laporan mingguan pemurnian
DESCRIPTION
LAPORAN MINGGUAN PEMURNIANTRANSCRIPT
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
KONSEP ANALISIS KUANTITATIF
DAN
PENGUKURAN pH
Oleh :
Nama : Kezia Christianty Charismata
NRP : 123020158
Kelompok : F
Meja : 07 (Tujuh)
Tanggal Percobaan : 29 November 2012
Asisten : Happinessa Brilliant Husni
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2012
KONSEP ANALISIS KUANTITATIF
DAN
PENGUKURAN pH
Kezia Christianty Charismata
123020158
Asisten : Happinessa Brilliant Husni
Tujuan percobaan: 1.Untuk mengetahui normalitas, molaritas dan
persen suatu zat dalam larutan.
2.Untuk mengetahui jenis larutan baku dan
mengetahui cara membuat larutan baku.
3.Menentukan konsentrasi suatu zat dengan metode
volumetrik yaitu asidimetri dan alkalimetri.
4. Mengetahui jenis larutan indikator.
Prinsip percobaan: *Berdasarkan teori asam basa Arrhenius
Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen
dalam air.
Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida
dalam air.
*Berdasarkan teori asam basa Bronsted Lowry
Asam adalah donor proton ion hidrogen.
Basa adalah akseptor proton ion hidrogen.
*Berdasarkan teori asam basa Lewis
Asam adalah senyawa yang dapat menerima
pasangan elektron bebas.
Basa adalah senyawa yang dapat memberi pasangan
elekron bebas.
Metode percobaan :
Alkalimetri
HCl
Na2B4O7 + 2 tetes MM Na2B4O7 + 2 tetes MM
HCl
NaOH + 2 tetes MM NaOH + 2 tetes MM
NaOH
CH3COOH + 2 tetes PP CH3COOH + 2 tetes PP
Asidimetri
NaOH
H2C2O4 + 2 tetes MM H2C2O4 + 2 tetes MM
NaOH
HCl + 2 tetes PP HCl + 2 tetes PP
NaOH
CH3COOH + 2 tetes PP CH3COOH + 2 tetes PP
Gambar 4. Metode Percobaan Pengukuran PH
Pengukuran PH
Kertas Lakmus
Larutan A Larutan B Larutan C
Indikator Universal
Larutan A Larutan B Larutan C
PH meter
Larutan A Larutan B Larutan C
Hasil Pengamatan :
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan konsep analisis kuantitatif alkalimetri
HCl + Na2B4O7 HCl + NaOH NaOH+CH3COOH(A)
V1 HCl = 11,8 ml HCl = 31,3 ml NaOH = 13,7 ml
V2 HCl = 11,9 ml HCl = 31,5 ml NaOH = 16 ml
V rata-rata HCl = 11,89 ml HCl = 31,4 ml NaOH = 14,85 ml
N HCl = 0,1 N NaOH = 0,126 N CH3COOH = 0,06 N
% Na2B4O7 = 38,42 NaOH = 1,83 CH3COOH = 1,43
(Sumber : Kezia, Kelompok F, Meja 7, 2012)
Tabel 2. Hasil Pengamatan konsep analisis kuantitatif asidimetri
NaOH + H2C2O4 NaOH + HCl NaOH+CH3COOH(B)
V1 NaOH = 25,5 ml NaOH = 21 ml NaOH = 12 ml
V2 NaOH = 22,3 ml NaOH = 22,5 ml NaOH = 9 ml
V rata-rata NaOH = 23,9 ml NaOH = 21,75 ml NaOH = 10,5 ml
N NaOH = 0,1 N HCl = 0,087 N CH3COOH=0,042 N
% H2C2O4 = 3,44 HCl = 1,27 CH3COOH = 1,00
(Sumber : Kezia, Kelompok F, Meja 7, 2012)
Tabel 3. Hasil Pengamatan pengukuran PH
Larutan A Larutan B Larutan C
Lakmus Merah Merah Merah
Indikator
Universal
1 7 5
PH meter 0,18 6,76 3,41
(Sumber : Kezia, Kelompok F, Meja 7, 2012)
Pembahasan :
Hasil pengamatan yang didapat dari percobaan alkalimetri didapatkan N
HCl adalah 0,1 N, NNaOH adalah 0,126 N, N CH3COOH adalah 0,06 N dan %
CH3COOH adalah 1,43 %. Hasil percobaan asidimetri diperoleh N NaOH adalah
0,10 N, N HCl adalah 0,087 N, N CH3COOH adalah 0,042 dan % CH3COOH
adalah 10,08 %.
