laporan mini riset

66
LAPORAN MINI RISET PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WARGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DESA TERTEK KECAMATAN PARE Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesional Ners Program Studi S1 Keperawatan STIKes Surya Mitra Husada Kediri Oleh : 1) Akmal Sari Kurniawati, S. Kep 2) Asniatim Ma’rifah, S. Kep 3) Sri Suhartini, S. Kep 4) Sukirno, S. Kep 5) Joko Sutrisno, S. Kep 6) Khoirul Astorini, S. Kep 7) Farida, S. Kep 8) Prihati, S. Kep 9) Sutrisno, S. Kep 10) Dwi Prasetyaningrum, S. Kep 11) Endang Surtiningsih, S. Kep 12) Erina Widya Agustina, S. Kep 13) Novi Sri Wijayanti, S. Kep 14) Endang Kuswati, S. Kep 15) Chrisanta Ardhi Kusuma, S. Kep 16) Fuad Di Darwis, S. Kep 17) Purwati, S. Kep 18) Ali Mashari, S. Kep 19) Muji Rahayu, S. Kep 20) Mutamimah, S. Kep 21) Hardityo Fajarsiwi, S. Kep 22) Reni Ratna Yusanti, S. Kep 23) Suprihati Andayani, S. Kep 24) Haris Listyawan, S. Kep 25) Rini Astutik, S. Kep 26) Siti Muwanah, S. Kep 27) Aty Rahmawati, S. Kep 28) Dian Sulistyani, S. Kep 29) Hervina Agustina, S. Kep 30) Candra Eka Setiawan, S. Kep 31) Bambang Wahyu Setyawan, S. Kep 32) Dora Maerawati, S. Kep 33) Diana Lestari, S. Kep 34) Indra Saiful Hamzah, S. Kep 35) Dedy Rudiyanzah, S. Kep 36) Deny Ariati, S. Kep 37) Jenny Prasetia, S. Kep PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2013

Upload: nsheri-saputro

Post on 28-Nov-2014

7.006 views

Category:

Education


24 download

DESCRIPTION

Contoh Laporan Mini Riset Keperawatan Komunitas. Dosen Pembimbing Heri Saputro Prima Dewi Lingga Kusuma

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Mini Riset

LAPORAN MINI RISET

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WARGA DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH DESA TERTEK KECAMATAN PARE

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesional Ners

Program Studi S1 Keperawatan STIKes Surya Mitra Husada Kediri

Oleh :

1) Akmal Sari Kurniawati, S. Kep

2) Asniatim Ma’rifah, S. Kep

3) Sri Suhartini, S. Kep

4) Sukirno, S. Kep

5) Joko Sutrisno, S. Kep

6) Khoirul Astorini, S. Kep

7) Farida, S. Kep

8) Prihati, S. Kep

9) Sutrisno, S. Kep

10) Dwi Prasetyaningrum, S. Kep

11) Endang Surtiningsih, S. Kep

12) Erina Widya Agustina, S. Kep

13) Novi Sri Wijayanti, S. Kep

14) Endang Kuswati, S. Kep

15) Chrisanta Ardhi Kusuma, S. Kep

16) Fuad Di Darwis, S. Kep

17) Purwati, S. Kep

18) Ali Mashari, S. Kep

19) Muji Rahayu, S. Kep

20) Mutamimah, S. Kep

21) Hardityo Fajarsiwi, S. Kep

22) Reni Ratna Yusanti, S. Kep

23) Suprihati Andayani, S. Kep

24) Haris Listyawan, S. Kep

25) Rini Astutik, S. Kep

26) Siti Muwanah, S. Kep

27) Aty Rahmawati, S. Kep

28) Dian Sulistyani, S. Kep

29) Hervina Agustina, S. Kep

30) Candra Eka Setiawan, S. Kep

31) Bambang Wahyu Setyawan, S. Kep

32) Dora Maerawati, S. Kep

33) Diana Lestari, S. Kep

34) Indra Saiful Hamzah, S. Kep

35) Dedy Rudiyanzah, S. Kep

36) Deny Ariati, S. Kep

37) Jenny Prasetia, S. Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

2013

Page 2: Laporan Mini Riset

HALAMAN PENGESAHAN

MINI RISET

” Laporan ini diajukan dalam rangka pembelajaran

Modul Aspek Sosial dalam Pelayanan Kesehatan Komunitas,

Sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan Profesi Ners

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI ”

Disusun Oleh :

Mahasiswa Praktik Program Profesi Keperawatan Komunitas

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal :

Dosen Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing Akademik

Heri Saputro, S.Kep., Ns

NIP NIK. 13.07.11.120

Page 3: Laporan Mini Riset

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kegiatan praktik klinik keperawatan komunitas dan keluarga ini dilakukan pada tanggal 14

Januari 2013 sampai 24 Maret 2013. Dengan berbekal materi yang telah diberikan saat pembekalan,

maka secara resmi pada tanggal 14 Januari 2013 mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

STIKes Surya Mitra Husada Kediri melaksanakan praktek klinik keperawatan komunitas di RT 01

RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

Adapun kegiatan selama praktik keperawatan komunitas di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11,

RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare diuraikan sebagai berikut :

A. TAHAP PERSIAPAN

Tahap persiapan ini merupakan tahap awal pra praktik klinik/terjun ke lapangan,

berbagai kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini antara lain:

1. Pembekalan

Pembekalan dilakukan pada tanggal 14 Januari 2013 pukul 09 : 00 WIB di balai

desa Tertek Kecamatan Pare oleh pembimbing praktik komunitas oleh bapak Suyatno

S.Kep, Ns. dan Ibu Dotik Sukismi, A. Md. Keb. Materi yang diberikan adalah tentang

mekanisme perijinan, dan peraturan-peraturan bagi mahasiswa praktik dan tugas yang

harus diselesaikan.

2. Pengorganisasian Kelompok

Untuk mempermudah pelaksanaan praktik dan sebagai penanggung jawab kegiatan

praktik dari mahasiswa, maka dibentuk organisasi kelompok. Susunan panitia terlampir.

3. Persiapan Administrasi

Sebagai langkah selanjutnya, dipersiapkannya administrasi untuk mengadakan

konsolidasi dan perijinan kepada instansi terkait. Surat perijinan diperoleh dari pendidikan

yang harus disampaikan ke desa Tertek. Selain itu, disusunlah administrasi untuk

keperluan praktik dari mahasiswa sendiri, yaitu format pengkajian kesehatan komunitas,

format asuhan keperawatan keluarga dan format asuhan keperawatan gerontik,

administrasi kesekretariatan dan administrasi keuangan.

4. Konsolidasi

Konsolidasi dan kerjasama dengan berbagai instansi terkait dilakukan pada tanggal

11 Januari 2013 dengan mengajukan permohonan ijin dan kerjasama kepada bapak Lurah

Kelurahan Tertek, Kepala Puskesmas Sidorejo. Selanjutnya, secara resmi mahasiswa

diterjunkan pada tanggal 14 Januari 2013 di wilayah RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare sebagai wilayah binaan mahasiswa

STIKes Surya Mitra Husada Kediri Kelas B melalui perijinan Ketua RT/RW setempat.

Page 4: Laporan Mini Riset

5. Orientasi dan Analisa Situasi

Orientasi dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

a. Pembekalan yang diberikan oleh Kepala Desa Tertek. Pertemuan antara ketua RT 01

RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

pada tanggal 14 Januari 2013 pukul 09 : 00 – 11 : 00 wib. Bapak kepala desa Tertek

menerima kehadiran mahasiswa dan mahasiswa menyampaikan maksud dan tujuan

praktik klinik keperawatan komunitas yang akan dilaksanakan. Bapak Kepala Desa

memberikan gambaran tentang keadaan lingkungan secara umum dan status kesehatan

RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan

Pare.

b. Orientasi dan analisa situasi selanjutnya dilakukan oleh mahasiswa sendiri dengan

membagi mahasiswa dalam satu kelompok besar sesuai dengan jumlah RT, dan

dilakukan pengenalan lingkungan oleh mahasiswa sendiri.

6. Pembukaan

Pembukaan dilakukan sebagai bentuk pertemuan pertama kali memasuki daerah

binaan dan berinteraksi dengan warga. Perencanaan dan pelaksanaannya dapat dilihat pada

uraian tahap pelaksanaan kegiatan.

B. TAHAP PELAKSANAAN

1) Pengkajian

Pengkajian data kesehatan komunitas dilakukan pada tanggal 14 – 19 Januari 2013

sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa dan warga. Pelaksana adalah mahasiswa yang

telah dibagi diwilayah RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13, bekerjasama

dengan ketua RT, kader posyandu dan PKK. Mekanisme pengumpulan data merupakan hak

otonom masing-masing kelompok RT dengan tanpa meninggalkan prinsip pengkajian

keperawatan komunitas (daftar anggota kelompok RT terlampir).

Data komunitas yang dikumpulkan berdasarkan pada tujuan menggali semua

permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat untuk selanjutnya dilakukan pemecahan

masalah dengan menggunakan format pengkajian komunitas yang telah dikonsultasikan pada

pembimbing profesi.

