laporan pdf
TRANSCRIPT
-
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
LAPORAN STUDI LAPANGAN
TINJAUAN ATAS PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA
PADA LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2011 DI BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI
SUMATERA UTARA
Diajukan oleh:
August Frans Sebastian Pangaribuan
NPM: 093060016288
Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Akuntansi
Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan
Tahun 2012
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan
segala berkat dan kasih karunia-Nya kepada kita semua. Dengan kuasa-Nya juga
penulis dapat menyelesaikan laporan studi lapangan yang berjudul TINJAUAN
ATAS PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA PADA LAPORAN
KEUANGAN TAHUN 2011 DI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA.
Selain untuk menambah wawasan penulis dalam bidang akuntansi pemerintah,
laporan studi lapangan ini juga disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
menyelesaikan perkuliahan di Program Diploma III Spesialisasi Akuntansi Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara.
Dalam menyelesaikan laporan studi lapangan ini, penulis banyak sekali
mendapatkan bantuan dari dukungan dari berbagai pihak. Dengan penuh rasa hormat
dan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Opung boru dan opung doli yang telah membesarkan dan menanamkan nilai yang
baik dalam hidup saya.
2. Bapak dan Almarhum Ibu yang telah merawat dan membesarkan saya.
3. Bou Gopas, Bou Melda, Bou Hotlin, Bapak tua Boris, Kak Indri, dan Bang Gopas
yang telah membimbing dan memberi banyak nasihat yang sangat bermanfaat
kepada saya.
4. Bapak Kusmanadji, Ak, MBA selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
-
vi
5. Bapak Budi Waluyo, SST, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dalam penyusunan laporan studi lapangan ini.
6. Bapak/Ibu Widyaiswara dan Dosen STAN yang telah mengajarkan saya ilmu dan
nilai-nilai kehidupan yang sangat berguna selama saya berkuliah di STAN.
7. Keluarga besar HORAS (Himpunan Orang Rantau Asal Sumatera Utara).
8. Seluruh Pegawai BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak
membantu penulis dalam pengumpulan data untuk laporan studi lapangan ini.
9. Teman-teman kelas 1 A, 2 Q, dan 3 M Akuntansi Pemerintahan.
10. Teman-teman saya, Pebry, Ilham, Lia, & Raymond, yang telah mendukung saya
11. Pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, yang mungkin belum saya sebutkan
di kata pengantar ini.
Tidak lupa penulis juga meminta maaf kepada semua pihak apabila dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan studi lapangan ini, ada kata-kata dan tindakan
penulis yang tidak berkenan. Penulis telah menyusun laporan ini dengan segenap
kemampuan yang dimiliki. Namun, penulis menyadari bahwa laporan studi lapangan
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang tidak disadari karena
keterbatasan penulis dalam hal wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Harapan penulis semoga
laporan studi lapangan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Tangerang Selatan, Agustus 2012
Penulis
August Frans Sebastian Pangaribuan
-
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . i
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN STUDI LAPANGAN ...........................iii
PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORAN STUDI LAPANGAN.. iv
KATA PENGANTAR .. . v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix
DAFTA LAMPIRAN .. xi
BAB I PENDAHULUAN .. 1
A. Latar Belakang Penulisan.. 1
B. Tujuan Penulisan 3
C. Metode Pengumpulan Data.... 3
D. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II DATA DAN FAKTA... 5
A. Gambaran Umum Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara . 5
1. Tugas Pokok dan Fungsi...... 5
2. Struktur Organisasi...... 7
3. Visi dan Misi.................................................................................... 8
-
viii
B. Gambaran Umum Belanja pada Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Perwakilan Provinsi Sumatera............................... 9
1. Jenis Belanja........................................................................... 10
2. Belanja Akrual................................................................................ 14
3. Standar Operasional Belanja... 14
BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN...................... 18
A. Landasan Teori. 18
1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat... 18
2. Sistem Akuntansi Keuangan... 20
3. Kebijakan Akuntansi Belanja..... 22
B. Pembahasan ..................... 32
1. Tinjauan atas Pengakuan Belanja pada Laporan Keuangan TA
2011............................................................................... 32
2. Tinjauan atas Pencatatan Belanja pada Laporan Keuangan TA
2011............................................... 33
3. Tinjauan atas Penyajian dan Pengungkapan Belanja pada Laporan
Keuangan TA 2011............ 37
4. Tinjauan Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja pada
Laporan Realisasi Anggaran TA 2010 dan TA 2011..... 40
BAB IV PENUTUP........................... 43
A. Simpulan... 43
B. Saran. 45
-
ix
DAFTAR PUSTAKA.. 47
LAMPIRAN 48
-
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis
Belanja TA 2011 10
Tabel II.2 Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA 2011 dan TA 2010 11
Tabel II.3 Realisasi Belanja Modal TA 2011 dan TA 2010 12
Tabel II.4 Anggaran dan Realisasi Belanja per Program Tahun 2011 13
Tabel II.5 Anggaran dan Realisasi Belanja per Sumber Dana Tahun 2011 13
Tabel II.6 Anggaran dan Realisasi Belanja per Organisasi Tahun 2011 14
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Struktur Organisasi BPKP 48
Lampiran II Klasifikasi Belanja Menurut Peraturan Perundang-undangan 49
Lampiran III Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA 2011 50
Lampiran IV Formulir Jurnal Belanja Akrual 51
Lampiran V Laporan Realisasi Anggaran TA 2011 52
Lampiran VI Laporan Realisasi Anggaran TA 2010 53
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diamanatkan pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003, belanja negara dalam APBN digunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Jadi, dalam hal ini terdapat dua
jenis pengeluaran pemerintah, yaitu belanja pemerintah dan pengeluaran transfer.
Belanja pemerintah dikelola oleh bendahara pengeluaran, yaitu orang yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka
pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga.
Menurut Paragraf 34 PSAP Nomor 02, ditetapkan bahwa belanja
diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi.
Rincian tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan oleh entitas
pelaporan. Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf 39 PSAP 02, klasifikasi belanja
menurut ekonomi (jenis belanja) yang dikelompokkan lagi menjadi belanja operasi,
belanja modal dan belanja lain-lain/tak terduga. Belanja operasi adalah belanja yang
dikeluarkan dari Kas Umum Negara/Daerah dalam rangka menyelenggarakan
operasional pemerintah, sedangkan belanja modal adalah belanja yang diperuntukkan
-
2
dalam rangka membeli dan/atau mengadakan barang modal. Belanja operasi
selanjutnya diklasifikasikan lagi menjadi belanja pegawai, belanja barang, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain/tak terduga. Disamping itu,
klasifikasi belanja menurut fungsi dibagi menjadi: pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan ketentraman, ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan
pemukiman, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan
sosial. Pengklasifikasian ini mengikuti pola Government Financial Statistics (GFS)
yang diterbitkan oleh International Monetary Fund (IMF).
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yang merupakan
lembaga pemerintah nonkementerian yang melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa audit, konsultasi,
asistensi, evaluasi, pemberantasan KKN serta pendidikan dan pelatihan, juga
mempunyai belanja. Belanja pada BPKP dikelola oleh bendahara pengeluaran.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yang merupakan
salah satu badan audit selain Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), mempunyai standar
akuntansi yang andal mengenai belanja yang dikelolanya. Penulis ingin mengetahui
apakah BPKP, yang tugasnya sebagai lembaga audit dan pendamping dalam
penyusunan laporan keuangan bagi satuan kerja lain, telah mengakui, mencatat,
menyajikan, dan mengungkapkan belanja ini sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku. Oleh karena itu, penulis menyusun laporan studi lapangan dengan judul,
Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Belanja pada Laporan Keuangan
Tahun 2011 di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara.
-
3
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Laporan Studi Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program
Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
2. Memberikan gambaran secara lengkap tentang pengakuan, pencatatan, penyajian,
dan pengungkapan belanja pada Laporan Keuangan Tahun 2011 di Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.
3. Menganalisis perbandingan data antara anggaran dan realisasi belanja dengan
mengikutsertakan analisis pada data tahun sebelumnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang relevan adalah data yang harus digunakan dalam penyusunan
laporan studi lapangan. Dalam rangka memperoleh data yang relevan sebagai dasar
penyusunan laporan, penulis merencanakan pengumpulan data-data dengan metode
sebagai berikut:
1. Metode Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, dan
menelaah berbagai literatur, artikel, dan bahanbahan kuliah yang mempunyai
relevansi dengan materi pembahasan, seperti: buku-buku, peraturan perundang-
undangan, dan catatan-catatan selama kuliah.
