kimor 5 bru

30
ACARA V 1. Judul :ALDEHID DAN KETON 2. Hari/Tanggal : Sabtu April 2015 3. Tujuan Praktikum : a. Memahami azas-azas reaksi dari senyawa karbonil. b. Memahami perbedaan reaksi antara aldehid dan keton. c. Memahami jenis-jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan aldehid 4. Landasan teori Aldehid dan keton merupakan senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus penting dalam kimia organic, yaitu gugus karbonil C = O, semua senyawa yang mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil. Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehid dan keton. Oleh karena itu tidak mengherankan jika sifat kimia keduanya hampir sama (Antony, 1992 : 121). Karbonil adalah suatu gugus polar, oleh karenanya aldehid dan keton memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada hidrokarbon yang berat molekulnya setara. Meskipun demikian, oleh karena aldehid dan keton tidak dapat membentuk ikatan hydrogen yang kuat antara molekul-molekulnya 1

Upload: triharyati

Post on 10-Nov-2015

290 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kimia

TRANSCRIPT

ACARA V1. Judul:ALDEHID DAN KETON2. Hari/Tanggal: Sabtu April 20153. Tujuan Praktikum:a. Memahami azas-azas reaksi dari senyawa karbonil.b. Memahami perbedaan reaksi antara aldehid dan keton.c. Memahami jenis-jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan aldehid 4. Landasan teoriAldehid dan keton merupakan senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus penting dalam kimia organic, yaitu gugus karbonil C = O, semua senyawa yang mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil. Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehid dan keton. Oleh karena itu tidak mengherankan jika sifat kimia keduanya hampir sama (Antony, 1992 : 121).

Karbonil adalah suatu gugus polar, oleh karenanya aldehid dan keton memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada hidrokarbon yang berat molekulnya setara. Meskipun demikian, oleh karena aldehid dan keton tidak dapat membentuk ikatan hydrogen yang kuat antara molekul-molekulnya sendiri maka mereka mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada alkohol yang berat molekulnya setara. Aldehid dan keton dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relative kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negative dari yang lain (Respah, 1986 :196).

Keton tak mudah dioksidasi, tetapi aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir setiap reagen yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi suatu aldehida. Garam permanganate atau dikromat merupakan zat pengoksidasi yang terpopuler. Disamping oksidasi oleh permanganat dan dikromat, aldehid dapat teroksidasi oleh zat pengoksidasi yang sangat lembut, seperti Ag+ atau Cu2+. Reagen tollens (suatu larutan basa (dari) ion kompleks perak ammonia) digunakan sebagai reagen uji untuk aldehida. Aldehida itu dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagen tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditambah dengan terbentuknya endapan cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi (Fessenden, 1994 : 299).

Nukleofil mampu mendekati aldehida lebih baik, karena pada karbon C = O hanya terdapat satu substituent besar yang terikat, sedangkan di keton ada dua. Keadaan transisi untuk aldehida-rxn kurang sesak, sehingga mempunyai energy lebih rendah. Aldehida lebih reaktif dari keton karena polarisasi gugus karbonil aldehida lebih besar dan aldehida lebih elektrofilik (Ratnaningsih, 2011).

Hal ini diperkirakan bahwa semakin lama reaksi dan semakin besar konsentrasi metaanol mengakibatkan reaksi tumbukan antarpartikel Na-bisulfit dengan metal ester akan semakin cepat dan semakin tinggi gugus sulfonat yang dihasilkan sehingga meningkatkan bilangan asam. Peningkatan terjadi akibat dekomposisi hidroperoksida yang menghasilkan asam karboksilat, keton dan epoksida sehingga terjadi peningkatan bilangan asam. Peningkatan suhu dan lama reaksi akan menyebabkan peningkatan pembentukan sulfon dan reaksi samping seperti asam-asam berantai pendek seperti aldehid dan keton, pada degradasi yang lebih lanjut akan menghasilkan pembentukan asam sulfur yang menyebabkan peningkatan asam. Peningkatan konsentrasi methanol akan meningkatkan bilangan asam karena metanol berfungsi sebagai penghantar panas dan membantu reaksi yang mempercepat pembentukan asam sulfonat (Hidayati, 2007).

