laporan kinerja bidang kesehatan masyarakat tahun 2020

53
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 i LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERASELATAN TAHUN 2020

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 i

LAPORAN KINERJA

BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN 2020

DINAS KESEHATAN

PROVINSI SUMATERASELATAN TAHUN 2020

Page 2: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipersembahkan ke Hadirat Allah Swt, Atas Rahmat dan KaruniaNya jualah,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2020 dapat diselesaikan.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja Dekonsentrasi

di Lingkungan Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan memiliki kewajiban untuk

melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen

SAKIP adalah membuat Laporan Kinerja yang menggambarkan kinerja yang dicapai atas

pelaksanaan program dan kegiatan yang menggunakan APBN sesuai Perjanjian Kinerja yang telah

ditetapkan pada awal tahun 2020.

Penyusunan laporan kinerja (LAKIP) mengacu pada Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi

mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai selama satu tahun anggaran. Dalam laporan

kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam

lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa

mendatang.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun

2020 sebagai bentuk akuntabilitas perjanjian kinerja yang dibuat pada akhir tahun 2020. Secara

garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja dan capaian

kinerja sesuai dengan Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, disertai

dengan faktor pendukung dan penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.

Peningkatan kualitas laporan kinerja ini menjadi perhatian kami, masukan dan saran

membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di

tahun yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan

evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.

Palembang, Februari 2020

Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Selatan,

Dra. Lesty Nurainy, APT, M.Kes

NIP. 196207031989032002

Page 3: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dan dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

menyusun laporan kinerja (LAKIP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja yang telah

dilakukan pada tahun 2020.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat yang

dinilai melalui beberapa indikator pembangunan kesehatan, diantaranya meningkatnya

status Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Masyarakat melalui penurunan Angka Kematian Ibu

(Target 306/100.000 KH), Angka Kematian Bayi (Target 24/1000 KH) dan Prevalensi Stunting

(pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (Target 14%). Terkait AKI dan AKB, dilakukan

pengukuran dengan indikator proksi, antara lain Persalinan di fasilitas kesehatan (PF),

Kunjungan Antenatal (K4) dan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) yang juga dijabarkan

dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024.

Berdasarkan data, AKI mencapai 305/100.000 KH (SUPAS 2015), AKB mencapai 24/1000

KH (SDKI 2017) dan prevalensi stunting sebesar 30,5% (Riskesdas 2020). Hal ini

menunjukkan kemajuan dari segi penurunan AKI, AKB maupun prevalensi stunting, namun

demikian aspek sustainabilitas dari capaian tersebut sangat perlu diperhatikan, mengingat

indikator pembangunan kesehatan bersifat outcome yang hanya dapat diperoleh melalui riset,

survei dan penelitian lainnya.

Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2020 sebagaimana yang sudah

ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri dari Indikator Kerja Kegiatan di

lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun 2020.

Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2020 antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat memiliki 21 Indikator Kinerja Kegiatan sebagian besar

Realisasi anggaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 91,36%

Keseluruhan indikator kinerja utama program kesehatan masyarakat dilaksanakan di tingkat

Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran tersebut bertujuan untuk memastikan indikator

tersebut berjalan sebagaimana mestinya mulai dari level kebijakan, standar, pedoman dan

evaluasi .

Page 4: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 iv

Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di tahun 2020 dikarenakan

adanya perubahan spesifikasi pengadaan barang dan jasa, pemanfaatan dekon belum melihat

kemampuan sumber daya di provinsi dan sebagian adanya kebijakan untuk mendahulukan

kegiatan APBD daripada APBN.

Perbaikan ke depan perlu koordinasi lebih baik antar unit eselon II dalam penyusunan rencana

operasional kegiatan terutama dengan melibatkan pimpinan dan para pemegang

program/kegiatan sehingga rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana dengan baik. Selain

itu diperlukan persiapan yang lebih awal dalam proses pengadaan barang dan jasa sehingga

tidak menumpuk menjelang akhir tahun.

Page 5: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

IKHTISAR EKSEKUTIF ………………………………………………………… ii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… v

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………… ………………………………………….. 1

B. Maksud dan Tujuan ……………… ………………………………………….. 2

C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi ………………………………………….. 2

D. Tugas Pokok dan Fungsi …………. ………………………………………….. 6

E. Potensi dan Permasalahan ……….. ………………………………………….. 7

F. Sistematika ………………………. ………………………………………….. 9

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ………………………………………….. 11

A. Perjanjian Kinerja ……………….. ………………………………………….. 11

B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ………………………… 11

BAB. III. AKUNTABILITAS KINERJA………………. ………………………… 15

A. Capaian Kinerja Organisasi………………………... ………………………… 15

1. Indikator Kinerja Utama (Kinerja Program)…… ………………………… 15

2. Indikator Kinerja Kegiatan ……………………. ………………………… 22

B. Realisasi Anggaran………………………………… ………………………… 38

BAB IV. PENUTUP ……………………………………. ………………………… 40

1. Kesimpulan …………………………………….. ………………………… 40

2. Saran…………………………………………….. ………………………… 42

LAMPIRAN …………………………………………… ………………………… 43

Page 6: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN Tahun 2020-

2024 ………………………………………………………………………

17

Tabel 2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada Renstra Kementerian

Kesehatan Tahun 2020 – 2024 …………………………………………..

18

Tabel 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan…………………………………………………………………….

18

Tabel 4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil menurut kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020 …………………………………………….

32

Tabel 5. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2020 ……………………………………………………….

39

Tabel 6. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2020 ……………………………………………………….

41

Tabel 7. Realisasi Keuangan dan Fisik Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020…..

45

Page 7: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Jumlah Kematian Ibu menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2020 …………………………………………………

16

Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2014 – 2020 Provinsi

Sumatera Selatan ……………………………………………………

16

Gambar 3.3. Penyebab Kematian Ibu tahun 2020 Provinsi Sumatera Selatan…… 17

Gambar 3.4. Jumlah Kematian Bayi menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2020 ………………………………………………….

18

Gambar 3.5. Penyebab Kematian Bayi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020…. 19

Gambar 3.6 Jumlah Kematian Neonatal menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2020 ……………………………………….

20

Gambar 3.7 Prevalensi Stunting menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2020 ………………………………………………….

20

Gambar 3.8 Prevalensi Wasting menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2020 …………………………………………………

21

Gambar 3.9 Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PF) menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 …………..

22

Gambar 3.10 Persentase Puskesmas yang melakukan entri data sasaran balita >

60% menurut kabupaten menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2020 …………………………………………………

23

Gambar 3.11 Prevalensi Bumil KEK menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2020 …………………………………………………..

24

Gambar 3.12 Persentase Bayi usia kurang 6 bulan yang mendapatkan ASI

Eksklusif bulan Februari dan Agustus menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ………………………………

25

Gambar 3.13 Persentase K4 menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2020 …………………………………………………………..

27

Gambar 3.14 Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan

(SBS) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun

2020 …………………………………………………………………

31

Gambar 3.15 Persentase Akses Sanitasi layak menurut kabupaten/kota Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020

31

Gambar 3.16 Persentase sarana air minum diawasi/diperiksa kualitas air minumnya

sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan

33

Page 8: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 viii

tahun 2020 …………………………………………………………..

Gambar 3.17 Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat

sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2020 …………………………………………………………..

35

Gambar 3.18 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan

pengawasan sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020 ……………………………………….

36

Page 9: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja

Dekonsentrasi Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui

pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan

terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan

dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien

sesuai dengan prinsip-prinsip good governace sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah

2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,

dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan

menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan

keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya

manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 telah

mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta

indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda

pembangunan Indonesia ke depan.

Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya

manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus focus untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan

penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care)

dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh

inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk mencapai hal

tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan

reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit,

pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta

penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan

Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi,

penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti

dengan indikator-indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2020-2024 yang tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan

mendukung indikator RPJMN 2020-2024

Page 10: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 2

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional : 1) Pilar

paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam

pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat;

2) Pilar Penguatan Pelayanan Kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan

akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu

pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi

berbasis resiko. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan unit yang

sangat berperan dalam mewujudkan pilar pertama dalam “Program Indonesia

Sehat”.

Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan

kinerja.

Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam mendukung kinerja Direktorat

Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil

capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di

lingkungan Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat di tahun 2020.

Perjanjian kinerja yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian

Kesehatan terdiri dari 6 Kegiatan dan 21 Indikator Kinerja Kegiatan.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam

mendukung penyusunan laporan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat

merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2020 dalam mencapai

target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan

ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan

Masyarakat oleh Pejabat yang bertanggung Jawab.

