laporan konsolidasi forum jaringan penelitian … filekebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah....
TRANSCRIPT
LAPORAN KONSOLIDASI
FORUM JARINGAN PENELITIAN (JARLIT)
DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kegiatan Jaringan
Penelitian ini dengan baik.
Program kegiatan jaringan penelitian ini dimaksudkan untuk memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan penelitian dan perumusan
saran kebijakan atas dasar hasil penelitian sebagai bahan masukan bagi pengambil
kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Secara khusus pelaporan ini kami susun sebagai bahan pertanggung jawaban kami atas
pelaksanaan kegiatan jaringan penelitian pada tahun 2017 yang telah dilaksanakan
pada Bidang Penelitian dan Pengembangan di Bappeda Kabupaten Lampung Tengah.
Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
. Kota Gajah, Agustus 2017
KEPALA BALITBANGDA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Drs. I GUSTI NY SURYANA
Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19640808 199610 1 002
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
I.2 Lingkup Kegiatan ......................................................................................................... 5
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
II.1 Dasar............................................................................................................................... 6
II.2 Hasil ............................................................................................................................... 6
II.3 Sumber Dana .................................................................................................................. 9
II.4 Realisasi Dana ................................................................................................................ 9
II.5 Penyerapan Dana dan Hambatan ...................................................................... 10
III. KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 11
III.2 Saran .......................................................................................................................... 11
LAMPIRAN
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah mengembangkan jaringan penelitian (Jarlit)
dengan pemerintah daerah, dengan maksud dapat melaksanakan berbagai program
kerja sama penelitian guna sinkronisasi kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan
program penelitian sehingga dapat diperoleh informasi dan pemecahan masalah
pembangunan pendidikan di pusat maupun di daerah secara akurat, efisien, dan
efektif.
Salah satu substansi pengelolaan pendidikan di era otonomi daerah yaitu menjadikan
daerah kabupaten/kota saat ini mempunyai kewenangan yang sangat luas, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan program, sampai dengan evaluasi pelaksanaan program.
Konsekuensi dari otonomi daerah tersebut yaitu semakin bertambah banyaknya
kebijakan yang harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi oleh kabupaten/kota,
termasuk kebijakan di bidang pendidikan. Pada era otonomi daerah, kabupaten/kota
menghadapi tuntutan dan tantangan di bidang pendidikan terutama dalam hal:
1. masalah pendidikan yang harus dipecahkan sendiri oleh kabupaten/kota
semakin bertambah, seperti: bagaimana memberikan kesempatan pendidikan
yang lebih merata dan bermutu, meningkatkan mutu tenaga pendidik, dan
memenuhi kebutuhan ideal sarana prasarana pendidikan, serta menentukan dan
menyelenggarakan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat atau
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Di samping itu, masih
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 2
bervariasinya kemampuan masing-masing daerah dalam mewujudkan misi
pendidikan yaitu ketersediaan layanan pendidikan; keterjangkauan layanan
pendidikan; kualitas dan relevansi layanan pendidikan; kesetaraan pemberian
layanan pendidikan; dan kepastian memperoleh layanan pendidikan (5K);
2. penetapan kebijakan dituntut lebih cepat untuk dapat merespon dan
memecahkan permasalahan yang berkembang di masyarakat karena rentang
birokrasi menjadi jauh lebih pendek dengan adanya era otonomi; dan
3. Kemampuan daerah untuk menetapkan kebijakan yang sinkron dengan
kebijakan Pemerintah Pusat khususnya di bidang pembangunan pendidikan
masih terbatas (Puslitjak, 2012).
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan
tata Laksana Balitbang, menetapkan bahwa Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang
Kemdikbud sebagai lembaga yang berfungsi melaksanakan Penelitian Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan telah merintis dan mengembangkan sistem pendukung
penetapan kebijakan (decision support system) berbentuk suatu forum atau kelompok
kerja di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang disebut dengan Jaringan Kerjasama
Penelitian Kebijakan Pendidikan (JARLIT).
Terkait dengan tugas dan Fungsi Puslitjak, JARLIT merupakan suatu forum yang
berfungsi untuk mendukung pimpinan daerah dalam menetapkan kebijakan di bidang
pendidikan, dalam bentuk menyampaikan masukan atau usulan-usulan kebijakan, baik
diminta maupun tidak diminta untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
daerah dalam penyelenggaraan pendidikan. Di samping itu, JARLIT diharapkan juga
untuk bisa membantu mensinkronkan kegiatan penelitian dan pengembangan
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 3
kebijakan di bidang pendidikan, melalui mekanisme kerjasama baik antar JARLIT
daerah maupun dengan JARLIT Pusat. Dengan kata lain, pembentukan JARLIT
dimaksudkan untuk menyusun usulan kebijakan pimpinan daerah yang sinkron dengan
kebijakan pendidikan nasional yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, situasi, dan
kondisi daerah. Penyusunan usulan kebijakan tersebut dilakukan atas dasar hasil
penelitian kebijakan dan analisis sektor pendidikan. Dengan cara demikian maka
kebijakan pimpinan daerah dapat ditetapkan atas dasar informasi dan fakta yang akurat
dari lapangan (Informed Decision Making).
2. Tujuan a. Umum
Tujuan umum Jarlit dikembangkan dengan tujuan untuk menjadi wahana yang
membantu Pemerintah Daerah dalam memecahkan masalah kebijakan pendidikan di
daerah khususnya memberikan arahan dan informasi mengenai tata cara pelaksanaan
penelitian dari Tim Jarlit Kabupaten kepada Guru Pembimbing Penelitian di sekolah
tingkat SMU dan SMK dalam rangka upaya untuk: (i) memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan SDM Jarlit Pendidikan sekolah SMU dan SMK di Kabupaten
Lampung Tengah dalam melaksanakan penelitian kebijakan pendidikan, dan (ii)
memiliki kemampuan untuk merumuskan saran kebijakan pendidikan atas dasar hasil
penelitian sebagai bahan masukan dalam penetapan kebijakan pendidikan di tingkat
pusat dan daerah.
b. Khusus
Secara khusus tujuan pengembangan Jarlit adalah:
1. meningkatkan mutu dan relevansi kebijakan pendidikan daerah;
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 4
2. meningkatkan mutu dan relevansi bahan kebijakan pendidikan nasional, dan
3. membantu dalam sinkronisasi kebijakan pendidikan nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota melalui networking atau jaringan kerjasama.
3. Hasil yang diharapkan a. Output
Jarlit untuk jangka panjang diharapkan dapat menemukan pola kerjasama yang
saling menguntungkan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
pembangunan pendidikan. Keuntungan tersebut bagi Pemerintah khususnya untuk
Puslitjak, Balitbang Kemdiknas sebagai koordinator Jarlit secara nasional – antara
lain adalah:
o Dapat memanfaatkan Jarlit Daerah sebagai mitra dalam pelaksanaan penelitian-
penelitian yang dilaksanakan
o Dapat menghimpun hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Jarlit Daerah, yang
selanjutnya dianalisis untuk memberikan masukan kepada pimpinan kementerian
b. Outcome
Meningkatnya kemampuan Jarlit Kabupaten Lampung Tengah dalam melaksanakan
penelitian terkait kebijakan Pemerintah dan semakin meningkatnya penelitian yang
dilakukan oleh siswa sekolah menengah dan masyarakat umum.
c. Benefit
Mutu hasil penelitian kebijakan Pemerintah Daerah semakin meningkat.
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 5
d. Impact
Pembangunan pada berbagai bidang di kabupaten Lampung Tengah yang
bersangkutan dapat dilaksanakan dengan tepat berdasarkan masukan hasil analisis
dan penelitian kebijakan.
I.2. Lingkup Kegiatan
Jarlit dikembangkan dengan visi dan misi Kabupaten Lampung Tengah yaitu
Terwujudnya Lampung Tengah sebagai “Bumi agribisnis” yang maju, sejahtera, dan
berwawasan lingkungan, dengan pelayanan publik yang berkualitas prima. Lingkup
kegiatan Jarlit yang dilakukan di Kabupaten Lampung Tengah meliputi kegiatan
sosialisasi dan koordinasi kelembagaan jarlit, kegiatan Apresiasi Lomba Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Terapan, serta pertukaran informasi jarlit bidang
pendidikan.
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 6
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Dasar
- Keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor : 23/KPTS/B.b.VII.05/2017 tentang
Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Konsolidasi Forum Jaringan
Penelitian di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2017.
2. 2. Hasil
Kabupaten Lampung Tengah dengan luas wilayah 4789,82 Km2 memiliki jumlah
penduduk 1.261.498 orang yang tersebar di 28 kecamatan, 297 kampung dan 10
kelurahan. Adapun jumlah sekolah di Kabupaten Lampung Tengah dapat
dikelompokkan pada tabel di bawah ini (rincian terlampir) :
Tabel 1. Jumlah Sekolah di Kabupaten Lampung Tengah
No KELOMPOK SEKOLAH JUMLAH
1. PAUD 594
2. SD/MI 808
3. SMP/MTS 313
4. SMA/MA 133
5. SMK 73
Sumber : Data Referensi Pendidikan Kemendikbud Tahun 2017
Di Kabupaten Lampung Tengah telah dibentuk Tim Pengarah dan Tim Pelaksana
Konsolidasi Forum Jaringan Penelitian berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Tengah
Nomor : 23/KPTS/B.b.VII.05/2017. Tim tersebut memiliki tugas sebagai berikut :
A. Tim Pengarah
a. Memberi pengarahan kepada tim pelaksana dalam rangka Kegiatan Konsolidasi
Forum Jaringan Penelitian di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2017.
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 7
b. Melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan Tim Pelaksana dalam
melaksanakan kajian berdasarkan laporan yang disampaikan secara berkala oleh
Tim Pelaksana.
B. Tim Pelaksana
a. Merencanakan, melaksanakan kegiatan Penelitian dan Pengembangan yang
berkualitas;
b. Mengkoleksi hasil-hasil penelitian di Kabupaten Lampung Tengah;
c. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan
instansi terkait;
d. Melakukan konsultasi dengan Pemerintah Pusat dan institusi terkait.
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 8
Gbr. 1. Peta Administrasi Kabupaten Lampung Tengah
Pelaksanaan kegiatan Konsolidasi Jaringan Penelitian Pendidikan ini
berlangsung selama 12 bulan, bulan Januari hingga bulan Desember 2017 Kegiatan ini
meliputi :
1. Kegiatan Lomba Penelitian.
Kelompok sasaran kegiatan ini adalah siswa-siswa SMA/SMK sederajat dan
masyarakat umum. Tujuan diadakannya kegiatan lomba antara lain :
- Ditemukannya paket hasil teknologi terapan yang orisinil maupun
pengembangan dari paket hasil teknologi yang telah ada, yang spesifik lokasi
dan bersumber daya lokal.
- Menghasilkan para peneliti-peneliti muda baik dari kalangan masyarakat umum
maupun siswa-siwa SMA/SMK sederajat di Kabupaten Lampung Tengah yang
memiliki daya kreatifitas dan inovasi yang tinggi terhadap teknologi.
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 9
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
- Meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat akan pentingnya peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
- Memacu daya kreatifitas dan inovasi masyarakat terhadap teknologi.
- Menghasilkan produk-produk teknologi yang dapat dikembangkan dan
diterapkan ke masyarakat sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi
Pemerintah Daerah dan masyarakat Lampung Tengah.
2.3 Sumber Dana
Sumber dana untuk kegiatan Jaringan Penelitian Kabupaten Lampung Tengah
dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Tengah
yang tertuang dalam DPA Tahun Anggaran 2017 Perda Nomor : 13 Tahun 2016
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017.
2.4 Realisasi Dana
Realisasi dana Anggaran Biaya Kegiatan Jaringan Penelitian Bappeda Tahun
Anggaran 2017 dari 01 Januari 2017 sampai dengan 31 Oktober 2017 pada APBD
Bappeda Kabupaten Lampung Tengah adalah sebagai berikut :
URAIAN JUMLAH DANA
REALISASI
%
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 10
Belanja ATK Belanja Cetak Belanja Penggandaan Belanja Makan dan Minum Rapat Perjalanan Dinas Dalam Daerah Perjalanan Dinas Luar Daerah
Rp. 4.753.200,- Rp. 6.125.000,- Rp. 6.496.800,- Rp. 8.750.000,- Rp. 4.000.000,- Rp. 9.875.000,-
Rp. 4.753.200,-
Rp. 6.125.000,- Rp. 6.496.800,- Rp. 8.750.000,- Rp. 4.000.000,- Rp. 9.875.000,-
100 100 100 100 100 100
JUMLAH Rp 40.000.000 Rp. 40.000.000 100
2.5 Penyerapan Dana dan Hambatan
Penyerapan dana yang dibiayai oleh APBD untuk pelaksanaan Kegiatan
Jaringan Penelitian sebesar Rp.40.000.000,00 ; adalah sebesar
Rp. 40.000.000,00 dengan realisasi 100 %.
LAPORAN JARLIT 2017 Halaman 11
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kemandirian daerah yang semakin meningkat sebagai dampak keberhasilan
program otonomi daerah memerlukan media untuk membangun kemitraan baik
vertikal maupun horizontal. Jarlit merupakan salah satu media potensial yang akan
mampu menjadi penghubung antar lembaga pendidikan baik vertikal maupun
horizontal tersebut, sehingga kegiatan pendidikan terutama di Kabupaten Lampung
Tengah dapat berjalan secara sinergis.
3.2. Saran
Peningkatan koordinasi jaringan penelitian (jarlit) yang efektif perlu dilakukan
dalam rangka pengoptimalan fungsi jarlit itu sendiri. Diharapkan pada akhirnya nanti
usulan-usulan kebijakan (policy advice dan policy alternatives) yang dihasilkan jarlit
mampu mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pendidikan dasar dan
menengah yang lebih sesuai dengan kebutuhan, potensi, serta situasi dan kondisi
daerah Kabupaten Lampung Tengah.
Demikian Laporan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Jarlit Tahun Anggaran 2017
yang dapat disampaikan oleh Tim Sekretariat Jaringan Penelitian Kabupaten Lampung
Tengah atau pada Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)
Kabupaten Lampung Tengah. Semoga dapat bermanfaat dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
ALAT POTONG RUMPUT
LAPANGAN MENGGUNAKAN
TENAGA BATERAI
OLEH :
Rahman Hidayat Tuloh, Ghivar Ananta Wijaya, Fathin Nurraini
ABSTRAK
Alat potong rumput lapangan menggunakan
tenaga baterai ini jarang sekali di temukan
di daerah lampung tengah bahkan mungkin
tidak ada sama sekali alatseperti ini. Hal ini
yang membuat rumput di lapangan olah
raga terlihat lebat dan tidak nyaman saat
digunakan. Karena tidak adanya alat ini,
membuat lapangan terlihat tidak indah dan
tidak nyaman untuk dipakai.
Melihat fenomena ini saya memiliki ide,
yaitu membuat “Alat Potong Rumput
lapangan menggunakan tenaga baterai”.
Komponen untuk pembuatan alat ini yaitu,
baterai, motor BLDC, motor blower AC,
roda, controller sinewave, kabel, mata
potong, dan besi. Komponen yang dapat
di jumpai di toko-toko ini akan membuat
masyarakat lampung tengah dapat dengan
mudah menemuinya.
Alat potong rumput lapangan ini
dioperasikan oleh satu operator saja dengan
menghidupkan MCB, lalu dengan
menggunakan selector switch dapat
memilih menggunakan handle gas atau
dengan potensio untuk mengatur kecepatan
motor BLDC.
Bila ide saya ini dikembangkan dan
diperbanyak jumlah untuk pembuatan Alat
Potong Rumput Lapangan Menggunakan
Tenaga Baterai, sedikit demi sedikit
masalah di lampung tengah tentang
keindahan lapangan dan penggunaan
bahan bakar akan mulai berkurang.
Kata kunci: alat potong rumput, baterai,
motor BLDC
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kegiatan pemeliharaan
lapangan rumput yang sangat penting
adalah pemotongan rumput. Pemotongan
rumput juga sangat berkaitan erat
dengan aspek kegiatan pemeliharaan
yang lain (Tjahjono, 1994). Lapangan
olahraga seperti lapangan sepak bola
dan lapangan futsal outdoor pada
umumnya luas dan berumput. Curah
hujan yang tinggi menyebabkan
terjadinya pertumbuhan rumput yang
cepat terutama area lapangan olahraga
seperti lapangan sepak bola dan lapangan
futsal outdoor.
