laporan kinerja instansi pemerintah (lakip)
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
(LAKIP)
DINAS KESEHATAN
TAHUN 2019
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT
DINAS KESEHATAN Jl. Proklamasi No. 7 Garut
www.dinkesgarut.com
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, hanya berkat ridho dan perkenan-Nya
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019
dapat disusun dan selesai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas pencapaian sasaran strategis selama tahun 2019. Penyusunan Laporan
Akuntabilitas Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019 disusun sebagai tindak lanjut dari
TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta INPRES Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan memperhatikan Permenpan & RB No 53/2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan tersebut mewajibkan instansi pemerintah
mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsi dalam bentuk Laporan Akuntabiilitas Kinerja
Pemerintah (LAKIP).
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini. Semoga membawa manfaat dan
keberhasilan bagi semua.
Garut, Maret 2020
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
dr. H. Maskut Farid, MM NIP. 19670625 199803 1 004
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Garut merupakan laporan
pertanggungjawaban kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dalam mencapai sasaran
strategis. Laporan Kinerja ini disusun dengan tujuan melaporkan keberhasilan dan kegagalan
pencapaian sasaran strategis dan merupakan umpan balik untuk meningkatkan kinerja.
Laporan akuntabilitas kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019 disusun
melalui pengukuran data kinerja setelah berakhirnya Tahun Anggaran 2019 yang melibatkan
seluruh bidang / bagian Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. Capaian kinerja diukur dengan
membandingkan antara target kinerja yang diperjanjikan dalam dokumen penetapan kinerja,
dengan hasil pengukuran kinerja.
Hasil pengukuran kinerja, seperti terlihat pada gambar diatas, dari 22 indikator sebanyak 6
indikator (27,27%) mencapai target, 6 indikator (27,27%) tidak mencapai target tetapi ada
peningkatan dibandingkan dengan tahun yang lalu dan 10 indikator (45,45%) tidak mencapai
target. Kinerja yang tidak mencapai target disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1. Masih kurangnya Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) yang memiliki kompetensi dan
sarana prasarana untuk melaksanakan pencapaian indikator kinerja terutama indikator yang
juga merupakan indikator standar pelayanan minimal (SPM);
2. Faktor eksternal antara lain dari pengetahuan ibu hamil, keluarga mengenai kesadaran
terhadap kesehatan (masih banyaknya kebiasaan masyarakat pedesaan yang menganggap
nyaman melahirkan di rumah) dan faktor geografis antara lain akses jalan yang belum bagus);
3. Belum optimalnya sosialisasi sistem rujukan bagi ibu melahirkan melalui SIJARIEMAS (Sistem
Informasi Komunikasi Jejaring Rujukan Maternal) yang merupakan alat atau tool untuk
meningkatkan komunikasi dan koordinasi rujukan dalam sebuah jejaring rujukan;
4. Belum semua Puskesmas dengan Perawatan (DTP) mampu PONED (Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar).
27,27%
27,27%
45,45%
Capaian Kinerja Tahun 2019
mencapai target
tidak mencapai targettetapi ada peningkatandibandingkan dengantahun yang lalu
tidak mencapai target
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | iii
5. Sumber Daya Manusia Kesehatan yang masih kurang terutama tenaga kesehatan lingkungan
dan petugas gizi di Puskesmas
Terhadap kinerja yang tidak mencapai target ,perlu diupayakan penyempurnaan antara lain
:
1. Pemenuhan SDMK dan sarana prasarana untuk pencapaian indikator kinerja yang merupakan
indikator standar pelayanan minimal (SPM);
2. Advokasi penurunan AKI dan AKB kepada sektor lain seperti perbaikan infrastruktur yang
akan menunjang akses kepada pelayanan kesehatan seperti transportasi, ketersediaan air
bersih dan sanitasi serta pendidikan dan pemberdayaan masyarakat utamanya terkait
kesehatan ibu dan anak yang menjadi tanggungjawab sektor lain memiliki peran sangat
besar;
3. Memperluas jejaring antara tenaga spesialis dengan tenaga kesehatan didaerah /
Puskesmas;
4. Meningkatkan frekwensi dan kualitas monitoring evaluasi;
5. Sosialisasi dan meningkatkan mobilisasi masyarakat melalui koordinasi pemerintahan di
Tingkat Kecamatan dan Desa ( Posyandu siaga Mathernal Perinatal );
6. Menambah jumlah tenaga kesehatan lingkungan dan tenaga gizi di Puskesmas.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF…………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI .......................................... iv
DAFTAR TABEL ...........................................v
DAFTAR GRAFIK .......................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Organisasi .......................................... 1
1.2 Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan .......................................... 2
1.3 Issue Strategis Yang Sedang Dihadapi SKPD ................................. 4
1.4 Landasan Hukum ……………………………………………………………………… 5
1.5 Sistematika.............................................................................. .... 6
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis......…..…………………………………………………………… 7
2.2 Penyelarasan Sasaran dan Indikator............................................ . . 7
2.3 Indikator Kinerja Utama…………………………………………………….......... 9
2.4 Perjanjian Kinerja.......................................................................... 14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Kinerja Organisasi .........................................16
3.1.1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ..................................... 16
3.1.2 Capaian Indikator Kinerja RPJMD...................................... ....... 35
3.1.2.1 Capaian Kinerja Sasaran RPJMD................................................ 35
3.1.2.2 Capaian Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2019...................................................................................... 36
3.2 Realisasi Keuangan...................................................................... 45
3.3 Prestasi....................................................................................... 51
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………………… ... 53
LAMPIRAN
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | v
DAFTAR TABEL
Hal : Tabel 1.1
Komposisi Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019
4
Tabel 2.1
Penyelarasan Sasaran dan Indikator Rencana Pembangunan Jangka Menegah Kabupaten Garut Tahun 2014-2019
7
Tabel 2.2
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2014-2019
8
Tabel 2.3
Indikator Kinerja Utama Tahun 2019 Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
9
Tabel 2.4
Target Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019
14
Tabel 2.5
Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2019
15
Tabel 3.1
Capaian Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun
2019
16
Tabel 3.2
Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2018 dan 2019
18
Tabel 3.3
Analisis Pencapaian Sasaran 1
19
Tabel 3.4
Data Balita Stunting Tahun 2019
21
Tabel 3.5
Analisis Pencapaian Sasaran 2 Meningkatnya Penyehatan Lingkungan
22
Tabel 3.6
Analisis Pencapaian Sasaran 3 Meningkatnya Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
23
Tabel 3.7
Analisis Pencapaian Sasaran 4 Meningkatnya Jumlah Desa Siaga Aktif
26
Tabel 3.8
Analisis Pencapaian Sasaran 5 Meningkatnya Fasilitas Pelayanan Kesehatan
27
Tabel 3.9
Analisis Pencapaian Sasaran 6 Meningkatnya Persentase Pelayanan Kefarmasian
28
Tabel 3.10
Analisis Pencapaian Sasaran 7 Meningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat
29
Tabel 3.11
Analisis Pencapaian Sasaran 8 Meningkatnya Kualitas dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Kesehatan
31
Tabel 3.12
Analisis Pencapaian Sasaran 9 Meningkatnya Puskesmas Terakreditasi
32
Tabel 3.13
Daftar Puskesmas Terakreditasi Tahun 2019
32
Tabel 3.14
Daftar Rumah Sakit Terakreditasi Tahun 2019
34
Tabel 3.15
Capaian Indikator Kinerja Sasaran RPJMD Tahun 2019
35
Tabel 3.16
Capaian Indikator Kinerja Daerah Pelaksanaan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Garut Tahun 2019
36
Tabel 3.17
Kasus Kematian Ibu Melahirkan Tahun 2013-2019
38
Tabel 3.18
Kasus Kematian Ibu Melahirkan per Kecamatan Tahun 2019
38
Tabel 3.19
Kasus Kematian Bayi Tahun 2013-2019
40
Tabel 3.20
Kematian Bayi per Kecamatan Tahun 2019
40
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | vi
Tabel 3.21
Lahir Hidup Tahun 2019
41
Tabel 3.22
Realisasi Anggaran Program Administrasi Umum (ADUM) Tahun 2019
46
Tabel 3.23
Realisasi Anggaran Pencapaian Indikator Kinerja Tahun 2019
47
Tabel 3.24
Capaian Kinerja Keuangan dan Capaian Kinerja Fisik Tahun 2019
47
Tabel 3.25
Prestasi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019
51
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | vii
DAFTAR GRAFIK
Hal :
Grafik 3.1
Cakupan UCI Desa Tahun 2014 – 2019
43
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Organisasi
Laporan kinerja instansi pemerintah (LAKIP) sebagai salah satu instrumen Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi
pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan
dan sasaran strategis instansi. Laporan ini berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana
ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan. Laporan kinerja
instansi pemerintah adalah suatu media untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan
yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab dan untuk lebih
memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud
pertanggungjawaban dalam pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan dan sasarannya.
Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 bahwa Pembangunan Kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi
bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban serta
norma-norma agama. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan maka Dinas Kesehatan
Kabupaten Garut menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2019 yang dapat
menggambarkan tingkat kinerja dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan dan
kegagalan melaksanakan misi organisasi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 27 Tahun 2016 tentang
Tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Garut, struktur
organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, membawahkan:
1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;
2. Subbagian Keuangandan Barang Milik Derah;
3. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
c. Bidang Kesehatan Masyarakat, membawahkan:
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
2. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga; dan
3. Seksi Promosi Kesehatan dan Pembardayaan Masyarakat
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, membawahkan:
1. Seksi Surveilans dan Imunisasi;
2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; dan
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 2
e. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahkan:
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer;
2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; dan
3. Seksi Mutu Pelayanan Kesehatan
f. Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahkan:
1. Seksi Kefarmasian;
2. Seksi Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Obat Publik; dan
3. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan.
g. Unit Pelaksana Teknis; dan
h. Kelompok Jabatan Fungsional
1.2 Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan
Tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan sesuai dengan Peraturan Bupati Garut Nomor:
49 Tahun 2016 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Garut,
adalah sebagai berikut :
a. Tugas Pokok SKPD
Dinas mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Kabupaten.
b. Fungsi SKPD
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
1) PerumusanKebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
2) Pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan
fungsinya.
Adapun dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan,
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut memiliki struktur organisasi sebagai berikut :
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 3
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN V PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
DINAS KESEHATAN KABUPATEN GARUT NOMOR 27 TAHUN 2016
KETERANGAN : =GARIS KOMANDO/PEMBINAAN =GARIS KOORDINASI
SEKRETARIAT
SUBBAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUBBAGIAN PERENCANAAN,
EVALUASI DAN
PELAPORAN
SUBBAGIAN KEUANGAN DAN BARANG MILIK
NEGARA
BIDANG
KESEHATAN MASYARAKAT
U P T
SEKSI PROMOSI KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAANMASYARAKAT
SEKSI
KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN KERJA DAN OLAH
RAGA
SEKSI
KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI
BIDANG
SUMBER DAYA KESEHATAN
BIDANG PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
SEKSI
KEFARMASIAN
SEKSI ALAT KESEHATAN PERBEKALAN
KESEHATAN RUMAH TANGGA DAN OBAT PUBLIK
SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN
MANUSIA
SEKSI
SURVEILANS DAN IMUNISASI
SEKSI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
MENULAR
BIDANG
PELAYANAN KESEHATAN
SEKSI PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT TDAK MENULAR DAN
KESEHATAN JIWA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKSI PELAYANAN KESEHATAN
PRIMER
SEKSI PELAYANAN KESEHATAN
RUJUKAN
SEKSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN
B U P A T I G A R U T,
ttd
RUDY GUNAWAN
KEPALA DINAS
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 4
Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi tersebut diperlukan sumber daya manusia
yang handal. Adapun Jumlah Pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019
adalah sebanyak :
TABEL 1.1 KOMPOSISI PEGAWAI DINAS KESEHATAN KABUPATEN GARUT
TAHUN 2019
NO. JABATAN JUMLAH (ORANG)
1. PEJABAT STRUKTURAL 89
2. JABATAN FUNGSIONAL
a. Dokter 78
c. b. Dokter Gigi 75
c. Bidan 442
d. Perawat 337
e. Perawat Gigi 59
f. Asisten Apoteker 18
g. Apoteker 10
h. Analis 12
i. Sanitarian 27
j. Nutrionist 17
k. Adminkes 4
l. Penyuluh Kesehatan 85
m. Analis Kepegawaian 1
n. Epid 2
3. Pelaksana 218
4. TKK 146
5. PTT Provinsi 60
6. Non PNS BLUD 1.262
Jumlah 2.943
Sumber : Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pegawai seluruhnya terdapat 2.943 orang
yang terdiri dari Pegawai eselon II sebanyak 1 orang yaitu Kepala Dinas Kesehatan. Pegawai
pejabat administrator sebanyak 4 orang yaitu 1 orang sekretaris dan 4 orang Kepala Bidang.
Pejabat Pengawas sebanyak 82 orang yaitu terdiri dari 12 orang Kepala Seksi, 3 orang
Kepala Sub Bag, 1 orang Kepala Labkesda dan 68 Kepala Subbag Tata Usaha. Sedangkan
fungsional umum/pelaksana sebanyak 218 orang.
