laporan marpol

53
LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LAUT Disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti responsi praktikum mata kuliah Pencemaran Laut di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman oleh : Hidyan Surito NIM. H1K012006 Asisten Praktikum : Afrilia P. Maharani

Upload: hidyan-ilusionaizer

Post on 17-Sep-2015

266 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

pencemaran laut

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LAUT

Disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti responsi praktikum mata kuliah Pencemaran Laut di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman

oleh : Hidyan Surito NIM. H1K012006

Asisten Praktikum :Afrilia P. Maharani

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2015

DAFTAR ISIhalDAFTAR ISI2DAFTAR TABEL3DAFTAR GAMBAR4DAFTAR LAMPIRAN5KATA PENGANTAR6I.PENDAHULUAN71.1.Latar Belakang71.2.Tujuan8II.TINJAUAN PUSTAKA92.1.Pencemaran Laut92.1.1.Definisi Pencemaran Laut92.1.2.Sumber -Sumber Pencemaran Laut92.2.Marine Debris92.3.Kualitas Perairan102.3.1.Faktor Fisika Perairan102.3.2.Faktor Kimia Perairan12III. MATERI DAN METODE153.1. Materi153.1.1 Alat153.1.2 Bahan153.2. Metode163.2.1.Faktor Fisika Perairan163.2.2.Faktor Kimia Perairan183.3. Waktu dan Tempat Praktikum19IV HASIL DAN PEMBAHASAN204.1 Hasil204.1.1. Marine Debris204.1.2. Faktor Fisika Perairan204.1.3. Faktor Kimia Perairan214.2. Pembahasan224.2.1. Marine Debris224.2.2. Faktor Fisika Perairan234.2.3. Faktor Kimia Perairan28V KESIMPULAN DAN SARAN335.1. Kesimpulan335.2. Saran33DAFTAR PUSTAKA34LAMPIRAN36

DAFTAR TABELTabel halaman1. Data Hasil Pengamatan Marine Debris ( Non Plastik )212. Data Hasil Pengamatan Marine Debris ( Plastik )213. Data Hasil Pengamatan Warna dan Bau214. Data hasil pengukuran Salinitas, Temperatur, TSS, TDS, Konduktivitas dan Turbiditas225. Data hasil pengukuran pH, DO, BOD5 dan COD22

DAFTAR GAMBARGambar halaman1. Presentase Grafik Marine Debris Stasiun 1232. Grafik perbandingan suhu pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC233. Grafik perbandingan TSS (Total Suspended Solid) pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC254. Grafik perbandingan TDS (Total Dissolved Solid) pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC265. Grafik perbandingan konduktivitas pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC266. Grafik perbandingan Kekeruhan (Turbidity) pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC277. Grafik perbandingan Salinitas pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC278. Grafik perbandingan pH pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC289. Grafik perbandingan DO pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC2810. Grafik perbandingan COD pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC2911. Grafik perbandingan BOD pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC29

DAFTAR LAMPIRANLampiran halaman1. Data Perhitungan342. Uji Salinitas, DO lapang dan Temperatur353. Pengamatan Warna354. Data pH, TSS, TDS, Konduktivitas dan Turbiditas355. Data BOD5 dan COD366. Data Marine Debris367. Foto Foto38

KATA PENGANTARPuji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang memberi rahmat sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Pencemaran Laut . Sholawat serta salam saya curahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW , Terima kasih juga saya ucapkan kepada :1. Tim dosen mata kuliah Pencemaran Laut2. Tim Asisten mata kuliah Pencemaran Laut3. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan Pencemaran lautSaya sadar laporan ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu kritik dan saran saya harapkan yang bersifat membangun. Semoga Laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Purwokerto, Mei 2015

PenulisI. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPencemaran laut diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya(PP No.19/1999 ;Syahril, 2012). Pencemaran laut dapat memberikan pengaruh yang membahayakan terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan ekosistem laut, kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem laut (Clark 2003; Syahril, 2012 ).Pertumbuhan populasi manusia yang cepat dan besarnya pengembangan wilayah kota ke arah pesisir menyebabkan terjadinya pembukaan wilayah pantai untuk berbagai aktivitas industri dan pemukiman yang memicu terjadinya pencemaran laut akibat aktivitas anthropogenik (Ashley 2005 ;Syahril, 2012). Salah satu polutan yang berpotensi mencemari laut adalah minyak. Pencemaran minyak dapat membahayakan ekosistem laut karena ekosistem dan biota perairan sangat rentan terhadap minyak (Mukhtasor 2007;Syahril, 2012 ). Marine debris adalah setiap bahan padat persisten yang diproduksi atau diproses dan langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan ke dalam lingkungan laut (NOAA 2010).Marine debris dapat terdiri dari plastik, kaca, logam, styrofoam, karet, alat tangkap tidak terpakai dan kapal tidak terpakai. Plastik adalah tipe dominan sampah laut di Pasifik ; plastik merupakan antara 60% dan 80% dari total sampah laut di lautan dunia (Gregory dan Ryan, 2010 ). Sumber utama dari marine debris adalah pembuangan yang tidak tepat limbah atau pengelolaan sampah dan pembuatan produk, termasuk plastik (Barnes et al. 2009).