Pada awalnya, alat pemotongan rumput
masih menggunakan alat tradisional
yaitu menggunakan sabit. Keuntungan
menggunakan sabit adalah murah dan
praktis. Akan tetapi, cara ini
membutuhkan waktu yang sangat lama
serta hasil pemotongan yang tidak rata.
Seiring berjalannya waktu, memotong
rumput menggunakan sabit dianggap
kurang efektif. Masyarakat beralih
menggunakan mesin slasher manual
yang pengoperasiannya dibutuhkan
keahlian khusus. Mesin slasher ini dapat
digunakan untuk daerah yang relative
datar atau miring, bahan bakar dari alat ini
yaitu campuran dari bensin dan oli dan
juga penggunaan mesinnya masih
digendong. Keuntungan dari alat ini
adalah memotong dengan cepat dan
merata, namun jika digunakan terlalu
lama dapat mengganggu kesehatan
penggunanya terutama gangguan
kesehatan bagian punggung. Selain itu,
dibutuhkan safety helmet, safety googles
dan safety shoes untuk mencegah resiko
terkenanya be nda-benda tajam seperti
batu, pecahan kaca, dan paku.
Kebutuhan akan alat pemotongan
rumput yang bersifat cepat, aman,
nyaman, efisien, ramah lingkungan serta
dapat diaplikasikan di berbagai area
lapangan olahraga seperti lapangan sepak
bola dan lapangan futsal outdoor.
Dalam hal ini penyusun hendak
membuat “Alat Potong Rumput
Lapangan Menggunakan Tenaga Baterai”.
Penggunaan alat ini akan memper cepat
proses pemotongan rumput di lapangan
olahraga khususnya lapangan sepak bola
dan lapangan futsal outdoor di lampung
tengah.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut
dapat diidentifikasikan beberapa
masalah diantaranya adalah:
a. Masih digunakannya bahan
bakar minyak yang kurang
ekonomis, dan tidak ramah
lingkungan.
b. Pemakaian slasher manual
memiliki potensi kecelakaan
kerja dan
c. Dibutuhkan campuran oli untuk
bahan bakar mesin slasher manual.
1.3 BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penulisan karya
ini adalah:
a. Alat ini hanya digunakan untuk
permukaan tanah yang datar,
tidak digunakan untuk permukaan
tanah yang bergelombang dan
sempit.
b. Menggunakan baterai 12V 12Ah
sebagai sumber energi dari Alat
Potong Rumput Lapangan
Menggunakan Tenaga Baterai.
c. Motor penggerak menggunakan
motor BLDC 350 Watt tipe hub
velgmotor.
d. Rancang bangun dibuat dengan
menggunakan frame/rangka motor
listrik bekas dengan memodifikasi
bagian rangka.
e. Pengoperasian alat ini hanya
untuk satu operator saja dengan
berat maksimal 70 kg.
f. Penggunaan alat hanya untuk
perawatan lapangan dengan
ketinggian rumput maksimal 20
cm.
1.4 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penulisan karya
ini mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana cara kerja Alat
Potong Rumput Lapangan
Menggunakan Tenaga Baterai?
b. Bagaimana cara pengoperasian
Alat Potong Rumput Lapangan
Menggunakan Tenaga Baterai?
c. Bagaimana perbandingan
pemotongan rumput slasher
manual dengan Alat Potong
Rumput Lapangan Menggunakan
Tenaga Baterai?
1.5 TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas, tujuan
pembuatan alat ini adalah:
a. Mengetahui cara kerja Alat Potong
Rumput Lapangan Menggunakan
Tenaga Baterai.
b. Mengetahui cara pengoperasian Alat
Potong Rumput Lapangan
Menggunakan Tenaga Baterai.
d. Mengetahui perbandingan
pemotongan rumput slasher
manual dengan
Alat Potong Rumput Lapangan
Menggunakan Tenaga Baterai.
1.6 MANFAAT
Manfaat dari perancangan dan
pembuatan Alat Potong Rumput
Lapangan Menggunakan Tenaga Baterai
ini sebagai berikut :
a. Dapat mendorong dan
mengembangkan ide-ide baru untuk
mencari metode terbaik dalam proses
pengembangan teknologi energi
alternatif.
b. Alat ini membantu masyarakat untuk
mempermudah proses pemotongan
rumput dengan waktu yang tidak
lama.
BAB II
LANDASAN TEORY
2.1 Motor BLDC
Motor BLDC adalah motor yang menyatu
dengan velg roda. Motor
DC tanpa sikat (Brushless)
menggunakan komponen kendali
MOSFET(metal oxide silicon field
effect transistor) untuk menggerakan motor. Tingkat kebisingan motor jenis
ini rendah karena putarannya halus dan
tanpa sikat.
Pemberian arus pada stator BLDC
menggunakan pewaktuan komutasi yang
bertujuan untuk menciptakan medan
magnet putar stator untuk menarik dan
mendorong magnet rotor. Untuk
menggantikan fungsi sikatpada motor
BMDC (Brushed Motor Direct Current)
untuk menentukan timing komutasi yang
tepat, maka pada motor BLDC
diperlukan 3 buah sensor hall effect.
Sensor hall effect adalah sensor magnetik
yang mengubah sinyal informasi magnet
menjadi sinyal listrik untuk diproses oleh
rangkaian elektronika. Motor BLDC
wajib menggunakan controller untuk
dapat berputar.
2.2 Motor Fan Blower AC (Air
Conditioner) Mobil
Motor fan blower AC (Air Conditioner)
mobil adalah suatu jenis motor listrik DC
(Direct Current) yang berfungsi sebagi
pengubah energi listrik menjadi energi
mekanik untuk memutar fan blower
sebagai pendingin kabin/ruangan pada
mobil dengan putaran yang dapat diatur
kecepatannya
sesuai suhu yang diinginkan oleh
pengendara. Motor listrik jenis ini adalah
jenis brushed yang menggunakan
kumparan yang berperan sebagai rotor
lalu magnet permanen berperan sebagai
stator.
2.3 Mata Potong
Mata potong merupakan alat potong yang
digunakan untuk memotong rumput
dalam proses pemotongan rumput. Fungsi
utama dari mata potong adalah untuk
memotong rumput.
2.4 Baterai
Baterai adalah sebuah alat yang dapat
menyimpan energi listrik dalam bentuk
energi kimia dan terdiri dari plat–plat
yang dibuat dari spons-timah dan super
oksida-timah, direndam dalam cairan accu
(asam belerang yang berkekuatan kira–
kira 10%). Campuran ini mempunyai
sifat dapat menimbulkan reaksi kimia
kalau dihubungkan dengan aliran listrik.
Baterai tidak menghasilkan energi
listrik, melainkan menyimpannya untuk
digunakan sesuai kebutuhan. Tiap-tiap
baterai memiliki tegangan dengan satuan
V (Volt) dan kapasitas yang dinyatakan
dengan satuan Ah (Amperehour).
2.5 Controller Sinewave
Controller sinewave adalah controller
yang memutar putaran motor BLDC
dengan sistem gelombang sinus, hall ini
memiliki keunggulan motor akan berputar
nyaris tanpa suara, power lebih besar
dan efisiensi lebih tinggi.
2.6 Handle Gas Tarik
Handle gas tarik merupakan alat yang
digunakan mengatur putaran motor
BLDC melalui controller BLDC.
2.7 Pipa Besi
Pipa besi merupakan material yang
digunakan sebagai penyusun rangka
yang berfungsi sebagai tempat
terpasangnya komponen-komponen mesin
dan sekaligus menahannya. Material
pipa mempunyai berbagai macam jenis
dan penggunaan yang berbeda-beda.
Pipa-pipa ini antara lain Schedule 40,
Schedule 80, Conduit, Steam less boiler,
pipa galvanis, dan Square and
Rectangular Tube.
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Prinsip kerja
Secara umum, Alat Potong Rumput
Lapangan Menggunakan Tenaga Baterai
ini terbagi menjadi dua sistem, yaitu
sistem mekanik alat potong dan sistem
elektrik pada rangkaian kontrol. Sistem
mekanik meliputi komponen penggerak
yang berfungsi untuk memotong
rumput dengan rapi dan rata.
Sedangkan sistem elektrik juga terbagi menjadi beberapa bagian yaitu motor
BLDC, motor 12V DC, dan rangkaian
controller untuk motor BLDC. Sistem
mekanik ini menggunakan mata potong
dengan dimensi panjang 50 cm, lebar 5
cm dan tebal 2 mm. Kerangka dari mesin
ini menggunakan rangka motor listrik
bekas dengan memodifikasi bagian
rangkanya dan juga menggunakan besi
pipa silindris dan hollow yang mudah
ditemui pada toko material.
Sistem elektrik atau kelistrikan dari
alat ini berawal dari tegangan
sumber/arus sumber dari baterai 12V
12Ah. Baterai ini sendiri difungsikan untuk menyuplai beberapa komponen
kelistrikan seperti untuk motor BLDC
dan motor 12V DC untuk pemotongan
rumput.
3.2 Flow Chart Cara Kerja Alat
3.3 Keuntungan dan Kelemahan
Adapun keuntungan dari alat ini sebagai
berikut:
a. Dapat memotong rumput dengan skala
besar.
b. Pemotongan rumput cepat, aman, dan
nyaman untuk operator.
c. Tidak membutuhkan tenaga yang besar dari operator.
d. Memotong rumput dengan rapi dan
rata.
Adapun kelemahan dari alat ini sebagai
berikut:
a. Tegangan baterai tidak boleh langsung
habis.
b. Tidak boleh terkena air karena
beberapa komponen bersifat listrik.
3.4 Rancang bangun alat
Dalam pembuatan mesin/alat ini, terdapat 2 proses perancangan yaitu
membuat rancangan mekanik dan
rancangan kelistrikan.
1. Komponen untuk perancangan mekanik
a. Kerangka Motor Listrik, bagian ini
adalah kerangka bekas motor listrik
yang di modifikasi kembali.
b. Roda, bagian ini adalah roda depan
sebagi tempat meletakkan motor
BLDC dan meneruskan putaran motor
BLDC.
c. Mata Potong, sebagai mata potong
pada saat proses pemotongan rumput.
d. Poros, sebagai poros kedua roda
belakang.
e. Bearing, difungsikan sebagai bantalan pada poros roda.
f. Pipa Besi, sebagai penyusun rangka
yang berfungsi sebagai tempat
terpasangnya komponen-komponen
mesin.
2. Komponen untuk perancangan
kelistrikan
a. Motor BLDC 350W tipe hub
velgmotor, bagian yang terhubung oleh
velgmotor yang berfungsi sebagai
penggerak motor listrik.
b. Controller sinewave BLDC 350W,
controller yang memutar putaran motor
BLDC yang berputar hampir tanpa
suara.
c. Handle gas tarik, sebagai pengatur
kecepatan putaran motor BLDC
melalui controller.
d. Kabel NYAF Ø 0.75, sebagai
penghantar arus listrik.
e. Skun Kabel tipe Y, sagian ini berfungsi
sebagai penghubung kabel ke Terminal
Blok.
f. Baterai 12V 12Ah, sumber tegangan
yang digunakan untuk menghidupkan
motor 12V DC dan motor BLDC.
g. Motor Fan Blower AC Mobil, sebagai
pemutar mata potong circle untuk
proses pemotongan rumput.
h. Terminal Blok, menghubungkan
sambungan antar kabel.
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
pengujian alat yaitu:
a. Pastikan baterai memiliki tegangan
yang cukup.
b. Jangan melakukan pemotongan rumput
jika cuaca tidak mendukung.
c. Rumput yang akan dipotong tidak
boleh basah.
4.1 Prospek t eknologi terapan
Bagi masyarakat lampung tengah,
dengan adanya alat ini akan sangat
membantu mempercepat proses
pemotongan rumput lapangan dengan
rapi.
Semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada
maka ide-ide dan kreativitas akan sering bermunculan. Alat ini akan
memberikan pengaruh yang cukup besar
dilingkungan masyarakat lampung tengah
terutama untuk proses pemotongan
rumput. Manfaat teknologi terapan ini juga akan berguna di segala bidang
termasuk pada bidang industri,
pendidikan, sosial budaya dan teknologi.
4.2 Manfaat teknologi terapan
Dapat meningkatkan cara berfikir masyar
akat yang lebih inovatif lagi, sehingga
memunculkan ide baru seperti alat yang
saya buat ini menjadi lebih banyak
keuntungannya dari pada kelemahannya.
4.2.1 Segi teknis dan segi ekonomis
Secara umum, alat ini memiliki sistem
mekanis yang cukup sederhana untuk
memudahkan masyarakat dalam
pembuatannya. Perakitan yang relatif
cukup mudah jika masyarakat ingin
membuat alat seperti ini sendiri. Selain itu alat ini aman, nyaman, dan mudah untuk
pengoperasiannya. Tentu saja alat ini di
desain semudah mungkin untuk menekan
biaya yang dikeluarkan untuk
pembuatannya. Sehingga alat ini dapat
dibuat oleh masyarakat dengan biaya
yang mudah di jangkau.
4.2.2 Segi sosial budaya
Dari segi sosial budaya maka masyarakat
akan dituntut untuk lebih aktif
mengeluarkan inovasi, kreasi dan ide
yang dapat berguna bagi perkembangan
alat ini. Masyarakat dari kalangan
manapun bisa menuangkan idenya untuk pengembangan alat ini.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Rekomondasi strategi penerapan
paket teknologi terapan
Curah hujan yang tinggi menyebabkan
pertumbuhan rumput yang cepat
terutama di area lapangan olah raga
seperti lapangan sepak bola dan lapangan
futsal outdoor. Masalah pertumbuhan
rumput merupakan masalah yang tidak
bisa dihindari. Maka dari itu untuk
mengurangi masalah tersebut dibuatlah
alat potong rumput lapangan
menggunakan tenaga baterai sehingga
dapat memperindah rumput lapangan dan
mengurangi penggunaan bahan bakar.
5.2 Prospek perkembangan kedepan
Perlu diadakannya pengembangan kreatifitas dan inovasi pada alat ini agar
menjadi lebih sempurna seperti
pengembangan pada kerangka dan mata
potong yang diperbesar agar
pemotongannya lebih cepat dan lebih
efisien waktu lagi serta dapat digunakan
diberbagai area.
5.3 Dampak bagi pengembangan
daerah
Masyarakat mampu melakukan sebuah
kreasi atau kreatifitas sehingga dapat
berfungsi dalam melakukan
pengembangan ide baru, terutama terhada
palat potong rumput lapangan yang
saya buat ini. Sehingga teknologi di lampung tengah dapat berkembang serta
dapat memperindah rumput lapangan
yang terdapat di lampung tengah.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Agung Widiantoro, Andi Rianto, Khusni
Fauzi, Oktrilia Silviyani, Rio
Yudhi Pratama. PROTOTYPE
GENERATOR LISTRIK TENAGA
GRAVITASI
BUMISEBAGAI SUMBER ENERGI
ALTERNATIF TERBARUKAN,
Politeknik Sugar Group Companies,
Lampung, 2016.
Gupito Budi Yuwono, ST. MESIN
MESIN LISTRIK DAN DASAR ARUS
KUAT, Politeknik Sugar Group
Companies. Lampung.
Umar, Tain Agus, Jatmiko.
PERANCANGAN MESIN LISTRIK
PEMOTONG RUMPUT DENGAN
ENERGI AKUMULATOR, 12:2.
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Solo, 2014.
RANCANG BANGUN ALAT
PENCETAK PAVING BLOCK
DENGAN METODE PRESS
MANUAL
Oleh :
Nada Vernando Suwanto, Renny Arlita Resmi, Sucia Lita, Wulan Puspita Dewy
ABSTRAK
Paving block merupakan salah satu
bahan yang banyak dibutuhkan di pedesaan
maupun perkotaan khususnya masyarakat
Lampung. Hal ini menimbulkan pengusaha
baru dalam pembuatan paving block.