1.3 Issue Strategis yang sedang dihadapi SKPD
Isu strategis adalah permasalahan utama yang disepakati untuk dijadikan prioritas
penanganan selama kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang. Memperhatikan perkembangan
dan tantangan dewasa ini, maka isu strategis yang masih dihadapi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Garut berdasarkan tujuan yang ingin dicapai adalah :
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 5
1. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten
Garut;
2. Tingginya hasil stunting hasil Pemantauan Status Gizi, Riskesdas tahun 2017 Kabupaten
Garut masih tinggi sebesar 43,2 %;
3. Masih rendahnya aksesabilitas dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama
di daerah terpencil dan pinggiran;
4. Penyediaan pembiayaan kesehatan oleh pemerintah pusat dan jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat penyerapannya belum maksimal;
5. Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan;
6. Belum optimalnya pelaksanaan paradigma sehat : SPM, PISPK, SDGs dan Germas;
7. Masih tingginya kejadian penyakit menular dan meningkatnya kejadian penyakit tidak
menular;
8. Adanya ancaman meningkatnya atau munculnya penyakit lain (neo emerging dan re-
emerging) serta kejadian luar biasa;
9. Masalah akses sanitasi masih kurang melalui desa Open Defecation Free ( program
STBM);
10. Masih belum optimalnya pelaksanaan manajeman BLUD puskesmas;
11. Masih ditemukannya penyalahgunaan obat di masyarakat;
12. Masih diperlukannya stabilitas persediaan obat dan perbekalan kesehatan di sarana
pelayanan kesehatan;
13. Masih rendahnya kualitas bangunan fisik hasil kegiatan pembangunan sarana pelayanan
kesehatan;
14. Masih perlunya ditingkatkan kepuasan pelanggan;
15. Masih kurangnya alat kesehatan yang bermutu dan terkalibrasi;
16. Masih rendahnya sarana dan prasarana serta sistem pengelolaan Laboratorium
Kesehatan Daerah (Labkesda).
1.4 Landasan Hukum
LAKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Garut ini disusun berdasarkan beberapa landasan
hukum sebagai berikut :
1. Tap. MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas dari Korupsi dan Nepotisme;
2. Undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas dari Korupsi dan Nepotisme;
3. Instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
4. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang
Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 6
5. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Penyusunan Pelaporan Kinerja;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2010 tanggal 31
Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP);
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53 Tahun 2014 tanggal 1
Desember 2014 Tentang Petunjuk Tekhnis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
10. Peraturan daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2014 – 2019.
1.5 Sistematika
Sistematika Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2019 adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi Gambaran Umum, Tugas dan Fungsi, Isu Strategis yang dihadapi SKPD,
Dasar Hukum dan Sistematika.
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Meliputi Perencanaan Strategis sebelum dan setelah reviu.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Meliputi Capaian IKU, Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja serta
Akuntabilitas Keuangan.
BAB IV PENUTUP
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 7
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA
2.1 Rencana Strategis
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Garut adalah merupakan
dokumen yang disusun melalui proses sistematis dan berkelanjutan serta merupakan
penjabaran dari pada Visi dan Misi Kepala Daerah yang terpilih dan terintegrasi dengan
potensi sumber daya yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, dalam hal ini Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut telah menyusun Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten
Garut yang ditetapkan untuk jangka waktu 5 (lima ) tahun yaitu dari Tahun 2014 -2019.
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut tersebut ditujukan untuk mewujudkan visi
dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut diharapkan dapat mewujudkan sinkronisasi
dengan Renstra Kementrian Kesehatan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) Bappenas dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai suatu system
perencanaan pembangunan nasional.
Untuk mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2014 – 2019 maka
perencanaan strategik Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dituangkan dalam Misi ke 1 yaitu
Meningkatkan tata kelola pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, terjangkau,
prima untuk mewujudkan kehidupan masyarakat bermartabat dan agamis.
2.2 Penyelarasan Sasaran dan Indikator
Upaya untuk meningkatkan akuntabilitas, Pemerintah Kabupaten Garut juga melakukan
penyelarasan sasaran dan indikator sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 sebagaimana tercantum dalam dalam tabel
berikut :
Tabel 2.1
Penyelarasan Sasaran dan Indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Garut Tahun 2014-2019
Misi 1 : Meningkatkan Tata Kelola Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan yang Berkualitas, Terjangkau, Prima untuk Mewujudkan Kehidupan Masyarakat
Bermartabat dan Agamis
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target 2017
Target 2018
Target 2019
Target Akhir RPJMD 2019
Meningkatnya Kualitas
sumber daya manusia
Indeks kesehatan
Meningkatnya harapan
hidup masyarakat
Angka Harapan
Hidup
70,84 70,93 71,02 71,02
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 8
Berdasarkan hasil penyelarasan tujuan, sasaran dan indikator kinerja RPJMD Tahun
2014-2019 maka Dinas Kesehatan melakukan review terhadap Rencana Strategis Tahun
2014-2019 dengan hasil adalah sebagai berikut :
TABEL 2.2
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH
KEBIJAKAN
Terwujudnya pembangunan Kesehatan
Menuju Masyarakat yang
bermartabat, nyaman dan sejahtera
Meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
dan masyarakat beserta lingkungannya
Meningkatnya harapan hidup masyarakat
Meningkatnya pelayanan kesehatan pada
ibu, bayi, balita dan kelompok masyarakat
berisiko
Peningkatan pelayanan kesehatan ibu,
bayi, anak dan kelompok masyarakat
berisiko dengan pengembangan pemantauan
kesehatan ibu, bayi dan anak
Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu
dan anak
Meningkatnya penyehatan
lingkungan
Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan
Meningkatnya pelayanan
kesehatan lingkungan
Meningkatnya pencegahan dan
pengendalian penyakit menular
Peningkatan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular
Meningkatnya upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit menular
Memberdayakan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat
Meningkatnya Jumlah Desa
Siaga Aktif
Peningkatan Status Desa
Siaga Aktif
Meningkatnya Status Desa
Siaga Aktif
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
berjenjang, prima dan profesional
Meningkatnya fasilitas pelayanan
kesehatan
Penyebaran Puskesmas dengan tempat
perawatan di kecamatan sesuai rasio
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar
Menyelenggarakan
manajemen kesehatan dengan sumber daya yang
berkualitas
Meningkatnya
persentase pelayanan kefarmasian
Peningkatan
kualitas dan kuantitas sumber daya
kesehatan
Meningkatnya
kualitas dan kuantitas sumber daya
kesehatan
Meningkatnya
indeks kepuasan masyarakat
Peningkatan
pelayanan publik
Meningkatnya
pelayanan publik
Meningkatnya kualitas dan
kompetensi sumber daya manusia
kesehatan
Pembinaan, pengawasan
kapasitas sumber daya kesehatan
Mengembangkan sistem
manajemen kesehatan
Meningkatnya
puskesmas terakreditasi
Peningkatan
mutu pelayanan kesehatan
Meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 9
2.3 Indikator Kinerja Utama
Salah satu upaya untuk memperkuat akuntabilitas dalam penerapan tata pemerintahan
yang baik di Indonesia ditertibkannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor : PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja
Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi
Pemerintah. Indikator Kinerja Utama merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan
sasaran strategis instansi pemerintah.
TABEL 2.3 INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2019
DINAS KESEHATAN KABUPATEN GARUT
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA
UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA
ALASAN
FORMULASI/
CARA
PENGUKURAN
SUMBER
DATA
1.
Meningkatnya
pelayanan
kesehatan pada
ibu,bayi,balita,
dan kelompok
masyarakat
berisiko
Pelayanan
kesehatan pada
ibu hamil
% Peraturan Mente
ri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
Jumlah ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan K4 di Fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemeritah dan swasta di bagi
jumlah semua ibu hamil (sasaran) x 100 %
Rekapitulasi
Puskesmas
dan faskes
swasta
Standar pelayanan antenatal
adalah pelayanan yang
dilakukan kepada ibu hamil
dengan memenuhi kriteria 10 T
yaitu :
a. Timbang berat badan dan
ukur tinggi badan
b. Ukuran tekanan darah
c. Nilai status gizi (Ukur
Lingkar Lengan Atas/LILA)
d. Ukur tinggi puncak Rahim
(funsus uteri)
e. Tentukan presentasi janin
dan denyut jantungf janin
(DJJ)
f. Skrining status imunisasi
tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan
g. Pemberiantablet tambah
darah minimal 90 tablet
selama kehamilan
h. Tes laboratorium hb, protein
urin
i. Tatalaksana kasus sesuai
kewenangan
Temu wicara (konseling)
Pelayanan
kesehatan pada
ibu bersalin
% PMK RI No. 43 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar di fasilitas kesehatan dibagi jumlah semua ibu
bersalin (sasaran) x 100 %
Rekapituklas
i data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
Langkah-langkah kegiatan :
1) Pendataan ibu bersalin
2) Pelayanan persalinan
3) Pengisian dan pemanfaatan
BUKU KIA
4) Pencatatan dan pelaporan
Rujukan pertolongfan
persalinan jika diperlukan
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 10
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA
UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA
ALASAN
FORMULASI/
CARA
PENGUKURAN
SUMBER
DATA
Pelayanan
kesehatan pada
bayi baru lahir
% PMK RI No. 43
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
Jumlah bayi baru
lahir usia 0 -28 hari yang mendapatkan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai dengan standar
dibagi jumlah semua bayi baru lahir di wilayah
kabupaten/kota kali 100 %
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
Langkah-langkah kegiatan :
1. Pendataan bayi baru lahir
2. Pelayanan kesehatan bayi
baru lahir
3. Pengisian dan pemanfaatan
Buku KIA
4. Pencatatan dan pelaporan
Rujukan pertolongan kasus komplikasi pada bayi baru lahir jika diperlukan
Pelayanan
kesehatan balita
% PMK RI No. 43
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
Jumlah balita 0-59
bulan yang mendapatkan pelayanan
kesehatan balita sesuai standar dalam kurun waktu
satu tahun di bagi jumlah semua balita 0-59 bulan di
wilayah kabupaten kali 100%
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
Pelayanan
kesehatan pada
usia pendidikan
dasar
% PMK RI No. 43 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
Jumlah anak usia pendidikan kelas 1
dan 7 yang mendapatkan pelayanan skrining
kesehatan di satuan pendidikan di bagi jumlah semua anak usia
pendidikan dasar kelas 1 dan 7 di wilayah kabupaten
kali 100%
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
Pelayanan
kesehatan pada
usia lanjut
% PMK RI No. 43 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Jumlah pengunjung berusia 60 tahun
ke atas yang mendapat skrining kesehatan sesuai
standar minimal 1 kali dalam kurun waktu satu tahun
dibagi jumlah semua penduduk berusia usia 60
tahun keatas yang ada di wilayah kabupaten dalam
kurun waktu satu tahun perhitungan
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
Pelayanan
kesehatan pada
usia produktif
% PMK RI No. 43 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Jumlah pengunjung usia
15-59 tahun mendapat pelayanan skrining kesehatan sesuai
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 11
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA
UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA
ALASAN
FORMULASI/
CARA
PENGUKURAN
SUMBER
DATA
standar dalam kurun waktu satu
tahun dibagi jumlah warga negara usia 15-59
tahun yang ada diwilayah kerja dalam kurun waktu
satu tahun yang sama.
Persentase
pelayanan
kesehatan pada
gizi buruk
% Permenkes No.23 Tahun 2014
tentang Upaya Perbaikan Gizi
Persentase dari jumlah balita gizi
buruk dibagi dengan jumlah balita seluruhnya x
100 %
Dinas
Kesehatan
Hasil penghitungan menggunakan kriteria
pengukuran status gizi balita
2. Meningkatnya
penyehatan
lingkungan
Jumlah Desa
ODF
desa PP RI No. 66 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan LIngkungan
Jumlah Desa yang ODF dibagi dengan jumlah semua desa
x 100 %
Dinas
Kesehatan
3. Meningkatnya
pencegahan dan
pengendalian
penyakit menular
UCI % PMK No. 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Jumlah Desa yang tercapai UCI dibagi
jumlah semua desa x 100 %
Dinas
Kesehatan
Pelayanan
kesehatan
penderita
hipertensi
% PMK RI No. 43 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
Jumlah penderita hipertensi yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar dalam kurun waktu satu tahun di bagi
jumlah estimasi penderita hipertensi
berdasarkan angka prevalensi kab. Dalam kurun waktu
satu tahun pada tahun yang sama
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
Pelayanan
kesehatan
penderita
Diabetes
Melitus
% PMK RI No. 43 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
Jumlah penyandang DM
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar dalam kurun waktu satu tahun di bagi
jumlah penyandang DM berdasarkan angka prevalensi DM
nasional diwilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun
pada tahun yang sama
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
Pelayanan
Kesehatan
orang
% PMK RI No. 43 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan
Jumlah ODGJ berat (psikotik) diwilayah
kerja kabupaten yang mendapat
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 12
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA
UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA
ALASAN
FORMULASI/
CARA
PENGUKURAN
SUMBER
DATA
gangguan jiwa
berat
Minimal Bidang Kesehatan
pelayanan kesehatan jiwa
promotif preventif sesuai standar dalam kurun waktu
satu tahundibagi jumlah ODGJ berat (psikotik) yang ada
di wilayah kerja kabupaten dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
dan faskes
swasta
Pelayanan
kesehatan
orang dengan
TB
% PMK RI No. 43 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan TB
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun dibagi
jumlah orang dentgan TB yang ada di wilayah kerja pada kurun
waktu satu tahun yang sama
Rekapitulasi
data dari
puskesmas
dan faskes
swasta
Pelayanan
kesehatan
orang risiko
terinfeksi HIV
% PMK RI No. 43 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
Jumlah orang berisiko terinfeksi
HIV yang mendapatkan pemeriksaan HIV
sesuai standar di fasyankes dalam kurun waktu satu
tahun di bagi jumlah orang berisiko terinfeksi
HIV yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun yang sama kali 100 %
4. Meningkatnya
perilaku hidup
bersih dan sehat
Desa siaga aktif PMK No.
