laporan kimor 1234.pdf

Upload: riri-indri-septiani

Post on 14-Apr-2018

299 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    1/17

    LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

    PERCOBAAN 5

    Alkohol dan Fenol: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia

    PERCOBAAN 6

    Aldehid dan Keton: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia

    DIAH RATNA SARI

    11609010

    KELOMPOK I

    Tanggal Percobaan : 27 Oktober 2010

    Shift Rabu Siang (13.0017.00 WIB)

    Asisten Praktikum:

    YOGI PRASETYO21110014

    LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

    PROGRAM STUDI KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2010

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    2/17

    PERCOBAAN 5Alkohol dan Fenol: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia

    I. Tujuan Percobaan

    Menentukan sampel A, C, dan D dari zat turunan fenol atau alcohol yang diberikan

    Menentukan sifat-sifat alkohol dan fenol dari reaksi

    II. Teori DasarGugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang terikat bersama dengan

    suatu cara tertentu sebagai bagian dari suatu molekul, dan kemudian mempengaruhi

    karakteristik sifat fisik dan kimia molekul secara keseluruhan. Kelompok gugus fungsi

    yang akan dipelajari pada percobaan ini adalah gugus fungsi hidroksi (atau hidroksil),

    -OH. Alkohol dan fenol memiliki kemiripan dalam beberapa hal, tetapi terdapat

    perbedaan yang cukup mendasar sehingga kedua kelompok senyawa ini dianggap

    sebagai kelompok gugus fungsi yang berbeda. Salah satu perbedaan utama adalah

    bahwa fenol bersifat jutaan kali lebih asam daripada alkohol.

    III. Pengamatan dan Pengolahan Data

    Keterangan :

    1=etanol

    2=metanol

    3=n-butanol

    4=2-butanol

    5=sikloheksanol

    6=fenol

    - Kelarutan alkohol dan fenol :

    pelarut air :

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    3/17

    A : lumayan larut;

    C : kurang larut ;

    D : lumayan larut.

    Pelarut heksana : A,C,D tidak larut

    - uji lucas :

    A jingga keruh,

    C kuning muda,

    D jingga keruh,

    1 putih jernih,

    2 putih jernih,

    3 jingga jernih,

    4 jingga jernih,

    5 kuning muda,

    6 jingga muda.

    - uji asam kromat :

    A kuning dan biru hijau,

    C biru hijau,

    D hijau kuning,

    1 biru muda dan biru hijau,

    2 biru keruh,

    3 putih keruh dan biru,

    4 putih jernih dan biru,

    5 kuning muda dan biru hijau,

    6 ada endapan coklat.

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    4/17

    - uji besi :

    A ada endapan merah bata,

    C putih jernih dan coklat,

    D kuning keruh dan ada endapan coklat,

    1 coklat muda dan putih bening,

    2 putih jernih dan endapan coklat,

    3 coklat muda dan endapan coklat,

    4 endapan coklat,

    5 putih jernih dan endapan,

    6 coklat tua dan jingga coklat jernih

    - uji keasaman :

    A ph 6,

    C ph 5,

    D ph 5

    IV. Pembahasan

    Uji Kelarutan

    Pelarut air

    Sebagian kecil alkohol larut dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat

    membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Namun ketika ukuran gugus alkil pada

    alkohol bertambah besar, kelarutannya dalam air akan berkurang. Hal ini disebabkan

    oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan ikatan hidrogen

    antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi cukup besar, akibatnya

    molekul-molekul air akan menolak molekul-molekul alkohol untuk menstabilkan kembali

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    5/17

    ikatan hidrogen antarmolekul air. Jika gugus non polar (seperti gugus alkil) terikat pada

    cincin aromatik, maka kelarutan fenol dalam air akan berkurang.

    Pelarut n-heksan

    Karena n-heksan tidak memiliki atom F, O, atau N yang dapat membentuk ikatan

    hydrogen, maka baik fenol maupun alcohol tidak larut dalam n-heksan

    Simpulan sementara dari sampel ini belum bisa disimpulkan secara pasti, yang bisa

    ditarik dari uji ini hanyalah sampel C strukturnya lebih besar dibanding A dan D karena

    kurang larut dibandingkan dengan A dan D

    Uji lucas

    Saat percobaan, uji lucas ini tidak terlalu dapat dipercaya karena tidak terbentuk dua

    fase seperti pada literature, yang terbentuk hanyalah warna larutannya yang berubah

    menjadi

    A jingga keruh,

    C kuning muda,

    D jingga keruh,

    Bahkan, jika dibandingkan dengan reaksi dari alcohol dan fenol yang sudah diketahui

    pun hasilnya agak berbeda, yang bisa diketahui hanyalah sampel C berwarna kuning

    muda sama dengan hasil dari reaksi sikloheksana.

