United Nations Conference on Housing and Sustainable Urban

    Development III............................................................................................... 38

    B. Menerima Penghargaan Earth Hour Capital 2016 ......................................... 39

    C. Penanaman Pohon dalam Rangka Peringatan Hari Kemerdekaan Finlandia 39

    D. Peluncuran Unit Uji Coba Pengolahan Air Bersih dengan Teknologi

    Microbubble dan Plasma Ozone ..................................................................... 39

    E. Mewakili Gubernur pada Pelaksanaan Kegiatan Pencanangan HUT ke-491

    Kota Jakarta .................................................................................................... 40

    F. Apresiasi Jakarta Green and Clean (JGC) 2018............................................... 40

    G. Deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

    di Kelurahan Duri Pulo .................................................................................... 41

    H. Menghadiri Kegiatan World Clean Up Day Jakarta ........................................ 41

    2.7 Penyampaian Laporan atas Pelaksanaan Tugas kepada Gubernur ................ 42

    2.7.1 Laporan Key Performance Indicator (KPI) ................................................ 42

    2.7.2 Laporan Kegiatan Bulanan dan Tahunan.................................................. 43

    BAB III INISIATIF INTERNAL 3.1 Kerjasama dengan Berbagai Mitra Pembangunan ........................................ 44

    3.1.1 Desain Besar ............................................................................................. 44

    3.1.2 ................................. 45

    3.1.3 Ambitious City Promises/Ikhtiar Jakarta ................................................... 46

    3.1.4 Program Sanitasi Masjid ........................................................................... 47

  • x

    3.1.5 Berbagi Makanan Lebih ............................................................................ 48

    3.1.6 Revisi Rencana Aksi Perubahan Iklim DKI Jakarta .................................... 49

    3.2 Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management/KM) ................ 50

    3.2.1 Dokumentasi Kegiatan ............................................................................. 50

    3.2.2 Penyebarluasan Informasi ........................................................................ 51

    3.3 Kerja Praktik dan Magang ............................................................................ 51

    BAB IV PENUTUP 4.1 Kendala ....................................................................................................... 53

    4.2 Saran........................................................................................................... 53

    4.3 Tindak Lanjut............................................................................................... 54

    LAMPIRAN

    LAMPIRAN I DOKUMEN PENTING A. Keputusan Presiden RI Nomor 8/TPA Tahun 2015 Tanggal 23 Oktober 2015

    tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan

    Tinggi Madya di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

    Jakarta ................................................................................................................. 55

    B. Surat Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 894/-082.74 Tanggal 11 Oktober

    2019 tentang Penyerahan Kembali PNS Dipekerjakan atas Nama Dr. Ir. Oswar

    Muadzin Mungkasa, MURP ................................................................................. 56

    C. Surat Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 105/-082.74 Tanggal 6 Februari

    2019 tentang Perintah Tugas sebagai Pelaksana Tugas Deputi Gubernur

    Provinsi DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata ........................................... 57

    D. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 644 Tahun 2017 Tentang Tim

    Koordinasi Optimalisasi Penerimaan Pajak Daerah ............................................ 58

    E. Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 30 Tahun 2017 Tentang

    Percepatan Pembangunan Kawasan Rusunawa Daan Mogot sebagai Kawasan

    Hijau ................................................................................................................ 62

    LAMPIRAN II

    Daftar Tautan Laporan Bulanan dan Tahunan Kedeputian Gubernur Provinsi DKI

    Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup .................................................. 67

    LAMPIRAN III

    Daftar Tautan Dokumen yang Telah Disusun oleh Deputi Gubernur Provinsi DKI

    Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Tahun 2016-2019 .................... 69

    LAMPIRAN IV

    Daftar Kegiatan Kedeputian Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang

    dan Lingkungan Hidup yang Perlu Ditindaklanjuti ................................................... 70

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Status Penyusunan Desain Besar Provinsi DKI Jakarta ................................................... 4

    Tabel 2 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Bangunan Gedung Hijau............................. 5

    Tabel 3 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Sistem Pengelolaan Persampahan ............. 7

    Tabel 4 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan .................................. 8

    Tabel 5 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Penyediaan Layanan Air Minum dan Air

    Limbah Domestik .......................................................................................................... 10

    Tabel 6 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Jakarta Menuju Kota Layak Anak ............. 11

    Tabel 7 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kualitas Udara ..................... 13

    Tabel 8 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Pengelolaan Resiko Bencana

    Berbasis Komunitas ...................................................................................................... 14

    Tabel 9 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Penanganan Permukiman Kumuh............ 15

    Tabel 10 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Pengelolaan Air Tanah ............................. 17

    Tabel 11 Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Ruang Terbuka Hijau ................................ 18

    Tabel 12 Capaian Utama Kegiatan Strategi Ketahanan Kota Jakarta ......................................... 22

    Tabel 13 Rangkaian Komunikasi Publik Utama ........................................................................... 23

    Tabel 14 Rangkaian Kegiatan Komunikasi AntarLembaga Utama .............................................. 29

    Tabel 15 Rangkaian Kegiatan Seremonial Utama ....................................................................... 38

    Tabel 16 Daftar Kemitraan Penyusunan Desain Besar Isu Strategis DKI Jakarta ........................ 44

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Tahapan Umum Penyusunan Desain Besar ................................................................. 3

    Gambar 2 Visualisasi Kawasan dan Masterplan Kawasan Hijau Daan Mogot ........................... 20

    Gambar 3 Kedudukan Dokumen Desain Besar dalam Perencanaan Pembangunan

    DKI Jakarta .................................................................................................................. 45

    file:///C:/Users/EmpRIG/Desktop/MAJ%20Kedeputian%20TRLH/Laporan%20Lengkap%20Pelaksanaan%20Kegiatan%20Deputi%20TRLH_EP%20REVIEW%20OM.docx%23_Toc28779281file:///C:/Users/EmpRIG/Desktop/MAJ%20Kedeputian%20TRLH/Laporan%20Lengkap%20Pelaksanaan%20Kegiatan%20Deputi%20TRLH_EP%20REVIEW%20OM.docx%23_Toc28779282file:///C:/Users/EmpRIG/Desktop/MAJ%20Kedeputian%20TRLH/Laporan%20Lengkap%20Pelaksanaan%20Kegiatan%20Deputi%20TRLH_EP%20REVIEW%20OM.docx%23_Toc28779283file:///C:/Users/EmpRIG/Desktop/MAJ%20Kedeputian%20TRLH/Laporan%20Lengkap%20Pelaksanaan%20Kegiatan%20Deputi%20TRLH_EP%20REVIEW%20OM.docx%23_Toc28779283

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pelaporan merupakan salah satu pendukung instrumen kebijakan yang sangat penting di

    dalam proses pembangunan. Pelaporan dilakukan untuk memberikan informasi yang cepat, tepat,

    dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai

    dengan kondisi sebenarnya. Pelaporan dilakukan secara berkala, momen tertentu, dan

    berjenjang dalam lingkup organisasi pemerintah.

    Laporan Pelaksanaan Kegiatan Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan

    Lingkungan Hidup (TRLH) disusun dalam rangka menyampaikan informasi terkait aktivitas yang

    telah dilakukan oleh Oswar Mungkasa selama ditugaskan sebagai Deputi Gubernur bidang TRLH.

    Penugasan tersebut merujuk pada Surat Keputusan Presiden RI No. 8/TPA Tahun 2015 tentang

    Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di

    Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Lampiran I-A).

    Laporan ini memuat rekam jejak aktivitas Kedeputian Gubernur Provinsi DKI Jakarta

    bidang TRLH yang dimulai sejak tanggal 23 Oktober 2015 hingga 23 Oktober 2019. Adapun akhir

    penugasan sebagai Deputi Gubernur bidang TRLH sesuai dengan Surat Gubernur No. 894/-

    082.74 Tanggal 23 Oktober 2019 kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas tentang Penyerahan

    Kembali PNS dipekerjakan atas nama Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP. (Lampiran I-B).

    Selama empat tahun menjabat, Deputi Gubernur bidang TRLH pernah ditugaskan sebagai

    Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Gubernur bidang Budaya dan Pariwisata selama kurang lebih 8

    bulan, yaitu pada tanggal 6 Februari 2019 hingga 12 September 2019. Penugasan tersebut

    merujuk pada Surat Perintah Tugas dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 105/-082.74 tentang

    Pelaksanaan Tugas Deputi Gubernur Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

    Bidang Budaya dan Pariwisata (Lampiran I-C). Laporan lengkap kegiatan Plt. Deputi Gubernur

    bidang Budaya dan Pariwisata dapat diunduh dalam tautan yang tertera pada Lampiran II.

    Pada akhirnya, Laporan Kegiatan ini diharapkan dapat membantu menjaga

    kesinambungan pelaksanaan tugas kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang TRLH. Selain itu,

    juga dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta dalam menentukan langkah pembangunan bidang Tata Ruang dan Lingkungan

    Hidup.