65 Tahun
2013
Tentang
Pedoman
Pelaksana
an dan
pembinaa
n
pemberda
yaan
masyarak
at bidang
kesehata
n
Persentase dari jumlah Desa
Siaga yang aktif dibandingkan dengan jumlah
Desa Siaga yang dibentuk x 100 %
Dinas Kesehatan Laporan
Jumlah Desa
Siaga Aktif
dari
puskesmas
Srata Desa Siaga aktif : Pratama, Madya, Purnama dan
Mandiri
5. Meningkatnya
fasilitas pelayanan
kesehatan
Status
puskesmas TTP
menjadi DTP
Jumlah Untuk meningkatkan
pemerataan jangkauan pelayanan
kesehatan kepada
Jumlah Puskesmas Tanpa Tempat
Perawatan yang berubah status menjadi
Puskesmas Dengan Tempat
Dinas
Kesehatan
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 13
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA
UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA
ALASAN
FORMULASI/
CARA
PENGUKURAN
SUMBER
DATA
masyarakat maka di setiap
kecamatan harus memiliki puskesmas
dengan tempat perawatan sesuai standar (ratio
puskesmas dengan tempat perawatan
dengan jumlah penduduk)
Status pustu
menjadi
puskesmas
Jumlah Untuk meningkatkan
pemerataan jangkauan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat maka di setiap
kecamatan harus memiliki puskesmas
sesuai standar (ratio puskesmas dengan jumlah
penduduk
Jumlah Puskesmas Pembantu yang
berubah status menjadi puskesmas tanpa
perawatan
Dinas
Kesehatan
6. Meningkatnya
prosentase
pelayanan
kefarmasian
Persentase
ketersediaan
obat dan
perbekalan
kesehatan di
fasilitas
pelayanan
kesehatan
persen PMK no 30 Tahun 2014 tentang estándar
kefarmasian di puskesmas
Jumlah obat yang terpenuhi dibagi jumlah obat sesuai
standar x 100 %
Dinas
kesehatan
7. Meningkatnya
indeks kepuasan
masyarakat
Nilai IKM di
puskesmas dan
Dinas
Kesehatan
Angka Permenpan no 15
tahun 2014 tentang standar pelayanan publik
Hasil rekapitulasi
quisioner tentang pelayanan publik
Puskesmas
dan Dinas
Kesehatan
8. Meningkatnya
kualitas dan
kompetensi
sumber daya
manusia
kesehatan
Persentase
SDMK yang
memiki ijin
praktek
persen UU no 36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan
PMK 28 tahun 2017 tentang izin
dan penyelenggaraan praktek bidan
Jumlah SDMK yang memilki ijin praktek di bagi dengan
jumlah sasaran semua tenaga kesehatan x 100 %
Dinas
Kesehatan
9. Meningkatnya
Jumlah Puskesmas
Terakreditasi
Status
puskesmas
terakreditasi
-Dasar 4/5,9%
-Madya
5/7,46%
Jumlah PMK RI No. 46
Tahun 2015 Tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
Hasil penilaian tim
Surveryor yang dibuktikan dengan pemberian serifikar
akreditasi
Dinas
Kesehatan
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 14
TABEL 2.4 TARGET INDIKATOR KINERJA UTAMA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1 2 3 4
1 Meningkatnya pelayanan kesehatan pada ibu, bayi, balita, dan kelompok masyarakat berisiko
1 Persentase pelayanan kesehatan pada ibu hamil
100%
2 Persentase pelayanan kesehatan pada ibu bersalin di fasilitas kesehatan
100%
3 Persentase pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir
100%
4 Persentase pelayanan kesehatan balita 100%
5 Persentase pelayanan kesehatan pada usia
pendidikan dasar
100%
6 Persentase pelayanan pada usian produtif 100%
7 Persentase pelayanan kesehatan pada usia lanjut
100%
8 Persentase pelayanan kesehatan pada gizi buruk
100%
2 Meningkatnya penyehatan lingkungan
1 Jumlah Desa ODF 285 Desa
3 Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit menular
1 Persentase Desa UCI 100 %
2 Persentase pelayanan kesehatan penderita
hipertensi
100 %
3 Persentase pelayanan kesehatan penderita
diabetes melitus
100 %
4 Persentase pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat
100 %
5 Persentase pelayanan kesehatan orang dengan penyakit TB
100 %
6 Persentase pelayanan kesehatan dengan risiko terinfeksi HIV
100 %
4 Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat
Presentase Desa siaga aktif 100 %
5 Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan
1 Status puskesmas TTP menjadi DTP 6
2 Status pustu menjadi puskesmas 2
6 Meningkatnya pelayanan kefarmasian
1 Persentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
100 %
7 Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat
1 Nilai IKM 90
8 Meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia kesehatan (SDMK)
1 Persentase SDMK yang memiliki ijin praktek 100 %
9 Meningkatnya Puskesmas
terakreditasi
1 Jumlah puskesmas terakreditasi : 20
Puskesmas
2.4 Perjanjian Kinerja
Penyusunan Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019 mengacu
pada dokumen Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2014 – 2019, dokumen Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2019, dokumen Rencana Kerja (Renja) Tahun 2019, dan dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun 2019. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut telah menetapkan
Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019. Pada Tahun 2019 Renstra Dinas
Kesehatan di review sehingga mengalami perubahan tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan
sehingga sasaran strategis di perjanjian kinerja mengalami perubahan dengan uraian sebagai
berikut :
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 15
TABEL 2.5 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN
TAHUN 2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
1 2 3 4 5
1 Meningkatnya pelayanan kesehatan pada ibu, bayi, balita,
dan kelompok masyarakat berisiko
1 Persentase pelayanan kesehatan pada ibu hamil
% 100%
2 Persentase pelayanan kesehatan pada ibu bersalin di fasilitas kesehatan
% 100%
3 Persentase pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir
% 100%
4 Persentase pelayanan kesehatan balita % 100%
5 Persentase pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
% 100%
6 Persentase pelayanan pada usian
produtif
% 100%
7 Persentase pelayanan kesehatan pada
usia lanjut
% 100%
8 Persentase pelayanan kesehatan pada gizi buruk
% 100%
2 Meningkatnya penyehatan lingkungan
1 Jumlah Desa ODF Desa 285
3 Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit menular
1 Persentase Desa UCI % 100 %
2 Persentase pelayanan kesehatan
penderita hipertensi
% 100 %
3 Persentase pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus
% 100 %
4 Persentase pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat
% 100 %
5 Persentase pelayanan kesehatan orang dengan penyakit TB
% 100 %
6 Persentase pelayanan kesehatan dengan risiko terinfeksi HIV
% 100 %
4 Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat
Presentase Desa siaga aktif % 100%
5 Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan
1 Status puskesmas TTP menjadi DTP Unit 6
2 Status pustu menjadi puskesmas Unit 2
6 Meningkatnya pelayanan kefarmasian
1 Persentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan
% 100 %
7 Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat
1 Nilai IKM absolut 90
8 Meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia kesehatan (SDMK)
1 Persentase SDMK yang memiliki ijin praktek
% 100 %
9 Meningkatnya Puskesmas
terakreditasi
1 Jumlah puskesmas terakreditasi : absolut 20
Dari tabel 2.5 dapat dilihat bahwa dalam perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Garut Tahun 2019 terdapat 9 sasaran dengan 22 indikator.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 16
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Garut yang dibuat sesuai
ketentuan yang diamanatkan tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tatacara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah .
Laporan Akuntabilitas Kinerja pada sasaran strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
yang tercantum pada dokumen Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2014-2019,
yang terdiri dari 9 (Sembilan) sasaran. Berikut diuraikan hasil pengukuran dan analisis pencapaian
sasaran strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :
3.1 Capaian Kinerja Organisasi
Dalam rangka mengukur dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatnya akuntabilitas
kinerja pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama
(IKU). IKU adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Tujuan
Penetapan Indikator Kinerja Utama yaitu:
1. Untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan
manajemen kinerja secara baik;
2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis
organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.
Tahun 2019 adalah tahun kelima dari implementasi Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2014-2019.
3.1.1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Berikut hasil pengukuran dan analisis pencapaian sasaran strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten Garut Tahun 2019 :
TABEL 3.1
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN GARUT
TAHUN 2019
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
1 2 4 5 6
1 Persentase pelayanan
kesehatan pada ibu hamil
100% 99,81 % 93,81 %
2 Persentase pelayanan kesehatan pada ibu bersalin
100% 94,38 % 94,38 %
3 Persentase pelayanan kesehatan pada bayi baru
lahir
100% 99,39% 99,39%
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 17
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
4 Persentase pelayanan kesehatan balita
100% 86,22% 86,22%
5 Persentase pelayanan kesehatan pada usia
pendidikan dasar
100% 75,76 % 75,76 %
6 Persentase pelayanan pada usia produktif
100% 67,16 % 67,16 %
7 Persentase pelayanan kesehatan pada usia lanjut
100% 77,10 % 77,10 %
8 Persentase pelayanan kesehatan pada gizi buruk
100% 100% 100%
9 Jumlah Desa ODF 285 Desa 195 Desa 68,42 %
10 Persentase Desa UCI 100 % 84,16 % 82,57 %
11 Persentase pelayanan kesehatan penderita
hipertensi
100 % 49,2 % 49,2 %
12 Persentase pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus
100 % 30,8 % 30,8 %
13 Persentase pelayanan
kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat
100 % 100 % 100 %
14 Persentase pelayanan kesehatan orang dengan penyakit TB
100 % 100 % 100 %
15 Persentase pelayanan
kesehatan dengan risiko terinfeksi HIV
100 % 100%
100%
16 Persentase desa siaga aktif 100 % 98,42 % 98,42 %
17 Status Puskesmas TTP
menjadi DTP
6 Puskesmas 0 0
18 Status PUSTU menjadi Puskesmas
2 Pustu 0 0
19 Persentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan
100 % 100% 100%
20 Nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM)
90 81,875 90,97%
12 Persentase SDMK yang memiliki ijin praktek
100% 100% 100%
22 Jumlah Puskesmas Terakreditasi
20 Puskesmas 17 Puskesmas 85,00 %
Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari 22 indikator terdapat 6 indikator sesuai target
(27,27%), dan 16 indikator tidak mencapai target (72,72%).
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 18
TABEL 3.2 PERBANDINGAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2018 DAN 2019
No INDIKATOR KINERJA Realisasi
2018 Realisasi
2019 Target 2019
Tingkatan
Capaian 2019 thd
target (%)
Tercapai / Tidak
Hasil
sampai dengan 2019
Target
Akhir renstra
1 Persentase pelayanan kesehatan pada ibu hamil
99,17% 93,81% 100% 93,81% × 93,81% 100%
2 Persentase pelayanan kesehatan pada ibu bersalin
76,14% 94,38% 100% 94,38% ▲ 94,38% 100%
3 Persentase pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir
96,29% 99,39% 100% 99,39% ▲ 99,39% 100%
4 Persentase pelayanan kesehatan balita
88,06% 86,22% 100% 86,22% × 86,22% 100%
5 Persentase pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
79,49% 75,76% 100% 75,76% × 75,76% 100%
6 Persentase pelayanan pada usia produktif
41,53% 67,16% 100% 67,16% ▲ 67,16% 100%
7 Persentase pelayanan kesehatan pada usia lanjut
51,86% 77,10% 100% 77,10% ▲ 77,10% 100%
8 Persentase pelayanan kesehatan pada gizi buruk
100% 100% 100% 100% v 100% 100%
9 Jumlah Desa ODF 188 Desa 195 Desa 285 Desa 68,42% × 195 Desa 422 Desa
10 Persentase Desa UCI 84,16% 82,57% 100% 82,57% × 82,57% 100%
11 Persentase pelayanan kesehatan penderita hipertensi
49,20% 53,27% 100% 53,27% ▲ 53,27% 100%
12 Persentase pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus
30,80% 52,46% 100% 52,46% ▲ 52,46% 100%
13
Persentase pelayanan kesehatan orang
dengan gangguan jiwa berat
79,20% 100,00% 100% 100,00% v 100,00% 100%
14
Persentase pelayanan
kesehatan orang dengan penyakit TB
85,03% 100,00% 100% 100,00% v 100,00% 100%
15
Persentase pelayanan
kesehatan dengan risiko terinfeksi HIV
100% 65% 100% 65% v 65% 100%
16 Persentase desa siaga aktif
100% 98,42% 100% 98,42% × 98,42% 100%
17 Status Puskesmas TTP menjadi DTP
12 Puskesmas
0 6 0 × 0 6%
18 Status PUSTU menjadi Puskesmas
0 0 2 0 × 0 2%
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 19
No INDIKATOR KINERJA Realisasi
2018 Realisasi
2019 Target 2019
Tingkatan
Capaian 2019 thd
target (%)
Tercapai / Tidak
Hasil
sampai dengan 2019
Target Akhir
renstra
19
Persentase ketersediaan obat
dan perbekalan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
90,77% 100,00% 100% 100% v 100% 100%
20 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
85,105 81,875 90 90,97% × 81,875 90
12 Persentase SDMK yang memiliki ijin praktek
100% 100% 100% 100% v 100% 100%
22 Jumlah Puskesmas Terakreditasi
27 Puskesmas
17 Puskesmas
20 Puskesmas
85,00% × 65
puksesmas 67
Puskesmas
Ket : V = mencapai target, X = tidak mencapai target, ▲ = tidak mencapai mencapai target tetapi ada peningkatan.
Dari tabel diatas dapat bahwa untuk realisasi dari 22 indikator ada 6 indikator
(27,27%) yang tidak mencapai target tetapi ada peningkatan dibandingkan dengan tahun
yang lalu, 10 indikator (45,45%) tidak mencapai target dan 6 indikator (27,27%) mencapai
target.