Paving block adalah salah satu bagian dari
bahan bangunan yang banyak digunakan
sebagai bahan perkerasan baik untuk jalan,
trotoar maupun lahan parkir. Untuk
melakukan proses pembuatan Paving Block
ada cara yang lebih cepat, tepat, mudah
dalam pengoperasian, dan efisien yaitu
kami membuat ”Rancang Bangun Alat
Pencetak
Paving Block Dengan Metode Press
Manual”.Dengan memakai bantuan alat-alat
mekanik ini, tentu produksi paving block
bisa menjadi lebih banyak. Alat ini sangat
bermanfaat dan dibutuhkan dikalangan
masyarakat.
Sistem mekanis kerja dari alat ini
yaitu Alat pencetak paving block ini alat ini
menggunakan metode press dan dioperasikan
secara manual. Alat ini dilengkapi dengan
alat press yang terbuat dari sheet metal
dengan tebal 5 mm untuk membantu dalam
proses pemadatan adonan disaat proses
pencetakan. Alat ini juga dilengkapi dengan
hopper yang terbuat dari sheet metal dengan
tebal 1 mm, yang dipergunakan sebagai input
an adonan yang akan dicetak. Dibawah
hopper terdapat distributor yang berfungsi
untuk memindahkan adonan dari hopper
kedalam cetakan. Adonan dicetak dibantu
dengan menggunakan handle dan stopper
sebagai pembatas.
Bagi masyarakat Lampung,
khususnya Kabupaten Lampung Tengah
alat ini sangat membantu dalam
mempermudah proses pencetakan paving
block dengan menggunakan metode press
dari pada menggunakan cara tradisional
yaitu menggunakan alat cetak manual yang
proses pengerjaannya kurang efektif dan
kurang praktis.
Kata kunci : Paving Block, Press, Manual
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Sektor industri merupakan salah satu sektor
penting dalam pembangunan perekonomian
di Indonesia. Berbagai macam industri
mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Salah satu bidang industri yang
berkembang adalah pembangunan
infrastruktur dan property yang
membutuhkan material salah satunya adalah
paving block (Aspal berbentuk blok).
Paving block sebagai pengganti aspal sudah
dikenal luas oleh masyarakat untuk
membangun sarana prasarana pribadi
maupun umum. Hal ini karena pemakaian
paving block memberikan peresapan air
tanah lebih baik dari pada aspal maupun
lantai beton. Oleh karena itu paving block
menjadi material bangunan yang penting
dalam pembangunan fasilitas umum.
Paving block mulai dikenal dan dipakai di
Indonesia terhitung sejak tahun 1977/1978.
Paving block sendiri mempunyai
beberapa variasi bentuk untuk memenuhi
selera pemakai. Penggunaan paving block
ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan,
misalnya digunakan sebagai tempat parkir,
terminal, jalan setapak dan juga perkerasan
jalan di komplekskompleks perumahan
serta untuk keperluan lainnya. Paving block
merupakan produk bahan bangunan dari
semen yang digunakan sebagai salah satu
alternatif penutup atau pengerasan
permukaan tanah. Untuk melakukan proses
pembuatan Paving Block ada cara yang
lebih cepat, tepat, mudah dalam
pengoperasian, dan efisien yaitu membuat
”Rancang Bangun Alat Pencetak Paving
Block Dengan Metode Press Manual”.
Dengan memakai bantuan alat-alat mekanik
ini, tentu produksi paving block bisa
menjadi lebih banyak. Alat ini sangat
bermanfaat dan dibutuhkan dikalangan
masyarakat.
Tujuan Tujuan pembuatan alat pencetak
paving block ini adalah : 1. Masyarakat
mengetahui proses rancang bangun sebuah
alat. 2. Masyarakat mengetahui cara
pemakaian alat pencetak paving block.
3. Masyarakat mengetahui waktu yang
digunakan dalam proses pengerjaan
pencetak paving block. 4. Masyarakat
mengetahui kualitas hasil cetak produk
paving block (kekuatan & ukuran) dengan
cara mengecek dan mengukur kembali
dimensi yang sudah dicetak.
Manfaat 1. Meningkatkan kualitas,
kuantitas dan keamanan dalam proses
mencetak paving block sehingga
menghasilkan paving block yang baik. 2.
Sebagai bahan masukan tentang penerapan
ilmu statistika dalam pengendalian kualitas
dan memberikan informasi dalam rangka
pelaksanaan program peningkatan kualitas
produksi paving block. 3. Memberikan
kemudahan masyarakat dalam pembuatan
paving block. 4. Penghematan waktu dan
biaya dalam proses pencetakan paving
block.
B. DESKRIPSI 1. Metode Penelitihan a.
Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan
untuk memperoleh data atau informasi yang
dibutuhkan dalam pembuatan alat pencetak
paving block dengan metode press manual
ini. b. Tahap Pengambilan Dokumentasi
Dalam tahap ini, pengambilan dokumentasi
dilakukan oleh pribadi yaitu pada saat
proses pengerjaan alat. Dokumentasi berupa
foto dan video. c. Metode Pengumpulan
Data 1. Metode Studi Pustaka Metode studi
pustaka yaitu mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan pembuatan pencetak
paving block ini.
2. Metode Internet Metode Internet adalah
metode dengan cara mencari sumbersumber
dan mengumpulkan materi atau data-data
yang menunjang dalam pembuatan
pencetak paving block ini melalui media
internet.
2. Deskripsi/gambaran mengenai benda
kerja atau alat Alat pencetak paving block
ini terbuat dari plat, plat besi hitam, pipa
kotak, dan komponen tambahan lainnya.
Alat ini menggunakan metode press dan
dioperasikan secara manual. Alat ini
dilengkapi dengan alat press yang terbuat
dari sheet metal dengan tebal 5 mm untuk
membantu dalam proses pemadatan adonan
disaat proses pencetakan. Alat ini juga
dilengkapi dengan hopper yang terbuat dari
sheet metal dengan tebal 1 mm, yang
dipergunakan sebagai input an adonan yang
akan dicetak. Dibawah hopper terdapat
distributor yang berfungsi untuk
memindahkan adonan dari hopper kedalam
cetakan. Adonan dicetak dibantu dengan
menggunakan handle dan stopper sebagai
pembatas.
3. Prinsip Kerja atau Prosedur Alat Prinsip
kerja dari pencetak paving block ini adalah
ketika handle di tekan mencapai stopper
maka paving block memiliki daya tekan
yang padat. Setelah padat handle dinaikkan
perlahan dan paving block yang telah
tercetak akan naik. Hasil paving block yang
belum mencapai ukuran dimensi maka
paving block di masukkan kembali di dalam
adonan.
4. Cara Pengoperasian Alat Langkah kerja
alat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Start
(Mulai) melakukan proses pencetakan
Paving Block. 2. Siapakan bahan adonan
semen yang sudah selesai diolah. 3.
Masukan adonan tersebut kedalam hopper.
4. Adonan yang sudah masuk ke dalam
hopper akan turun dan masuk kedalam
distributor. Dengan cara ditarik dan dorong
dengan cara
berulang-ulang sampai cetakan terisi penuh.
5. Setelah terisi penuh tuas/handle di
turunkan ke bawah sampai pada batasannya
(stopper). 6. Proses melakukan
pengepressan. 7. Naikan kembali
tuas/Handle sampai maksimal, otomatis
Paving Block yang sudah jadi di press akan
naik ke atas. 8. Proses pengepressan selesai.
4. Gambar Bentuk Fisik
Spesifikasi Alat ; Kapasitas Alat : 2 hasil
1 kali cetakan. Dimensi alat : 1030 x 400
x 1036 (mm) Material Casing : Ms sheet (t
= 1 dan 5 mm) Material rangka : Profil
kotak (hollow) 40 x 40 (mm) Penggerak :
Handle/tuas diameter 1 inch
5. Kapasitas Alat
Alat ini dimasukkan dengan adonan yaitu
campuran semen, pasir dan air melalui
hopper. Kapasitas alat ini mampu
menghasilkan output mencapai sekitar 20
buah paving block per 10 menit.
6. Keunggulan Alat Keunggulan dari alat
pencetak paving block ini adalah : 1. Proses
pencetakan lebih cepat dibandingkan
dengan proses pencetakan manual
menggunakan alat cetak. 2. Menghasilkan
kualitas paving block yang sama. 3. Alat ini
tidak menggunakan biaya energi tambahan
seperti biaya energi listrik. 4. Mudah saat
pengoperasian dan perawatan. 5. Alat
bersifat moveable sehingga dapat dipindah
ke tempat yang diinginkan.
7. Kelemahan dari alat pencetak paving
block ini adalah : 1. Hanya dapat mencetak
maksimal 2 buah paving block per sekali
cetak. 2. Alat ini masih dioperasikan secara
manual.
C. PENGUJIAN DAN ANALISIS
PENERAPAN
1. Prospek dan Manfaat Paket Teknologi
Terapan Bagi masyarakat Lampung,
khususnya Kabupaten Lampung Tengah
alat ini sangat membantu dalam
mempermudah proses pencetakan paving
block dengan menggunakan metode press
dari pada menggunakan cara tradisional
yaitu menggunakan alat cetak manual yang
proses pengerjaannya kurang efektif dan
kurang praktis. Maka dari itu alat ini dibuat
untuk mengatasi masalah tersebut sehingga
proses pencetakan paving block dapat
dilakukan dengan lebih cepat, tepat, dan
hasil cetakan berkualitas baik. Alat ini
menjadi alternatif bagi masyarakat dalam
proses pencetakan paving block. Alat
pencetak paving block merupakan teknologi
terapan yang dibutuhkan masyarakat saat
ini.
2. Analisis Segi Teknis dan Ekonomi
Secara umum, pengoperasian alat pencetak
paving block ini sangat sederhana.
Perakitan alat ini sangat mudah. Tentu saja
alat ini didesain seefektif mungkin untuk
menekan harga jual namun tidak
mengurangi kualitas yang diinginkan.
Sehingga alat ini bisa dijangkau oleh
masyarakat karena harga jual yang relatif
murah.
3. Analisis Segi Sosial Budaya Dari segi
sosial budaya maka masyarakat akan
dituntut untuk lebih aktif dalam hal
mengembangkan inovasi dan ide yang
dapat berguna bagi perkembangan alat ini.
Masyarakat dari kalangan manapun akan
bisa membuat sesuai keinginan dan
kebutuhan mereka masing-masing. Dengan
begitu lapangan pekerjaan akan bertambah
dan masyarakat yang masih belum memiliki
pekerjaan akan mendapatkan pekerjaan.
Sehingga angka pertumbuhan bagi
pengangguran akan dapat ditekan.
D. KESIMPULAN 1. Rekomendasi Strategi
Penerapan Paket Teknologi Terapan
Perkembangan pembangunan infrastruktur
dan property menyebabkan peningkatan
kebutuhan bahan bangunan yang berarti
juga peningkatan kebutuhan akan paving
block. Proses pencetakan paving block
masih menggunakan cara tradisional yaitu
menggunakan alat cetak yang
membutuhkan tenaga lebih, proses
pembuatan yang lama, kurang cepat, dan
kurang praktis. Oleh sebab itu dengan
adanya teknologi untuk mengatasi masalah
tersebut dibuatlah alat pencetak paving
block sehingga dapat membantu
masyarakat.
2. Prospek Pengembangan Ke Depan
Prospek pengembangan alat pencetak
paving block ini ke depannya sangat
dibutuhkan. Perlu diadakannya
pengembangan/inovasi pada alat ini agar
menjadi lebih sempurna, seperti
pengembangan konstruksi mesin agar lebih
efisien. Kemudian, lebih efisien dalam
pengeluaran biaya pembuatan
alat pencetak paving block ini, dan adanya
kreasi terhadap alat pencetak paving block
untuk memperlengkap fungsi alat.
3. Dampak Bagi Pembangunan Daerah
Dampak bagi pembangunan daerah yaitu
berkembangnya teknologi di bidang
pembangunan, bidang industri, dan bidang
ekonomi. Maka dari itu pembangunan
daerah dan perindustrian daerah akan
menjadi lebih baik karena tidak terjadi
hambatan dalam proses pembangunan
infrastruktur dan property. Dalam segi
ekonomi, pendapatan petani juga meningkat
karena peningkatan kebutuhan daerah
dalam proses pembangunan infrastruktur
dan property. E. DAFTAR PUSTAKA
Ilham, 2012, Teknik Mesin Industri.
Surakarta: Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. Setyo. A. P,
2012, Teknik Mesin. Yogyakarta: Fakultas
Teknik Universitas Yogyakarta.
Robbi. P. W, 2016, Metode Pembuatan
Paving Block. FakultasTeknik UMP.
Sidharta. S. K, 1980, Statika.Cetakan
Ketiga. Jakarta. Hary. Prasetyo, 2012,
Teknik Mesin.Surakarta : Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. K. Gieck, 2005,
Kumpulan Rumus Teknik. Jakarta.
Sularso, MSME, Elemen Mesin. Jakarta:
PT. Pradnya
Paramita, Cetakan Kesembilan.
F. LAMPIRAN
Pemanfaatan Daun Bambu Jepang
(Schizostachyum longispiculatum)
Kering Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Tas Punggung
ABSTRAK
Pemanfaatan Daun Bambu Jepang
(Schizostachyum longispiculatum) Kering Sebagai Bahan Baku Pembuatan Tas
Punggung Oleh : Natalia Danayati
Email : [email protected]
Berdasarkan pengamatan penulis, daun
bambu jepang kering yang berjatuhan
hanya dibiarkan menumpuk di bawah
tumbuhan bambu dan terkadang dibawa ke
pembuangan akhir sampah, kemudian
dibakar. Selain itu, menurut pengamatan
penulis, mayoritas masyarakat
menggunakan tas punggung sebagai tempat
untuk membawa suatu barang. Sehubungan
dengan hal tersebut, penulis memanfaatkan
daun bambu jepang sebagai bahan baku
pembuatan tas punggung.
Metodologi yang penulis gunakan adalah
berbasis produk. Cara membuat produk
tersebut adalah dengan mempersiapkan alat
dan bahan, kemudian membuat lapisan
pertama dan kedua daun bambu kering, lalu
lapisan tersebut dan kain kanvas digunting
sesuai dengan pola yang telah disiapkan dan
yang terakhir dijahit hingga manjadi tas
punggung.
Berdasarkan hasil pembuatan yang
dilakukan penulis, daun bambu jepang
kering dapat dijadikan tas punggung dan tas
punggung ini dapat digunakan untuk
membawa barang.
Kata Kunci : Daun Bambu Jepang,
Kering, Bahan Baku, Tas Punggung
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daun bambu kering merupakan daun
bambu yang sel-sel penyusunnya telah
mati dan daun tersebut tidak berair. Jenis
tumbuhan ini seperti, tumbuhan bambu
jepang (Schizostachyum
longispiculatum) pun tumbuh di wilayah
belakang cafe SMA Sugar Group. Daun
bambu jepang kering yang berjatuhan
hanya dibiarkan menumpuk di bawah
tumbuhan bambu dan terkadang
tumpukan daun bambu jepang kering
tersebut dibawa ke pembuangan akhir
sampah, kemudian dibakar. Pembakaran
menimbulkan asap yang dapat
menyebabkan polusi udara. Sehingga,
penulis memiliki ide untuk
memanfaatkan daun bambu jepang
sebagai bahan baku pembuatan tas
punggung.
Pengolahan sampah daun kering
umumnya dijadikan pupuk kompos
seperti yang dilakukan murid-murid
SMAN 4 Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Mereka memproduksi pupuk kompos
dari hasil olahan dedaunan pohon-pohon
yang ditanam disekitar hutan mini
sekolah tersebut (Antara, 2017). Namun,
membuat tas punggung dipilih penulis
karena berdasarkan observasi, mayoritas
masyarakat memakai tas punggung
sebagai tempat untuk membawa suatu
barang. Tas punggung banyak digunakan
baik untuk membawa buku pelajaran
sekolah, barang-barang penting saat
berpergian maupun untuk bekerja. Tas
punggung lebih banyak dipilih
dibandingkan tas tangan karena tas
tangan hanya mengandalkan kemampuan
salah satu lengan untuk membawa beban
dari barang yang ada di dalam tas,
sedangkan membawa barang
menggunakan tas punggung
mengandalkan kekuatan punggung dan
kedua pundak yang membuatnya lebih
seimbang dalam membawa barang selain
itu, tas punggung didesain untuk
mendistribusikan beban berat diantara
otot-otot terkuat ditubuh (Shrader,
2013). Tas punggung biasanya terbuat
dari bahan denim, kulit sintetis, kulit
binatang, dan dolby yang memiliki harga
yang cukup tinggi. Hal ini yang
mendasari penulis untuk memanfaatkan
daun bambu kering sebagai bahan baku
pembuatan tas punggung.