2. Metode Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan ini menggunakan dua metode yaitu:
a. Metode wawancara, yaitu mewancarai bendahara pengeluaran sebagai pihak yang
berkompeten dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban belanja.
-
4
b. Metode observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan dan penelitian secara
langsung di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II DATA DAN FAKTA
Bab ini memuat gambaran umum yaitu mengenai tugas pokok dan fungsi,
struktur organisasi, dan visi dan misi. Dalam bab ini ini juga diuraikan
mengenai gambaran umum belanja, yang terdiri dari jenis belanja, belanja
akrual, dan standar operasional, yang terjadi selama tahun anggaran 2011
di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.
BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis melakukan analisis terhadap data dan fakta
yang ada dengan menerapkan pengetahuan yang penulis miliki dan
menentukan alternatif pemecahan masalah yang paling efektif menurut
penulis.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dari uraian-uraian pada bab sebelumnya dan saran
atau usul sebagai masukan terhadap permasalahan yang dihadapi di
lapangan.
-
5
BAB II
DATA DAN FAKTA
A. Gambaran Umum Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara
1. Tugas pokok dan fungsi.
Sesuai dengan Pasal 52, 53, dan 54 Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPKP mempunyai
tugas melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP menyelenggarakan fungsi:
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan
dan pembangunan;
b. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan;
c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP;
d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
keuangan dan pembangunan;
e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
-
6
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai kewenangan:
a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro;
c. Penetapan sistem informasi di bidangnya;
d. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya;
e. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;
f. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu:
1) Memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat penimbunan,
dan sebagainya;
2) Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan, surat-surat
bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei laporan-laporan
pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan;
3) Pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan, dan lain-lain;
4) Meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil
pengawasan BPKP sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lembaga pengawasan lainnya.
Fungsi BPKP saat ini telah diperluas dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. Sebagai auditor yang bertanggung jawab kepada presiden seperti
-
7
dinyatakan dalam PP tersebut, BPKP berperan mendukung akuntabilitas Presiden
dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara melalui fungsi pengawasan intern
terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral, yaitu kegiatan yang dalam pelaksanaannya
melibatkan dua atau lebih kementerian/lembaga atau pemerintah daerah yang
tidak dapat dilakukan pengawasan oleh aparat pengawasan intern pemerintah pada
kementerian/lembaga, provinsi, atau kabupaten/kota karena keterbatasan
kewenangan;
b. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Khusus dalam rangka
pelaksanaan pengawasan intern atas kegiatan kebendaharaan umum negara,
Menteri Keuangan melakukan koordinasi kegiatan yang terkait dengan instansi
pemerintah lainnya;
c. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari presiden, yaitu:
1) Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebelum disampaikan Menteri
Keuangan kepada Presiden (Pasal 57 ayat 4);
2) Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
2. Struktur organisasi.
Organisasi dan Tata Kerja Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara,
diatur dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-06.00.00-286/K/2001 tanggal 20
Februari 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPKP yang telah diubah
terakhir dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor: Per-955/K/SU/2011. Kantor BPKP
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan tugas
-
8
pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Visi dan Misi.
a. Pernyataan visi.
Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat
baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menegaskan jati dirinya sebagai Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) yang bertanggung jawab kepada presiden.
Konsekuensinya, BPKP dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga
bagi presiden dari hasil pengawasan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi
atas permasalahan yang dihadapi pemerintahan. Kontribusi BPKP tersebut
dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas merupakan tujuan akhir
yang ingin dicapai BPKP yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan
BPKP kepada shareholder/stakeholder-nya.
Visi BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara memberikan penekanan pada
pemberian bantuan kepada pihak manajemen pemerintah, meskipun demikian, BPKP
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dalam bekerja tetap mempertahankan
independensinya. Independensi ini sangat tepat untuk menggambarkan BPKP
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara sebagai aparat pengawasan intern yang dapat
dipercaya. Kepercayaan adalah modal utama dalam hubungan antara prinsipal dengan
agen. Sebagai salah satu Kantor Perwakilan BPKP, BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara dalam pernyataan visinya mengacu dan mengelaborasi visi dan misi
dari BPKP Pusat. Komitmen ini selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi yang
-
9
sudah disetujui oleh jajaran BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, yaitu:
Auditor Presiden Yang Responsif, Interaktif, Dan Terpercaya Untuk Mewujudkan
Akuntabilitas Keuangan Negara Yang Berkualitas.
b. Pernyataan misi.
Untuk mewujudkan visi BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara tersebut,
perlu dirumuskan misi, yang menggambarkan amanah apa yang harus dituntaskan
oleh organisasi, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan
visi yang ditetapkan. Sebagaimana halnya dengan visi, misi BPKP Perwakilan
Provinsi Sumatera Utara juga mengacu kepada misi BPKP Pusat.
Oleh karena itu, misi BPKP Perwakilan Sumatera Utara ditetapkan dalam
empat rumusan sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang
mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di Sumatera Utara;
2) Meningkatkan efektivitas pembinaan sistem pengendalian intern instansi
pemerintah di Sumatera Utara;
3) Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan
kompeten di Sumatera Utara;
4) Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi
pemerintah di Sumatera Utara.
B. Gambaran Umum Belanja pada Kantor BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara
BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2011 mempunyai
alokasi anggaran sebesar Rp22.259.806.000. Realisasi belanja sampai dengan akhir
-
10
Tahun Anggaran (TA) 2011 sebesar Rp21.295.075.421 atau 95,67 persen dari
anggarannya.
1. Jenis belanja.
BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara menyajikan belanja berdasarkan
klasifikasi jenis belanja pada Laporan Realisasi Anggaran, sedangkan di Catatan atas
Laporan Keuangan disajikan menurut organisasi, fungsi, dan sumber dana.
a. Klasifikasi ekonomi/jenis belanja.
Berdasarkan klasifikasi ekonomi/jenis belanja, belanja pada BPKP
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara terbagi atas tiga bagian, yaitu belanja pegawai,
belanja barang, dan belanja modal. Realisasi belanja terbesar pada tahun 2011
terdapat pada belanja pegawai, yaitu sebesar Rp11.361.305.229, sedangkan realisasi
belanja terkecil terdapat pada belanja modal, yaitu sebesar Rp639.553.000. Realisasi
belanja barang pada tahun 2011 sebesar Rp9.294.217.192.
Tabel II.1 Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja TA 2011
Kode Jenis Belanja Anggaran Realisasi (%)
51 Belanja Pegawai 11.924.294.000 11.361.305.229 95,28
52 Belanja Barang 9.684.512.000 9.294.217.192 95,97
53 Belanja Modal 650.000.000 639.553.000 98,39
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011
1) Belanja pegawai
Pada BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, belanja pegawai dibagi atas
beberapa jenis belanja, yaitu: belanja gaji pokok PNS, belanja pembulatan gaji PNS,
-
11
belanja tunjangan suami/istri PNS, belanja tunjangan anak PNS, belanja tunjangan
struktural PNS, belanja tunjangan fungsional PNS, belanja tunjangan Pajak
Penghasilan PNS, belanja tunjangan beras PNS, belanja uang makan PNS, belanja
tunjangan lain-lain termasuk uang duka PN, belanja tunjangan umum PNS, belanja
uang honor tidak tetap, dan belanja uang lembur.
Tabel II. 2 Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA 2011 dan TA 2010
Uraian TA 2011 TA 2010 % Naik
(Turun)
Bel. Gaji Pokok PNS Rp 7.425.356.930 Rp 7.044.953.260 5,40
Bel. Pembulatan Gaji PNS Rp 204.136 Rp 171.548 19,00
Bel. Tunj. Suami/Istri PNS Rp 598.045.599 Rp 576.316.360 3,77
Bel. Tunj. Anak PNS Rp 206.479.696 Rp 202.695.616 1,87
Bel. Tunj. Struktural PNS Rp 151.871.000 Rp 143.210.000 6,05
Bel. Tunj Fungsional PNS Rp 1.208.100.000 Rp 1.302.225.000 -7,72
Bel. Tunj. PPh PNS Rp 264.534.498 Rp 210.811.388 25,48
Bel. Tunj Beras PNS Rp 523.575.070 Rp 496.982.160 5,35
Bel. Uang Makan PNS Rp 666.780.000 Rp 696.550.000 -4,27
Bel. Tunj. Lain-lain termasuk uang
duka PNS
Rp 12.852.300 Rp 10.452.000 22.96
Bel. Tunjangan Umum PNS Rp 93.025.000 Rp 109.110.000 -14.74
Bel. Uang Honor Tidak Tetap - - -
Bel. Uang Lembur Rp 210.482.000 Rp 424.912.500 -50,46
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011
2) Belanja barang
Belanja barang terbagi atas beberapa jenis belanja, yaitu: belanja keperluan
perkantoran, belanja penambah daya tahan tubuh, belanja pengiriman surat dinas pos
-
12
pusat, honor terkait operasional satker, belanja barang operasional lainnya, belanja
barang non operasional lainnya, belanja langganan daya dan jasa, belanja jasa profesi,
belanja jasa lainnya, belanja biaya pemeliharaan gedung dan bangunan, belanja biaya
pemeliharaan peralatan dan mesin, belanja perjalanan biasa, belanja perjalanan
lainnya, dan honor terkait output kegiatan.