    1.2 Tugas dan Fungsi Deputi Gubernur

    Kedeputian Gubernur bidang TRLH merupakan salah satu kedeputian yang membantu

    Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan Peraturan

    Gubernur Nomor 85 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi, Tanggung jawab, dan Tata Kerja Deputi

    Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Deputi Gubernur bidang TRLH memiliki tugas untuk membantu

  • 2

    Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta di bidang Tata Ruang

    dan Lingkungan Hidup, dengan fungsi sebagai berikut:

    1. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Gubernur.

    2. Pengoordinasian, pemantauan, dan evaluasi atas pelaksanaan tugas.

    3. Pelaksanaan komunikasi publik sesuai bidang tugasnya.

    4. Pelaksanaan komunikasi antarlembaga sesuai bidang tugasnya.

    5. Pelaksanaan tugas untuk mewakili Gubernur sesuai bidang tugasnya.

    6. Pelaksanaan tugas lainnya yang diserahkan oleh Gubernur.

    7. Penyampaian laporan atas pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur.

    1.3 Ruang Lingkup Tugas Deputi Gubernur

    Ruang lingkup tugas Deputi Provinsi DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

    adalah:

    1. Tugas dan fungsi Deputi bukan merupakan lingkup tugas dan fungsi satuan kerja

    perangkat daerah/unit kerja perangkat daerah.

    2. Deputi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, melakukan koordinasi dengan

    Lembaga serta dapat melakukan konsultasi dengan pakar atau kelompok pakar/profesi

    yang terkait dengan bidang tugas masing-masing.

    3. Dalam melaksanakan koordinasi dan konsultasi, Deputi berkoordinasi dengan Sekretaris

    Daerah.

    4. Fungsi pengoordinasian, pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan Deputi adalah

    dalam rangka memperoleh data dan informasi sebagai bahan penyusunan saran,

    pertimbangan, dan laporan Deputi kepada Gubernur.

    1.4 Organisasi Kedeputian Gubernur

    Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Gubernur

    Nomor 85 Tahun 2008 Pasal 5 bahwa Deputi bidang TRLH dibantu 2 (dua) orang Asisten Deputi

    sebagai berikut:

    (i) Asisten Deputi bidang Tata Ruang

    (ii) Asisten Deputi bidang Lingkungan Hidup

    Tugas dari kedua Asisten Deputi tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Menghimpun, mengolah dan menyajikan bahan saran dan pertimbangan Deputi kepada

    Gubernur dalam lingkup bidang masing-masing.

    2. Mempersiapkan bahan dan pelaksanaan pengoordinasian, pemantauan dan evaluasi

    Deputi dalam lingkup bidang masing-masing.

    3. Mempersiapkan bahan dan pelaksanaan dalam rangka komunikasi publik dan komunikasi

    antarlembaga dalam lingkup bidang masing-masing.

    4. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi dalam lingkup bidang

    masing-masing.

    5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya.

    Selain Asisten Deputi, Kedeputian Gubernur bidang TRLH turut dibantu oleh 3 (tiga) staf

    tingkat Teknis Ahli.

  • 3

    BAB II

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    2.1 Pemberian Saran dan Pertimbangan kepada Gubernur pada Bidang Tata

    Ruang dan Lingkungan Hidup

    Pada umumnya, saran dan pertimbangan yang diberikan kepada Gubernur sangat

    beragam, baik yang bersifat praktis maupun konseptual. Pada laporan ini saran yang

    disampaikan adalah yang bersifat konseptual, yaitu terkait Desain Besar/Grand Design berbagai

    isu strategis bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.

    Desain Besar adalah konsep penanganan suatu isu menggunakan pendekatan kolaboratif

    yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait (pemerintah dan non-pemerintah).

    Komitmen dan konsensus antarpemangku kepentingan terhadap solusi isu strategis kemudian

    dituangkan dalam dokumen Desain Besar yang setidaknya terdiri dari isu, visi, misi, target,

    kebijakan dan strategi, rencana aksi dan peta jalan (roadmap).

    Secara garis besar, tahapan umum penyusunan Desain Besar sebagai berikut: (i)

    Pendalaman isu dan pemetaan pemangku kepentingan; (ii) Penyepakatan visi, misi, dan target;

    (iii) Penyepakatan strategi dan kebijakan; (iv) Penyepakatan rencana aksi dan peta jalan

    implementasi Desain Besar; serta (v) Peluncuran dan sosialisasi. Penyusunan Desain Besar

    tersebut dilakukan melalui serangkaian sesi rapat kerja dan beberapa sesi lokakarya/konsultasi

    publik sesuai kebutuhan. Secara ringkas, tahapan penyusunan Desain Besar secara umum dapat

    dilihat pada Gambar 1.

    Melalui pendekatan kolaboratif, diharapkan penanganan suatu isu yang bersifat lintas

    wilayah (cross-boundary) dan lintas kewenangan (cross-governance) dapat dilaksanakan

    bersama oleh berbagai pihak (pemerintah dan non-pemerintah) secara sinergis. Dengan

    demikian, dapat dihasilkan pelaksanaan pembangunan yang lebih efisien dan efektif.

    Selama 4 (empat) tahun bertugas, Kedeputian Gubernur bidang TRLH telah menginisiasi

    penyusunan beberapa desain besar, yaitu:

    1. Desain Besar (Grand Design) Bangunan Gedung Hijau.

    2. Desain Besar (Grand Design) Sistem Pengelolaan Sampah.

    3. Desain Besar (Grand Design) Pertanian Perkotaan.

    Gambar 1. Tahapan Umum Penyusunan Desain Besar

  • 4

    4. Desain Besar (Grand Design) Penyediaan Layanan Air Minum dan Air Limbah

    Domestik.

    5. Desain Besar (Grand Design) Jakarta Menuju Kota Layak Anak.

    6. Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Kualitas Udara.

    7. Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas.

    8. Desain Besar (Grand Design) Penanganan Kawasan Kumuh DKI Jakarta.

    9. Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Air Tanah.

    10. Desain Besar (Grand Design) Penataan Ruang Terbuka Hijau.

    Status dari 10 desain besar tersebut per Bulan Oktober 2019 dapat dilihat pada Tabel 1.

    Keterangan lebih rinci untuk setiap desain besar tersebut dituliskan pada sub-bab di bawah.

    Tabel 1

    Status Penyusunan Desain Besar Provinsi DKI Jakarta

    No Desain Besar Status

    1 Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan 14 September 2016

    2 Sistem Pengelolaan Sampah Diluncurkan 23 Januari 2018

    3 Pertanian Perkotaan Diluncurkan 23 Januari 2018

    4 Penyediaan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik Diluncurkan 23 Januari 2018

    5 Jakarta Menuju Kota Layak Anak Diluncurkan 23 Januari 2018

    6 Pengelolaan Kualitas Udara Proses Penyusunan

    7 Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas Proses Penyusunan

    8 Penanganan Kawasan Kumuh DKI Jakarta Proses Penyusunan

    9 Pengelolaan Air Tanah Dilanjutkan oleh Biro Perekonomian

    10 Penataan Ruang Terbuka Hijau Dilanjutkan oleh Dinas CKTRP

    Peluncuran Desain Besar oleh Gubernur DKI Jakarta pada Januari 2018

    2.1.1 Desain Besar (Grand Design) Bangunan Gedung Hijau (BGH)

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah

    Khusus Ibukota Jakarta Nomor 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau yang membahas

    mengenai regulasi penerapan konsep hemat energi, hemat air dan ramah lingkungan dalam

    bangunan gedung. Namun, pelaksanaan Pergub tersebut terkendala oleh rendahnya

    pemahaman pentingnya penerapan Gedung Hijau. Hal ini berdampak pada relatif lambatnya

    pencapaian skema gedung hijau di Jakarta. Untuk itu, disepakati bahwa DKI Jakarta memerlukan

    Desain Besar Bangunan Gedung Hijau untuk dijadikan acuan utama dan dasar bagi para

    pemangku kepentingan dalam bersinergi untuk mewujudkan penerapan Gedung Hijau.

  • 5

    Kegiatan penyusunan Desain Besar BGH Provinsi DKI Jakarta diinisiasi oleh Kedeputian

    Gubernur bidang TRLH pada bulan Maret 2016 bekerjasama dengan berbagai mitra

    pembangunan baik dari pemerintah maupun non-pemerintah. Mitra utama adalah International

    Finance Corporation (IFC), dan dibantu oleh para pemangku kepentingan lainnya diantaranya

    adalah:

    a) Pemerintah Pusat: (i) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR); (ii)

    Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK); (iii) Kementerian Energi dan

    Sumber Daya Mineral (ESDM); dan (iv) Bappenas

    b) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: (i) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (Bappeda); (ii) Dinas Penataan Kota sekarang menjadi Dinas Cipta Karya, Tata Ruang

    dan Pertanahan (CKTRP); (iii) Dinas Perindustrian dan Energi (DPE); (iv) Dinas

    Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP); (v) Badan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) sekarang menjadi Dinas Lingkungan

    Hidup (DLH); (vi) Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP); (vii)

    Dewan Riset Daerah (DRD); dan (viii) Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG)

    c) Non Pemerintah: (i) Green Building Council lndonesia (GBCI); (ii) Green Product Council

    Indonesia, (iii) Jakarta Property Institute; (iv) Real Estate Indonesia (REI); (v) PT. Agung

    Sedayu Group; (vi) PT. Agung Podomoro; (vii) PT. PLN; dan (viii) PT. Telekomunikasi

    Indonesia.