Penulis terinspirasi oleh pengrajin yaitu
Supardi, warga asal Kebraon
Karangpilang, Surabaya yang membuat
souvenir berupa tas yang terbuat dari
anyaman eceng gondok yang
dikeringkan. Tas tersebut menjadi
souvenir untuk para turis asal Korea dan
Jepang. Penulis juga terinspirasi dari
sebuah kreasi tas selempang berbahan
daun mangga kering dan tas tangan yang
terbuat dari pelepah pisang kering.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang,
maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Apakah daun bambu jepang kering
dapat dijadikan bahan baku
pembuatan tas punggung ?
2. Bagaimana pembuatan tas punggung
berbahan baku daun bambu jepang
kering ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui apakah daun bambu
jepang kering dapat dijadikan bahan
baku pembuatan tas punggung.
2. Mengetahui pembuatan tas
punggung berbahan baku daun
bambu jepang kering.
D. Manfaat
Adapun manfaat tas punggung berbahan
baku daun bambu kering adalah sebagai
berikut.
1. Mengurangi penumpukan sampah
daun bambu jepang kering.
2. Produk ini dapat digunakan untuk
membawa barang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Bambu Jepang
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi ketiga (2002:130),
bambu merupakan tumbuhan
berumpun, berakar serabut yang
batangnya bulat berongga, beruas,
keras, dan tinggi (antara 10-20 meter),
digunakan sebagai bahan bangunan
rumah dan perabot rumah tangga.
Sedangkan bambu jepang merupakan
bambu yang berasal dari Jepang,
tumbuh merumpun, batang lurus
mirip kawat, meruncing, berukuran
tinggi mencapai 7,1 m, berdiameter 2-
10 cm, berwarna hijau dan dipenuhi
oleh bintik-bintik kekuningan.
Bambu merupakan tanaman
multifungsi karena banyak
dimanfaatkan manusia, baik untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga,
bahan bangunan, maupun sebagai
bahan baku industri termasuk
kerajinan. Bambu dapat digolongkan
sebagai multipurpose tree species /
jenis pohon serba guna (Kaleka,
2014).
Banyak sekali manfaat dari pohon
bambu mulai dari daun, batang, dan
tunas bambu. Pemanfaatannya seperti
dijadikan bambu lapis, bambu lamina,
papan semen, arang bambu, pulp,
kerajinan, sumpit, perkakas rumah
tangga, komponen bangunan,
makanan dan bahan alat musik
tradisional (Batubara, 2002).
Kerajinan yang dapat dibuat dari
bambu jepang seperti, tempat pulpen,
gantungan kunci, cup lampu,
keranjang, tas, topi, dan lain-lain.
Namun, dalam membuat kerajinan
sangat dibutuhkan keterampilan dan
kreatifitas agar dapat berguna dan
memiliki nilai jual.
Gambar II.1. Bambu jepang
Sumber : Dokumentasi Pribadi
B. Kering
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008:702) kering
merupakan tidak basah, tidak berair,
tidak lembab, tidak ada airnya lagi.
Suatu benda dapat dikatakan kering
jika benda tersebut tidak basah serta
tidak lembab, seperti daun kering.
Daun kering adalah daun yang sel-sel
penyusunnya sudah mati dan daun
tersebut tidak basah dan tidak berair.
C. Bahan Baku
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008:118), bahan adalah
barang yang akan dibuat menjadi
barang yang lain. Sedangkan bahan
baku merupakan barang untuk diolah
melalui proses produksi menjadi
barang jadi.
Bahan baku merupakan barang yang
penting dalam proses pembuatan
barang jadi. Menurut Hanggana
(2006:11), bahan baku merupakan
sesuatu yang digunakan untuk
membuat barang jadi, bahan pasti
menempel menjadi satu dengan
barang jadi.
Baroto (2005:52) mengatakan bahwa
bahan baku adalah barang-barang
yang terwujud seperti tembakau,
kertas, plastik, ataupun bahan lainnya
yang diperoleh dari sumber alam atau
dibeli dari pemasok, atau diolah
sendiri oleh perusahaan untuk
digunakan perusahaan dalam proses
produksinya sendiri.
D. Tas Punggung
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi ketiga (2002:1456),
tas merupakan kemasan atau wadah
yang berbentuk persegi, biasanya
bertali dan dipakai untuk menaruh,
menyimpan, atau membawa sesuatu.
Sedangkan tas punggung merupakan
tas yang dibawa dengan cara
digendong dipunggung.
Tas punggung dapat memudahkan
pemakainya untuk membawa barang
yang diinginkan sesuai kebutuhan.
Namun harus diperhatikan mengenai
beban yang dibawa agar sesuai
dengan kapasitas dari tas punggung
yang digunakan karena setiap tas
punggung memiliki kapasitas yang
berbeda, dari yang berkapasitas kecil
yang biasa digunakan untuk
membawa buku atau kosmetik sampai
berkapasitas besar yang biasa
digunakan untuk para pendaki
gunung.
Gambar II.2. Tas punggung
Sumber :
(store.pakaianfashionpria.com,17-11-
2016)
E. Rujukan Proyek/Produk Sejenis
Penulis membuat tas punggung
berbahan daun bambu jepang kering
yang sebelumnya terdapat tas tangan
berbahan bambu. Tas ini dibuat oleh
mahasiswi Universitas Surabaya dan
dijual dengan harga ratusan ribu
rupiah.
Gambar II.3. Tas tangan bambu
Sumber : (m.rimanews.com,
23-11-2016)
Selain itu, saat ini terdapat tas tangan
dengan menggunakan bahan yang
hampir serupa dengan bahan yang
akan digunakan oleh penulis yaitu
daun mangga kering dan pelepah
pisang. Daun mangga kering harus
diawetkan menggunakan cairan kimia
kemudian disusun sehingga berbentuk
tas tangan.
Gambar II.4. Tas selempang
daun mangga kering
Sumber : (www.ziddu.com, 23-
11-2016)
Sedangkan untuk pembuatan tas dari
pelepah pisang dibuat oleh Achsin
Mussoffar.. Daun bambu harus
dikeringkan terlebih dahulu selama 5
hari kemudian diolah menjadi tas
tangan.
Gambar II.5. Tas tangan
pelepah pisang
Sumber : (m.kompasiana.com,
26-11-2016)
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Waktu : 18 Desember 2016 – 22
Mei 2017
Tempat : PT Sweet Indolampung,
perumahan 2 E 284
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gunting
b. Jarum jahit
c. Benang jahit
d. Plastik 60cm x 95cm
2. Bahan
a. Daun bambu jepang kering
1000gr
b. Lem kayu 350ml
c. Air
d. Acrylic spray paint
e. Kain kanvas marsoto
f. Kertas katon
g. Ring tas segiempat
C. Desain Produk
Berikut ini merupakan desain produk
yang akan dibuat oleh penulis.
Gambar III.1. Desain produk
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Desain yang digambar oleh penulis
berupa tampak depan dan tambak
belakang. Tas punggung yang dibuat
berukuran 30x30cm dan tas ini
mempunyai keterbatasan dalam
membawa beban yang dibawa. Tas ini
dapat digunakan untuk traveling,
sekolah dan dapat digunakan untuk
membawa beberapa peralatan
misalnya; kosmetik, buku, alat tulis
atau sebagai fashion.
Berikut adalah pola tas punggung
yang akan dibuat.
Dambar III.2. Pola tas punggung
Sumber : Dokumentasi Pribadi
D. Cara Kerja
1. Membuat lembaran daun kering
(lapisan pertama)
a. Plastik disiapkan dan diolesi
dengan lem kayu dengan
tipis.
Gambar III.3. Mengolesi plastik
dengan lem kayu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
b. Daun bambu kering disusun
diatas plastik tersebut.
Gambar III.4. Susunan daun
bambu kering
Sumber : Dokumentasi Pribadi
c. Lakukan hingga menutupi
semua permukaan plastik
tersebut.
Gambar III.5. Lapisan pertama
daun bambu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
d. Keringkan dengan dijemur
tetapi tidak dibawah sinar
matahari langsung salama 3
hari hingga kering.
Gambar III.6. Menjemur lapisan
pertama
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. Membuat lembaran daun kering
(lapisan kedua)
a. Daun bambu kering dijemur
dibawah paparan sinar
matahari selama dua hari
Gambar III.7. Menjemur daun
bambu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
b. Daun bambu kering diremas
dengan tangan hingga hancur.
Gambar III.8. Penghancuran
daun bambu kering
Sumber : Dokumentasi Pribadi
c. Lembaran daun bambu kering
lapisan pertama disiapkan.
Gambar III.9. Lapisan pertama
daun bambu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
d. Lem kayu dicairkan
menggunakan air.
Gambar III.10. Cairan lem kayu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
e. Lem kayu yang telah
dicairkan dituang diatas
lembaran daun bambu lapisan
pertama.
Gambar III.11. Menuang cairan
lem kayu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
f. Daun bambu kering yang
telah hancur ditaburkan
diatasnya.
Gambar III.12. Penaburan daun
bambu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
g. Lem kayu yang telah
dicairkan dituang kembali
diatasnya.
Gambar III.13. Menuang
lcairan lem kayu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
h. Jemur lapisan tersebut dan
pastikan tidak dijemur
dibawah sinar matahari
langsung.
Gambar III.14. Menjemur
lapisan kedua
Sumber : Dokumentasi Pribadi
i. Tunggu hingga kering
kemudian lepaskan dari
plastik.
Gambar III.15. Melepas plastik
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3. Membuat tas punggung
a. Pola dibuat diatas kertas
karton.
Gambar III.16. Membuat pola
Sumber : Dokumentasi Pribadi
b. Siapkan pola yang sudah
disiapkan.
Gambar III.17. Pola
Sumber : Dokumentasi Pribadi
b. Lembaran daun bambu kering
dan kain kanvas marsoto
dipotong sesuai dengan pola.
Gambar III.18. Memotong
sesuai pola
Sumber : Dokumentasi Pribadi
c. Lembaran daun bambu kering
dijahit dengan kain kanvas
agar tas menjadi lebih kuat.
Gambar III.19. Menjahit pola
Sumber : Dokumentasi Pribadi
d. Tas dipalisi dengan acrylic
spray paint supaya tahan air
dan terhindar dari jamur.
Gambar III.20. Melapisi dengan
Acrylic spray paint
Sumber : Dokumentasi Pribadi
BAB IV
SPESIFIKASI DAN ANALISIS
PRODUK
A. Spesifikasi Produk
Berdasarkan desain dan produk yang
dibuat, tas punggung daun bambu
jepang kering ini berbentuk persegi
panjang dengan,
Panjang : 26, 5 cm
Lebar : 9 cm
Tinggi : 30 cm
Tas punggung ini dibuat oleh penulis
dan dapat memuat beberapa peralatan
misalnya; kosmetik, smartphone,
handuk kecil, buku dan peralatan
lainnya. Tas ini terdiri dari sebuah
kantung untuk meletakan dan membawa
barang. Tas punggung ini berbahan
dasar daun bambu jepang kering. Tas
punggung ini diselesaikan dengan
metode menjahit.
B. Gambar Produk
Gambar IV.1. Gambar Produk
Sumber : Dokumentasi Pribadi
C. Rincian Dana
Dana yang diperlukan untuk membuat
tas punggung tersebut sebesar.
1. Kanvas marsoto : Rp. 21.175
2. Lem kayu : Rp. 10.000
3. Benang : Rp. 3.000
4. Ring tas segiempat : Rp. 5.000
5. Acrylic spray paint : Rp. 18.000
Total : Rp. 57.175
D. Analisis Hasil Uji Produk
Penulis telah melakukan pengujian
produk, bahwa tas punggung ini dapat
menahan beban sebanyak 500-600
gram. Pengujian produk dilakukan
dengan memasukan barang kedalam tas.
Penulis menggunakan empat beban
yang berbeda yaitu 400 gram, 500 gram,
600 gram dan 700 gram. Penulis
memasukan beban 400 gram, 500 gram
dan 600 gram, tas dapat menahan beban
tersebut. Namun ketika beban 700 gram
dimasukan, jahitan pada tas mulai
rusak.
Selain itu penulis membuat pertanyaan
kepada 80 siswa SMA Sugar Group
mengenai pendapat mereka terhadap
produk. Hasil survei menjelaskan
bahwa kerapihan penggunaan lem dan
penyusunan daun bambu jepang kering
cukup rapi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Daun bambu kering dapat dijadikan
bahan baku pembuatan tas punggung.
Produk ini dibuat dengan membuat
lapisan daun bambu kering, memotong
dan menjahitnya sesuai dengan pola
yang telah disiapkan. Produk ini dapat
digunakan untuk membawa barang
dengan kapasitas tertentu.
B. Saran
Bagi para peneliti selanjutnya
diharapkan dapat lebih berkreasi dengan
desain serta bahan baku yang digunakan
supaya dapat lebih menarik dan dapat
memuat banyak beban.
DAFTAR PUSTAKA
Kaleka, Norbertus. 2014. Aneka Kreasi
Kerajinan Bambu. Yogyakarta :
Arcitra.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Edisi
ketiga). Jakarta: Balai Pustaka
Tarigan. 2011. Tinjauan Pustaka Morfologi
Tanaman Bambu. Universitas
Sumatera Utara
Jajeli, Rois. 2016. Tas Eceng Gondok
Warga Kebraon Jadi Langganan
Souvernir Tamu Pemkot
Surabaya. Dilihat 30 Januari
2017.
<http://m.detik.com/newa/berita-
jawa-timur/3262652/tas-eceng-
gondok-warga-kebraon-jadi-
langgana-souvernir-pemcot-
surabaya>
Kholil, Akhmad. 2014. Mahasiswi Ubaya
Ciptakan Tas dari Bambu
Bernilai Ratusan Ribu. Dilihat 13
November 2016.
<http://m.rimanews.com/ekonomi
/bisnis/read/20140911/172279/M
ahasiswi-Ubaya-Ciptakan-Tas-
Dari-Bambu-Bernilai-Ratusan-
Ribu>.
Nugroho, Akbar. 2013. Tas Punggung yang
Aman untuk Anak Sekolah.
Dilihat 13 November 2016.
<http://m.tempo/read/news/2013/
08 /20/060505738/taspunggung -
yang-aman-untuk-anak-
sekolah>.
Tanaya, Ina. 2016. Tas Pelepah Pisang
yang Mendunia. Dilihat 26
November 2016.
<http://m.kompasiana.com/www.
inatanaya.com /tas-pelepah
pisang-yang-
mendunia_5742e672be2
2bd1d099a9 156>
Antara, 2017. Wow, SIswa SMAN 4
Jayapura Olah Kompos dar
Hutan Mini di Sekolah. Dilihat
01 Februari 2017.
<http://www.netralnews.com/new
s/pendidikan/read/51734/wow.sm
an.4.jayapura.olah.kompos.dari.
hutan.mini.di.sekolah>
LAMPIRAN
1. Hasil Kuisioner
2. Desain Pertama
3. Pola Pertama
4. Desain Kedua
5. Pola Kedua
JUDUL KARYA TULIS
LightUS (Light Trap and Ultrasonik
Sonar) : Kombinasi Pengendali Hama
Tikus dan Serangga sebagai Upaya
Peningkatan Produktivitas Padi di
Kabupaten Lampung Tengah
Kategori : Umum
Di usulkan oleh :
Juwan Andi
Rangga Hadiyansyah
Siti Meisita
ABSTRAK
Luas panen padi di Kabupaten Lampung
Tengah pada tahun 2010 sebesar 24.009 ha,
produksi sebanyak 562.162 ton, dengan
produktivitas 4,53 ton/ha (Badan Pusat
Statistik Provinsi Lampung, 2011). Namun
belakangan ini diketahui produktivitas padi
mengalami penurunan yang disebabkan
berbagai faktor salah satunya serangan
hama tikus dan serangga sehingga dapat
menurunkan produktivitas padi di Lampung
Tengah. Sebelumnya telah banyak cara
dilakukan untuk membasmi hama tersebut,
namun dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, serta membutuhkan energi dan
biaya banyak. Untuk itu pada penelitian ini
dibuatlah LightUS yaitu kombinasi cahaya
lampu (Light Trap) sebagai perangkap
serangga dan ultrasonic sonar (US) sebagai
pengusir tikus. LightUS menggunakan
energi listrik yang berasal dari sinar
matahari yang ditangkap oleh panel surya
sehingga biaya diperlukan lebih murah,
selain itu LightUS dilengkapi oleh sensor
cahaya yang berguna untuk menghidupkan
alat secara otomatis ketika hari sudah
malam yang bertepatan dengan
penyerangan hama sehingga energi tidak
terbuang sia-sia serta dilengkapi dengan
relay yang akan memutus aliran listrik dari
panel surya ke aki secara otomatis ketika
daya pada aki sudah penuh sehingga aki
tidak cepat rusak. Berdasarkan penelitian,
serangga terperangkap dalam wadah dan
tikus menjauh dari sumber suara ultrasonik.