    Uji Lucas dalam alkohol adalah tes untuk membedakan antara alkohol primer, sekunder

    dan tersier . Hal ini didasarkan pada perbedaan reaktivitas dari tiga kelas alkohol dengan

    hidrogen halida . Ketika reagen Lucas (ZnCl 2 di terkonsentrasi HCl larutan) ditambahkan

    ke alkohol , H+ dari HCl akan bergabung dengan -OH kelompok alkohol, menjadi H 2O,

    menjadi jauh lebih lemah nukleofil daripada OH -, dan diganti oleh nukleofil Cl -.Reagen

    Lucas menawarkan media kutub di mana mekanisme SN 1 lebih disukai. Dalam substitusi

    nukleofilik unimolecular, laju reaksi lebih cepat ketika karbokation intermediet lebih

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    6/17

    stabil dengan jumlah yang lebih besar dari elektron yang menyumbangkan kelompok

    alkilnya (R-) terikat pada atom karbon bermuatan positif. Alkohol tersier bereaksi

    dengan reagen Lucas untuk menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa pemanasan,

    sementara alkohol sekunder melakukannya dengan pemanasan. Alkohol primer tidak

    bereaksi dengan reagen Lucas .

    Reagen melarutkan alkohol, menghilangkan gugus OH, membentuk karbokation.

    Kecepatan reaksi ini sebanding dengan energi yang dibutuhkan untuk membentuk

    karbokation, sehingga tersier, benzilik, dan karbokation allylic bereaksi cepat, sementara

    yang lebih kecil, substitusi kurang, alkohol bereaksi lebih lambat. Hal ini disebabkan oleh

    karbokation segera bereaksi dengan ion klorida yang mudah larut dalam chloroalkane.

    Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan untuk kekeruhan muncul adalah ukuran dari

    reaktivitas dari kelas alkohol dengan reagen Lucas, dan ini digunakan untuk

    membedakan antara tiga kelas alkohol:

    Alkohol primer tidak ada reaksi

    Alkohol sekunder reaksi terjadi bila dipanaskan

    Alkohol tersier reaksi terjadi tanpa pemanasan

    Berdasarkan literature, reaksi yang terjadi adalah

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    7/17

    Uji asam kromat

    didapatkan

    A kuning dan biru hijau,

    C biru hijau,

    D hijau kuning,

    Jika disesuaikan dengan hasil reaksi pembanding/standar, maka diperoleh hipotesis:

    A alcohol

    C Alkohol primer

    D tidak teridentifikasi, karena tidak ada yang sama

    Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan adanya asam kromat.

    Bilangan oksidasi Cr +6 pada asam kromat, yang berwarna merah kecoklatan, tereduksi

    menjadi Cr +3, yang berwarna hijau. Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh

    asam kromat. Alkohol tersier tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat. Oleh karena itu

    reaksi ini di satu sisi dapat membedakan alcohol primer dan sekunder, dan di sisi lain

    membedakan alkohol primer dan sekunder dengan alkohol tersier. Sedangkan fenol

    biasanya teroksidasi menjadi tar berwarna coklat oleh asam kromat.

    Reaksi yang terjadi adalah

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    8/17

    Uji Besi (III) klorida

    didapatkan

    A ada endapan merah bata,

    C putih jernih dan coklat,

    D kuning keruh dan ada endapan coklat,

    Dibandingkan dengan hasil reaksi pembanding, dapat ditarik hipotesis:

    A alcohol

    C alcohol primer

    D tidak dapat diidentifikasi, karena tidak ada yang hasil reaksinya kuning.

    Penambahan besi (III) klorida yang terlarut dalam kloroform (triklorometana) ke dalam

    suatu larutan fenol dalam kloroform, menghasilkan suatu larutan berwarna ketika

    ditambahkan piridin. Berdasarkan struktur fenol, warna produk yang dihasilkan dapat

    bervariasi mulai dari merah sampai ungu, H pada -OH fenol, disubstitusi oleh FeCl2 dan

    karena Fe adalah golongan transisi, berikatan dengan fenol menyebabkan perubahan

    warna yang macam-macam (pada hal ini merah-ungu). Alkohol tidak menghasilkan

    warna apapun terhadap uji ini.