5. Alat dan Bahan Praktikum1. Alat-Alat Praktikum:a. Corong Buchnerb. Erlenmeyer 100 mlc. Erlenmeyer vakum 250 mld. Gelas beker 1000 mle. Gelas ukur 25 mlf. Klemg. Penjepit kayuh. Pipet tetesi. Pompa vakumj. Rak tabung reaksik. Sendok kecil penangasl. Tabung reaksim. Tiang statif2. Bahan-Bahan Praktikum:a. Larutan Ammonium hidroksida 2 %b. Larutan Asetonc. Larutan benzaldehidd. Larutan etanole. Larutan Formaldehidf. Larutan formaling. Larutan HCl pekath. Larutan iodiumi. Larutan isopropanolj. Larutan NaHSO3 jenuhk. Larutan NaOH 1 %l. Larutan NaOH 5 %m. Larutan perak nitrat (AgNO3) 5 %n. Pereaksi benedicto. Pereaksi Fehling Ap. Pereaksi Fehling B

6. Prosedur Kerja1. Uji Cermin Kaca Tollensa. Pembuatan Pereaksi Tollens

Larutan + 2 ml larutan perak nitrat 5 % + 2 tetes larutan NaOH 1 % + tetes demi tetes sambil diaduk larutan ammonium hidroksida 2 %

Pereaksi Tollens

b. Pengujian Pereaksi Tollens

Pereaksi Tollens

+ benzaldehid( 2 tetes)

+ aseton( 2 tetes)

+ formalin( 2 tetes)

Didiamkan selama 10 menit tabung dengan air panas 5 menit

Hasil

Hasil

Hasil

2. Uji Fehling dan BenedictPereaksi benedict

+ aseton

+ formaldehid

Hasil

Hasil

10-15 menit

Pereaksi fehling

+ aseton

+ formaldehid

Hasil

Hasil

10-15 menit

3. Adisi Bisulfit

Erlenmeyer 50 ml + 5 mllarutan NaHSO3 jenuh Didinginkan larutan dengan es

Larutan + 2,5 ml aseton tetes demi tetes sambil diaduk Didiamkan 5 menit

Larutan + 10 ml etanol Disaring

Kristal + beberapa tetes HCl pekat

Hasil4. Pengujian dengan Fenilhidrazin

2,5 ml fenilhidrazin Dimasukkan dalam tabung reaksi besar + 10 tetes bahan yang akan diuji (benzaldehid dan aseton)

Larutan Ditutup dan digoncangkan selama 1-2 menit

Kristal Disaring dengan corong Hirsch Dicuci dengan sedikit air dingin Direkristalisasi dengan sedikit methanol dan etanol Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya

Hasil

5. Pembuatan Oksim1,5 gr Natrium asetat trihidrat

1 gr HCl

1 gr Hidroksilamin

Dilarutkan dalam 4 ml air di dalam Erlenmeyer 50 ml sampai 35o C + sikloheksanon Ditutup labu dan digoncangkan selama 1-2 menit

Hasil

Didinginkan labu dalam lemari es Disaring dengan corong Hirsch Dicuci dengan 2 ml air es Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnyaZat padat sikloheksanon-oksim

6. Reaksi Haloform

5 tetes aseton + 3 ml NaOH 5 % + 10 ml larutan iodium iodida

Larutan Digoncang-goncangkan sampai warna coklat tidak hilang lagi

Hasil(Iodoform yang berwarna kuning akan mengendap dan terdapat bau yang khas)

*Pengujian terhadap isopropanol

7. Kondensasi Aldola. 4 ml larutan NaOH 1 % + 0,5 ml asetaldehid Digoncangkan dan dicatat baunya (sisa asetaldehid) Dididihkan campuran reaksi selama 3 menit Dicatat hati-hati bau tengik dari krotonaldehid

Hasil

b. Dalam labu 50 ml +10 ml etanol, 1 ml aseton, 2 ml benzaldehid, 5 ml larutan NaOH 5 % Campuran direfluks selama 5 menit Didinginkan labu dan dikumpulkan sisa kristal dengan corong Buchner

Hasil Direkristalisasi dengan etanol Ditentukan titik lelehnya

Hasil

7. HASIL PENGAMATANa. Uji Cermin Kaca, TollensPerlakuanHasil Pengamatan

AgNO3 + NaOH 1 %

AgNO3 + NaOH 1 % + NH4OH (Reaksi Tollens) Reaksi Tollens + benzaldehid

Reaksi Tollens + formalin

Reaksi Tollens + AsetonLarutan warna coklat muda, terdapat butiran kecil warna coklat.