Berdasarkan hasil reaksi antara analit dengan larutan standar maka analisis
volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam basa) yang terdiri dari
alkalimetri dan asidimetri. Asidimetri merupakan titrasi terhadap larutan basa
bebas dan larutan garam terhidrolisis dari asam lemah. Sedangkan alkalimetri
merupakan titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam terhidrolisis dari
basa lemah (Keenan, 1986).
Semua metode titrimetri tergantung pada larutan standar yang
mengandung sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketetapan yang
tinggi. Metode volumetri diklasifikasikan menjadi titrasi asam-basa, titrasi redoks,
titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri (Khopkhar, 1990).
Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai
titik ekivalen. Perbedaaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan
titik akhir. Kesalahan titik akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap
sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung.
Dengan menggunakan metode potensiometri dan kondukmetri, kesalahan titik
akhir ditekan samapi nol (Rivai, 1995).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi
(titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang
diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya.
Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa
sebagai larutan ujinya, begipun sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai karena
merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak dingunakan dalam
laboratorium maupun industri (riset dan pengembangan). Pada pengukuran
konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa, biasanya cara
umum yang sering dilakukan adalah dengan menetesi larutan yang diuji, yang
sebelumnya telah diberi larutan indikator, dengan larutan uji. Ditetesi hingga
terjadi perubahan warna dari larutan indikator, apabila terjadi perubahan warna
yang disebut titik akhir maka penetesan larutan uji dihentikan (http://chem-is-
try.org).
Apabila indikator yang dipakai diganti akan berpengaruh pada larutan
yang akan diuji karena akan mempengaruhi titik akhir titrasi dan titik ekivalen
titrasi oleh karena itu indikator yang dipakai sebagai penguji harus disesuaikan
dengan larutan yang yang diuji agar mendapatkan hasil titrasi yang tepat.
Tabel 4. Trayek Perubahan Warna dari Berbagai Indikator
Indikator Trayek perubahan warna Perubahan warna
( dari pH rendah ke PH
tinggi)
Metil hijau 0,2 – 1,8 Kuning – Biru
Timol hijau 1,2 – 2,8 Kuning – Biru
Metil jingga 3,2 – 4,4 Merah – Kuning
Metil merah 4,0 – 5,8 Tidak berwarna – Merah
Metil ungu 4,8 – 5,4 Ungu – Hijau
Bromkresol ungu 5,2 – 6,8 Kuning – Ungu
Bromtimol biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
Lakmus 4,7 – 8,3 Merah – Biru
Kresol merah 7,0 – 8,8 Kuning – Merah
Timol biru 8,0 – 9,6 Kuning – Biru
Fenolftalein 8,2 – 10,0 Tidak berwarna – Merah
jambu
Timolftalein 9,4 – 10,6 Tidak berwarna – Biru
Alizarin kuning R 10,3 – 12,0 Kuning – Merah
Klayton kuning 12,2 – 13,2 Kuning – Kuning gading
Kesalahan yang dapat terjadi apabila melakukan alkalimetri dan asidimetri
adalah terjadinya perubahan volume yang digunakan untuk titrasi bisa
dikarenakan perbedaan jumlah penambahan indikator atau kurang bersihnya alat
yang dingunakan.
Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses disebut standarisasi. Penambahan
titran dilanjutkan hingga sejumlah zat yang tereaksi yang kimia ekivalen dengan
pereaksi telah ditambahkan. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti,
kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator , yang
bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan
warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada
saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu
harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih
indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk
selisih antara keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri
(Underwood, 1983).
Istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa
volumetrik lebih sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari
segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik. Karena pengukuran-pengukuran
volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang
dapat mengukur volume gas (Underwood, 1983).
Pada saat melakukan percobaan titrasi asam-basa dilakukan duplo, duplo
adalah pelipat gandaan percobaan menjadi dua kali percobaan, dilakukan duplo
karena untuk membandingkan volume yang pertama dan kedua agar tidak terjadi
kesalahan yang signifikan atau mengurangi faktor kesalahan.
Larutan baku adalah larutan yang dapat dipakai untuk menentukan
konsentrasi dari larutan lain. Dikenalnya adanya dua macam larutan baku atau zat
baku yaitu zat baku primer dan zat baku sekunder. Zat baku primer adalah zat
yang dipakai langsung untuk menentukan kadar atau konsentrasi dari larutan yang
lain, zat baku sekunder adalah zat yang dipakai untuk menentukan konsentrasi
dari larutan lain tetapi harus distandarisasikan dahulu pada larutan primer.
Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran pH dengan kertas lakmus
larutan A berwana merah dari kertas lakmus merah, larutan B berwarna merah
dari kertas lakmus merah, larutan C berwarna merah dari kertas lakmus merah,
dengan indikator universal larutan A pH= 1, larutan B pH= 7, larutan C pH= 5,
dengan pH meter larutan A pH= 0,18, larutan B pH= 6,76, larutan C pH= 3,41.
Tetapi apabila terjadi perbedaan mungkin dikarenakan tidak bersihnya alat
atau alat yang digunakan untuk mengukur larutan tersebut sebelumnya sudah
digunakan untuk larutan yang lain tetapi tidak dilakukan pembersihan, konsentrasi
dalam larutan tersebut terlalu kecil atau tidak dapat dideteksi, hal ini juga dapat
menjadi faktor kesalahan dalam percobaan ini.
Dalam percobaan digunakan kertas lakmus, indikator universal dan pH
meter untuk mengukur pH. Kertas lakmus terdiri dari 2 warna yaitu merah dan
biru, dengan cara ini kita hanya dapat menentukan sifat asam, basa atau netral
tanpa mengetahui pH dari larutan-larutan yang diuji. Menggunakan indikator
universal terdapat trayek-trayek pH, sehingga dapat menghasilkan pH tetapi tidak
terlalu akurat karena hanya terdiri dari 1 satuan angka. Dengan pH meter
didapatkan hasil pH yang paling teliti karena hasil yang didapatkan hingga dua
angka di belakang koma.
Nilai pH adalah suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H
(http://cai-sl.blogspot.com). Besaran pH < 7 bersifat asam, besaran pH = 7 bersifat
netral, besaran pH > 7 bersifat basa.
Larutan deionized water adalah larutan yang tidak berion biasanya
digunakan pada pH meter sebagai penetral atau untuk menstabilkan elektroda
yang digunakan sebagai penentu pH dalam larutan. Larutan penyangga adalah
larutan yang harga pHnya tidak mudah berubah dengan penambahan sedikit asam,
sedikit basa atau pengenceran, larutan penyangga dibagi menjadi larutan
penyangga asam dan larutan penyangga basa. Larutan penyangga asam adalah
larutan yang merupakan campuran asam lemah dengan garam (basa
konjungasinya), larutan penyangga basa adalah larutan yang merupakan campuran
basa lemah dengan garam (asam konjungasinya).
Aplikasi dalam bidang pangan adalah pembuatan nata de coco, ada nata de
coco yang bersifat sangat asam terdapat pula yang tidak terlalu asam.