1. Data Demografi

Desa Tertek termasuk dalam Kecamatan Pare memiliki Jumlah penduduk sebanyak 12.970

jiwa yang terdiri dari 55 RT, 21 RW dan 3 Dusun yaitu Dusun Tertek, Dusun Semanding,

Dusun Jombangan. Adapun Batas Wilayah Desa Tertek adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : Desa Canggu, Kecamatan Badas

b) Sebelah Selatan : Desa Gadungan, Kecamatan Puncu

c) Sebelah Timur : Desa Kencong, Kecamatan Kepung

d) Sebelah Barat : Kelurahan Pare, Kecamatan Pare

Page 5: Laporan Mini Riset

Peta kawasan Desa Tertek Kecamatan Pare aadalah sebagai berikut ;

(Sumber Profil Desa Tertek Tahun 2010)

Di kawasan Desa Tertek terdapat SD Negeri 5 buah ; SD Swasta : 1 buah ; MI : 2

buah ; MTs : 2 buah ; MA : 2 buah ; SMK : 1 buah ; PT (Perguruan Tinggi) : 1 buah serta

Pondok Pesantren : 3 buah. Adapun Pelayanan Kesehatan : BPS (Bidan Praktek Swasta) : 2

buah ; Polindes : 1 buah ; Poskesdes : 1 buah ; Poskestren : 1 buah ; Posyandu (Bidan Dotik)

: 10 buah. Kader Posyandu : 50 Orang. Adapun tempat ibadah berupa Masjid sejumlah 13

buah dan Langgar / Surau / Musholla Sejumlah 50 buah. Sarana Olahraga di Desa Tertek

adalah Lapangan sepakbola 1 buah, lapangan bulu tangkis 1 buah dan lapangan basket 1

buah. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga desa Tertek yasinan, posyandu balita, kerja

bakti. (Sumber Profil Desa Tertek Tahun 2010)

. Dalam hal ini, asuhan keperawatan komunitas kelompok Transfer B mahasiswa STIKes

Surya Mitra Husada di lakukan pada RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01

RW 13. Adapun jumlah penduduk yang dilakukan pendataan sejumlah 1064 jiwa.

a. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin

Gambar 1.1 Diagram jenis kelamin penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Desa Kencong

Kecamatan

Kepung

Desa Canggu

Kecamatan Badas

Kelurahan Pare

Kecamatan Pare

Desa Gadungan

Kecamatan Puncu

Page 6: Laporan Mini Riset

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 517 orang (49 %) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 547

(51 %).

b. Distribusi penduduk berdasarkan Usia

Gambar 1.2 Diagram usia penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT

01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berusia 0-5 thn

138 orang (13%), usia 6-15 thn 158 orang (15%), usia 16-21 thn 89 orang (8%), usia

22-59 thn 600 orang (56%), usia 60 keatas thn 79 orang (13%).

c. Distribusi penduduk berdasarkan Agama

Gambar 1.3 Diagram agama penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12,

RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penduduk yang beragama Kristen 23

(2%), beragama Islam sebanyak 1040 (98%), beragama Budha 1 orang (0%), dan tidak

ada yang beragama Katholik dan Hindu.

Agama 2 %

98 %

Page 7: Laporan Mini Riset

d. Distribusi penduduk berdasarkan Pendidikan Terakhir

Gambar 1.4 Diagram pendidikan terakhir penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT

01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pendidikan penduduk yang tidak sekolah

6 orang (1%), belum sekolah 165 orang (16%), Taman Kanak – Kanak 86 orang (8 %),

SD 290 orang (27%), SMP 195 orang (18%), SMA 286 orang (27%), dan Perguruan

Tinggi 36 orang (3%).

e. Distribusi penduduk berdasarkan Pekerjaan

Gambar 1.5 Diagram pekerjaan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW

12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk yang

PNS/TNI/POLRI 23 orang (2%), Wiraswasta 134 orang (13%), Buruh/Swasta 100 orang

(9%), Ibu Rumah Tangga 276 orang ( %), Pelajar/Mahasiswa 362 orang, Tidak/Belum

Bekerja 169 orang (%).

Page 8: Laporan Mini Riset

f. Faktor lingkungan

Jumlah rumah tangga yang di lakukan pendataan sebanyak 254 rumah.

1). Jenis bangunan

Gambar 1.6.a Diagram jenis bangunan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT

01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jenis bangunan penduduk yang termasuk

rumah permanen sebanyak 251 rumah (99%), tidak permanen 3 rumah (1%).

2). Status Kepemilikan Rumah

Gambar 1.6.b Diagram status kepemilikan rumah penduduk di RT 01 RW 06, RT 02

RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kontrak 11 rumah (4%) dan yang memiliki

rumah sendiri sebanyak 243 rumah (96%).

Page 9: Laporan Mini Riset

3). Ventilasi

Gambar 1.6.c Diagram ventilasi rumah penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT

01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa yang memiliki ventilasi baik sebanyak

217 rumah (85%), ventilasi cukup sebanyak 27 rumah (11%). ventilasi kurang

sebanyak 10 rumah (4%).

4). Pencahayaan

Gambar 1.6.d Diagram pencahayaan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pencahayaan di rumah penduduk yang

gelap 9 rumah (3 %), remang-remang 27 rumah (11%), terang 218 rumah (86%).

Page 10: Laporan Mini Riset

5). Lantai rumah

Gambar 1.6.e Diagram lantai rumah penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa lantai rumah penduduk yang

menggunakan Tegel/Keramik 183 rumah (72%), yang plester 63 rumah (25%), tanah 8

rumah (3%).

6). Jenis jamban yang digunakan

Gambar 1.6.f Diagram jenis jamban yang digunakan penduduk di RT 01 RW 06, RT

02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jenis jamban yang digunakan penduduk

jenis leher angsa 227 (90%), yang menggunakan sungai 16 (6%), cemplung 11 (4%),

tidak ada 0 (0%).

Page 11: Laporan Mini Riset

7). Kebersihan Jamban

Gambar 1 .6.g Diagram kebersihan jamban penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11,

RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kebersihan jamban penduduk adalah

bersih 242 (95 %), kotor 12 (5%).

8). Kepemilikan kamar mandi

Gambar 1.6.h Diagram kepemilikan kamar mandi di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT

01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kepemilikan kamar mandi adalah

memiliki 245 (96%), tidak ada 9 (4 %), serta tidak ada yang mandi di sungai.

Page 12: Laporan Mini Riset

9). Kebersihan kamar mandi

Gambar 1.6.i Diagram kebersihan kamar mandi di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT

01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kebersihan kamar mandi adalah dikuras

tiap minggu 211 (83%), dikuras tiap bulan 43 (17%).

10). Pengaturan Pekarangan

Gambar 1.6.j Diagram pengaturan pekarangan di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pengaturan pekarangan adalah teratur 176

(69%), berserakan 78 (31%).

Page 13: Laporan Mini Riset

11). Pengaturan Air Limbah

Gambar 1.6.k Diagram pengaturan air limbah di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pengaturan air limbah adalah teratur 204

(80%), berserakan 50 (20%). Tidak ada air limbah yang di manfaatkan.

12). Kepemilikan kandang hewan ternak

Gambar 1.6.l Diagram kepemilikan kandang hewan ternak penduduk di RT 01 RW 06,

RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa penduduk yang memiliki kandang hewan

ternak sebanyak 33 (13%), dan yang tidak memiliki hewan ternak sebanyak 221 rumah

(88%).

Page 14: Laporan Mini Riset

13). Lokasi Kandang Ternak

Gambar 1.6.m Diagram lokasi kandang ternak penduduk dRT 01 RW 06, RT 02 RW

11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa lokasi kandang ternak adalah seatap

sebanyak 0 (0%) dan tidak seatap sebanyak 33 (100%).

14). Pemeriksaan Jentik Nyamuk

Gambar 1.6.n Diagram pemeriksaan jentik nyamuk penduduk di RT 01 RW 06, RT 02

RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pada pemeriksaan jentik di rumah

penduduk yang positif terdapat jentik sebanyak 28 (11%), dan yang tidak ditemukan

jentik adalah sebanyak 226 (89%).

Page 15: Laporan Mini Riset

g. Pengelolaan Sampah

1). Kebiasaan membuang sampah

Gambar 1.7.a Diagram kebiasaan membuang sampah penduduk di RT 01 RW 06, RT

02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sampah yang dibuang ke sungai sebanyak

58 (23%), diambil oleh petugas 5 (2%), dibakar 191 (75%)

2). Penampungan sampah sementara

Gambar 1.7.b Diagram penampungan sampah sementara penduduk di RT 01 RW 06,

RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan tempat penampungan sampah sementara

penduduk yang tertutup 2 (1%), dan yang terbuka sebanyak 252 (99%).

Page 16: Laporan Mini Riset

h. Pengelolaan Air

1). Sumber air untuk masak

Gambar 1.8.a Diagram sumber air untuk yang digunakan penduduk di RT 01 RW 06,

RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sumber air yang digunakan penduduk

berupa sumur gali sebanyak 180 (71%), bor 61 (24%) , PDAM 13 (5%), dan tidak ada

yang mendapatkan air dari sumber dan sungai.

2). Jarak sumber air dengan septiktank

Gambar 1.8.b Diagram sumber air untuk yang digunakan penduduk di RT 01 RW 06,

RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jarak sumber air dengan septiktank yang

digunakan penduduk 0-10 m sebanyak 231 (91%), sedangkan yang lebih dari 10 meter

sebanyak 23 (9%).

Page 17: Laporan Mini Riset

i. Data kesehatan keluarga

1). Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Gambar 1.9.a Diagram pemanfaatan fasilitas kesehatan di RT 01 RW 06, RT 02 RW

11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan yang paling banyak

digunakan oleh penduduk adalah puskesmas sebanyak 144 (57%), dan puskesmas

pembantu/posyandu 33 (13%), RS 32 (12%), petugas kesehatan 40 (16%), tidak

memanfaatkan 5 (2%).

2). Kebiasaan merokok

Gambar 1.9.b Diagram kebiasaan merokok penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW

11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penduduk yang merokok 142 orang

(13%) dan yang tidak merokok sebanyak 922 orang (87%).

Page 18: Laporan Mini Riset

3). Ketergantungan Pada Obat Berbahaya

Gambar 1.9.c Ketergantungan Pada Obat Berbahaya di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11,

RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penduduk seluruh penduduk tidak ada yang

ketergantungan pada obat berbahaya yaitu 1064 orang (100%).

4). Penyakit yang di derita oleh penduduk

Tabel 1.10 Penyakit yang di derita penduduk kurun waktu 3 bulan terakhir di RT 01

RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan

Pare.

Penyakit Frekuensi %

Hipertensi 9 14 %

Nefrotik Sydrome 1 2%

Diabetes Mellitus 3 5%

Osteoathritis 13 21%

CVA 2 3%

PJK 1 2%

TB Paru 1 2%

Decomp Cordis 1 2%

Asam Urat 1 2%

ISPA 30 48%

Jumlah 62 100%

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Page 19: Laporan Mini Riset

j. Kesehatan Ibu dan Anak

Jumlah balita yang dilakukan pendataan sebanyak 112 orang

Jumlah ibu hamil yang dilakukan pendataan sebanyak 6 orang

1). Imunisasi Balita

Gambar 1.10.a Diagram imunisasi balita di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW

12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : KaderPosyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa seluruh balita mendapatkan imunisasi

lengkap sesuai usia sebanyak 112 (83%).

2). Pemeriksaan Selama Kehamilan

Gambar 1.10.b Diagram Pemeriksaan Kehamilan di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11,

RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa seluruh ibu hamil periksa kehamilan ke

Bidan yaitu 6 orang (100%).

Page 20: Laporan Mini Riset

3). Penolong Persalinan

Gambar 1.10.c Diagram penolong persalinan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW

11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penolong persalinan penduduk adalah

Bidan sebanyak 97 (87%), Rumah Sakit sebanyak 15 (13%), dan tidak ada yang

melakukan persalinan ke dukun.

4). Cara Persalinan Yang Digunakan

Gambar 1.10.d Diagram cara persalinan yang digunakan penduduk di RT 01 RW 06,

RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19

Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa cara persalinan yang digunakan adalah

Spontan sebanyak 109 orang (97%), Operasi sebanyak 3 orang (3%).

Page 21: Laporan Mini Riset

5). KB Yang Sering Digunakan

Jumlah Akseptor KB sebanyak 143 Orang

Gambar 1.10.e Diagram KB yang sering digunakan penduduk di RT 01 RW 06, RT

02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa KB yang sering digunakan adalah Pil 6

orang (4%), IUD/AKDR sebanyak 29 orang (20%), Suntik sebanyak 101 orang

(71%). Implant 6 orang (4%) dan MOW 1 orang (1%).

6). Status Gizi Anak/Balita

Gambar 1.10.f Diagram status gizi balita/anak di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT

01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013, Kader Posyandu,

Bagian Gizi Puskesmas Sidorejo)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa status gizi anak/balita adalah baik 107

orang (95%), cukup sebanyak 2 orang (2%), kurang (BGM) sebanyak 3 orang (3%).

Page 22: Laporan Mini Riset

7). Status Tumbang Anak

Gambar 1.10.g Diagram status tumbang anak di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa status tumbang anak adalah normal 109

orang (97%), tidak normal sebanyak 3 orang (3%).

8). Kunjungan posyandu balita

Gambar 1.10.h Diagram kunjungan posyandu balita di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11,

RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kunjungan posyandu balita adalah rutin

sebanyak 101 orang (90%), jarang sebanyak 11 orang (10%). Serta tidak ada yang

tidak pernah ke posyandu balita.

Page 23: Laporan Mini Riset

9). Pemberian ASI

Gambar 1.10.i Diagram pemberian ASI di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW

12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI adalah ASI Ekslusif (0-6

bulan) 78 orang (70%), 0 – 2 tahun sebanyak 25 orang (22%). Tidak diberi ASI 9

orang (8%).

10). Penyakit yang di derita oleh balita

Tabel 1.10.j Penyakit yang di derita balita kurun waktu 3 bulan terakhir di RT 01

RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan

Pare.

Penyakit Frekuensi %

ISPA 27 55 %

Diare 13 26 %

Febris / Demam 9 19 %

Jumlah 49 100 %

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Page 24: Laporan Mini Riset

k. Kesehatan Lansia

Jumlah lansia yang dilakukan pendataan sebanyak 79 orang

1). Kegiatan lansia pada waktu luang

Gambar 1.11.a Diagram kegiatan lansia pada waktu luang di RT 01 RW 06, RT 02

RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kegiatan lansia waktu luang adalah

Bantu Rumah Tangga 12 orang (15%), Mengasuh Cucu sebanyak 24 orang (30%).

Nonton TV sebanyak 43 orang (55%).

2). Penyakit yang di derita lansia

Tabel 1.11 b Penyakit yang di derita lansia kurun waktu 3 bulan terakhir di RT 01

RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan

Pare.

Penyakit Frekuensi %

Hipertensi 10 37 %

Osteoathritis 10 37 %

Stroke 2 7 %

Asma 1 4%

PJK 1 4%

Demensia 2 7%

Diabetes Mellitus 1 4%

Jumlah 27 100%

(Sumber : Kader Posyandu Lansia & Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri

Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Page 25: Laporan Mini Riset

3). Kunjungan Posyandu Lansia

Tabel 1.11 c Kunjungan Posyandu Lansia di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

Kunjungan Posyandu Frekuensi %

Rutin 0 0%

Jarang 0 0%

Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 0 0%

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada lansia yang melakukan

kunjungan ke posyandu lansia.

l. Kesehatan Remaja

Jumlah remaja yang dilakukan pendataan sebanyak 89 orang

1). Kegiatan yang diikuti remaja

Gambar 1.12.a Diagram kegiatan yang di ikuti remaja di RT 01 RW 06, RT 02 RW

11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kegiatan yang diikuti remaja adalah olah

raga sebanyak 36 orang (40%), Keagamaan sebanyak 48 orang (54%), Kesenian

sebanyak 5 orang (6%). Tidak ada yang mengikuti karang taruna.

Page 26: Laporan Mini Riset

2). Masalah Remaja

Tabel 1.12 b Tabel Masalah Remaja di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12,

RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

Masalah Remaja Frekuensi %

Kenakalan Remaja 0 0 %

Narkoba 0 0 %

Masalah Kejiwaan 1 100 %

Lainnya 0 0 %

Jumlah 1 100 %

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

2) Fokus Masalah Mini Riset

a). Data Hasil Survey

Hasil pengkajian mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri tanggal 14 – 19 Januari 2013 di

RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan

Pare menunjukkan bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menempati

urutan pertama atau 48% (30 pasien) dan pada anak diare menempati urutan ke 2 atau 26%

(13 pasien). Hasil observasi pada saat pengkajian data awal didapatkan 99% (252 rumah)

tempat sampah yang dimiliki warga dalam keadaan terbuka dan hanya 1% (2 rumah)

mempunyai tempat sampah dan dalam keadaan tertutup. Sedangkan dalam pengelolaan

sampah 58 rumah (23%) masih dibuang disungai dan 191 rumah (75%) masih dibakar.

b). Data Kualitatif

Berdasarkan hasil wawancara dengan RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT

01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare, tokoh masyarakat, dan tenaga puskesmas. Secara

ringkas data kualitatif yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Warga masyarakat mengatakan sebagian besar masyarakat masih sering membuang

sampah sembarangan, di sungai ataupun di tanah kosong.

2. Tokoh masyarakat mengatakan kurang adanya kesadaran dari warganya untuk menjaga

kesehatan lingkungan dan kurangnya tempat pembuangan sampah sementara.

3. Pihak puskesmas mengatakan bahwa permasalahan sampah sudah menjadi permasalahan

masyarakat, perkotaan bahkan dunia, sehingga perlu adanya perubahan perilaku dari

masyarakat tentang pengelolaan sampah.

4. Sebagian warga masyarakat mengatakan tidak khawatir dengan bahaya lingkungan yang

diakibatkan penumpukan sampah

Page 27: Laporan Mini Riset

ANALISA DATA

NO. Masalah Kesehatan Data Penunjang Etiologi Masalah

1. Kurangya pengetahuan dan motivasi pada

warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek

Kecamatan Pare.dalam perilaku hidup

bersih dan sehat, terutama dalam lingkungan

(3M)

a. Pemeriksaan rumah yang memiliki jentik sebanyak 28 (11%)

b. Rumah yang memiliki pencahayaan gelap berjumlah 9 (3%)

c. Rumah yang memiliki pencahayaan remang-remang berjumlah

27(11%)

d. Kamar mandi yang di kuras tiap bulan berjumlah 43 (17%)

Kurangnya kemampuan masyarakat

dalam perilaku hidup sehat

2. Resiko terjadinya peningkatan kasus

penyakit akibat lingkungan yang kurang

sehat (ISPA, penyakit saluran cerna)

a. Pengolahan sampah yang dibuang ke sungai sebanyak 58 rumah

23(%)

b. Pengolahan sampah yang dibakar sebanyak191 rumah (75%)

c. Penampuanga sampah sementara yang terbuka sebanyak 252

(92%)

d. Penyakit yang diderita balita dalam kurun 3 bulan terakhir

1) ISPA : 27 orang (55%)

2) Diare : 13 orang (26%)

e. Penyakit yang di derita penduduk dalam kurun 3 bulan terakhir

adalah ISPA : 30 orang (48%)

Kurangnya kemampuan masyarakat

dalam memelihara syarat kesehatan

3. Pembuangan limbah kurang memenuhi

syarat kesehatan

a. Pengaturan air limbah yang berserakan berjumlah 50 (20%)

b. Jenis jamban cemplung sebanyak 8 (3%)

c. Jenis jamban sungai sebanyak 16 (6%)

d. Jamban yang kotor sebanyak 12 (5%)

Kurangnya kemamapuan masyarakat

dalam pengolahan limbah

4 Resiko terjadinya peningkatan masalah

kesehatan pada lansia

a. Jumlah lansia 79 orang

b. Jumlah lansia yang sakit

1) Hipertensi : 10 orang (37%)

2) Stroke : 2 orang (7%)

3) Osteathritis : 10 (37%)

c. Tidak ada lansia yang melakukan kunjungan ke posyandu lansia.

Kurangnya kemampuan masyarakat

dalam merawat lansia

Page 28: Laporan Mini Riset

BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

A. Kepentingan Permasalahan

Berdasarkan hasil pengkajian data kesehatan komunitas dilakukan pada tanggal 14 – 19 Januari

2013 ditemukan beberapa masalah kesehatan pada warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW

12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. Diantaranya masalah kesehatan yang menonjol

adalah permasalahan pengelolaan sampah di wilayah RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12,

RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare ini sebagian besar dengan membakar sampah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga dengan membakar sampah karena tidak

adanya lahan pembuangan sampah.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisis pengaruh pengaruh penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah

terhadap tingkat pengetahuan warga dalam pengolahan sampah di RT 01 RW 06, RT 02 RW

11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat sebelum diberikan penyuluhan

kesehatan tentang pengelolaan sampah di lingkungan RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT

01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan warga setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang

pengelolaan sampah di lingkungan RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01

RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

c. Menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah terhadap

tingkat pengetahuan warga dalam pengolahan sampah di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11,

RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

C. Kajian Literatur

1. Konsep Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan

mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang

berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,

keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana

caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara

kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).

Page 29: Laporan Mini Riset

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang

dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat . Pendidikan

kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat

prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya

merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya

seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang

berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk., 2002).

1) Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan adalah :

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan

memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku

perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

2) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan

penyuluhan kesehatan adalah :

a. Tingkat Pendidikan.

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi

baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

b. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam

menerima informasi baru.

c. Adat Istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal

yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan

menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang –

orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan

penyampai informasi.

e. Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

Page 30: Laporan Mini Riset

3) Metode Dan Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah:

a) Metode Ceramah

Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau

pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang

kesehatan.

b) Metode Diskusi Kelompok

Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik

pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang

telah ditunjuk.

c) Metode Curah Pendapat

Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan

semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing – masing peserta,

dan evaluasi atas pendapat – pendapat tadi dilakukan kemudian.

d) Metode Panel

Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta

tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.

e) Metode Bermain peran

Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa

diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan

pemikiran oleh kelompok.

f) Metode Demonstrasi

Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang

sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara

melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini

digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

g) Metode Simposium

Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik

yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

h) Metode Seminar

Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu

masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

4) Langkah – Langkah Dalam Pendidikan Kesehatan

Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus

melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan

masyarakat sebagai berikut :

a) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.

b) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.

c) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan

kesehatan masyarakat.

Page 31: Laporan Mini Riset

d) Menyusun perencanaan penyuluhan

e) Pelaksanaan penyuluhan

f) Penilaian hasil penyuluhan

g) Tindak lanjut dari penyuluhan

2. Konsep Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2007).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

lebih dulu terhadap stimulus (obyek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini sikap

subyek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial (mencoba) dimana subyek mencoba melakukan sesuatu sesuai apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption dimana subyek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Komponen

Pengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Menurut (Notoatmodjo, 2007), pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

seluruh bahan yang dipelajari atau yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tanpa apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Page 32: Laporan Mini Riset

2) Paham (Comprehension)

Paham diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan mati tersebut secara

benar. Orang yang paham terhadap obyek atau materi dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap obyek yang

dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau konsisi realita (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan

rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian. Dapat menggunakan

prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari kata kerja,

seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkasnya, dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian. Penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Monks, Fj, 2002).

1) Faktor Internal

a) Usia

Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai,

semakin banyak hal yang dikerjakan.

b) Intelligence

Intelligence seseorang berasal dari faktor pembawaan dan hasil pembelajaran

sepanjang hidupnya yang diperoleh melalui belajar dan pengaman, misalnya

Page 33: Laporan Mini Riset

pengetahuan umum dan bahasa. Intelligence akan mengalami kemunduran

setelah usia 30 atau 40 tahun.

2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan melalui

proses belajar.

b) Pemberian informasi

Meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan dengarn berbagai macam alat bantu

(media massa) yaitu media cetak, media elektronik dan media papan. Pemberian

informasi dapat dilakukan dengan metode ceramah, penyuluhan, konseling dan

sebagainya.

c) Pengalaman

Pengalaman diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

d) Sosial budaya

Kepercayaan yang diterima berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu akan semakin menambah pengetahuan seseorang.

d. Kategori pengetahuan (Arikunto, 1998)

Untuk mengetahui secara kuantitatif dan kualitatif tingkat pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang dibagi 4 tingkatan yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100%

2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 – 75%

3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40 – 55%

4) Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%

3. Konsep Perilaku

a. Definisi

Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan respons

(faktor internal) dalam subyek atau orang yang berperilaku tersebut. Dengan perkataan

lain, perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik

dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku

ini disebut determinan. Banyak teori tentang determinan perilaku ini, masing-masing

mendasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun. Dalam bidang perilaku kesehatan, ada

3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat.

Ketiga teori tersebut adalah :

1. Teori Lawrence Green

Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya

dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku),

dan non behavioral factors atau faktor non perilaku. Selanjutnya Green menganalisis,

bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

Page 34: Laporan Mini Riset

a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors), yaitu faktor-faktor

yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor-faktor

yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku/tindakan. Yang dimaksud

faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air,

tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi, uang dan

sebagainya. Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan, mengupayakan

keluarganya untuk menggunakan air bersih, buang air besar di WC, makan-makanan

yang mengadakan fasilitas itu semua, maka dengan terpaksa buang ari besar di kali /

kebun, menggunakan air kali untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya dan

sebagainya.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor

yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun

seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.

Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat rumahnya ada polindes,

dekat dengan bidan, tetapi tidak mau melakukan periksa hamil, namun anaknya tetap

sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para

tokoh masyarakat.

Secara matematis, perilaku menurut Green itu dapat digambarkan sebagai berikut

B = F (pf, Ef, Rf)

B : Behavior

F : Function

Pf : Predisposisi faktors

Ef : Enabling faktors

Rf : Reinforcing faktors

2. Teori Snehandu B. Karr

Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Universitas California di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku

yaitu :

a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan

dengan objek atau stimulus diluar dirinya, misalnya orang mau membuat jamban/WC

keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untuk itu.

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support).

Didalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung

memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya.

c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah

tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh

5

Page 35: Laporan Mini Riset

seseorang. Sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga

ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana : tujuan ber KB,

bagaimana cara ber KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), akibat-akibat sampingan

ber KB dan sebagainya.

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (Personal autonomy)

untuk mengambil keputusan. Di Indonesia terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya

masih terbatas terutama lagi di pedesaan. Seorang istri dalam pengambilan keputusan

masih sangat tergantung kepada suami.

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action

situation) untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang

tetap. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian luas. Baik fasilitas yang tersedia

serta kemampuan yang ada.

Secara matematik, teori Karr ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

B : F (Bi, Ss, Ai, Pa, As)

B : Behavior

F : Fungsi

Bi : Behavior intention

Ss : Sosial support

Ai : Accesssibility information

3. Teori WHO

Tim kerja pendidikan kesehatan dari WHO merumuskan determinan perilaku ini

sangat sederhana. Mereka mengatakan bahwa mengapa seseorang berperilaku, karena

adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu :

a. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and Feeling)

Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat

diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap obyek atau stimulus,

merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.

b. Adanya acua atau referensi dari seseorang atau pribadi yang

dipercayai (personal references). Didalam masyarakat, dimana sikap paternalistik

masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan

(referen) yang ada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat.

c. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung

untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan

teori Green sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana dan

prasarana atau fasilitas).

d. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh

terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Telah diuraikan terdahulu bahwa faktor

sosio-budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal

Page 36: Laporan Mini Riset

ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda,

karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas.

Dari uraian tersebut, teori dari tim WHO ini dapat dirumuskan secara matematis sebagai

berikut :

B = F (Tf, Pr, R, C

B : Behavior

F : Function

Tf : Thoughts and feeling

Pr : Personal references

R : Resources

C : Culture

Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan.

Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang

tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan

seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut

dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial

budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut

Gambar 2.1 Skema terjadinya perilaku (Notoatmojo, 2007)

Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku terjadi diawali dengan adanya

pengalaman-pegalaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut (lingkungan)

baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui,

dipersepsikan, diyakini dan sebagainya, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk

bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku .

Persepsi

Pengetahuan

Keyakinan

Keinginan

Motivasi

Niat

Sikap

Pengalaman fasilitas

sosio-budaya Perilaku

Eksternal Internal Respons

Page 37: Laporan Mini Riset

4. Konsep Teori Sampah

a. Pengertian Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.

Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-

proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang

dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena

dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi

menurut jenis-jenisnya (Wikipedia, 2012)

Sampah yang tidak dikelola secara tepat akan menjadi tempat yang sangat ideal bagi

pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus sehingga menjadi tempat

berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Hal tersebut sudah tentu akan

menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya (Awaludin, 2012)

b. Jenis sampah menurut sifatnya

1) Sampah organik - dapat diurai (degradable)

Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,

sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut

menjadi kompos.

2) Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik

wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman,

kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau

sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah

anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan

gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun

karton

c. Dampak Negatif Sampah Dalam Berbagai Bidang

a) Dampak terhadap Kesehatan

1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal

dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.

Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan

cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya

adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini

sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya

yang berupa sisa makanan/sampah.

4. Sampah beracun.

Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat

mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini

Page 38: Laporan Mini Riset

berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi

baterai dan akumulator.

b) Dampak terhadap Lingkungan

Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari

segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan

ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang

mata).

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan

mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa

spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.

Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan

gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam

konsentrasi tinggi dapat meledak.

Macam pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya

terjadinya perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan

mikroorganisme yang terbawa air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya

sehingga mencemari sumur dan sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk

kedalam air tanah dapat muncul ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan

mata air. Jika bahan pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) mislnya

air raksa (merkuri), chrom, timbale, cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia,

karena dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel

hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter, kamera, sepatu menyala, jam tangan)

mengandung merkuri atau cadmium, jangan di buang disembarang tempat karena B3

didalamnya dapat meresap ke sumur penduduk.

Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau

yang tidak sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan

karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas

belerang, amoniak dan asap di udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari

bahan plastik ada yang bersifat karsinogen, artinya dapat menimbulkan kanker,

berhati-hatilah dalam membakar sampah.

c) Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang

menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang

buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan

secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak

langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).

Page 39: Laporan Mini Riset

4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan

memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,

drainase, dan lain-lain.

5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak

memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika

sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung

membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering

dibersihkan dan diperbaiki.

d. Cara pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah, menurut Undang-undang No.18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, adalah suatu kegiatan mengurangi dan menangani sampah yang

sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah. Undang-undang tersebut juga menegaskan bahwa pengelolaan

sampah harus dilakukan secara komprehensif dari hulu sampai hilir. Kegiatan

mengurangi dan menangani sampah terkait erat dengan konsep 3R, yang terdiri atas:

a) Reduce (mengurangi timbulan sampah), yaitu mengurangi kegiatan konsumsiyang

menyebabkan timbulan sampah.

b) Reuse (menggunakan kembali bahan yang berpotensi menimbulkan sampah),yaitu

penggunaan kembali sampah secara langsung, baik untuk fungsi yangsama maupun

fungsi yang lain.

c) Recycle (mendaur ulang sampah), yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah

mengalami proses pengolahan.

Adapun pengelolaan sampah organic dan anorganik secara sistematis dengan

menggunakan cara ;

1) Penimbunan darat

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk

membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan

ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai , setelah sampah ditimbun dengan

sendirinya akan diurai oleh tanah, lama penguraian tergantung jenis sampah yang

ditimbun, sampah organik akan lebih cepat terurai dari pada sampah non organik.

2) Daur ulang

a) Kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan

dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai

yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa

dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak

sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah

tercampur.Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum ,

kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas

Page 40: Laporan Mini Riset

karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP,

dan PS) juga bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti

komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan

dikelompokan menurut jenis bahannya.

b) Pengolahan biologis

Material sampah (organik) , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa

diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan

istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi

pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah

Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah

organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman

dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

A. Kerangka Konseptual

INPUT PROSES OUTPUT

B. : Area penelitian

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku

masyarakat tentang pengelolaan sampah

B. Rumusan Permasalahan

Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang

pengelolaan sampah di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa

Tertek Kecamatan Pare?

- Pengetahuan

- Pemahaman

- Kesadaran

- Kemauan

- Alat peraga

- Kesiapan Penyuluh

- Lingkungan

- Waktu

Warga RT 01 RW VI, RT 02

RW XI, RT 01 RW XII, RT

01 RW XIII

Desa Tertek Kec. Pare

Perubahan tingkat pengetahuan

warga tentang

pengelolaan sampah

Penyuluhan

kesehatan tentang

pengelolaan

sampah

Perubahan perilaku warga

tentang

pengelolaan sampah

Page 41: Laporan Mini Riset

C. Metode Penelitian

1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian ini

menggunakan metode true eksperimental dengan pretest-posttest.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Wilayah RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek

Kecamatan Pare.

b. Waktu Penelitian

Tanggal 31 Januari – 23 Februari 2013

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12,

RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

b. Sampel

Sampel penelitian diambil secara random sampling pada warga RT 01 RW 06, RT 02

RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

4. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan jawaban

yang sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih dan dipandang dari jawaban

termasuk kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya. Kuesioner ini

terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan yang meliputi :

a. Identitas Responden

Data yang diambil berupa jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan

responden

b. Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah

Disusun dalam bentuk 20 pertanyaan tertutup

5. Variabel Penelitian

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah

b. Pengetahuan warga dalam pengelolaan sampah

6. Definisi Operasional

a. Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah

Proses pemberian informasi dari peneliti kepada warga mengenai pengelolaan sampah

yang berisi tentang pengertian sampah, macam sampah, asal sampah, pengaruh sampah,

hal-hal yang diperhatikan dalam pengelolaan sampah, pengelolaan sampah, cara

penimbunan sampah sementara didalam rumah atau perkarangan rumah dan jenis

sampah.

Page 42: Laporan Mini Riset

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dari warga dan ini terjadi setelah warga

melakukan penginderaan terhadap pengelolaan sampah yang diukur dengan skala

nominal.

7. Proses Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data primer didapatkan secara langsung dengan menggunakan alat bantu kuesioner

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu data primer. Data primer adalah data dalam penelitian yang langsung

diambil dari responden berupa karakteristik responden (umur dan jenis kelamin) serta

karakteristik sosiodemografi (pendidikan dan pekerjaan) responden, pengetahuan

tentang pengelolaan sampah.

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan 2 kali. Pertama (pretest) pada saat

sebelum pemberian pendidikan kesehatan dengan cara wawancara menggunakan

kuesioner. Setelah kuesioner dikumpulkan baru dilakukan pemberian pendidikan

kesehatan tentang pengelolaan sampah. Setelah 1 minggu dilakukan pretest dengan

kuesioner yang sama. Sebelumnya dilakukan sosialisasi kepada warga dan diberi

penjelasan singkat tentang penelitian yang akan dilakukan dan bagaimana cara pengisian

kuesioner.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung yang

diperoleh peneliti melalui Puskesmas Sidorejo dengan jumlah subyek yang digunakan

dalam penelitian.

8. Analisis Data

Setelah pengumpulan data, kemudian data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil

analisis disajikan dalam tabel.

Page 43: Laporan Mini Riset

BAB III

TINDAKAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

Mengacu pada hasil pengakajian keperawatan komunitas pada tanggal 14 – 19 Januari 2013, di

dapatkan masalah kesehatan masyarakat sebagai berikut :

a) Resiko terjadinya peningkatan kasus penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat (ISPA,

penyakit saluran cerna) berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam

memelihara lingkungan syarat kesehatan.

b) Pembuangan limbah & sampah kurang memenuhi syarat kesehatan berhubungan dengan

kurangnya motivasi masyarakat dalam pengelolaan limbah & sampah.

Berdasarkan hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) pada hari Rabu tanggal 30 Januari

2013 telah disepakati sebagai berikut :

Page 44: Laporan Mini Riset

3) Rencana Tindak Lanjut

PLAN OF ACTION MAHASISWA PROFESI KOMUNITAS

RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII DESA TERTEK KECAMATAN PARE

No. Diagnoasa

Keperawatan Rencana kegiatan Tujuan Sasaran

Penanggung

Jawab

Waktu Evaluasi

Hari /

Tanggal Tempat Kriteria Standart

1. Resiko

terjadinya

peningkatan

kasus penyakit

akibat

lingkungan

yang kurang

sehat (ISPA,

penyakit

saluran cerna)

berhubungan

dengan

Kurangnya

motivasi

masyarakat

dalam

memelihara

syarat

kesehatan

1. Beri penyuluhan

pada masyarakat

RT 01 RW 06, RT

02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01 RW

13 Desa Tertek

Kecamatan Pare

tentang arti

lingkungan yang

sehat dan

penyuluhan tentang

beberapa penyakit

yang disebabkan

oleh lingkungan

yang tidak sehat

(macam-macam

penyakit,

penyebab, gejala

penyebaran dan

serta cara

pengolahan

sampah yang baik

2. Memotivasi

masyarakat melalui

Setelah di

lakukan

intervensi

keperawatan

mampu :

Jangka

panjang

Mampu

Mencegah

penyakit akibat

lingkungan

yang kurang

sehat dengan

membersihkan

lingkungan

bersama dengan

warga

Jangka pendek

Masyarakat tahu

lebih banyak

tentang :

- Penyakit

- Tokoh –

tokoh

masyarakat

RT 01 RW

06, RT 02

RW 11, RT

01 RW 12,

RT 01 RW

13 Desa

Tertek

Kecamatan

Pare

- Seluruh

warga RT

01 RW 06,

RT 02 RW

11, RT 01

RW 12, RT

01 RW 13

Desa

Tertek

Kecamatan

Pare

Ketua

Komunitas

Minggu

ke 3 dan

4

Wilayah RT 01

RW 06, RT 02

RW 11, RT 01

RW 12, RT 01

RW 13 Desa

Tertek

Kecamatan Pare

Verbal

Psikomotor

- Warga mampu

menjelaskan

tentang beberapa

penyakit yang

disebabkan oleh

lingkungan yang

tidak sehat

(macam-macam

penyakit,

penyebab, gejala

penyebaran dan

serta cara

pengolahan

sampah yang baik

- Masyarakat

berperan aktif

dalam

memelihara

lingkungan sehat

- Sampah dapat

dikelola dengan

baik sesuai

dengan kriteria

sehat

Page 45: Laporan Mini Riset

kader atau tokoh

masyarakat untuk

aktif memelihara

lingkungan yang

sehat

3. Koordinasi dengan

tokoh masyarakat

untuk

memberdayakan

kembali fasilitas

yang ada terkait

pengelolahan

sampah

yang timbul

karena

lingkungan

yang tidak

sehat

- Cara

mencegah

terhadap

penyakit

- Cara

penyebaran

penyakit

- Cara

menanggulan

gi penyakit

yang

berhubungan

dengan

akibat

lingkungan

yang tidak

sehat

2. Pembuangan

limbah &

sampah kurang

memenuhi

syarat

kesehatan

berhubungan

dengan

Kurangnya

motivasi

masyarakat

dalam

1. Beri Penyuluhan

pada masyarakat

RT 01 RW 06, RT

02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01

RW 13 Desa

Tertek Kecamatan

Pare tentang arti

lingkungan yang

sehat dan

penyuluhan

mengenai macam-

Setelah di

lakukan

intervensi

keperawatan

mampu :

Jangka

panjang

Mencegah

penyakit akibat

lingkungan

yang kurang

- Tokoh –

tokoh

masyarakat

RT 01 RW

06, RT 02

RW 11, RT

01 RW 12,

RT 01 RW

13 Desa

Tertek

Kecamatan

Pare

Ketua

Komunitas

Minggu

ke 3,4,5

- Tokoh – tokoh

masyarakat RT

01 RW 06, RT

02 RW 11, RT

01 RW 12, RT

01 RW 13 Desa

Tertek

Kecamatan Pare

Seluruh warga

RT 01 RW 06,

RT 02 RW 11,

RT 01 RW 12,

- Verbal

- Warga mamapu

menjelaskan

tentang

lingkungan yang

sehat dan

penyuluhan

mengenai

macam-macam

limbah dan cara

pengelolaan

limbah &

sampah yang

Page 46: Laporan Mini Riset

pengelolaan

limbah &

sampah

macam limbah dan

cara pengolahan

limbah yang baik

2. Lakukan

pemasangan papan

himbauan tentang

penelolaan limbah

& sampah di setiap

RT 01 RW 06, RT

02 RW 11, RT 01

RW 12, RT 01

RW 13 Desa

Tertek Kecamatan

Pare

3. Lakukan kerja

bakti dengan

warga RT 01 RW

06, RT 02 RW 11,

RT 01 RW 12, RT

01 RW 13 Desa

Tertek Kecamatan

Pare

sehat dengan

membersihkan

lingkungan

Jangka Pendek

Masyarakat tahu

lebih banyak

tentang:

- Penyakit

yang timbul

karena

lingkungan

yang tidak

sehat

- Cara

pengelolaan

limbah &

sampah

- Cara

menanggulan

gi penyakit

yang

berhubungan

dengan

akibat

lingkungan

yang tidak

sehat

- Seluruh

warga RT

01 RW 06,

RT 02 RW

11, RT 01

RW 12, RT

01 RW 13

Desa

Tertek

Kecamatan

Pare

RT 01 RW 13

Desa Tertek

Kecamatan Pare

Psikomotor

baik

- Limbah dapat di

manfaatkan

dengan baik

Page 47: Laporan Mini Riset

E. Pelaksanaan dan Pemantauan

Berdasarkan rencana kerja untuk pemecahan masalah pengelolaan sampah, diharapkan

program ini dapat berlangsung baik dan berkelanjutan sehingga tujuan untuk pengelolaan sampah

yang benar dapat tercapai. Berikut ini rincian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada warga di

RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare :

Tabel 3.1 Pelaksanaan dan Pemantauan Program Intervensi Kesehatan

No

. Kegiatan Pelaksanaan dan Pemantauan

1. Studi

Pendahuluan

1. Waktu : 31 Januari – 1 Februari 2013

2. Sasaran : Warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12,

RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

3. Hasil : Didapatkan data penyakit ISPA dan masalah kesehatan

lingkungan (pengelolaan sampah yang kurang tepat)

4. Kegiatan : Pengkajian data dari warga RT 01 RW 06, RT 02 RW

11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

dan observasi lingkungan wilayah tersebut.

2. Survey

Tempat

1. Waktu : 2 Februari 2013

2. Sasaran : Kondisi sekitar sungai dan lingkungan tempat

pembuangan sampah yang biasa dipakai warga

3. Kegiatan: Melakukan pengkajian pada warga.

3. Melakukan

Penyuluhan,

Pembagian

leaflet

1. Waktu : 3, 4, 6 Februari 2012

2. Sasaran : RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01

RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

3. Kehadiran :

RT 01 RW VI : 49 orang warga , 9 Mahasiswa

RT 02 RW XI : 33 orang warga, 9 Mahasiswa

RT 01 RW XII : 26 orang warga, 9 Mahasiswa

RT 01 RW XIII : 27 orang warga, 10 Mahasiswa

4. Kegiatan : Penyuluhan tentang pengelolaan sampah

4 Penyediaan

papan

himbauan

dan kerja

bakti

1. Waktu : 24 Februari 2013

2. Sasaran : Warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12,

RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

3. Kegiatan : Pembagian papan himbauan dan kerja bakti.

Page 48: Laporan Mini Riset

D. Hasil

Hasil penelitian ini secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu a) Gambaran karakteristik

responden; b) Gambaran pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan

tentang pengelolaan sampah ; c) Gambaran pengetahuan responden setelah diberikan

pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah

1. Gambaran karakteristik responden

Responden penelitian ini adalah warga RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01

RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare. Jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 20

responden. Karakteristik responden secara keseluruhan ditunjukkan seperti pada tabel di

bawah ini :

Tabel 2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 45 56,3 %

Perempuan 35 43,7 %

Total 80 100 %

Umur

20 – 29 7 8,75 %

30 – 39 26 32,5 %

40 – 49 39 48,75 %

50 – 59 5 6,25 %

> 60 3 3,75 %

Total 80 100 %

Karakteristik Responden Jumlah Persentasi (%)

Tingkat

Pendidikan

Tidak Sekolah 0 0 %

SD 12 15 %

SMP 24 30 %

SMA 37 46, 25 %

PT 7 8,75 %

Total 80 100 %

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 25 31,25 %

Swasta 48 60 %

PNS 4 5 %

Tidak bekerja 3 3,75 %

Total 80 100 %

Penyuluhan

Tentang

Sampah

Pernah Mengikuti 27 33,75 %

Tidak Pernah 53 66,25 %

Total 80 100%

Page 49: Laporan Mini Riset

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden, laki-laki lebih

banyak dari responden perempuan yaitu sebanyak 45 responden (56,3 %). Hampir sebagian

besar responden berusia lebih dari 40-49 tahun yaitu sebanyak 39 responden (48,75 %).

Tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu SMA sebanyak 37 responden (46, 25 %).

Sedangkan, pekerjaan responden terbanyak adalah swasta yaitu sebanyak 48 responden (60

%).

2. Gambaran pengetahuan warga sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan

sampah

Gambaran pengetahuan warga tentang pengelolaan sampah sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan diukur dengan memberikan daftar pertanyaan mengenai sampah

sebanyak 20 pertanyaan tertutup (pretest).

Tabel 2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan pada Responden tentang Pengelolaan Sampah di

RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek

Kecamatan Pare

Perilaku Responden Jumlah Persentase (%)

Baik 13 16,25

Cukup 28 35

Kurang 39 48,75

Total 80 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar responden

mempunyai perilaku tentang pengelolaan sampah kurang 39 responden (48,75 %).

3. Gambaran pengetahuan warga setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan

sampah

Gambaran pengetahuan warga tentang pengelolaan sampah setelah dilakukan

pendidikan kesehatan diukur dengan memberikan daftar pertanyaan mengenai sampah

sebanyak 20 pertanyaan tertutup yang sama dengan pretest.

Tabel 2.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Pengelolaan Sampah setelah

diberikan pendidikan kesehatan di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII,

RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare

Perilaku Responden Jumlah Persentase %

Baik 26 32,5

Cukup 37 46,25

Kurang 17 21,25

Jumlah 80 100

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan

pengetahuan responden adalah hampir sebagian besar cukup yaitu 37 responden (46,25%).

Page 50: Laporan Mini Riset

4. Analisa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat pengetahuan masyarakat

tentang pengelolaan sampah

Tabel 2.4 Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan tingkat pengetahuan

Masyarakat Tentang pengelolaan Sampah di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01

RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare

Perilaku

Responden

Nilai Keterangan

Pre Tes Post Tes

Baik 13 16,25 % 26 32,5 % Meningkat 16,25 %

Cukup 28 35 % 37 46,25 % Meningkat 11,25 %

Kurang 39 48,75 % 17 21,25 % Menurun 27,5%

Jumlah 80 100 % 80 100 %

Dari tabel diatas diketahui bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang

pengelolaan sampah terdapat perubahan pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah

yaitu menurunnya kategori kurang sebesar 27,5 %, diikuti meningkatnya kategori cukup

sebesar 11,25 % serta kategori baik sebesar 16,25 %.

E. Pembahasan

Adanya pendidikan kesehatan menunjukkan bahwa memang ada perbedaan nilai

kuesioner. Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, dapat diketahui bahwa pengetahuan pada

sebagian besar warga RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa

Tertek Kecamatan Pare sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah

dengan kategori kurang yaitu sebesar 48,75 %, kategori cukup 35 % dan kategori baik hanya

16,25 %. Setelah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan peningkatan kategori baik menjadi

32,5 %, kategori cukup menjadi 46,25 % dan menurunnya kategori kurang menjadi 21,25 %.

Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi

maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa

peningkatan pengetahuan tidak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat

diperoleh melalui pendidikan non formal. Sebagian besar responden dalam penelitian

berpendidikan SMA yaitu sebesar 46,25 %. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif (Notoatmodjo, 2003).

Pada penelitian ini responden sangat antusias mengikuti penyampaian materi pendidikan

kesehatan, ditunjukkan dengan banyaknya responden yang menanyakan dan konsultasi

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi pendidikan kesehatan. Hal tersebut dikarenakan

hampir sebagian besar responden (66,25 %) belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan

tentang pengelolaan sampah.

Page 51: Laporan Mini Riset

Bila semua perilaku positif telah dilaksanakan semuanya, tentunya seseorang tersebut

dapat dimasukkan kedalam kelompok warga dengan perilaku baik, sehingga sebagai dampak

dari pengelolaan sampah yang salah dapat terkendali. Apabila seseorang telah menjalankan

perilaku yang diinginkan dan telah digolongkan didalam kelompok dengan perilaku baik,

perilaku-perilaku tersebut harus dipertahankan.

Machfoedz (2003) mengemukakan, seseorang akan berhasil bila telah banyak

memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang.

Mengubah sikap seseorang bukanlah pekerjaan mudah, bahkan lebih sulit dari pada

meningkatkan pengetahuan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus objek. Sikap sebenarnya merupakan bagian dari kepribadian.

Berbeda dengan perangai yang juga merupakan bagian kepribadian, sikap adalah

kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa dan berperilaku terhadap suatu referen atau

objek kognitif.

Suatu sikap belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sebagai contoh seorang yang

telah mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik terhadap pengelolaan sampah, mungkin

tidak dapat dijalankan perilaku tersebut karena keterbatasan sarana. Seseorang yang telah

berniat untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya, kadang-kadang tidak memilah sampah

lagi karena situasi di masyarakat yang kurang mendukung, misalnya setelah dipilah ternyata

oleh petugas yang mengambil sampah dicampur lagi.

Hasil gambaran atau perhitungan kuesioner dari pengetahuan masyarakat RT 01 RW VI,

RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare dalam

pengelolaan sampah terbilang cukup (46,25 %). Dari hasil pengamatan langsung oleh peneliti

ke masyarakat, masih ada yang membuang sampah ke sungai dan sudut lahan kosong dengan

alasan tidak ada tempat penampungan sampah, lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, dan

tidak adanya biaya bila sampah harus dipungut tukang sampah.

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat

mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain

Teori Lawrence Green (1980). Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari

tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor

perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes. Faktor

perilaku ditentukan atau dibentuk oleh faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, faktor

Page 52: Laporan Mini Riset

pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau

tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-

obatan,alat-alat steril dan faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat. Teori yang lain adalah teori Snehandu B. Kar (1983). Kar mencoba menganalisis

perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari niat seseorang untuk

bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention),

dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support), adanya atau tidak adanya

informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information), otonomi

pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal

autonomy), situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation) (Notoatmodjo,

2003).

Berawal dari teori dan kenyataan yang ada di lapangan dapat dilihat bahwa pendidikan

kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat dalam mengelola sampah di RT 01

RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare. Adanya

dukungan dari berbagai pihak juga membantu terjadinya perubahan perilaku, oleh karena itu

tersediannya fasilitas seperti tempat sampah, gerobak sampah, sikap dan perilaku dari petugas

terkait (Petugas sampah, dinas kebersihan, petugas kelurahan, puskesmas, dll) sangat

menentukan perilaku kearah yang positif. Sehingga perilaku membuang sampah ke sungai atau

ke tanah kosong tidak terjadi lagi, penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat pengelolaan

sampah yang keliru (misal: ISPA, DHF, diare, dll) tidak berkembang hingga akhirnya

kehidupan masyarakat yang sehat dapat tercapai.

Page 53: Laporan Mini Riset

BAB IV

EVALUASI KEGIATAN

A. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

1. Penyuluhan, Pembagian Leaflet dan Role Model

a) Target

Warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek

Kecamatan Pare

b) Hasil :

1) Penyuluhan tentang sampah dihadiri oleh :

RT 01 RW VI : 49 orang warga , 9 Mahasiswa

RT 02 RW XI : 33 orang warga, 9 Mahasiswa

RT 01 RW XII : 26 orang warga, 9 Mahasiswa

RT 01 RW XIII : 27 orang warga, 10 Mahasiswa

2) Peserta sangat antusias mendengar penjelasan tentang sampah dan pengelolaan

sampah yang baik. Berdasarkan materi yang disampaikan, peserta banyak bertanya

mengenai materi yang disampaikan maupun bertanya tentang pengelolaan sampah.

c) Evaluasi

Dari tabel 2.4 tentang Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan

tingkat pengetahuan Masyarakat Tentang pengelolaan Sampah di RT 01 RW VI, RT

02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare diketahui

bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah terdapat

perubahan pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah yaitu menurunnya

kategori kurang sebesar 27,5 %, diikuti meningkatnya kategori cukup sebesar 11,25 %

serta kategori baik sebesar 16,25 %.

2. Memfasilitasi papan himbauan tiap RT.

a. Target : Lingkungan warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW

13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

b. Hasil : Terpasangnya papan himbauan di 6 titik rawan penyimpangan perilaku

kesehatan. Pemasangan pasan himbauan berjalan dengan cukup baik.

c. Evaluasi:

Antusiasme warga dalam pemasangan papan himbauan cukup bagus dengan

terciptanya kerjasama antara mahasiswa dan warga.

3. Kerja Bakti

a. Target : Diharapkan kepada setiap Ketua RW dan Ketua RT Kelurahan Tertek

Kecamatan Pare untuk dapat melanjutkan program kerja bakti serta menganjurkan

warga untuk membuang sampah pada tempat yang sudah di sediakan dan menjaga

kebersihan lingkungan.

Page 54: Laporan Mini Riset

b. Hasil : Kepala RW dan Ketua RT hadir dalam kegiatan kerja bakti, ikut bekerja bakti

dan sudah dilaksanakan sosialisasi bagaimana pengelolaan sampah yang baik.

c. Evaluasi: kegiatan kerja bakti yang dilakukan oleh mahasiswa dan warga RT 01 RW

06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare sangat

antusias sekali dan saling bergotong royong dalam membersihkan di daerahnya

masing-masing

B. Rekomendasi

Kepada pihak yang berkompeten dalam masalah persampahan di RT 01 RW 06, RT

02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare dalam merencanakan

kebijakan bidang persampahan terutama kebijakan persampahan di wilayah permukiman

bantaran sungai, untuk memperhatikan aspek perilaku masyarakat sebagai objek penghasil

sampah dan pola pengelolaan yang dilakukannya. Adapun rekomendasi kebijakan

persampahan yang dapat ditempuh antara lain sebagai berikut :

1. Upaya pembinaan pengelolaan sampah yang simultan dan kontinu kepada masyarakat,

dengan diikuti upaya-upaya nyata seperti pelatihan-pelatihan pembuatan kompos,

pemanfaatan barang bekas yang memberikan manfaat kepada masyarakat, penyediaan

tempat sampah ditepi-tepi jalan.

2. Penyediaan sarana tempat sampah sementara yang cenderung dekat dengan permukiman

atau terjangkau oleh warga, sehingga warga yang tidak terjangkau petugas

kebersihan/pengangkut sampah dapat termotivasi untuk mengumpulkan sampah ditempat

yang telah ditentukan.

3. Pembentukan bank sampah yang dikelola oleh masyarakat sendiri agar masyarakat

termotivasi mengelola sampah secara benar dan juga mendapatkan pemasukan tambahan

dari kegiatannya.

Page 55: Laporan Mini Riset

DAFTAR PUSTAKA

Mahfoedz, dkk, 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Jakarta: Tramaya

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media

Aesculapius: FKUI

http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah

Page 56: Laporan Mini Riset

Lampiran 1

PROPOSAL

PENGELOLAAN SAMPAH

Disusun oleh :

Mahasiswa Praktik Keperawatan Komunitas

Di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13

Desa Tertek Kecamatan Pare

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

2013

Page 57: Laporan Mini Riset

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-

proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang

dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam

kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut

jenis-jenisnya (Wikipedia, 2012). Sampah yang tidak dikelola dengan tepat akan menjadi

tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus

sehingga menjadi tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah

barang tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya (Awaludin, 2012).

Menurut (lensa indonesia.com) sampah di Kediri tahun 2011 pada hari biasa terdapat

sekitar 16 meter kubik sampah perhari. Pada hari normal satu truk pengangkut

sampah memuat 3 kali angkutan. Kebanyakan sampah tersebut berasal dari limbah rumah

tangga diantaranya plastik bekas jajan daun kelapa (janur) dan sejumlah kotoran lain.

Menurut hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa praktik profesi ners STIKes Surya

Mitra Husada Kediri pada tanggal 14 – 19 Februari 2013 didapatkan 23 % (58 rumah) warga

RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

membuang sampah di sungai.

Dampak sampah yang tidak terkelola terhadap kesehatan bisa berupa penyakit diare,

kolera, tifus yang menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan

pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah

(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan

sampahnya kurang memadai. Penyakit juga dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah

satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini

sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa

sisa makanan atau sampah.

Berdasarkan uraian diatas maka kami tertarik mengambil promosi kesehatan dengan

judul “Penyuluhan Pengelolaan Sampah”. Semoga kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar

dan berguna bagi masyarakat khususnya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan promosi kesehatan tentang pengelolaan sampah

diharapkan para masyarakat dapat mengerti dan menambah antusiasme untuk

mengelola sampah dengan benar

Page 58: Laporan Mini Riset

2. Tujuan Khusus

a) Masyarakat mengerti definisi dan jenis sampah.

b) Masyarakat mengerti tentang penyakit yang dapat timbul akibat sampah.

c) Masyarakat mengerti cara pengelolaan sampah yang benar

C. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Memberikan tambahan ilmu kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah yang

benar.

2. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan ilmu mahasiswa dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya

pada tindakan preventif lingkungan yaitu cara pengelolaan sampah yang benar.

Page 59: Laporan Mini Riset

BAB 2

MATERI

A. Konsep Teori

1. Pengertian

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam

proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk

yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena

dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi

menurut jenis-jenisnya (Wikipedia, 2012).

2. Jenis sampah menurut sifatnya

a) Sampah organik - dapat diurai (degradable)

Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,

sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut

menjadi kompos.

b) Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik

wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman,

kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau

sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik

yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas

minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.

3. Penyakit yang dapat timbul akibat sampah

Dampak terhadap kesehatan bisa berupa penyakit diare, kolera, tifus yang

menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak

tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat

juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

Penyakit juga dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya

adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya

masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa

makanan atau sampah

4. Cara pengelolaan sampah

a) Penimbunan darat

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk

membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini

biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai , setelah sampah ditimbun dengan

sendirinya akan diurai oleh tanah, lama penguraian tergantung jenis sampah yang

ditimbun, sampah organik akan lebih cepat terurai dari pada sampah non organik.

Page 60: Laporan Mini Riset

b) Daur ulang

1) Kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu

mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol

bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan

bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak

sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah

tercampur.Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum ,

kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton,

koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga

bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau

mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan

menurut jenis bahannya.

2) Pengolahan biologis

Material sampah (organik) , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas ,

bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal

dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi

pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh

dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin

Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah

tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong

khusus untuk di komposkan.

Page 61: Laporan Mini Riset

BAB 3

PENUTUP

A. Evaluasi

1. Struktur

Pada promosi kesehatan pengolahan sampah benar, sarana dan prasarana yang

menunjang telah tersedia antara lain : Leaflet dan lembar balik. Penyaji memimpin dan

menghandel penyajian, sedangkan anggota kelompok yang lain membantu kelengkapan

dan kelancaran secara teknis.

2. Proses

Penyaijan dipimpin oleh penyaji dan diikuti oleh seluruh peserta. Sedangkangkan

anggotan kelompok membantu peserta yang kurang paham saat dilakukan penyajian.

3. Hasil

Peserta mengerti dan mampu memperagakan pengelolaan sampah yang benar.

B. Saran

Kelompok berharap promosi kesehatan pengelolaan sampah yang benar ini bisa

menjadi tambahan dan masukan bagi upaya mewujudkan pola hidup bersih dan sehat pada

masyarakat.

Page 62: Laporan Mini Riset

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah

http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah

http://www.lensaindonesia.com/2011/09/07/libur-lebaran-sampah-kota-kediri-capai-32-meter-

kubik.html

http://www.greenradio.fm/green-living/waste/recycle/894-menumpuk-sampah-menumpuk-penyakit-

seri-sampah/

http://abang-andry.blogspot.com/2012/06/faktor-faktor-penyebab-penumpukan.html

Page 63: Laporan Mini Riset

Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/tanggal : Minggu, 3 Februari 2013 (RT 01 RW VI)

Senin, 4 Februari 2013 (RT 02 RW XI)

Rabu, 6 Februari 2013 (RT 01 RW XII)

Senin, 11 Februari 2013 (RT 01 RW XIII)

Jam/waktu : 18.30 WIB

Pokok Bahasan : Pengelolaan Sampah

Sasaran : Warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa

Tertek Kecamatan Pare

Penyuluhan : Kelompok

Tempat : Rumah warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13

Desa Tertek Kecamatan Pare

A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan promosi kesehatan tentang pengelolaan sampah diharapkan

para masyarakat dapat mengerti dan memnambah antusiasme untuk mengelola sampah dengan

benar.

B. Tujuan Khusus

1. Masyarakat mengerti definisi dan jenis sampah.

2. Masyarakat mengerti tentang penyakit yang dapat timbul akibat sampah.

3. Masyarakat mengerti cara pengelolaan sampah yang benar.

C. Konsep Teori

1. Pengertian.

2. Jenis sampah menurut sifatnya.

3. Penyakit yang dapat timbul akibat sampah.

4. Cara pengelolaan sampah.

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

E. Media

1. Lembar balik

2. Leafllet

Page 64: Laporan Mini Riset

F. Proses Kegiatan

No Kegiatan Respon Waktu

1. Pendahuluan

a. Menyampaikan salam

b. Menjelaskan tujuan

c. Kontrak waktu

d. Tes awal

a. Membalas salam

b. Mendengarkan

c. Memberi respon

2 menit

2. Inti

a. Menjelaskan Pengertian

b. Menjelaskan jenis sampah

menurut sifatnya

c. Menjelaskan penyakit yang dapat

timbul akibat sampah.

d. Menjelaskan cara pengelolaan

sampah

Mendengarkan dengan

penuh perhatian

15 menit

3. Penutup

1. Validasi

a. Tanya jawab

b. Menyimpulkan hasil

penyuluhan

2. Penutup

a. Memberi salam

1. Menanyakan yang

belum jelas

2. Aktif bersama

menyimpulkan

3. Membalas salam

15 menit

Page 65: Laporan Mini Riset

Lampiran 3

LEAFLET SAMPAH

Page 66: Laporan Mini Riset

Lampiran 4

DOKUMENTASI KEGIATAN