Larutan berubah jadi bening setelah ditambah 2 tetes NH4OH

Larutan warna beningLarutan menjadi keruh, di atasnya ada lapisan bening

Larutan berwarna beningTetap bening

Larutan sedikit keruhLarutan menjadi bening

b. Uji Fehling dan BenedictPerlakuanHasil Pengamatan

Benedict + formaldehid

Benedict + aseton

Fehling A + B + formaldehid

Fehling A + B + asetonLarutan berwarna biru Tetap berwarna biru tetapi lebih bening

Larutan berwarna biru Tetap berwarna biru tetapi lebih bening

Larutan berwarna hijau gelapBerubah warna menjadi hijau toska

Larutan mberwarna biru pekatLarutan berubah warna menjadi hijau lumut dan terdapat endapan berwarna kuning

c. Adisi Bisulfit

PerlakuanHasil Pengamatan

NaHSO3 jenuh didinginkan dengan es+ aseton+ etanol

Kristal + HCl pekatLarutan berwarna bening

Larutan tetap bening Berubah warna menjadi putih dan terbentuk kristal

Larutan berwarna coklat bening, sedikit larut

d. Reaksi Haloform

PerlakuanHasil Pengamatan

Aseton + NaOH

+ larutan iodium iodida

+ isopropanolLarutan berwarna bening

Larutan menjadi keruh susu, ada endapan kecil berwarna putih kekuningan. Ada bau tetapi samar-samar.

Ditambah isopropanol 10 tetes, larutan menjadi bening dengan endapan berwarna kuning. Bau khasnya menguat.

8. PEMBAHASAN

Percobaan pertama dilakukan untuk membedakan aldehid dan keton, yakni reaksi dengan reagen tollens. Reagen tollens dibuat dengan mencampurkan AgNO3 dengan NaOH hasilnya larutan berwarna coklat muda dan terdapat butiran kecil berwarna coklat, kemudian ditambahkan NH4OH warnanya menjadi jernih. Larutan yang dihasilkan tersebut adalah reagen tollens berupa ion perak beramoniak yang digunakan untuk membedakan aldehid dan keton. Larutan yang diuji dengan reagen ini adalah benzaldehid, aseton dan formalin.

Aseton merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna (bening), setelah ditambahkan reagen tollens larutan sedikit keruh, kemudian setelah dipanaskan larutan menjadi bening. Benzaldehid pada awalnya bening, setelah ditambahkan reagen tollens larutan tetap bening, setelah dipanaskan larutan menjadi keruh, diatasnya ada lapisan bening. Sedangkan formalin awalnya bening, setelah ditambahkan reagen tollens dan dipanaskan larutannnya tetap bening.

Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa aldehid lebih mudah bereaksi daripada keton dengan reagen yang sama. Hal ini karena gugus karbonil pada aldehid terletak pada ujung rantai, berbeda dengan keton yang gugus karbonilnya terletak ditengah, sehingga gugus karbonil pada aldehid kurang terlindungi daripada keton. Itulah yang menyebabkan aldehid lebih dapat bereaksi dengan reagen tollens, sedangkan keton tidak.Uji Cermin Kaca (tollens)Pembuatan Pereaksi tollens

PengujianTollens + aseton

Tollens + benzaldehida

Tollens + formaldehida

Percobaan kedua yaitu uji fehling dan benedict, percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pada aldehid dan keton dengan direaksikan dengan benedict dan pereaksi fehling (A+B). Larutan yang diuji yaitu formaldehid dan aseton.

Tabung berisi benedict masing-masing diisi formaldehid dan aseton, keduanya berwarna biru. Kemudian ditempatkan dalam penangas air yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil yang diperoleh formaldehid dan aseton tidak mengalami perubahan warna tetapi lebih bening. Hal ini dikarenakan reagen benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen tollens.

Pengujian reaksi formaldehid dan aseton dengan reagen fehling, pada formaldehid ditambahkan reagen fehling larutan berwarna hijau gelap setelah dipanaskan berubah warna menjadi hijau toska. Pada aseton setelah ditambahkan reagen fehling, larutan berwarna biru pekat, setelah dipanaskan larutan berwarna hijau lumut dan terdapat endapan berwarna kuning. Sama seperti pada pengujian dengan reagen benedict, reagen fehling juga mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton.Uji Benedict dan FehlingUji BenedictBenedict + formaldehida