    Salah satu kesepakatan utama dalam Desain Besar ini adalah Komitmen 30:30, yaitu

    pengurangan konsumsi energi dan air masing-masing sebesar 30 persen, serta penurunan 30

    persen emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk seluruh gedung baru dan sebagian besar gedung

    eksisting (60 persen).

    Sebagai bentuk komitmen nyata dalam memberikan contoh teladan implementasi

    bangunan gedung hijau, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan Kawasan Rumah Susun

    Sederhana Sewa (Rusunawa) Daan Mogot sebagai Kawasan Hijau (Green Zone). Tentunya

    keseluruhan bangunan gedung yang berada pada lokasi tersebut harus memenuhi persyaratan

    Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau. Penetapan

    kawasan hijau tersebut melalui Instruksi Gubernur Nomor 30 Tahun 2017 tentang Percepatan

    Kawasan Rumah Susun Sederhana Sewa Daan Mogot sebagai Kawasan Hijau (Green Zone).

    Secara ringkas, capaian utama dari kegiatan Desain Besar BGH sejak tahun 2016-2019 terlampir

    dalam tabel di bawah. Dokumen Desain Besar ini dapat diunduh pada tautan di Lampiran III.

    Tabel 2

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Bangunan Gedung Hijau

    Tahun Capaian

    2016 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar BGH pada Bulan Maret.

    Diluncurkannya dokumen Desain Besar BGH, website BGH DKI Jakarta

    (www.greenbuilding.jakarta.go.id), serta penandatanganan komitmen 30:30 DKI Jakarta

    oleh Gubernur dan pihak terkait pada tanggal 14 September 2016.

    Ditetapkannya Kawasan Rusunawa Daan Mogot sebagai lokasi penerapan pilot project

    Kawasan Hijau (green zone) DKI Jakarta. Penerapan konsep kawasan hijau tersebut

    sebagai bentuk implementasi rencana aksi Desain Besar BGH.

    http://www.greenbuilding.jakarta.go.id/

  • 6

    Dibentuknya forum Bangunan Gedung Hijau DKI Jakarta dengan anggota yang terdiri dari

    berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Forum

    tersebut dibentuk sebagai wadah berbagi informasi, pengalaman, dan berjejaring di bidang

    BGH.

    2017

    -

    2019

    Dimulainya proses revisi Pergub 38/2012 tentang Bangunan Gedung Hijau untuk

    mendukung tercapainya komitmen 30:30 DKI Jakarta.

    Diselenggarakannya forum berkala Bangunan Gedung Hijau DKI Jakarta dengan agenda

    utama: (i) pemutakhiran informasi pembangunan Kawasan Hijau Rusunawa Daan Mogot;

    (ii) perkembangan revisi Pergub 38/2012; dan (iii) pertukaran pengetahuan (sharing

    session) terkait topik bangunan gedung hijau. Forum diselenggarakan secara berkala

    minimal sebulan sekali.

    Mei 2016, Lokakarya Desain Besar

    Bangunan Gedung Hijau

    Agustus 2016, Peresmian Pembangunan 7 Tower Rumah Susun Daan Mogot yang

    menerapkan skema Green Building.

    September 2016, Penandatanganan komitmen

    30:30 DKI Jakarta oleh Gubernur DKI Jakarta

    2.1.2 Desain Besar (Grand Design) Sistem Pengelolaan Sampah

    DKI Jakarta merupakan kota dengan volume sampah sebesar 6.500-7.000 ton per hari.

    Volume tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan kota-kota besar di Eropa yang hanya

    menghasilkan sampah 1.500-2.000 ton per hari. Pola penanganan sampah dengan cara lama,

    yakni kumpul-angkut-buang dan berakhir di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)

    Bantar Gebang dengan menumpuk secara terbuka sudah harus ditinggalkan dan sudah saatnya

    menggunakan teknologi tinggi ramah lingkungan. Sampah yang menumpuk dapat menjadi

    sumber berbagai penyakit, mencemari udara, tanah dan air tanah, mencemari irigasi dan badan

    air, bau yang meresahkan hingga radius 5-10 km, merusak estetika, penyebab banjir dan krisis

    air bersih serta potensi konflik sosial.

    Menindaklanjuti permasalahan tersebut, Kedeputian Gubernur bidang TRLH pada Bulan

    Maret 2016 menginisiasi penyusunan Desain Besar Sistem Pengelolaan Sampah DKI Jakarta.

    Desain Besar tersebut juga disusun dalam rangka mendukung pencapaian target RPJMN 2015-

    2019 terkait sanitasi dan persampahan dan DKI Jakarta bebas sampah 100 persen pada tahun

    2020 melalui optimalisasi sistem pengelolaan sampah DKI Jakarta. Desain Besar tersebut

    diharapkan dapat memberikan arah strategi dan kebijakan pengelolaan sampah dari hulu sampai

    hilir yang aplikatif dan sinergis.

    Desain Besar Sistem Pengelolaan Sampah disusun bekerjasama dengan PT. Kartika

    Pradiptaprisma ( ), dan bersifat sukarela tanpa ikatan. Pemangku

    kepentingan ditingkat nasional maupun DKI Jakarta terlibat dalam proses penyusunan desain

    besar tersebut. Beberapa pemangku kepentingan lainnya yang terlibat antara lain:

  • 7

    a) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

    Provinsi DKI Jakarta; dan (ii) Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. Kedua institusi ini

    kemudian dilebur menjadi Dinas Lingkungan Hidup.

    b) Non Pemerintah: (i) Indonesia Solid Waste Association (INSWA); dan (ii) Sekolah Tinggi

    Teknik PLN (STT-PLN).

    Capaian utama dari kegiatan penyusunan Desain Besar Sistem Pengelolaan

    Persampahan dapat dilihat pada tabel di bawah. Dokumen Desain Besar dapat diunduh pada

    tautan di Lampiran III.

    Tabel 3

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Sistem Pengelolaan Persampahan

    Tahun Capaian

    2016 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar Sistem Pengelolaan Sampah pada Bulan Maret.

    Disusunnya draf awal Dokumen Desain Besar Pengelolaan Persampahan berisi

    pemetaan permasalahan, visi dan misi, strategi pengelolaan sampah

    2017 Dihasilkannya draf akhir yang berisikan pemetaan permasalahan, visi dan misi, strategi,

    dan skema pengelolaan sampah DKI Jakarta

    2018 Diluncurkannya Desain Besar Sistem Pengelolaan Sampah pada tanggal 23 Januari 2018

    oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Dokumen tersebut diserahkan kepada BPLHD untuk

    dirujuk dan diimplementasikan.

    Maret 2016, Rapat Persiapan Penyusunan

    Desain Besar Pengelolaan Sampah.

    Januari 2017, Rapat kerja Desain Besar Pengelolaan Persampahan membahas pemetaan

    permasalahan, visi dan misi, dan strategi

    2.1.3 Desain Besar (Grand Design) Pertanian Perkotaan

    Sehubungan dengan upaya pengarusutamaan Pertanian Perkotaan, Kedeputian

    Gubernur DKI Jakarta bidang TRLH pada bulan Januari 2017 berinisiatif melaksanakan

    penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan bersama dengan Dinas Ketahanan Pangan,

    Kelautan dan Pertanian (DKPKP) Provinsi DKI Jakarta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

    Konsorsium Marunda Urban Resilience In Action (MURIA/KARINA Caritas Indonesia). Inisiatif ini

    berangkat dari permasalahan:

    a) Masih terdapat tumpang tindih program dan kegiatan pertanian perkotaan antarSKPD

    (Dinas KPKP, Dinas LH dan SKPD lainnya).

    b) Belum tercapainya kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) DKI Jakarta, yaitu sebesar 20

    persen atau ekuivalen dengan 6.000 Ha.

    c) Banyak lahan potensial yang belum dimanfaatkan untuk pertanian perkotaan, baik lahan

    terbuka (lahan tidur, lahan sengketa, RTH, ruang sosial, sempadan sungai/danau, bahu

  • 8

    jalan/rel) maupun lahan pekarangan (pekarangan rumah tangga, sekolah, dan

    perkantoran).

    d) Belum tersedianya data luasan lahan yang dapat dijadikan acuan pengembangan

    pertanian perkotaan.

    e) Banyaknya alih fungsi lahan terbuka menjadi bangunan sehingga mempersempit lahan

    pertanian.

    f) Potensi hasil panen yang melimpah tidak disertai dengan ketersediaan pasar dan

    pengelolaan paska panen.

