laporan kinerja bidang kesehatan masyarakat tahun 2020
TRANSCRIPT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 i
LAPORAN KINERJA
BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2020
DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERASELATAN TAHUN 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur dipersembahkan ke Hadirat Allah Swt, Atas Rahmat dan KaruniaNya jualah,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2020 dapat diselesaikan.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja Dekonsentrasi
di Lingkungan Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan memiliki kewajiban untuk
melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen
SAKIP adalah membuat Laporan Kinerja yang menggambarkan kinerja yang dicapai atas
pelaksanaan program dan kegiatan yang menggunakan APBN sesuai Perjanjian Kinerja yang telah
ditetapkan pada awal tahun 2020.
Penyusunan laporan kinerja (LAKIP) mengacu pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi
mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai selama satu tahun anggaran. Dalam laporan
kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam
lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa
mendatang.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun
2020 sebagai bentuk akuntabilitas perjanjian kinerja yang dibuat pada akhir tahun 2020. Secara
garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja dan capaian
kinerja sesuai dengan Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, disertai
dengan faktor pendukung dan penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.
Peningkatan kualitas laporan kinerja ini menjadi perhatian kami, masukan dan saran
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di
tahun yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan
evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.
Palembang, Februari 2020
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan,
Dra. Lesty Nurainy, APT, M.Kes
NIP. 196207031989032002
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dan dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
menyusun laporan kinerja (LAKIP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja yang telah
dilakukan pada tahun 2020.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat yang
dinilai melalui beberapa indikator pembangunan kesehatan, diantaranya meningkatnya
status Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Masyarakat melalui penurunan Angka Kematian Ibu
(Target 306/100.000 KH), Angka Kematian Bayi (Target 24/1000 KH) dan Prevalensi Stunting
(pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (Target 14%). Terkait AKI dan AKB, dilakukan
pengukuran dengan indikator proksi, antara lain Persalinan di fasilitas kesehatan (PF),
Kunjungan Antenatal (K4) dan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) yang juga dijabarkan
dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024.
Berdasarkan data, AKI mencapai 305/100.000 KH (SUPAS 2015), AKB mencapai 24/1000
KH (SDKI 2017) dan prevalensi stunting sebesar 30,5% (Riskesdas 2020). Hal ini
menunjukkan kemajuan dari segi penurunan AKI, AKB maupun prevalensi stunting, namun
demikian aspek sustainabilitas dari capaian tersebut sangat perlu diperhatikan, mengingat
indikator pembangunan kesehatan bersifat outcome yang hanya dapat diperoleh melalui riset,
survei dan penelitian lainnya.
Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2020 sebagaimana yang sudah
ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri dari Indikator Kerja Kegiatan di
lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun 2020.
Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2020 antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat memiliki 21 Indikator Kinerja Kegiatan sebagian besar
Realisasi anggaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 91,36%
Keseluruhan indikator kinerja utama program kesehatan masyarakat dilaksanakan di tingkat
Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran tersebut bertujuan untuk memastikan indikator
tersebut berjalan sebagaimana mestinya mulai dari level kebijakan, standar, pedoman dan
evaluasi .
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 iv
Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di tahun 2020 dikarenakan
adanya perubahan spesifikasi pengadaan barang dan jasa, pemanfaatan dekon belum melihat
kemampuan sumber daya di provinsi dan sebagian adanya kebijakan untuk mendahulukan
kegiatan APBD daripada APBN.
Perbaikan ke depan perlu koordinasi lebih baik antar unit eselon II dalam penyusunan rencana
operasional kegiatan terutama dengan melibatkan pimpinan dan para pemegang
program/kegiatan sehingga rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana dengan baik. Selain
itu diperlukan persiapan yang lebih awal dalam proses pengadaan barang dan jasa sehingga
tidak menumpuk menjelang akhir tahun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i
IKHTISAR EKSEKUTIF ………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… v
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………… ………………………………………….. 1
B. Maksud dan Tujuan ……………… ………………………………………….. 2
C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi ………………………………………….. 2
D. Tugas Pokok dan Fungsi …………. ………………………………………….. 6
E. Potensi dan Permasalahan ……….. ………………………………………….. 7
F. Sistematika ………………………. ………………………………………….. 9
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ………………………………………….. 11
A. Perjanjian Kinerja ……………….. ………………………………………….. 11
B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ………………………… 11
BAB. III. AKUNTABILITAS KINERJA………………. ………………………… 15
A. Capaian Kinerja Organisasi………………………... ………………………… 15
1. Indikator Kinerja Utama (Kinerja Program)…… ………………………… 15
2. Indikator Kinerja Kegiatan ……………………. ………………………… 22
B. Realisasi Anggaran………………………………… ………………………… 38
BAB IV. PENUTUP ……………………………………. ………………………… 40
1. Kesimpulan …………………………………….. ………………………… 40
2. Saran…………………………………………….. ………………………… 42
LAMPIRAN …………………………………………… ………………………… 43
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN Tahun 2020-
2024 ………………………………………………………………………
17
Tabel 2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2020 – 2024 …………………………………………..
18
Tabel 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan…………………………………………………………………….
18
Tabel 4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil menurut kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020 …………………………………………….
32
Tabel 5. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2020 ……………………………………………………….
39
Tabel 6. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2020 ……………………………………………………….
41
Tabel 7. Realisasi Keuangan dan Fisik Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020…..
45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Jumlah Kematian Ibu menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2020 …………………………………………………
16
Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2014 – 2020 Provinsi
Sumatera Selatan ……………………………………………………
16
Gambar 3.3. Penyebab Kematian Ibu tahun 2020 Provinsi Sumatera Selatan…… 17
Gambar 3.4. Jumlah Kematian Bayi menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2020 ………………………………………………….
18
Gambar 3.5. Penyebab Kematian Bayi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020…. 19
Gambar 3.6 Jumlah Kematian Neonatal menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2020 ……………………………………….
20
Gambar 3.7 Prevalensi Stunting menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2020 ………………………………………………….
20
Gambar 3.8 Prevalensi Wasting menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2020 …………………………………………………
21
Gambar 3.9 Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PF) menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 …………..
22
Gambar 3.10 Persentase Puskesmas yang melakukan entri data sasaran balita >
60% menurut kabupaten menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2020 …………………………………………………
23
Gambar 3.11 Prevalensi Bumil KEK menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2020 …………………………………………………..
24
Gambar 3.12 Persentase Bayi usia kurang 6 bulan yang mendapatkan ASI
Eksklusif bulan Februari dan Agustus menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ………………………………
25
Gambar 3.13 Persentase K4 menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2020 …………………………………………………………..
27
Gambar 3.14 Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBS) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun
2020 …………………………………………………………………
31
Gambar 3.15 Persentase Akses Sanitasi layak menurut kabupaten/kota Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020
31
Gambar 3.16 Persentase sarana air minum diawasi/diperiksa kualitas air minumnya
sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan
33
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 viii
tahun 2020 …………………………………………………………..
Gambar 3.17 Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat
sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2020 …………………………………………………………..
35
Gambar 3.18 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020 ……………………………………….
36
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja
Dekonsentrasi Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan
dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien
sesuai dengan prinsip-prinsip good governace sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah
2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,
dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 telah
mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta
indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda
pembangunan Indonesia ke depan.
Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus focus untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan
penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care)
dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh
inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk mencapai hal
tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan
reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit,
pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta
penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.
Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan
Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi,
penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti
dengan indikator-indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024 yang tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan
mendukung indikator RPJMN 2020-2024
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 2
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional : 1) Pilar
paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat;
2) Pilar Penguatan Pelayanan Kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis resiko. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan unit yang
sangat berperan dalam mewujudkan pilar pertama dalam “Program Indonesia
Sehat”.
Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan
kinerja.
Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam mendukung kinerja Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil
capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di
lingkungan Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat di tahun 2020.
Perjanjian kinerja yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian
Kesehatan terdiri dari 6 Kegiatan dan 21 Indikator Kinerja Kegiatan.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam
mendukung penyusunan laporan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat
merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2020 dalam mencapai
target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan
ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan
Masyarakat oleh Pejabat yang bertanggung Jawab.
C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi
1. Visi dan Misi
Mengacu kepada visi pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)
Provinsi Sumatera Selatan periode 2019-2023 yaitu ‘Sumsel Maju untuk
Semua’ dan untuk mencapai visi tersebut ditetapkan 5 (lima) misi, yang salah
satunya adalah “Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik
laki-laki maupun perempuan, yang sehat, berpendidikan, profesional, dan
menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, kejujuran dan integritas.”
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 3
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, sebagai Organisasi Perangkat
Daerah yang membantu kepala daerah dalam urusan wajib bidang kesehatan,
merupakan salah satu OPD yang bertanggung jawab untuk melaksanakan misi
terkait dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Maka
dengan mengacu kepada visi dan misi dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan
periode 2019-2023, tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan sasaran pembangunan kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemandiran masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan
3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas (UHC pelayanan kesehatan)
2. Tujuan
Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di
Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat dalam rangka terselenggaranya
pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar meningkatnya
status kesehatan masyarakat.
3. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan
peningkatan pembiayaan kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2020-2029 meliputi :
a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan
Lanjut Usia yang Bekualitas.
b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat;
c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan;
d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
4. Sasaran Ditjen Kesehatan Masyarakat
Sasaran Program Kesehatan Masyarakat pada Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu bagi seluruh masyarakat..
Indikator pencapaian sasaran adalah:
a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebesar 95%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 4
b. Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan
(SBS) sebesar 90%.
c. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 10%.
d. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan
masyarakat hidup sehat sebesar 50%.
5. Indikator Kinerja Kegiatan
Untuk mencapai sasaran hasil, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:
a. Pembinaan Kesehatan Keluarga
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses dan kualitas upaya
kesehatan keluarga.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir sebanyak 514 kabupaten/kota.
2) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
balita sebanyak 514 kabupaten/kota.
3) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
anak usia sekolah dan remaja sebanyak 350 kabupaten/kota.
4) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
usia reproduksi sebanyak 514 kabupaten/kota.
5) Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan lanjut usia sebesar 65%.
b. Pembinaan Gizi Masyarakat
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya perbaikan gizi masyarakat.
Indikator pencapaian sasaran adalah:
1) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan Surveilans gizi sebesar
100%.
2) Persentase puskesmas mampu tata laksana gizi buruk pada balita sebesar
60%.
3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif sebesar
60%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 5
c. Penyehatan Lingkungan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya penyehatan dan pengawasan
kualitas lingkungan.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan
(SBS) sebesar 90%.
2) Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) sebanyak 420 kabupaten/kota.
3) Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air
minumnya sesuai standar sebesar 76%.
4) Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai
standar sebanyak 8.800 fasyankes.
5) Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat
sesuai standar sebesar 62%.
6) Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar sebesar 75%.
d. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya upaya kesehatan kerja dan
olahraga.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja sebanyak
411 kabupaten/kota.
2) Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga
sebanyak 411 kabupaten/kota.
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan
dan pemberdayaan kepada masyarakat.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan
masyarakat hidup sehat sebesar 50%.
2) Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif
sebesar 100%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 6
f. Program Dukungan Manajemen
Sasaran Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat adalah meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan.
Indikator pencapaian sasaran adalah nilai Reformasi Birokrasi ementerian
Kesehatan sebesar 80,58. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka
dilakukan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan program.
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah :
1) Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat adalah 60.
2) Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat sebesar 90%
D. Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pembinaan gizi dan kesehatan
ibu dan anak;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pembinaan gizi dan
kesehatan ibu dan anak;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga,
gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 7
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
6. Pelaksanaan administrasi Diirektorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
E. Potensi dan Permasalahan
Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan.
Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan
sudah cukup baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi
ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu
hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil dengan komplikasi dan
faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam
kehamilan, perdarahan post partum, serta penyebab karena lain-lain juga
semangkin meningkat. Penyebab dan komplikasi kematian ini dapat diminimalisir
apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu
memeriksa kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat
antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria,
TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua > 35
tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 orang).
Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan,
sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000
kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur
perkawinan pertama pada usia yang amat muda ( < 20 tahun) sebanyak 46,7% dari
semua perempuan yang telah kawin.
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah
tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif
tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai.
Demikian juga secara kuantitas, jumlah fasyankes primer dan rujukan mampu
memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal meningkat namun
belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil terutama pada masa remaja, calon pengantin
menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni
19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN)
terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 8
anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Sebanyak 11,2%,
ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan
kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-
benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan
lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal
sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pneumonia
dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi
lingkungan setempat.
Untuk status gizi remaja, hasil Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi
remaja usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,1% dan pada usia
16-18 tahun sebesar 31,4%. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan
sepertiga remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien.
Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari
TK/RA sampai SMA/SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk
mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis,
karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta
berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas.
Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah.
Prioritas Program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi
dan deteksi dini penyakit tidak menular. Salah satu inovasi yang dikembangkan
UKS saat ini adalah pengembangan model sekolah sehat.
Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit
akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang
meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun
terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45 tahun.
Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak
awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja
adalah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos
Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan
peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan Pekerja
Perempuan.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain
masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi
persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan
masalah stunting. Stunting terjada karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan
oleh kemiskinan dan polah asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan
kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah,
sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang
anak adalah masalah kritis yang menentukan masalah depannya. Yang menjadi
masalah, lelwat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 9
Untuk mengatasi stunting, masyaraka perlu dididik untuk memahami pentingnya
gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen global
(SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus
kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hinggan anak
berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena
masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi
spesifik) tetap juga oleh sektor di Luar Kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
Pandemi Covid-19 yang dimulai pada maret 2020 sampai sekarang masih
belum berakhir, tentu saja memberikan dampak terhadap upaya pencapaian sasaran
program kesehatan masyarakat, karena upaya untuk melakukan pemantauan,
pembinaan baik kepada kabupaten/kota termasuk puskesmas, termasuk
pemantauan langsung kepada masyarakat terutama kepada sasaran Continum of
care dan 1000 hari pertama kehidupan menjadi terbatas, maka akan bisa dipastikan
akan ada penurunan cakupan program atau peningkatan kasus kesakitan dan
kematian.
F. Sistematika
Sistematika penulisan Laporan Kinerja Direktoral Kesehatan Masyarakat
adalah sebagai berikut :
Ringkasan Eksekutif
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
Penjelasan umum organisasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (Stragegic
issued) yang sedang dihadapi organisasi.
BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat tahun 2020
BAB III
Penyajian capaian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai
berikut : membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi; analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 10
peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;
analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; analisis program/kegiatan
yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan
kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.
BAB IV
Penutup, pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
LAMPIRAN
Formulir PK : Pengukuran Kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 11
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan telah ditetapkan
dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/perjanjian kinerja antara Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang
mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya
mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia.
Perjanjian penetapan kinerja tahun 2020 yang telah ditandatangani oleh Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kementerian Kesehatan berisi Indikator Kinerja Kegiatan Program
Kesehatan Masyarakat.
B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat
Sesuai dengan RPJMN tahun 2020 – 2024, Indikator Program Kesehatan
Masyarakat yang mendukung Program Prioritas Nasional yaitu Peningkatan Akses
dan Mutu Pelayanan Kesehatan, seperti terlihat pada table berikut :
Tabel 1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat
Pada RJPMN tahun 2020-2024
No. Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1. Angka Kematian Ibu (AKI) per
100.000 kelahiran hidup
230 217 205 194 183
2. Angka Kematian Bayi (AKB) per
1000 kelahiran hidup.
20,6 19,5 18,6 17,6 16
3. Angka Kematian Neonatal per
1000 kelahiran hidup
12,9 12,2 11,6 11 10
4. Prevalensi stunting (pendek dan
sangat pendek)
24,1 21,1 18,4 16 14
5. Prevalensi wasting (kurus dan
sangat kurus)
8,1 7,8 7,5 7,3 7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 12
Di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024,
Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator
Kineja Program (IKP) dan 20 (dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat dan target pencapaiannya
periode 2020 – 2024 dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat
Pada Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
No. Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1. Persentase persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan (PF)
87 89 91 93 95
2. Persentase desa/kelurahan dengan
Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS)
40 50 60 70 90
3. Persentase Ibu Hamil Kurang
Energi Kronik (KEK)
16 14,5 13 11,5 10
4. Persentase kabupaten/kota yang
menerapkan kebijakan gerakan
masyarakat hidup sehat (Germas)
30 35 40 45 50
Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kesehatan Masyarakat dan target
capaian pada tahun 2020 seperti terlihat pada table 1 di bawah ini :
Tabel 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
No Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja
Target
Nasional
Target
Provinsi
1. Pembinaan Gizi
Masyarakat
1. Persentase Kabupaten/Kota
yang melaksanakan surveilans
gizi
50% 51%
2. Persentase puskesmas yang
mampu tata laksana gizi buruk
pada balita
10% 7%
3. Persentase ibu hamil Kurang
Energi Kronik (KEK)
16% 16%
4. Persentase bayi usia kurang
dari 6 bulan mendapat ASI
Eksklusif
40% 52%
2. Pembinaan
Kesehatan
Keluarga
1. Jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru
lahir
120
Kab/Kota
2
Kab/Kota
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 13
No Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja
Target
Nasional
Target
Provinsi
2. Persentase persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan
87% 91%
3. Jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan balita
120
Kab/Kota
2
Kab/Kota
4. Jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan anak usia sekolah
dan remaja
125
Kab/Kota
2
Kab/Kota
5. Jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia reproduksi
120
Kab/Kota
2
Kab/Kota
6. Persentase kabupaten/kota
yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan usia
lanjut
45% 47%
3. Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja
dan Olahraga
1. Jumlah kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan kesehatan
kerja
308
Kab/Kota
11
Kab/Kota
2. Jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan kesehatan
olahraga
308
Kab/Kota
11
Kab/Kota
4. Penyehatan
Lingkungan
1. Persentase desa/kelurahan
Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS)
40% 30%
2. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat
(KKS)
110
Kab/Kota
10
Kab/Kota
3. Persentase sarana air minum
yang diawasi/diperiksa
kualitas air minumnya sesuai
standar
60% 22%
4. Jumlah fasyankes yang
memiliki pengelolaan limbah
medis sesuai standar
2600 110
5. Persentase tempat pengelolaan
pangan (TPP) yang memenuhi
syarat sesuai standar
38% 20%
6. Persentase tempat dan fasilitas
umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar
55% 55%
5. Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan
Masyarakat
1. Persentase kabupaten/kota
yang menerapkan kebijakan
gerakan masyarakat hidup
sehat
30% 30%
2. Persentase kabupaten/kota
melaksanakan pembinaan
posyandu aktif
51% 30%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 14
No Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja
Target
Nasional
Target
Provinsi
6. Meningkatnya
Koordinasi
Pelaksanaan Tugas,
pembinaan dan
pemberian
1. Persentase kinerja RKAKL
lingkup Kesehatan Masyarakat
80% 80%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 15
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.
Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk
memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi
turut mempengaruhi penerapan pemerintahaan yang baik di Indonesia. Pengukuran
kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara
membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan
kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada
akhir tahun anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja
adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengukuran pengungkapan
(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
1. Indikator Kinerja Utama (Kinerja Program)
Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian
Kesehatan dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Neonatal serta Prevalensi Stunting
dan Wasting. AKI, AKB dan Kematian Neonatal dalam laporan ini adalah laporan
jumlah kematian ibu, bayi dan neonatal dari laporan rutin Kesehatan Ibu dan Anak.
a. Jumlah Kematian Ibu
Jumlah kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 berdasarkan
laporan rutin Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan berjumlah 128 kasus, dan kejadian kematian ibu di
Kabupaten/Kota berkisar antara 0 - 23 kasus. Kasus kematian ibu tertinggi
terjadi di Kabupaten Banyuasin (23 kasus), kemudian diikuti oleh Kota
Palembang (14 kasus), Kabupaten OKU (12 kasus), Kabupaten Muba (9
kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.1.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 16
Gambar 3.1: Jumlah Kematian Ibu
menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
Sejak tahun 2014 jumlah kematian ibu cenderung mengalami penurunan
sampai tahun 2017, dari 155 kasus menjadi 107 kasus. Namun pada tahun
2018 sampai dengan tahun 2020 terlihat fluktuatif. Pada tahun 2020 terjadi
peningkatan cukup tajam sebanyak 128 kasus dari tahun 2019 105 kasus,
hal ini disebabkan terjadi pandemic covid-19.
Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2014 - 2020
Provinsi Sumatera Selatan
Adapun penyebab kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
terbanyak adalah perdarahan (32,81%), Hipertensi dalam kehamilan
(30,47%), Infeksi (3,13%), Gangguan Sistem Pembuluh Darah (6,25%),
Gangguan Metabolik (3,13%) dan penyebab lain-lain (24,22%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 17
Gambar 3.3. Penyebab Kematian Ibu tahun 2020
Provinsi Sumatera Selatan
Kematian ibu disebabkan oleh komplikasi kebidanan yang tidak ditangani
dengan baik dan tepat waktu. Sementara kejadian komplikasi kebidanan
(kehamilan/persalinan) hanya sekitar 15%, selebihnya (85%)
kehamilan/persalinan terjadi normal.