Sasaran 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan kelompok
masyarakat berisiko
Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan kelompok masyarakat berisiko
diarahkan untuk mengurangi AKI dan AKB serta penanganan kasus stunting yang dilakukan
melalui pelaksanaan program sebagai berikut :
1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
2. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Kegiatan Pencegahan dan Intervensi Stunting (Banprov)
Adapun analisis pencapaian indikator kinerja seperti tabel di bawah ini :
TABEL 3.3 ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 1
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA
1 2 4 5 6
1 Persentase pelayanan kesehatan pada ibu hamil
100% 99,81% 93,81%
2
Persentase pelayanan
kesehatan pada ibu bersalin di fasilitas kesehatan
100% 94,38% 94,38%
3 Persentase pelayanan kesehatan pada bayi baru
lahir
100% 99,39% 99,39%
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 20
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA
4 Persentase pelayanan
kesehatan balita 100% 86,22% 86,22%
5 Persentase pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
100% 75,76% 75,76%
6 Persentase kesehatan pada
usia lanjut 100% 77,10% 77,10%
7 Persentase pelayanan kesehatan pada gizi buruk
100% 100% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 7 indikator yang ada pada sasaran 1 (satu)
6 indikator (85,71%) belum mencapai target dan 1 indikator (14,29%) telah mencapai target.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian indikator kinerja diantaranya:
1. faktor eksternal antara lain dari pengetahuan ibu hamil, keluarga mengenai kesadaran
terhadap kesehatan (masih banyaknya kebiasaan masyarakat pedesaan yang
menganggap nyaman melahirkan di rumah) dan faktor geografis antara lain akses jalan
yang kurang bagus;
2. faktor ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan belum memenuhi standar
antara lain alat antropometri.
3. Beban kerja program/kegiatan di bidang kesehatan yang cukup besar bila dibandingkan
dengan jumlah SDMK yang ada di puskesmas kurang memadai, salah satunya petugas
gizi.
4. Belum semua Puskesmas dengan Perawatan (DTP) mampu PONED (Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar)
Strategi/upaya pemecahan :
1. Adanya gerakan besar untuk percepatan penanggulangan masalah kematian ibu
melahirkan, kematian bayi baru lahir dan kejadian balita stunting antara lain : Gerakan
Cegah Stunting ti Garut (Gagah ti Garut), Gerakan Anak Sehat Ibu Sehat (Asih ti Garut).
2. Menyusun regulasi terkait permasalahan kesehatan yaitu kebijakan tentang kewajiban
fasilitas kesehatan milik swasta untuk menyampaikan laporan pelayanan kesehatan
kepada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah terdekat (Puskesmas terdekat)
bagi klinik dan Rumah Sakit dan Klinik Utama milik swasta kepada Dinas Kesehatan.
3. Optimalisasi fungsi pelayanan kesehatan puskesmas dan rumah sakit.
Adapun perincian data stunting per kecamatan Tahun 2019 adalah sebagai berikut :
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 21
TABEL 3.4 DATA BALITA STUNTING
TAHUN 2019
NO KECAMATAN Jumlah Balita
STUNTING
Jumlah Anak Stunting % Prevalensi
STUNTING (Pendek & Sangat Pendek )
1 GARUT KOTA 10.177 650 6,39
2 KARANGPAWITAN 11.096 641 5,78
3 WANARAJA 3.451 435 12,61
4 PANGATIKAN 2.971 67 2,26
5 SUCINARAJA 2.763 86 3,11
6 TAROGONG KALER 7.233 251 3,47
7 TAROGONG KIDUL 8.609 305 3,54
8 BANYURESMI 7.235 299 4,13
9 SAMARANG 6.251 407 6,51
10 PASIRWANGI 5.803 110 1,90
11 LELES 5.612 75 1,34
12 KADUNGORA 6.502 119 1,83
13 LEUWIGOONG 4.085 541 13,24
14 CIBATU 4.993 107 2,14
15 KERSAMANAH 4.077 26 0,64
16 SUKAWENING 4.912 257 5,23
17 KARANGTENGAH 1.599 63 3,94
18 MALANGBONG 12.258 121 0,99
19 BAYONGBONG 9.159 338 3,69
20 CIGEDUG 4.059 108 2,66
21 CILAWU 7.692 607 7,89
22 CISURUPAN 8.390 546 6,51
23 SUKARESMI 4.648 100 2,15
24 CIKAJANG 6.771 529 7,81
25 SINGAJAYA 2.763 105 3,80
26 CIHURIP 1.296 137 10,57
27 BANJARWANGI 5.156 747 14,49
28 PEUNDEUY 2.300 27 1,17
29 PAMEUNGPEUK 2.981 87 2,92
30 CISOMPET 3.892 203 5,22
31 CIBALONG 3.534 385 10,89
32 CIKELET 2.832 65 2,30
33 BUNGBULANG 4.065 68 1,67
34 MEKARMUKTI 1.268 258 20,35
35 PAKENJENG 5.294 34 0,64
36 PAMULIHAN 1.453 29 2,00
37 CISEWU 2.604 75 2,88
38 CARINGIN 2.677 121 4,52
39 TALEGONG 1.827 52 2,85
40 LIMBANGAN 5.513 296 5,37
41 SELAAWI 3.117 61 1,96
42 CIBIUK 2.365 365 15,43
KABUPATEN 205.283 9.903 4,82
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 22
Sasaran 2 Meningkatnya Penyehatan Lingkungan
Meningkatnya Penyehatan Lingkungan diarahkan untuk meningkatkan cakupan
lingkungan sehat dengan indikator sasaran, jumlah desa yang terbebas dari buang air besar
sembarangan atau Open Defecation Free (ODF) yang dilakukan melalui pelaksanaan
program Pengembangan lingkungan sehat. Pencapaian sasaran 2 dapat dilihat dengan 1
indikator kinerja seperti tabel di bawah ini:
TABEL 3.5 ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 2
MENINGKATNYA PENYEHATAN LINGKUNGAN
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA
1 2 4 5 6
1 Jumlah Desa ODF 285 Desa 195 Desa 68,42 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari indikator yang ada pada sasaran 2 sebanyak
1 indikator (68,42%) belum mencapai target.
Faktor –faktor yang menentukan pencapaian indikator kinerja sasaran adalah :
1. Jumlah tim fasilitator STBM yang terlatih di tingkat desa kurang;
2. Jumlah Natural leader yang mampu menjadi motivator dan supervisor dari hasil pemicuan
STBM kurang;
3. Fasilitasi atau dukungan dari desa belum optimal terutama untuk kegiatan Stop BABS.
Hambatan/masalah :
1. Adanya perilaku masyarakat yang membutuhkan adaptasi untuk tidak BAB sembarangan;
2. Adanya ketidakmampuan ekonomi masyarakat untuk membangun jamban sehat.
Strategi/Upaya pemecahan masalah antara lain:
1. Mendorong untuk membangun kearifan lokal dalam mencegah perilaku BABS;
2. Peningkatan promosi hygiene sanitasi;
3. Pemetaan akses sanitasi untuk pengusulan pembangunan sarana sanitasi yang layak.
Sasaran 3 Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit diarahkan untuk meningkatkan
capaian pencegahan dan pengendalian penyakit dengan indikator sasaran persentase
pencegahan dan pengendalian penyakit yang dilakukan melalui pelaksanaan Program
pencegahan dan pengendalian penyakit.
Pencapaian sasaran 3 dapat dilihat dengan indikator kinerja seperti tabel di bawah ini:
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 23
TABEL 3.6 ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 3
MENINGKATNYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA
1 2 4 5 6
1 Persentase Desa UCI 100 % 84,16 % 82,57 %
2 Presentase kesehatan pada usia produktif
100% 67,16 % 67,16 %
3 Persentase pelayanan kesehatan penderita hipertensi
100 % 49,2 % 3,83 %
4 Persentase pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus
100 % 30,8 % 7,00%
5 Persentase pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat
100 % 100 % 100 %
6 Persentase pelayanan kesehatan
orang dengan penyakit TB
100 % 100 % 100 %
7 Persentase pelayanan kesehatan dengan risiko terinfeksi HIV
100 % 100%
100%
Faktor-faktor yang mempengaruhi belum tercapainya indikator sasaran strategis adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan Surveilans dan Imunisasi :
1) Ketersediaan vaksin, khusus untuk antigen vaksin polio (OVP) sempat tidak
tersedia dalam 3 (tiga) bulan, kondisi ini akan mempengaruhi agregat;
2) Kualitas pelayanan imunisasi belum merata, terutama dalam hal ketersediaan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi termasuk tingginya
tingkat pergantian petugas terlatih;
3) Kualitas sistem pencatatan dan pelaporan yang belum berjalan optimal;
4) Penerapan One Gate Policy atau sistem satu pintu mengenai vaksin didaerah
belum berjalan optimal, terutama dalam hal koordinasi antara pengelola
program dengan pengelola vaksin;
5) Penanganan kasus KIPI masih belum maksimal dalam pembiayaannya,
mengingat selama ini belum secara tertulis dalam aturan tentang kewajiban
pemerintah dalam penanganan kasus KIPI.
2. Kegiatan P2PM
1) Adanya keterbatasan keterampilan petugas pelaksana program dalam melakukan
manajemen pelaksanaan program;
2) Belum optimalnya sinergisitas antara pihak terkait baik lintas program maupun lintas
sektor dalam pelaksanaan kegiatan;
3) Kualitas sistem pencatatan dan pelaporan yang belum berjalan optimal.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 24
3. Kegiatan P2PTM
Surveilance Faktor Resiko Pencegahan dan Pengedalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa dari hasil analisi belum terlaksananya pencegahan dan pengendalian
faktor risiko Penyakit Tidak Menular berbasis peran serta masyarakat secara terpadu,
rutin dan periodik dengan data base PTM yang akuntabel dalam kegiatan indikator
sasaran strategis yang belum tercapai sesuai dengan harapan dipengaruhi oleh beberapa
Faktor antara lain:
a. Adanya keterbatasan tenaga pengelola baik tingkat dinas kesehatan maupun
puskesmas.
b. Adanya rotasi dan mutasi serta rangkap tugas sebagai pengeloa program lain
sehingga pengelolaan kegiatan PTM tidak optimal
c. Mekanisme sistim pelaporan belum dilaksanakan secara on line dan tidak
terdokumentasikan untuk Faktor Resiko PTM dalam kohrt Publih healt care, dan
pemanfaatan portalweb PTM oleh puskesmas belum optimal
d. Kurangnya advokasi dan sosialisasi tentang penyelenggaraan layanan Surveilans
Faktor Resiko (SFR) PTM di FKTP
e. Adanya keterbatasan sumber anggaran.
f. Sumber daya sarana tidak memadai (ruang konseling PTM, dan tenaga IT
portalweb PTM)
g. Penyuluhan dan rujukan
a) Pencapaian Indikator pencegahan dan pengendalian PTM belum terintegrasi
dengan bidang lain;
b) Pembinaan fasyankes (Rumah Sakit dan Klinik) yang belum melaksanakan program
SFR PTM.
Hambatan/masalah :
1. Kegiatan Surveilans dan Imunisasi :
1) Masih terdapat rumor negatif tentang imunisasi (black campaign) sehingga
menjadikan adanya kelompok masyarakat anti vaksin yang semakin massif
mengingat pemberitaan di media social yang begitu gencar dan salah terhadap
pelayanan imunisasi;
2) Belum optimalnya ketersediaan cold chain yang sesuai standar terutama pada
unit pelayanan primer;
3) Masalah geografis terutama untuk daerah-daerah yang sulit terjangkau
sehingga upaya outreach pelayanan imunisasi tidak bisa optimal.
2. Kegiatan P2PM :
1) Belum semua petugas pelaksanan program mendapatkan pelatihan program;
2) Masih adanya pelaksana program berstatus tenaga sukarelawan dan sering kali
terjadi pergantian petugas pelaksana baru;
3) Adanya keterbatasan anggaran penunjang program.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 25
3. Kegiatan P2PTM :
2. Belum membudaya Pemeriksaan Kesehatan secara berkala setiap 6 bulan sekali
atau minimal setahun sekali pada Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular) oleh Tim nakes dan medis;
3. Posbindu PTM pengembangannya belum berbasis wilayah, disetiap desa atau
kelurahan diharapkan minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk menjangkau
seluruh Penduduk usia 15 tahun keatas di wilayah tersebut;
4. Belum ada penguatan kesadaran masyarakat adalah Kunci Utama keberhasilan
upaya promotif preventif PTM di FKTP.
Strategi/upaya pemecahan :
1. Kegaiatan Surveilans dan Imunisasi:
1) Pelaksanaan kegiatan sweeping di daerah yang masih belum maksimal hasil
cakupannya melalui kegiatan desa prioritas sebagai bentuk intervensi terhadap
masalah Left Out Maupun Dorop Out;
2) Peningkatan kapasitas petugas pemberi pelayanan imunisasi di setiap jenjang
administrasi kabupaten, puskesmas dan di desa (bidan desa);
3) Melaksanakan jejaring dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta baik rumah
sakit, klinik, dan praktek mandiri.
4) Pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik dan
Website;
5) Pemanfaatan sistem Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi dan
berbagai perangkat pemantauan program imunisasi (Data Quality
Selfassessment, Effective Vaccine Management dan Supervisi Suportif);
6) Penyediaan peralatan cold chain secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
program imunisasi di tingkat pelayanan primer melalui pembiayaan APBN
maupun dana hibah;
7) Dalam era puskesmas dengan status BLUD, maka biaya pemeliharaan sarana
cold chain dibebankan kepada masing-masing puskesmas terutama dalam
penyediaan sarana suku cadang;
8) Dalam penanggulangan kasus KIPI, telah terbentuk dan operasionalnya Tim
Pokja KIPI kabupaten, memberikan andil besar dalam penanganan setiap kasus
selain adanya MoU dengan beberapa fasuilitas kesehatan baik pemerintah
maupun swasta dalam penatalaksanaan KIPI;
9) Advokasi dan sosialisasi kepada tokoh dan kelompok masyarakat serta
penyampaian informasi melalui berbagai media bekerjasama dengan lintas
program dalam lingkup Dinas Kesehatan maupun lintas sektor dan berbagai
instansi dan organisasi masyarakat.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 26
2. Kegaiatan P2PM
1) Melakukan sosialisasi dan BIMTEK secara berkala dan berkelanjutan kepada unit
pelaksana teknis dan penanggungjawab program;
2) Melakukan advokasi kepada para pemegang kebijakan terutama lintas sektor
untuk memberikan dukungan terhadap optimalisasi pelaksanaan program;
3) Melakukan penguatan pencatatan dan pelaporan salahsatunya melalui
mekanisme validasi data program serta optimalisasi pemanfaatan sitem IT;
4) Melakukan sinergisitas program baik lintas program maupun lintas sektor;
5) Melibatkan media informasi baik cetak, elektronik maupun online dalam
melakukan publikasi dan sosialisasi program kegiatan.