    Upaya penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan dilakukan melalui

    penyelenggaraan beberapa rapat koordinasi dan lokakarya dengan para SKPD terkait dan

    pemangku kepentingan lain seperti:

    a) Pemerintah Pusat: (i) Kementerian Pertanian; (ii) Balai Pusat Promosi dan Sertifikasi Hasil

    Pertanian; (iii) Kementerian PUPR; dan (iv) Kementerian LHK.

    b) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: (i) Bappeda; (ii) DKPKP; (iii) DLH; (iv) Dinas Pendidikan;

    (v) DCKTRP; (vi) DPPAPP; (vii) BPBD; (viii) DSDA; (ix) Dinas Koperasi dan UMKM; (x)

    Dinas Sosial (Dinsos); (xi) Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP); (xii) Dinas

    Kehutanan.

    c) Non Pemerintah: (i) PD Pasar Jaya; (ii) PT. EWINDO; (iii) Alumni Rancang Kota ITB

    (ARKI); (iv) Jakarta Berkebun; (v) KARINA Indonesia; (vi) CARE International Indonesia;

    (vii) Bina Swadaya; dan (viii) Koalisi Perempuan Indonesia.

    Beberapa capaian utama dari kegiatan penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan

    dapat dilihat pada tabel di bawah. Dokumen Desain Besar dapat diunduh pada tautan di

    Lampiran III.

    Tabel 4

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan

    Tahun Capaian

    2017 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan pada bulan Januari.

    Dihasilkannya draf Dokumen Desain Besar Pertanian Perkotaan berisi pemetaan

    permasalahan, visi dan misi, target, strategi, rencana aksi, dan mekanisme koordinasi

    penerapan pertanian perkotaan.

    Finalisasi draf akhir Dokumen Desain Besar Pertanian Perkotaan.

    2018 Diluncurkannya Desain Besar Pertanian Perkotaan pada tanggal 23 Januari 2018 oleh

    Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

    Februari 2017, Rapat Koordinasi Penyusunan Desain Besar

    Pertanian Perkotaan di DKI Jakarta

    Agustus 2017, Lokakarya Penyusunan Konsep Desain

    Besar Pertanian Perkotaan

  • 9

    2.1.4 Desain Besar (Grand Design) Air Minum dan Air Limbah Domestik

    Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang TRLH bekerjasama dengan United States

    Agency for International Development (USAID) melalui Indonesia Urban Water, Sanitation and

    Hygiene/Penyehatan Lingkungan untuk Semua (IUWASH PLUS) menginisiasi penyusunan

    Desain Besar Air Minum dan Air Limbah Domestik Jakarta pada bulan Agustus 2017. Inisiatif ini

    berangkat dari beberapa isu sebagaimana berikut:

    Cakupan air minum perpipaan baru mencapai 60 persen dari luas wilayah DKI Jakarta.

    Kendala utama adalah terbatasnya ketersediaan air baku.

    Jumlah pelaku buang air besar sembarangan (BABS) tergolong tinggi, yaitu mencapai

    800 ribu orang, baik yang melakukan langsung ke badan air maupun rumah memiliki toilet

    tanpa tangki septik.

    Masyarakat masih banyak yang menggunakan sumber air dari sumur dangkal yang

    tercemar oleh tangki septik yang bocor.

    Sumber air baku lainnya seperti sungai, air hujan, air daur ulang, serta upaya

    penghematan air belum diupayakan.

    Belum tersedia sebuah rencana terpadu terkait penanganan air limbah dan penyedia air

    minum.

    DKI Jakarta masih memiliki wilayah yang dikategorikan sebagai daerah kumuh dengan

    masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang perlu mendapat perhatian terkait dengan

    air minum dan sanitasi yang aman.

    Konsumsi air yang tercemar telah berkontribusi pada angka kejadian diare, yang tidak

    hanya ditangani Puskesmas namun juga Rumah Sakit Tipe B.

    Penyusunan Desain Besar Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta 2018-2022

    bertujuan untuk menyediakan instrumen bagi Pemerintah DKI Jakarta dalam menata arah dan

    fokus pembangunan layanan air minum dan limbah domestik agar mampu menjawab realitas dan

    tantangan yang ada melalui sinergi dan kolaborasi antarperangkat daerah dan pemangku

    kepentingan lainnya.

    Atas dasar tersebut, penyusunan Desain Besar dilakukan dengan melibatkan berbagai

    pemangku kepentingan lain terkait, seperti:

    a) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: (i) Bappeda; (ii) DSDA; (iii) DLH; (iv) Dinas Perindustrian

    dan Energi (DPE); (v) DPPAPP; (vii) DPRKP; dan (vii) Dinas Kesehatan

    b) Non Pemerintah: (i) PD PAM Jaya; (ii) PD PAL Jaya; (iii) Japan International Cooperation

    Agency (JICA) bersama mitranya PT. Indokoei; (iv) Jejaring Air Minum dan Penyehatan

    Lingkungan (AMPL); (v) ICLEI; dan (vi) HCC.

    Dalam proses penyusunan Desain Besar, banyak digunakan data dan informasi hasil

    kegiatan yang telah dilakukan oleh Kedeputian bidang TRLH dengan tim USAID IUWASH PLUS.

    Kegiatan tersebut antara lain: (i) pengumpulan data dan informasi; (ii) penyusunan peta interaktif;

    dan (iii) diskusi perumusan rancangan awal Desain Besar. Data dan informasi yang terkumpul

    dari sejumlah kegiatan awal tersebut digunakan untuk melengkapi peta interaktif yang

    menggambarkan kondisi layanan air minum dan air limbah DKI Jakarta dalam dokumen Desain

    Besar.

  • 10

    Beberapa capaian utama dari kegiatan penyusunan Desain Besar Air Minum dan Air

    Limbah Domestik dapat dilihat pada tabel di bawah. Dokumen Desain Besar dapat diunduh pada

    tautan di Lampiran III.

    Tabel 5

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Penyediaan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik

    Tahun Capaian

    2017 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar Air Minum dan Air Limbah Domestik pada Bulan

    Agutus.

    Dihasilkannya peta interaktif kondisi layanan air minum dan air limbah DKI Jakarta.

    Dihasilkannya dokumen final Desain Besar Air Minum dan Air Limbah Domestik.

    2018 Diluncurkannya Desain Besar Pertanian Perkotaan pada tanggal 23 Januari 2018 oleh

    Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Dokumen tersebut diserahkan kepada DSDA, PD PAM

    Jaya dan PD PAL Jaya untuk dirujuk dan diimplementasikan.

    Agustus 2017, Pemprov DKI Jakarta, USAID IUWASH Plus dan JICA Gelar Lokakarya Pengembangan

    Desain Besar Penyediaan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta

    September 2017, Rapat Kerja dengan USAID IUWASH PLUS dalam

    rangka finalisasi rancangan Dokumen Desain Besar Penyediaan Layanan Air Minum dan Air

    Limbah Domestik DKI Jakarta

    2.1.5 Desain Besar (Grand Design) Jakarta Menuju Kota Layak Anak

    Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup pada bulan Mei 2017

    berinisiatif untuk menyusun rancangan Desain Besar Jakarta Menuju Kota Layak Anak bekerja

    sama dengan PLAN Internasional Indonesia. Sebagai informasi, kota Layak Anak adalah Kota

    yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen

    dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh

    dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak dan

    perlindungan anak.

    Inisiatif penyusunan Desain Besar tersebut berangkat dari beberapa kondisi:

    Kegiatan kota layak anak masih dilakukan secara terkotak-kotak (fragmented) sehingga

    tidak sinergis.

    Untuk mencapai Kota Layak Anak dibutuhkan kerjasama para pemangku kepentingan

    (stakeholders), yaitu pemerintah, komunitas dan lembaga (adat, sosial, budaya), partai

    politik, swasta, media dan keluarga.

    Keberadaan RPTRA sangat membantu upaya menuju pencapaian Kota Layak Anak

    (KLA). Terdapat 18 indikator dari 24 indikator KLA yang terpenuhi melalui keberadaan

    RPTRA.

  • 11

    Desain Besar Jakarta menuju KLA memuat visi, misi, strategi, arah penanganan dalam

    jangka panjang yang dijabarkan dalam bentuk peta jalan (road map), tonggak pencapaian

    (milestone) untuk jangka menengah, dan rencana aksi yang memberikan keluaran dalam jangka

    pendek.