3) Belanja modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada BPKP
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, belanja modal dibagi atas belanja modal
peralatan dan mesin dan belanja penambahan nilai gedung dan bangunan.
Tabel II. 3 Rincian Realisasi Belanja Modal TA 2011 dan TA 2010
Uraian TA 2011 TA 2010 %
Bel. Modal Peralatan dan Mesin Rp 178.533.000 Rp 19.624.000 809,77
Belanja Penambahan Nilai Gedung
dan Bangunan
Rp 461.020.000 Rp 519.106.000 (11,19)
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011
b. Klasifikasi program.
Berdasarkan klasifikasi program, belanja terbagi atas tiga bagian, yaitu belanja
pada program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BPKP,
program peningkatan sarana dan prasarana aparatur negara BPKP, program
pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern.
-
13
Tabel II. 4 Anggaran dan Realisasi Belanja per Program Tahun 2011
Kode
Program Uraian Program
Anggaran
Setelah Revisi
Realisasi
Belanja
%
089.01.01
089.01.02
Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya BPKP
Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur
Negara-BPKP
16.330.520.000
650.000.000
15.456.292.761
639.553.000
94,65
98,39
089.01.06 Program Pengawasan Intern
AkuntabilitasKeuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan Sistem
Pengedalian Intern
5.278.286.000 5.199.229.660 98,50
Jumlah 22.258.806.000 21.295.075.421 95,67
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011
c. Klasifikasi sumber dana.
Berdasarkan klasifikasi sumber dana, belanja terbagi atas belanja rupiah
murni, belanja pinjaman luar negeri, dan belanja rupiah murni pendamping. Pada
tahun 2011, keseluruhan realisasi belanja sebesar Rp21.295.075.421 yang bersumber
dari rupiah murni.
Tabel II. 5 Anggaran dan Realisasi Belanja per Sumber Dana Tahun 2011
Uraian Belanja Anggaran
Setelah Revisi
Realisasi
Belanja %
Belanja Rupiah Murni
22.258.806.000
21.295.075.421
95,67
Belanja Pinjaman LN - - -
Belanja RM Pendamping - - -
J u m l a h 22.258.806.000
21.295.075.421
95,67
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011
-
14
d. Klasifikasi organisasi.
Berdasarkan organisasi, belanja disajikan dengan nama belanja Perwakilan
BPKP Provinsi Sumatera Utara
Tabel II. 6 Anggaran dan Realisasi Belanja per organisasi Tahun 2011
Uraian Belanja Anggaran
Setelah Revisi Realisasi
Belanja %
Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Provinsi
Sumatera Utara
22.258.806.000
21.295.075.421
95,67
J u m l a h 22.258.806.000
21.295.075.421
95,67
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011
2. Belanja akrual.
Belanja akrual adalah penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa dalam
perode pelaporan yang menurukan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Pada tahun 2011, terdapat belanja akrual
yang berupa belanja langganan daya dan jasa sebesar Rp26.415.260. Belanja ini
berasal dari tagihan listrik, telepon, dan air yang penggunaannya terjadi pada bulan
Desember, tetapi belum dibayar. Khusus untuk belanja langganan daya dan jasa,
diatur bahwa pembayarannya paling lambat tanggal 20 bulan selanjutnya.
3. Standar Operasional Belanja di Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara.
a. Penyusunan Anggaran.
Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh BPKP Perwakilan
Sumatera Utara dalam menyusun anggaran, yaitu :
1) Kepala Perwakilan membentuk tim untuk menyusun anggaran perwakilan;
-
15
2) Tim mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan anggaran dan
menuangkannya dalam Rencana Kegiatan, Term of Reference (TOR), dan
Rencana Anggaran dan Biaya (RAB);
3) Tim menyerahkan TOR dan RAB kepada Kepala Perwakilan melalui Kepala
bagian Tata Usaha (Kabag TU);
4) Kabag TU mereviu dan meyerahkan catatan pada TOR dan RAB dan
melanjutkannya kepada Kepala Perwakilan;
5) Kepala Perwakilan mereviu TOR dan RAB dan jika sudah setuju mengajukan
rencana anggaran tersebut ke Biro Keuangan;
6) Setelah ada pagu indikatif dari Biro Keuangan, rencana anggaran yang telah
disusun dilakukan penelaahan, jika diperlukan penyesuaian tim melakukan
perubahan dan perbaikan rencana kegiatan, TOR dan RAB-nya. Kemudian
dilakukan entry data ke aplikasi DIPA/RKA-KL. Data-data ini kemudian dikirim
ke Biro Keuangan untuk diteruskan ke Ditjen Anggaran;
7) Tim melakukan pembahasan anggaran dengan Ditjen Anggaran, mengenai
kelengkapan TOR dan RAB, tarif perhitungan dan perhitungan jumlahnya sesuai
dengan jadwal dari Ditjen Anggaran;
8) Tim melakukan perubahan/perbaikan terhadap TOR, RAB, kelengkapan data
dukung dan perbaikan terhadap entry data RKA-KL/DIPA;
9) TOR, RAB dan data dukung setelah perbaikan disampaikan ke Biro Keuangan
untuk diteruskan ke Ditjen Anggaran;
10) Tim melakukan pembahasan kembali dengan Ditjen Anggaran setelah ada
penetapan pagu definitif;
-
16
11) Tim melakukan perubahan / perbaikan terhadap TOR, RAB, kelengkapan data
dukung dan perbaikan terhadap entry data RK A-KL/DIPA;
12) TOR, RAB, dan data dukung setelah perbaikan disampaikan ke Biro Keuangan
untuk diteruskan ke Ditjen Anggaran.
b. Pertanggungjawaban anggaran belanja.
Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh BPKP Perwakilan
Sumatera Utara dalam mempertanggungjawabkan anggaran, yaitu :
1) Sebagai realisasi atas penggunaan anggaran, Petugas pengolah data keuangan
melakukan perekaman Surat Permintaan Pembayaran dengan menggunakan
aplikasi SPM dengan out-put berupa Surat Perintah Membayar (SPM-GU), Surat
Perintah Membayar (SPM-GU Nihil), dan Surat Perintah Membayar (SPM-LS);
2) Petugas pengelola data Keuangan merekam Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) yang telah diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) kedalam program aplikasi SPM untuk memutakhirkan adanya SPM yang
sudah terbit SP2D-nya;
3) Petugas pengelola data keuangan melakukan pengiriman data/load master dari
program aplikasi SPM ke program aplikasi SAKPA;
4) Subbag Keuangan menerima data dari program aplikasi Sistem Akuntansi Barang
Milik Negara (SABMN) untuk belanja modal dari Kasubag umum;
5) Petugas pengelola data keuangan melakukan posting pada program aplikasi
SAKPA atas data base realisasi anggaran belanja dan realisasi belanja modal;
6) Sub Bagian Keuangan melakukan rekonsiliasi data dengan KPPN atas realisasi
anggaran belanja pada bulan yang bersangkutan;
-
17
7) Sub Bagian Keuangan melakukan penerimaan transfer data SAKPA untuk
mengadopsi data realisasi anggaran belanja pada program aplikasi Monitoring
Realisasi DIPA (Moredi);
8) Petugas pengelola data keuangan mencetak Laporan Realisasi Anggaran Belanja
dengan menggunakan program aplikasi SAKPA dan Laporan Kinerja Satuan
Kerja dengan menggunakan program aplikasi Monitoring Realisasi DIPA untuk
disampaikan kepada Kepala Sub Bagian Keuangan sebanyak tiga rangkap;
9) Kasubbag Keuangan mereviu dan menandatangani Laporan Realisasi Anggaran
Belanja dan Laporan Kinerja Satuan Kerja untuk disampaikan kepada Kabag Tata
Usaha;
10) Kabag TU mereviu dan menandatangani Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan
Laporan Kinerja Satuan Kerja;
11) Kasubbag Keuangan menyampaikan laporan tersebut dan Surat Pengantar kepada
Kepala Perwakilan untuk mendapatkan persetujuan;
12) Subbag Keuangan mengirim Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan Laporan
Kinerja Satuan Kerja kepada Biro Keuangan BPKP dan Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), dan satu rangkap sebagai arsip.