C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi

1. Visi dan Misi

Mengacu kepada visi pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)

Provinsi Sumatera Selatan periode 2019-2023 yaitu ‘Sumsel Maju untuk

Semua’ dan untuk mencapai visi tersebut ditetapkan 5 (lima) misi, yang salah

satunya adalah “Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik

laki-laki maupun perempuan, yang sehat, berpendidikan, profesional, dan

menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, kejujuran dan integritas.”

Page 11: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 3

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, sebagai Organisasi Perangkat

Daerah yang membantu kepala daerah dalam urusan wajib bidang kesehatan,

merupakan salah satu OPD yang bertanggung jawab untuk melaksanakan misi

terkait dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Maka

dengan mengacu kepada visi dan misi dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan

periode 2019-2023, tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dengan sasaran pembangunan kesehatan Provinsi

Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemandiran masyarakat untuk hidup sehat

2. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan

3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas (UHC pelayanan kesehatan)

2. Tujuan

Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di

Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat dalam rangka terselenggaranya

pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar meningkatnya

status kesehatan masyarakat.

3. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya

kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui

peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan

dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan

peningkatan pembiayaan kesehatan.

Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2020-2029 meliputi :

a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan

Lanjut Usia yang Bekualitas.

b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat;

c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan;

d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

4. Sasaran Ditjen Kesehatan Masyarakat

Sasaran Program Kesehatan Masyarakat pada Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu bagi seluruh masyarakat..

Indikator pencapaian sasaran adalah:

a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebesar 95%.

Page 12: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 4

b. Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan

(SBS) sebesar 90%.

c. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 10%.

d. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan

masyarakat hidup sehat sebesar 50%.

5. Indikator Kinerja Kegiatan

Untuk mencapai sasaran hasil, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

a. Pembinaan Kesehatan Keluarga

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses dan kualitas upaya

kesehatan keluarga.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

ibu dan bayi baru lahir sebanyak 514 kabupaten/kota.

2) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

balita sebanyak 514 kabupaten/kota.

3) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

anak usia sekolah dan remaja sebanyak 350 kabupaten/kota.

4) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

usia reproduksi sebanyak 514 kabupaten/kota.

5) Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan lanjut usia sebesar 65%.

b. Pembinaan Gizi Masyarakat

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya perbaikan gizi masyarakat.

Indikator pencapaian sasaran adalah:

1) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan Surveilans gizi sebesar

100%.

2) Persentase puskesmas mampu tata laksana gizi buruk pada balita sebesar

60%.

3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif sebesar

60%.

Page 13: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 5

c. Penyehatan Lingkungan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya penyehatan dan pengawasan

kualitas lingkungan.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1) Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan

(SBS) sebesar 90%.

2) Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) sebanyak 420 kabupaten/kota.

3) Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air

minumnya sesuai standar sebesar 76%.

4) Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai

standar sebanyak 8.800 fasyankes.

5) Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat

sesuai standar sebesar 62%.

6) Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan

pengawasan sesuai standar sebesar 75%.

d. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya upaya kesehatan kerja dan

olahraga.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1) Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja sebanyak

411 kabupaten/kota.

2) Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga

sebanyak 411 kabupaten/kota.

e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan

dan pemberdayaan kepada masyarakat.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan

masyarakat hidup sehat sebesar 50%.

2) Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif

sebesar 100%.

Page 14: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 6

f. Program Dukungan Manajemen

Sasaran Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat adalah meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas,

pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan.

Indikator pencapaian sasaran adalah nilai Reformasi Birokrasi ementerian

Kesehatan sebesar 80,58. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka

dilakukan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan program.

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya dukungan manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah :

1) Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat adalah 60.

2) Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat sebesar 90%

D. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pembinaan gizi dan kesehatan

ibu dan anak;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga,

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pembinaan gizi dan

kesehatan ibu dan anak;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan

kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga,

gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,

pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;

Page 15: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 7

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan

keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi

masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan

keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi

masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

6. Pelaksanaan administrasi Diirektorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, dan

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

E. Potensi dan Permasalahan

Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam

menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan.

Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan

sudah cukup baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi

ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu

hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil dengan komplikasi dan

faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam

kehamilan, perdarahan post partum, serta penyebab karena lain-lain juga

semangkin meningkat. Penyebab dan komplikasi kematian ini dapat diminimalisir

apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu

memeriksa kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat

antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria,

TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua > 35

tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 orang).

Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan,

sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000

kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur

perkawinan pertama pada usia yang amat muda ( < 20 tahun) sebanyak 46,7% dari

semua perempuan yang telah kawin.

Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah

tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif

tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai.

Demikian juga secara kuantitas, jumlah fasyankes primer dan rujukan mampu

memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal meningkat namun

belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan Pelayanan

kesehatan masa sebelum hamil terutama pada masa remaja, calon pengantin

menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.

Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni

19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN)

terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian

Page 16: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 8

anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab

kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death

(IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Sebanyak 11,2%,

ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan

kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-

benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan

lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal

sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pneumonia

dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi

lingkungan setempat.

Untuk status gizi remaja, hasil Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi

remaja usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,1% dan pada usia

16-18 tahun sebesar 31,4%. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan

sepertiga remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien.

Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari

TK/RA sampai SMA/SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk

mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis,

karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta

berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas.

Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah.

Prioritas Program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi

dan deteksi dini penyakit tidak menular. Salah satu inovasi yang dikembangkan

UKS saat ini adalah pengembangan model sekolah sehat.

Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit

akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang

meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun

terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45 tahun.

Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak

awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja

adalah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos

Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan

peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan Pekerja

Perempuan.

Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain

masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi

persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan

masalah stunting. Stunting terjada karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan

oleh kemiskinan dan polah asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan

kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah,

sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang

anak adalah masalah kritis yang menentukan masalah depannya. Yang menjadi

masalah, lelwat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati.

Page 17: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 9

Untuk mengatasi stunting, masyaraka perlu dididik untuk memahami pentingnya

gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen global

(SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus

kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hinggan anak

berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena

masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi

spesifik) tetap juga oleh sektor di Luar Kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan

Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

Pandemi Covid-19 yang dimulai pada maret 2020 sampai sekarang masih

belum berakhir, tentu saja memberikan dampak terhadap upaya pencapaian sasaran

program kesehatan masyarakat, karena upaya untuk melakukan pemantauan,

pembinaan baik kepada kabupaten/kota termasuk puskesmas, termasuk

pemantauan langsung kepada masyarakat terutama kepada sasaran Continum of

care dan 1000 hari pertama kehidupan menjadi terbatas, maka akan bisa dipastikan

akan ada penurunan cakupan program atau peningkatan kasus kesakitan dan

kematian.

F. Sistematika

Sistematika penulisan Laporan Kinerja Direktoral Kesehatan Masyarakat

adalah sebagai berikut :

Ringkasan Eksekutif

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

Penjelasan umum organisasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,

penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (Stragegic

issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB II

Menjelaskan uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat tahun 2020

BAB III

Penyajian capaian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat untuk

setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil

pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai

berikut : membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;

membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target

jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

organisasi; analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau

Page 18: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 10

peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;

analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; analisis program/kegiatan

yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan

kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.

BAB IV

Penutup, pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja

organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi

untuk meningkatkan kinerjanya.

LAMPIRAN

Formulir PK : Pengukuran Kinerja

Page 19: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 11

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan telah ditetapkan

dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan

kinerja/perjanjian kinerja antara Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan untuk mewujudkan target kinerja

tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.

Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang

mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya

mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia.

Perjanjian penetapan kinerja tahun 2020 yang telah ditandatangani oleh Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan Direktur Jenderal Kesehatan

Masyarakat Kementerian Kesehatan berisi Indikator Kinerja Kegiatan Program

Kesehatan Masyarakat.

B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat

Sesuai dengan RPJMN tahun 2020 – 2024, Indikator Program Kesehatan

Masyarakat yang mendukung Program Prioritas Nasional yaitu Peningkatan Akses

dan Mutu Pelayanan Kesehatan, seperti terlihat pada table berikut :

Tabel 1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat

Pada RJPMN tahun 2020-2024

No. Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024

1. Angka Kematian Ibu (AKI) per

100.000 kelahiran hidup

230 217 205 194 183

2. Angka Kematian Bayi (AKB) per

1000 kelahiran hidup.

20,6 19,5 18,6 17,6 16

3. Angka Kematian Neonatal per

1000 kelahiran hidup

12,9 12,2 11,6 11 10

4. Prevalensi stunting (pendek dan

sangat pendek)

24,1 21,1 18,4 16 14

5. Prevalensi wasting (kurus dan

sangat kurus)

8,1 7,8 7,5 7,3 7

Page 20: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 12

Di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024,

Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator

Kineja Program (IKP) dan 20 (dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).

Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat dan target pencapaiannya

periode 2020 – 2024 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat

Pada Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024

No. Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024

1. Persentase persalinan di fasilitas

pelayanan kesehatan (PF)

87 89 91 93 95

2. Persentase desa/kelurahan dengan

Stop Buang Air Besar

Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

3. Persentase Ibu Hamil Kurang

Energi Kronik (KEK)

16 14,5 13 11,5 10

4. Persentase kabupaten/kota yang

menerapkan kebijakan gerakan

masyarakat hidup sehat (Germas)

30 35 40 45 50

Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kesehatan Masyarakat dan target

capaian pada tahun 2020 seperti terlihat pada table 1 di bawah ini :

Tabel 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

No Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja

Target

Nasional

Target

Provinsi

1. Pembinaan Gizi

Masyarakat

1. Persentase Kabupaten/Kota

yang melaksanakan surveilans

gizi

50% 51%

2. Persentase puskesmas yang

mampu tata laksana gizi buruk

pada balita

10% 7%

3. Persentase ibu hamil Kurang

Energi Kronik (KEK)

16% 16%

4. Persentase bayi usia kurang

dari 6 bulan mendapat ASI

Eksklusif

40% 52%

2. Pembinaan

Kesehatan

Keluarga

1. Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru

lahir

120

Kab/Kota

2

Kab/Kota

Page 21: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 13

No Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja

Target

Nasional

Target

Provinsi

2. Persentase persalinan di

fasilitas pelayanan kesehatan

87% 91%

3. Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan

kesehatan balita

120

Kab/Kota

2

Kab/Kota

4. Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan

kesehatan anak usia sekolah

dan remaja

125

Kab/Kota

2

Kab/Kota

5. Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan

kesehatan usia reproduksi

120

Kab/Kota

2

Kab/Kota

6. Persentase kabupaten/kota

yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan usia

lanjut

45% 47%

3. Pembinaan Upaya

Kesehatan Kerja

dan Olahraga

1. Jumlah kabupaten/Kota yang

menyelenggarakan kesehatan

kerja

308

Kab/Kota

11

Kab/Kota

2. Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan kesehatan

olahraga

308

Kab/Kota

11

Kab/Kota

4. Penyehatan

Lingkungan

1. Persentase desa/kelurahan

Stop Buang Air Besar

Sembarangan (SBS)

40% 30%

2. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat

(KKS)

110

Kab/Kota

10

Kab/Kota

3. Persentase sarana air minum

yang diawasi/diperiksa

kualitas air minumnya sesuai

standar

60% 22%

4. Jumlah fasyankes yang

memiliki pengelolaan limbah

medis sesuai standar

2600 110

5. Persentase tempat pengelolaan

pangan (TPP) yang memenuhi

syarat sesuai standar

38% 20%

6. Persentase tempat dan fasilitas

umum (TFU) yang dilakukan

pengawasan sesuai standar

55% 55%

5. Promosi Kesehatan

dan Pemberdayaan

Masyarakat

1. Persentase kabupaten/kota

yang menerapkan kebijakan

gerakan masyarakat hidup

sehat

30% 30%

2. Persentase kabupaten/kota

melaksanakan pembinaan

posyandu aktif

51% 30%

Page 22: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 14

No Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja

Target

Nasional

Target

Provinsi

6. Meningkatnya

Koordinasi

Pelaksanaan Tugas,

pembinaan dan

pemberian

1. Persentase kinerja RKAKL

lingkup Kesehatan Masyarakat

80% 80%

Page 23: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya

memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk

memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi

turut mempengaruhi penerapan pemerintahaan yang baik di Indonesia. Pengukuran

kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara

membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan

kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada

akhir tahun anggaran.

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan

fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan

anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja

adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengukuran pengungkapan

(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

1. Indikator Kinerja Utama (Kinerja Program)

Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian

Kesehatan dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI),

Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Neonatal serta Prevalensi Stunting

dan Wasting. AKI, AKB dan Kematian Neonatal dalam laporan ini adalah laporan

jumlah kematian ibu, bayi dan neonatal dari laporan rutin Kesehatan Ibu dan Anak.

a. Jumlah Kematian Ibu

Jumlah kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 berdasarkan

laporan rutin Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Selatan berjumlah 128 kasus, dan kejadian kematian ibu di

Kabupaten/Kota berkisar antara 0 - 23 kasus. Kasus kematian ibu tertinggi

terjadi di Kabupaten Banyuasin (23 kasus), kemudian diikuti oleh Kota

Palembang (14 kasus), Kabupaten OKU (12 kasus), Kabupaten Muba (9

kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.1.

Page 24: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 16

Gambar 3.1: Jumlah Kematian Ibu

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Sejak tahun 2014 jumlah kematian ibu cenderung mengalami penurunan

sampai tahun 2017, dari 155 kasus menjadi 107 kasus. Namun pada tahun

2018 sampai dengan tahun 2020 terlihat fluktuatif. Pada tahun 2020 terjadi

peningkatan cukup tajam sebanyak 128 kasus dari tahun 2019 105 kasus,

hal ini disebabkan terjadi pandemic covid-19.

Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2014 - 2020

Provinsi Sumatera Selatan

Adapun penyebab kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

terbanyak adalah perdarahan (32,81%), Hipertensi dalam kehamilan

(30,47%), Infeksi (3,13%), Gangguan Sistem Pembuluh Darah (6,25%),

Gangguan Metabolik (3,13%) dan penyebab lain-lain (24,22%).

Page 25: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 17

Gambar 3.3. Penyebab Kematian Ibu tahun 2020

Provinsi Sumatera Selatan

Kematian ibu disebabkan oleh komplikasi kebidanan yang tidak ditangani

dengan baik dan tepat waktu. Sementara kejadian komplikasi kebidanan

(kehamilan/persalinan) hanya sekitar 15%, selebihnya (85%)

kehamilan/persalinan terjadi normal.

Sebagian besar komplikasi kebidanan tidak dapat diprediksi, artinya setiap

kehamilan berisiko.

Tingginya Jumlah Kematian Ibu dipengaruhi oleh kondisi :

1) ketersediaan data yang akurat,

Ketidak-tersediaannya data yang akurat, berimplikasi pada tidak

diketahuinya besaran masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa

memonitor dan mengevaluasi keberhasilan/kegagalan program. AKI

yang masih tinggi dan tidak turun, apakah memang tidak turun atau naik,

atau karena datanya yang tidak tersedia atau tidak akurat.

2) Efektivitas Program.

Yang dimaksud efektivitas program adalah program pelayanan kepada

ibu hamil, melahirkan dan nifas belum sepenuh sesuai dengan standar

mutu, seperti pelayanan antenatal care, yang ditandai dengan indikator

K1 dan K4. Walaupun cakupannya sudah cukup tinggi untuk K4

(90,91%), namun apakah K4 disertai dengan 10T, belum dapat

dipastikan, karena data terkait pelayanan ibu hamil yang memenuhi 10T

belum tersedia secara rutin, karena tidak termasuk dalam variable

pelaporan PWS KIA. Kondisi tersebut bisa jadi akibat dari suplay

pelayanan kesehatan yang belum memadai, hal ini terlihat dari fakta-

fakta tentang kondisi efektivitas program yang disampaikan oleh prof.

Endang pada Rakerkesnas 2019 yaitu : 70,15% Bidan tinggal di desa;

64,86% Bidan di Desa yang mempunyai Kit; Bidan di Desa yang

Page 26: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 18

mampu Gawat Darurat Obstentri Neonatal 10,80%; Bidan di Desa yang

telah dilatih APN baru sekitar 46,63%; Puskesmas Perawatan mampu

PONED baru sekitar 47,4%; Puskesmas mampu PONED yang tersedia

MgSO4 baru sekitar 42,63%. Berdasarkan hasil studi di Banten tahun

2006, ada sekitar 100 kematian ibu disebabkan keterlambatan; dan 45%

dari keterlambatan tersebut karena terlambat dalam pengambilan

keputusan. Berdasarkan SP2010 - Litbangkes 2012 bahwa sekitar

49,7%-75,3% kematian ibu terjadi di RS pemerintah dan swasta.