    Penyusunan Desain Besar Jakarta menuju KLA dilakukan dengan melibatkan

    instansi/lembaga terkait baik dari pemerintah maupun non-pemerintah seperti:

    a) Pemerintah Pusat: (i) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

    (ii) Kepolisian DKI Jakarta; dan (iii) Badan Narkotika Nasional

    b) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: (i) Bappeda; (ii) DKPKP; (iii) Dinas Pendidikan; (iv)

    DCKTRP; (v) DPPAPP; (vi) BPBD; (vii) Dinas Sosial (Dinsos); dan (viii) Dinas Perumahan

    dan Gedung Pemda (DPGP).

    c) Non Pemerintah: (i) PD Pasar Jaya; (ii) PKK Provinsi DKI Jakarta; (iii) UCLG ASPAC; (iv)

    American Red Cross; (v) Rebana Indonesia; (vi) Laboratorim Ilmu Perilaku UKRIDA; (vii)

    ECPAT Indonesia; (viii) SEJIWA; (ix) Ibu Foundation; dan (x) Forum Anak Jakarta.

    Penyusunan Desain Besar Jakarta menuju KLA didahului oleh serangkaian rapat

    koordinasi antara Kedeputian TRLH, Yayasan PLAN Internasional Indonesia, dan beberapa

    pemangku kepentingan inti untuk menyiapkan rancangan awal dokumen. Upaya penyempurnaan

    dilakukan melalui lokakarya pertama pada Bulan Mei 2017 dan Bulan Oktober 2017, sedangkan

    dokumen final dihasilkan pada akhir tahun 2017. Beberapa capaian utama dari kegiatan

    penyusunan Desain Besar Jakarta menuju KLA dapat dilihat pada tabel di bawah. Dokumen

    Desain Besar dapat diunduh pada tautan di Lampiran III.

    Tabel 6

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Jakarta Menuju Kota Layak Anak

    Tahun Capaian

    2017 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar Jakarta menuju Kota Layak Anak melalui

    Lokakarya Perdana pada bulan Mei

    Lokakarya Rancangan Akhir Desain Besar pada Oktober

    Dihasilkannya draf akhir dokumen Desain Besar Jakarta menuju Kota Layak Anak 2017-

    2022

    2018 Diluncurkannya Desain Besar Jakarta menuju Kota Layak Anak pada tanggal 23 Januari

    oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Dokumen tersebut diserahkan kepada Bappeda

    sebagai referensi dalam perencanaan pembangunan daerah.

    Mei 2017, Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Jakarta

    Menuju Kota Layak Anak Tahun 2017

    Agustus 2017, Rapat Persiapan Lokakarya kedua Desain

    Besar Jakarta Menuju Kota Layak Anak

  • 12

    2.1.6 Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Kualitas Udara

    Penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kualitas Udara DKI Jakarta diinisiasi pada bulan

    Maret 2019 oleh Kedeputian Gubernur bidang TRLH bekerjasama dengan Vital Strategies, yaitu

    sebuah organisasi internasional yang bergerak dibidang konsultasi kesehatan masyarakat.

    Gagasan penyusunan Desain Besar tersebut sebelumnya telah diinisiasi oleh Kedeputian pada

    tahun 2018 namun sempat terhambat karena tidak tersedianya bantuan pembiayaan. Pada bulan

    Januari 2019, tim Vital Strategies menyampaikan ketertarikan untuk terlibat dalam kegiatan

    tersebut dan bersedia memberikan bantuan berupa tenaga ahli yang bertugas melakukan

    koordinasi dan komunikasi, serta memberikan bantuan teknis selama masa penyusunan.

    Polusi udara merupakan salah satu isu lingkungan berbahaya yang berdampak pada

    kesehatan manusia, pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi. Beberapa

    hambatan utama dari penanganan polusi udara di DKI Jakarta adalah: (i) setiap pemangku

    kepentingan masih bekerja dalam silo/tidak sinergis; dan (ii) belum menjadi prioritas bagi daerah

    di sekitar DKI Jakarta (fragmented governance). Penanganan polusi udara membutuhkan

    keterlibatan berbagai pihak karena sifatnya yang lintas daerah dan multi sektor. Desain Besar

    Pengelolaan Kualitas Udara DKI Jakarta diharapkan dapat menjadi peta jalan pengelolaan udara

    DKI Jakarta jangka panjang yang menyelaraskan berbagai program/kegiatan terkait yang

    dilakukan pemerintah maupun non-pemerintah.

    Upaya penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kualitas Udara DKI Jakarta dilakukan

    dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait, beberapa yang utama antara lain:

    a) Pemerintah Pusat: (i) Kementerian LHK; dan (ii) Kementerian Perhubungan.

    b) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: (i) Bappeda; (ii) DLH; dan (iii) Dishub.

    c) Non Pemerintah: (i) Sekretariat Jakarta Berketahanan; (ii) Yayasan C40; (iii) Institute for

    Transportation and Development Policy (ITDP); (iv) Komite Penghapusan Bensin

    Bertimbal (KPBB); (v) ITB; (vi) IPB; (vii) United States Environmental Protection Agency

    (US EPA); dan (viii) PT. Transportasi Jakarta

    Dalam penyusunan Desain Besar ini, selain akan dihasilkan peta jalan dan rencana aksi

    pengelolaan kualitas udara DKI Jakarta untuk tahun 2030, juga akan dibuat situs (website) yang

    berisikan upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengelola kualitas udara. Situs tersebut

    juga akan berperan sebagai media informasi dan media interaksi antara pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta dengan masyarakat luas.

    Secara ringkas, perkembangan penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kualitas Udara

    DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah. Beberapa tindak lanjut yang perlu dilakukan

    adalah: (i) melakukan pendalaman target, strategi, arah kebijakan, peta jalan, dan rencana aksi,

    pengelolaan kualitas udara; dan (ii) melakukan penyempurnaan desain situs.

  • 13

    Tabel 7

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kualitas Udara

    Tahun Capaian

    2019 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kualitas Udara DKI Jakarta pada

    bulan Maret

    Diselenggarakannya 2 (dua) lokakarya dalam rangka pemetaan pemangku kepentingan,

    inventarisasi data dan informasi terkait, pemetaan isu, penentuan visi-misi, penentuan

    target, strategi, rencana aksi, dan roadmap (peta jalan) pengelolaan kualitas udara DKI

    Jakarta.

    Dihasilkannya draf awal target dan roadmap (peta jalan) pengelolaan kualitas udara DKI

    Jakarta 2030.

    Dihasilkannya prototipe situs pengelolaan kualitas udara DKI Jakarta bernama

    Jakarta.cleanair.id

    Mei 2019, Lokakarya Penyusunan Peta Jalan

    Pengelolaan Kualitas Udara DKI Jakarta

    Juli 2019, Lokakarya Inovasi untuk Memperkuat

    Pengelolaan Kualitas Udara DKI Jakarta

    2.1.7 Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas

    Kedeputian Tata Ruang dan Lingkungan Hidup bersama dengan American Red Cross

    (Amcross), dan Palang Merah Indonesia (PMI) pada bulan April 2017 menginisiasi penyusunan

    Desain Besar Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas DKI Jakarta. Penyusunan

    tersebut dilakukan karena melihat beberapa permasalahan kebencanaan di DKI Jakarta yaitu:

    a) Ancaman bencana banjir yang berasal dari hulu serta dari laut. DKI Jakarta merupakan

    daerah hilir yang dilewati oleh 13 aliran sungai, serta merupakan dataran rendah yang 40

    persen luasannya (±24.000 hektar) berada di bawa permukaan air laut.

    b) Ancaman bencana alam lain seperti gempa bumi, serta bencana non alam, seperti wabah

    penyakit, kebakaran, dan konflik sosial (demonstrasi).

    c) Masih belum optimalnya keterlibatan masyarakat baik pada tahap mitigasi, tanggap

    darurat, maupun paska bencana

    Ide untuk menyusun Desain Besar awalnya muncul pada bulan April 2017 ketika Amcross

    dan PMI beraudiensi ke Kedeputian Gubernur bidang TRLH perihal potensi kerjasama di bidang

    penanggulangan bencana. Penyusunan Desain Besar ini melibatkan berbagai pemangku

    kepentingan, yang utama seperti BPBD, Dinas LH, dan Tim Jakarta Berketahanan.

    Penyusunan Desain Besar dikoordinasikan dan dikerjakan oleh Amcross dan PMI,

    dengan supervisi dari Kedeputian Gubernur bidang TRLH. Namun demikian, pada pertengahan

    tahun 2018, Amcross selaku koordinator utama menyampaikan adanya keterbatasan anggaran

    untuk melanjutkan penyusunan Desain Besar. Oleh sebab itu, penyusunan Desain Besar

    dilanjutkan oleh PMI.