Benedict + aseton

Uji FehlingFehling A + Fehling B + formaldehida

Fehling A + Fehling B + aseton

Percobaan ketiga yaitu adisi bisulfit, percobaan ini bertujuan reaksi adisi aseton dengan natrium bisulfit. Pada reaksi ini reagen bisulfit merupakan nukleofil. Aseton tidak mengandung gugus yang besar artinya rintangan steriknya kecil sehingga reaksi adisi bisulfit dapat berlangsung. Adisi tersebut dapat diindikasi dari bereaksinya aseton dengan larutan natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 1-natriumsulfit-2-pentanol yang berwarna bening. Selain itu reaksi ini dapat berlangsung karena ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon yang menyendiri bersifat non polar. Nukleofil tersebut menyerang ikatan pi sehingga ikatan pi dapat terputus dan terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil. Setelah itu larutan di saring dan didapatkan Kristal yang berwarna putih. Setelah ditetesi dengan HCl, larutan berwarna coklat bening sedikit larut. Reaksi ini biasanya digunakan untuk memisahkan senyawa karbonil dari campurannya.Adisi Bisulfita. NaHSO3 + aseton

b. + HCl pekat

Percobaan keempat yaitu reaksi haloform, NaOH ditambahkan aseton larutannya bening ditambahkan larutan iodium larutan menjadi keruh susu, ada butiran endapan kecil warna putih kekuningan ada bau tapi samar-samar. Ditambahkan dengan isopropanol larutan menjadi bening dengan endapan berwarna kuning dan bau khasnya kuat. Reagen dalam reaksi ini adalah suatu oksidator, maka suatu alkohol mengandung suatu gugus CH(OH)-CH3 sehingga akan menghasilkan pengujian yang positif.Reaksi Haloforma. Aseton + iod + NaOH 5 %

b. Uji isopropanol

Pengujian dengan fenilhidrazine tidak dilakukan, reaksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton. Pada reaksi ini membuktikan bahwa benzaldehid dapat bereaksi dengan fenil hidrasil yang menghasilkan fenildrazonbenzena. Hal tersebut dapat terjadi karena pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrazile menyebabkan senyawa-senyawa ini bereaksi membentuk fenilhidrason yang mula-mula membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah berupa hablur. Dimana hablur ini nantinya dapat mengidentifikasi senyawa benzaldehid. Titik leleh yang didapatkan dari benzaldehid lebih tinggi dibandingkan keton, hal ini dikarenakan pada aldehid terdapat ikatan hydrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatannya kuat, sehingga titik lelehnya tinggi.Pengujian dengan fenilhidrazina. Uji benzaldehidaFenilhidrazine + benzaldehida

b. Uji AsetonFenilhidrazine + aseton

9. Diskusi1) Uji Cermin Perak, TollensKeton tidak mudah dioksidasi, tetapi aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi aldehid. Disamping oksidasi oleh permanganat dan dikromat, aldehid dapat dioksidasi oleh zat pengoksid yang sangat lembut, seperti Ag+ atau Cu2+, reagensia Tollens (suatu larutan basa dari ion kompleks perak-amonia) digunakan sebagai reagensia uji untuk aldehid. Aldehid itu dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai oleh terbentuknyacermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksinya :

2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) Ag2O(aq) + 2NaNO3(aq) + H2O(l)Ag2O + 4NH3 + H2O 2Ag(NH3)2 + + OH-

Reaktifitas relatifitas aldehid dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya karbon positif pada karbon karbonil. Makin besar muatan karbonil ini akan semakin reaktif. Bila muatan positif ini tersebar ke seluruh molekul maka senyawa karbonil itu lebih stabil dan kurang reaktif. Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil didekatnya yang bersifat melepas elektron.

Pada percobaan pertama, pada saat formaldehid direaksikan dengan pereaksi Tollens menghasilkan larutan bening, dan setelah didiamkan pada dinding tabung terbentuk cermin perak (endapan). Hal ini terjadi karena aldehid dapat mereduksi larutan perak amoniak (larutan AgNO3 dalam larutan NH3 berlebih)., pereaksi perak amoniak ini yang disebut pereaksi Tollens. Dan juga karena formaldehid tanpa gugus alkil adalah paling reaktif diantara aldehid dan keton. Formaldehid mempunyai 2 atom H yang terikat langsung pada atom C karbonil, sehingga mampu mereduksi pereaksi Tollens. Reaksi :

Pada percobaan kedua, pada saat benzaldehid direaksikan dengan pereaksi Tollens menghasilkan larutan berwarna putih susu dan endapan coklat dibawahnya. Ini membuktikan benzaldehid mampu mereduksi pereaksi Tollens. Setelah dipanaskan terbentuk cermin perak pada dasar tabung. Reaksi :