3. Kegiatan P2PTM :
1) Peningkatan Kualitas pelayanan
a. Penetapan Sasaran PTM masing-masing FKTP;
b. Penyediaan sarana dan prasarana deteksi dini / skrining PTM (PosBindu KIT)
pelayanan kesehatan sesuai standard dasar;
c. Pelatihan Surveilan Fakto Resiko PTM berbasis Web;
d. Pelayanan Rujukan kasus PTM dan Keswa;
e. Pencatatan dan pelaporan FRPTM;
f. Monitoring dan evaluasi.
2) Peningkatan Kesadaran Masyarakat
a. Pelatihan Edukasi : Konseling tentang FRPTM dan Gangguan Mental emosional
dan prilaku;
b. Pelatihan teknis NAKES dan Non NAKES;
c. Publih Healt Care /Kunjungan rumah FRPTM dan Rujukan.
Sasaran 4 Meningkatnya Jumlah Desa Siaga Aktif
Meningkatnya Jumlah Desa Siaga Aktif diarahkan untuk meningkatkan cakupan desa
siaga aktif dengan indikator persentase desa siaga aktif yang dilakukan melalui pelaksanaan
program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pencapaian sasaran 4 dapat
dilihat dengan 1 indikator kinerja seperti tabel di bawah ini :
TABEL 3.7 ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 4
MENINGKATNYA JUMLAH DESA SIAGA AKTIF
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA
1 2 4 5 6
1 Persentase desa siaga
aktif 100 % 98,42 % 98,42 %
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 27
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang penduduknya mudah mengakses
sarana pelayanan dasar, mengembangkan UKBM sehingga mampu menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat.
Faktor pendukung pencapaian kinerja diantaranya:
1. Meningkatnya dukungan / komitment bersama baik dari Tim Pokjanal Desa/ Kelurahan
Siaga Aktif tingkat Kabupaten, Pokjanal Desa/ Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Kecamatan
dan Forum Desa Siaga Aktif Tingkat Desa dan Kelurahan.
2. Meningkatnya pengetahuan, peran dan dukungan masyarakat dalam mewujudkan
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat melalui peningkatan UKBM ( Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) di Desa/ Kelurahan Siaga Aktif.
3. Meningkatnya peran stakeholder dalam kegiatan Desa / Kelurahan Siaga Aktif di berbagai
tingkatan.
Hambatan/analisa masalah:
1. Sulitnya mensinergikan program diluar kesehatan yang dapat diakses oleh desa siaga;
2. Dukungan pemerintah desa yang kurang optimal dalam penganggaran maupun
penggerakan desa siaga.
Strategi/upaya pemecahan:
1. Penguatan kelembagaan kader pengurus desa siaga.
2. Deseminasi desa siaga baik dalam administrasi maupun pelaksanaan.
Sasaran 5 Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan
Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maka di setiap kecamatan
harus memiliki puskesmas sesuai standar (ratio puskesmas dengan jumlah penduduk). Yang
dilakukan melalui pelaksanaan program sebagai berikut :
1. Program Pengadaan Peningkatan dan Perbaikan Sarana Fasilitas Kesehatan;
2. Program Pengadaan Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan prasarana Labkesda, Rumah
Sakit, Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata.
Pencapaian sasaran 5 dapat dilihat dengan 2 indikator kinerja seperti tabel di bawah
ini :
TABEL 3.8
ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 5 MENINGKATNYA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
1 2 3 4 5
1 Status Puskesmas TTP menjadi DTP
6 Puskesmas 0 0
2 Status PUSTU menjadi Puskesmas
2 Pustu 0 0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 2 indikator yang ada pada sasaran 5 belum
mencapai target dikarenakan pada tahun 2019 kegiatan diarahkan untuk rehabilitasi dan
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 28
melengkapi sarana yaitu alkes puskesmas dan pustu agar sarana puskesmas dan pustu
diharapkan sesuai dengan standar belum ke tingkat perubahan jenis puskesmas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belum tercapainya indikator sasaran strategis adalah
sebagai berikut :
1. Belum adanya kajian untuk peningkatan status puskesmas dari TTP ke DTP dan dari Pustu
ke Puskesmas
2. Hampir sebagian besar puskesmas belum memiliki 9 jenis tenaga kesehatan yang
dipersyaratan ketika dilaksanakan peningkatan status akan terjadi kekurangan tenaga
yang besar.
Hambatan/masalah :
1. Persyaratan operasional untuk peningkatan status belum ada menyebabkan proses
registrasi puskesmas menjadi lama;
2. Legalitas tanah puskesamas belum ada dokumennya.
Strategi/upaya pemecahan :
1. Membuat regulasi mengenai kebijakan peningkatan status jenis puskesmas;
2. Koordinasi dengan pihak terkait mengenai legalitas tanah yang sebagian besar tanah kas
desa.
Sasaran 6 Meningkatnya Persentase pelayanan kefarmasian
Meningkatnya persentase pelayanan kefarmasian diarahkan untuk meningkatkan
ketersediaan obat dan perbekalan di fasilitas kesehatan yang dilakukan melalui pelaksanaan
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.
Pencapaian sasaran 6 dapat dilihat dengan indikator kinerja seperti tabel di bawah ini:
TABEL 3.9 ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 6
MENINGKATNYA PERSENTASE PELAYANAN KEFARMASIAN
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
KINERJA
1 2 4 5 6
1 Persentase ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
100 % 100% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari indikator yang ada pada sasaran 6 sudah
mencapai target.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran adalah:
1. Adanya sistem e-katalog untuk pengadaan obat yg dapat di akses dengan mudah
2. Sarana tranportasi yang baik sehingga mendukung terdistribusinya obat
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 29
3. Jenis obat yang menjadi indikator adalah obat esensial yang paling banyak digunakan
dan relatif banyak tersedia di produsen
Hambatan/masalah:
1. Kadang-kadang ada keterlambatan pengiriman obat yg sudah di pesan, karena banyaknya
permintaan obat yang sama dari berbagai daerah, sedangkan kemampuan produksi dari
pabrik terbatas.
Strategi/ tindak lanjut :
1. Melaksanakan proses e-purchasing lebih awal untuk menghindari akumulasi pesanan di
produsen yang sama.
Sasaran 7 Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat
Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat diarahkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang dilakukan melalui pelaksanaan program sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Pelayanan BLUD;
2. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan.
Pencapaian sasaran 7 dapat dilihat dengan 1 indikator kinerja seperti tabel di bawah
ini :
TABEL 3.10
ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 7 MENINGKATNYA INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
KINERJA
1 2 4 5 6
1 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
90 81,875 90,97%
Berdasarkan analisa terhadap hasil pengolahan survei Kepuasan Masyarakat di Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
Ruang lingkup penyusunan survei kepuasan masyarakat ini, adalah pelayanan yang
meliputi :
1) Pelayanan Surat Izin Praktek;
2) Pelayanan Penerbitan Berita Acara dan Rekomendasi Izin Apotek;
3) Pelayanan Penerbitan Berita Acara dan Rekomendasi izin Toko Obat;
4) Pelayanan Penerbitan Berita Acara Pemeriksaan Toko Alat Kesehatan (Alkes);
5) Pelayanan Penerbitan Berita Acara Pemeriksaan dan Rekomendasi Izin Usaha Mikro Obat
Tradisional (UMOT);
6) Pelayanan Penerbitan Berita Acara Pemeriksaan Perusahaan Rumah Tangga Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
7) Pelayanan Surat Izin Optikal;
8) Pelayanan Surat Izin Laboratorium Klinik;
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 30
9) Pelayanan Notifikasi Izin Operasional Klinik;
10) Pelayanan Notifikasi Izin Operasional Klinik Utama;
11) Pelayanan Rekomendasi Izin Mendirikan Rumah Sakit
12) Pelayanan Notifikasi Izin Operasional Rumah Sakit
13) Pelayanan Penerbitan Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT);
14) Pelayanan Penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Depot Air Minum;
15) Pelayanan Penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasa Boga
16) Pelayanan Penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Rumah Makan/Restoran;
17) Pelayanan Penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Hotel;
18) Pelayanan Rekomendasi Izin Pelayanan Pengendalian Vektor Bagi Pihak Lain Yang
Bergerak Dibidang Pengendalian Vektor
Adapun jumlah jenis pelayanan disediakan oleh Dinas Kesehatan sebanyak 18
pelayanan tetapi tidak semua jenis pelayanan ada pemohon untuk dilayani. Selama satu
semester (Bulan Januari sampai Bulan Desember Tahun 2019) hanya 3 (tiga) layanan antara
lain :
Pelayanan Surat Izin Praktek
Pelayanan Notifikasi Izin Operasional Klinik
Pelayanan Penerbitan Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)
Pada Tahun 2019 periode survei online pada Bulan Juli Tahun 2019. Nilai Survei Indeks
Kepuasan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019 yaitu 81,875. Hasil
pengukuran IKM ini diperoleh kesimpulan bahwa secara umum kinerja pelayanan publik di
Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Pada Tahun 2019 berada dalam kondisi baik,
atau dengan kata lain masyarakat yang menjadi pemohon perijinan dalam kondisi puas.
Walaupun demikian, masih diperlukan upaya-upaya perbaikan pada unsur-unsur pelayanan
yang relative masih lemah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belum tercapainya indikator kinerja sasaran adalah
tingginya nilai absolut yang ditargetkan pelayanan publik.
Hambatan/masalah:
1. Ketersediaan ruang pelayanan di gedung Dinas Kesehatan belum memadai
2. Adanya beban kerja yang berat dengan tugas ganda mengakibatkan kurang fokus pada
pelayanan.
Strategi/upaya pemecahan:
1. Penataan ruangan seefektif mungkin
2. Memberikan tanda peringatan bila ada kondisi yang menyebabkan gangguan keamanan
dan kenyamanan pelanggan.
3. Pemasangan CCTV untuk pemantauan keamanan.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 31
Sasaran 8 Meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia
kesehatan
Meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan legalitas tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
dengan indikator persentase SDMK yang memiliki ijin praktek yang dilakukan melalui
pelaksanaan Program Sumber Daya Manusia Kesehatan. Pencapaian sasaran 8 dapat dilihat
pada tabel berikut :
TABEL 3.11
ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 8 MENINGKATNYA KUALITAS DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
KINERJA
1 2 4 5 6
1 Persentase SDMK yang memiliki ijin praktek
100% 100% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari indikator sasaran 8 telah melebihi target,
yaitu persentase sumber daya kesehatan yang memiliki surat ijin praktek terdiri dari Dokter
Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, Apoteker, Bidan, Asisten Apoteker, Perawat,
Radiografer, Nutrisionist mencapai 100 %.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran adalah:
1. Adanya regulasi yang mengatur ketentuan SDMK harus memiliki ijin praktek;
2. Kerjasama yang baik dengan fasilitas pelayanan kesehatan;
3. Adanya dukungan anggaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, untuk pelaksanaan
kegiatan pengelolaan perizinan.
Hambatan/analisa masalah:
1. Pemahaman tenaga kesehatan maupun tenaga medis tentang regulasi perizinan dalam
penyelenggaraan pelayanan yang belum optimal.
Strategi/upaya pemecahan:
1. Melakukan koordinasi dengan organisasi profesi untuk menertibkan kepemilikan perizinan
tenaga kesehatan maupun tenaga medis.
2. Melakukan koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan, tentang pemahaman regulasi
dalam penyelenggaraan pelayanan.
Sasaran 9 Meningkatnya Puskesmas Terakreditasi
Meningkatnya puskesmas terakreditasi diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat dengan indikator sasaran persentase puskesmas yang
terakreditasi yang dilakukan melalui pelaksanaan program sebagai berikut :
1. Program upaya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 32
2. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk miskin
3. Program Mutu Pelayanan Kesehatan
Pencapaian sasaran 9 dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 3.12
ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN 9 MENINGKATNYA PUSKESMAS TERAKREDITASI
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
KINERJA
1 Jumlah Puskesmas Terakreditasi
20 Puskesmas 17 Puskesmas 85,00 %
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada Tahun 2019 sebanyak 213 terdiri dari 67
puskesmas, 139 klinik swasta, 1 labkesda dan 6 Rumah Sakit. Pada Tahun 2019 sebanyak 65
pukesmas telah terakreditasi dan 2 puskesmas yang belum terakreditasi karena terkendala
nomor registrasi puskesmasnya belum ada (on proses) yaitu Puskesmas Karangsari dan
Tegalgede. Sedangkan fasilitas kesehatan lainnya yaitu labkesda sudah terakreditasi dan 5
Rumah Sakit telah terakreditasi dan 1 Rumah Sakit belum terakreditasi.