1.2. TujuanTujuan dari pelaksanaan pencemaran laut antara lain adalah :1. Menganalisis sifat fisika perairan yang terkena pencemaran2. Menganalisis sifat kimia perairan yang terkena pencemaran

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pencemaran Laut2.1.1. Definisi Pencemaran LautPencemaran laut diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya(PP No.19/1999 ;Syahril, 2012).2.1.2. Sumber -Sumber Pencemaran LautPertumbuhan populasi manusia yang cepat dan besarnya pengembangan wilayah kota ke arah pesisir menyebabkan terjadinya pembukaan wilayah pantai untuk berbagai aktivitas industri dan pemukiman yang memicu terjadinya pencemaran laut akibat aktivitas anthropogenik (Ashley 2005; Syahril, 2012). Salah satu polutan yang berpotensi mencemari laut adalah minyak. Pencemaran minyak dapat membahayakan ekosistem laut karena ekosistem dan biota perairan sangat rentan terhadap minyak (Mukhtasor 2007;Syahril, 2012 ). 2.1.3. Dampak Pencemaran LautPencemaran laut dapat memberikan pengaruh yang membahayakan terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan ekosistem laut, kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem laut (Clark 2003; Syahril, 2012 ).2.2. Marine DebrisMarine debris adalah setiap bahan padat persisten yang diproduksi atau diproses dan langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan ke dalam lingkungan laut (NOAA 2010).Marine debris dapat terdiri dari plastik, kaca, logam, styrofoam, karet, alat tangkap tidak terpakai dan kapal tidak terpakai. Plastik adalah tipe dominan sampah laut di Pasifik ; plastik merupakan antara 60% dan 80% dari total sampah laut di lautan dunia (Gregory dan Ryan, 2010 ). Sumber utama dari marine debris adalah pembuangan yang tidak tepat limbah atau pengelolaan sampah dan pembuatan produk, termasuk plastik (Barnes et al. 2009).2.3. Kualitas Perairan

2.3.1. Faktor Fisika Perairan2.3.1.1. SuhuTemperatur air laut terutama lapisan permukaan ditentukan oleh pemanasan matahari yang intensitasnya senantiasa berubah terhadap waktu, sehingga temperatur air laut akan konsonan sengan perubahan intensitas penyinaran matahari tersebut. Perubahan temperatur ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan dan jangka panjang (Martin Vermeer dan Stefan Rahmstort, 2009). Temperatur air dipengaruhi oleh siklus perubahan musim. Selain oleh musim, temperatur air di suatu perairan juga dipengaruhi oleh intensitas matahari, kedalaman dan daratan di sekelilingnya (Dewi, 2009). 2.3.1.2. ArusArus dalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air. Arus adalah salah satu faktor penting alam mempengaryhi kesuburan air laut. Arus dapat membawa nutrisi dari suatu perairan ke perairan lainnya(Verduup dkk, 1979) dalam Arinandi (1979) membagi arus laut kedalam tiga golongan besar, yaitu:1. Arus yang disebabkan oleh sebaran densitas di laut. Arus berdensitas lebih berat akan mengalir ke tempat air yang berdensitas kecil atau lebih ringan. Arus ini biasanya membawa sejumlah besar air dari suatu tempat ke tempat lain.2. Arus yang ditimbulkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut. Arus jenis ini biasanya membawa air ke satu jurusan dengan arah yang sama selama satu musim tertentu. 3. Arus yang disebabkan oleh air pasang. Arus jenis ini mengalirnya bolak-balik dari tepi pantai ke pantai atau berputar. Arus pasang dipengaruhi oleh gaya.2.3.1.3. BauBau limbah cair tergantung dari sumbernya, bau dapat disebabkan oleh bahan bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air baik yang hidup maupun yang mati2.3.1.4. WarnaWarna limbah cair menunjukan kesegaran limbah tersebut, bila warna berubah menjadi hitam maka hal itu menunjukan telah terjadi pencemaran2.3.1.5. TSS (Total Suspended Solid)TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron . Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui ke kuatan pencemaran air limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air (Sugiharto 1987 ;Agnes A.R dan R. Azizah 2005).2.3.1.6. TDS (Total Dissolved Solid)Padatan terlarut (Dissoolve solids) ini terdiri dari berbagai macam material yang terlarut di dalam air, diantaranya mineral, garam, logam, serta anion. Sedangkan TDS merupakan jumlah dari padatan terlarut yang terdiri garam anorganik (terutama kalsium, magnesium, potasium, sodium, bicarbonate, chlorides dan sulfates) dan sebagian kecil jumlah organik lain yang larut dalam air.

2.3.1.7. KonduktivitasKonduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik, oleh karena itu semakin banyak garam-garam (mineral) terlarut yang dapat terionisasi semakin tinggi pula nilai DHLnya. Perairan laut memiliki nilai DHL yang sangat tinggi karena banyaknya garam-garam terlarut didalamnya. Nilai DHL limbah industri dapat mencapai 10.000 mhos/cm( Aditya, 2013).2.3.1.8. Kekeruhan (Turbidity)Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir, bahan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya( Aditya, 2013 ).2.3.2. Faktor Kimia Perairan2.3.2.1. Salinitas Salinitas air laut didefinisikan sebagai jumlah total material padat yang dinyatakan dalam garam yang terdapat dalam 1 kg air laut jika semua karbonat telah beroksidir, biomine dan iodine dirubah menjadi klorine dan semua unsur organik telah teroksidir (Davis, 1987. Salinitas permukaan air laut sangat erat hubungannya dengan proses penguapan dimana garamgaram akan mengendap atau berkonsentrasi. Daerah-daerah yang mengalami penguapan yang cukup tinggi akan mengakibatkan salinita tinggi (King, 1993 dalam presekahadi, 1994). 2.3.2.1. pH (Potensial of Hydrogen)Potensial hidrogen (pH) adalah ion negative dari kepadatan ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu larutan. pH mencerminkan lingkungan suatu perairan dan dapat merupakan faktor pembatas suatu perairan. pH merupakan faktor ekologi penting, dimana faktor ini mempengaruhi kehidupan fisiologi dari suatu organisme perairan (Soeseno, 1970). pH berhubungan erat dengan konsentrasi ion hidrogen sehingga pH merupakan konsentrasi dari ion H+. Nilai pH berkisar 1-14, dimana pH 7 dikatakan netral. Nilai pH kurang dari 7 dinamakan asam dan pH lebih dari 7 dinamakan basa (brahmana, 2001).2.3.2.2. DO (Dissolved Oxygen)Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme.Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD dalam suatu perairan(Hutabarat dan Evans, 2006).2.3.2.3. COD (Chemical Oxygen Demand)COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air,dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts 1987 dalam Agnes A.R dan R. Azizah, 2005) Beberapa bahan organik tertentu yang terdapat pada air limbah sulit terdegradasi terhadap degradasi biologis dan ada beberapa diantaranya yang beracun meskipun pada konsentrasi yang rendah. Bahan yang tidak dapat didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi secara kimiawi melalui proses oksidasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi tersebut dikenal dengan nama COD (Chemical Oxygen Demand) (Cheremisionoff and Ellerbusch,1978 dalam Kasam, 2005). .2.3.2.4. BOD (Biological Oxygen Demand)BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts 1987 ;Agnes A.R dan R. Azizah 2005).

III. MATERI DAN METODE3.1. Materi3.1.1 AlatAlat yang digunkan pada pengukuran analisis marine debris disajikan dalam tabel sebagai berikut:Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum

NoAlatKegunaan

1Ember Volume 10 LMengambil sampel air

2Pengukur Arus SederhanaMengukur kecepatan arus

3GPS (Global Position System)Menentukkan lokasi geografis lokasi stasiun sampling

4Botol volume 100 mlTempat sampel marine debris

5Botol volume 600 mlTempat menyimpan sampel air

6StopwatchMenghitung waktu

7Cool boxTempat penyimpanan sampel

8Botol WinklerUntuk mengukur DO dan BOD

9TermometerMengukur temperature

10Transek ukuran 10 x 10 mUntuk kegiatan sampling marine debris di sedimen

11Transek Ukuran 1x 1 m

12Kertas Saring WhatmanMengukur TSS

13TimbanganMengukur berat marine debris

14 pH paper dan pH meterMengukur pH perairan

15Gelas UkurDigunakan dalam pengukuran dan penghitungan DO, BOD, dan COD

16Labu Erlenmeyer

17Buret dan statif

18Pipet tetes

19Pemanas

20Panduan identifikasi sampelPedoman identifikasi sampel

3.1.2 BahanBahan yang digunkan pada pengukuran analisis marine debris disajikan dalam tabel sebagai berikut:Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikumNoNama BahanKegunaan

1Air lautSampel

2Larutan MnSO4Titrasi

3Larutan Na2S2O3 0,025 NTitrasi

4Larutan H2SO4 4 NTitrasi

5Indikator amilum 0,5%Titrasi

6Larutan H2SO4 pekatTitrasi

7KMnO4 0,01 NTitrasi

8AkuadesPembuatan blanko

3.2. Metode3.2.1. Faktor Fisika Perairan3.2.1.1 Pengukuran Suhu Termometer di ikat dengan tali atau benang agar tidak lepas kemudian celupkan ke perairan selama 3 menit agar hasil nya dapat terlihat catat angka yang tertera pada thermometer, ulangi sebanyak 3 kali3.2.1.2. Penentuan BauSample air yang didapat dimasukan ke dalam botol sample 600ml kemudian periksa botol sample secara organoleptik dengan bantuan indra penciuman (hidung) minimal 5 orang, jika bau tidak tercium kocok terlebih dahulu botol sample nya kemudian ulangi penciuman, bau yang tercium langsung di catat.3.2.1.3. Penentuan WarnaSample air laut di masukan ke dalam botol 600 ml , periksa botol sample secara organo leptik dengan bantuan indera penglihatan minimal 5 orang kemudian warna yang terlihat pada sample air di catat3.2.1.4. Pengukuran TSS (Total Suspended Solid)Sediakan kertas Whatman no 41 , kertas tersebut di bilas denga aquades dan di keringkan selama 1 jam pada suhu 103 -105oc, setelah itu di dinginkan selama 15 menit dalam desikator dan ditimbang beratnya. Sample air di ambil 50 100 ml dan di kocok merata, di saring dengan menggunakan kertas Whatman no 41 , Kertas Whatman di keringkan kembali denga Tempratur yang sama dan di dinginkan dalam desikator kemudian timbang kembali kertas Whatman, Hitung dengan menggunakan rumus TSS.3.2.1.5. Pengukuran TDS (Total Dissolved Solid)Sediakan kertas Whatman no 41 , kertas tersebut di bilas denga aquades dan di keringkan selama 1 jam pada suhu 103 -105oc, setelah itu di dinginkan selama 15 menit dalam desikator dan ditimbang beratnya. Sample air di ambil 50 100 ml dan di kocok merata, di saring dengan menggunakan kertas Whatman no 41 , Kertas Whatman di keringkan kembali denga Tempratur yang sama dan di dinginkan dalam desikator kemudian timbang kembali kertas Whatman, Hitung dengan menggunakan rumus TDS .3.2.1.6. Pengukuran KonduktivitasSample di encerkan dengan aquades d ambil dengan gelas ukur 100 ml, kemudian Konduktivity meter yang telah di kalibrasi di aktifkan, celupkan konduktivity meter pada air sample, pembacaan dari hasil konduktiviti di catat. 3.1.2.7. Pengukuran Kekeruhan (Turbidity)Sampel di encerkan dengan akuades, kemudian Diambil 250 ml air sample dengan gelas ukur Turbidity meter yang telah di kalibrasi di aktifkan , Celupkan Turbidity meter ke air sample (1 menit ), Pembacaan dari hasil turbidity di catat.

3.1.3. Faktor Kimia Perairan3.2.2.1. Pengukuran pH Air Sample diambil 250 ml , pH Meter yang telah di kalibrasi diaktifkan kemudian Celupkan pH Meter ke air sample (1 menit) lalu Pembacaan dari hasil pH di catat.3.2.2.2. Pengukuran Salinitas Air Sample, Tetes kan ke Handrefraktometer kemudian Lihat dengan menghadap cahaya, Lihat skala pada handrefraktometer, Catat hasil salinitas.3.2.2.3. Pengukuran DO (Dissolved Oxygen) Sampel air di ambil di titik perairan yang telah di tentukan sampai botol neril 250ml terisi penuh dan secara hati-hati agar tidak terdapat gelembung udara, Tambahkan MnSO4 dan larutan KHO-KI sebanyak 1 ml atau 20 tetes, diamkan 2 menit hingga endapan coklat, Tambahkan selanjutnya H2SO4 pekat 1ml lalu d homogenkan hingga berwarna kuning, Ambil 100ml menggunakan gelas ukur setelah itu di salin ke labu Erlenmeyer, dilakukan titrasi awal menggunakan Na2S2O3 0,025N sampai berwarna kuning muda dan dihitung tetes titarasi tahap awal, Tambahan amilum 10 tetes hingga berwarna biru tua ke unguan, Lakukan nitrasi akhir Na2S2O3 hingga warna sebelumnya menjadi jernih dan dihitung tetesan tahap akhir, kemudian Lakukan nitrasi akhir Na2S2O3 hingga warna sebelumnya menjadi jernih dan dihitung tetesan tahap akhir.3.2.2.4. Pengukuran COD (Chemical Oxygen Demand) Ambil 100ml dengan gelas ukur dan tempatkan dalam labu erlenmeyer dengan tingkat pengenceran 80% dan 20%. Tambahkan 5 ml larutan H2SO4 N dan 10 ml KMnO4 0,01 N, Di didihkan selama 10 menit, Setelah dingin ditambahkan 10 ml larutan asam oksalat 0,01N lalu di homogenkan sampai jernih, lakukan titrasi kembali menggunakan KMnO4 0,01 N sampai larutan berwarna merah muda kemudian Lakukkan perhitungan dan hasil akhir dicatat3.2.2.5. Pengukuran BOD (Biological Oxygen Demand)Pengukuran BOD (Biological Oxygen Demand) sama dengan pengukuran DO (Dissolved Oxygen), sebelum pegukuran dilakukan pengenceran 80% dan 20%, sampel air 400ml dan ditambah 100ml aquades, Dituangkan kedalam 2 botol neril, masing-masing diukur oksigen nol hari dan oksigen sampel lima hari, Sampel pengukuran oksigen lima hari ditutup erat yang dilapis tutupnya dengan plastik hitam lalu di bungkus total dengan menggunakan kresek hitam dan disimpan di ice box, sampel nol hari langsung dilakukan pengukuran lalu hasil dicatat.Pengukuran blanko dari akuades bervolume 500ml kemudian di masukkan ke dalam 2 botol neril, Masing-masing untuk diukur oksigen blanko nol dan blanko lima hari, Pengukuran oksigen langsung dilakukan pengukuran bersamaan.Botol pertama di ukur kandungan oksigen awal dan dinyatakan dalam DO0, botol kedua dilakukan inkubasi selama 5 hari pada temperatur 20C, Setelah hari kelima diukur kandungan oksigennya dan dinyatakan dalam DO5, Setelah mendapati hasil perhitungan dari data 0 hari dan 5 hari, maka lakukan perhitungan total dengan rumus yang ada. Hasil akhir dari perhitungan dicatat.3.3. Waktu dan Tempat PraktikumPelaksanaan praktikum Pencemaran Laut pada tanggal 10 April 2015 di Teluk penyu dan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), Cilacap. Praktikum Laboratorium dilaksanakan di Lab. Pengolahan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Kelautan , UNSOED.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil4.1.1. Marine Debris Tabel 1 Data Hasil Pengamatan Marine Debris ( Non Plastik )

NO.Nama Benda

1Kelapa

2Serabut Kelapa

3Bambu

4Ranting

5Batok Kelapa

6Daun

7Daun Kelapa

Tabel 2 Data Hasil Pengamatan Marine Debris ( Plastik )

TipeukuranjumlahBeratPersentase(%)

PETE>4,75 mm365,3 gr1,8

HDPE>4,75 mm6242,1 gr3,7

PVC>4,75 mm651,4 gr3,7

LDPE>4,75 mm1671,8 gr9,8

PP>4,75 mm23179,2gr14,1

PS>4,75 mm60215,7gr36,8

PC,other>4,75 mm4996,8 gr30,1

4.1.2. Faktor Fisika PerairanTabel 3 Data Hasil Pengamatan Warna dan Bau PengulanganWarnaBau

1KeruhTidak Berbau

2KeruhAir Laut

3KeruhAir Laut

Tabel 4. Data hasil pengukuran Salinitas, Temperatur, TSS, TDS, Konduktivitas dan Turbiditas

KelompokSalinitasTemperaturTSSTDSKonduktivitas (mhos/cm)Turbiditas

125,3291.25832640496

227281.1793168047.563.86

324,6301.19573165247.563.3

425291.033125246.884.92

525301.0143261248.962.26

625291.1483085246.243.96

724291.4863354850.22.68

825291.1813213248.23.89

4.1.3. Faktor Kimia PerairanTabel 5. Data hasil pengukuran pH, DO, BOD5 dan COD

KelompokpHDOBOD5 (mg/L)COD (mg/L)

18.464.50.551.775

28.514.30.554.1475

38.532.30.555.9

48.523.50.552.765

58.143.70.4256.1225

68.593.50.4257.31

77.6840.84.1475

88.234.10.4256.32

4.2. Pembahasan4.2.1. Marine Debris Berikut ini adalah Grafik Marine Debris yang Terdapat pada stasiun 1Gambar 1. Presentase Grafik Marine Debris Stasiun 1

Sampah laut merupakan permasalahan yang lazim terhadap negara-negara berkembang, karena penduduknya yang berjumlah banyak dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan. Sampah yang paling dominan pada perairan adalah sampah plastik. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum lapang, presentase yang lebih tinggi adalah tipe plastik yang tergolong PS. Hasil yang didapat dari tipe PS memiliki berat 215,7 gr dari 3 kali pengulangan.

4.2.2. Faktor Fisika Perairan4.2.2.1. Suhu Berikut ini adalah Grafik Suhu di perairan Teluk Penyu dan PPSC :

Gambar 2. Grafik perbandingan suhu pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

Temperatur yang terdapat pada stasiun satu dengan rata rata 29oc. Terjadi karena temperature di laut dipengaruhi oleh beberapa factor yang menyebabkan setiap temperature berbeda ditiap jamnya. Untuk temperatur perairan, khususnya perairan Indonesia, temperatur air dipengaruhi oleh siklus perubahan musim. Selain oleh musim, temperatur air di suatu perairan juga dipengaruhi oleh intensitas matahari, kedalaman dan daratan di sekelilingnya (Dewi, 2009).Sebaran temperature secara vertical diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan epilimnion, lapisan termoklin, dan lapisan hipolimnion (Nontji, 2002). Temperature permukaan laut tergantung pada insolasi dan penetuan jumlah panas yang kembali diradiasikan ke atmosfer. Semakin panas permukaan, makasemakin banyak radiasi baliknya. 4.2.2.2. Bau Hasil pengamatan bau yang di dapat adalah berbau air laut, hasil pengukuran bau yang dilakukan secara organoleptik dengan indera penciuman (hidung). Bau ini berasal dari dekomposisi organik. Bau ai yang relatif amis hanya di jumpai di Pantai teluk penyu ,dengan demikian berdasarkan baunya, kualitas air laut ini termasuk ketegori baik. (Edward dkk, 2004).4.2.2.3. Warna Hasil pengamatan warna yang di dapat adalah berwarna keruh, nilai ini masih sesuai dengan NAB yang di tetapkan baku mutu air laut (1998) untuk kepentingan perikanan, taman laut dan konservasi serta wisata bahari, kualitas perairan ini termasuk kategori baik (Edward dkk, 2004).4.2.2.4. TSS (Total Suspended Solid)Berikut ini adalah Grafik TSS (Tota Suspended Solid ) di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 3 Grafik perbandingan TSS (Total Suspended Solid) pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

Pengukuran TSS pada kelompok 1 adalah 1,258 mg/L TSS tertinggi DI dapat kan Pada stasiun 7 dengan nilai 1,486 mg/L. Penyisihan bahan padat tersuspensi (TSS) di dalam air limbah dapat terjadi karena penahanan oleh partikel unggun melalui porositasnya dan ketebalan susunan unggun yang dilewati oleh aliran air limbah di dalam kolom proses. Semakin kecil ukuran diameter unggun semakin besar persentase penyisihan kandungan TSS di dalam air limbah, dan semakin tebal susunan partikel unggun di dalam kolom juga semakin besar persentase pemisahan TSS yang terjadi dalam proses. Dimana semakin kecil diameter unggun pasir yang digunakan semakin sempit pembentukan porositas dan semakin besar permukaan kontak yang dialami oleh air limbah, sehingga semakin banyak padatan tersuspensi dapat ditahan (dipisahkan) (Bernasconi dkk, 1995 dalam M Sami 2012).Total suspended solid (TSS) biasanya didapat dari lanau dan lempung yang diterbangkan oleh angin dan selanjutnya bermuara di laut. Sedimen yang dibawa oleh aliran sungai akan mengendapkan sedimen pasir di mulut sungai dan di daerah lepas pantai. Kisaran nilai TSS normal berada di nilai kurang dari 10mg/L (Helfinalis, 2005). 4.2.2.5. TDS (Total Dissolved Solid)Berikut ini adalah Grafik TDS (Tota Disolved Solid ) di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 4. Grafik perbandingan TDS (Total Dissolved Solid) pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