Dengan demikian, LightUS sangat efektif
dan efisien diterapkan pada lahan pertanian
padi di Lampung Tengah.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lampung Tengah merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki luas lahan
persawahan terluas di Provinsi
Lampung (Badan Pusat Statistik,
2012). Luas panen padi sawah di
Kabupaten Lampung Tengah pada
tahun 2010 sebesar 24.009 ha, produksi
sebanyak 562.162 ton, dengan
produktivitas 4,53 ton/ha (Badan Pusat
Statistik Provinsi Lampung, 2011).
Namun belakangan diketahui
produktivitas padi mengalami
penurunan yang disebabkan oleh
berbagai faktor salah satunya oleh
serangan hama. Singleton & Petch
(1994) membuat peringkat penurunan
produktivitas padi oleh hama yang
menyatakan tikus sawah sebagai hama
pada peringkat pertama dan penggerek
batang, wereng coklat serta walang
sangit pada peringkat kedua.
Sebenarnya telah banyak upaya yang
dilakukan oleh petani setempat guna
membasmi hama tesebut seperti kultur
teknik tanam serempak, gobyok,
sanitasi, fumigasi liang dan rodentisida
(disperta.serangkab.go.id). Cara
pemberantasan tersebut relatif cepat
dan praktis, tetapi sering kali
menimbulkan efek samping, karena
jika penggunaannya tidak hati-hati
dapat membahayakan kesehatan
manusia atau organisme lain, juga
dapat mengganggu keseimbangan alam
(Suhana dkk, 2003). Untuk itu dalam
penelitian ini digunakan light trap
sebagai perangkap hama serangga dan
ultrasonik sonar sebagai pengusir tikus
yang efektif, hemat dan ramah
lingkungan dengan nama LightUS.
Alat ini dirancang untuk membasmi
hama tikus sekaligus serangga secara
bersamaan dengan memanfaatkan sel
surya sebagai sumber listriknya.
Dengan adanya sel surya ini, biaya
operasional alat dapat lebih murah
dibandingkan menggunakan sumber
listrik PLN. Selain itu, alat ini juga
dilengkapi oleh relay yang dapat
memutuskan pasokan listrik dari sel
surya ke aki secara otomatis ketika
daya aki penuh sehingga aki terhindar
dari kerusakan akibat berlebihnya daya
yang masuk serta alat ini juga
dilengkapi dengan sensor cahaya yang
hanya akan aktif pada malam hari
ketika para hama beraktifitas sehingga
penggunaan daya dari aki lebih hemat
dan efektif.
Berdasarkan pemaparan yang telah
dibahas, diharapkan dengan adanya
LightUS dapat menjadi solusi bagi
permasalahan pertanian di Propinsi
Lampung sehingga dapat
meningkatkan produktivitas padi
dengan biaya hemat, efektif dan ramah
lingkungan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebaga berikut.
1. Membuat alat yang mampu
mengusir hama tikus sawah dan
serangga menggunakan teknologi
tepat guna berbasis gelombang
ultrasonik dan cahaya
2. Bersifat nondestruktif test (tes tidak
merusak) dan ramah lingkungan
3. Dapat digunakan dalam jangka
waktu yang lama dan jangkuan luas
4. Hemat tenaga dan biaya murah
dalam pengoperasiannya
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Padi sebagai Ketahanan Pangan
Pemenuhan kebutuhan pangan
merupakan bagian dari wujud adanya
ketahanan pangan. Ketahanan pangan
terwujud apabila secara umum telah
terpenuhi dua aspek sekaligus. Pertama
adalah tersedianya pangan yang cukup
dan merata untuk seluruh penduduk,
kedua adalah aspek setiap penduduk
mempunyai akses fisik dan ekonomi
terhadap pangan untuk memenuhi
kecukupan gizi guna menjalani
kehidupan yang sehat dan produktif
dari hari ke hari (Dewan Ketahanan
Pangan, 2006:57).
Padi merupakan bahan makanan pokok
sebagian besar rakyat Indonesia karena
95% penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras. Tingginya
kebutuhan konsumsi beras disebabkan
oleh sebagian besar penduduk
Indonesia beranggapan bahwa beras
merupakan bahan makanan pokok yang
belum dapat digantikan keberadaannya.
Keterikatan pada beras sebagai pangan
pokok pada gilirannya menimbulkan
masalah, yaitu bertambahnya jumlah
penduduk diiringi dengan besarnya
konsumsi beras di Indonesia. Oleh
karena itu, untuk mengimbangi
peningkatan konsumsi beras tersebut,
maka produksi beras secara nasional
harus ditingkatkan pula.
Untuk meningkatkan produksi beras
dalam rangka pencapaian ketahanan
pangan, diperlukan upaya terobosan
rekayasa teknologi, sosial, ekonomi
dan kelembagaan yang dapat
diterapkan dalam waktu segera. Salah
satunya adalah penanggulangan
kegagalan panen oleh hama. Singleton
& Petch (1994), membuat peringkat
kerusakan pada pertanian yang
disebabkan oleh hama. Hama tikus di
Indonesia menempati urutan pertama
pada pertanaman padi, kemudian
diikuti oleh penggerek batang, wereng
coklat, dan walang sangit.
2.2 Pengaruh CahayaTerhadap Serangga
Singleton & Petch (1994) menyebutkan
bahwa beberapa jenis serangga seperti
penggerek batang, wereng coklat, dan
walang sangit menempati urutan kedua
sebagai hama tanaman padi setelah
tikus sawah. Menurut Syam (2007) ciri
– ciri adanya hama di daerah
penanaman padi adalah adanya kupu –
kupu putih (ngengat) yang melakukan
invasi (terbang dalam jumlah besar
pada sore dan malam hari). Invasi ini
pada umumnya terjadi setelah 35 hari
masa hujan.Kupu – kupu ini melakukan
terbang sekitar 2 minggu, menuju
daerah persemaian tanaman padi.
Selanjutnya telur dengan jumlah antara
170-240 diletakkan di bawah padi yang
masih muda dan akan menetas menjadi
ulat perusak tanaman padi setelah 1
minggu. Hama ini akan menyebabkan
kematian tunas – tunas padi
(sundep,dead heart) yang akan disusul
dengan kematian malai (beluk, white
head). Gambar 1 di bawah ini
merupakan perubahan fisiologis
tanaman padi yang diserang oleh hama
sundep.
Gambar 1. Padi yang terserang hama
sundep
Menurut Jumar (2000), mata facet
serangga tersusun oleh beribu – ribu
satuan individual yang dinamakan
ommatidia yang peka terhadap cahaya.
Sifat tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menarik perhatian serangga dengan
cara membuat perangkap yang berasal
dari cahaya (light trap) dengan media
penampung dibagian bawahnya.
Adapun sumber cahaya yang
digunakanberasal dari lampu Neon.
Prinsip utama penggunaan light trap
sebagai sistem pembasmi adalah
serangga yang memiliki mata facet
dengan tingkat sensitifitas tinggi
terhadap cahaya akan mendekat dan
mengelilingi sumber cahaya. Kemudian
hama secara tidak sengaja masuk ke
dalam media penampung berisi oli
bekas yang menyebabkan serangga
terjebak dan tidak dapat kembali
terbang.
2.3 Pengaruh Ultrasonik sonarTerhadap
Tikus Sawah
Seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya bahwa tikus merupakan
hama utama penyebab kegagalan
panen, kerusakan akibat tikus sawah di
negara-negara Asia mencapai 10-15%
setiap tahun (Sudarmaji, 2007) dan di
Indonesia luas serangan tikus sawah
setiap tahun rata-rata mencapai lebih
dari 100.000 ha (Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, 2007).
Tikus sawah banyak dijumpai diseluruh
tempat dan paling banyak merusak
tanaman pangan khususnya padi
(Sudarmaji, 2007).Tikus cenderung
memilih atau tertarik tanaman padi
pada stadia yang lebih tua. Tristiani et
al. (1992) mengemukakan bahwa rata-
rata rumpun padi yang terpotong oleh
seekor tikus meningkat mulai dari saat
primordia (7,1 rumpun tiap malam),
stadia bunting (11,9 rumpun tiap
malam) hingga stadia keluar malai
(13,2 rumpun tiap malam). Apabila
kondisi di lapangan (sawah) sudah
tidak ada pertanaman (bera) tetapi
masih ada pertanaman yang terlambat
panen, maka tanaman tersebut akan
diserang tikus.
Selama ini telah banyak cara yang
dilakukan petani untuk memberantas
hama tikus sawah diantaranya kultur
teknik tanam serempak, gobyok,
sanitasi, fumigasi liang dan rodentisida
(disperta.serangkab.go.id). Cara
pemberantasan tersebut relatif cepat
dan praktis, tetapi sering kali
menimbulkan efek samping, karena
jika penggunaannya tidak hati-hati
dapat membahayakan kesehatan
manusia atau organisme lain, juga
dapat mengganggu keseimbangan alam
(Suhana dkk, 2003).Untuk itu dalam
penelitian ini digunakan ultrasonik
sonar sebagai solusi pembasmi tikus
sawah yang efektif dan ramah
lingkungan.
Alat ini bekerja dengan memanfaatkan
pendengaran tikus sawah yang mampu
mendengar suara pada frekuensi
audibel (40 kHz) dan frekuensi
ultrasonik (100 kHz) dimana rentang
frekuensi ini tidak lagi dapat didengar
oleh manusia. Frekuensi pendengaran
tikus berkisar antara 1.000 Hz sd
100.000 Hz, sehingga frekuensi
ultrasonik sonardapat mengganggu
pendengarannya maka secara alami
tikus sawah akan menghindar dari
sumber suara
(http://indelektro.blogspot.co.id).
2.4 Sel Surya
Sel Surya merupakan salah satu divais
elektronik yang dapat secara langsung
mengubah energi cahaya matahari
menjadi energi listrik, sumber energi
ini tidak akan pernah habis selama
matahari masih memancarkan sinarnya
ke bumi.
Prinsip kerja sel surya adalah dengan
memanfaatkan teori cahaya sebagai
partikel. Sebagaimana diketahui bahwa
cahaya yang tampak maupun yang
tidak tampak memiliki dua buah sifat
yaitu sebagai gelombang dan sebagai
partikel yang disebut dengan foton
(Beiser,1987). Dengan menggunakan
divais semikonduktor yang memiliki
permukaan luas dan terdiri dari
rangkaian dioda tipe p dan n, cahaya
yang datang akan mampu diubah
menjadi energi listrik (Kwok, 1995).
Pada keadaan cuaca cerah, permukaan
bumi menerima sekitar 1000 watt
energi matahari per-meter persegi.
Kurang dari 30 % energi tersebut
dipantulkan kembali ke angkasa, 47%
dikonversikan menjadi panas, 23 %
digunakan untuk sirkulasi kerja di atas
permukaan bumi, 0,25 % ditampung
angin, gelombang dan arus serta 0,025
% disimpan melalui proses fotosintesis
pada tumbuh-tumbuhan. Selama cuaca
cerah, sebuah sel surya dapat
menghasilkan tegangan konstan
sebesar 0.5 V sampai 0.7 V dengan
arus sekitar 20 mA dan jumlah energi
yang diterima akan mencapai optimal
jika posisi sel surya (tegak lurus)
terhadap sinar matahari. Ini berarti
bahwa sebuah sel surya akan
menghasilkan daya 0.6 V x 20 mA =
12 mW. Jika matahari memancarkan
energinya ke permukaan bumi sebesar
100W/m2
atau 100mW/cm2, maka bisa
dibayangkan banyaknya energi yang
dihasilkan oleh sel surya yang rata-rata
mempunyai luas 1 cm2.
III. RANCANG BANGUN
3.1 Perangkat yang Digunakan
Adapun perangkat yang digunakan
pada pembuatan alat ini yaitu aki 12 V
12 AH, regulator 5 V 20 A,
mikrokontroler 328, LCD (Liquid
Crystal Display), regulator 12 V 20 A,
modul relay 1, sensor tegangan, sensor
cahaya, modul relay 2, output lampu
dan ultrasonik sonarserta sel surya.
3.2 Diagram Blok
Blok diagram rangkaian merupakan
salah satu bagian terpenting dalam
perancangan suatu alat. Dengan adanya
diagram blok dapat diketahui prinsip
kerja rangkaian keseluruhan. Berikut
rancangan diagram blokLightUS (Light
Trap and Ultrasonik sonar).
Gambar 2. Diagram Blok Untuk Alat
LightUS
Berdasarkan gambar diagram blok pada
gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa
rangkaian alat LightUS (Light Trap and
Ultrasonik sonar) bekerja dengan suplai
tegangan masuk (Vin) yang berasal dari
Aki 12 volt dengan kapasitas minimal12
Ah dengan output 5 voltbesaran ini
menyesuaikan dengan regulator 5 volt 20
Ampere untuk menghidupkan alat
LightUS (Light Trap and Ultrasonik
sonar).Untuk listrik pada aki digunakan
sel surya sebagai sumber energinya
dengan sistem cas otomatis
menggunakan kontrol tegangan, dengan
adanya kontrol tegangan maka aki tidak
akan mengalami kelebihan daya
pengisian yang dapat menyebabkan
kerusakan pada aki.
Selain itu, alat ini dilengkapi dengan
perangkap hama serangga berupa cahaya
yang berasal dari lampu (Light Trap) dan
pengusir hama tikus sawah berupa
Ultrasnic Sonaryang aktif pada malam
hari. Alat ini bekerja secara otomatis
dimana cahaya lampu dan ultrasonik
sonar akan aktif dengan sendirinya di
malam hari dan akan kembali mati di
pagi hari dengan menggunakan sensor
cahaya.
3.3 Perancangan Model Alat
Adapun tata letak perancangan model
alat sebagai berikut.
Gambar 3. Perancangan Model Alat
Tampak Atas dan Samping
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Light Trap Sebagai Perangkap
Serangga
Serangga seperti walang sangit hijau,
walang sangit coklat dan sundep
merupakan beberapa jenis serangga
yang biasa menjadi hama pada tanaman
padi. Jenis serangga ini menyerang
padi pada pada semua masa
pertumbuhannya, dari awal hingga
menjelang pemanenan. Akibatnya
terjadi penurunan produktivitas padi
hingga mencapai 20 % (Rozak,2002).
Oleh karena itu perlu adanya solusi
untuk menyelesaikan permasalahan ini
sehingga dapat meningkatkan
produktivitas padi.
Selama ini telah berbagai cara
dilakukan untuk membasmi jenis hama
ini seperti pemberian pestisida dan
dengan meletakan musuh alami berupa
burung hantu (Bachri, 2005). Namun
terdapat kelemahan pada masing
masing perlakuan seperti pada
perlakuan pemberian pestisida yang
dapat meyebabkan pencemaran
lingkungan serta biaya yang relatif
mahal yaitu Rp. 1.980.000,00 per
hektar setiap tahunnya (Siregar,2005).
Sedangkan pembasmian menggunakan
musuh alami yaitu burung hantu juga
memerlukan pembiayaan yang cukup
besar selain itu, burung hantu juga
memiliki sifat peka terhadap air,
sehingga cukup sulit pengaplikasiannya
dipersawahan yang pada umumnya
bersifat basah.
Sebelumnya telah ada pembasmi hama
serangga seperti Light Trap namun
penggunaannya yang tidak efisien
karena dapat menghabiskan biaya
hingga Rp. 2.080.000,00 per hektar tiap
tahunnya. Biaya yang cukup tinggi ini
diakibatkan oleh sumber listrik yang
digunakan sebagai pencahayaan berasal
dari PLN. Selain itu pada alat ini tidak
dipasang perangkap, sehingga serangga
yang telah terperangkap dapat kembali
terbang.