    Uji keasaman

    Nilai pH sampel A, C, D relative sama, kemungkinan besar semua sampel adalah alcohol.

    Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah daripada asam karboksilat dan

    asam yang lebih kuat daripada alkohol. Ketika fenol bereaksi dengan suatu basa, fenol

    akan diubah menjadi anion fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa

    (sebagai garam fenoksida). Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat

    merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat melarutkan hampir semua fenol yang tak

    larut dalam air, tetapi larutan natrium bikarbonat tidak dapat. Tidak satu pun di antara

    basa-basa tersebut yang cukup kuat untuk mengubah sejumlah tertentu alkohol menjadi

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    9/17

    ion alkoksida (yang akan dapat melarutkan alkohol yang tak larut air dalam bentuk anion

    alkoksida).

    V. Simpulan

    Karena saat percobaan banyak terjadi reaksi yang menyimpang dari literatur, dan hasil

    reaksi berbeda dengan hasil reaksi dari senyawa pembanding, simpulan tidak dapat

    ditarik secara pasti. Yang bisa disimpulkan hanyalah semua sampel adalah alkohol,

    namun, jenisnya tidak dapat diidentifikasi. Kemungkinan yang dapat diidentifikasi adalah

    sampel C yang merupakan alkohol primer.

    Walaupun sama-sama memiliki gugus -OH, akan tetapi sifat kedanya tidaklah sama.

    Berikut sifat-sifat darimasing-masing gugus fungsi berdasarkan hasil percobaan 5.

    Alkohol

    sebagian gugus alkohol larut dalam air, tetapihanya alkoholdengan struktur yang

    kecil saja/berat molekul ringan

    baik alkohol maupun fenol tidak larutdalam n-heksan

    Jika diberi reagen Lucas, alkohol primer--> tidak terjadi pemisahan fase, alkohol

    sekunder -> terjadi pemisahan fase jika dipanaskan, alkohol tersier -> terjadi

    pemisahan fase tanpa pemanasan.

    Jika diuji asam kromat, alkohol primer -> asam karboksilat, alkohol sekuner ->

    keton dan alkohol tersier -> tidak dapat dioksidasi oleh asam kromat

    Alkohol tidak dapat bereaksi dengan FeCl3

    Keasaman alkohol lebih rendah dibandingkan fenol

    Fenol kelarutan fenol dalam air akan berkurang jika gugus nonpolar terikat pada cincin

    aromatik

    baik alkohol maupun fenol tidak larut dalam n-heksan

    jika diberi reagen lucas, tidak terjadi reaksi

    Fenol tidak dapat dioksidasi oleh asam kromat

    Fenol bereaksi dengan FeCl3 dan memberikan warna merah-ungu

    Keasaman fenol lebih tinggi dari alkohol

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    10/17

    VI. Daftar Pustaka

    Mayo, D.W., Pike, R.M., Trumper, P.K., Microscale Organic Laboratory, 3rd edition, John

    Wiley & Sons,New York, 1994

    Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organic Chemistry,

    Prentice Hall Inc.,New Jersey, 1992

    Williamson, Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, 1999

    http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/alkohol-fenol-aldehid-dan-keton/

    [tanggal diakses 5-11-2010 08.09]

    http://liliksetiono.wordpress.com/2009/05/18/kimia-organik/ [tanggal diakses 5-11-

    2010 08.06]

    http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=enid&u=http://en.wikipedia.org/

    wiki/Lucas'_reagent [tanggal diakses 5-11-2010 8:03]

    http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=enid&u=http://en.wikipedia.org/http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=enid&u=http://en.wikipedia.org/
  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    11/17

    11

    PERCOBAAN 6

    Aldehid dan Keton: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia

    I. Tujuan Percobaan

    Menentukan sampel A, B, dan C dari zat turunan

    Menentukan sifat-sifat aldehid dan keton dari reaksi

    II.Teori Dasar

    Aldehid dan keton memiliki gugus fungsi karbonil (-C=O), yaitu atom karbon yang

    berikatan rangkap dua dengan oksigen. Pada keton, terdapat 2 atom karbon lain yang

    terikat pada gugus karbonil. Karbon yang terikat pada gugus karbonil dapat merupakan

    rantai alifatik (bukan merupakan bagian dari cincin aromatik) atau aromatik (merupakan

    bagian dari cincin aromatik). Aldehid dan keton sama-sama mengalami reaksi yang

    disebut adisi nukleofilik. Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton

    tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan

    hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat

    membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian

    positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain.