Perincian daftar puskesmas terakreditasi sampai Bulan Desember Tahun 2019 sebagai
berikut :
Tabel 3.13
Daftar Puskesmas Terakreditasi Tahun 2019
NO UPT Puskesmas Tahun Survei Hasil Survey Akreditasi
1 Cibatu 2016/2019 Utama
2 Cilawu 2016/2019 Madya
3 Siliwangi 2016/2019 Utama
4 Pameungpeuk 2016/2019 Utama
5 Cipanas 2016 Madya
6 Peundeuy 2016/2019 Madya
7 Cisewu 2016/2019 Madya
8 Kadungora 2016/2019 Madya
9 Cisurupan 2016/2019 Utama
10 Banjarwangi 2017 Madya
11 Cisompet 2017 Madya
12 Singajaya 2017 Madya
13 Wanaraja 2017 Madya
14 Leuwigoong 2017 Madya
15 Pasundan 2017 Madya
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 33
NO UPT Puskesmas Tahun Survei Hasil Survey Akreditasi
16 Sukamulya 2017 Madya
17 Cikajang 2017 Madya
18 Leles 2017 Madya
19 Sindangratu 2017 Dasar
20 Bungbulang 2017 Dasar
21 Cikelet 2017 Dasar
22 Citeras 2017 Dasar
23 Selaawi 2017 Dasar
24 Sukamerang 2017 Dasar
25 Cimaragas 2017 Dasar
26 Cilimus 2017 Dasar
27 Bagendit 2017 Dasar
28 Samarang 2017 Dasar
29 Karangpawitan 2107 Dasar
30 Tarogong 2018 Madya
31 Pembangunan 2018 Madya
32 Bayongbong 2018 Madya
33 Haurpanggung 2018 Madya
34 Guntur 2018 Madya
35 Malangbong 2018 Madya
36 Limbangan 2018 Utama
37 Padaawas 2018 Madya
38 Cempaka 2018 Madya
39 Sukakarya 2018 Madya
40 Sukasenang 2018 Madya
41 Garawangsa 2018 Madya
42 Sukarame 2018 Madya
43 Cibiuk 2018 Madya
44 Cibalong 2018 Madya
45 Bojongloa 2018 Madya
46 Rancasalak 2018 Dasar
47 Lembang 2018 Dasar
48 Cisandaan 2018 Dasar
49 Sukahurip 2018 Dasar
50 Talegong 2018 Dasar
51 Cimari 2018 Dasar
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 34
NO UPT Puskesmas Tahun Survei Hasil Survey Akreditasi
52 Mekarmukti 2018 Dasar
53 Karangtengah 2018 Dasar
54 Sukawening 2018 Dasar
55 Pakuwon 2018 Dasar
56 Cihurip 2018 Dasar
57 GADOG 2019 Madya
58 MEKARWANGI 2019 Madya
59 KERSAMENAK 2019 Utama
60 SUKARAJA 2019 Dasar
61 KARANGMULYA 2019 Madya
62 MARIPARI 2019 Madya
63 MAROKO 2019 Madya
64 PAMULIHAN 2019 Madya
65 SUKAMUKTI 2019 Madya
Tabel 3.14 Daftar Rumah Sakit Terakreditasi
Tahun 2019
No NAMA RUMAH SAKIT AKREDITASI
1 2 3
1 RSUD dr. SLAMET
AKREDITASI PARIPURNA TGL 6
DESEMBER 2017
2
RUMKIT TNI AD TK IV 03,07,04
GUNTUR
AKREDITASI MADYA , 08 FEBRUARI
2018
3 RS ANNISA QUEEN AKREDITASI MADYA , JUNI 2019
4 RSU NURHAYATI AKREDITASI MADYA, MEI 2019
5
RSUD PAMEUNGPEUK PROV.
JABAR AKREDITASI PERDANA JANUARI 2018
6 RS INTAN HUSADA BELUM
JUMLAH 5
Hasil akreditasi puskesmas pada tahun 2019 adalah sebagai berikut :
a. Akreditasi Paripurna : 0 puskesmas
b. Akreditasi Utama : 5 puskesmas
c. Akreditasi Madya : 36 puskesmas
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 35
d. Akreditasi Dasar : 24 puskesmas
Faktor-faktor yang mempengaruhi belum tercapainya indikator sasaran strategis adalah
ada 2 (dua) puskesmas yang belum terakreditasi.
Hambatan/masalah :
1. Proses registrasi puskesmas yang lama karena persyaratan operasional belum
lengkap;
2. Adanya keterbatasan SDM di puskesmas, sementara kalau harus menggaji tenaga
BLUD yang cukup besar , menjadi beban puskesmas dari segi anggaran.
Strategi/upaya pemecahan :
1. Evaluasi dan pembinaan standar akreditasi terselelenggara dalam bentuk pertemuan
di Dinas Kesehatan;
2. Pemantapan penerapan akreditasi puskesmas dan UPT secara berkelanjutan;
3. Meningkatkan pembinaan teknis ke Puskesmas.
3.1.2 Capaian Indikator Kinerja RPJMD
3.1.2.1 Capaian Kinerja Sasaran RPJMD
Rincian pencapaian kinerja sasaran RPJMD adalah sebagai berikut :
TABEL 3.15 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN RPJMD
TAHUN 2019
No Sasaran Indikator
Kinerja
Target Capaian Kinerja Setiap Tahun Kondisi
Akhir
Periode
2019
SKPD
Penang
gung
Jawab
Realisasi Capaian
Kinerja
2017 2018 2019 2018 2019
1. Meningkatnya
angka harapan
hidup
Angka harapan
hidup
70,84 70,93 71,02 71,02 Dinkes 71,03 71,22
Usia Harapan Hidup (UHH) di Kabupaten Garut pada Tahun 2019 mencapai 71,22
tahun, lebih rendah bila dibandingkan UHH tingkat Provinsi Jawa Barat yaitu 72,66 tahun.
Angka harapan hidup penduduk adalah rata-rata kesempatan atau waktu hidup yang
tersisa. Usia harapan hidup bisa diartikan pula dengan banyaknya tahun yang ditempuh
penduduk yang masih hidup sampai umur tertentu.
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Adapun variabel yang mempengaruhi usia harapan hidup antara
lain : tingkat pendidikan penduduk, lingkungan budaya, status sosial ekonomi (kemiskinan,
status pekerjaan kepala rumah tangga dll), perkawinan usia dini, perempuan pernah kawin,
pasangan usia subur, penggunaan alat kontrasepsi PUS, aksesibilitas ke yankes dan
ketersediaan nakes, pelayanan kesehatan yang preventif dan responship, infra struktur,
angka kesakitan, gizi ibu hamil dan menyusui, angka kematian bayi e-0 dan gizi bayi.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 36
Menurut standar ketenagaan minimal di Puskesmas berdasarkan PMK 75/2014 tentang
Puskesmas menjelaskan ketersediaan 9 jenis tenaga kesehatan yaitu dokter umum, dokter
gigi, perawat, bidan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan,tenaga gizi dan ahli tekhologi laboratorium medik harus ada di puskesmas
sedangkan pada Tahun 2019, dari 67 puskesmas yang memiliki 9 jenis tenaga kesehatan
sebanyak 29 puskesmas (43,28%). Aksesibilitas ke pelayanan kesehatan masih kurang yaitu
seharusnya dengan menggunakan ketentuan rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk,
Kabupaten Garut harus memiliki 89 puskesmas sehingga kekurangannya sebesar 22
puskesmas. Pada tahun 2019 Kabupaten Garut termasuk posisi ke-2 terbanyak kasus
kematian ibu melahirkan di Jawa Barat sebesar 45 kasus. Adapun jumlah kasus kematian ibu
melahirkan di Jawa barat sebesar 684 kasus. Sedangkan untuk kasus kematian bayi,
Kabupaten Garut terbanyak di Jawa Barat sebesar 248 kasus. Kasus Kematian Bayi di Jawa
Barat sebanyak 2.370 kasus.
Pada Tahun 2019 pengeluaran perkapita Kabupaten Garut sebesar Rp. 8.099.000, angka
harapan lama sekolah (HLS) adalah 11,82 tahun dan rata-rata lama sekolah (RLS) 7,51.
3.1.2.2 Capaian Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Garut Tahun 2019
Secara rinci capaian masing-masing kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan
wajib yaitu kesehatan adalah sebagai berikut :
TABEL 3.16 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2019
NO
BIDANG
URUSAN/INDI
KATOR
SATUAN
Kondisi
Awal
(2016)
TARGET CAPAIAN KINERJA Ket Realisasi
2017 2018
Kondisi
Akhir
Periode
(2019)
SKPD
yang
bertang
gung
jawab
2018 2019
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Fokus Kesejahteraan Masyarakat
1.10 Angka usia
harapan hidup Tahun 70,76 70.84 70.93 70.02 Dinkes 71.03 71.36
1.11
Prosentase balita
gizi buruk
(Katagori sangat
kurus BB/TB)
% 143
(0.08) 5% 5% 0.5 Dinkes 0.06% 0.04%
1.13 Cakupan Desa
Siaga Aktif % 92,31% 85% 95% 100% Dinkes 100% 98.42
2. Kesehatan
2.1
Jumlah kasus
kematian ibu
akibat
melahirkan
jiwa 74 51 55 15 Dinkes
55 45
2.2 Jumlah kasus
kematian bayi jiwa 323 276 261 95 Dinkes
261 248
2.3
Cakupan
Pertolongan
Persalinan oleh
tenaga
kesehatan
% 89% 95% 89% 96 Dinkes
89,88
96,84
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 37
NO
BIDANG
URUSAN/INDI
KATOR
SATUAN
Kondisi
Awal
(2016)
TARGET CAPAIAN KINERJA Ket Realisasi
2017 2018
Kondisi
Akhir
Periode
(2019)
SKPD
yang
bertang
gung
jawab
2018 2019
2.4
Cakupan
kunjungan ibu
hamil (K4)
% 93% 101% 93% 100 Dinkes
93,73
97,28
2.5
Cakupan
Desa/Kelurahan
Universal Child
Immunization
(UCI)
% 87.33 85 90 95 Dinkes
84.16
82,57
2.6 Cakupan Desa
Siaga Aktif % 92.3% 90% 95% 92 Dinkes
100% 98.42
2.7
Cakupan Rumah
yang memenuhi
syarat kesehatan
(R)
% 68.46 58,94 69,36 71,22 Dinkes
77.10
77,74
2.8
Cakupan
masyarakat yang
menggunakan air
bersih (A)
% 76.95 69,55 75,73 76.75 Dinkes
79.79
81,09%
2.9
Cakupan
menggunakan
jamban
keluarga/kasus
(K)
% 69.70 59,91 67,77 67.95 Dinkes
75.3
77,50%
2.10
Cakupan Tempat
pengelolaan
makanan
% 57.64 74,29 75,50 78,87 Dinkes
61
70,34
2.11
Persentase kasus
KLB yg ditangani
< 24 Jam
% 100 100% 100% 100 Dinkes
100%
100%
2.12 Prosentase kasus
HIV tertangani % 100 100% 100% 100 Dinkes
100% 100%
2.13 Prosentase kasus
AIDS tertangani % 100 100% 100% 100 Dinkes
100% 100 %
2.14
Prosentase
Puskesmas
mampu Poned
%
16,25% 16,25% 43,90% 58,20 Dinkes 44.78 % 44.78 %
2.15
Rasio RSU
terhadap
Penduduk
Rumah
Sakit
terhadap
penduduk
3 :
2.525.483
(1 :
841.828)
3 RSU
(1 :
855.159)
3RSU
(1 :
868.300)
4 RSU
(1 :
690.030)
Dinkes 6 RSU 6 RSU
(1 :
437.071
2.16
Rasio Puskesmas
terhadap
penduduk
Puskesma
s
terhadap
penduduk
65 Puskes
(1:38.854)
66 Puskes
(1:38.871)
71 Puskes
(1:36.689)
90 Puskes
(30.668)
Dinkes (1:39.141) (1:39.141)
2.17 Rasio dokter :
penduduk
dokter
terhadap
penduduk
108 dr
(1:23.384)
123 dr
(1:20.858)
138 dr
(1:18.876)
198 dr
(1:13.940)
Dinkes (1:
2.548.723
(0,154)
1/6574
2.18
Rasio dokter
spesialis :
penduduk
dokter
spesialis
terhadap
penduduk
23 dr
(1:109.80
4)
25 dr
(1:102.61
9)
27 dr
(1:96.478)
35 dr
(1:78.861)
Dinkes 67 PKM (0,00038)
1/5374
2.19
Rasio tenaga
medis :
pasien(bidan &
perawat)
tenaga
medis
terhadap
penduduk
1 : 266 1 : 260 1 : 255 1 : 235 Dinkes (1:
2.548.723)
1/1042
Beberapa indikator kinerja urusan pemerintah sama dengan di indikator kinerja utama
Dinas Kesehatan sehingga telah dibahas, adapun analisa dari indikator kinerja urusan
pemerintah yang lainnya sebagai berikut :
1. Kematian Ibu Melahirkan
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 38
Resiko yang dihadapi ibu hamil selama kehamilan dan melahirkan dipengaruhi oleh
keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan,
kejadian komplikasi selama kehamilan dan kelahiran, serta gambaran tersedianya dan
penggunaan fasilitas kesehatan pelayanan prenatal dan obstetri.
Adanya penurunan kasus kematian ibu di Kabupaten Garut dari 55 kasus pada Tahun
2018 menjadi 45 kasus pada Tahun 2019 tetapi Kabupaten Garut masih termasuk rangking
ke 2 terbesar kematian ibu melahirkannya di tingkat Provinsi Jawa Barat.