Untuk itu pada penelitian ini dibuatlah
light trap dengan inovasi berupa
sumber energi listrik berasal dari sel
surya yang disimpan pada aki serta
terdapat wadah perangkap berisi oli
bekas, sehingga ketika serangga
terperangkap dan jatuh, ia tidak lagi
dapat terbang. Pada dasarnya alat ini
memanfaatkan morfologi biologis
serangga yang memiliki mata facet
peka cahaya yang akan berkumpul
medekati sumber cahaya ketika
melihatnya (Jumar, 2000). Setiap
hektar areal persawahan membutuhkan
12 buah Light Trap karena kemampuan
pancaran sinar ungu dengan daya 5
sampai 10 watt mencapai radius 15
meter.
4.2 US (Ultrasonik sonar) sebagai
Pengusir Tikus Sawah
Padi masih merupakan kebutuhan
pangan pokok bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia, sehingga
ketersediaanya dalam jumlah besar dan
berkelanjutan sangat
dibutuhkan.Namun belakangan
diketahui bahwa produksi padi sering
mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh berbagai faktor baik
faktor alam maupun faktor buatan.
Faktor alam terbesar penyebab
penurunan produktivitas padi terutama
disebabkan oleh hama dimana tikus
sawah menempati urutan pertama dan
serangga pada urutan kedua (Singleton
dan Petch,1994). Di negara – negara
Asia sendiri, kerusakan yang
disebabkan oleh tikus sawah mencapai
10-15% setiap tahunnya (Sudarmaji,
2007) dan di Indonesia luas serangan
tikus sawah mencapai lebih dari
100.000 ha setiap tahunnya (Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, 2003).
Berdasarkan permasalahan tersebut
maka dibuatlah LightUS sebagai
kombinasi yang dapat menunjang
pembasmian hama disawah. US sendiri
dibuat dengan memanfaatkan
pendengaran tikus sawah yang dapat
mendengar suara ultrasonik pada
frekuensi tinggi yang tidak dapat
didengar oleh pendengaran manusia.
Namun frekuensi ini mengganggu bagi
tikus dan membuatnya tidak nyaman
sehingga tikus sawah akan pergi
menjauh dari sumber suara ultrasonik.
Prinsip kerja dari US yaitu alat
dipasang di beberapa titik di sawah
yang dimungkinkan sebagai jalan
munculnya tikus. Pada alat ini sumber
utama didapat dari cahaya matahari (sel
surya). Bagian atas yang berupa
lempengan solar sel merupakan tempat
untuk menerima atau menangkap
cahaya. Energi cahaya matahari ini
diubahmenjadi energi listrik yang
disimpan di aki.Terdapat sensor cahaya
yang aktif pada saat cahaya redup dan
dialirkan arus listrik dari aki menuju
penguat gelombang. Penguat
gelombang ini akan dipancarkan ke
segala arah dengan kekuatan frekuensi
>20.000 kHz dan gelombang akan
terpancar selama selang waktu 1x5
detik. Berikut merupakan keunggulan
US (Ultrasonik sonar) dibandingkan
dengan pembasmi hama lainnya.
1. Ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan polusi karena
menggunakan sumber alami.
2. Penggunaan yang mudah dan
praktis.
3. Biaya yang digunakan terjangkau
dan perawatan tergolong mudah.
4. Tidak merusak ekosistem di sekitar
lingkungan.
5. Hemat listrik karena menggunakan
sinar matahari sebagai sumber
listriknya.
6. Sangat sehat, karena tikus tidak
mati di rumah atau busuk, tetapi
justru tikus menjauh/pergi dari
rumah dan tidak berani kembali
lagi. Berbeda halnya jika
dibandingkan dengan racun tikus
yang sangat berbahaya dan tikus
yang terkena racun bisa mati
dimana saja bahkan sering
membusuk di tempat yang sulit
dijangkau yang akhirnya menjadi
sarang penyakit.
7. Harganya murah dan lebih
terjangkau dibandingkan membeli
racun tikus yang harus dilakukan
secara terus menerus karena tikus
dating lagi dan lagi, tetapi dengan
audio frekuensi sekali pasang tikus
akan menjauh dan tak akan
kembali.
8. Sangat aman dari bahaya tersetrum.
4.3 Pengujian LightUS
Penerapan LightUS di sawah telah
dilakukan pada bulan Maret 2017 di
desa Endang Rejo, RT 25 RW 05
Kecamatan Seputih Agung Kabupaten
Lampung Tengah. Pada penerapan alat
ini hanya data serangga saja yang
didapatkan, sedangkan data tikus
sawah belum berhasil didapatkan.
Berikut gambar hasil perangkap Light
Trap pada serangga.
Gambar 4. Serangga yang terperangkap
Light Trap
Untuk melengkapi data yang
dibutuhkan maka dilakukanlah
pengujian frekuensi Ultrasonik sonar
pada lingkungan biasa namun
menggunakan tikus.Pada penelitian ini
tikus diletakan didalam perangkap tikus
dan di uji menggunakan frekuensi
Ultrasonik sonar yang berbeda-
beda.Saat penelitian dilakukan,
digunakan pula osloskop dan
multimeter sebagai pengukur frekuensi
yang dhasilkan.Berikut merupakan
respon tikus berdasarkan perlakuan
frekuensi yang diberikan.
Tabel 1. Respon Tikus Terhadap
Frekuensi Ultrasonik sonar
No. Frekuensi Respon Tikus
Sawah
1. 94,8 Terganggu,
bingung
2. 91,9 Bingung, banyak
bergerak
3. 89,4 Responsif,
menggaruk
kuping
4. 88,0 Responsif,
berusaha keluar
dari perangkap
tikus
5. 87,9 Responsif,
Protektif
Terganggunya aktivitas tikus akibat
pemaparan ultrasonik sonar frekuensi
87.9-94.8 KHz disebabkan paparan
gelombang tersebut sangat
mempengaruhi struktur jaringan organ
tikus sawah dibandingkan dengan jarak
sumber pemaparan ultrasonik sonar
lainnya. Hal ini karena semakin dekat
jarak sumber ultrasonik sonar maka
intensitas dan energi ultrasonik sonar
semakin besar.
Berdasarkan teori bahwa gelombang
ultrasonik yang keluar dari speaker
merambat keluar ke semua
arah.Gelombang ultrasonik yang
merambat keluar, memilki energi yang
tersebar ke permukaan. Pernyebaran
energi tersebut semakin lama semakin
luas karena merambat dalam arah tiga
dimensi, maka luas permukaan
penyebaran gelombang ultrasonik
merupakan luasan permukaan bola
yaitu 4πr2 ( r adalah radius bola).
Gambar 5. Reaksi tikus sebelum alat
dihidupkan
Gambar 6. Reaksi Tikus saat alat
dihidupkan
Dari hasil pengujian alat ultrasonik
sonar dapat dilihat reaksi tikus sebelum
dan saat alat dihidupkan. Pada saat alat
belum dihidupkan tikus terlihat tidak
mengalami gangguan dan tetap
berputar mengitari kandang, namun
jika alat di hidupkan, maka tikus akan
menjauh darisumber suara dan
berusaha mencari jalan keluar, terlihat
bingung, menggaruk kuping dan respon
kegelisahan lainnya. Rincian respon
tikus dapat dilihat pada tabel 1.
4.4 Realisasi dan Kelebihan LightUS
LightUS merupakan alat perangkap
hama sawah yang terdiri dari ultrasonik
sonar sebagai pembasmi tikus dan
cahaya lampu sebagai pembasmi
serangga. LightUS memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan perangkap
hama sejenis pada umumnya.
1. LightUS menggunakan cahaya
matahari sebagai sumber energinya
dengan memanfaatkan sel surya
sebagai penangkap energi dan aki
sebagai penyimpan energi sehingga
lebih hemat biaya listriknya.
2. Penggunaan cahaya lampu tidak
memerlukan energy listrik dari PLN
karena listrik yang digunakan untyk
pencahayaan berasal dari aki.
3. Aki yang digunakan memiliki daya
pakai lebih lama dibandingkan
penggunaan aki pada umumya,
karena pada alat ini dilengkapi
dengan relay yang akan secara
otomatis akan memutus arus listrik
dari sel surya ketika daya pada aki
sudah penuh.
4. Tidak ada daya yang terbuang
karena alat ini dilengkapi dengan
sensor cahaya, sehingga alat hanya
akan bekerja pada malam hari ketika
hama keluar dari sarangnya untuk
menyerang sawah.
5. Digunakan oli bekas/minyak makan
bekas sebagai perangkap serangga,
sehingga biaya kerja lebih hemat
Gambar 16. Miniatur LightUS
Gambar 7. Miniatur LightUS
4.5 Penerapan LightUS
Penerapan LightUS sebagai pembasmi
hama disawah dapat menjadi solusi
untuk mengurangi hama tikus dan
serangga yang bermunculan saat masa
penanaman padi sehingga tidak
menimbulkan kerugian yang besar bagi
petani dan dapat memenuhi kebutuhan
pangan di Indonesia terutama beras.
Selain penggunaan alat secara langsung
bebrapa cara penerapan dapat
dilakukan untuk lebih menunjang
kebermanfaatan alat ini seperti
mensosialisasikan alat kepada
masyarakat pedesaan tentang tujuan
serta cara penggunaannya.
4.6 Pihak yang Dapat Membantu
Penerapan LightUS
Pihak yang dapat membantu dalam
menyelenggarakan LightUS yaitu.
1. Pemerintah dengan cara
mensosialisasikan alat dan
pembiayaan produksi alat sehingga
harga jual dapat ditekan agar tidak
terlalu tinggi.
2. Dinas Pertanian berperan untuk
memberikan penyuluhan dan
pengontrolan untuk penanganan
hama tikus.
3. Petani dan masyarakat sebagai
pengguna alat.
4.7 Manfaat yang diperoleh dari
Penerapan LightUS
1. Dari segi ekonomi, dapat
menciptakan lapangan kerja baru
dengan produk
berkualitas dari bahan baku yang
mudah didapat.
2. Dari segi ilmu pengetahuan dan
teknologi, dapat memasyarakatkan
ultrasonik sonar yang berguna bagi
pertanian serta memberikan
alternatif produk pengusir hama
yang ramah lingkungan.
3. Membantu pemerintah dalam
membangun ketahanan pangan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan karya yang telah dibuat, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Dengan adanya LightUS,
pembasmian hama di sawah menjadi
lebih efektif dan efisien sehingga
dapat menghemat biaya, tenaga dan
waktu.
2. Penerapan LightUS dapat tetap
menjaga kelestarian lingkungan.
3. Waktu kerja LightUS dapat diatur
otomatis serta menggunakan sumber
energi terbarukan dari alam.
4. Penggunaan alat cukup sederhana,
tidak membutuhkan keahlian khusus
sehingga dapat digunakan oleh
semua kalangan.
5. Penerapan LightUS dapat
mendukung swasembada ketahanan
pangan di propinsi Lampung.
6. LightUS bekerja dengan baik karena
serangga tertangkap dan tikus pada
saat simulasi terlihat
mengalamiperubahan tingkah laku
dengan menjauh dari sumber suara.
SARAN
Adapun saran yang kami ajukan sebagai
berikut.
1. Pemerintah dapat lebih mendukung
dan memperhatikan petani agar
produktivitas hasil pertanian dapat
meningkat.
2. Adanya kerja sama dari pihak
pemerintah, dinas pertanian, serta
petani diperlukan sebagai upaya
untuk mencapai keberhasilan
ketahanan pangan di propinsi
Lampung.
3. Perlu dilakukan pengembangan
LightUS untuk pembasmian jenis
hama lain yangmenyebabkan
terganggunya ketahanan pangan
nasional.
4. Perlu adanya pemberian bantuan
biaya realisasi alat LIghtUS bagi
petani sebagai langkah awal
pembangunan ketahanan pangan
dan pengenalan teknologi inovasi
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym a :http://indelektro.blogspot.co.id/2010/05/fre
kuensi-suara-yang-bisa-didengar.html (30 Maret 2017)
Anonym b. 2016.http//:
disperta.serangkab.go.id. (30 aret 2017)
Bachri, Saiful.2005. Pembasmian Hama Padi Berupa Parasit Ditemukan.
www.suaramerdeka.com (30 Maret 2009).
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.
Lampung Dalam Angka. 2011. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.
Lampung Dalam Angka. 2012. Bandar Lampung.
Beiser, A. 1987.Konsep Fisika Modern
Edisi ke-4.Alih bahasa DR. The Houw Liong.Jakarta : Erlangga.
Dewan Ketahanan Pangan Nasional. 2006.
Data Dasar Rumah Tangga Tahun
2006. Jakarta : Departemen Pertanian.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2007. Pedoman Rekomendasi
Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Padi.Jakarta : Direktorat
PerlindunganTanaman Pangan.
Jumar, Ir. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Kwok, K., Ng. 1995. Complete Guide to
Semiconductor Devices. New York : Mc Graww-Hill.
Rojak, Abdul. 2002. Pengamatan dan
Pengendalian Populasi Hama Penggerek Batang pada Tanaman
Lada. Buletin Teknik Pertanian Vol. 7 Nomor 2.
Singleton, G.R. & D.A. Petch. 1994. A
Review of the biology and management of rodent pests in
Southeast Asia. Australian Centre forInternational Agricultural
Research.Technical Report 30.Canbera.65 pp.
Siregar, Ameilia Z. 2005. Insektisida.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sudarmadji.S. dkk. 2007. Analisis bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta :
Liberty.
Suhana, Ruskandi & Sumarko. 2003. Teknik pengendalian tikus di sawah
irigasi Sukamandi. Buletin Teknik Pertanian 8(2): 63-65.
Syam, M, dkk. 2007. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Tristiani, H.J. Priyono & O. Murahami.
1992. Hubungan antara kepadatan
populasi tikus dan kerusakan yang diakibatkannya di lahan berpagar.
Laporan Akhir Kerjasama TeknisIndonesia-Jepang.
LAMPIRAN
Serangga yang terperangkap malam hari
Simulasi Respon Tikus Terhadap
Ultrasonik Sonar
Uji Coba dan penangkapan energi sinar
matahari oleh panel surya di sawah
WATER COOLING SEBAGAI
SYSTEM ALTERNATIF
SISTEM PENDINGIN
KONDENSOR AC (AIR
CONDITIONER)2PK
Oleh : Rifqi Indo Permana dan Ni Wayan Fit
ABSTRAK
Di era modern seperti saat ini
pendingi (AC)Air Conditionersudahbanyak
digunakan untuk menye ACmerupakan modifikasi pengembangan
dari t satu komponensatu dalamunit AC yaitu
kondensor. Ko mengembunkan uap menjadi
cairan sehingga pendingin.
Uap yang masuk ke kondensor dalam
kond tinggi. Untuk
mendinginkannsorataumembutuhkanmengem
bunk sistem pendingin. Sistem pendingin
yang bi menggunfa(kipas)kanSelain. sistem
pendingin berupa sistem pendinginWater
berupaCooling).airSystem(
Jalannya
siklusberupasistemairkondensorberawal dari
p dari bak penampungan kemudian
disirkulasik setelah itu dikembalikan kembali
ke bak menggunakan air ini
diharapkanensidapatdlamlebih penggunaan
daya.
Kata kunci : danAC,
sistemkondensor,pendingin.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dahulu sebelum ditemukannya
mesin orang untuk mendapat udara
dingin meng dibuat dengan cara
menganyam lembaran bambu yang sudah
ditipiskan. Semakin meningkatnya
teknologi waktu kewaktu untuk
mendapatkan udara dingin mulai
menggunakan kipas angin elektronik
yang kemudian disusul dengan
penggunaan Mesin pendingin ruangan.
Mesin Pendingin Ruangan atau yang
sering disebut AC (AirConditioner)
merupakan mesin pendingin yang saat ini
banyak digunakan untuk memberikan
efek nyaman bagi para penggunanya.
Mesin Pendingin Jenis ini semula
merupakan barang mewah. akan tetapi
pada zaman ini , seiring dengan naiknya
taraf hidup manusia, pendingin ini sudah
merupakan kebutuhan yang biasa atau
sudah bukan barang mewah lagi.