Berdasarkan rifaskes 2011, bahwa hanya 21% RS Pemerintah yang

memenuhi kriteria umum PONEK; Ada sekitar 52,7% RSU Pemerintah

dengan Dokter telah terlatih PONEK; Ada sekitar 50,4% RSU

Pemerintah dengan Bidan telah dilatih PONEK; Studi di Banten

memperlihatkan bahwa 44% terlambat mendapatkan pelayanan di RS.

b. Jumlah Kematian Bayi

Kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 berdasarkan

laporan rutin Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan berjumlah 536 kasus, dan berkisar antara 5 - 82 kasus kematian

bayi terjadi di Kabupaten/Kota. Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di

Kabupaten Banyuasin (82 kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara

Enim (69 kasus), Kabupaten OKU (56 Kasus) dan seterusnya dapat dilihat

pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Jumlah Kematian Bayi

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Penyebab kematian bayi dibagi berdasarkan masa neonatal (< 28 hari) dan

post neonatal. Penyebab kematian bayi pada masa neonatal pada tahun

2020 adalah BBLR (169 kasus), Asfiksia (146 kasus), Tetanus

Neonatorum (4 kasus), Sepsis (6 kasus), kelainan bawaan (27 kasus) dan

penyeban lainnya (102 kasus). Sedangkan penyebab kematian bayi pada

masa post neonatal adalah Pneumonia (12 kasus), Diare (6 kasus),

Page 27: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 19

Kelainan Sistem Pencernaan (4 kasus), Kelainan Saraf (3 kasus), dan

penyebab lainnya (57 kasus).

Gambar 3.5. Penyebab Kematian Bayi

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Beberapa kondisi yang mempengaruhi kematian bayi terutama kematian

neonatal adalah :

1) Periode Pra Hamil : terjadi anemia, atau status gizi kurus/gemuk, maka

pada saat memasuki kehamilan akan mengakibatkan anemia, status gizi

kurus/gemuk.

2) Periode Kehamilan : terjadi anemia, atau kurus/gemuk, pertambahan

berat badan hamil rendah, atau tidak imunisasi TT, maka akan

mengakibatkan BBLR, Premature, bayi lahir dengan defisiensi besi

mengakibatkan anemia di usia 4 bulan dan IQ turun 12 poin, kemudian

risiko tetanus.

3) Periode Saat Persalinan - 24 jam Post Partum : terjadi kualitas pelayanan

persalinan rendah, ada komplikasi, kualitas pelayanan neonatal rendah

dan kualitas pelayanan BBLR dan Prematur rendah akan

mengakibatkan asfiksia, hipotermia atau infeksi pada bayi.

4) Periode hari ke 2-7 dan hari ke 8-27 : terjadi kualitas pelayanan neonatal

rendah seperti asupan yang tidak adequat, lemah dalam pencegahan

dan penanganan infeksi, mengakibatkan infeksi dan kekurangan zat

gizi.

c. Kematian Neonatal

Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup pada masa 0-28 hari

setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kematian Neonatal

di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 berdasarkan laporan rutin

Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan berjumlah

454 kasus, dan berkisar antara 5 - 68 kasus kematian neonatal terjadi di

Kabupaten/Kota. Jumlah kematian neonatal tertinggi terjadi di Kabupaten

Banyuasin (68 kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (56

Page 28: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 20

kasus), Kabupaten OKU (44 Kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada

gambar 3.6.

Gambar 3.6. Jumlah Kematian Neonatal

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

d. Prevalensi Stunting pada Balita

Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah anak umur 0 sampai 59

bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut

Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memiliki Z-score

kurang dari -2SD.

Gambar 3.7. Prevalensi Stunting

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Pada tahun 2020, berdasarkan entry data di aplikasi eppgbm, jumlah balita

stunting di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 14.584 dari 202.696 Balita

yang diukur atau sekitar 7,20%. Tinggi rendahnya prevalensi yang

ditampilkan pada grafik 3.7 belum mewakili tentang fakta sesungguhnya

besaran masalah stunting di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan,

dikarenakan masih rendahnya pengukuran dan entri data pengukuran melalui

aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat

(eppgbm).

Page 29: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 21

e. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita

Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks

Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut

Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-Score kurang dari -2SD.

Gambar 3.8. Prevalensi Wasting

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Pada tahun 2020, berdasarkan entry data di aplikasi eppgbm, jumlah balita

wasting di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 8.713 dari 203.757 Balita

yang diukur atau sekitar 4,3%. Tinggi rendahnya prevalensi yang

ditampilkan pada grafik 3.8 belum mewakili tentang fakta sesungguhnya

besaran masalah wasting di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan,

dikarenakan masih rendahnya pengukuran dan entri data pengukuran melalui

aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat

(eppgbm).

f. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan

kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 88,83%,

melampaui target nasional sebesar 87%, namun belum mencapai target

provinsi sebesar 91%. Capaian per kabupaten/kota berkisar antara 71,58% -

118,45%. Cakupan tertinggi dicapai oleh kabupaten Ogan Ilir (118,45%),

sedangkan cakupan terendah dicapai oleh kabupaten Musirawas Utara

(71,58%).

Page 30: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 22

Gambar 3.9. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PF)

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Beberapa kabupaten/kota yang masih dibawah target nasional (87%),

kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga dokter/dokter

spesialis kandungan, termasuk bidan dan perawat, karena ketentuan tenaga

penolong persalinan minimal dua orang, terdiri dari :

1) Dokter dan bidan, atau

2) Dokter dan perawat, atau

3) 2 orang bidang, atau

4) Bidan dan perawat.

Faktor lain, disebabkan masih ada faskes yang belum memenuhi standar

sarana dan prasarana untuk pertolongan persalinan atau PONED.

2. Indikator Kinerja Kegiatan

a. Pembinaan Gizi Masyarakat

1) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah

kabupaten/kota yang minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan

kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta

diseminasi informasi. Pada tahun 2020 belum ada Kabupaten/kota yang

melaksanakan surveilans gizi di Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini

disebabkan, semua kriteria belum terpenuhi, seperti :

a) Puskesmas melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta

data pengukuran melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap

bulan mencapai minimal 60% sasaran ibu hamil dan balita.

Berdasarkan data eppgbm, kabupaten/kota yang 70% lebih

puskesmas di wilayah kerjanya melakukan entri data sasaran minimal

60% baru 6 kabupaten/kota yaitu Musi Banyuasin, Musirawas,

Page 31: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 23

Banyuasin, Ogan Ilir, Muara Enim dan Kota Palembang, tetapi untuk

entri data pengukuran belum satupun kabupaten/kota yang mencapai

60%.

Gambar 3.10. Persentase Puskesmas yang melakukan entri data

sasaran balita > 60% menurut kabupaten menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

b) Puskesmas melakukan komfirmasi dan identifikasi penyebab

masalah gizi pada seluruh balita gizi buruk.

Berdasarkan data eppgbm, belum ada puskesmas yang melaporkan

telah melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi

pada seluruh balita gizi buruk.

c) Puskesmas melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan

hasil surveilans gizi dan di upload ke dalam Sistem Pelaporan.

Berdasarkan data laporan rutin, belum ada puskesmas yang

melaporkan dan upload rencana kegiatan ke dalam system pelaporan.

2) Persentase puskesmas yang mampu tata laksana gizi buruk pada

balita

Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita adalah

puskesmas dengan kriteria :

a) Mempunyai tim asuhan gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat,

dan tenaga gizi;

b) Memiliki SOP tatalaksana gizi buruk pada balita.

Pada tahun 2020, dari 341 puskesmas yang ada di Provinsi Sumatera

Selatan, ada 57 puskesmas yang memiliki Tim Asuhan Gizi, namun

belum ada sertifikat pelatihan yang diupload. Dari 57 puskesmas tersebut,

ada 3 puskesmas yang tidak ada SOP yang diupload ke dalam system

informas (sigiziterpadu kemenkes.go.id).

Page 32: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 24

3) Persentase ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan

makanan tambahan.

Prevalensi Bumil KEK di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

mencapai 14,1% lebih rendah dari target nasional maupun provinsi

sebesar 16%. Jika dilihat menurut kabupaten/kota, prevalensi KEK

berada pada rentang 1,8% - 36,3%. Sebagian besar kabupaten/kota

berada diatas 5% sebagai ambang batas permasalahan kesehatan

masyarakat (WHO), kecuali Kota Pagar Alam (1,8%) dan Kabupaten

OKU Selatan (2,8%). Persentase Bumil KEK tertinggi terjadi di

Kabupaten Musirawas (36,3%), kemudian diikuti oleh Kabupaten OKU

Timur (32,2%) dan Kabupaten Lahat (25,9%) dan seterusnya dapat

dilihat pada gambar 3.9

Gambar 3.11. Prevalensi Bumil KEK menurut kabupaten/kota Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020

4) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI

Eksklusif

Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif adalah Bayi

umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan

atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Cakupan bayi usia

kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif bulan Februari

tahun 2020 Provinsi Sumatera Selatan mencapai 50,0% dan bulan

Agustus mencapai 53,1% melampaui target nasional (40%) maupun

target provinsi yang ditetapkan sebesar 52%.

Capaian menurut kabupaten/kota berkisar antara 8,9% - 73,2% untuk

bulan Februari dan 10,2% - 80,3% untuk bulan Agustus, dimana cakupan

yang tertinggi bulan Februari Kota Palembang (73,2%), cakupan tertinggi

bulan Agustus dicapai oleh Kota Prabumulih (80,3%) seperti terlihat pada

gambar 3.12

Page 33: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 25

Gambar 3.12. Persentase Bayi usia kurang 6 bulan yang mendapatkan

ASI Eksklusif bulan Februari dan Agustus menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Beberapa faktor yang mempengaruhi masih rendahnya cakupan bayi

umur 0-6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif adalah :

1. Petugas kesehatan kurang memberikan edukasi kepada Ibu dan

Keluarga terkait pentingnya ASI Eksklusif

2. Susu Formula masih gencar dipromosikan

3. Tradisi masyarakat yang memberikan makanan saat bayi baru lahir.

4. Belum semua RS terapkan 10 LMKM (Langkah Menunju

Keberhasilan Menyusui)

5. Belum semua bayi memperoleh IMD

6. Jumlah konselor menyusui masih sedikit

7. Belum semua kantor dan fasilitas umum membuat ruang menyusui

b. Pembinaan Kesehatan Keluarga

1) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir

Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan

bayi baru lahir dengan kriteria sebagai berikut :

a) Seluruh puskesmas yang minimal 50% desa/kelurahan d wilayah

kerjanya melaksanakan kelas ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun.

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan tujuan

untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu

agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan

selama kehamil, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,

KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,

Page 34: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 26

mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular seksual

dan akte kelahiran.

Tabel 4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Secara umum, setiap puskesmas di setiap kabupaten/kota, 100% telah

melaksanakan kelas ibu hamil, namun jika dilihat persentase ibu

hamil yang mengikuti kelas ibu hamil baru mencapai 33% dari

sasaran ibu hamil di tahun 2020. Terkait dengan persentase

Desa/Kelurahan di setiap wilayah puskesmas melaksanakan kelas ibu

hamil, belum dapat diketahui, karena laporan rutin pws-kia belum

menampilkan desa yang melaksanakan kelas ibu hamil. Namun jika

membandingkan antara jumlah kelas ibu hamil yang terbentuk

dengan jumlah desa/kelurahan yang ada, seluruh desa/kelurahan ada

kelas ibu hamil.

b) Cakupan K4 minimal 85%.

Minimal 85% ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan

pelayanan antenatal sebanyak 4 kali selama periode kehamilan (K4)

dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama, satu kalo pada

trimester kedua, dua kali pada trimester ketiga.

Cakupan K4 Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai

90,91%, sedangkan capaian K4 Kabupaten/Kota pada rentang 77,45%

- 118,88%. Kabupaten/Kota yang cakupan K4 dibawah 85% terjadi

di Kota Palembang (77,45%), Kabupaten Musirawas Utara (84,34%)

dan Kabupaten PALI (84,97%). Namun jika dibulatkan keatas,

Kabupaten Pali telah mencapai 85%

Abs %

1 OGAN KOMERING ULU 7.384 157 6 18 922 6.282 85,07 1.493 610

2 OGAN KOMERING ILIR 17.777 327 1 30 241 2.127 11,96 796 250

3 MUARA ENIM 13.816 252 1 22 271 5.724 41,43 1.613 458

4 LAHAT 8.109 377 1 33 359 2.733 33,70 288 227

5 MUSI RAWAS 8.337 199 1 19 199 5.672 68,03 456 238

6 MUSI BANYUASIN 14.313 368 1 28 284 2.850 19,91 394 326

7 BANYU ASIN 17.967 307 1 33 274 4.742 26,39 604 322

8 OKU SELATAN 7.696 259 2 19 590 1.873 24,34 638 264

9 OKU TIMUR 13.087 321 1 22 345 7.060 53,95 570 767

10 OGAN ILIR 8.490 241 1 25 267 7.707 90,78 588 324

11 EMPAT LAWANG 5.352 156 1 10 188 2.046 38,23 159 133

12 PALI 4.652 75 1 7 71 1.775 38,16 430 127

13 MUSI RAWAS UTARA 4.346 89 1 8 100 2.898 66,68 196 150

14 PALEMBANG 31.283 107 1 41 154 1.272 4,07 250 41

15 PRABUMULIH 4.052 37 1 9 43 598 14,76 - 45

16 PAGAR ALAM 2.710 146 0 7 63 1.406 51,88 816 73

17 LUBUKLINGGAU 4.705 72 1 10 72 684 14,54 50 84

SUMATERA SELATAN 174.076 3.490 1 341 4.443 57.449 33,00 9.341 4.439

Jumlah suami/

keluarga yang

mengikuti

kelas ibu

hamil

Jumlah

bidan yang

melakukan

kelas ibu

hamil

Jumlah

Kelas Ibu

Hamil di

setiap

Desa/Kelu

rahan

Jumlah

Desa/Kelu

rahan

Jumlah Ibu

Hamil yang

mengikuti kelas

ibu hamil

No Kabupaten/Kota

Jumlah

sasaran

Ibu Hamil

Puskesmas

yang

melaksana

kan kelas

ibu hamil

Jumlah

Kelas Ibu

Hamil

yang

terbentuk

Page 35: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 27

Gambar 3.13. Persentase K4 menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

c) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan

pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

Dari 129 Puskesmas Rawat Inap yang ada di Provinsi Sumatera

Selatan, ada 74 puskesmas mampu PONED. Diharapkan puskesmas

PONED seyogjanya puskesmas yang memiliki tempat tidur yang

memiliki fasilitas dan tim (dokter, bidan, perawat) yang mampu

melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal

dasar yang siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

d) Kaputapen/Kota memiliki 1 rumah sakit mampu melakukan

penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan

maternal dan neonatal

e) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan AMP minimal

1 kali setiap 3 bulan.

Dari kelima kriteria tersebut, provinsi Sumatera Selatan belum satupun

kabupaten/kota yang memenuhi kriteria penyelenggaraan pelayanan

kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir.

2) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan

Pembahasan tentang persentase persalinan di fasilitas pelayanan

kesehatan telah diuraikan pada bagian Indikator Kinerja Program

Kesehatan Masyarakat.

Page 36: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 28

3) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan balita

Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Seluruh puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya 50%

desa/kelurahan yaitu tenaga kesehatan mendamping kelompok

ibu/keluarga yang memiliki anak usia balita untuk mendiskusikan

materi kesehatan anak dalam buku KIA.

b) Seluruh puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS yaitu

menggunakan algoritma MTBS (formulir pencatatan MTBS) untuk

melayani kunjungan bayi muda dan balita sakit

c) Seluruh puskesmas melaksanakan SDIDTK yaitu menindaklanjuti

rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan

sebagaimana Pedoman Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan

Kesehatan Dasar (Stimulasi/Intervensi/Rujukan)

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita pada tahun 2020 sebanyak

6 kabupaten/kota, dan telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun

2020 sebanyak 2 kabupaten/kota.

4) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan anak usia sekolah dan remaja

Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

anak usia sekolah dan remaja adalah :

a) Minimal 40% Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja (PKPR).

b) Setiap puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI.

SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di

wilayah kerja puskesmas.

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

pada tahun 2020 sebanyak 10 kabupaten/kota, telah melampaui target

provinsi sebanyak 2 kabupaten/kota. 10 kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

adalah kabupaten OKU, kabupaten Musi Rawas, kabuapten Musi

Banyuasin, kabupaten OKU Selatan, kabupaten OKU Timur, kabupaten

Ogan Ilir, kabupaten Empat Lawang, kabupaten PALI, Kota Palembang

dan Kota Prabumulih.

5) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan usia reproduksi

Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

adalah :

Page 37: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 29

a) Minimal 50% puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan

kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin)

b) Seluruh puskesmas di wilayah kerja mampu dan melakukan

pelayanan KB Pasca Persalinan.

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi pada tahun 2020

mencapai 6 kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada

tahun 2020 sebanyak 2 kabupaten/kota.

Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

adalah kabupaten Lahat, kabupaten OKU Timur, kabupaten Ogan Ilir,

kabupaten PALI, kabupaten Banyu Asin dan kota Prabumulih.

6) Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan lanjut usia

Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia

adalah meliputi :

a) Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di

wilayah kerjanya sehingga Posyandu Lansia buka minimal 4 kali

dalam satu tahun pada setiap desa tersebut.

b) Minimal 50% puskesmas yang ada di kabupaten/kota

menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun Lansia yaitu :

c) Kabupaten/Kota mengembangkan Program Perawatan Jangka

Panjang (PJP) bagi Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai

melaksanakan Program PJP bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas

dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP bagi Lansia dan

panduan praktis bagi caregiver informal.

Berdasarkan laporan rutin yang disampaikan Kabupaten/Kota,

kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia

di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 70,58% telah

melampaui target nasional (45%) maupun target provinsi (47%).

c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja

Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah:

a) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan

kerja.

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas

yang melaksanakan :

Page 38: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 30

- Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor

risiko/penggunaan APD/pengukuran kebugaran jasmani bagi

petugas)

- Deteksi dini PM/PTM/PAK pada pekerja Puskesmas

- Pembentukan/pembinaan PoS UKK

b) Tersedianya Surat Keputusan (SK) atau Surat Edaran (SE) yang

mendukung pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja.

Adanya SK/SE serta pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan program kesehatan

di tempat kerja

c) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal

Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan

pembinaan kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi

sosialisasi, koordinasi dan pelaksanaan program kesehatan kerja

seperti: GP2SP, atau K3 Perkantoran, atau K3 Fasyankes.

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6 kabupaten/kota

masih belum melampaui target yang ditetapkan provinsi pada tahun 2020

sebanyak 11 kabupaten/kota.

2) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga

Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah kab/kota

yang minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan

kesehatan olahraga yaitu melaksanakan kegiatan:

a) Pengukuran kebugaran ASN/anak sekolah/jamaah haji

b) Pembinaan kelompok olahraga pada masyarakat Ibu hamil, Lansia,

kelompok olahraga masyarakat

c) Pengukuran kebugaran jasmani pekerja tingkat kabupaten/kota

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 2 kabupaten/kota,

masih belum mencapai target yang ditetapkan provinsi sebanyak 11

kabupaten/kota.

d. Penyehatan Lingkungan

1) Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek

buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi.

Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di

masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM.

Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah :

a) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman

dan layak dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang

aman dan layak.

Page 39: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 31

b) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar

c) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk

mencapai 100% KK mempunyai jamban layak dan aman

Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 45,32 %, melampaui

target nasional 40% maupun target provinsi 30%. Ada 3(tiga)

kabupaten/kota yang telah mencapai 100% desa/kelurahan SBS yaitu

kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Kota Prabumulih dan Kota Lubuk

Linggau. Kabupaten/Kota SBS yang telah mencapai 60% lebih yaitu

kabupaten Banyuasin (60,20%), kabupaten Musirawas (81,41%) dan

kabupaten Musi Banyuasin (82,08%).

Gambar 3.14. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar

Sembarangan (SBS) menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Jika dilihat dari akses sanitasi, Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020

mencapai 84,32%. Persentase Akses Sanitasi Kabupaten/Kota berada pada

rentang 66.04% - 100%, seperti terlihat pada gambar 3.15

Gambar 3.15. Persentase Akses Sanitasi layak menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Page 40: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 32

Fasilitas sanitasi layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu fasilitas tersebut digunakan oleh rumah tangga sendiri atau

bersama dengan rumah tangga lain tertentu, dilengkapi dengan kloset jenis

leher angsa, serta tempat pembuangan akhir tinja berupa tangki septik atau

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Akses sanitasi aman adalah fasilitas sanitasi yang dimiliki oleh rumah

tangga, yang terhubung dengan septic tank. Akses sanitasi yang masuk

kategori aman ini umumnya disedot rutin satu kali selama 3-5 tahun dan

dibuang ke instalasi pengolah tinja atau IPLT.

2) Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)

Kabupaten/kota yang melaksanakan 4 tatanan yaitu pemukiman, sarana dan

prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan ketahanan pangan,

kawasan pendidikan dan kawasan pasar, memiliki SK Tim Pembina KKS,

memiliki SK Forum dan rencana kerja dan mempunyai laporan hasil

verifikasi oleh tim Pembina tingkat provinsi.

Pada tahun 2020, Provinsi Sumatera Selatan melalui Tim Pembina KKS

Provinsi Sumatera Selatan melakukan pembinaan kepada Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2019, ada 5 kabupaten/kota yang mengikuti verifikasi KKS dan

mendapatkan Swastisaba yaitu kabupaten OKU, Kabupaten Musirawas,

Kabupaten Ogan Ilir, Kota Lubuk Linggau dan Kota Palembang.

3) Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air

minumnya sesuai standar

Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana

Pengamanan Air Minum),inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa

kualitas air minumnya oleh dinas kesehatan kabupaten/kota

Sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah

a) PDAM pemerintah

b) PDAM swasta

c) KPSPAM Pamsimas

d) KPSPAM non Pamsimas

e) Depot Air Minum

f) Kantor Kesehatan Pelabuhan

Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya

sesuai standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai

68,45% telah melampaui target nasional sebesar 60% maupun target

provinsi sebesar 22%. Capaian sarana air minum yang diawasi/diperiksa

kualitas air minumnya sesuai standari di 17 kabupaten/kota berada pada

rentang 42,85 – 100%. Ada 4 (empat) kabupaten yang telah mencapai 100%

yaitu kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, kabupaten OKU Selatan,

kabupaten Banyuasin dan kabupaten Muara Enim.

Page 41: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 33

Gambar 3.16. Persentase sarana air minum diawasi/diperiksa kualitas air

minumnya sesuai standar menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Jumlah sarana air minum di Provinsi Sumatera Selatan tercatat sebanyak

2.266 sarana air minum, yang dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan

(IKL) sebanyak 1.551 sarana.

Tabel 5. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020.

NO. KABUPATENJUMLAH

SARANA

Jumlah

IKL

Jumlah

R+S

Jumlah

Sampel

Jumlah

OK

Jumlah

Not OK%

1 OGAN KOMERING ULU 382 237 236 51 39 12 62,04

2 OGAN KOMERING ILIR 542 377 375 22 17 5 69,55

3 MUARA ENIM 8 8 7 0 0 0 100,00

4 LAHAT 538 367 357 33 21 12 68,21

5 MUSI RAWAS 11 10 9 1 1 0 90,90

6 MUSI BANYUASIN 6 5 3 0 0 0 83,33

7 BANYU ASIN 76 76 73 17 13 4 100,00

8 OGAN KOMERING ULU SELATAN 18 18 17 0 0 0 100,00

9 OGAN KOMERING ULU TIMUR 17 15 12 0 0 0 88,23

10 OGAN ILIR 18 16 16 2 0 2 88.88

11 EMPAT LAWANG 97 72 72 31 0 31 74,22

12 PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR 14 14 13 0 0 0 100,00

13 MUSI RAWAS UTARA 231 120 99 7 1 6 51,51

14 KOTA PALEMBANG 13 12 11 0 0 0 92,30

15 KOTA PRABUMULIH 77 70 70 0 0 0 90,90

16 KOTA PAGAR ALAM 169 113 112 20 9 11 66,86

17 KOTA LUBUKLINGGAU 49 21 20 0 0 0 42,85

SUMATERA SELATAN 2266 1551 1502 184 101 83 68,45

Page 42: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 34

4) Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki pengelolaan

limbah medis sesuai standar

Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar adalah

fasyankes (rumah sakit dan puskesmas) yang telah melakukan pemilahan,

pewadahan, pengangkutan yang memenuhi syarat penyimpanan sementara

B3 di tempat penyimpanan B3 (TPSB3) yang berizin serta telah melakukan

pengolahan secara mandiri sesuai persyaratan atau berizin dan atau

bekerjasama dengan pihak pengelola limbah B3 yang berizin.

Standar prosedur pelaksanaan pengelolaan limbah medis yang

dilaksanakan sesuai standar mengacu ke Peraturan Menteri KLHK Nomor

56 tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan,

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit, serta mempunyai tenaga yang memahami

pengelolaan limbah medis di Fasyankes.

Fasyankes (rumah sakit dan puskesmas) di Provinsi Sumatera Selatan yang

memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar sampai dengan tahun

2020 berjumlah 110 dari 428 fasyankes (25,70%) telah sesuai dengan target

provinsi sebanyak 110 fasyankes.

5) Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat

sesuai standar

Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat kesehatan adalah

TPP yang dilaksanakan pengawasan melalui inspeksi kesehatan lingkungan

(IKL) dan memenuhi syarat sesuai standar. TPP adalah rumah

makan/restoran/jasaboga/sentra pangan jajanan, depot air minum.

Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai

standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 44,08%

telah melampaui target nasional sebesar 38% maupun target provinsi

sebesar 20%. Jumlah TPP yang tercatat dan terlaporkan di aplikasi emonev

berjumlah 2.702 buah, dan yang memenuhi syarat (Laik) sebanyak 1191

TPP.

Page 43: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 35

Gambar 3.17. Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang

memenuhi syarat sesuai standar menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Tabel 6. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020.

6) Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan

pengawasan sesuai standar

Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai

standar adalah tempat dan fasilitas umum (pasar, sekolah, puskesmas) yang

dilakukan pengawasan oleh kabupaten/kota dengan cara melakukan

Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) minimal 1 kali dalam kurun waktu

setahun.

Page 44: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 36

TFU adalah lokasi, sarana, dan prasarana antara lain : fasilitas kesehatan;

fasilitas pendidikan; tempat ibadah; hotel; rumah makan dan usaha lain

yang sejenis; sarana olahraga; sarana transportasi darat, laut, udara dan

kereta api; stasiun dan terminal; pasar dan pusat perbelanjaan; pelabuhan,

bandar udara, dan pos lintas batas darat negara; dan tempat dan fasilitas

umum lainnya.\

TFU Prioritas terdiri dari sekolah, puskesmas dan pasar yang terdaftar di

kementerian pendidikan dan kebudayaan, kementerian perdagangan, pusat

data dan informasi kementerian kesehatan, dan kementerian agama.

Pengawasan sesuai standar adalah kunjungan untuk mengetahui factor

risiko kesehatan lingkungan dengan IKL melalui pengamatan fisik media

lingkungan dengan menggunakan instrument IKL, pengukuran media

lingkungan dan analisis risiko kesehatan lingkungan serta rekomendasi

perbaikan.

Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan

sesuai standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai

73,90% dari 16.048 sarana TFU yang tercatat, dan telah melampaui target

nasional sebesar 55% maupun target provinsi sebesar 55%.

Gambar 3.18 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan

pengawasan sesuai standar menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan

masyarakat hidup sehat.

Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup

Sehat (Germas) dengan kriteria:

a) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor

1 Tahun 2017 (melaksanakan 5 kluster Germas) dan/atau kebijakan

Page 45: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 37

berwawasan kesehatan adalah kabupaten/kota telah memiliki atau

menerbitkan kebijakan Germas dan/atau kebijakan berwawasan

kesehatan. Kebijakan Germas ditetapkan oleh pemerintah daerah

(bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas yaitu:

Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik

Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat

Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi

Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit

Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan

Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh

bupati/walikota/Kepala OPD berupa peraturan/surat

keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung salah satu klaster.

b) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung 5 kluster

Germas minimal 3 kali setahun dengan melibatkan lintas sektor,

pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM) dan atau mitra potensial adalah kegiatan yang mengajak

masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas dan

melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah),

UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan

atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi

kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh

masyarakat, LSM, dll) dan dilakukan minimal 3 (tiga) kali setahun.

Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan

masyarakat hidup sehat di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

mencapai 88,24% melampaui target nasional 30% maupun target provinsi

30%. Dari 17 kabupaten/kota, kabupaten Musirawas dan Kota Pagar Alam

yang belum memiliki kebijakan germas berupa Peraturan Bupati atau

Surat Keputusan Bupati.

Untuk pelaksanaan penggerakkan masyarakat dalam mendukung 5 kluster,

semua kabupaten/kota telah melaksanakan penggerakan masyarakat,

walaupun masih dalam lingkup kampanye germas.

2) Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif

Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu Aktif dengan

kriteria:

a) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan bupati/walikota

Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor

terkait pengembangan Posyandu tingkat kabupaten/kota

b) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun

Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk

membahas perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan

c) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan

kader

Page 46: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 38

Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan

kader yang berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/kota

d) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu

Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan

kegiatan Posyandu sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP

online dan atau Si Cakep

e) Posyandu aktif minimal 50%

Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun

Memiliki minimal 5 orang kader

Melakukan pelayanan kegiatan KIA, Gizi, imunisasi, KB dengan

cakupan minimal 50%

Memiliki alat pemantauan pertumbuhan

Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja,

Lansia, TOGA, Penanggulangan penyakit)

Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif

mencapai 23,53% belum mencapai target provinsi sebesar 30% maupun

nasional sebesar 51%.

f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada

Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

1) Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat.

Persentase kinerja RKA-K/L Program pembinaan Kesehatan Masyarakat

yang efektif dan efisien adalah hasil penilaian kinerja RKA-K/L

menggunakan tools aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan.

Persentase kinerja RKA-K/L Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Provinsi Sumatera Selatan mencapai 80% sesuai dengan targer nasional

maupun provinsi sebensar 80%.

B. Realisasi Anggaran

Realisasi Keuangan Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat tahun 2020

mencapai 91,36% dan realisasi fisik mencapai 93,77%. Secara rinci per kegiatan di

lingkup Program Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada tabel 3. berikut :

Page 47: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 39

Tabel 7. Realisasi Keuangan dan Fisik Program Pembinaan Kesehatan

Masyarakat Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

Tahun Anggaran 2020.

s.d ini bln ini % %

024.03.06 Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat 2.594.591.000 6 KEG 2.370.314.300 463.407.500 91,36 93,77

2080 Pembinaan Gizi M asyarakat 581.814.000 3 KEG 569.063.600 82.890.000 97,81 100,00

2080.504 Peningkatan Surveilans Gizi 581.814.000 17 LAY 569.063.600 82.890.000 97,81 100,00

002.051 Pelaksanaan Surveilans gizi menggunakan e-PPGBM 492.344.000 5 KEG 479.644.000 0 97,42 100,00

C Pertemuan Analisa dan Pemanfaatan data Survailans Gizi (A2 dan A3) seluruh Puskesmas Kab/Kota di Provinsi 492.344.000 2 KL 479.644.000 0 97,42 100,00

002.052 Pelacakan dan Konf irmasi Masalah Gizi dan Monev Kegiatan Gizi 89.470.000 3 KEG 89.419.600 82.890.000 99,94 100,00

A Pelacakan dan Konf irmasi Masalah Gizi dan Monev Kegiatan Gizi 82.940.000 24 OT 82.890.000 82.890.000 99,94 100,00

C Perjalanan ke Pusat dalam rangka mengikuti Pertemuan Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 6.530.000 2 OT 6.529.600 0 99,99 100,00

2085 Dukman dan Pelaksanaan Tugnis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan M asyarakat 280.102.000 1 KEG 257.663.400 62.045.500 91,99 100,00

2085.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 280.102.000 1 LAY 257.663.400 62.045.500 91,99 100,00

001.061 Pengelolaan Keuangan dan BMN 124.970.000 2 KEG 115.725.500 8.281.200 92,60 100,00

B Honorarium Satuan Kerja 124.970.000 12 OB 115.725.500 8.281.200 92,60 100,00

001.071 Penyusunan Rencana Program 24.204.000 2 KEG 24.203.600 0 100,00 100,00

B Rapat Koordinasi Teknis (Rakontek) Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Tingkat Pusat 24.204.000 7 OT 24.203.600 0 100,00 100,00

001.073 Pengelolaan data, Informasi dan Pelaksanaan Pemantauan Evaluasi Program 130.928.000 2 KEG 117.734.300 53.764.300 89,92 100,00

A Pembinaan Terpadu Pelaksanaan Program Kesmas ke 16 Kab./Kota 82.240.000 32 OT 82.200.000 18.230.000 99,95 100,00

B Konsultasi Program Kesehatan Masyarakat 48.688.000 8 OT 35.534.300 35.534.300 72,98 100,00

2089 Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga 86.178.000 3 KEG 86.170.000 0 99,99 100,00

2089.036 Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi Jemaah Haji 65.460.000 7457 JMH 65.460.000 0 100,00 100,00

001.055 Melakukan Orientasi, Pelatihan, dan TOT Keg. Kes OR termasuk Kebugaran Jasmani Jemaah Haji 65.460.000 1 KEG 65.460.000 0 100,00 100,00

A Pengukuran Kebugaran Jasmani Jemaah Haji 65.460.000 8 KL 65.460.000 0 100,00 100,00

2089.042 Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja 20.718.000 2004 TPK 20.710.000 0 99,96 100,00

001.055 Melakukan Pembinaan Teknis dan Evaluasi kegiatan Kesehatan Kerja 20.718.000 2 KEG 20.710.000 0 99,96 100,00

A Pendampingan Pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga 20.718.000 8 OT 20.710.000 0 99,96 100,00

5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 650.417.000 6 KEG 487.010.500 297.560.000 74,88 75,16

5832.001 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir 190.757.000 2 LAY 189.450.500 0 99,32 100,00

001.052 Orientasi SDM Dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 10.405.000 1 KEG 10.168.500 0 97,73 100,00

A Pengiriman dan Pemeriksaan SHK 10.405.000 108 SMPL 10.168.500 0 97,73 100,00

001.053 Pendampingan Kesehatan Keluarga 180.352.000 2 KEG 179.282.000 0 99,41 100,00

B Pendampingan Provinsi Ke Kabupaten Lokus 180.352.000 16 PKM 179.282.000 0 99,41 100,00

5832.009 Tenaga Kesehatan Terlatih Penanganan Kegaw atdaruratan Maternal dan Neonatal 459.660.000 24 ORG 297.560.000 297.560.000 64,73 64,85

001.051 Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegaw atdaruratan Maternal dan Neonatal 161.580.000 1 KEG 0 0 0,00 0,00