    Perbedaan aldehid dan keton dilihat dari struktur

    III. Pengamatan dan Pengolahan Data

    1=asetaldehid

    2=sikloheksanon

    3=aseton

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    12/17

    12

    - uji asam kromat :

    A biru kehijauan,

    B jingga,

    C kuning coklat,

    1 biru kehijauan,

    2 kuning coklat,

    3 jingga

    - uji tollens :

    A positif,

    B negatif,

    C negatif.

    - uji iodoform :

    A kuning kental,

    B putih keruh dan bening,

    C putih keruh,

    1 kuning kental,

    2 putih keruh,

    3 putih jernih.

    - uji 2,4 dinitrofenilhidrazin

    A tidak ada endapan,

    B ada endapan jingga,

    C tidak ada endapan,

    1,2,3 tidak ada endapan.

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    13/17

    13

    IV. Pembahasan

    Uji Asam Kromat

    Pada uji ini diperoleh

    A biru kehijauan,

    B jingga,

    C kuning coklat,

    Aldehid dapat dioksidasi oleh asam kromat, sedangkan keton tidak. Ketika aldehid

    teroksidasi, akan terjadi perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi hijau, karena

    kromat tereduksi menjadi Cr +3. Inilah yang membedakan aldehid dari keton.

    Bisa dipastikan bahwa sampel A adalah aldehid

    Uji tollens

    A positif,

    B negatif,

    C negatif.

    Pada uji tollens,karena reagennya tidak ada, reaksi hanya berlangsung sampai di tengah

    jalan, tidak bisa secara pasti dijadikan rujukan.

    Namun, merujuk pada percobaan 2, hasil A m,enunjukkan perbedaan dengan sampel B

    dan C yang memiliki hasil sama, yaitu negatif. hipotesisnya sampel B dan C adalah keton.

    Pereaksi Tollens mengandung ion diamminperak(I), [Ag(NH3)2]+.

    Ion ini dibuat dari larutan perak(I) nitrat. Caranya dengan memasukkan setetes larutan

    natrium hidroksida ke dalam larutan perak(I) nitrat yang menghasilkan sebuah endapan

    perak(I) oksida, dan selanjutnya tambahkan larutan amonia encer secukupnya untuk

    melarutkan ulang endapan tersebut.

    Untuk melakukan uji dengan pereaksi Tollens, beberapa tetes aldehid atau keton

    dimasukkan ke dalam pereaksi Tollens yang baru dibuat, dan dipanaskan secara

    perlahan dalam sebuah penangas air panas selama beberapa menit.

    Pada keton, tidak ada perubahan pada larutan yang tidak berwarna.

    Sedangkan aldehid, larutan tidak berwarna menghasilkan sebuah endapan perak

    berwarna abu-abu, atau sebuah cermin perak pada tabung uji.

    Aldehid mereduksi ion diamminperak(I) menjadi logam perak. Karena larutan bersifat

    basa, maka aldehid dengan sendirinya dioksidasi menjadi sebuah garam dari asam

    karboksilat yang sesuai.

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    14/17

    14

    Persamaan setengah reaksi untuk reduksi ion diamminperak(I) menjadi perak adalah

    sebagai berikut:

    Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi dari oksidasi

    sebuah aldehid pada kondisi basa, yakni

    Akan menghasilkan persamaan reaksi lengkap:

    Uji iodoform

    diperoleh

    A kuning kental,

    B putih keruh dan bening,

    C putih keruh,

    Berdasarkan percobaan dari hasil reaksi pembanding, diperoleh hasil sampel A sama

    dengan asetaldehid (aldehid) dan sampel B dan C memiliki hasil yang sama dengan

    gugus keton yang bukan metil keton, karena uji iodoform pada metil keton adalah

    positif. Karena sampel A pada percobaan sebelumnya menunjukkan bahwa ia adalah

    aldehid, maka ditarik simpulan, sampel A di sini adalah aldehid, spesifiknya

    asetaldehidkarena sama-sama memberikan hasil positif sama dengan metil keton. Dan

    hanya asetaldehid dan metil keton saja yang memberikan reaksi positif dari uji

    iodoform.

    Reaksi yang terjadi adalah

    Uji 2,4 dinitrofenilhidrazin

    diperoleh

    A tidak ada endapan,

    B ada endapan jingga,

    C tidak ada endapan,

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    15/17

    15

    Pada saat percobaan, semua yang menggunakan penangas air,termasuk uji lucas pada

    percobaan 5 menimbulkan hasil yang berbeda dengan literatur, dimungkinkan karena

    adanya faktor suhu atau waktu.

    Berdasarkan perbandingan hasil reaksi pembanding dengan sampel, menunjukkan

    ketidaksinkronan dalam hasil, tidak seperti uji-uji sebelumnya. Jadi, uji alam percobaan

    ini tdak dapat dijadikan rujukan.

    Menurut literatur, sedikit menyinggung reaksi adisi nukleofilik.

    Reaksi yang terjadi antara keton dengan 2,4 DNP

    Pada reaksi di atas dapat dilihat bahwa terkadang produk yang dihasilkan tidak selalu

    yang dapat diisolasi. Produk ini dapat mengalami reaksi eliminasi dengan melepaskan

    gugus OH yang telah terbentuk, kemudian atom hidrogen pada nitrogen lepas dan

    terbentuklah ikatan rangkap antara C dan N disertai pelepasan molekula air. Produk

    akhirnya sering dikenal sebagai 2,4-dinitrofenilhidrazon.

    Asam, H3O+, dibutuhkan sebagai katalis untuk reaksi pertama di atas yang akan

    membentuk molekul air pada tahap pertama. Pada tahap kedua, molekul air yang kedua

    dihasilkan, namun molekul air ini terprotonasi dan membentuk H3O+ pada tahap ketiga,

    sehingga secara keseluruhan hanya dihasilkan satu molekul air. Ini adalah ciri H3O+

    sebagai katalis, mempercepat laju reaksi tetapi tidak ikut terpakai habis dalam reaksi.

  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    16/17

    16

    V.Simpulan

    Setelah diuji dengan berbagai macam reaksi, diperoleh simpulan bahwa

    sampel A --> aldehid (asetaldehid)

    sampel B --> keton (bukan metil keton)

    sampel C --> keton (bukan metil keton)

    Perbedaan Aldehid dan Keton dari hasil reaksi

    Aldehid

    dapat dioksidasi oleh asam kromat, dari coklat kemerahan menjadi hijau

    mudah teroksidasi Ag menimbulkan cermin perak

    hanya asetaldehid yang memberikan hasil positif dari uji iodoform

    Keton

    tidak dapat dioksidasi oleh asam kromat

    tidak/sulit teroksidasi Ag menimbulkan cermin perak

    hanya metil keton yang memberikan hasil positif dari uji iodoform

    VI. Daftar Pustaka

    Mayo, D.W., Pike, R.M., Trumper, P.K., Microscale Organic Laboratory, 3rd edition, John

    Wiley & Sons,New York, 1994

    Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organic Chemistry,

    Prentice Hall Inc.,New Jersey, 1992

    Williamson, Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, 1999

    http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/alkohol-fenol-aldehid-dan-keton/

    [tanggal diakses 5-11-2010 08.09]

    http://liliksetiono.wordpress.com/2009/05/18/kimia-organik/ [tanggal diakses 5-11-

    2010 08.06]

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/aldehid_dan_keton/oksidasi_aldehid_dan_keton/ [tanggal diakses 11-11-2010 12.58]

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/aldehid_dan_keton/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/aldehid_dan_keton/
  • 7/27/2019 laporan kimor 1234.pdf

    17/17

    17

    LAMPIRAN

    No Nama Zat T.leleh

    (0C)

    T.didih

    (0C)

    Kelarutan

    dalam air

    (g/mL)

    Sifat dan penggunaannya

    1 Air, H2O 0 100 Sangat luas, polar, ionik

    2 Fenol C6H6O 40.9 181.9 0.08 Toxic

    antiseptik

    3 Heksan, C6H14 65-70 0,659 Hidrokarbon/nonpolar,

    terbakar

    4 Asam kromatH2CrO4

    Toxickatalis

    5 Kloroform,

    CHCl3

    -63.5 61 1,492 Sangat polar

    6 Perak nitrat 212 444 korosif

    7 Iodoform 123 217 bahaya

    8 Formaldehid

    CH2O

    -117 -19.3 >1 (200C) Mudah terbakar

    beracun

    9 Asetaldehid -123.5 20.2 Larut

    dalam

    segala

    perbandin

    gan

    Bahaya

    mudah terbakar

    karsinogenik