Air Conditioner atau alat pengkondisi
udara merupakan modifikasi
pengembangan dari teknologi mesin
pendingin. Salah satu komponen
penting mesin dalam siklus kerja mesin
pendingin yakni Kompresor. Kompresor
merupakan suatu alat mekanis yang
bertugas untuk menghisap refrigeran atau
gas pendingin yang kemudian refrigeran
atau gas pendingin yang kemudian
menekan dan menyalurkan refrigeran
dengan tekanan dan suhu yang yang lebih
tinggi ke kondensorpada kondisi ini
kondensor akan panas akibat gas
bertekanan tinggi yang melewatinya.
Pada saluran pipa kondensor
diberi kipas untuk mempercepat proses
pendinginan. Proses pelepasan panas ini
di sebut teknik pengembunan .sistem
pendinginan dapat menggunakan
beberapa media pendinginan diantaranya
menggunakan udara, dalam hal ini
menggunakan fan.Berikutnya
menggunakan fluida berupa air (Water
Cooling System). Dengan pertimbangan
tersebut, penyusun mengembangkan
Sistem Pengininan Kondensor
menggunakan fluida berupa air sebagai
upaya Menghemat energi listrik pada
AC.
2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang
tersebut, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
2.1 Sistem pendinginan kondensor
menggunakan fan menimbulkan
kebisingan, fan mudah selain itu
mudah kotor.
2.2 Meningkatnya udara panas fan
di.lingkungan 2.3 Daya yang digunakan besar akibat
pros fan beroprasi–menerusterus.
2.4 Perawatan dan perbaikan
membutuhkan pada sistem tenaga
ahli.
3.Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di
difokuskan terhadap:
3.1Penelitian hanya pada kondensor
bagian. sistem pe 3.2 Membandingkan outdoor unit daya
AC serta temperatur yang digunakan
pada sistem air pendinginan dengan
sistem pendinginan fan).
menggunakan udara (
4.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah
di atas:
4.1 Bagaimana cara kerja
pendinginan kondensor AC
menggunakan fan?
4.2 Bagaimana cara kerja kondensor
AC menggunakan fluida berupa
air?
4.3 Bagaimana proses perancangan
kondensor alat menggunakan
fluida berupa air?
4.4 Beraperban daya ingan outdoor unit
AC serta temperatur kondensoryang
digunakan dalam kondensor
pendingi Menggun Water Cooling
maupun Air System Cooling
System?
5.Tujuan
Tujuan dari laporan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
5.1 Mengetahui cara kerja
pendinginan kondensor AC
menggunakan fan.
5.2 Mengetahui cara kerja
pendinginan kondensor ac
menggunakan fluida berupa air.
5.3 Mengetahui proses perancangan
alat pendinginan kondensor
menggunakan fluida berupa air.
5.4 Mengetahui perbandingan daya
outdoor unit AC serta
temperatur kondensor yang di
gunakan dalam pendinginan
kondensor menggunakan Water
Cooling System maupun Air
Cooling System.
6.Manfaat
Dari tujuanatas, makadi didapat
manfaat sebagai berikut :
6.1 Bagi Taruna
a. Memperolaeh Tambahan
Pengetahuan dan pengalaman
dalam perancangan dan
pembuatan alat.
b. Menerapkan Teori yang telah
di dapat dari bangku Sekolah
untuk diterapkan dalam sebuah
karya nyata.
6.2 Bagi Masyarakat Pengguna
AC
a. Memperoleh manfaat dari
penggunaan sistem pendingin
kondensor berupa air hangat
untuk keperluan sehari hari.
b. Menghemat baiaya konsumsi
listrik rumah tangga.
6.3 Bagi Lembaga Pendidikan/
Instansi terkait.
a. Dapat mendorong dan
mengembangkan ide ide
baru untuk mencari metode
terbaik dalam proses
pengembangan teknologi
sistem pendingin.
b. Pengembangan dan
penerapan teknologi sebagai
media ajar.
7. Metode Pengumpulan Data
Data-data sangat dibutuhkan
sebagai penunjang laporan ini. Data
diperoleh dengan metode berikut:
7.1 Metode Pustaka
Metode ini dilakukan dengan
cara maencari data data yang
terkait dengan penyusunan
laporan ini melaui buku dan
internet.
7.2 Metode Observasi
Metode ini dilakukan
dengan cara melakukan
penelitianlangsung terhadap
proses perancangan
pendinginan kondensor
menggunakan fluida berupa
air dengan tujuan
memperoleh hasil
perancangan terbaik dan
kemampuan pemanfaatan
fluida berupa air yang
maksimal.
7.3 Metode Analisis
Metode ini dilakukan
dengan cara mellakukan
analisa terhadap masalah
masalah yang terjadi saat
proses pengujian dan
perancangan pendinginan
kondensor menggunakan
fluida berupa air. Hasil dari
analisa kemudian digunakan
sebagai langkah perbaikan
maupun pengembangan.
7.4 Metode Dokumentasi
Metode ini dilakukan
dengan cara pengambilan
gambar komponen
komponen penunjang
perancangan pendinginan
kondensor menggukan
fluida berupa air.
BAB II DASARTEORI 1.Teori ACDasarAir( Conditioner)
1.1 Pengertian ACAir( Conditioner)
AC Air (Conditioner)
merupakan alat yang berfungsi
menyejukan ruangan. Ac digunakan
pada ruangan tertutup, jika
digunakan pada ruangan yang
terbuka menyebabkan kinerja AC
tidak maksimal. AC dirancang
dengan mempergunakan bahan
mempunyai sifat mekanis
dimasukan ke dalam suatu sistem
peredaran udara kembali, yang
dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat menyerap suhu panas udara di
dalam suatu ruangan dan
memindahkan suhu panas keluar
ruangan.
1.2. Komponen Air AConditioner()
Berikutkomponen
komponen yang
ada dalam satu
unit AC :
1.2.1 Kompresor.
Kompresor adalah suatu
daya mekanis yang dapat
menarik gas dan kemudian
menyalurkan dengan tekanan
lebih tinggi ke kondensor
[5].
1.2.2 Kondensor.
Kondensor berfungsi untuk
mengembunkan uap menjadi
cairan sehingga dapat
dipakai kembali dalam siklus
pendinginan.karena zat
dingin meninggalkan
kompresor dalam bentuk uap
bertekanan tinggi, maka
diperlukan suatu cara
mengubah uap menjadi
cairan kembali. [3].
1.2.3 Evaporator.
Fungsi evaporator adalah untuk menyerap panas dari
udara sekitarnya. Evaporator terdiri dari pipa logam atau
mengalir. Pada waktu cairan pendingin meninggalkan
tabung kapiler dan masuk ke pipa evaporator lebih besar,
diameter tabung yang membesar dengan tiba tiba
menimbulkan menimbulkan suatu daerah yang
bertekanan rendah, menyebabkan turunnya titik
didih zat pendingin [3]. 1.2.4 Kipas fan)
Fan (kipas baling-baling) adalah
untuk menarik udara diluar ruangan
dan untuk mendinginkan kondensor.
Kipas yang sering digunakan dalam
sistem AC yaitu kipas blower dan
kipas propelar. Kipas blower adalah
kipas yang meniupkan udara dingin
kedalam ruangan. Sedangkan kipas
propelar adalah kipas yang terletak
diluar ruangan yang bertugas
membuang udara panas pada sisi
belakang atau aplikasi kondensor.
1.2.5 Thermostat.
Thermostat adalah sebuah alat untuk
mendeteksi temperatur yang
diinginkan.alat pendeteksi yang
digunakan biasanya berupa bimetal
yang sensitif terhadap perubahan
temperatur Ruangan.
1.2.6 Pipa Kapiler
Pipa kapiler gunanya untuk
menurunk cairan refrigeran yang
mengalir [6 tergantung dari
kapasitas mesin pendingin.
1.2.7 Refrigeran.
Untuk terjadinya suatu
proses pendinginan diperlukan suatu
bahan yang mudah diubah
bentuknya dari gas menjadi cair atau
sebaliknya.untuk mengambil panas
dari evafaporator dan membuangnya
di kondensor. Karakteristik
termodinamika antara lain meliputi
temperatur penguapan , tekanan
penguapan, temperatur
pengembunan, dan tekanan
pengembunan.
Jenis refrigerant yang
paling umum digunakan adalah
R11, R12, R22 dan R502.
Refrigeran yang biasa digunakan
pada mesin frezer dan sebagainya
yang menghendaki temperatur yang
lebih rendah.
1.3 Cara Kerja Air Conditioner
1.3.1 Siklus Aliran Refrigeran
Mesin pendingin udara
ruangan adalah alat yang
menghasilkan dingin dengan
cara menyerap udara panas
sekitar ruangan. Proses udara
menjadi dingin adalah akibat
dari adanya pemindahan panas.
Sedangkan bahan yang
digunakan sebagai bahan
pendingin dalam mesin
pendingin disebut refrigeran.
Didalam Air Conditioner dibagi
menjadi ruang dalam dan ruang
luar. Dibagian ruang dalam
udaranya dingin karena adanya
proses pendinginan, sedangkan
dibagian ruang luar digunakan
untuk melepas panas ke uadara
sekitar. [7].
Secara umum gambaran
mengenai prinsip kerja AC
adalah penyerapan panas oleh
evaporator pemompa panas oleh
kompresor, pelepasan panas oleh
kondensor. Di dalam mesin AC
bentuk refrigeran berubah–ubah
bentuk dari bentuk gas ke
bentuk cairan. Pada kompresor
refrigeran masih berupa
uap,tekanan dan panasnya
dinaikkan dengan cara
dimampatkan oleh piston dalam
silinder kompresor. Kemudian
uap panas tersebutdidinginkan
pada saluran pipa kondensor
agar menjadi cairan [7].
Pada saluran pipa kondensor diberi kipas
untuk mempercepat proses pendinginan.
Proses pelepasan panas ini disebut teknik
pengembunan. Selanjutnya, cairan
refrigeran dimasukkan ke dalam evaporator
dan dikurangi tekanannya sehingga
menguap dan menyerap panas udara sekitar.
Di dalam AC bagian dalam ruangan, udara
dingin
disebarkanblower.Dalammenggunakanbent
u uap (gas) refrigeran dihisap lagi tersebut
berulang terus sampaidiisi gas kembali [7].
BAB III PERANCANGAN SISTEM
1.Analisis Kembutuhan Sistem
Secara umum, pendinginan kondensor
menggunakan fluida air pada AC (Air
Conditioner) 2 PK terdiri dari dua bagian,
yakni sistem mekanik dan sistem elektrik.
Sistem mekanik meliputi dua tabung pipa
PVC (Poly Vinil Chloride) yang saling
dihubungkan dan berisi air yang dipasang
pada bagian AC outdoor. Pipa tembaga
dibentuk spiral yang berada di dalam tabung
PVC dan air yang dialirkan di tabung PVC
sebagai pendingin pipa spiral dalam proses
pendinginan kondensor. Air didapatkan dari
tangki penampungan dengan bantuan motor
listrik melalui kerja temperature control XH-
W1209. Sistem elektrik meliputi pengaturan
suhu menggunakan dua temperature control
XH-W1209 sebagai pengontrol suhu
maksimal dan minimal. Setiap Thermostat
akan di tempatkan pada setiap tabung
kondensor. Thermostat pertama akan terbaca
pada suhu ≥50℃ yang di tempatkan pada
tabung kondensor pertama dan akan
mengaktifkan selenoid valve pertama dan
motor pompa 12VDC sebagai sirkulasi air
pada tangki penampungan.
2.2Flow Chart START
Tombol ON pada Remot kontrol
Ya
V1terbuka Motor pompa aktif
Air Keluar dari Pipa K1 dan K2
Ket. 1.K1=Tabun 3.V1=
END
Gambar.2 Flowchart Pendingin kondensor
Water Cooling System
(Sumber: DokumentasiPribadi,) 2017
TEMPERATUR
KONTROL
Ket :
1.Inputan= 2.Proses=
3.Outputan=
Gambar.3 Blok Diagram Pendingin
Kondensor Water Colling System.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Kompresor AC ON
Temperatur controll ON
Temperatur air
tabung k1 ≥50C
Air Kelu VALVE ar dari Pipa K1
dan K2
Temperatur air
tabung K1 ≤500C
Tertutup
Motor pompa
tidak aktif
VALVE MOTOR POMPA
SENSOR
OUTDOOR AC POWER SUPLY
12VDC
BAB IV PENGUJIAN DAN
PENERAPANANALISIS
1.Prospek dan Manfaat
Bagi masyarakatTengah,
Lampungalatsangatini
membantumengatasi permasalahan
kebisingan yang disebabka pendingin
sertabupadayakipas.yangMakadigunaka
ndariitu ala untuk mengatasi
masapolusiah
tersebutsuaradansehipeng dapat
diminimalisir penggunaannya. Peng
pengeluaran daya serta
prosesSistemperbaikannginpendi
berupamerupakanair
teknologidimodifikasiterapan
untukyang permasalsaathanini.
2.Analisis Segi Teknis dan Ekonomi
Secara
pengoperasiumum,sistemalasangatini
.sederhanaPerakitan alatini
sangatmudah.Tentu sajadidesalaint
iniseefektif mu menekan harga jual
namun tidak mengurang alat ini bisa
dijangkau oleh masyarakat
3.Analisis Segi Sosial Budaya
Dari segi sosial
akanbudayadituntutmakamasyarauntuk
dalam hal mengembangkan inovasi dan
i perkembangan alat ini. Masyarakat
dari sesuai keinginan dan-
masingkebutuhan.Denganmerekabegit
ma pekerjakaan bertambah dan
masyarakat yang akan mendapatkan
pekerjaan. Sehingga an akan dapat
ditekan.
BAB V KESIMPULAN
1.Rekomendasi Strategi Penerapan
Peningkatan jumlah penduduk
penggumenaanyebab pendingin
ruangan. Meningkatnya penggun pula
daya yang dibutuhkan oleh pending
dengan adanya teknologi asiterap
permasalahan iniun dibuatlah sistem
pendingin berupa air s digunakan.
2.Prospek PengembDepangan Ke
Prospek
pengembangansistempendingin ini ked
dibutuhkanPerlu. diadakannya
padapengembangan/inovalatiniaga
lebih sem,peurtina
pengembangantruksimesinkonsagar le
Kemudian, lebihdalam efisipengeluaran
sbistemaya pem
pendingindanadanyaini,
kreasisistemterhadappendinginuntukala
t memperlengkapfungsi alat.
3.Dampak Bagi Pembangunan Daerah
Dampak bagi pembangunan daerah yaitu
bidang sistem
.pendinginMakadariruanganitupembangu
menjadi lebih baik karena
segitidakekonomi,terja
pendapatanjugapenggumeningkkarenadatla
mpemakaianproses daya yang dibutuhkan.
DAUR ULANG KERTAS DENGAN
PENAMBAHAN DAUN TEBU (
SAACCHARUM OFFICINARUM L. )
SEBAGAI BAHAN CAMPURAN UTAMA
MENJADI KERTAS SENI
Oleh : Agnes Puspita Sari
Kertas sangatlah dibutuhkan dlam
kehidupan sehari-hari. Daur ulang kertas telah
di lakukan untuk menghemat penggunaan kayu,
karena kayu semakin langka. Selain itu dau
tebu tyang biasanya tidak terpakai dapat
digunakan sebagai bahan campuran utama
untuk daur ulang kertas.
Hal ini dilakukan untuk menghemat
peggunaan kayu sebahgai pembuatan kertas,
dan agar dapat menambahan nilai guna daun
tebu. Pertama daun tebu dihaluskan, kemudian
dicampur dengan lem dan bubur kertas, lalu di
cetak. Dapat dihasilkan kertas memiliki satu sisi
yang halus, dan membekas lipata
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilingkungan tempat tinggal penulis
banyak dijumpai tanaman tebu. Batang
tanaman tebu ini digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan gula.
Sedangkan daun tebu yang masih hijau
dibiarkan begitu saja. Daun tebu yang
masih hijau ini akan terlihat sangat
rimbun dan menutupi tebu lainnya,
dalam satu petak lahan tebu. Saat
musim panen tiba daun tebu yang
kering akan ikut terbakar bersamaan
dengan batang tebu.