Tabel 3.17 Kasus Kematian Ibu Melahirkan
Tahun 2013-2019
Tahun Jumlah Kasus Kematian
2013 37
2014 45
2015 45
2016 74
2017 51
2018 55
2019 45
Adapun perincian kematian ibu melahirkan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.18 Kasus Kematian Ibu Melahirkan per Kecamatan
Tahun 2019
NO KECAMATAN JUMLAH IBU MELAHIRKAN
JUMLAH KEMATIAN IBU
1 GARUT KOTA 2.859 3
2 KARANGPAWITAN 2.591 4
3 WANARAJA 1.260 0
4 PANGATIKAN 820 1
5 SUCINARAJA 513 0
6 TAROGONG KALER 2.097 1
7 TAROGONG KIDUL 2.839 2
8 BANYURESMI 1.803 1
9 SAMARANG 1.631 1
10 PASIRWANGI 1.405 2
11 LELES 1.473 1
12 KADUNGORA 1.825 2
13 LEUWIGOONG 803 1
14 CIBATU 1.452 0
15 KERSAMANAH 807 0
16 MALANGBONG 3.109 3
17 SUKAWENING 1.175 0
18 KARANGTENGAH 344 0
19 BAYONGBONG 2.357 2
20 CIGEDUG 1.000 2
21 CILAWU 2.102 4
22 CISURUPAN 1.934 2
23 SUKARESMI 747 0
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 39
NO KECAMATAN JUMLAH IBU MELAHIRKAN
JUMLAH KEMATIAN IBU
24 CIKAJANG 1.642 2
25 SINGAJAYA 950 2
26 CIHURIP 256 0
27 BANJARWANGI 1.162 0
28 PEUNDEUY 488 1
29 PAMEUNGPEUK 818 0
30 CISOMPET 957 1
31 CIKELET 789 3
32 CIBALONG 833 0
33 BUNGBULANG 1.625 1
34 MEKARMUKTI 307 0
35 PAKENJENG 1.415 1
36 CISEWU 534 0
37 CARINGIN 748 0
38 TALEGONG 437 0
39 PAMULIHAN 491 1
40 BL LIMBANGAN 1.678 1
41 SELAAWI 667 0
42 CIBIUK 667 0
JUMLAH KAB 53.411 45
Masih tingginya kasus kematian ibu melahirkan disebabkan oleh:
1. Belum optimalnya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
di Masyarakat.
2. Masih adanya pertolongan persalinan yang tidak dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
yang belum kompeten di sarana kesehatan
3. Belum optimalnya sarana dan prasarana yang menangani pertolongan persalinan dan
kegawatdaruratan.
4. Belum meratanya tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan dan
kegawatdaruratan ibu dan bayi
5. Belum meratanya keterampilan petugas pertolongan persalinan dalam penanganan
kegawatdaruratan persalinan
6. Masih belum optimalnya peran serta masyarakat, lintas program dan lintas sektoral
dalam pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan serta di fasilitas kesehatan.
7. Letak geografis yang memperlambat sistem rujukan.
Hambatan/masalah:
1. Kompetensi petugas dalam penanganan kegawatdaruratan obstetri masih kurang
2. Masih kurangnya jumlah Puskesmas PONED
3. Kurangnya perhatian ibu hamil dan keluarga tentang tanda-tanda gangguan kesehatan
pada kehamilan
4. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya memeriksakan
5. kehamilan secara rutin dan mengikuti program kesehatan ibu hamil.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 40
Strategi / upaya pemecahan:
1. Perbaikan sistem rujukan dan penanganan kegawatdaruratan Maternal
2. Peningkatan KIE pada masyarakat tentang kehamilan dan persalinan
3. Fasilitas kesehatan tingkat lanjut baik RS pemerintah maupun swasta agar melengkapi
fasilitas dan memanfaatkannya secara optimal
4. Peningkatan komitmen petugas dan faskes dalam mematuhi pedoman rujukan maternal
neonatal
5. Peningkatan kompetensi petugas di faskes terutama dalam penanganan
kegawatdaruratan.
6. Peningkatan pembinaan Faskes terkait pelayanan Maternal (Ibu hamil dan persalinan).
2. Kematian Bayi
Kasus kematian bayi baru lahir dari tahun 2013 sampai tahun 2016 terus meningkat
sedangkan tahun 2017 mulai menurun sampai Tahun 2019 menjadi 248 kasus. Kabupaten
Garut walaun mengalami penurunan setiap tahunnya tetapi masih rangking pertama
terbanyak kasus kematian bayi di tingkat Provinsi Jawa Barat.
Tabel 3.19
Kasus Kematian Bayi Tahun 2013-2019
Tahun Jumlah Kasus Kematian
2013 190
2014 217
2015 278
2016 333
2017 286
2018 271
2019 248
Adapun perincian kasus kematian bayi per kecamatan pada Tahun 2019 adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.20 Kematian Bayi per Kecamatan
Tahun 2019
NO KECAMATAN KEMATIAN BAYI
1 GARUT KOTA 17
2 KARANGPAWITAN 31
3 WANARAJA 0
4 PANGATIKAN 4
5 SUCINARAJA 2
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 41
NO KECAMATAN KEMATIAN BAYI
6 TAROGONG KALER 6
7 TAROGONG KIDUL 5
8 BANYURESMI 13
9 SAMARANG 3
10 PASIRWANGI 15
11 LELES 3
12 KADUNGORA 2
13 LEUWIGOONG 6
14 CIBATU 8
15 KERSAMANAH 9
16 MALANGBONG 5
17 SUKAWENING 5
18 KARANGTENGAH 3
19 BAYONGBONG 3
20 CIGEDUG 4
21 CILAWU 4
22 CISURUPAN 0
23 SUKARESMI 8
24 CIKAJANG 3
25 SINGAJAYA 1
26 CIHURIP 6
27 BANJARWANGI 2
28 PEUNDEUY 2
29 PAMEUNGPEUK 1
30 CISOMPET 7
31 CIKELET 10
32 CIBALONG 8
33 BUNGBULANG 3
34 MEKARMUKTI 0
35 PAKENJENG 11
36 CISEWU 3
37 CARINGIN 0
38 TALEGONG 6
39 PAMULIHAN 2
40 BL LIMBANGAN 5
41 SELAAWI 8
42 CIBIUK 9
JUMLAH KAB 248
Sedangkan rincian jumlah lahir hidup per kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.21
Lahir Hidup Tahun 2019
NO KECAMATAN JUMLAH KELAHIRAN LAHIR HIDUP %
1 GARUT KOTA 2986 2964 99,26
2 KARANGPAWITAN 2586 2577 99,65
3 WANARAJA 1373 1373 100,00
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 42
NO KECAMATAN JUMLAH KELAHIRAN LAHIR HIDUP %
4 PANGATIKAN 867 863 99,54
5 SUCINARAJA 533 533 100,00
6 TAROGONG KALER 2228 2221 99,69
7 TAROGONG KIDUL 3124 3122 99,94
8 BANYURESMI 1754 1739 99,14
9 SAMARANG 1596 1595 99,94
10 PASIRWANGI 1523 1501 98,56
11 LELES 1560 1554 99,62
12 KADUNGORA 1763 1763 100,00
13 LEUWIGOONG 850 846 99,53
14 CIBATU 1375 1370 99,64
15 KERSAMANAH 817 812 99,39
16 MALANGBONG 3030 3020 99,67
17 SUKAWENING 2138 2121 99,20
18 KARANGTENGAH 301 301 100,00
19 BAYONGBONG 2545 2538 99,72
20 CIGEDUG 867 863 99,54
21 CILAWU 2174 2169 99,77
22 CISURUPAN 3124 3100 99,23
23 SUKARESMI 780 771 98,85
24 CIKAJANG 1601 1585 99,00
25 SINGAJAYA 154 154 100,00
26 CIHURIP 301 298 99,00
27 BANJARWANGI 1290 1276 98,91
28 PEUNDEUY 472 469 99,36
29 PAMEUNGPEUK 873 867 99,31
30 CISOMPET 864 850 98,38
31 CIKELET 892 872 97,76
32 CIBALONG 857 857 100,00
33 BUNGBULANG 850 841 98,94
34 MEKARMUKTI 336 333 99,11
35 PAKENJENG 1373 1360 99,05
36 CISEWU 547 545 99,63
37 CARINGIN 774 757 97,80
38 TALEGONG 463 458 98,92
39 PAMULIHAN 459 459 100,00
40 BL LIMBANGAN 1692 1668 98,58
41 SELAAWI 734 730 99,46
42 CIBIUK 610 602 98,69
JUMLAH KAB 55036 54697 99,38
Upaya untuk mendorong menurunnya kasus kematian bayi adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kemampuan petugas dalam pertolongan persalinan dan kegawatdaruratan
maternal perinatal;
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 43
2. Adanya Audit Maternal Perinatal dalam upaya penelusuran kasus kematian untuk
pencegahan terjadinya kasus yang sama;
3. Adanya kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam upaya pemanfaatan sarana
pertolongan persalinan di sarana kesehatan (PONED) oleh masyarakat;
4. Peningkatan Kemitraan Bidan dan dukun paraji;
5. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pertolongan persalinan yang aman.
Hambatan/masalah:
1. Sulitnya mendeteksi dini kelainan pada bayi akibat mobilitas ibu yang tinggi (berpindah
pindah faskes dalam kontrol kehamilan);
2. Keterlambatan menangani komplikasi pada bayi baru lahir akibat terlambat merujuk
maupun pengambilan keputusan dari keluarga pasien;
3. Keterbatasan jumlah Puskesmas PONED.
Strategi/upaya pemecahan
1. Penambahan fasilitas penanganan kegawatdaruratan bayi berat lahir;
2. Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dalam memberikan pertolongan persalinan
sehingga kasus komplikasi bayi dapat tertangani;
3. Peningkatan KIE Kespro;
4. Penambahan Puskesmas PONED.
3. Capaian Indikator Universal Child Immunization (UCI) Desa
Grafik 3.1
Cakupan UCI Desa Tahun 2014 – 2019
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
1. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui:
- Pemanfaatan media massa melalui Iklan Layanan Masyarakat (ILM) dan talk show
interaktif
87,33
93,4
82,35
84,39 84,16
82,57
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
Persentase capaian UCI
Persentase capaian UCI
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 44
- Pelibatan masyarakat melalui kader posyandu untuk menerapkan strategi my village
my home.
2. Peningkatan kualitas pelayanan melalui :
- Peningkatan kapasitas petugas koordinator imunisasi supaya menjadi lebih terampil.
- Bimbingan supportif terutama bagi petugas atau puskesmas yang disinyalir ada
masalah dalam pencapaian cakupan dan masalahpencatatan dan pelaporan
- Pelaksanaan sweeping bagi daerah yang diestimasikan tidak akan mencapai target
di tahun berjalan selain atas pertimbangan epoidemiologis lainnya
- Pengadaan vaksin dan cold chain yang berkualitas dan sesuai standar
- Peningkatan koordinasi antara pengelola program dengan pengelola vaksin\
- Biaya pemeliharaan / penggantian suku cadang lemari es tempat penyimpanan
vaksin kurang.
Kendala masalah yang dihadapi
- Masalah geografis terutama untuk daerah-daerah yang sulit terjangkau sehingga
pelayanan imunisasi tidak bisa optimal;
- Kualitas pelayanan imunisasi belum merata, terutama dalam hal Sumber Daya
Manusia (SDM) termasuk tingginya tingkat pergantian petugas terlatih;
- Sistem Pencatatan dan pelaporan yang belum berjalan optimal;
- Penerapan One Gate Policy atau sistem satu pintu mengenai vaksin didaerah belum
berjalan optimal, terutama dalam hal koordinasi antara pengelola program dengan
pengelola vaksin.
- Belum optimalnya ketersediaan cold chain yang sesuai standar terutama pada unit
pelayanan primer;
- Masih banyak rumor negatif tentang imunisasi (black campaign).
Pemecahan masalah
- Pelaksanaan kegiatan sweeping di daerah yang masih belum maksimal hasil
cakupannya.
- Peningkatan kapasitas petugas pengelola imunisasi di setiap jenjang administrasi
kabupaten, puskesmas dan di desa (bidan desa).
- Pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik;
- Pemanfaatan sistem Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi dan berbagai
perangkat pemantauan program imunisasi (Data Quality Selfassessment, Effective
Vaccine Management dan Supervisi Suportif);
- Penyediaan peralatan cold chain secara bertahap sesuai dengan kebutuhan program
imunisasi di tingkat pelayanan primer melalui pembiayaan APBN maupun dana hibah;
- Dalam era puskesmas dengan status BLUD, maka biaya pemeliharaan sarana cold
chain dibebankan kepada masing-masing puskesmas terutama dalam penyediaan
sarana suku cadang.
- Dalam penanggulangan kasus Kejadian Ikitan pasca Imunisasi (KIPI), telah terbentuk
dan operasionalnya Tim Pokja KIPI kabupaten, memberikan andil besar dalam
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 45
penanganan setiap kasus selain adanya MoU dengan beberapa fasuilitas kesehatan
baik pemerintah maupun swasta dalam penatalaksanaan KIPI.
- Advokasi dan sosialisasi kepada tokoh dan kelompok masyarakat serta penyampaian
informasi melalui berbagai media bekerjasama dengan lintas program dalam lingkup
Dinas Kesehatan maupun lintas sektor dan berbagai instansi dan organisasi
masyarakat.
4. Rumah Sehat
Cakupan Rumah Sehat pada Tahun 2018 sebesar 77,10 %, sedangkan Tahun 2019
menjadi 77,74%. Hal ini mengalami peningkatan sebesar 0,64% yaitu dengan pengawasan
dan pemeriksaan rumah langsung oleh petugas sanitarian di puskesmas dengan jumlah
rumah sehat 522.482 dari seluruh rumah 672.111
5. Air Bersih
Cakupan masyarakat menggunakan air bersih pada Tahun 2019 menjadi 81,09% atau
2.150.716 jiwa dari jumlah penduduk terhitung 2.651.960. Hal ini mengalami peningkatan
dibanding Tahun 2018 yaitu sebesar 79,79 %, kenaikkannya sebesar 1,30 %. Adapun
peningkatan pemakai ini karena adanya penambahan sarana, penyuluhan kesling tentang air
bersih, inspeksi Sarana Air Bersih (SAB) oleh sanitarian serta adanya bantuan PAMSIMAS.
6. Jamban Keluarga
Cakupan pengguna jamban keluarga Tahun 2019 menjadi 77,50% atau 2.057.114 jiwa,
terjadi peningkatan dari Tahun 2018 yaitu sebesar 2,20%, dari jumlah penduduk 2.651.960.
Peningkatan cakupan pengguna jamban ini karena didukung oleh kegiatan pemicuan di
masyarakat oleh sanitarian di desa dalam upaya menciptakan desa ODF. Jumlah Desa ODF
sampai sekarang sudah mencapai 195 desa ODF. Dari pemicuan ini maka timbul keinginan
masyarakat untuk BAB di jamban sehingga terjadi peningkatan sarana maupun pemakainya.