  • 14

    Pada tahun 2017, dilakukan beberapa rapat kerja yang membahas mengenai

    inventarisasi data serta pemetaan pemangku kepentingan yang relevan terhadap penyusunan

    Desain Besar. Hal tersebut dilanjutkan pada tahun 2018, sekaligus telah dilakukan satu lokakarya

    yang membahas visi, misi, target, serta strategi dan rencana aksi Pengelolaan Resiko Bencana

    Berbasis Komunitas. Pada tahun 2019, telah dihasilkan draf kedua dokumen Desain Besar dan

    akan dilakukan lokakarya lanjutan untuk verifikasi strategi dan rencana aksi pengelolaan resiko

    bencana berbasis komunitas. Capaian dari penyusunan Desain Besar secara ringkas dapat

    dilihat pada tabel di bawah.

    Tabel 8

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar

    Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas

    Tahun Capaian

    2017 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis

    Komunitas pada bulan April.

    Dilakukannya inventarisasi data serta pemetaan pemangku kepentingan dalam bidang

    pengelolaan resiko bencana.

    2018 Dilanjutkannya inventarisasi data serta pemetaan pemangku kepentingan dalam bidang

    pengelolaan resiko bencana.

    Disusunnya draf awal dokumen Desain Besar Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis

    Komunitas

    Dilaksanakannya lokakarya untuk membahas visi, misi, target, serta strategi dan rencana

    aksi Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas

    2019 Dihasilkannya draf kedua dokumen Desain Besar

    Dilakukannya persiapan lokakarya lanjutan dalam rangka verifikasi strategi dan rencana

    aksi pengelolaan resiko bencana berbasis komunitas.

    Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti terkait penyusunan Desain Besar Pengelolaan

    Resiko Bencana Berbasis Komunitas adalah: (i) pelaksanaan lokakarya dalam rangka verifikasi

    strategi, arah kebijakan, dan rencana aksi Desain Besar; dan (ii) finalisasi dokumen Desain Besar.

    Mei 2017, Pertemuan dipimpin oleh Asdep

    Gubernur bidang Lingkungan Hidup membahas Konsep Desain Besar

    Pengurangan Risiko Bencana

    Juli 2018, Deputi Gubernur bidang TRLH menerima kunjungan Tim PMI

    Agustus 2019, Rapat Persiapan FGD Kedua

    Desain Besar Penanggulangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas DKI Jakarta

    2.1.8 Desain Besar (Grand Design) Penanganan Permukiman Kumuh DKI Jakarta

    Kedeputian Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang TRLH pada bulan Juli 2019

    berkesempatan untuk menginisiasi penyusunan Desain Besar Penanganan Permukiman Kumuh

    DKI Jakarta bekerjasama dengan Bank Dunia (The World Bank). Gagasan penyusunan Desain

    Besar tersebut awalnya dimulai pada bulan Mei 2018 yang bekerjasama dengan mitra utama

    Human Cities Coalition (HCC). Namun demikian kegiatan tersebut sempat terhenti pada triwulan

  • 15

    III 2018 dikarenakan keterbatasan pembiayaan dari HCC. Ide tersebut kembali terlaksana di

    tahun 2019 ketika Bank Dunia menawarkan bantuan. Adapun bentuk bantuan yang diberikan

    oleh Bank Dunia dalam penyusunan Desain Besar adalah bantuan berupa tenaga ahli yang

    bertugas sebagai koordinator kegiatan serta melakukan penulisan dokumen Desain Besar.

    Penyusunan Desain Besar Penanganan Permukiman Kumuh DKI Jakarta dipandang

    penting sebagai upaya untuk:

    a) Menyelaraskan program penanganan kumuh milik Pemprov DKI Jakarta dengan program

    instansi/lembaga pemerintah maupun non-pemerintah lainnya.

    b) Memberikan solusi penanganan kawasan kumuh dalam bentuk rencana aksi secara

    komprehensif, yang tidak hanya melihat dari segi pembangunan fisik, namun juga

    ekonomi dan sosial-budaya.

    Berdasarkan beberapa hasil rapat koordinasi pada tahun 2019, isu besar terkait

    permukiman kumuh di DKI Jakarta, antara lain: (i) isu tata kelola dan (ii) isu sosial-budaya.

    Hambatan yang sering ditemui dalam tata kelola adalah tugas dan fungsi antara setiap

    instansi/lembaga yang seringkali tidak selaras, dan regulasi pendukung yang belum tersedia atau

    bahkan tumpang tindih. Sementara itu, isu sosial-budaya seringkali terlewatkan dalam upaya-

    upaya penanganan kawasan kumuh. Penanganan kawasan tersebut tidak jarang hanya fokus

    pada pembangunan/perbaikan fisik lingkungan (contoh: perbaikan bangunan gedung dan

    sarana-prasarana). Hambatan paling mendasar terkait penanganan kawasan kumuh adalah tidak

    seragamnya pengertian dan data permukiman kumuh antara setiap instansi/lembaga, sehingga

    menghambat pengambilan keputusan/kebijakan.

    Beberapa pemangku kepentingan utama yang terlibat dalam proses penyusunan Desain

    Besar antara lain:

    a) Pemerintah Pusat: (i) Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jakarta Kementerian PUPR;

    (ii) Kota Tanpa Kumuh/KOTAKU Kementerian PUPR; dan (iii) Kementerian LHK.

    b) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: (i) Bappeda; (ii) Dinas PRKP; (iii) Sudin PRKP Ke-enam

    Wilayah Administrasi DKI Jakarta; (iv) Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    (DKUMKM); (v) Dinas Kesehatan; dan (vi) DLH.

    c) Non Pemerintah: (i) Yayasan KARINA; (ii) Sekretariat Jakarta Berketahanan; (iii) PT.

    Jakarta Konsultindo.

    Perkembangan penyusunan Desain Besar Penanganan Permukiman Kumuh DKI Jakarta

    secara ringkas dapat dilihat pada tabel di bawah.

    Tabel 9

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Penanganan Permukiman Kumuh

    Tahun Capaian

    2019 Dinisiasinya penyusunan Desain Besar Penanganan Permukiman Kumuh DKI Jakarta

    Disusunnya rencana kerja penyusunan dokumen Desain Besar.

    Dilakukannya pemetaan pemangku kepentingan dan inventarisasi isu permukiman kumuh

    DKI Jakarta.

    Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti terkait penyusunan Desain Besar Penanganan

    Permukiman Kumuh DKI Jakarta adalah pelaksanaan beberapa lokakarya dalam rangka

  • 16

    pemetaan isu permukiman serta pemangku kepentingan, penentuan visi-misi, target, strategi,

    arah kebijakan, peta jalan, dan rencana aksi.

    Mei 2019, Rapat Penjajakan Membahas Kondisi

    Permukiman Kumuh DKI Jakarta

    September 2019, Rapat Koordinasi Inisiasi Penyusunan Desain Besar Penanganan Permukiman Kumuh DKI

    Jakarta

    2.1.9 Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Air Tanah

    Kedeputian Tata Ruang Dan Lingkungan Hidup bersama Dinas Perindustrian dan Energi

    Provinsi DKI Jakarta serta Badan Geologi Kementerian ESDM menginisiasi penyusunan Desain

    Besar/Grand Design Pengelolaan Air Tanah pada bulan Januari 2017. Inisiasi tersebut dilakukan

    melihat kondisi air tanah di daerah Jabodetabek yang sudah tidak memenuhi standar kualitas air

    minum yang disyaratkan pemerintah.

    Beberapa isu yang mengemuka seperti:

    a) Ditemukan kandungan senyawa garam, mangan dan besi yang berlebih tersebar di

    wilayah utara Jakarta hingga wilayah selatan Kota Depok. Terdapat indikasi bahwa

    daerah Kapuk, Muara Angke mengalami pencemaran logam berat Plumbum (Pb).

    b) Ditemukan kandungan NaCl (garam) dalam air tanah di wilayah utara Jabodetabek.

    Sumur yang air tanahnya mengandung garam berlebih ditemukan di sekitar Cengkareng,

    Kamal Muara, Penjaringan, Ancol, Cakung, hingga sekitar Bekasi.

    c) Peningkatan pemakaian air tanah secara ilegal. Data dari Dinas Sumber Daya Air DKI

    Jakarta menunjukkan bahwa pada tahun 2011 jumlah pemakai air tanah sebanyak 4.231

    lokasi, sementara pada tahun 2014 bertambah menjadi 4.431 lokasi. Hal tersebut

    menyebabkan pemakaian air tanah meningkat menjadi 8,8 juta meter kubik pada tahun

    2014 dari yang sebelumnya 7,2 juta meter kubik pada tahun 2011. Ditengarai masih

    banyak pengguna air tanah yang tidak terdaftar. Penggunaan air tanah yang tidak

    terkendali dapat menyebabkan penurunan muka tanah (land subsidence).