-
18
BAB III
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP).
Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan dalam
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas
perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) yang
dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang
dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
(SAPP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai
dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat.
a. Kerangka umum SAPP.
Berdasarkan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 mengenai Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP memiliki dua subsistem, yaitu Sistem
Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI).
SA-BUN dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara. Selanjutnya, SA-BUN memiliki beberapa subsistem, yaitu Sistem Akuntansi
Investasi Pemerintah (SA-IP), Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD), Sistem
-
19
Akuntansi Pusat (SiAP), Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SAUP&H),
Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP), Sistem Akuntansi Transaksi Khusus
(SA-TK), Sistem Akuntansi Subsidi dan Belanja Lainnya (SA-BSBL), Sistem
Akuntansi Subsidi dan Belanja Lainnya (SA-BSBL), dan Sistem Akuntansi Badan
Lainnya (SA-BL). SA-BUN dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Laporan
Keuangan yang dihasilkan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) termasuk
pembiayaan, Neraca, Laporan Arus Kas, serta dilengkapi dengan Catatan atas
Laporan Keuangan.
Sistem Akuntasi Instansi (SAI) memiliki dua subsistem, yaitu Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang
Milik Negara (SIMAK-BMN). Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh
kementerian negara/lembaga. Kementerian negara/lembaga melakukan pemrosesan
data untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
SAK digunakan untuk memproses transaksi anggaran dan realisasinya
sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. Sedangkan SIMAK-BMN
memproses transaksi perolehan, perubahan dan penghapusan Barang Milik Negara
(BMN) untuk mendukung SAK dalam rangka menghasilkan neraca. Di samping itu,
-
20
SIMAK-BMN menghasilkan berbagai laporan, buku-buku, serta kartu-kartu yang
memberikan informasi manajerial dalam pengelolaan BMN.
b. Tujuan SAPP.
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik
keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
(SAPP) mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1) Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,
pemrosesan, dam pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum;
2) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang
berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap
otorisasi anggaran, dan untuk tujuan akuntabilitas;
3) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
4) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan,
dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
2. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK).
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan bagian Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) yang digunakan untuk memproses adanya transaksi anggaran dan
realisasinya sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA). SAK
dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Dalam pelaksanaan, SAK
-
21
kementerian negara/lembaga membentuk dan menunjuk unit akuntansi di dalam
organisasinya, yang terdiri dari :
a. UAPA pada tingkat kementerian negara/lembaga
b. UAPPA-E1 pada tingkat eselon 1
c. UAPPA-W pada tingkat wilayah
d. UAKPA pada tingkat satuan kerja
Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan
pelaporan keuangan atas pelaksanaaan anggaan sesuai dengan tingkat organisasinya.
Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun
entitas pelaporan. Laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dihasilkan
unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca
c. Catatan atas Laporan Keuangan
Kementerian negara/lembaga yang menggunakan anggaran belanja subsidi
dan belanja lainnya, disamping wajib menyusun laporan keuangan atas bagian
anggarannya sendiri, juga wajib menyusun laporan keuangan bagian anggaran belanja
subsidi dan belanja lainnya secara terpisah. Atas dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan yang dilimpahkan/dialokasikan oleh kementrian negara/lembaga kepada
pemerintah daerah, laporan keuangannya merupakan satu kesatuan/tidak terpisah dari
laporan keuangan kementerian negara/lembaga. Data akuntansi dan laporan keuangan
secara berkala disampaikan kepada unit akuntansi di atasnya (asas desentralisasi).
-
22
Data akuntansi dan laporan keuangan dimaksud dihasilkan oleh Sistem Akuntansi
Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAK-BMN) yang dikompilasi.
3. Kebijakan Akuntansi Belanja
Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk
keperluan pengendalian bagi pemerintah dalam mengukur efektivitas dan efisiensi
belanja tersebut.
a. Klasifikasi belanja.
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja yang masih harus dibayar diungkapkan di
dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan
fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada
jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk
pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, balanja modal, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi menurut organisasi
yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja
menurut organisasi antara lain belanja per kementerian negara/lembaga beserta unit
organisasi yang berada dibawahnya. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi
yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah pusat dalam memberikan
-
23
pelayanan kepada masyarakat. Klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai
berikut :
1) Pelayananan Umum
2) Pertahanan
3) Ketertiban dan Keamanan
4) Ekonomi
5) Perlindungan Lingkungan Hidup
6) Perumahan dan Pemukiman
7) Kesehatan
8) Pariwisata dan Budaya
9) Agama
10) Perlindungan Sosial
Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkan dalam dokumen anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan
kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai
pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
b. Akuntansi anggaran belanja.
Anggaran merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban dan pengendalian
manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan.
Anggaran disusun oleh satuan kerja dengan dilandasi oleh :
1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
-
24
2) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP);
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan
Standar;
5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.5/2005 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan dan
dialokasikan dan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari anggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang
dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran. Apropriasi merupakan anggaran yang
disetujui DPR/DPRD yang merupakan mandat yang diberikan kepada
presiden/gubernur/bupati/walikota untuk melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai
tujuan yang ditetapkan sedangkan otorisasi kredit anggaran adalah dokumen
pelaksanaan anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi
instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari rekening kas umum negara guna
membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode otorisasi tersebut.
c. Akuntansi realisasi belanja.
Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan DIPA
yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang ditetapkan dalam
DIPA. Untuk itu kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran wajib
-
25
membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana anggaran yang
dikuasai/dikelola.
Bentuk-bentuk pertanggungjawan atas penggunaan dan pelaksanaan anggaran
diwujudkan dalam bentuk dan mekanisme sebagai berikut :
1) Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM-GU).
2) Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM-GU Nihil).
3) Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM-LS).
Akuntansi realisasi belanja dilaksanakan pada saat terjadi pengeluaran kas dari
KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, akuntansi realisasi belanja
dilaksanakan pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
d. Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan Laporan Realisasi Pengembalian
Belanja.
Laporan Realisasi Anggaran Belanja (LRAB) menggambarkan jumlah
realisasi atau jumlah belanja yang dilaksanakan/direalisasikan oleh entitas dalam
suatu periode pelaporan. Realisasi belanja di LRAB disajikan menurut Mata
Anggaran (MA), meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja
bantuan sosial.
Mata Anggaran Pengeluaran diklasifikasikan menurut jenis belanja ada
beberapa jenis. Di bawah ini penulis hanya menjelaskan belanja yang terdapat di
BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, yaitu :
1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai merupakan belanja gaji dan tunjangan yang digunakan untuk
-
26
pembayaran gaji dan tunjangan PNS dan TNI/Polri dan belanja honorarium/ lembur
vakasi/tunjangan khusus veteran. Belanja pegawai merupakan transaksi yang
menghasilkan perkiraan operasional. Transaksi ini akan mempengaruhi LRAB,
dengan mengurangi anggaran dan menambah realisasi.
2) Belanja Barang
Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-14/PB/2005
tentang Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Perolehan dan Pemeliharaan
Barang Milik Negara, Belanja barang didefenisikan sebagai sebagai pengeluaran
untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis dipakai untuk memproduksi
barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang
yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakakat.
Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan
untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis dipakai
seperti alat tulis kantor, pengadaan/penggantian inventaris kantor, langganan daya
dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non fisik dan
secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi kementrian
negara/lembaga,pengadaan inventaris kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat
kapitalisasi minimum sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan RI
Nomor 01/KMK.12/2001 dan pengeluaran jasa non fisik seperti pengeluaran untuk
biaya pelatihan dan penelitian.
Belanja pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk
mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal
tanpa mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi
-
27
normal tanpa mempertahankan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja pemeliharaan
meliputi antara lain pemeliharaan tanah, gedung dan bangunan kantor, rumah dinas,
kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan jaringan,
irigasi, perlatan dan mesin dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemerintahan.
Belanja perjalanan dinas merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk
membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatan.
Belanja barang merupakan transaksi yang menghasilkan perkiraan operasional.
Transaksi ini dicatat sebagai realisasi belanja dalam LRA.