7. Cakupan TPM
Cakupan TPM mengalami peningkatan menjadi 70,34 % dari 61,00% di Tahun 2019 ini
peningkatnya sebesar 9,34%. Hal ini didukung oleh peran petugas sanitarian dalam
melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) terhadap tempat pengelolaan makanan
yang berada di wilayah kerjanya.
3.2 Realisasi Keuangan
Berdasarkan APBD Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2019, alokasi Belanja Daerah
untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dianggarkan sebesar Rp.444.318,147,957,- yang
terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 94.705.979.267,- dan Belanja Langsung
sebesar Rp. 349.612.168.690,- meningkat jika dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2018,
alokasi Belanja Daerah untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dianggarkan sebesar Rp.
359.707.110.318,- yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 88.218.167.561,-
dan Belanja Langsung sebesar Rp. 271.488.942.757,- Sampai dengan berakhirnya Tahun
Anggaran 2019, realisasi Belanja Daerah adalah sebesar Rp. 388.356.705.302 atau sebesar
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 46
87,41% yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung terealiasi sebesar Rp. 92.309.371.350,-
atau 97.47% dan Belanja Langsung terealisasi sebesar Rp. 296.047.333.952,- atau 84,68%,
dibandingkan dengan tahun 2018 menurun, pada tahun 2018 realisasi Belanja Daerah
adalah sebesar Rp. 318.378.541.515,- atau sebesar 88,51% yang terdiri dari Belanja Tidak
Langsung terealiasi sebesar Rp. 86.504.480.845 atau 98,06% dan Belanja Langsung
terealisasi sebesar Rp. 231.874.064.670,- atau 85,41%
Alasan belum 100% terserap karena ada beberapa kegiatan yang tidak terlaksana
diantaranya :
1. Kegiatan dari DAK fisik yaitu pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular
2. Kegiatan dari Bantuan Provinsi (Banprov) untuk masyarakat miskin melalui PBI untuk
pembayaran premi ke BPJS.
3. Pengadaan laptop (Pajak Rokok)
4. Konsultasi perijinan klinik jiwa (DBHCHT)
5. Relokasi Puskesmas UPTD Malangbong (Banprov)
6. Pembangunan Puskesmas UPTD Limbangan (Banprov)
7. Pencegahan dan Intervensi Stunting (Banprov)
8. Pemberian beasiswa tugas belajar bagi tenaga kesehatan (Banprov) dikarenakan belum
ada juknisnya.
Adapun Belanja Langsung terbagi atas :
- Anggaran untuk pelaksanaan program administrasi umum (adum) guna mendukung
pencapaian sasaran organisasi
- Anggaran untuk pelaksanaan program teknis guna pencapaian 9 sasaran dengan 4
indikator 22 indikator kinerja
Tabel 3.22 Realisasi Anggaran Program Administrasi Umum (ADUM)
Tahun 2019
No. Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Ket
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 2.649.371.710 2.635.438.610
2 Program Peningkatan Disiplin Aparatur 102.925.000 102.925.000
3
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
36.800.000 36.800.000
4 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur
439.350.000 436.364.000
Jumlah 3.228.446.710 3.211.527.610
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 47
Tabel 3.23 Realisasi Anggaran Pencapaian Indikator Kinerja
Tahun 2019
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Ket
1 Meningkatnya
pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan kelompok
masyarakat berisiko
Persentase
pelayanan kesehatan pada ibu hamil
Program
Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
11.212.000.000 10.188.859.300
Persentase pelayanan
kesehatan pada ibu bersalin di fasilitas
kesehatan
Peningkatan Pertolongan
Persalinan Oleh Nakes serta Penyelamatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir (Banprov)
800.000.000 695.860.000
Persentase pelayanan kesehatan pada
bayi baru lahir
Kegiatan Garut Asih (Anak Sehat Ibu Sehat )
Banprov
500.000.000 408.000.000
Persentase pelayanan kesehatan balita
Pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk dan ibu hamil
kurang gizi (Banprov)
505.440.000 505.440.000
Persentase pelayanan kesehatan pada
usia pendidikan dasar
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
50.542.000.000 47.047.959.919
Persentase kesehatan pada usia lanjut
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
4.510.153.615 2.948.257.425
Persentase pelayanan
kesehatan pada gizi buruk
Kegiatan Pencegahan dan
Intervensi Stunting (Banprov)
100.000.000 0
Sebagai upaya pencapaian dari 22 indikator kinerja sasaran Dinas Kesehatan Tahun
2019, berikut ini capaian kinerja keuangan dan fisik pada masing-masing indikator kinerja
sasaran sebagai berikut :
Tabel 3.24
Capaian Kinerja Keuangnan dan Capaian Kinerja Fisik Tahun 2019
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
capaian kinerja
keuangan
(%)
capaian kinerja
fisik
1 Meningkatnya pelayanan kesehatan
ibu, bayi, balita dan kelompok masyarakat
berisiko
Persentase pelayanan kesehatan
pada ibu hamil
Program Peningkatan Keselamatan
Ibu Melahirkan dan Anak
11.212.000.000 10.188.859.300 90,87 99,81
Persentase pelayanan
kesehatan pada ibu bersalin di
fasilitas kesehatan
Peningkatan Pertolongan
Persalinan Oleh Nakes serta Penyelamatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir (Banprov)
800.000.000 695.860.000 86,98 94,38
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 48
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
capaian kinerja
keuangan
(%)
capaian kinerja
fisik
Persentase pelayanan kesehatan
pada bayi baru lahir
Kegiatan Garut Asih (Anak Sehat Ibu
Sehat ) Banprov
500.000.000 408.000.000 81,60 99,39
Persentase pelayanan kesehatan
balita
Pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk
dan ibu hamil kurang gizi (Banprov)
505.440.000 505.440.000 100,00 86,22
Persentase pelayanan kesehatan
pada usia pendidikan dasar
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
50.542.000.000 47.047.959.919 93,09 75,76
Persentase kesehatan
pada usia lanjut
Program Perbaikan Gizi
Masyarakat
4.510.153.615 2.948.257.425 65,37 67,16
Persentase pelayanan kesehatan
pada gizi buruk
Kegiatan Pencegahan dan Intervensi
Stunting (Banprov)
100.000.000 0 0,00 77,1
68.169.593.615 61.794.376.644 90,65 86
2 Meningkatnya Penyehatan Lingkungan
Jumlah Desa ODF
Program Pengembangan lingkungan sehat
500.000.000 474.809.200 94,96 68,42
3 Meningkatnya Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit
Persentase Desa UCI
Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular
6.517.234.000 5.755.905.228 88,32 84,16
Presentase kesehatan
pada usia produktif
Kegiatan Operasi Katarak
Bagi Masyarakat Miskin atau tidak mampu (Banprov)
200.000.000 161.045.000 80,52 80,52
Persentase pelayanan kesehatan
penderita hipertensi
Program Pengendalian Penyakit
Menular dan Tidak Menular (Banprov)
914.800.000 776.217.939 84,85 49,2
Persentase pelayanan kesehatan
penderita diabetes melitus
30,8
Persentase pelayanan kesehatan orang
dengan gangguan jiwa berat
100
Persentase pelayanan
kesehatan orang dengan penyakit TB
100
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 49
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
capaian kinerja
keuangan
(%)
capaian kinerja
fisik
Persentase pelayanan kesehatan
dengan risiko terinfeksi HIV
100
7.632.034.000 6.693.168.167 87,70 76
4 Meningkatnya Jumlah Desa Siaga Aktif
Persentase desa siaga aktif
Program Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
600.000.000 569.660.000 94,94 98,42
5 Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan
Status Puskesmas TTP menjadi DTP
Program Pengadaan Peningkatan dan Perbaikan
Sarana Prasarana Kesehatan
23.970.173.724 22.378.300.255 93,36 0
Status PUSTU menjadi Puskesma
Program Pengadaan Peningkatan dan Perbaikan
Sarana dan prasarana Labkesda,
Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-
paru/Rumah Sakit Mata
10.014.150.000 7.378.416.504 73,68 0
Program
Sumber Daya Kesehatan (Banprov)
36.000.000.000 19.797.098.172 54,99
69.984.323.724 49.553.814.931 70,81 0
6 Meningkatnya Persentase
pelayanan kefarmasian
Persentase ketersediaan
obat dan perbekalan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan
Program Obat dan Perbekalan
Kesehatan
10.143.282.700 10.050.539.059 99,09 100
7 Meningkatnya Indeks Kepuasan
Masyarakat
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM)
Program Peningkatan Pelayanan BLUD
141.387.477.813 129.352.345.873 91,49 90.97
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
253.810.000 205.573.500 81,00
141.641.287.813 129.557.919.373 91,47 90,97
8 Meningkatnya kualitas dan
kompetensi sumber daya
Persentase SDMK yang
memiliki ijin praktek
Program Sumber Daya
Manusia Kesehatan
200.000.000 175.600.150 87,80 100
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 50
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
capaian kinerja
keuangan
(%)
capaian kinerja
fisik
manusia kesehatan
Pemberian Beasiswa Tugas Belajar Bagi
Tenaga Kesehatan (Banprov)
1.092.500.000 0 0,00
1.292.500.000 175.600.150 13,59 100
9 Meningkatnya Puskesmas Terakreditasi
Jumlah Puskesmas Terakreditasi
Program upaya pelayanan kesehatan
3.676.350.000 3.446.309.018 93,74 85
Program Pelayanan
Kesehatan Penduduk miskin
37.689.172.128 26.109.694.000 69,28
Program Mutu Pelayanan Kesehatan
5.055.178.000 4.409.915.800 87,24
46.420.700.128 33.965.918.818 73,17 85
JUMLAH 346.383.721.980 292.835.806.342 84,54 78,31
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan
atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses
kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Indikator
efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran atau
output program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output pada
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan. Suatu
organisasi, kegiatan atau program dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output
tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu
menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well).
Dari beberapa pengertian efektivitas diatas dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja
keuangan dari 9 (sembilan) sasaran strategis adalah 84,54% dengan rata-rata capaian
kinerja fisik sebesar 78,31% yang masuk kategori tidak efisiensi, dimana realisasi anggaran
lebih besar dari capaian kinerja fisik. Dari 9 (sembilan) sasaran strategis yang masuk
kategori efisiensi adalah :
1. Meningkatnya jumlah desa siaga aktif;
2. Meningkatnya persentase pelayanan kefarmasian;
3. Meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia kesehatan;
4. Meningkatnya puskesmas terakreditasi.
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 51
3.3 Prestasi
Prestasi yang diraih Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sampai Tahun 2019 adalah
sebagai berikut :
TABEL 3.25 PRESTASI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN GARUT TAHUN 2019
No Penghargaan Tempat Pemberi Penerima Unit Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Juara II Nakes Teladan TK Provinsi
Juara I Olimpiade Saka Bakti Husada
(SBH)
Juara I Gema cermat Tk Provinsi Jabar
Kabupaten Sehat
Swati Saba Wistara
Inovasi Top 33 Kompetensi Inovasi Jawa
Barat Tahun 2019
Juara II FKTP Berprestasi
Tingkat Provinsi Jawa Barat
Tahun 2019 Kategori Puskesmas
Kawasan Terpencil
Solusi Lokal Masalah Akses
dan Mutu Layanan KIA
Juara 1 Evaluasi
Kinerja Unit Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut
Juara I Tingkat
Kodim pada
Bandung
Bandung
Bandung
Jakarta
Bandung
Bandung
Garut
Garut
Garut
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat
SBH Tingkat Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat Kemendagri
Gubernur Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat
DAI Chief of Party USAID
Jalin
Pemkab Garut
Pemkab Garut
Aan Sutiana. SKM
SBH Dinkes Kab. Garut
Dinkes Kab. Garut
Dinkes Kab.
Garut
UPT Puskesmas Cihurip
UPT Puskesmas
Cihurip
UPT Puskesmas
Cihurip
UPT
Puskesmas Cihurip
Petugas Promkes UPT Cisewu
Dinkes Kab. Garut
Bidang SDK Seksi Kefarmasian
Dinkes Kab
Garut
UPT Puskesmas Cihurip
UPT Puskesmas Cihurip
UPT Puskesmas Cihurip
UPT Puskesmas
Cihurip
Dinas Kesehatan
Kab. Garut
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 52
Kegiatan Bakti TNI KB Kesehatan
Terpadu Kodam III/Siliwangi Tahun 2019
Wilayah Provinsi Jawa Barat
Dinas Kesehatan Kab. Garut
LAKIP Dinas Kesehatan Kab. Garut | 53
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
disusun sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud
pertanggungjawaban dalam pencapaian misi dan tujuan pemerintah Kabupaten Garut di bidang
kesehatan, serta dalam rangka mewujudkan good governance. Tujuan penyusunan laporan ini
adalah untuk memberikan gambaran tingkat pencapaian sasaran maupun tujuan Dinas Kesehatan
sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai program dan kebijakan yang
telah ditetapkan. Laporan Akuntabilitas ini disusun berdasarkan Penetapan Kinerja Tahun 2019.
Dalam laporan ini disimpulkan bahwa secara umum Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
belum memperlihatkan pencapaian kinerja yang signifikan atas sasaran-sasaran strategisnya.
Sebanyak 9 (sembilan) sasaran, 22 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tertuang dalam Rencana
Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2019 - 2024.
Hasil pengukuran dari 22 indikator ada 6 indikator (27,27%) yang tidak mencapai target
tetapi ada peningkatan dibandingkan dengan tahun yang lalu, 10 indikator (45,45%) tidak
mencapai target dan 6 indikator (27,27%) mencapai target. Pada Tahun 2019, kami telah
menyusun Rencana Strategis 2019-2024 dengan strategi kebijakann gerakan besar yang di mulai
pada tahun 2020. Semoga pada tahun mendatang akan diperoleh capaian kinerja yang optimal.