    Inisiasi Desain Besar/Grand Design Pengelolaan Air Tanah dilakukan dengan harapan

    dokumen tersebut dapat berfungsi sebagai pedoman bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam

    mengelola air tanah, baik air tanah dalam maupun air tanah dangkal. Perlu diperhatikan bahwa

    penyusunan tersebut melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik dari pihak Pemerintah

    Pusat, Pemerintah Daerah sekitar, maupun dari Non-pemerintah (akademisi, pelaku

    industri/swasta, LSM, dan komunitas masyarakat). Hal ini dilakukan karena sifat permasalahan

    air tanah yang cenderung lintas wilayah (cross-boundary) dan lintas kewenangan (cross-

    governance).

    Setelah melalui beberapa proses rapat kerja dan sosialisasi, penyusunan Desain Besar

    Pengelolaan Air Tanah pada tanggal 31 Juli 2017 diputuskan oleh Gubernur dalam Rapat

  • 17

    Pimpinan (Rapim) untuk dilanjutkan oleh Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris

    Daerah Provinsi DKI Jakarta. Secara ringkas, capaian penyusunan Desain Besar Pengelolaan

    Air Tanah yang dilakukan Kedeputian bidang TRLH sebagaimana berikut.

    Tabel 10

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Pengelolaan Air Tanah

    Tahun Capaian

    2017 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar pada bulan Januari.

    Dilakukannya inventarisasi data dan informasi, serta pemetaan pemangku kepentingan.

    Dilakukannya sosialisasi konservasi lingkungan terkait pemakaian air tanah pada Bulan

    Juni.

    Ditugaskannya Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi DKI

    Jakarta untuk melanjutkan penyusunan Desain Besar Pengelolaan Air Tanah.

    Januari 2017, Diskusi dengan Kepala Badan Geologi

    KESDM mengenai Kondisi Air Tanah DKI Jakarta

    Juni 2017, Sosialisasi Konservasi Lingkungan Terkait

    Pemakaian Air Tanah

    2.1.10 Desain Besar (Grand Design) Penataan Ruang Terbuka Hijau

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

    ditetapkan bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) terdiri dari ruang terbuka hijau publik sebesar 20

    persen dan ruang terbuka hijau privat sebesar 10 persen dari luas wilayah kota. Sampai dengan

    saat ini DKI Jakarta belum dapat memenuhi pencapaian target RTH tersebut, sehingga

    dipandang perlu untuk menyusun sebuah Desain Besar/Grand Design yang menjadi acuan

    semua pemangku kepentingan dalam memenuhi target RTH tersebut.

    Penyediaan lahan untuk RTH di DKI Jakarta terkendala oleh setidaknya beberapa faktor

    utama, yaitu:

    a) Banyaknya alih fungsi lahan RTH yang tidak terkendali diakibatkan belum optimalnya

    sistem pendataan dan informasi. Kurangnya koordinasi antarinstansi terkait serta

    peralihan peruntukan lahan RTH tidak disertai upaya penegakan hukum.

    b) Penyediaan lahan RTH selama ini cenderung tidak mengikuti peruntukan lahan hijau yang

    tercantum dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ).

    c) Penyediaan lahan hijau memiliki tingkat kesulitan yang berbeda bergantung pada jenis

    status kepemilikan tanah, sengketa tanah dan penolakan dari masyarakat.

    d) Optimalisasi penyediaan lahan cukup terkendala oleh rendahnya pemenuhan kewajiban

    penyediaan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum RTH oleh pengembang.

  • 18

    Desain Besar Penataan Ruang Terbuka Hijau menjadi penting sebagai panduan dalam

    memenuhi target RTH sekaligus memprediksi lokasi prioritas yang dapat dibebaskan mengikuti

    ketetapan dalam RDTR. Dengan demikian, kebutuhan anggaran pembebasan tanah setiap

    tahunnya juga akan menjadi lebih mudah untuk diperkirakan.

    Kegiatan penyusunan Desain Besar Penataan RTH dimulai dengan rangkaian diskusi

    yang dilakukan Kedeputian bidang TRLH bersama dengan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan

    Pertanahan pada bulan Januari 2016. Penyusunan Desain Besar ini melibatkan beberapa pihak

    utama yang seluruhnya berasal dari Pemprov DKI Jakarta, yaitu: (i) DCKTRP; (ii) Dinas

    Kehutanan; (iii) DKPKP; (iv) Biro Tata Pemerintahan Setda; (v) Kecamatan; (vi) Kelurahan; dan

    (vii) Rukun Warga (RW).

    Aparat pemerintah hingga tingkat kelurahan dan RW dilibatkan dalam rangka validasi

    kesesuaian pemanfaatan ruang di dalam peta dengan kondisi lapangan. Hingga tahun 2017,

    telah berhasil diselesaikan pemetaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta pada 14

    Kecamatan Prioritas.

    Pada tahun 2017, kegiatan penyusunan Desain Besar Penataan RTH dilanjutkan oleh

    DCKTRP karena sesuai dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Hasil dari Desain Besar ini

    menjadi masukan pada rapat rutin Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD), serta

    revisi RDTR Jakarta. Secara ringkas, capaian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah.

    Tabel 11

    Capaian Utama Penyusunan Desain Besar Ruang Terbuka Hijau

    Tahun Capaian

    2016 Diinisiasinya penyusunan Desain Besar Penataan RTH pada bulan Januari.

    Disusunnya daftar data yang dibutuhkan untuk pemetaan RTH.

    Dilakukannya pemetaan RTH yang kemudian digunakan sebagai materi utama dokumen

    Desain Besar Penataan RTH.

    2017 Dilakukannya pemetaan RTH.

    Dilanjutkannya penyusunan Desain Besar Penataan RTH oleh Dinas CKTRP

    berkonsultasi dengan Deputi Gubernur bidang TRLH.

    Agustus 2016, Rapat koordinasi penyusunan Desain Besar Penataan RTH yang membahas mengenai

    inventarisasi RTH di DKI Jakarta.

    Juli 2017, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang TRLH dan

    DCKTRP berdiskusi mengenai pendataan untuk pemetaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di

    DKI Jakarta.

  • 19

    2.2 Pengoordinasian, Pemantauan dan Evaluasi atas Pelaksanaan Tugas Bidang

    Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

    Beragam kegiatan koordinasi, pemantauan, dan evaluasi di bidang TRLH telah dilakukan

    oleh Deputi Gubernur TRLH selama empat tahun bertugas. Namun terdapat dua kegiatan utama

    yang diamanahkan secara khusus oleh Gubernur DKI Jakarta, meliputi:

    a) Koordinator pelaksanaan Percepatan Pengembangan Kawasan Rumah Susun

    Sederhana Sewa Daan Mogot sebagai Kawasan Hijau; dan

    b) Chief Resillience Officer (CRO) Jakarta Berketahanan.

    2.2.1 Koordinator pelaksanaan Percepatan Pengembangan Kawasan Rumah Susun

    Sederhana Sewa Daan Mogot sebagai Kawasan Hijau

    Deputi Gubernur bidang TRLH melalui Instruksi Gubernur Nomor 30 Tahun 2017 ditunjuk

    sebagai koordinator pelaksanaan percepatan pengembangan Kawasan Rumah Susun

    Sederhana Sewa Daan Mogot sebagai Kawasan Hijau. Ingub tersebut disusun dalam rangka

    mendukung perwujudan visi Jakarta 2030 dalam Desain Besar Bangunan Gedung Hijau, yaitu

    menjadi Center of Excellence Bangunan Gedung Hijau di Indonesia, dengan misi mewujudkan

    100% bangunan baru memenuhi persyaratan teknis Pergub 38/2012 dan 60% bangunan

    eksisting lebih hemat energi dan air.

    Pembangunan Kawasan Hijau Rusunawa Daan Mogot berlokasi di Jalan Daan Mogot

    Kosambi/Semanan Kecamatan Cengekareng/Kalideres Kota Administrasi Jakarta Barat dengan

    total luasan lahan sebesar 17,6 hektar. Lahan tersebut berada di lahan milik pemprov DKI yang

    secara operasional dikoordinasikan oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

    (DPRKP).

    Dalam kawasan hijau tersebut, akan dibangun 7 (tujuh) menara rusunawa dengan

    menggunakan pembiayaan dari hasil kompensasi Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pengembang.

    Kompensasi tersebut sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 210 Tahun 2016 tentang

    Pengenaan Kompensasi terhadap Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan. Pengembang

    yang memberikan kompensasi antara lain:

    a) PT Mulia Karya Gemilang: 2 Menara (Menara 1 dan Menara 2)

    a) PT Kepland Investama: 2 Menara (Menara 6 dan Menara 7)

    b) PT Sampoerna Land: 3 Menara (Menara 3, Menara 4, dan Menara 5)

    Selain tujuh menara rusunawa, akan dibangun juga fasilitas pendukung lainnya seperti

    waduk, pasar, Pusat Pertokoan untuk Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah),

    sekolah (SD dan TK), rumah sakit tipe D, dan pos pemadam kebakaran. Fasilitas pendukung

    yang telah selesai dibangun saat ini adalah Masjid Raya Provinsi DKI Jakarta (Masjid Raya KH

    Visualisasi dan masterplan kawasan hijau Daan Mogot dapat dilihat pada

    Gambar 2.