3) Belanja Modal
Menurut Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-14/PB/2005 tentang
Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Perolehan dan Pemeliharaan Barang Milik
Negara, Belanja modal dimaksudkan untuk menampung pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembentukan modal. Belanja Modal meliputi barang belanja modal
tanah; belanja modal mesin dan peralatan; belanja modal gedung dan bangunan;
belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan; dan belanja modal fisik lainnya.
Belanja modal terdiri dari :
a) Pengeluaran untuk perolehan barang milik negara, baik berupa aset tetap, maupun
aset lainnya yang memberi masa manfaat lebih dari setahun, baik dalam bentuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, maupun dalam bentuk
fisik lainnya seperti buku, binatang, dan sebagainya;
b) Pengeluaran setelah perolehan yang mengakibatkan bertambahnya masa manfaat,
kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah dimiliki lainnya;
-
28
c) Pengeluaran untuk perolehan aset yang tidak ditujukan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, contoh pengadaan buku untuk perpustakaan;
d) Pengeluaran mulai dari pengadaan/perolehan aset sampai dengan aset yang
diadakan/diperoleh siap untuk digunakan;
e) Pengeluaran untuk perolehan/penambahan aset tetap atau aset lainnya yang
besarnya melebihi batas nilai satuan kapitalisasi sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 01/KMK.12/2001;
f) Pengeluaran untuk belanja perjalanan dan jasa yang terkait dengan perolehan aset
tetap atau aset lainnya, termasuk di dalamnya biaya konsultan perencana,
konsultan pengawas, dan pengembangan perangkat lunak.
Suatu belanja dapat diklasifikasikan sebagai belanja modal didasarkan pada
nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu :
a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olahraga yang
nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah);
b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih
dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah);
c) Pengeluaran yang jumlah nominalnya dibawah nilai satuan minimum kapitalisasi
tidak dapat digolongkan sebagai belanja modal kecuali pengeluaran untuk tanah,
jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan
barang bercorak kesenian.
Apabila terjadi pengembalian belanja sebagai akibat dari adanya kelebihan
realisasi belanja dan uang persediaan, mata anggaran pengembalian belanja adalah
sebagai berikut :
-
29
1) Pengembalian belanja atas realisasi belanja tahun berjalan menggunakan mata
uang anggaran yang sama pada waktu melakukan melakukan belanja dan
disajikan pada laporan realisasi belanja dan laporan pengembalian belanja;
2) Pengembalian belanja tahun anggaran lalu menggunakan mata uang anggaran
pendapatan lain-lain dan disajikan di laporan realisasi pendapatan;
3) Pengembalian uang persediaan menggunakan mata anggaran pengembalian uang
persediaan, tidak mempengaruhi laporan realisasi anggaran belanja tetapi
mengurangi akun Kas di Bendahara Pengeluaran di neraca.
e. Jurnal standar.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem
Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) yang dilaksanakan oleh Kementerian
Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian
Negara/Lembaga. Masing-masing sistem tersebut dalam pelaksanaannya akan
melakukan proses akuntansi yang akan dimulai dari dokumen sumber sampai
menghasilkan suatu laporan keuangan. Dalam pelaksanaan proses akuntansi tersebut
perlu dilakukan penjurnalan terhadap masing-masing transaksi keuangan yang
dilakukan. Jurnal standar dalam SAK dikelompokkan menjadi :
1) Jurnal standar DIPA
2) Jurnal standar saldo awal
3) Jurnal Standar realisasi
Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenal jurnal standar DIPA dan
jurnal standar realisasi. Khusus untuk jurnal standar saldo awal, tidak akan dijelaskan
secara lebih mendalam karena tidak berhubungan langsung dengan akuntansi belanja.
-
30
1) Jurnal standar DIPA.
Jurnal standar DIPA terdiri dari estimasi pendapatan yang dialokasikan,
allotment belanja, estimasi penerimaan pembiayaan yang dialokasikan dan allotment
pengeluaran pembiayaan. Di bawah ini penulis akan membahas jurnal DIPA tentang
allotment belanja karena bahasan laporan studi lapangan ini mengenai akuntansi
belanja.
Jurnal Standar untuk allotment belanja dilakukan pada dua sistem yaitu SAI
dan SAU, sedangkan pada SAKUN transaksi ini tidak dijurnal. Pada SAI, transaksi
ini dijurnal dengan mendebit piutang dari BUN dan mengkredit allotment belanja
ditambah uraian MAK dari masing-masing allotment belanja dalam DIPA. Untuk
SAU, jurnal yang dibuat sama dengan SAI. Jurnal standar dimaksud pada SAI dan
SAU :
a) Allotment Belanja Pegawai.
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Pegawai XXX
b) Allotment Belanja Barang
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Barang XXX
c) Allotment Belanja Modal
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Modal XXX
d) Allotment Belanja Pembayaran Bunga Utang
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Pembayaran
Bunga Utang
XXX
-
31
e) Allotment Belanja Subsidi
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Subsidi XXX
f) Allotment Belanja Hibah
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Hibah XXX
g) Allotment Belanja Bantuan Sosial
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Bantuan
Sosial
XXX
h) Allotment Belanja Lain-lain
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Lain-lain XXX
i) Allotment Belanja Dana Perimbangan
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Dana Perimbangan XXX
j) Allotment Belanja Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Dana Otsus XXX
2) Jurnal standar saldo awal.
Jurnal standar saldo awal terdiri dari beberapa jurnal untuk saldo awal neraca,
antara lain saldo awal kas, piutang, persediaan, aset tetap, aset lainnya, investasi
jangka pendek, investasi jangka panjang, utang PFK, bagian lancar hutang, dan
hutang jangka panjang. Penulis tidak akan menjelaskan secara mendalam mengenai
jurnal standar saldo awal karena tidak berhubungan dengan topik laporan penulis.
-
32
3) Jurnal Standar realisasi belanja.
Jurnal pada SAI dan SAU dilakukan dengan mendebet masing-masing akun
belanja dan mengkredit piutang dari KUN
DR. Belanja XXX
CR. Piutang dari KUN XXX
4) Jurnal standar realisasi pengembalian belanja.
Jurnal pada SAI dan SAI dilakukan dengan mendebet akun piutang dari KUN
dan mengkredit pengembalian belanja. Jurnal pada SAI dan SAU adalah :
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Pengembalian Belanja XXX
B. Pembahasan
Belanja dilakukan berdasarkan pada prinsip pengendalian anggaran belanja
negara dengan tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan alokasi belanja
minimum, mempertimbangkan penghematan dan efisiensi penggunaan belanja
negara, menjamin terlaksananya kegiatan administrasi pemerintahan, serta
terselenggaranya agenda-agenda penting sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL).
1. Tinjauan atas pengakuan belanja pada Laporan Keuangan TA 2011.
Berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan yang berpedoman pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), belanja diakui oleh BPKP Perwakilan Provinsi
Sumut, pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui
bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
-
33
2. Tinjauan atas pencatatan belanja pada Laporan Keuangan TA 2011.
a. Anggaran belanja.
Terkait akuntansi penganggaran untuk belanja, BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara tidak membuat jurnal secara manual karena semuanya sudah diproses
dalam aplikasi yang bernama RKA-KL DIPA. Dalam pelaksanaannya, tim menyusun
Rencana Kegiatan, Term of Reference (TOR), dan Rencana Anggaran dan Belanja
(RAB). TOR dan RAB diserahkan kepada Kepala BPKP Perwakilan Provinsi Sumut
untuk direviu. TOR dan RAB yang telah direviu kemudian diserahkan ke biro
keuangan. Setelah ada pagu indikatif dari biro keuangan, dilakukan entri data ke
aplikasi RKA-KL DIPA. Data-data ini kemudian dikirimkan ke Ditjen Anggaran.
Setelah ada penetapan pagu definitif, tim melakukan pembahasan dengan Ditjen
Anggaran. Apabila ada perubahan/perbaikan terhadap TOR, RAB, dan data dukung,
dilakukan entry data perubahan ke aplikasi RKA-KL DIPA. Aplikasi ini yang akan
mengolah data dan menghasilkan output berupa RKA-KL dan Arsip Data Komputer.