A Pelatihan Penanganan Kegaw atdaruratan Maternal Neonatal 161.580.000 1 KL 0 0 0,00 0,00

001.054 Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegaw atdaruratan Maternal dan Neonatal 298.080.000 1 KEG 297.560.000 297.560.000 99,83 100,00

A Monitoring Dan Evaluasi Paska Latih Pelayanan Kesehatan Dan Kegaw atdaruratan Maternal Dan Neonatal 298.080.000 16 PKM 297.560.000 297.560.000 99,83 100,00

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan M asyarakat 470.562.000 3 KEG 446.180.000 0 94,82 100,00

5833.001 Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Germas 60.156.000 4 K/K 58.125.000 0 96,62 100,00

001.053 Melakukan Penguatan Implementasi Germas 60.156.000 1 KEG 58.125.000 0 96,62 100,00

B Pembinaan Implementasi Kebijakan Germas di Kab/Kota 60.156.000 2 K/K 58.125.000 0 96,62 100,00

5833.002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media 410.406.000 1 LAY 388.055.000 0 94,55 100,00

001.052 Melakukan Penyebarluasan Informasi 410.406.000 3 KEG 388.055.000 0 94,55 100,00

A Penyebarluasan Informasi Melalui Media Elektronik 221.906.000 4 PKT 214.075.000 0 96,47 100,00

B Penyebarluasan Informasi Melalui Media Cetak 158.500.000 2 PKT 146.480.000 0 92,42 100,00

D Penyebarluasan Informasi Melalui Media Luar Ruang 30.000.000 1 PKT 27.500.000 0 91,67 100,00

5834 Penyehatan Lingkungan 525.518.000 7 KEG 524.226.800 20.912.000 99,75 100,00

5834.501 Pengaw asan Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi Syarat 116.380.000 17 P/K 116.230.000 0 99,87 100,00

002.054 Melakukan Bimbingan Teknis Pengaw asan TPP 116.380.000 1 KEG 116.230.000 0 99,87 100,00

A Pengaw asan dan Disinfeksi Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) dalam rangka Pencegahan COVID-19 116.380.000 14 LOK 116.230.000 0 99,87 100,00

5834.502 Pengaw asan Pasar Sehat 120.312.000 10 P/K 119.751.000 0 99,53 100,00

002.052 Melakukan Orientasi SDM dalam Pengaw asan Pasar Sehat 120.312.000 2 KEG 119.751.000 0 99,53 100,00

A Implementasi Pasar Sehat di Provinsi 32.112.000 3 LOK 32.112.000 0 100,00 100,00

B Desinfeksi Pasar dalam rangka pencegahan COVID-19 88.200.000 12 LOK 87.639.000 0 99,36 100,00

5834.503 Pengaw asan Tempat Fasilitas Umum (TFU) yang memenuhi Syarat Kesehatan 88.200.000 17 P/K 88.120.000 0 99,91 100,00

002.052 Melakukan Orientasi SDM dalam Pengaw asan TFU 88.200.000 1 KEG 88.120.000 0 99,91 100,00

A Desinfeksi Tempat Fasilitas Umum (TFU) dalam rangka pencegahan COVID-19 88.200.000 12 LOK 88.120.000 0 99,91 100,00

5834.505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) termasuk pembinaan kab/kota STOP BABS 74.232.000 17 P/K 74.032.000 20.912.000 99,73 100,00

002.054 Melakukan Bimbingan Teknis STBM 74.232.000 1 KEG 74.032.000 20.912.000 99,73 100,00

A Bimtek Pemantauan Intervensi Peningkatan Kualitas Kesling Termasuk Korprov 74.232.000 12 LOK 74.032.000 20.912.000 99,73 100,00

5834.506 Pengaw asan Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes 126.394.000 17 P/K 126.093.800 0 99,76 100,00

002.053 Melakukan Koordinasi, Advokasi dan Sosialisasi terkait Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes 126.394.000 1 KEG 126.093.800 0 99,76 100,00

A Koord. dlm Pengolahan Limbah Medis dan Penyelesaian Masalah Merkuri bagi Petugas Puskesmas dan RS 126.394.000 1 KL 126.093.800 0 99,76 100,00

PAGU RM VOLUMEKODE URAIAN

Realiasi

Keuangan Fisik

Page 48: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 40

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembinaan Gizi Masyarakat

a. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi di Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 41,17% masih belum mencapai target

yang telah ditetapk pada tahun 2020 sebesar 51%;

b. Persentase puskesmas yang mampu tata laksana gizi buruk pada balita di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 4,1% masih belum mencapai

target yang telah ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 7%.

c. Persentase ibu hamil kurang energy kronik (KEK) di Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2020 mencapai 14,1% masih belum mencapai target yang

ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 16%.

d. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif di Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 53,1% telah melampaui target yang

ditetapakan pada tahun 2020 sebesar 52%.

2. Pembinaan Kesehatan Keluarga

a. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan

bayi baru lahir di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 masih belum

mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 1 kabupaten.

b. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan di Provinsi Sumatera

Selatan pada tahun 2020 mencapai 88,83%, masih belum mencapai target

yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 91%.

c. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Anak

Balita di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6

kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020

sebanyak 2 kabupaten/kota

d. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Anak

Usia Sekolah dan Remaja di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020

mencapai 10 kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada

tahun 2020 sebanyak 2 kabupaten/kota

e. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia

reproduksi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6

kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020

sebanyak 2 kabupaten/kota

Page 49: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 41

f. Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

lanjut usia di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 70,58%,

telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 47%.

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

a. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja di Provinsi

Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6 kabupaten/kota, masih belum

mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 11 kabupaten/kota.

b. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 2 kabupaten, masih

belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 11

kabupaten/kota.

4. Penyehatan Lingkungan

a. Persentase desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 45,32% telah melampaui

target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 30%.

b. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2020 sebanyak 10 kabupaten/kota, telah mencapai target yang ditetapkan pada

tahun 2020 sebanyak 10 kabupaten/kota.

c. Persentase Sarana Air Minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya

di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 68,45%,telah

melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 22%.

d. Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 110 fasyankes, telah

mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 110 fasyankes.

e. Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai

standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 44,08%, telah

melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 20%.

f. Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan

sesuai standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 73,90%,

telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 55%.

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat

hidup sehat di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 88,24%,

telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 30%..

b. Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 23,53%, masih belum

mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 30%

Page 50: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 42

7. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program

Kesehatan Masyarakat.

a. Persentase kinerja RKA-K/L lingkup kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 80%, telah mencapai

target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 80%.

B. Saran

1. Setiap pengelola program kegiatan di lingkup program Kesehatan Masyarakat

agar dapat meningkatkan ketersediaan data capaian kinerja melalui peningkatan

cakupan pelaporan baik manual maupun elektronik berbasis online.

2. Peningkatan kualitas data agar terus diupayakan melalui crosscheck atau review

secara berkala terkait dengan data yang telah disampaikan oleh kabupaten/kota

dan memberikan feedback secara rutin setiap bulan atau setiap triwulan.

3. Peningkatan cakupan program dengan memastikan setiap sasaran mendapatkan

intervensi, dimulai dari ketersediaan data sasaran riil di puskesmas dan

jaringannya termasuk posyandu.

4. Monitoring dan Evaluasi serta Supervisi Fasilitatif dalam rangka memastikan

setiap kabupaten/kota sampai tingkat puskesmas dan jaringannya melakukan

upaya-upaya intervensi sesuai dengan petunjuk teknis, SOP yang ada.

5. Upaya penguatan komitmen puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

harus terus diupayakan untuk mendukung dan mensukseskan program prioritas

nasional seperti penurunan AKI, AKB dan Stunting.

LAMPIRAN

1. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

Page 51: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020
Page 52: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

No. Sasaran Program/Kegiatan

Indikator Kinerja Target Target Provinsi

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Pembinaan Gizi

Masyarakat 1. 2. 3. 4.

Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans gizi Persentase puskesmas mampu tata laksana gizi buruk pada balita Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Ekslusif

50%

10%

16%

40%

51%

7%

16%

52%

2. Pembinaan Kesehatan Keluarga

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi Persentase Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia

120 Kab/Kota

87%

120

Kab/Kota

125 Kab/Kota

120

Kab/Kota

45%

2 Kab/Kota

91%

2

Kab/Kota

2 Kab/Kota

2

Kab/Kota

47%

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1. 2.

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga

308

308

11

11

4. Penyehatan Lingkungan

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) Persentase sarana air minum yang diawasi /diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar

40%

110 60%

2600

38%

55%

30%

10 22%

110

20%

55%

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. 2.

Persentase Kabupaten/Kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat Persentase Kabupaten/Kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif

30%

51%

30%

30%

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada

1.

Persentase kinerja RKAKL pada program pembinaan kesehatan masyarakat

80% 80%

Page 53: LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020