Menurut direktur penelitian dan
pengembangan di Global Warming Inititive Inc, pemerhati lingkungan
di Amerika Serikat, James Derosa, kebutuhan kertas nasional
mencapai 8-juta ton pada 2011. Disini peneliti ingin membuat
kertas berbahan daun tebu untuk mencari pilihan lain sebagai
pengganti kayu. ( Suwarno, 2012 ).
Sebelumnya sudah ada Pragusti (2013)
yang membuat kertas berbahan dasar
daun tebu sebagai pruduk invention,
namun produk yang dihasilkan masih
kurang baik. Kertas yang dihasilkan
oleh Pragusti (2013) masih memiliki
tekstur yang kurang sesuai untuk
digunakan sebagai kertas sehari-hari.
Pada percobaan pertama kertas yang
dihasilkan: tebal, kaku dan kasar. Pada
percobaan kedua kertas yang
dihasilkan: tebal, kaku, dan permukaan
kertas sedikit kasar. Pada percobaan
ketiga kertas yang dihasilkan: tebal,
sangat kaku, dan permukaan kertas
kasar. Pada percobaan terakhir kertas
yang dihasilkan: tipis, lemas, dan tidak
dapat dilipat.
Berdasarkan hasil percobaan Pragusti
(2013), disini penulis ingin
memperbaiki produk kertas berbahan
dasar daun tebu. Agar kertas berbahan
dasar daun tebu menjadi lebih halus
permukaannya, dapat dilipat, dan tidak
kaku. Serta dapat digunakan sehari-hari
dan dapat diterima di masyarakat,
seperti kertas berbahan dasar kayu yang
telah banyak diproduksi. Selain itu
kertas berbahan dasar daun tebu akan
menjadi alternative pengganti bahan
dasar kertas sebelumnya, yaitu kayu.
Dengan alternative ini maka akan
menggurangi penebangan pohon untuk
diambil kayunya sebagai bahan dasar
kertas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini
adalah untuk mencari bagaimana
komposisi dan bahan yang sesuai
untuk membuat kertas dari daun tebu.
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui komposisi yang
sesuai untuk membuat kertas dari
daun tebu.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memanfaatkan daun tebu sebagai
bahan pembuat kertas.
2. Menambah pengetahuan tentang
cara membuat kertas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tebu
“ Tebu adalah jenis rumput-
rumputan berbatang tinggi dan
beruas-ruas, air dalam batangnya
manis, biasanya dibuat gula.” (
KBBI )
Tanaman tebu (saccharum
officinarum L.) tergolong dalam family Graminae yaitu
rumput-rumputan. Saccharum officinarum L. merupakan
spesies paling penting dalam genus Saccharum sebab
kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya
paling rendah.(Wijayanti, 2008).
Daun tebu merupakan daun
tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah dan helaian
daun tanpa tangkai daun. Posisi daun tebu melekat pada batang
dan tumbuh pada pangkal node. Daun tebu memiliki struktur
yang tipis dan mudah sobek. Bagian tepi daun tebu
bergerigi, permukaan daun kasap dan ujung daun
meruncing. Ketika tebu sudah mulai memasuki masa panen,
maka panjang daun tebu berkisar 120 cm – 160 cm
dengan lebar 3,5 cm – 6 cm. Serat daun tebu terbanyak
dimiliki oleh daun ke-4 sampai daun ke-7( Wardiyono, 2013 )
Pada penelitian ini peneliti
menggunakan daun tebu karena
daun tebu mengandung sukrosa yang dapat digunakan untuk
membuat kertas.
B. Kertas
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kertas adalah barang
lembaran dibuat dari bubur rumput,
jerami, kayu dan sebagainya yang
biasa ditulisi atau untuk
pembungkus dan sebagainya.
“… Kertas terbuat dari serat
tumbuhan yang digabungkan
menjadi lembaran – lembaran “
(Vanue, 1990)
Bersadarkan sejarah pembuatan
kertas, menyatakan bahwa pada
awalnya cara pembuatan kertas
sangat dirahasiakan. Namun ketika
bangsa China menyebar ke Timur,
penemuan ini juga menyebar dan
berkembang. Pada tahun 1799
seorang Perancis Nicholas Lois
Robert menemukan proses untuk
membuat lembaran-lembaran
kertas dalam satu wire screen yang
bergerak, dengan melalui banyak
perbaikan alat ini kemudian dikenal
sebagai fourdrinier. Pada tahun
1814, Friedrich Gottlob Keller
menemukan proses mekanik
pembuatan pulp dari kayu, tap
kualitas kertas masih rendah.
Tahun 1853-1854, Charles Watt
dan Hugh Burges
mengembangakan pembuatn kertas
menggunakan proses soda. 1857,
Benjamin Chew Tilghman
mendapatkan British paten untuk
proses sulfit. Pulp yang dihasilkan
dari proses sulfit ini lebih bauk dan
siap diputihkan. Adapun jenis-jenis
kertas :
1. HVS
Tekstur kertas sedikit kasar,
umumnya dipakai untuk kertas
fotokopi dan printer.
2. Art Paper
Kertas seni yaitu lembaran kertas
seni dirancang dan diolah dalam
beragam aplikasi kebutuhan
manusia (benda fungsional).
Sebagai contoh ialah kertas surat,
sertifikat, amplop, kartu
ucapan/undangan, di gunakan
sebagai penghias wadah-wadahan,
dan dapat di gunakan untuk
kemungkinan yang lainnya.
3. Art carton
Kertas ini seperti art paper,
namun mempunyai gramasi yang
lebih tebal. Bahan ini biasa
digunakan untuk cetakan seperti
kartu nama, katalog,brosur dan
cetakan lainnya yang
membutuhkan kertas lebih tebal.
4. Duplex (Coated)
Kertas duplex memiliki sisi depan
putih sedangkan sisi belakang
abu-abu. Pada umumnya
digunakan untuk pembuatan kotak
sebagai pembungkus.
5. Ivory
Kertas ivory memiliki 1 sisi yang
licin. Pada umumnya kertas ivory
digunakan untuk kotak kosmetik,
karena cukup tebal atau kokoh.
6. Samson
Warna kertasnya coklat muda,
bahannya daur ulang, permukaan
kasar. Umumnya digunakan untuk
kertas bungkus.
7. Jasmine
Kertas jasmine umunya digunakan
untuk membuat undangan, seperti
terdapat gliter warna kuning
(Hendri, 2012).
C. Rujukan Produk Sejenis
Sebelumnya telah dilakukan
penelitian yang sama, yaitu
“pembuatan kertas dari daun tebu“
oleh Pragusti (2013). Pertama daun
tebu dicuci hingga bersih,
kemudian digunting kecil-kecil.
Setelah itu di blender hingga halus
menggunakan blender. Lalu,
campurkan aci dengan air, aduk
hingga rata. Campurkan bubur
daun tebu, aci dan air kemudian
blender hingga semua bahan
menyatu. Tuangkan kedalam
ember, lalu saring menggunakan
papan screen. Letakkan screen
diatas kaca, lalu tekan hingga kadar
air berkurang. Kemudian jemur
kertas dibawah sinar matahari.
Hasil yang didapatkan adalah
sebagai berikut, percobaan pertama
didapatkan hasil kertas tebal, kaku,
dan kasar. Percobaan kedua
didapatkan hasil kertas tebal, kaku,
dan permukaan kertas sedikit kasar.
Percobaan ketiga didapatkan hasil
tebal, sangat kaku, dan permukaan
kertas sangat kasar. Percobaan
keempat didapatkan hasil kertas
tipis, lemas, dan tidak dapat dilipat.
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu
Tempat : Perumahan 1,
F.279 GPM
Waktu : Januari 2017
B. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Blender
2. Ember
3. Gunting
4. Baskom
5. Papan screen
6. Sendok makan
7. Saringan kelapa
b. Bahan
1. Daun tebu (400 gram)
2. Tepung aci (150 gram)
3. Air (1 liter)
C. Cara Kerja
Metode penelitian ini
menggunakan metode
eksperimen dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Daun tebu yang masih hijau
digunting menjadi
potongan-potongan kecil.
Gambar 1: langkah 1
Sumber: dokumentasi pribadi
2. Daun tebu yang telah
dipotong kecil-kecil dicuci
hingga bersih.
Gambar 2: langkah 2
Sumber: dokumentasi pribadi
3. Daun tebu dihaluskan
menggunakan blender
sampai menjadi bubur
dengan tambahan air.
Gambar 3: langkah 3
Sumber: dokumentasi pribadi
4. Bubur daun tebu disaring
menggunakan saringan
kelapa.
Gambar 4: langkah 4
Sumber: dokumentasi pribadi
5. Ambil ampas daun tebu,
letakkan pada sebuah lap
bersih. Ikat lap tersebut lalu
keringkan menggunakan
pengering mesin cuci.
Gambar 5: langkah 5
Sumber: dokumentasi pribadi
6. Tepung aci dicampurkan
dengan air, lalu aduk secara
merata. Hingga menjadi
lem aci.
Gambar 6: langkah 6
Sumber: dokumentasi pribadi
7. Ampas daun tebu tang telah
kering dicampurkan
kedalam lem aci. Aduk
menggunakan tangan
hingga rata.
Gambar 7: langkah 7
Sumber: dokumentasi pribadi
8. Ampas daun tebu yang
telah tercampur lem aci
dituangkan ke sebuah kaca
datar ukuran 40 X 50 cm.
Gambar 8: langkah 8
Sumber: dokumentasi pribadi
9. Papan screen ukuran 40 X
50 cm diletakkan di atas
kaca yang telah dituangkan
campuran bubur daun tebu
dan lem aci. Lalu, menekan
hingga kadar air berkurang.
Gambar 9: langkah 9
Sumber; dokumentasi pribadi
10. Kemudian kertas dijemur di
bawah sinar matahari.
Hingga kering.
Gambar 10: langkag 10
Sumber: dokumentasi pribadi
Tabel perbandingan 1 :
Daun tebu 200 gr
Air 500 ml
Aci 50 gr
Tabel perbandingan 2 :
Daun tebu 200 gr
Air 500 ml
Aci 100 gr
Tabel perbandingan 3 :
Daun tebu
direbus
200 gr
Air 500 ml
Aci 50 gr
Tabel perbandingan 4 :
Daun tebu
direbus
100 gr
Air 500 ml
Aci 25 gr
Lem fox 10 gr
Tabel perbandingan 5
Daun tebu
direbus
100 gr
Air 500 ml
Aci 25 gr
Lem fox 25 gr
Tabel perbandinga 6 :
Daun tebu
direbus
150 gr
Air 500 ml
Aci 25 gr
Lem fox 25 gr
Bubur kertas 150 gr
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Tabel komposisi Hasil
1 Daun tebu
200 gr
Kasar, tidak
bisa dibentuk,
tidak menyatu
dengan
larutan aci.
Air 500 ml
Aci 50 gr
2 Daun tebu
200 gr
Kasar, tidak
bisa dilepas
dari kaca,
tipis
Air 500 ml
Aci 100 gr
Daun tebu
direbus
3 Daun tebu
200 gr
Kasar,
ditekuk /
dilipat patah,
belum bisa
lepas dari
kaca
Air 500 ml
Aci 50 gr
Daun tebu
direbus
4 Daun tebu
100 gr
Kasar, dilipat
patah, tebal,
bisa dilepas
dari kaca
Air 500 ml
Aci 25 gr
Lem Fox
5 Daun tebu
100 gr
Kasar, kurang
menyatu, saat
dilipat tidak
patah namun
Air 500 ml
Aci 25 gr
Lem Fox 25
gr
membekas
lipatan
6 Daun tebu
150 gr
satu sisi lebih
halus, mudah
dilepas dari
alas,
membekas
lipatan jika
dilipat
Air 500 ml
Aci 25 gr
Lem fox 25
gr
Bubur kertas
150 gr
B. Pembahasan
Pembuatan kertas dari daun tebu
ini, dibuat dengan cara yang
sederhana. Didapatkan hasil dari
percobaan pertama dengan
perbandingan bahan yaitu 200gr
daun tebu, 500ml air, dan 50gr aci.
Daun tebu langsung dihaluskan
menggunakan blender. Hasilnya
yaitu daun tebu yang telah di
blender tidak dapat halus, sangat
kasar. Karena daun tebu ini sangat
kasar maka tidak bisa dibentuk atau
dicetak sebagai kertas, bahkan
tidak dapat menyatu dengan larutan
aci.
Percobaan kedua dilakukan dengan
perbandingan 200gr daun tebu,
500ml air, 100gr aci. Daun tebu
dipotong kecil-kecil, lalu direbus.
Dihaluskan menggunakan blender.
Hasilnya memiliki permukaan yang
kasar, sudah dapat menyatu dengan
larutan aci, namun tidak dapat
dilepas dari alasnya yaitu kaca.
Memiliki ketebalan yang sudah
tipis.
Percobaan ketiga, dilakukan
dengan perbandingan 200gr daun
tebu, 500ml air, 50gr aci. Daun
tebu dipotong kecil-kecil, lalu di
rebus. Kemudian di blender .
Hasilnya memiliki permukaan yang
kasar. Kertas yang telah kering
belum bisa dilepas dari kaca. Dapat
dilepas dari kaca dengan cara
mencungkilnya. Ketika dilipat
kertas patah.
Percobaan keempat,dilakukan
dengan perbandingan 100gr daun
tebu, 500ml air, 25gr aci, dan lem
fox. Daun tebu dipotong kecil-
kecil, lalu direbus. Kemudian di
blender.saat dicampur tepung aci
ditambahkan lem fox. Hasil yang
didapatkan permukaan kertas yang
dihasilkan kasar. Dapat dilepas dari
kaca. Ketika dilipat patah.
Ketebalan kertas ini cukup tebal.
Percobaan kelima, dilakukan
dengan perbandingan 100gr daun
tebu, 500ml air, 25gr aci, 25gr lem
fox. Daun tebu dipotong kecil-
kecil, di rebus. Kemudian di
blender. Campuran aci dan bubur
daun tebu ditambahkan lem fox.
Hasil yang didapatkan yaitu
permukaan kertas yang dihasilkan
kasar. Setelah kering tidak bisa
lepas dari kaca, pelepasan
dilakukan dengan cara
mencungkilnya. Ketika dilipat
tidak patah, namun membekas
lipatan. Kertas ini kurang menyatu
satu sama lain, sehingga
dibeberapa bagian kertas bolong.
Percobaan keenam, dilakukan
dengan perbandingan 150 gr daun
tebu, 500 ml air, 25 gr aci, 25 gr
lem fox dan 150 gr bubur kertas.
Daun tebu dipotong lecil-kecil,
direbus, kemudian diblender.
Campuran acid an bubur daun tebu
serta bubur kertas ditambah lem
fox. Hasil yang didapatkan yaitu
salah satu sisi permukaan ertas
yang dihasilkan halus, mudah
dilepas dari alas, saat dilipat
membekas lipatan. Ini hasil yang
terbaik dari semua percobaan yang
dilakukan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil percobaan yang
telah dilakukan didapatkan bahwa
daun tebu dapat digunakan sebagai
caampuran utama daur ulang
kertas. Dengan perbandinga 1 : 1
antara daun tebu dengan bubur
kertas.
B. Saran
Diharapkan agar inventor
selanjutnya dapat membuat produk ini
lebih sempurna lagi.
DAFTAR PUSTAKA
digilip.unila.ac.id/cgi/search/simple?exp=0
%7C1%7C-
date%2Fcreators_name%2Ftitle%7
C-
%7Cq%3Aproses+pembuatan+ker
tas%7C&_action_search=1&order
=date%2Fcreators_name%2Ftitle&
screen=search&search_offset=100
id.m.wikihow.com/ Membuat-Kertas-
Daur-Ulang-dari-Kertas-Bekas
namalatins.blogspot.com/2015/03/nama-
latin-tebu-klasifikasi-dan-
sekitas.html?m=1
Pragusti, W. (2013). Pembuatan kertas dari
daun tebu. Projek invention.
Vanue. 1990. Redaksi Ensiklopedia
Indonesia
Wardiyono. 2013
Wijayanti. 2008
www.katalogibu.com/ tips-bunda / kenali-
ragam-kertas-untuk-kerajinan-
tangan-origami.html
Hendri. 2012. “Jenis-Jenis Kertas Dalam
Percetakan”.
http://percetakanpramuka.com/index.p
hp/86-artikel-percetakan/113-jenis-
jenis-kertas-dalam-percetakan