    Berdasarkan hasil pemantauan pada bulan Oktober 2019, perkembangan pembangunan

    kawasan hijau Rusunawa Daan Mogot adalah sebagai berikut:

    a. Pembangunan Menara 1 dan 2 oleh PT. Mulia Karyagemilang telah mencapai 90%, dan

    untuk Menara 6 dan 7 oleh PT. Kepland Investama telah mencapai 78%. Pembangunan

    Menara milik PT. Kepland Investama mengalami kemunduran penyelesaian dikarenakan

  • 20

    adanya perubahan desain koridor di dalam rusunawa yang disesuaikan dengan

    spesifikasi untuk penyelamatan kebakaran. Namun demikian, jadwal peresmian masih

    sesuai jadwal awal, yaitu pada bulan Januari 2020.

    b. Untuk Menara 3, 4, dan 5 oleh PT. Sampoerna Land, hingga saat ini masih belum

    dilakukan pembangunan karena dalam proses evaluasi ulang untuk desain dan jumlah

    unit yang akan dibangun. Pembangunan Menara 3, 4, dan 5 ditargetkan dimulai pada

    Bulan Desember 2019.

    c. Pembangunan waduk yang akan berfungsi sebagai penampung air bersih hasil olahan

    (sungai Mookervat, air hujan, dan air limbah domestik) sudah dimulai oleh Dinas SDA.

    Pembangunan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2020. Kendala teknis yang dihadapi

    adalah banyaknya puing pembangunan Menara 6 dan 7 yang dibuang pada lahan

    pengerukan waduk. Sementara ini, Dinas SDA terpaksa membiayai pembuangan puing

    tersebut ke tempat lain karena belum adanya tanggapan dari PT. Kepland Investama dan

    Dinas PRKP.

    d. Pembangunan landscape Masjid Raya oleh PT. Suryaraya Investama saat ini telah

    mencapai proses evaluasi desain tapak yang dilakukan bersama dinas PRKP.

    e. Pembangunan Rumah Sakit Tipe D saat ini belum dianggarkan oleh Dinas Kesehatan

    karena masih dievaluasi lebih lanjut spesifikasi yang paling sesuai dengan kebutuhan

    Kawasan Hijau Rusunawa Daan Mogot.

    Menanggapi hasil pemantauan tersebut, Kedeputian Gubernur Provinsi DKI Jakarta

    Bidang TRLH mengusulkan beberapa hal, yaitu: (i) PD PAM Jaya, Dinas SDA, Dinas CKTRP dan

    Dinas PRKP agar berkoordinasi lebih lanjut untuk membahas izin trase perpipaan SPAM

    komunal; (ii) Biro PKLH perlu mendorong PT. Suryaraya Investama untuk finalisasi desain tapak

    serta segera melakukan pembangunan landscape Masjid Raya; dan (iii) Terkait pembangunan

    waduk, Dinas PRKP selaku pengelola lahan di Kawasan Hijau Rusunawa Daan Mogot agar dapat

    menyampaikan kepada PT. Kepland Investama untuk melakukan pembuangan puing-puing

    bangunan di luar kawasan pembangunan waduk. Untuk mendukung pelaksanaan beberapa

    solusi diatas, Kedeputian Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

    Hidup telah melakukan pelaporan kepada Gubernur DKI Jakarta dengan harapan usulan tersebut

    dapat segera ditindaklanjuti.

    Gambar 2. Visualisasi Kawasan Hijau Daan Mogot (Kiri); dan

    Masterplan Kawasan Hijau Daan Mogot (Kanan)

  • 21

    Untuk selanjutnya, perlu dilakukan pemantauan mengenai beberapa hal, antara lain: (i)

    tersedianya sarana-prasarana pendukung (contoh: air bersih, listrik, pengelolaan air limbah dan

    sampah) sesuai dengan kebutuhan kawasan; dan (ii) validasi kesesuaian bangunan menara

    rusunawa dengan standar sertifikasi BGH yang dimiliki (EDGE).

    2.2.2 Koordinator Pelaksanaan Kegiatan/Chief Resillience Officer (CRO) Strategi Jakarta

    Berketahanan

    Pada bulan Mei 2016, kota Jakarta terpilih sebagai salah satu dari 37 kota dunia untuk

    bergabung dalam jejaring internasional 100 Resilient Cities (100RC) yang diinisiasi oleh

    Rockefeller Foundation. Bergabungnya Jakarta dalam kegiatan 100RC ditandai dengan

    penandatanganan Surat Pernyataan Berkehendak/Letter of Intent (LoI) oleh Gubernur DKI

    Jakarta dan Presiden 100 Resilient Cities (100RC) tertanggal 24 Juli 2017 secara terpisah.

    Tujuan dari dibentuknya kerjasama ini adalah untuk mengembangkan kemampuan DKI

    Jakarta dalam memelihara serta memulihkan fungsi penting kota terhadap keberadaan

    guncangan (shocks) dan tekanan (stresses). Dengan demikian diharapkan masyarakat,

    komunitas, serta sistem kota dapat terus berkembang menjadi kota yang berketahanan. Keluaran

    (output) utama dari kegiatan Jakarta Berketahanan adalah:

    a) Penilaian Awal Ketahanan Kota atau Preliminary Resilience Assessment (PRA).

    b) Pengembangan Strategi Ketahanan Kota (City Resilience Strategy).

    c) Pelaksanaan Strategi Ketahanan Kota yang diawali dengan upaya pengarusutamaan

    strategi dalam proses perencanaan pembangunan dan berujung pada terinternalisasinya

    strategi dalam dokumen pelaksanaan pembangunan.

    Dalam prosesnya, setiap kota yang tergabung dalam program 100RC dipimpin oleh

    Koordinator Pelaksanaan Program/Chief Resilience Officer (CRO) Strategi Ketahanan Kota.

    Dalam hal ini, Deputi Gubernur bidang TRLH mendapatkan amanat dari Gubernur untuk berperan

    sebagai CRO, sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 200 Tahun 2019

    tentang Penetapan Deputi Gubernur Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Bidang

    Tata Ruang dan Lingkungan Hidup sebagai Koordinator Pelaksanaan Program Strategi

    Ketahanan Kota Jakarta/Chief Resilience Officer. Dalam melaksanakan tugasnya, CRO didukung

    oleh tim sekretariat.

    Secara ringkas, capaian implementasi program Jakarta Berketahanan sebagaimana

    dalam tabel di bawah. Seluruh capaian tersebut dijelaskan secara lebih rinci pada Laporan

    Memori Akhir Jabatan CRO Jakarta Berketahanan yang dapat diunduh pada tautan berikut:

    http://jakberketahanan.org/2019/12/17/memori-akhir-jakabatan-chief-resilience-officer-oswar-m-

    mungkasa/ (Lampiran II). Sementara itu, dokumen Strategi Ketahanan Kota Jakarta dapat

    diunduh pada tautan berikut: http://jakberketahanan.org/2019/08/29/strategi-ketahanan-kota-

    jakarta/ (Lampiran III).

    http://jakberketahanan.org/2019/12/17/memori-akhir-jakabatan-chief-resilience-officer-oswar-m-mungkasa/http://jakberketahanan.org/2019/12/17/memori-akhir-jakabatan-chief-resilience-officer-oswar-m-mungkasa/http://jakberketahanan.org/2019/08/29/strategi-ketahanan-kota-jakarta/http://jakberketahanan.org/2019/08/29/strategi-ketahanan-kota-jakarta/

  • 22

    Tabel 12

    Capaian Utama Kegiatan Strategi Ketahanan Kota Jakarta

    Tahun Capaian

    2016 Dipilihnya DKI Jakarta sebagai salah satu kota dunia untuk bergabung dalam jejaring

    internasional 100 Resilient Cities (100RC).

    2017 Dibentuknya kerjasama antara DKI Jakarta dengan 100RC melalui penandatanganan

    Letter of Intent (LoI) pada Bulan Juli.

    Dipilihnya CRO Jakarta Berketahanan dan dibentuknya Sekretariat Jakarta Berketahan.

    Dikumpulkannya berbagai data dan fakta sebagai dasar penyusunan dokumen Penilaian

    Awal Ketahanan Kota/Preliminary Resilience Assessment (PRA) yang selanjutnya

    digunakan sebagai acuan penyusunan Strategi Ketahanan Kota

    Mulai terbentuknya kolaborasi antara Pemprov DKI dan berbagai pemangku kepentingan

    dalam mewujudkan ketahanan Kota Jakarta.

    2018 Disusunnya dokumen Penilaian Awal Ketahanan Kota/Preliminary Resilience Assessment

    (PRA) serta Draft 0 (Nol) Strategi Ketahanan Kota Jakarta

    Meningkatnya kolaborasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemang