laporan kp efisiensi air preheater unit 2
DESCRIPTION
air PreheaterTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Di PT. INDONESIA POWER UJP BANTEN 3 LONTAR
Jl. Ir. Sutami, Desa Lontar, Kec. Kemiri, Kab. Tangerang 15530
EFISIENSI AIR PREHEATER UNIT 2 DI PLTU BANTEN 3
LONTAR
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar pada
Semester VII
Disusun Oleh :
Loni Novia Amelia
121724016
DEPARTEMEN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kerja praktik dengan judul “Efisiensi
Air Preheater Unit 2 di PLTU Banten 3 Lontar”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk mata kuliah
Kerja Praktik Program Studi Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik, Departemen Teknik
Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terkira
kepada kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan, mendidik penulis dengan doa
dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil kepada penulis.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan berupa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Alvin Mizrawan Tarmizi, S.T. selaku Ahli Muda Efisiensi di PLTU Banten
3 Lontar yang telah membimbing di lapangan,
2. Bapak Tobat Martin Leonardo selaku Supervisor Senior Condition Based
Maintenance di PLTU Banten 3 Lontar yang telah membimbing selama
pelaksanaan kerja praktek,
3. Mas Andi Rinaldi Hasan selaku pembimbing di lapangan,
4. Bapak Budi Putranto selaku Supervisor Senior SDM yang telah membantu proses
perizinan Kerja Praktik,
5. Seluruh Engineer, staf dan karyawan PLTU Banten 3 Lontar khususnya bagian
Condition Based Maintenance yang telah berbagi ilmu dan pengalam selama
pelaksanaan kerja praktik,
6. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penyusunan laporan ini,
i
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna adanya, karena masih
banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata, semoga karya ini dapat lebih bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Bandung, September 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
I.1. Latar Belakang Masalah........................................................................1
I.2. Tujuan...................................................................................................1
I.3. Perumusan Masalah..............................................................................2
I.4. Batasan Masalah....................................................................................2
I.5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan...........................................................2
I.6. Metoda Pengumpulan Data...................................................................2
I.7. Profil Singkat Perusahaan.....................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................
II.1. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap................................................9
II.2. Perpindahan Panas..............................................................................12
II.3. Kebutuhan Pembakaran......................................................................15
II.4. Standar ASME Performance Test Code 4.3........................................16
BAB III AIR PREHEATER...............................................................................................
III.1. Pengenalan Air Preheater (APH)........................................................17
III.2. Fungsi dan Prinsip Kerja APH............................................................18
III.3. Komponen-komponen Air Preheater..................................................21
III.4. Kerugian-kerugian yang terjadi pada Air Preheater (Losses).............23
III.5. Diagram Alir APH..............................................................................26
III.6. Sistem Interlock dan Permissive.........................................................29
III.7. Instruksi Kerja Pengoperasian APH....................................................30
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN................................................
IV.1. Data Parameter....................................................................................41
IV.2. Pengolahan Data..................................................................................43
IV.3. Pembahasan.........................................................................................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Efisiensi thermal suatu pembangkit secara keseluruhan dapat ditingkatkan dengan
memanaskan udara pembakaran terlebih dahulu. Jika udara untuk proses pembakaran di
dalam furnace tidak dipanaskan terlebih dahulu, maka dibutuhkan energi yang lebih besar
untuk menaikkan temperatur pada saat proses pembakaran. Maka itu, akan dibutuhkan
lebih banyak bahan bakar solar untuk start up firingnya yang akan meningkatkan biaya
operasi dan menurunkan efisiensi pembangkit.
Pada umumnya, setiap Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang menggunakan boiler
berkapasitas besar selalu dilengkapi dengan Air Preheater (APH). Air Preheater
merupakan peralatan bantu dalam PLTU yang berfungsi sebagai alat untuk memanaskan
udara sebelum digunakan proses selanjutnya (contohnya untuk udara pembakaran di
boiler). Tujuannya adalah menaikkan menaikkan effisiensi termal dari suatu proses.
PLTU Banten 3 Lontar memiliki kapasitas sebesar 3 x 315 MW dan merupakan
salah satu pembangkit yang menggunakan Air Preheater. Tipe APH yang digunakan
adalah Ljungstrom Trisector Airpreheater. APH rentan mengalami penurunan kinerja
seperti kebocoran (air leakage), dan menurunnya kemampuan penyerapan panas akibat
fouling dan plugging. Kinerja APH dapat diketahui dengan menghitung Gas Side
Efficiency pada APH. Dalam laporan kerja praktik ini dibahas mengenai perhitungan
efisiensi Air Preheater Unit 2 dari hasil Performance Test. Sehingga judul yang diangkat
untuk laporan kerja praktik ini adalah ‘Efisiensi Air Preheater Unit 2 di PLTU Banten 3
Lontar’.
I.2. Tujuan
Tujuan dari laporan Kerja Parktik ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami penjelasan tentang Air Preheater;
2. Mengetahui jenis Air Preheater yang digunakan di PLTU Lontar;
3. Memahami prinsip kerja Air Preheater di PLTU Lontar;
4. Menghitung dan mengetahui nilai Gas Side Efficiency pada Air Preheater Unit
2 di PLTU Lontar secara aktual.
1
I.3. Perumusan Masalah
Topik permasalahan yang akan dibahas dalam laporan Kerja Praktik ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Air Preheater ;
2. Apa jenis Air Preheater yang digunakan di PLTU Lontar;
3. Bagaimana prinsip kerja Air Preheater di PLTU Lontar;
4. Berapa nilai Gas Side Efficiency pada Air Preheater Unit 2 di PLTU Lontar
secara aktual.
I.4. Batasan Masalah
Pembahasan dalam laporan Kerja Praktik ini dibatasi hanya untuk mengetahui
perhitungan Gas Side Efficiency pada Air Preheater di PLTU Lontar Unit 2 secara aktual.
I.5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus sampai dengan 11
September 2015 di PT Indonesia Power Unit Jasa Pembangkitan (UJP) Banten 3 Lontar
yang terletak di Desa Lontar Kecamatan Kemiri Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten.
I.6. Metoda Pengumpulan Data
Beberapa metode yang penulis gunakan dalam mendapatkan informasi pada
penyusunan laporan Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap peralatan dan proses operasi yang dijadikan objek permasalahan.
2. Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung atau
diskusi kepada tenaga ahli yang terkait dengan bidang objek yang diamati.
3. Studi Literatur
Metode studi literatur dilakukan dengan membaca buku-buku manual
operasional, jurnal, laporan, dan buku-buku pendukung lainnya.
2
I.7. Profil Singkat Perusahaan
I.7.1. Sejarah Singkat PT. Indonesia Power
PT Indonesia Power atau biasa disebut PT IP merupakan salah satu anak
perusahaan BUMN PT PLN ( Persero ) yang menjalankan usaha komersial pada
bidang pembangkitan tenaga listrik di indonesia. Saat ini Indonesia Power
merupakan perusahaan pembangkitan listrik dengan daya terbesar di Indonesia.
Cikal bakal perusahaan ini adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I
(PLN PJB I), yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 sebagai anak perusahaan
PLN yang waktu itu baru saja berubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Pada
tanggal 3 Oktober 2000, PJB I berubah nama menjadi PT Indonesia Power.
Indonesia Power mengelola 8 Unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya,
Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak-Grati dan Bali. Bisnis utama IP
adalah pengoperasian pembangkit listrik di Jawa dan Bali di 8 lokasi dalam bidang
unit usaha pembangkitan, unit usaha pembangkitan IP diberi nama Unit Bisnis
Pembangkitan (UBP).
PT Indonesia Power selain memiliki Unit Bisnis Pembangkitan tersebut
juga mempunyai bisnis jasa pemeliharaan pembangkit listrik yang diberi nama Unit
Bisnis Pemeliharaan (UBHar) yang berkantor di jalan KS Tubun, Jakarta. IP juga
mempunyai anak perusahaan yang bergerak di bidang trading batubara yaitu PT
Artha Daya Coalindo. Sedangkan PT Cogindo Daya Bersama adalah anak
perusahaan IP yang bergerak di bidang co-generation dan energy outsourcing.
Dalam mensukseskan kegiatan bisnis perusahaan, PT IP merumuskan visi
dan misi beserta tujuan dari pendirian perusahaan. Dengan visi dan misi tersebut
diharapkan perusahaan dapat selalu mengembangkan diri dan selalu berbenah
menuju masa depan yang lebih baik menjadi perusahaan pembangkitan tenaga
listrik yang besar di masa yang akan mendatang. Visi dan misi perusahaan tersebut
antara lain :
Visi
Menjadi Perusahaan Publik dengan Kinerja kelas Dunia dan bersahabat dengan
Lingkungan.
3
Misi
Melakukan usaha dalam bidang pembangkitan tenaga listrik, serta
mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah
industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan
perusahaan dalam jangka panjang
I.7.2. Profil Singkat PLTU Banten 3 Lontar
PLTU Lontar saat ini merupakan bagian dari Unit Jasa Pembangkitan (UJP)
yang dikelola oleh PT Indonesia Power. Unit ini dikenal dengan nama PT
Indonesia Power UJP PLTU Banten 3 Lontar. PLTU Lontar memiliki 3 unit dengan
masing masing unit memiliki kapasitas 315 MW. PLTU ini terletak di jalan Ir
Sutami Desa Lontar Kecamatan Kemiri Kabupaten Tangerang provinsi Banten.
Seperti PLTU pada umumnya, PLTU Lontar ini memanfaatkan uap dari boiler yang
kemudian menggerakan turbin yang dikopel langsung ke generator dengan daya
pembangkitan maksimal 315 MW. PLTU Lontar memiliki komponen utama Boiler
dengan tipe vertical water tube, Tiga buah turbin yaitu High Pressure Turbine,
Intermediate Pressure Turbine, dan Low Pressure Turbine yang dihubungkan dalam
satu shaft, Kondensor dengan tipe Single Shell Double Pass Steam Surface. Bahan
bakar untuk membangkitkan uap di boiler menggunakan batu bara jenis Middle
Rank Coal dan Low Rank Coal. Sedangkan untuk pembangkitan listriknya
menggunakan generator dengan merek Dongfang Electric.tipe QFSN-300-2-20-B.
4
Struktur Organisasi PT Indonesia Power UBOH Banten 3 Lontar
5
GENERAL
MANAGER
AHLI TATA KELOLA
PEMBANGKIT
MANAGER
ADMINISTRASIMANAGER OPERASI
MANAGER
ENGINEERING DAN
MANGEMENT ASET
MANAGER
PEMELIHARAAN
6
MANAJER
ADMINISTRASI
SUPERVISOR SENIOR
SDM DAN
SEKRETARIAT
PELAKSANA SENIOR
ADMINISTRASI SDM
DAN DIKLAT
PELAKSANA
KESEKRETARIATAN
PELAKSANA
FASILITAS
PELAKSANA
KEAMANAN DAN
HUMAS
SUPERVISOR SENIOR
KEUANGAN
SUPERVISOR
SENIOR LOGISTIK
PELAKSANA SENIOR
PAJAK DAN
AKUNTANSI
PELAKSANA SENIOR
ANGGARAN DAN
KEUANGAN
PELAKSANA
SENIOR LOGISTIK
DAN GUDANG
PELAKSANA
ADMINISTRASI
PENGADAAN
7
MANAJER
ENGINEERING DAN
MANAGEMEN ASET
SUPERVISIOR
SENIOR CONDITION
BASED
MAINTENANCE
AHLI MUDA
CONDITION BASED
MAINTENANCE
PELAKSANA SENIOR
CONDITION BASED
MAINTENANCE
AHLI MUDA
EFFICIENCY
SUPERVISIOR
SENIOR
RELIABILITY
AHLI MUDA
RELIABILITY DAN
MANAGEMENT
RESIKO
PELAKSANA
SENIOR
RELIABILITY
MANAGEMENT
RESIKO
AHLI MADYA
ENGINEERING
KONTROL DAN
INSTRUMEN
AHLI MADYA
ENGINEERING BOILER
DAN AUXILIARY
AHLI MADYA
ENGINEERING COAL
&ASH HANDLING
AHLI MADYA
ENGINEERING
LISTRIK
AHLI MADYA
ENGINEERING
KONTROL DAN
INSTRUMENT
AHLI MUDA
KONTRAK
8
MANAJER
PEMELIHARAAN
SUPERVISOR
SENIOR
PEMELIHARAAN
MESIN
TEKNISI SENIOR
TURBIN
TEKNISI
SENIOR
BOILER
TEKNISI
MESIN
SUPERVISOR
SENIOR
PEMELIHARAAN
MESIN COAL &
ASH HANDLING
TEKNISI
SENIOR
MEKANIS BOP
TEKNISI
SENIOR
MEKANIK
COAL & ASH
HANDLING
SUPERVISOR
SENIOR
PEMELIHARAAN
LISTRIK
TEKNISI SENIOR
LISTRIK
TEKNISI
LISTRIK
SUPERVISOR
SENIOR
PEMELIHARAAN
DAN KONTROL
INSTRUMEN
TEKNISI SENIOR
KONTROL DAN
INSTRUMEN
TEKNISI
KONTROL
DAN
INSTRUMEN
SUPERVISOR SENIOR
PERANCANGAN DAN
PENGENDALIAN
PEMELIHARAAN
TEKNISI
MESIN
AHLI MUDA
PERENCANAAN
DAN EVALUASI
PEMELIHARAAN
AHLI MUDA
INVENTORI
KONTROL
AHLI MUDA
OUTAGE
MANAGEMEN
T
BAB II
LANDASAN TEORI
Air Preheater merupakan salah satu komponen pendukung dalam sistem PLTU.
Pembahasan yang akan dilakukan pada bagian ini meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Uap
secara umum, teori-teori yang relevan terhadap Air Preheater, dan standar yang digunakan
oleh industri untuk perhitungan efisiensi Air Preheater.
I.8. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PLTU adalah suatu pusat pembangkit thermal yang menggunakan uap sebagai
fluida kerjanya. Di dalam PLTU terjadi siklus tertutup yaitu fluida yang digunakan sama
dan berlangsung secara berulang-ulang. Siklus yang terjadi di dalam PLTU adalah sebagai
berikut :
Air pengisi boiler dipompa oleh boiler feed pump (BFP) melalui high pressure
heater (HPH) kemudian masuk ke water drum di boiler hingga memenuhi seluruh
permukaan panas di dalam boiler. Kemudian air dipanaskan oleh gas panas hasil
pembakaran antara bahan bakar (batubara) dengan udara pembakaran, sehingga dihasilkan
uap. Uap ini masih bersifat jenuh sehingga perlu dilakukan pemanasan lanjut hingga
menjadi uap kering. Proses pemanasan lanjut terjadi di primary superheater kemudian
dilanjutkan di secondary superheater.
Uap hasil produksi boiler dengan temperatur dan tekanan tertentu diarahkan untuk
memutar steam turbine sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran. Pada
pembangkit listrik dengan kapasitas besar, steam turbine dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
high pressure turbine (HP turbine), intermediet pressure turbine (IP turbine), dan low
pressure turbine (LP turbine). Uap panas dari boiler pertama kali digunakan untuk
memutar HP turbine. Setelah keluar dari HP turbine uap panas dipanaskan lagi di reheater
dan kemudian dialirkan ke IP turbine. Setelah dari IP turbine, uap panas langsung menuju
LP turbine. Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi
listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan.
Dari LP turbine, uap dikondensasikan di dalam kondensor memakai fluida air
pendingin yang berasal dari air laut. Setelah uap terkondensasi menjadi air kondensat, air
9
kondensat dialirkan menuju LP heater oleh condensate pump untuk dipanaskan, kemudian
masuk ke economizer lalu ke water drum. Demikian siklus ini dinamakan siklus tertutup.
I.8.1. Siklus Rankine
Siklus rankine digunakan pada pembangkit listrik yang menggunakan media
uap air sebagai fluida kerjanya. Air dipanaskan menjadi uap yang selanjutnya uap
tersebut menggerakkan turbin. Bahan bakar yang digunakan untuk membuat uap
dapat berupa gas alam, solar, residu, dan batu bara. Namun ada pula uap jadi yang
berasal dari panas bumi dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin uap. Namun uap
yang dipanaskan olah bahan bakar mempunyai tekanan dan temperatur yang lebih
tinggi dibandingkan dengan uap yang dihasilkan dari panas bumi.
Siklus rankine banyak digunakan untuk pembangkit termal yang
menggunakan uap sebagai media penggerak turbin. Ada empat peralatan utama
utama pada pembangkit dengan sistem siklus rankine, yaitu :
a. Boiler
b. Turbine
c. Condenser
d. Boiler Feed Pump
Boiler merupakan alat untuk memanaskan air hingga menjadi uap dengan
suhu dan tekanan yang tinggi sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selanjutnya uap
yang siap tersebut masuk ke turbin untuk menggerakan generator. Uap yang keluar
dari turbin akan memiliki energi yang sudah jauh berkurang dibanding saat masuk
turbin. Uap tersebut masih bercampur kondensat dan didinginkan di salam
kondensor untuk dirubah fasanya menjadi cair kembali. Pendingin kondensor yang
banyak digunakan pada PLTU adalah air laut, namun ada pula yang menggunakan
air sungai. Siklus rankine sederhana dapat dilihat pada gambar berikut.
10
Gambar 2. 1 Siklus Rankine
Air menjadi fluida kerja pada siklus rankine dan mengalami siklus tertutup
(close loop cycle) artinya secara berkelanjutan air pada akhir proses siklus masuk
kembali ke proses awal siklus. Pada siklus rankine, air mengalami empat proses
sesuai gambar diatas, yaitu :
Proses C – D : Fluida kerja atau air dipompa dari tekanan rendah ke tinggi dan
pada proses ini fluida kerja masih berfase cair sehingga pompa tidak membutuhkan
input tenaga yang terlalu besar. Proses ini dinamakan proses kompresi-isentropik
karena saat dipompa secara ideal tidak ada perubahan entropi yang terjadi.
Proses D – F : Air bertekanan tinggi tersebut masuk ke boiler untuk mengalami
proses dipanaskan secara isobarik (tekanan konstan). Sumber panas didapatkan dari
luar seperti pembakaran batubara, solar, atau juga reaksi nuklir. Di dalam boiler air
mengalami perubahan fase dari cair, campuran cair dan uap, serta 100% uap kering.
Proses F – G : proses ini terjadi pada turbin uap. Uap kering dari boiler masuk ke
turbin dan mengalami proses ekspansi secara isentropik. Energi yang tersimpan di
dalam uap air dikonversi menjadi energi gerak pada turbin.
11
Proses G – C : Uap air yang keluar dari turbin uap masuk ke kondensor dan
mengalami kondensasi secara isobarik. Uap air diubah fasenya menjadi cair
kembali sehingga dapat digunakan kembali pada proses siklus.
I.9. Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai proses berpindahnya suatu energi
(kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur pada daerah
tersebut. Pada umumnya ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui,
yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
I.9.1. Perpindahan Panas Secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur
rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium
yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga terjadi pertukaran
energi dan momentum. Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi
karena hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang
cukup besar.
Gambar 2. 2 Perpindahan panas konduksi pada dinding (J.P. Holman,hal: 33)
Persamaan dasar untuk konduksi satu-dimensi dalam keadaan stedi dapat ditulis :
qk=−k A∆ Tx
......................................................................................(2.1)
di mana : qk : laju perpindahan panas dengan cara konduksi, Watt
A : luas perpindahan panas, m2
ΔT :gradien suhu pada penampang, K
12
X : jarak dalam arah aliran panas, m
K : konduktivitas thermal bahan, W/m K
I.9.2. Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah proses transport energi dengan
kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan dan gerakan mencampur.
Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan
benda padat dan cairan atau gas.
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang
suhunya di atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama,
panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel
fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan
menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida ini. Kemudian partikel-
partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu rendah didalam
fluida di mana mereka akan bercampur dengan, dan memindahkan sebagian
energinya kepada, partikel-partikel fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah
aliran fluida maupun energi. Energi sebenarnya disimpan di dalam partikel-partikel
fluida dan diangkut sebagai akibat gerakan massa partikel-partikel tersebut.
Mekanisme ini untuk operasinya tidak tergantung hanya pada beda suhu dan oleh
karena itu tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas. Tetapi hasil
bersihnya adalah angkutan energi, dan karena terjadinya dalam arah gradien suhu,
maka juga digolongkan dalam suatu cara perpindahan panas dan ditunjuk dengan
sebutan aliran panas dengan cara konveksi.
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan
suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan :
q=h A s(T s−T ∞)..................................................................................(2.2)
Menurut cara menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi
diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan konveksi
paksa (forced convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan
kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut sebagai
konveksi bebas (free / natural convection). Bila gerakan fluida disebabkan oleh
gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang
13
menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan, maka
perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa (forced convection).
Persamaan (2.4) mendefinisikan tahanan panas terhadap konveksi.
Koefisien pindah panas permukaan h, bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi
menyatakan besarnya laju pindah panas didaerah dekat pada permukaan itu.
Gambar 2. 3 Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan konveksi paksa dalam kenyataanya sering dijumpai, kaarena
dapat meningkatkan efisiensi pemanasan maupun pendinginan satu fluida dengan
fluida yang lain.
I.9.3. Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda - benda tersebut.
Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus-menerus. Intensitas
pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan. Energi radiasi bergerak
dengan kecepatan cahaya (3 x 108 m/s) dan gejala- gejalanya menyerupai radiasi
cahaya. Memang menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi thermal
hanya berbeda dalam panjang gelombang masing-masing. Untuk mengitung
besarnya panas yang dipancarkan dapat digunakan rumus sebagai berikut :
qr=e A σ (T 41−T 4
2)..............................................................................(2.3)
14
di mana : qr : laju perpindahan panas dengan cara radiasi, Watt
e : emitansi permukaan kelabu
A : luas permukaan, m2
σ : konstanta dimensional, 0,174. 10-8 BTU/h ft2 oC
T1 : Temperatur Benda kelabu, K
T2 : Temperatur Benda hitam yang mengelilinginya, K
Khusus untuk benda hitam sempurna menurut Hukum Steven Bolzman
persamaan seperti berikut :
qr=A T 4 σ .............................................................................................(2.4)
I.10. Kebutuhan Pembakaran
Pembakaran adalah suatu reaksi kimia antara bahan bakar dan oksigen yang
menghasilkan panas. Dengan empat kebutuhan pembakaran yaitu bahan bakar, oksigen,
panas, dan suatu reaksi kimia. Dapat diilustrasikan dengan penggunaan piramida
pembakaran. Jika semua kebutuhan pembakaran ada, pembakaran terjadi, dan apabila salah
satu kebutuhan hilang, maka pembakaran berhenti.
Gambar 2. 4 Piramida Pembakaran
Oksigen dipasok melalui udara pembakaran ada dua macam, yaitu Primary Air
(udara primer) dan Secondary Air (udara sekunder). Udara primer dipasok oleh Primary
Air Fan (PA Fan) yang dihembuskan menuju ke alat penggiling batubara (Pulverizer)
kemudian bersama-sama dengan serbuk batubara dialirkan ke Furnace untuk dibakar
(reaksi kimia). Bercampurnya batubara dan udara dibantu oleh Damper tetap yaitu
pengatur pengaduk udara sehingga menimbulkan turbulensi yang memungkinkan
15
terjadinya pembakaran yang efisien. Panas ditimbulkan oleh pemantik sebagai penyulutan
untuk memenuhi reaksi kimia dan pembakaran, dalam penyulutan batubara pada boiler unit
2 terjadi oleh oil gunner atau menyala setelah bahan bakar minyak menyala. Dan air heater
berfungsi sebagai pemanas udara pembakaran menambah cepat proses pembakaran.
I.11. Standar ASME Performance Test Code 4.3
Untuk menentukan kinerja dari suatu Air Preheater perlu dilakukan Performance
Test pada komponen tersebut. Performance Test ini dilakukan berdasarkan standar ASME
PTC 4.3. dari standar berikut dapat diketahui perhitungan Gas Side Efficiency dan Air
Leakage untuk Air Preheater sebagai berikut :
ηAH ¿ Tg Fgen−TFgLvCrTg Fgen−Taen
……………………………………………………….
(2.5)
Dimana : ηAH : per cent = Gas Side Efficiency
Tg Fgen : AH Inlet gas temperature
TFgLvCr : AH Outlet gas temperature (corrected = excluding leakage)
Taen : AH Inlet air mean temperature (measured)
AL = WG 15−WG 14
WG 14x100……………………………………………………….
(2.6)
Dimana : AL : Air Heater Leakage
WG14 : AH Inlet Dry Gas per PTC 4.3
WG15 : AH Outlet Dry Gas per PTC 4.3
16
BAB III
AIR PREHEATER
I.12. Pengenalan Air Preheater (APH)
Air Preheater (APH) merupakan peralatan bantu dalam PLTU yang berfungsi
sebagai pemanas awal udara baik udara primer (Primary air) maupun sekunder (Secondary
air), sampai ke tingkat temperatur tertentu sehingga dapat terjadi pembakaran optimal
dalam boiler. Dalam prosesnya, Air Preheater ini menggunakan gas buang (flue gas) hasil
pembakaran di boiler sebagai sumber panasnya, kemudian mentransfer panas tersebut ke
aliran udara melalui elemen pemanas berputar (rotating heat exchanger).
Air Preheater (APH) secara umum didefisikan sebagai alat untuk memanaskan
udara sebelum digunakan proses selanjutnya (contohnya untuk udara pembakaran di
boiler). Tujuan utama dari air preheater adalah menaikkan effisiensi termal dari suatu
proses.
Pada PLTU batubara menggunakan air preheater untuk memanaskan udara primer
dan udara sekunder dengan pemanas dari udara gas buang melalui elemen sector plate.
PLTU Lontar menggunakan APH tipe Ljunstrom Trisector Airpreheater. APH tipe ini
terdiri dari 3 partisi sector plate yang terdiri dari primary air (dingin), secondary air
(dingin) dan gas buang (panas). Pada tipe APH ini pembagian gas buang 50%, secondary
air 35% dan primary air 15%. 1 unit APH terdiri dari 2 set motor penggerak, motor utama
dan aux. Motor dikontrol menggunakan frequently converter.
17
Gambar 3. 1 APH tipe Ljungstrom Trisector Airpreheater
I.13. Fungsi dan Prinsip Kerja APH
Fungsi APH adalah untuk memanaskan udara secondary dan udara primary. APH
menyerap panas dari gas buang melalui elemen sector plate dan memindahkan panas ke
udara secondary dan primary yang masuk ke dalam APH dengan cara memutar elemen
plate secara kontinyu (continuously rotating heat transfer elements)
Pada satu unit APH terdiri dari 1 set pilot bearing (direct bearing) dan thrust
bearing (block bearing) dengan sistem pelumasan menggunakan pompa hidrolik sistem
sirkulasi. Untuk membersihkan jelaga pada sector elemen APH dan untuk mencegah korosi
akibat kandungan sulfur batubara digunakan sootblower. Tipe sootblower yang digunakan
adalah tipe long, tiap APH terdiri dari 1 buah sootblower. Pada APH juga dilengkapi
dengan fire detector menggunakan infrared. Jika terjadi kebakaran atau timbul api di dalam
APH maka akan dideteksi oleh infrared dan dipadamkan menggunakan sootblower. Pada
APH juga dilengkapi dengan Ash Hopper yang digunakan untuk menampung abu sisa gas
buang yang jatuh dari sector plate. Secara umum air preheater diklasifikasikan menjadi
dua tipe, yaitu : Tubular Air Preheater dan Regenerative Air Preheater.
I.13.1. Tubular Air Preheater
Air preheater jenis ini biasanya terdiri dari sejumlah tube steel dengan
diameter 40 sampai 65 mm dengan cara las dalam penyambungannya atau di
sambung pada tube plate di ujungnya. Baik gas ataupun udara dapat mengalir
melalui tube. Tubular Preheaters terdiri dari tabung-tabung yang di susun sejajar
(Straight tube bundles) melewati saluran outlet dari boiler dan terbuka pada setiap
sisi akhir saluran (ducting).
Ducting atau saluran gas buang yang berasal dari furnace melewati seluruh
preheaters tubes, transfer panas yang terjadi dari gas buang untuk udara bakar di
dalam preheater. Udara ambien di paksa oleh fan untuk melewati di salah satu
ujung pada saluran dari tubular air preheater dan udara yang dipanasi pada ujung
lainnya dari dalam sudah berupa udara panas yang mengalir ke dalam boiler dan
digunakan untuk udara pembakaran guna menaikkan efisiensi thermal boiler.
18
sumber : http://en.citizendium.org/wiki/Air_preheaterGambar 3. 2 Tubular Air Preheater
I.13.2. Regenerative Air Preheater
Regenerative air preheater merupakan tipe heater dengan rotating plate
yang terdiri dari plat-plat yang tersusun secara sedemikian rupa dan dipasang di
dalam sebuah casing yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu dua bagian( bi-
sector type), tiga bagian (tri-sector type) atau empat bagian (quart-sector type).
Setiap sector dibatasi dengan seal yang berguna untuk membatasi aliran udara/gas
yang mengalir. Seal memungkinkan elemen-elemen yang ada didalamnya dapat
berputar pada semua sektor, tetapi tetap menjaga agar kebocoran gas/udara antar
sektor dapat diminimalisir sekaligus memberikan jalur pemisah antara udara bakar
dengan gas buang.
19
Gambar 3. 3 Air Preheater Tipe Tri-sector, Tipe Quart-Sector, dan Concentric-Sector.
Tri-sector adalah jenis yang paling banyak digunakan pada pembangkit
modern saat ini (Gb 3.2). Dalam desain tri-sector, sektor terbesar (biasanya
mencangkup sekitar setengah dari penampang casing) dihubungkan dengan outlet
boiler (economizer) berupa gas buang yang masih memiliki temperatur tinggi. Gas
buang mengalir diatas permukaan elemen, dan kemudian mengalir menuju ke dust
collectors untuk menangkap debu-debu yang terbawa oleh gas buang sebelum di
buang menjadi tumpukan gas buang. Sektor kedua, yang lebih kecil dihembuskan
udara ambien oleh fan yang selanjutnya melewati elemen pemanas yang berputar
dan udara mengambil panas darinya sebelum masuk ke dalam ruang bakar untuk
pembakaran. Sektor ketiga, yang terkecil digunakan untuk pemanas udara ambien
yang nantinya akan diarahkan ke pulverizer membawa campuran batubara dengan
udara ke boiler untuk pembakaran.
20
I.14. Komponen-komponen Air Preheater
I.14.1. Elemen Pemanas (Heating Surface)
Elemen pemanas yang berupa lempengan-lempengan plat metal yang
terbagi menjadi 2 bagian secara vertikal yaitu sisi atas Hot End layer dan sisi
bawah Cold End layer. Plat itu terpasang pada suatu poros yang di susun pada
kompartemen silindris yang terbagi secara radial yang semua bagiannya di sebut
sebagai rotor. Rotor ini berputar dalam ruangan yang memiliki sambungan duct di
kedua sisinya satu sisi di aliri gas buang, sisi lain berisi udara baik primer maupun
sekunder. Saat rotor diputar, setengah bagiannya memasuki saluran gas buang dan
menyerap energi panas yang terkandung di dalamnya sedangkan setengah bagian
yang lain mentransfer panas dari elemen ke udara pada sisi saluran udara sehingga
menghasilkan udara panas yang selanjutnya akan dipasok ke furnace.
I.14.2. Penggerak Rotor
Rotor digerakkan oleh motor listrik yang diletakkan di luar elemen
pemanas. Penggerak rotor dihubungkan pada central, dan terdapat dua motor
penggerak. Dua motor tersebut dihubungkan central melalui gearbox dengan yang
dihubungkan oleh kopling feksibel pada gearbox kedua. Gearbox kedua
menggunakan roda gigi cacing (worm gear) dengan dua langkah, yang pertama
dengan rasio 43/4 dan yang kedua 59/4. Setelah kecepatan berkurang dengan dua
gearbox, rasionya menjadi 1444.5/1, keluaran main motor menjadi 1,07 rpm dan
auxilliary menjadi 0,5 rpm.
I.14.3. Seal Rotor
Seal (perapat) berfungsi sebagai pencegah kebocoran fluida baik udara
maupun gas buang yang melewati elemen panas pada saat operasi. Pada kondisi
normal aliran udara memilki level tekanan yang lebih tinggi dari aliran gas. Hal
inilah yang rawan akan kebocoran. Seal rotor dalam APH terdiri dari:
III.3.3.1 Radial Seal
Seal radial terpasang sesuai dengan posisi rotor yang posisinya
terhadap plate rotor dapat di setting dan mempunyai standar sesuai dengan
desain manufaktur. Dalam mensetting juga memperhatikan expansi rotor
21
akibat temperature tinggi. Radial seal berfungsi untuk mereduksi kebocoran
langsung dari area udara ke gas buang.
III.3.3.2 Axial Seal
Axial seal dipasang pada sisi luar dari rotor memanjang dari sisi hot
end sampai dengan cold end. Seal bekerja sama dengan radial seal untuk
meminimalkan gap antara rotor dengan seal.
III.3.3.3 Circumferential seal
Letaknya disekeliling dan pusat rotor. Fungsi utama adalah
mencegah kebocoran udara atau gas buang saat berputarnya rotor, dalam
melakukan fungsi ini di bantu axial seal.
Gambar 3. 4 Sistem Seal pada Air Preheater
I.14.4. Bearing
Pada sisi bagian atas dan bawah rotor inner drum, terdapat roller guide
bearing dan auto centred roller thrust bearing yang dipsang untuk menahan beban
rotor arah horizontal dan beban axial vertical.
22
I.15. Kerugian-kerugian yang terjadi pada Air Preheater (Losses)
Adanya kerugian-kerugian (losses) yang terjadi mengakibatkan penurunan kinerja
dari air preheater. Kerugian-kerugian yang sering ditemukan antara lain, adanya faktor
pengotoran (fouling factor) dan kebocoran udara (air leakage).
I.15.1. Fouling Factor (Faktor Pengotoran)
Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada heat
exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga
disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari
jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh
pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu
atau memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau
mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.
Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain :
1) Temperatur fluida
2) Temperatur dinding plat
3) Kecepatan aliran fluida
Tabel 3.1 Daftar Faktor Pengotoran Normal
Jenis Fluida Tahanan Pengotoran (h F ft2 / Btu)
Air laut di bawah 125 F 0,0005
Air laut di atas 125 F 0,001
Udara industry 0,002
Air pengisi ketel terolah, di atas 125 F 0,001
Bahan bakar minyak 0,005
I.15.2. Kebocoran Udara (Air Leakage)
Kebocoran udara atau Air leakage adalah berat atau jumlah udara
pembakaran yang ikut terbawa keluar dari sisi udara bakar (air side) ke sisi gas
23
buang (gas side). Seluruh kebocoran diasumsikan terjadi di antara sisi udara masuk
(air inlet) dan sisi keluar gas buang (gas outlet).
Gambar 3. 5 Jalur Aliran Kebocoran Air Preheater
Dimana :
Jalur 1 : Aliran udara normal
Jalur 2 : Aliran gas buang normal
Jalur A : Udara ambient dari Forced Draft Fan (FDF) keluar (Leaking)
secara langsung ke sisi gas outlet air preheater.
Jalur B :Udara yang sudah dipanaskan keluar ke sisi gas outlet air
preheater.
Jalur C : Udara ambient dari FD fan mengalami kebocoran di sekeliling air
preheater.
Jalur D : Gas buang panas keluar boiler.
III.4.2.1. Kebocoran Circumferential Seal
Circumferential seal adalah sealing yang terletak di seluruh bagian
yang mengelilingi (circumference) rotor dari air heater, pada kedua hot end
dan cold end dari air heater (Gb 3.6). Pada sisi flue gas dan air heater,
semua kebocoran (leakage) yang melewati celah di sekitar sisi
circumferential seal pada air heater (melewati elemen perpindahan panas)
dan keluar melalui hilir circumferential seals. Hasil dari kebocoran ini
menyebabkan hilangnya transfer enthalpi ke element bundle, dan
24
menyebabkan naiknya temperatur (serta actual volume) pada flue gas
yang memasuki Induced Draft
Fans. Kebocoran pada sisi air side air heater yang melewati first set pada
circumferential seals, akan memeasuki annulus di sekeliling rotor, dimana
leakage akan terpecah/terbagi menjadi dua arah. Volume di setiap arahnya
bergantung pada differential pressure antara titik keluarnya. Sebagian dari
aliran akan terus mengalir lurus dan keluar melalui second set dari
circumferential seals. Sisa dari aliran akan diarahkan di sekeliling rotor dan
keluar ke dalam aliran/saluran gas buang (melewati axials
seal) melewati gas side-cold end circumferential seals.
III.4.2.2. Kebocoran Radial Seal
Sealing ini mengurangi kebocoran (leakage) udara yang digunakan
untuk pembakaran dan ikut keluar bersama gas buang pada gas side.
Kebocoran yang terjadi dari air side ke gas side pada air preheater
melewati/melalui sela-sela di antara rotor dan sector plate pada arah radial
seperti pada gambar 3.6. Ketika rotor berputar, radial seal ini bekerja
dengan permukaan sector plate untuk menahan aliran yang terjadi pada air
side to gas side. Kebocoran pada radial seal dinyatakan dinyatakan
sebagai sebuah presentase. Pada dasarnya merupakan presentase suatu
aliran gas (gas flow) dari air heater yang merupakan hasil dari massa udara
masuk yang mengalami kebocoran (leaks) dan melewati air heater seals
dalam aliran gas outlet.
Gambar 3. 6 Kebocoran Circumferential dan Radial
25
I.16. Diagram Alir APH
APH adalah bagian dari “Flue Gas and Air System”, berikut diagram alirnya
yang terdapat dalam DCS:
1
2
3
4
Gambar 3. 7 DCS PID of Flue Gas and Air System
Keterangan :
1. APH A (Main Motor) 3. APH B (Aux.Motor)
2. APH A (Aux. Motor) 4. APH B (Main Motor)
26
Gambar 3. 8 DCS PID of APH Oil Station
PID selengkapnya dari sistem APH dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 3. 9 PID Flue Gas and Air System
27
Gambar 3. 10 PID APH Oil Station
Sedangkan Diagram alir Sistem Power Suplai APH dapat dilihat dari gambar
berikut:
1 2
28
3 4
Gambar 6. DCS PID of APH Electrical
5
Gambar 3. 11 DCS PID of APH Electrical
I.17. Sistem Interlock dan Permissive
Ada beberapa Permits yang harus dipenuhi agar peralatan di APH dapat
dioperasikan:
A. Lube Oil Pump APH
Temperatur LO ≥ 55 °C
B. APH Main Motor A/B
No APH A/B Main Converter Interlock Stop
29
N
OKeterangan:
1 6 kV Section 1B
2 6 kV Section 1A
3 380 V Section 1B
4 380 V Section 1A
5 Bus Power Supply APH
APH A/B Bearing Oil Pump is Running
APH A/B Main Power On
No APH Fire Detector or Gap Fail of A/B Side System
APH A/B Main and Aux. Converter All Stop
C. APH A/B Aux. Motor
No APH A/B Aux Convertor Interlock Stop
APH A/B Bearing Oil Pump is Running
APH A/B Aux. Power On
No APH Fire Detector or Gap Fail of A/B Side System
APH A/B Main and Aux. Convertor All Stop
I.18. Instruksi Kerja Pengoperasian APH
IK Pengoperasian APH berdasar Revisi terbaru (tahun 2014) adalah sebagai
berikut:
Gambar 3. 12 Boiler APH (Flue Gas and Air System Display)
30
Keterangan :
NO Keterangan
1 APH A main converter
2 APH A aux. converter
3 APH A main converter interlock button
4 APH A aux converter interlock button
5 APH A main / aux converter selector button
6 APH A main converter first out
7 APH A main converter start permit
8 APH A main converter first out
9 APH A main converter start permit
10 APH B main converter
11 APH B aux. converter
12 Penunjukan arus APH B main converter
13 Penunjukan arus APH B aux. converter
14 APH B gap control
15 APH Fire Alarm
16 APH A gap control
17 APH A inlet flue gas damper
18 APH A outlet primary air damper
19 APH A secondary air damper
20 Differential press inlet / outlet APH
21 Diffenrential temperatur inlet /outlet APH
22 Differential temperatur inlet / outlet secondary air
31
Gambar 3. 13 Air Preheater Oil Station
Keterangan :
NO Keterangan
1 APH Block / Support bearing oil pump
2 APH Radial / Direct / Guide bearing oil pump
I.18.1. Persiapan Start
No C/L Kegiatan checklist
1 CSiapkan IK-BLT-UNIT-001 “Pengoperasian Air
Preheater”
2 C/LPastikan checklist pengoperasian Air Preheater sudah
dilaksanakan.
3 C/L Siapkan alat komunikasi operator. (Handi Talkie)
4 C/LSiapkan alat tulis dan alat recorder data. (Logsheet &
Logbook)
5 C/L Pastikan tagging pada peralatan sudah release.
32
6 L
Breaker Main & Aux. Converter APH motor energize.
(X0BMB06D2/X0BMC06D2)
7 L
Breaker Lube oil Direct & Block bearing motor pompa
energize.(10BMB06A2&10BMC06A2)
8 L
Periksa breaker Seal gap A1 A2 A3 & B1 B2 B3
energize. (X0BMB04D1)
33
9 C/L
Periksa APH Fire detecting Cabinet energize.
(10BMB05B1)
10 L
Periksa Level lube oil Direct & Block bearing (100
mm), gear box (100mm)
Block Bearing : 100 mm
11
Periksa Level Lube oil support Bearing
12 L Periksa cooling water system lube oil, manual valve
34
Suplai Udara instrument
inlet & return valve open.
- Cooler Lube oil Block bearing - Cooler Lube oil Direct
bearing
13 L
Periksa udara instrument emergency converter dalam
kondisi open (standby).
14 C/L
Periksa Seal gap A1 A2 A3 & B1 B2 B3 pada level 9-10
mm
Seal Gap pada panel lokal Seal Gap di lokal
35
15 Periksa dan siapkan panel lokal APH, Power ON, Reset
Semua Alarm dan Release Push Button
A. Panel Lube Oil APH
B. Panel Main APH B
C. Panel Main APH A
D. Panel Seal Gap APH B
E. Panel Seal Gap APH A
16 L Periksa Emergency push button sudah release
17 C/L Informasikan kepada Supervisor operasi bahwa APH siap
di start
36
I.18.2. Start
NO C/L Kegiatan checklist
1 C
Pastikan start permit main converter APH telah
terpenuhi :
Bila permit telah terpenuhi, tampilan permit berubah
dari merah ke hijau
Reset pada bagian FO bila permit sudah terpenuhi
semua.
2 CPastikan interlock button main / aux. Converter tidak
aktif ( button 3 dan 4 berwarna hijau)
3 C
Pastikan selector Main / Aux. Converter telah dipilih
(button 5 berwarna merah untuk selector A dan hijau
untuk selector B )
4 C
Pastikan semua parameter pressure dan temperatur
inlet outlet APH (flue gas, primary air, secondary air
dalam kondisi normal )
(Button 20, 21, 22, 23 menunjuk angka)
5 C
Pastikan bearing lube oil APH telah siap dioperasikan.
Lube oil bearing APH terdiri dari 2 unit pompa direct
bearing / guide bearing dan 1 unit pompa block
bearing untuk masing – masing APH.
6 C
Pastikan tidak terdapat alarm APH oil station fault
alarm (gambar2 no 3) , jika terdapat alarm pastikan
jenis alarm dan reset
7 C/L Untuk pertama kali start pompa direct bearing
(gambar2 no 1) dan block bearing (gambar2 no 2)
37
akan menunjukkan kondisi fault/standby (indikasi
pompa berwarna kuning berkedip). Pompa akan
otomatis start (indikasi pompa berwarna merah) pada
saat temperatur lube oil mencapai 55˚C dan secara
otomatis akan stop / kondisi standby pada saat
temperatur lube oil bearing telah mencapai 35˚C.
8 C/L Pastikan tidak terdapat alarm fire dan gap fail (start
permit No APH Fire detector or gap fail A/B side),
(gambar 1 no 14, 15, 16)
Jika terdapat alarm pastikan di lokal aman dan tidak
terdapat perbaikan,jika sudah aman RESET,
1Status alarm gap fail A1 fault, A2 fault,
A3 fault dan B1 fault, B2 fault, B3 fault
2
Nilai seal gap APH A/B di lokal A1,
A2, A3, B1, B2, B3 (0 mm – 9mm)
Nilai Normal 9 mm
3Tombol force up jika nilai gap tidak
sesuai < 9 mm
4 Selector switch manual / auto
38
1
2
3
4
5
6
5Lampu indikator fault seal gap A1, A2,
A3, B1, B2, B3
6 Tombol reset alarm seal gap
9 C
Jika sudah siap antara lokal dan CCR maka APH di
start dengan menekan gambar 1 (Main Converter) --->
START --- > ACK. Arus motor akan stabil saat
frekuensi motor sudah naik sampai 50 Hz.
10 C/LBila tidak ada kelaian, interlock pada aux motor dan
lakukan test interlock
I.18.3. Monitoring
NO C/L Kegiatan checklist
1 C
Perhatikan APH yang sudah beroperasi akan berwarna
merah dan menunjukkan arus, arus normal pada APH
adalah 13 A – 15 A
2 L
Perhatikan
- Putaran motor APH normal atau tidak, (APH A
Clockwise, APH B Counter clockwise)
- Tidak terdapat suara gesekan antar plate elemen
di tiap sector
- Ukuran seal gap antar sector (Primary –
secondary), (Primary – flue gas), (secondary –
flue gas) normal 9-10 mm
- Perhatikan level lube oil motor gear box, guide
bearing, block bearing > 50%
- Perhatikan panel APH tidak ada alarm, jika ada
pastikan di lokal aman.
3 LMonitoring arus APH, lube oil bearing APH agar
selalu standby dan tidak terdapat alarm.
4 C/L
Catat parameter operasi APH secara periodik pada
logsheet CCR dan lokal. Jika terdapat penyimpangan
pada parameter operasi laporkan Supervisor operasi.
39
I.18.4. Stop
NO C/L Kegiatan checklist
1 C/L
Stop Normal : Pastikan temperatur inlet fluegas APH
<120 °C, APH aman untuk di stop
Stop Emergency (satu sisi APH) :
- Close damper fluegas inlet APH
(X0HNA10AA001a- X0HNA10AA001b /
X0HNA20AA001a- X0HNA20AA001b)
- Lepas interlock standby Aux. Converter APH
- Stop APH dari emergency push button
2 C Lepas interlock standby Aux. Converter APH
3 C
Jika telah siap antara operator CCR dan Lokal, maka
operator CCR melakukan stop dengan cara tekan
gambar 1 -- > STOP -- > ACK-- > OPDIS.
4 C Jika stop fault/ gagal, stop dari emergency push button.
5 LPastikan di lokal motor berhenti berputar secara
sempurna dan tidak ada suara abnormal.
6 CLube oil guide bearing, blok bearing stop jika
temperatur oil < 35 C
I.18.5. Penormalan Setelah Stop
NO C/L Kegiatan checklist
1 CClose damper damper yang berhubungan langsung
dengan APH baik dari Primary, secondary, flue gas
2 CHubungi bagian pemeliharaan jika terdapat kerusakan
peralatan
3 CHubungi pemeliharaan kontrol instrumen jika ada
kesalahan logika pada sistem kontrol APH
4 C Kembalikan peralatan kerja sesuai dengan tempatnya
40
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan efisiensi Air Preheater PLTU
Unit 2 Lontar secara aktual berdasarkan ASME PTC 4.3 beserta pembahasan dan
analisanya.
I.19. Data Parameter
Parameter Symbol Unit Value
Fuel Analysis as Fired based
Fuel Higher Heating Value
Higher Heating Value [AR) He kcal/kg-f 4.636,00
Higher Heating Value [AR) Hf kJ/kg-f 19.410,00
Ultimate analysis
Carbon MpCF wt% 48,12
Hydrogen MpHF wt% 3,56
Nitrogen MpNF wt% 0,78
Oxygen MpO2F wt% 13,29
Sulphur MpSF wt% 0,33
Ash MpAsF wt% 5,22
Moisture MpMF wt% 28,70
Total wt% 100,00
Ash Analysis
Unburned Carbon in Bottom Ash [Mass % of
dry refuse)UCb wt% 2,66
Unburned Carbon in Economizer Hopper
[Mass % of dry refuse)UCe wt% -
Unburned Carbon in Flyash [Mass % of dry
refuse)UCf wt% 0,17
41
Ash Split
Bottom Ash [% of total refuse) xUCb wt% 0,10
Economizer Hopper [% of total refuse) xUCe wt%
Flyash [% of total refuse) xUCf wt% 0,90
Combustibles in Ash
Percent Carbon in Fuel MpCF % 48,12
Economizer Outlet
O2 (% vol dry) DVpO214 % 2,00
Air Heater Oulet
O2 (% vol dry) DVpO215 % 3,88
Air and Gas Temperature
FD Fan Temperature Outlet TFDf out °C 30,01
PA Fan Temperature Outlet TPAf out °C 41,11
Secondary air flow ratio XpFrA2 % -
Primary air flow ratio XpFrA1h % 100,00
Secondary AH Outlet air temperature TAH2out °C 332,48
Primary AH Outlet air temperatureTAH1hou
t°C 337,45
AH Inlet air mean temperature Taen °C 41,11
AH Inlet gas temperature TFgEn °C 360,02
AH outlet gas temperature (corrected =
excluding leakage)TFgLvCr °C 185,36
42
I.20. Pengolahan Data
Dari parameter-parameter diatas dapat dihitung Gas Side Efficiency dan Air
Leakage dari Air Preheater Unit 2 di PLTU Banten 3 Lontar sebagai berikut :
Unburned Carbon in Fuel
MpUbC = MpCRs x MFrRs
= 0,42 x0,05
= 0,02 %
Unburned Carbon in the Residu, percent
MpCRs = [ UCb x xUCb ]+ [UCe x xUCe ]+[UCfx xUCf ]
= [ 2,66 x0,10 ]+[0,17 x0,90 ]
= 0,42 wt%
Mass Fraction of spent sorbent per mass of fuel
MFrRs = MpAsF
(100−MpCRs)
= 5,22
(100−0,42)
= 0,05 kg /kg
Carbon burned
MpCb = MpCF−MpUBC
= 48,12−0,02
= 48,10 wt %
Theorithical Air
MFrThACr = [ 11,51 x MpCb100 ]+[ 4,31 x MpSF
100 ]+[ 34,3 x MpH 2 F100 ]−¿
[ 4,32x MpO 2F100 ]
= [ 11,51 x 48,10100 ]+[ 4,31 x 0,33
100 ]+[ 34,3 x 3,56100 ]−¿
[ 4,32x 13,29100 ]
= 6,04kgkg
fuel
Theoritical air per moles/mass fuel as fired
43
MoThACr= MFrThACr
28,963
= 6,04
28,963 = 0,21
molkg
fuel
Moles of Dry Products from The Combustion
MoDPc = [ MpCb100
12,011 ]+[ MpSF100
32,066 ]+[ MpN 2 F100
28,013 ]= [ 48,10
10012,011 ]+[ 0,33
10032,066 ]+[ 0,78
10028,013 ]
= 0,04molkg
fuel
Excess Air (Economizer Outlet)
xpA14 = 100 x DVpO 2 x ( MoDPc+ (0,7905 xMoThACr ) )/ MoThACr
x (20,95−DVpO 2)
= 100 x2 x ( 0,04+(0,7905 x 0,21 ) )/0,21 x(20,95−2)
= 10,32 %
CO2
DVpC0214 = MpCb12,01
MoDFg
= 48,1012,010,23
= 17,76 %
Moles of dry gas
MoDFg14= MoDPc+MoThACr x (0,7905+ Xpa100
)
= 0,04+0,21 x (0,7905+10,32100
)
= 0,23kgkg
fuel
N2
DVpN2f14 = MpN 2 F28,013MoDFg
44
= 0,78
28,0130,23
= 0,12%
Atmospheric Hydrogen
DVpN2a14 = 100−DVp02−DVpC 02−DVpN 2 f
= 100−2−17,76−0,12
= 80,12%
Excess Air
XpA15 = 100 x [DVpO 2] x ¿¿
=100 x 3,88 x0,04+0,7905[0,21]
0,21 x (20,95−3,88)
= 22,27 %
CO2 (% vol dry)
DVpC0215 = [ MpCb ]12,01
MoDFg
= 48,1012,010,25
= 15,99 %
Moles of Dry Gas
MoDFg15 = [ MoDPc ]+[ MoThACr ] x (0,7905+[ XpA ]/100)
= (0,04+0,21 ) x¿)
= 0,25 kg/kg fuel
N2 (% vol dry)
DVpNf215 = [MpN2F]/28,013/[ModFg]
= 0,78
29,0130,25
=0,11%
Atmospheric nitrogen
DVpN2a15 = 100 – [DVpO2]-[DVpCO]-[DVpN2f]
=100−[3,88 ]−[ 0 ]−[ 0,11 ]
=80,02%
45
AH Outlet Air Temperature
TaLV = ([ XpFRa2] x [TAH 2 out ]+[ XpFRa1 h]x [TAH 1 hout ])
([TAH 2out ]+[TAH 1hout ])
= (332,48 )+(100 ) x (337,45)
(332,48−337,45 ) = 337,45 °C
AH Inlet Dry Gas Per PTC 4.3
WG14 =¿
+(28,01x [ DVpCO 14])+(28,02 x DVpN 2a14 )¿
X ([ MpCb]+(12,01/ DVpCO214 )x [ MpSF ]) /¿
(12,01 x [DVpCO 214 ]+[ DVpCO14 ])
= ((44,01 x 17,76) + (32 x 2,00) + (28,02 x 80,12)) x (48,10
+ ( 12,01 / 17,76) x 0,33) / (12,01 x (17,76)
= 698,84 °C
AH Outlet Dry Gas Per PTC 4.3
WG15 = ¿
+28,01 x [DVpCO 15]+28,02 x [ DVpN 2a 15]¿
X ([ MpCb]+(12,01/ DVpCO215) x [MpSF ])/¿
(12,01 x [DVpCO 215]+[DVpCO 15])
= (44,01 x 15,99) + (32 x 3,88) + (28,02 x 80,02) x (48,10 +
(12,01 / 15,99 x 0,33 ) / (12,01 x (15,99 + 0) = 770,86 °C
Gas Side Efficiency
ηAH ¿Tg Fgen−TFgLvCr
Tg Fgen−Taen
ηAH ¿360,02−185,36360,02−41,11
= 54,77 %
Air Heater Leakage
46
AL = WG 15−WG 14
WG 14x100
= 770,86−698,84
698,84x 100=10,31 %
I.21. Pembahasan
Sebagai salah satu komponen yang memanfaatkan panas hasil gas buang dari
boiler untuk mengurangi heat loss Air Preheater tidak dapat 100% menyuplai udara
pembakaran ke boiler, karena terdapat heat loss pada APH akibat kebocoran (air leakage).
Kinerja APH dapat diketahui dengan menghitung Gas Side Efficiency seperti yang telah
dijabarkan pada perhitungan diatas.
Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja suatu Air Preheater adalah
temperatur inlet dan outlet gas buang pada Air Preheater dan komposisi dari gas buang.
Paramater ini diperlukan untuk memastikan bahwa pengukuran temperatur udara dan gas
buang dapat mewakili rata-rata temperatur yang terdapat pada saluran tersebut. Berikut
merupakan tabel parameter kinerja APH di PLTU Lontar :
Hasil Performance Test Air Preheater Unit 2
APHLoad
(MW)
Flue Gas Gas
Eff.
(%)
Air
Leakage
(%)In (°C) Out (°C) ΔT
In Press
(pa)
OutPress
(pa)
A 290,13 357,16 185,33 171,83 -825,32 -3041,03
54,77 10,31B 290,13 362,88 158,30 204,58 -911,62 -3157,53
Rata-Rata
Temperatur360,02 171,82
Dari data Performance Test diatas dapat diketahui bahwa temperatur inlet dan
outlet gas buang Air Preheater sudah mengalami banyak penurunan dari temperatur yang
seharusnya. Berikut merupakan standar desain Ljungstrom Trisector Airpreheater :
47
Berdasarkan standar diatas temperatur masuk dan temperatur keluar gas buang dari
Air Preheater yang seharusnya adalah sebesar 375 °C dan 120 °C. Sedangkan dari tes yang
dilakukan didapatkan temperatur sebesar 360,02 °C dan 171,82 °C. Tingginya temperatur outlet
pada gas buang ini disebabkan oleh pertukaran panas yang terjadi pada elemen di APH
sudah mulai tidak optimum. Untuk Air Leakage sendiri didapatkan hasil sebesar 10,31%.
Penurunan kinerja ini terjadi karena dipengaruhi faktor – faktor berikut yaitu :
Faktor Pengotoran
Faktor pengotoran ini biasanya berupa abu, sulfur yang menempel dan
endapan-endapan lain yang berasal dari gas buang yang menyebabkan kerak
atau korosi.
Faktor Kebocoran Udara
Faktor Kebocoran Udara ini terdiri dari :
- Kebocoran pada circumferensial seal
- Kebocoran radial seal
- Penurunan tekanan
Penurunan tekanan ini semakin besar dengan bertambahnya fouling
factor pada heat exchanger karena usia penggunaan alat terlalu lama.
Dalam pemanas udara tipe rotary, penurunan tekanan pada sisi gas (gas
side) dan sisi udara (air side) muncul dari hambatan (gesek) terhadap
aliran masuk dan keluar.
48
- Heat Loss Rate
Heat loss rate adalah merupakan panas yang hilang selama proses
perpindahan panas di dalam alat penukar kalor berlangsung, dan
disebabkan oleh perbedaan suhu antara sistem penukar kalor dengan
lingkungan.
Komposisi gas buang
Kandungan gas buang yang dapat digunakan sebagai parameter untuk melihat
kinerja APH adalah :
- O2, untuk mengetahui adanya tingkat kebocoran sepanjang APH. Semakin
besar kadar O2, beban fan untuk menarik ags semakin tinggi selain itu
menaikkan heat consumption karena udara yang masuk akan menyerap
panas APH.
- CO, untuk mengetahui kualitas pembakaran di boiler. Jika nilai CO tinggi
maka pembakaran tidak sempurna, CO yang tinggi juga akan menyerap
panas sehingga tidak baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Air Preheater merupakan peralatan bantu dalam PLTU yang berfungsi sebagai alat
untuk memanaskan udara sebelum digunakan proses selanjutnya (contohnya untuk
udara pembakaran di boiler). Tujuannya adalah menaikkan effisiensi termal dari
suatu proses.
2. Nilai Gas Side Efficiency pada Air Preheater Unit 2 di PLTU Lontar adalah
sebesar 54,77%.
3. Air Leakage pada Air Preheater Unit 2 di PLTU Lontar adalah sebesar 10,31%.
49
4. Kinerja suatu Air Preheater dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu temperatur
inlet dan outlet gas buang pada Air Preheater dan komposisi dari gas buang
(O2,CO2,CO). Perubahan temperatur tersebut dapat terjadi dikarenakan :
Faktor Pengotoran
Faktor Kebocoran Udara meliputi : Kebocoran pada circumferensial seal,
Kebocoran radial seal, Penurunan tekanan, dan Heat Loss Rate.
V.2. Saran
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi Air Preheater :
1. Melakukan optimasi Shootblower pada APH
2. Melakukan Boiler/Combustion Fine Tuning
3. Melakukan boiler cleaning saat inspeksi
4. Set up pada seal gap APH.
50
DAFTAR PUSTAKA
Air Heaters-Supplement to Performance Test Code for Steam Generating Units, Pl-
C 4.1; ASME/ANSI PTC 4.3 - 1974; Reaffirmed 1991,The American Society of
Mechanical Engineers, New York, 1968.
Svenska Mekanisters Riksforening, 1995.185-Ljungstrom-Air-Preheater.
Stockholm, Swedia.
Cengel, Yunus A. Boles, Michael A. 1994. Thermodynamics An Engineering
Approach Second Edition. New York. McGraw Hill.
51
LAMPIRAN
Kegiatan Performance Test Air Preheater
Flue Gas Analyzer
Flue Gas Analyzer
Proses Pengambilan data pada Inlet APH
Proses Pengambilan Data Pada Outlet APH
Performance Test Air Preheater bersama Tim HOWDEN Australia