Menurut Devi et al, (2013) bahwa TDS (Total Dissolved Solid) mengalami penurunan yang signifikan setelah melewati tahap pengolahan secara koagulasi-flokulasi dan filtrasi membran. Hal ini disebabkan karena pada tahap koagulasi-flokulasi pembentukan flok-flok menjadi lebih optimum dengan bantuan koagulan sehingga berbagai padatan terlarut seperti logam-logam berat akan mengendap di dasar bak pengendapan sedangkan padatan terlarut seperti koloid, virus, dan bakteri yang masih bisa lolos pada tahap koagulasi-flokulasi akan disaring lagi melalui filtrasi membran sehingga kandungan padatan terlarut dalam air reklamasi menjadi sangat kecil. Hasil yang diperoleh dari kelompok 1 nilai TDS adalah 32640 ppm.4.2.2.6. KonduktivitasBerikut ini adalah Grafik Konduktivitas di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 5. Grafik perbandingan konduktivitas pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSCKonduktivitas (Daya Hantar Listrik/ DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan arus listrik. Semakin banyak ian-ion garam yang telarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilah DHL. Nilai konduktivitas yang di dapat pada kelompok 1 adalah 49 mhos/cm . Konduktifitas dinyatakan dengan satuan mhos/cm atau Siemens/cm. Perairan laut memiliki DHL yang sangat tinggi karena banyak mengandung garam terlarut. Limbah Industri memiliki nilai DHL mencapai 1000 mhos/cm. Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) berhubungan erat dengan nilai padatan yang terlarut total (TDS) (Kanisius, 2003).4.2.2.7. Kekeruhan (Turbidity)Berikut ini adalah Grafik kekeruhan (turbidity) di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 6. Grafik perbandingan Kekeruhan (Turbidity) pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

Nilai Kekeruhan yang di dapat selamaja uji laboratorium nilai kekeruhan 6 mg/L. Kekeruhan disebabkan karena suspensi yang menyebabkan tingginya kekeruhan diantaranya bakteri, plankton, dan berbagai komponen biotik dan abiotik serta warna yang disebabkan oleh beberapa logam berat menjadi berkurang karena telah mengalami proses desinfeksi dan proses oksidasi senyawa organik-anorganik kembali. Selain itu, berkurangnya kandungan kekeruhan juga disebabkan karena pembentukan flok-flok dengan bantuan koagulan serta filtrasi membran sehingga kandungan kekeruhan menjadi berkurang (Devi et al, 2013).

4.2.3. Faktor Kimia Perairan4.2.3.1. Salinitas Berikut ini adalah Grafik Salinitas di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 7. . Grafik perbandingan Salinitas pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

Nilai salinitas perairan laut 30 - 40 , pada perairan hipersaline, nilai salinitas dapat mencapai kisaran 40 - 80 . Nilai salinitas pada kelompok pada ulangan 1,yaitu 26 ,2 yaitu 25, dan 3 yaitu 25 jadi jika di rata rata hasil pengukuran salinitas stasiun 1 adalah 25,4. Perairan estuari memiliki salinitas yang berfluktuasi, suatu gradien salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Pola gradien bervariasi tergantung pada musim, topografi estuaria, pasang-surut, dan jumlah air tawar. Tingginya salinitas di daerah intertidal bagian atas (arah ke hulu) seringkali memungkinkan binatang laut menyusup lebih jauh ke hulu estuaria di daerah intertidal bagian atas daripada di daerah intertidal bagian bawah (Wulandari, 2009).Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai salinitas diantaranya, hilangnya air karena penguapan (evaporasi) dan masuknya air baru melalui presipitasi baik oleh hujan atau salju atau masuknya air yang mengalir dari sungai (Laili, 1997). Variasi nilai salinitis air laut yang fluktuasi juga dipengaruhi oleh kondisi tempat. Praktikum yang dilakukan dilaksanakan di Pelabuhan Penyebrangan Samudra Cilacap (PPSC), pada umumnya daerah teluk adalah daerah yang jarak lautnya tidak jauh dari daratan sehingga kandungan air tawar akan terlepas keluatan pada saat air laut surut.4.2.3.2. pH (Potensial of Hydrogen) Berikut ini adalah Grafik pH di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 8. Grafik perbandingan pH pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

Perairan dengan pH antara 6 9 merupakan perairan dengan kesuburan yang tinggi dan tergolong produktif karena memiliki kisaran pH yang dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam perairan menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh fitoplankton (Wulandari, 2009). pH yang di peroleh pada saat praktikum lapang yaitu 8,46 yang tergolong perairan yang baik.

4.2.3.3. DO (Dissolved Oxygen) Berikut ini adalah Grafik DO di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 9. Grafik perbandingan DO pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

Kadar DO (Dissolved Oxygen) antara 57 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut dalam keadaan baik, sedangkan DO lebih kecil dari 4 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut kelebihan bahanbahan organik, artinya perairan tersebut mengalami pencemaran yang cukup berat. Kadar DO yang di dapat dari praktikum lapang adalah 4,5 mg/L. Menurut Ratnani (2011) Kadar DO dengan pada limbah cair industri tahu adalah di bawah 4 ppm bahkan bisa mencapai 0 ppm.Rendahnya kadar oksigen di daerah pantai yang dekat muara sungai (estuaria), erat kaitannya denagan kekeruhan air laut dan juga disebabkan oleh semakin bertambahnya aktivitas mikro-organisme untuk menguraikan zat organic menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen terlarut. Sedangkan tingginya kadar oksigen di perairan lepas pantai, dikarenakan airnya jernih sehingga dengan lancarnya oksigen yang masuk kedalam air tanpa hambatan melalui proses difusi dan proses fotosintesis (Patty, 2013). Konsentrasi oksigen terlarut pda umumnya mengalami penurunan dengan bertambahnya kedalaman (Adiwilaga et al., 2009).4.2.3.4. COD (Chemical Oxygen Demand)Berikut ini adalah Grafik COD di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 10. Grafik perbandingan COD pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar senyawa organik dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Kadar COD adalah pada kisaran 700012000 mg/L. Nilai kandungan COD kelompok 1 yaitu 1,775 mg/L. Penurunan nilai COD menunjukkan adanya zat organik yang terdegradasi oleh lumpur aktif sebagai sumber energi (Ratnani, 2011).Perairan dengan salinitas lebih rendah atau lebih tinggi dari pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat untuk penyebaran biota tertentu (Aziz,1994). Ada dua cara untuk menentukkan kualitas air yaitu dengan menentukan nilai Total Disolved Salt (TDS) dan Electric Conductivity (EC). Salinitas dipengaruhi oleh kedalaman, semakin dalam suatu perairan maka semakin tinggi tingkat salinitasnya (Nasjono, 2010).

4.2.3.5. BOD (Biological Oxygen Demand)Berikut ini adalah Grafik BOD di Peraitan Teluk Penyu Dan PPSC:

Gambar 11. Grafik perbandingan BOD pada semua stasiun sampling di Perairan Teluk Penyu Cilacap dan PPSC

BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme di dalam badan air untuk memecah (mendegradasi) bahan organik yang ada di dalam badan air tersebut (Ratnani, 2011). Kandungan BOD pada kelompok 1 adalah 0,55 mg/L. Nilai BOD yang rendah dalam kolom perairan maka, perairan tersebut sudah terbilang tercemar bahkan terkandung bahan beracun. Dari penelitian Ratnani (2011). Parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai (Rahmawati dan Ajizah, 2005).Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktivitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh temperature. Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD (Salmin, 2005).

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang di dapat dari hasil praktikum Pencemaran laut adalah sebagai berikut :

Faktor fisika yang mempengaruhi pantai Teluk Penyu dan PPSC dalam katagori baik , perairan tersebut bukan termasuk perairan tercemar Faktor kimia yang mempengaruhi pantai Teluk Penyu dan PPSC dalam katagori baik , perairan tersebut tidak terlalu banyak tercemar bahan bahan kimia 5.2. Saran Untuk praktikum selanjutnya, disarankan agar mengamati marine debris yang ada di laut juga. Parameter lainnya seperti, parameter biologi juga perlu diamati.

DAFTAR PUSTAKAAditya. I dan Lily. I. 2013. Karakteristik Distribusi Horizontal Parameter fisika-kimia perairan permukaan di pesisir bagian timur balikpapan. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN 1402-2006

Adiwilanga, E. M., Hariyadi, S., Pratiwi, N. T. M. 2009. Perilaku Oksigen Terlarut Selama 24 jam Pada Lokasi Keramba Jaring Apung di Waduk Saguling, Jawa Barat. Limnotek. 16(2): 109 118.

Agnes A.R dan R. Azizah 2005, Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform Pada air limbah, sebelum dan sesudah pengolahan di rsud nganjuk. jurnal kesehatan lingkungan, vol. 2, no.1, juli 2005 : 97 110

Anna M.C. 2011. Marine Debris in the North Pacific A Summary of Existing Information and Identification of Data Gaps, U.S. Environmental Protection Agency. San Francisco, CA 94105-3901

Arisandi, P.1979. Partisipasi Masyarakat Kinci Utama Mengembalikan Kualitas Air Kali Surabaya: http//[email protected].

Aziz, A. 1994. Pengaruh Salinitas Terhadap Sebaran Fauna Ekhinodermata. Oseana. 19(2): 23 32.

Barnes, D.K.A., F. Galgani, R.C. Thompson, and M. Barlaz. 2009. Accumulation and fragmentation of plastic debris in global environments. Philosophical Transactions of The Royal Society 364: 1985-1998.

Brahmana. Pembela.2001. Ekologi Laut. Universitas Terbuka.

Chusing, D.H. and Walsh, R. 1976. Field Biology and Ecology. McGrew Hill Publishing Company Ltd. New Delhi.

Csanady, G.T.1982. circulation in the coastal ocean. Reidel. Dardrecht : 279 pp.

Davis, Jr. R. A.1987. Oceanogrphy an Introduction to The Marine Environment. WM.C. Brown Publisher. USA.

Devi Et Al. 2013. Efektifitas Pengolahan Air Effluent Menjadi Air Reklamasi Di Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar Ditinjau Dari Kandungan Kekeruhan, Total Zat Terlarut (Tds), Dan Total Zat Tersuspensi (Tss). Jurnal Kimia. Volume 7, Nomor 1, Halaman 36-42.

Dewi, L. 2009. Kondisi oseanografi fisika perairan barat sumatera (pulau simeulue dan sekitarnya) pada bulan agustus 2007 pasca tsunami desember 2004. Makara Sains Vol 13 No 1 : 17-22.Edward, Muhajir, Fasmi.A, A. Rozak, 2004 , Pengamatan Beberapa Sifat Kimia Dan Fisika Air Laut Di Ekosistem Terumbu Karang Pulau Sipora Dan Siberut, Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat), Jurnal Ilmiah Sorihi, Vol. III No. 01 Juli 2004, ISSN, 1693-1483.

Gregory, M.R. 2010. Environmental implications of plastic debris in marine settings entanglement, ingestion, smothering, hangers-on, hitch-hiking and alien invasions. Philosophical Transactions of the Royal Society, 364: 2013-2025.

Helfinalis. 2005. Kandungan Total Suspended Solid Dan Sedimen Di Dasar Perairan Panimbang. Makara, Sains. 9(2): 45-51.

Hutabarat, sahala dan Stewart M. Evans. 2006. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia: Jakarta.

Kanisius. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Sumberdaya dan Lingkungan. Textbook. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Nasjono, J. K. 2010. Pola Penyebaran Salinitas Pada Akuifer Pantai Pasir Panjang, Kota Kupang, NTT. Jurnal Bumi Lestari. 10 (2): 263 269.

Nedi Syahril. 2012. Stakesholder Yang Berperan dalam pengendalian pencemaran minyak di selat rupat. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1 (2012) : 26-37.

Nontji,Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.

Patty, S. I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas, Dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1(3): 148-157.

Rahmawati, A, A Dan Aziza, R. 2005. Perbedaan Kadar Bod, Cod, Tss, Dan Mpn-Coliform Pada Air Limbah, Sebelum Dan Sesudah Pengolahan Di Rsud Nganjuk. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No.1.

Ratnani, D, R. 2011. Kecepatan Penyerapan Zat Organik Pada Limbah Cair Industri Tahu Dengan Lumpur Aktif. Jurnal Momentum. Vol. 7, No. 2.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukkan Kualitas Perairan. OSeana. 30(3): 21-26.

Silviana Safitri, 2009, Perencanaan Sistem Pengolahan Limbah cair Industri Tahu PT. AS Tanah Baru Depok Tahun 2009. FKM UI, Depok

LAMPIRANDATA PRAKTIKUM PENCEMARAN LAUT KELOMPOK 1Lampiran 1. Data Perhitungan Lokasi : 7'44'53.65" S109'1'11.78" EElevasi 17.50 m Perhitungan DO lapangDO lapang = = = 4,5 Perhitungan laboratDO0 lab / A0 = = = 5,5DO5 lab / A5 = = = 5BOD5 = = = = 0,55COD sampel = = = 4,74COD = = TSS = = = 1,258Lampiran 2. Uji Salinitas, DO lapang dan TemperaturKelompokSalinitasD0 lapangTemperatur

U1U2U3

12625254,5292929

22727274,3282828

32425254/ 4,3303030

42525253,5/ 4,3292929

52525253,7303030

62525253,5292929

72424244292929

82525254,1292929

Lampiran 3. Pengamatan WarnaPengulanganWarnaBau

1KeruhTidak Berbau

2KeruhAir laut

3KeruhAir laut

Lampiran 4. Data pH, TSS, TDS, Konduktivitas dan TurbiditasKelompokpHTSSTDSKonduktivitasTurbiditas

18,461,25832640496,00

28,511,1793168047,563,86

38,531,19573165247,563,30

48,521,033125246,884,92

58,141,0143261248,962,26

68,591,1483085246,243,96

77,681,4863354850,22,68

88,231,1813213248,23,89

Lampiran 5. Data BOD5 dan CODKelompokA0A5S0S5BOD5COD

15,5587,70,551,775

25,65,10,554,1475

35,65,10,555,9

45,65,10,552,765

54,440,4256,1225

64,440,4257,31

75,34,60,84,1475

84,440,4256,32

Lampiran 6. Data Marine DebrisIIIIII

PETEJml : 1>4,75 mm : 1PETEJml : 1>4,75 mm : 1PETEJml : 1>4,75 mm : 1

HDPEJml : 5>4,75 mm : 5HDPEJml : 0HDPEJml : 1>4,75 mm : 1

PVCJml : 6>4,75 mm : 6 PVCJml : 0PVCJml : 0

LDPEJml : 5>4,75 mm : 5 LDPEJml : 4>4,75 mm : 4LDPEJml : 7>4,75 mm : 7

PPJml : 4>4,75 mm : 4PPJml : 12>4,75 mm : 12 PPJml : 7>4,75 mm : 7

PSJml : 19>4,75 mm : 19PSJml : 16>4,75 mm : 16PSJml : 25>4,75 mm : 25

PC, othersJml : 15>4,75 mm : 15PC, othersJml : 32>4,75 mm : 32PC, othersJml : 2>4,75 mm : 2

Data Berat Marine DebrisBerat Awal Plastik (Trashbag) = 4,20 gramTotal Berat Bersih = 922,3 gramJenisBerat Kotor Berat BersihPersentase

PETE69,565,3

HDPE246,3242,1

PVC55,651,4

LDPE7671,8

PP183,4179,2

PS219,9215,7

PC, others10196,8

Lampiran 7. Foto Foto