Terkait dengan proses pembentukan aplikasi RKA-KL DIPA, hingga tahun
2010 aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk proses penganggaran tingkat Satuan
Kerja dipisah menjadi dua aplikasi, yaitu aplikasi RKA-KL (Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Lembaga) dan aplikasi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran). Aplikasi RKA-KL dan Aplikasi DIPA terus dibenahi dan diperbaharui
dari tahun ke tahun. Dengan adanya perubahan, struktur data yang ada pada keduanya
juga berubah. Data RKA-KL merupakan data yang kemudian dipakai sebagai data di
aplikasi DIPA. Keakuratan maupun kekonsistenan data dari awal proses
penganggaran hingga disahkan dalam bentuk DIPA tidak terlalu baik.User dari suatu
-
34
satuan kerja perlu berpindah aplikasi untuk merekam data RKA-KL dan mencetak
DIPA. Mulai tahun 2011, Satker menerapkan konsep penganggaran berbasis kinerja
dimana output kegiatan menjadi Indikator Kinerja Utama Satker dalam pelaksanaan
anggaran. Oleh karena itu, pihak Kementerian Keuangan dan Sistem Analis PT
Quadra Solution melakukan merger data untuk mengintegrasikan kedua aplikasi
(Aplikasi RKA-KL dan Aplikasi DIPA) dan menjadi Aplikasi RKA-KL DIPA dan
aplikasi inilah yang digunakan sampai sekarang.
Berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), pencatatan jurnal manual
untuk anggaran belanja Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara secara garis
besarnya adalah sebagai berikut :
DR. Piutang dari KUN 11.924.294.000
CR. Allotment Belanja Pegawai 11.924.294.000
DR. Piutang dari KUN 9.684.512.000
CR. Allotment Belanja Pegawai 9.684.512.000
DR. Piutang dari KUN 650.000.000
CR. Allotment Belanja Modal 650.000.000
b. Realisasi belanja.
Terkait akuntansi pertanggungjawaban realisasi untuk belanja, BPKP
Perwakilan Provinsi Sumatera Utara tidak membuat jurnal secara manual karena
semuanya sudah diproses dalam aplikasi yang bernama SAKPA. Dalam
pelaksanaannya, petugas pengolah data keuangan melakukan perekaman surat
permintaan dan pembayaran menggunakan apllikasi SPM sebagai realisasi atas
penggunaan anggaran dengan output SPM-GU, SPM-GU Nihil, dan SPM-LS. Setelah
SP2D telah diterbitkan KPPN, petugas pengolah data merekam SP2D tersebut
-
35
kedalam program aplikasi SPM untuk memutakhirkan adanya SPM yang sudah terbit
SP2D-nya. Data/load master dari program aplikasi SPM kemudian dikirm ke program
aplikasi SAKPA. Aplikasi inilah yang akan mengolah data dan menghasilkan output
berupa data realisasi anggaran belanja yang nantinya akan diolah menjadi Laporan
Realisasi Anggaran Belanja.
Berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), pencatatan jurnal manual
untuk realisasi belanja bruto BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara secara garis
besarnya adalah sebagai berikut :
DR. Belanja Pegawai 11.361.305.229
CR. Piutang dari KUN 11.361.305.229
DR. Belanja Barang 9.328.638.692
CR. Piutang dari KUN 9.328.638.692
DR. Belanja Modal 639..553.000
CR. Piutang dari KUN 639..553.000
c. Belanja akrual.
Belanja akrual adalah penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara
mengungkapkan informasi belanja akrual di Catatan atas Laporan keuangan (CaLK)
sesuai dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor Per-62/PB 2009 tentang Tata
Cara Penyajian Informasi Pendapatan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan.
Dalam akuntansinya, belanja akrual digolongkan sebagai kewajiban. Jurnal
manual yang dicatat oleh BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara terkait belanja
akrual adalah sebagai berikut :
-
36
Dr. Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran Utang Jangka Pendek
26.415.260
Cr. Belanja barang yang masih harus dibayar 26.415.260
d. Pengembalian belanja.
Pengembalian belanja dicatat oleh BPKP Perwakilan Provinsi Sumut secara
terkomputerisasi melalui aplikasi SAKPA. Pengembalian belanja tersebut berasal dari
kelebihan belanja pada tahun berjalan maupun tahun sebelumnya. Apabila ada
pengembalian belanja, BPKP Perwakilan Provinsi Sumut menyertakan Surat Setoran
Pengembalian Belanja (SSPB) jika kelebihan itu merupakan kelebihan pembayaran
anggaran di tahun yang sama/tahun anggaran berjalan dan SSBP jika kelebihan itu
merupakan kelebihan pembayaran anggaran di tahun yang berbeda/tahun
sebelumnya. Uang tersebut kemudian disetorkan ke kas negara melalui bank yang
telah ditunjuk. Setelah uang tersebut diterima, bank yang bersangkutan menerbitkan
Nomor Transaksi Pendapatan Negara (NTPN). SSBP yang dilampiri NTPN inilah
yang digunakan untuk menginput data pengembalian belanja pada aplikasi SAKPA.
Tabel III. 1 Rincian Pengembalian Belanja TA 2011
Uraian TA 2011
Belanja Pegawai Rp 6.746.000
Belanja Barang Rp 34.421.500
Belanja Modal Rp 0
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011
-
37
Berdasarkan informasi pada tabel III.1, jurnal manual untuk pengembalian
belanja yang terjadi pada tahun yang sama/tahun anggaran berjalan akan dicatat
sebagai berikut :
DR. Piutang dari KUN 6.746.000
CR. Belanja Pegawai 6.746.000
DR. Piutang dari KUN 34.421.500
CR. Belanja Barang 34.421.500
DR. Piutang dari KUN 0
CR. Belanja Modal 0
Pencatatan pengembalian belanja atas realisasi belanja untuk tahun yang
berbeda maupun uang persediaan tidak saya lampirkan karena tidak berhubungan
dengan fokus pembahasan laporan ini.
3. Tinjauan atas penyajian dan pengungkapan belanja pada Laporan
Keuangan TA 2011.
a. Penyajian belanja.
Mengenai pentingnya klasifikasi belanja, Campo dan Tommasi (1991)
menyatakan bahwa:
Klasifikasi belanja sangat penting dalam memformulasikan kebijakan dan
mengidentifikasi alokasi sumber daya sektor-sektor, mengidentifikasi tingkatan
kegiatan pemerintah melalui penilaian kinerja pemerintah, dan membangun
akuntabilitas atas ketaatan pelaksanaan dengan otorisasi yang diberikan oleh
legislatif.
Menurut Paragraf 34 PSAP Nomor 02, ditetapkan bahwa belanja disajikan
menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Rincian tersebut
merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan oleh entitas pelaporan.
-
38
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi, fungsi, dan ekonomi.
Pengklasifikasian belanja tersebut dimaksudkan untuk kepentingan penganggaran dan
pelaporan. Oleh karena itu, klasifikasi yang dapat memenuhi fungsi anggaran dan
pelaporan harus diformulasikan sebagai berikut:
1) klasifikasi menurut fungsi, digunakan untuk analisis historis dan formulasi
kebijakan;
2) klasifikasi organisasi, untuk keperluan akuntabilitas;
3) klasifikasi menurut dana, untuk keperluan sumber pembiayaan;
4) klasifikasi menurut ekonomi, untuk tujuan statistik dan obyek (jenis belanja),
ketaatan (compliance), pengendalian (control), dan analisis ekonomi; dan
5) klasifikasi menurut program dan kegiatan, untuk informasi dan pengendalian
pencapaian tujuan.
Mengacu pada peraturan, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera utara telah
menyajikan belanja secara rinci di laporan keuangan. Belanja disajikan di muka
laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja. Pada Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK), belanja telah disajikan menurut klasifikasi organisasi dan
fungsi. Untuk melengkapi penyajian belanja, BPKP Perwakilan Provinsi Sumut juga
menyajikan belanja menurut klasifikasi sumber dana pada Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
Berdasarkan klasifikasi ekonomi/jenis belanja, BPKP Perwakilan Provinsi
Sumut membagi belanja kedalam tiga bagian yaitu belanja pegawai, belanja barang,
dan belanja modal. Berdasarkan klasifikasi fungsi, belanja disajikan kedalam tiga
-
39
program yaitu program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
BPKP, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara-BPKP, dan
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian. Berdasarkan organisasi, belanja disajikan
dengan nama belanja Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan
berdasarkan sumber dana, belanja disajikan kedalam tiga sumber pendanaan yaitu
belanja rupiah murni, belanja pinjaman luar negeri dan belanja rupiah murni
pendamping. Berdasarkan data yang ada, BPKP Perwakilan Provinsi Sumut hanya
melakukan belanja yang bersumber dari rupiah murni sebagai pendanaannya.
b. Pengungkapan belanja.