Kesimpulan :
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan setiap larutan memiliki
TAT, TET dan Normalitas yang berbeda berdasarkan pada larutan itu sendiri.
Pengukuran pH dapat menggunakan kertas lakmus, indikator pH dan pH meter
tetapi dari ketiganya yang paling akurat adalah pH meter karena hasil yang
didapatkan hingga dua angka di belakang koma.
DAFTAR PUSTAKA
Khoopkar, s, M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta, UI-Press.
Rivai, H, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Jakarta, UI-Press.
Underwood, A.L, 1983, Analisa Kimia Kuantitatif, Jakarta, Erlangga.
http://www.chem-is-try-org. Diakses : 1 Desember 2012
http://cai-sl.blogspot.com. Diakses : 1 Desember 2012
LAMPIRAN
Alkalimetri
Percobaan 1
VHCl 1 = 11,8 ml
VHCl 2 = 11,9 ml
VHCl rata-rata = 11,89 ml
VHCl x NHCl = VNa2B4O7 x NNa2B4O7
11,89 x NHCl = 25 x 0,05
11,89 NHCl = 1,25
NHCl = 1,25 : 11,89
= 0,1 N
Percobaan 2
VHCl 1 = 31,3 ml
VHCl 2 = 31,5 ml
VHCl rata-rata= 31,4 ml
VHCl x NHCl = VNaOH x NNaOH
31,4 x 0,1 = 25 x NNaOH
3,14 = 25 NNaOH
NNaOH = 3,14 : 25
= 0,126 N
Percobaan 3
VnaOH 1 = 13,7 ml
VnaOH 2 = 16 ml
V rata-rata = 14,85 ml
VNaOH x NNaOH = VCH3COOH(A) x NCH3COOH(A)
14,85 x 0,1 = 25 x NCH3COOH(A)
1,485 = 25 NCH3COOH(A)
NCH3COOH(A) = 1,485 : 25
= 0,06 N
% CH3COOH = FP x (VxN)NaOH x MrCH3COOH x 100%
VCH3COOH x 1000
= (1000 : 250) x 1,485x 60 x 100%
25 x 1000
= (356,4 :25000) x 100%
= 1,43 %
Pembakuan Na2B4O7
N = gr x 1000
BE V
0,05 = gr x 1000
202 11,89
2
0,05 = gr x 84,1
101
gr = 0,05 x 101
84,1
= 0,06 gr
Asidimetri
Percobaan 1
VNaOH 1 = 25,5 ml
VNaOH 2 = 22,3 ml
VNaOH rata-rata = 23,9 ml
VNaOH x NNaOH = VH2C2O2 x NH2C2O2
23,9 x NNaOH = 25 x 0,1
23,9 NNaOH = 2,5
NNaOH = 2,5 : 23,9
= 0,1 N
Percobaan 2
VNaOH 1 = 21 ml
VNaOH 2 = 22,5 ml
VNaOH rata-rata = 21,75 ml
VHCl x NHCl = VNaOH x NNaOH
25 x NHCl = 21,75 x 0,1
25 NHCl = 2,175
NHCl = 2,175 : 25
= 0,087 N
Percobaan 3
VNaOH 1 = 12 ml
VNaOH 2 = 9 ml
V rata-rata = 10,5 ml
VNaOH x NNaOH = VCH3COOH(B) x NCH3COOH(B)
10,5 x 0,1 = 25 x NCH3COOH(B)
1,05 = 25 NCH3COOH(B)
NCH3COOH(B) = 1,05 : 25
= 0,042 N
% CH3COOH = FP x (VxN)NaOH x MrCH3COOH x 100%
VCH3COOH x 1000
= (1000 : 250) x 1,05x 60 x 100%
25 x 1000
= (252 :25000) x 100%
= 1,00 %
Pembakuan H2C2O2
N = gr x 1000
BE V
0,1 = gr x 1000
90 23,9
2
0,1 = gr x 41,8
45
gr = 0,1 x 45
41,8
= 0,10 gr