Pada percobaan ketiga, pada saat aseton direaksikan dengan pereaksi Tollens, dari hasi pengamatan terbentuk cermin perak. Hal ini terjadi karena kesalahan praktikan, kekurang telitian dalam hasil pengamatan. Aseton tidak reaktif dengan pereaksi Tollens karena pada aseton tidak memiliki atom H yang terikat langsung pada atom karbon karbonilnya. Reaksi :

Pada percoabaan keempat, pada saat sikloheksanon direaksikan dengan larutan Tollens terbentuk cermin perak. Seharusnya tidak ada reaksi. Sama halnya dengan aseton, sikloheksanon tidak reaktif dengan pereaksi Tollens karena pada sikloheksanon tidak memiliki atom H yang terikat langsung pada atom karbon karbonilnya. Ini juga karena kesalahan praktikan, kekurang telitian dalam hasil pengamatan. Reaksi :

2) Kondensasi AldolReaksi kondensasi adalah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilanganya suatu molekul kecil, misalnya air. Ada beberapa jenis reaksi yang tergolong dalam reaksi kondensasi, salah satunya adalah kondensasi benzoin. Dalam percobaan ini benzaldehid direaksikan dengan etanol dan aseton, yang kemudian direaksikan dengan basa NaOH

Basa ini berfungsi sebagai katalis dalam reaksi yang berlangsung. Aldol dapat mengalami dehidrasi sehingga diperolehaldehida tak jenuh (enal). Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut :

10. Pertanyaan Pasca1. Persamaan Reaksia) Reaksi Tollens dengan Formaldehid adalah :

b) Reaksi fehling dengan heptaldehida

c) Pembuatan senyawa adisi aseton-bisulfit

d) Pembuatan benzaldehida fenilhidrazon

e) Pembuatan sikloheksanol-oksim

f) Pengujian iodoform terhadap 2-pentanon

2. Mekanisme reaksi kondensasi aldol silang dari aseton dengan benzaldehida

3. Pengujian Iodoform dapat dilakukan untuk membedakan methanol dari etanol. Hal itu dikarenakan iod merupakan zat pengoksidasi lembut sehingga senyawa apa saja yang dioksidasi menjadi suatu senyawa karbonil metil juga akan menunjukkan uji positif. Reaksi uji Iodoform pada etanol akan menunjukkan uji positif karena adanya gugus metil keton yang dapat diodinasi sampai terbentuk Iodoform padat berwarna kuning. Sedangkan uji pada methanol akan uji negatif karena tidak adanya gugus metil yang dapat diiodinasi.

Uji Iodoform juga dapat digunakan untuk membedakan isopropanol dai n-butanol dimana uji positif akan ditunjukkan pada pengujian isopropanol dan uji negatif pada n-butanol. Reaksinya adalah :

4. Peranan natrium dari pembuatan oksim adalah sebagai katalis agar terjadi pengendapan

11. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa : a. Untuk membedakan anatara aldehid dan keton dapat dilakukan pengujian dengan perakasi Tollens dan pengujian dengan pereaksi fehling.b. Perbedaan senyawa aldehid dan keton ditinjau dari segi gugus fungsinya adalah aldehid memiliki sekurang-kurangnya satu atom hydrogen yang terikat pada atom karbonilnya. Sedangkan keton memiliki dua gugus alkil yang terikat pada karbonilnya.c. Aldehid mampu bereaksi dengan reaksi fehling dengan baik, hal ini ditunjukkan oleh adanya endapan yang terbentuk. Sedangkan keton tidak bereaksi baik terhadap pereaksi benedict, fehling. Hal ini karena keton tidak mampu teroksidasi terhadap reaksi yang telah diberikan.

12. Daftar PustakaAntony, C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB.Fessenden, Ralp J. dan Joan Fessenden. 1994. Kimia Organik Edisi III Jilid 2. Jakarta : Erlangga.Hidayati, Sri. 2007. Pengaruh Suhu, Lama Pemasakan, Konsentrasi Metanol, dan Suhu Pemurnian Terhadap Bilangan Iod dan Bilangan Asam Surfaktan dari Minyak Inti Sawit. Didownload di http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JTHP/article/download/86/94 [1 Juni 2013].Ratnaningsih. 2011. Senyawa Karbonil (Aldehida dan Keton). Didownload di http://ratnaningsih.staf.upi.edu/files/2011/09/AldehidadanKeton.pdf [1 Juni 2013].Respah. 1986. Pengantar Kimia Organik. Jakarta : Aksara Baru.

20