Pada Paragraf 13 PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan,
dikemukakan bahwa CaLK menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan
keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain:
1) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
2) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan;
3) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Selanjutnya, dikemukakan bahwa untuk memudahkan pengguna dalam
membaca laporan, pengungkapan pada CaLK dapat disajikan dengan narasi, bagan,
grafik, daftar,dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara
ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan. Mengacu pada
paragraf 13 PSAP Nomor 04 tersebut, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara
-
40
telah mengungkapkan informasi belanja secara informatif dan lengkap di Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK). Hal ini didasarkan bahwa belanja diungkapkan dengan
informasi tambahan yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Belanja disajikan dengan narasi, grafik, daftar, dan tabel. Belanja yang masih harus
dibayar (belanja akrual) juga telah diungkapkan di Catatan atas Laporan Keuangan.
Belanja akrual ini berjumlah Rp26.415.260 yang terdiri dari biaya listrik, biaya air,
dan biaya telepon pada bulan Desember 2011.
4. Tinjauan perbandingan anggaran dan realisasi belanja pada Laporan
Realisasi Anggaran TA 2010 dan TA 2011.
BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 mempunyai
alokasi anggaran sebesar Rp22.258.806.000. Realisasi belanja sampai dengan Tahun
2011 bruto sebesar Rp21.336.242.921 atau 95,86 persen dari anggarannya dan
pengembalian belanja sebesar Rp41.167.500 sehingga realisasi belanja neto sebesar
Rp21.295.075.421 atau 95,67 persen.
Berdasarkan jenisnya, belanja yang terdapat di BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara dibagi atas belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Pada
Tahun 2011, proporsi belanja bruto terbesar terdapat pada belanja pegawai yaitu
sebesar Rp11.361.305.229 sementara proporsi belanja bruto terkecil terdapat pada
belanja modal yaitu sebesar Rp639.553.000.
Dibandingkan dengan realisasi belanja tahun lalu, ketiga jenis belanja (belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal) mengalami kenaikan. Persentasi kenaikan
yang paling tinggi terjadi pada pos belanja modal bruto yaitu sebesar 18,71 persen
-
41
a. Belanja pegawai.
Realisasi belanja pegawai di Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera
Utara pada tahun 2011 bruto adalah sebesar Rp11.361.305.229 atau mencapai 95,28
persen dari anggarannya sebesar Rp11.924.294.000. Jumlah pengembalian belanja
pegawai pada tahun tersebut adalah Rp6.746.000 sehingga realisasi belanja pegawai
neto menjadi sebesar Rp11.354.559.229. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2010
terdapat kenaikan belanja pegawai neto sebesar Rp136.185.104 atau 1,21 persen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bendahara pengeluaran, kenaikan belanja
pegawai disebabkan karena adanya kenaikan gaji pokok PNS. Apabila dibandingkan
dengan tahun 2010, terdapat kenaikan yang cukup signifikan pada pengembalian
belanja pegawai yaitu sebesar 42.949 persen dimana pengembalian belanja pegawai
pada Tahun 2010 sebesar Rp15.707. Pengembalian belanja ini disebabkan oleh
kelebihan belanja karena ketidakakuratan perhitungan jumlah belanja yang
dicantumkan dalam Surat Perintah Membayar (SPM).
b. Belanja Barang.
Realisasi belanja barang pada tahun 2011 bruto adalah sebesar
Rp9.328.638.692 atau mencapai 96,33 persen dari anggarannya sebesar
Rp9.684.512.000. Jumlah pengembalian belanja pada tahun tersebut adalah sebesar
Rp34.421.500 sehingga realisasi belanja barang pada tahun 2011 neto menjadi
sebesar Rp9.294.217.192 atau mencapai 95,97 persen dari anggarannya.
Dibandingkan dengan tahun 2010 terdapat kenaikan realisasi belanja barang neto
sementara persentasi kenaikan yang paling rendah terjadi pada pos belanja pegawai
bruto yaitu sebesar 1,27 persen.
-
42
sebesar Rp1.152.325.857 atau 14,15 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan
bendahara pengeluaran, kenaikan belanja barang ini disebabkan karena adanya
kenaikan realisasi belanja perjalanan dinas.
c. Belanja modal.
Realisasi belanja modal pada tahun 2011 bruto adalah sebesar Rp639.553.000
atau mencapai 98,39 persen dari anggarannya sebesar Rp650.000.000. Pada tahun
tersebut tidak terdapat pengembalian belanja sehingga realisasi belanja modal pada
tahun 2011 neto menjadi sebesar Rp639.553.000. Dibandingkan dengan tahun 2010
terdapat kenaikan realisasi belanja modal neto sebesar Rp100.823.000 atau 18,71
persen.
-
43
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data dan fakta dalam bab II yang telah diuraikan serta
pembahasan terhadap kebijakan akuntansi belanja pada Laporan Keuangan Tahun
2011 di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang telah dijabarkan dalam bab
III, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada BPKP Perwakilan Provinsi Sumut, belanja diakui pada saat terjadi
pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
2. BPKP Perwakilan Provinsi Sumut tidak mencatat jurnal manual untuk anggaran
belanja. Pencatatan untuk anggaran belanja diproses secara terkomputerisasi
melalui aplikasi RKAKL DIPA.
3. BPKP Perwakilan Provinsi Sumut tidak mencatat jurnal manual untuk realisasi
belanja. Pencatatan untuk realisasi belanja diproses secara terkomputerisasi
melalui aplikasi SAKPA.
4. BPKP Perwakilan Provinsi Sumut tidak mencatat jurnal manual untuk
pengembalian belanja. Pencatatan untuk pengembalian belanja diproses secara
terkomputerisasi melalui aplikasi SAKPA. Pengembalian belanja disebabkan oleh
-
44
kelebihan belanja yang dicantumkan dalam SPM. Pengembalian belanja berasal
dari kelebihan belanja pada tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
5. Pada tahun 2011, pengembalian belanja cukup besar yaitu Rp41.167.500 yang
berasal dari belanja pegawai dan belanja barang. Pengembalian belanja Tahun
2011 dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dimana persentase
pengembalian belanja terbesar berasal dari belanja pegawai yaitu sebesar 42.949
persen. Hal ini disebabkan oleh ketidakakuratan perhitungan jumlah belanja yang
dicantumkan dalam SPM.
6. BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara menyajikan belanja secara rinci di
laporan keuangan. Belanja disajikan di muka laporan keuangan menurut
klasifikasi ekonomi/jenis belanja sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan,
belanja disajikan menurut organisasi, program, dan sumber dana. Hal ini sesuai
dengan paragraf 34 PSAP nomor 02.
7. Terkait belanja akrual, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara mencatatnya
sebagai kewajiban dan mengungkapkannya di Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK) sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan nomor Per-
62/PB 2009.
8. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 terdapat kenaikan belanja pegawai
neto sebesar Rp136.185.100 atau 1,21 persen. Berdasarkan hasil wawancara
dengan bendahara pengeluaran, kenaikan belanja pegawai disebabkan karena
adanya kenaikan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil (PNS).
9. Dibandingkan dengan tahun 2010 terdapat kenaikan realisasi belanja barang neto
sebesar Rp1.152.325.857 atau 14,15 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan
-
45
bendahara pengeluaran, kenaikan belanja barang ini disebabkan karena adanya
kenaikan realisasi belanja perjalanan dinas..
10. Dibandingkan dengan tahun 2010, terdapat kenaikan realisasi belanja modal
sebesar Rp100.823.000 atau 18,71 persen. Kenaikan belanja modal ini disebabkan
adanya pengadaan barang melebihi pengadaan di tahun anggaran sebelumnya.
11. Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 telah
disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
B. Saran
Di samping simpulan, penulis juga memberikan beberapa saran yang
mungkin berguna bagi pihak-pihak terkait khususnya BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara sebagai berikut:
1. Terkait dengan adanya kelebihan belanja, seharusnya BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara lebih teliti dan akurat dalam melakukan perhitungan belanja yang
akan diajukan ke dalam Surat Perintah Membayar (SPM). Hal ini didasarkan
bahwa pengembalian belanja untuk tahun 2011 cukup besar, yaitu sebesar
Rp41.167.500 dimana pengembalian belanja tersebut berasal dari belanja pegawai
sebesar Rp6.746.000 dan belanja barang sebesar Rp34.421.500. Penulis
mengamati bahwa pengembalian belanja tahun 2011 dibandingkan dengan tahun
2010 mengalami peningkatan dimana persentasi peningkatan terbesar terdapat
pada belanja pegawai yaitu sebesar 42.949 persen (Rp 6.746.000 - Rp 15.707)
dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak terkait disebutkan bahwa
kelebihan belanja ini disebabkan oleh adanya ketidakakuratan perhitungan.
-
46
2. Perlu adanya penambahan pegawai yang kompeten pada Sub Bagian Keuangan.
Hal ini didasarkan pada pengamatan penulis di lapangan bahwa pegawai pada Sub
Bagian Keuangan jumlahnya sedikit sementara jumlah pekerjaan cukup banyak.
Penulis mengamati bahwa kinerja Sub Bagian Keuangan menjadi kurang
maksimal karena terlalu bergantung hanya pada beberapa pegawai.
-
47
DAFTAR PUSTAKA
Campo, Salvatore Schiavo dan Daniel Tommasi. 1991. Managing Government
Expenditure. Manila: Asian Development Bank.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2010. Modul Sistem Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara.
2012. Laporan Keuangan Tahun 2011 Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera
Utara . Medan.
Widjajarso, Bambang, Akhmad Solikin, dan Akhmad Priharianto. 2006. Akuntansi
Pemerintahan: Teori dan Praktik. Jakarta: LPKPAP.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-13/PB/2005 tentang
Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Perolehan dan Pemeliharaan Barang
Milik Negara.
-
48
Lampiran I
Struktur Organisasi BPKP
KEPALA
PERWAKILAN
KABAG TU
KASUBBAG
PROLAP
KASUBBAG
KEPEGAWAIAN
KASUBBAG
KEUANGAN
KASUBBAG
KEUANGAN
KABID IPP KABID APD KABID AN KABID
INVESTIGASI
KELOMPOK JFA KELOMPOK JFA KELOMPOK JFA KELOMPOK JFA
-
49
Lampiran II
Klasifikasi Belanja Menurut Peraturan Perundang-undangan
Klasifikasi UU No. 17/2003 PP No. 24/2005 PP No. 58/2005 Permendagri No. 13/2006
unit organisasi organisasi organisasi Organisasi
(disesuaikan dengan susunan
organisasi pemda)
Organisasi
Fungsi 11 fungsi
Program
Kegiatan
11 Fungsi Fungsi, terdiri dari: a) klasifikasi berdasarkan urusan
pemerintahan, dan b) klasifikasi fungsi pengelolaan
keuangan negara: 10 fungsi (pertahanan tidak termasuk)
Program
Kegiatan
Fungsi, terdiri dari:
a) Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
terdiri dari belanja urusan wajib dan
belanja urusan pilihan.
b) Klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan keuangan negara (10
fungsi)
Program
Kegiatan
Jenis belanja Jenis belanja ekonomi (jenis
belanja),
Jenis belanja Klasifikasi menurut kelompok belanja
terdiri dari:
a) belanja langsung b) belanja tdk langsung Kemudian dirinci berdasarkan jenis
belanja
-
50
Lampiran III
Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA 2011
Uraian TA 2011 TA 2010 % Naik/(Turun)
Bel. Gaji Pokok PNS 7,425,356,930Rp 7,044,953,260Rp 5.40
Bel. Pembulatan Gaji PNS 204,136Rp 171,548Rp 19.00
Bel. Tunj. Suami/Istri PNS 598,045,599Rp 576,316,360Rp 3.77
Bel. Tunj. Anak PNS 206,479,696Rp 202,695,616Rp 1.87
Bel. Tunj. Struktural PNS 151,870,000Rp 143,210,000Rp 6.05
Bel. Tunj. Fungsional PNS 1,208,100,000Rp 1,302,225,000Rp (7.23)
Bel. Tunj. PPh PNS 264,534,498Rp 210,811,388Rp 25.48
Bel. Tunj. Beras PNS 523,575,070Rp 496,982,160Rp 5.35
Bel. Uang Makan PNS 666,780,000Rp 696,550,000Rp (4.27)
Bel. Tunj. Lain-lain termasuk uang
duka PN12,852,300Rp 10,452,000Rp 22.96
Bel. Tunjangan Umum PNS 93,025,000Rp 109,110,000Rp (14.74)
Bel. Uang Honor Tidak Tetap -Rp -Rp
Bel. uang lembur 210,482,000Rp 424,912,500Rp (50.46)
Jumlah Belanja Bruto 11,361,305,229Rp 11,218,389,832Rp 1.27
Pengembalian Belanja 6,746,000Rp 15,707Rp
Jumlah Belanja Neto 11,354,559,229Rp 11,218,374,125Rp 1.21
-
51
Lampiran IV
Formulir Jurnal Belanja Akrual
Kementerian Negara / Lembaga
: 089 BPKP No. Dokumen : 201112450567007
Eselon I : 01 BPKP Tanggal : 31 Desember 2011 Wilayah : 0700 Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran : 2011
Satuan Kerja : 450567 Perw. BPKP Sumatera Utara
Periode/Bulan : 01-12-2011 s.d 31-12-2011 Jenis Jurnal Aset :
Keterangan : Pencatatan Biaya Langganan Daya & Jasa Yang Masih Harus Dibayar
[ ] Kas di Bendahara Penerima [ ] Persediaan
[ ] Kas di Bendahara Pengeluaran [ ] Aset Tetap [] Kewajiban [ ] Aset Lainnya
No. Urut
Debet Kredit
Kode Perkiraan
Uraian Nama Perkiraan Rupiah
1 Debet 311611 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek 26.415.260,-
Kredit 211212 Belanja Barang Yang Masih Harus Dibayar 26.415.260,-
Dibuat oleh : Vonny Siske Manua Disetujui oleh : Darmawan Direkam oleh : A. Kisworo R.
Tanggal : 31 Desember 2011 Tanggal : 31 Desember 2011 Tanggal : 31 Desember 2011
-
52
Lampiran V
Laporan Realisasi Anggaran TA 2011
PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2011
NO. U R A I A N Catatan
31 DESEMBER TAHUN 2011
ANGGARAN (Rp)
REALISASI (Rp)
REALISASI DI ATAS (BAWAH)
ANGGARAN
% REALISASI THD ANGGARAN
A PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
A.I PENDAPATAN
Penerimaan Perpajakan 0 0 0 -
Penerimaan Negara Bukan Pajak 0 59,477,921 59,477,921 -
TOTAL PENDAPATAN 0 59,477,921 59,477,921 -
B BELANJA NEGARA
B.I BELANJA
B.I.1 Rupiah Murni 22,258,806,000 21,295,075,421 -963,730,579 95.67
Belanja Pegawai 11,924,294,000 11,361,305,229 -562,988,771 95.28
Belanja Barang 9,684,512,000 9,294,217,192 -390,294,808 95.97
Belanja Modal 650,000,000 639,553,000 -10,447,000 98.39
B.I.1 Pinjaman dan Hibah
- - - -
Belanja Barang - -
TOTAL BELANJA 22,258,806,000 21,295,075,421 -963,730,579 95.67
-
53
Lampiran VI: Laporan Realisasi Anggaran TA 2011
PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2010
NO. U R A I A N Catatan
31 DESEMBER TAHUN 2010
ANGGARAN REALISASI REALISASI DI
ATAS (BAWAH) ANGGARAN
% REALISASI THD ANGGARAN
A PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
A.I PENDAPATAN
Penerimaan Perpajakan 0 0 0 -
Penerimaan Negara Bukan Pajak 0 95,140,717 95,140,717 -
TOTAL PENDAPATAN 0 95,140,717 95,140,717 -
B BELANJA NEGARA
B.I BELANJA
B.I.1 Rupiah Murni 20,780,431,000 19,536,182,910 -1,244,248,090 94.01
Belanja Pegawai 11,871,732,000 11,218,374,125 -653,357,875 94.50
Belanja Barang 8,258,699,000 7,779,078,785 -479,620,215 94.19
Belanja Modal 650,000,000 538,730,000 -111,270,000 82.88
B.I.1 Pinjaman dan Hibah
462,834,000 362,812,550 (100,021,450) 78.39
Belanja Barang 462,834,000 362,812,550 -100,021,450 78.39
TOTAL BELANJA 21,243,265,000 19,898,995,460 -1,344,269,540 93.67
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Nama Penulis : August Frans Sebastian Pangaribuan
2. Tempat, tanggal lahir : Medan, 6 Agustus 1990
3. Alamat : Jalan Pelita 1 No. 17 Medan
4. Agama : Kristen Protestan
5. Moto Hidup : Jangan pernah menyerah sebelum berusaha
6. Riwayat Pendidikan :
a. TK Fajar Medan
b. SD Budi Murni-3 Medan
c. SMP Budi Murni-3 Medan
d. SMA Negeri-1 Medan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Program Diploma III Spesialisasi Akuntansi