Sebagian besar komplikasi kebidanan tidak dapat diprediksi, artinya setiap
kehamilan berisiko.
Tingginya Jumlah Kematian Ibu dipengaruhi oleh kondisi :
1) ketersediaan data yang akurat,
Ketidak-tersediaannya data yang akurat, berimplikasi pada tidak
diketahuinya besaran masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa
memonitor dan mengevaluasi keberhasilan/kegagalan program. AKI
yang masih tinggi dan tidak turun, apakah memang tidak turun atau naik,
atau karena datanya yang tidak tersedia atau tidak akurat.
2) Efektivitas Program.
Yang dimaksud efektivitas program adalah program pelayanan kepada
ibu hamil, melahirkan dan nifas belum sepenuh sesuai dengan standar
mutu, seperti pelayanan antenatal care, yang ditandai dengan indikator
K1 dan K4. Walaupun cakupannya sudah cukup tinggi untuk K4
(90,91%), namun apakah K4 disertai dengan 10T, belum dapat
dipastikan, karena data terkait pelayanan ibu hamil yang memenuhi 10T
belum tersedia secara rutin, karena tidak termasuk dalam variable
pelaporan PWS KIA. Kondisi tersebut bisa jadi akibat dari suplay
pelayanan kesehatan yang belum memadai, hal ini terlihat dari fakta-
fakta tentang kondisi efektivitas program yang disampaikan oleh prof.
Endang pada Rakerkesnas 2019 yaitu : 70,15% Bidan tinggal di desa;
64,86% Bidan di Desa yang mempunyai Kit; Bidan di Desa yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 18
mampu Gawat Darurat Obstentri Neonatal 10,80%; Bidan di Desa yang
telah dilatih APN baru sekitar 46,63%; Puskesmas Perawatan mampu
PONED baru sekitar 47,4%; Puskesmas mampu PONED yang tersedia
MgSO4 baru sekitar 42,63%. Berdasarkan hasil studi di Banten tahun
2006, ada sekitar 100 kematian ibu disebabkan keterlambatan; dan 45%
dari keterlambatan tersebut karena terlambat dalam pengambilan
keputusan. Berdasarkan SP2010 - Litbangkes 2012 bahwa sekitar
49,7%-75,3% kematian ibu terjadi di RS pemerintah dan swasta.
Berdasarkan rifaskes 2011, bahwa hanya 21% RS Pemerintah yang
memenuhi kriteria umum PONEK; Ada sekitar 52,7% RSU Pemerintah
dengan Dokter telah terlatih PONEK; Ada sekitar 50,4% RSU
Pemerintah dengan Bidan telah dilatih PONEK; Studi di Banten
memperlihatkan bahwa 44% terlambat mendapatkan pelayanan di RS.
b. Jumlah Kematian Bayi
Kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 berdasarkan
laporan rutin Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan berjumlah 536 kasus, dan berkisar antara 5 - 82 kasus kematian
bayi terjadi di Kabupaten/Kota. Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di
Kabupaten Banyuasin (82 kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara
Enim (69 kasus), Kabupaten OKU (56 Kasus) dan seterusnya dapat dilihat
pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Jumlah Kematian Bayi
menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
Penyebab kematian bayi dibagi berdasarkan masa neonatal (< 28 hari) dan
post neonatal. Penyebab kematian bayi pada masa neonatal pada tahun
2020 adalah BBLR (169 kasus), Asfiksia (146 kasus), Tetanus
Neonatorum (4 kasus), Sepsis (6 kasus), kelainan bawaan (27 kasus) dan
penyeban lainnya (102 kasus). Sedangkan penyebab kematian bayi pada
masa post neonatal adalah Pneumonia (12 kasus), Diare (6 kasus),
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 19
Kelainan Sistem Pencernaan (4 kasus), Kelainan Saraf (3 kasus), dan
penyebab lainnya (57 kasus).
Gambar 3.5. Penyebab Kematian Bayi
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
Beberapa kondisi yang mempengaruhi kematian bayi terutama kematian
neonatal adalah :
1) Periode Pra Hamil : terjadi anemia, atau status gizi kurus/gemuk, maka
pada saat memasuki kehamilan akan mengakibatkan anemia, status gizi
kurus/gemuk.
2) Periode Kehamilan : terjadi anemia, atau kurus/gemuk, pertambahan
berat badan hamil rendah, atau tidak imunisasi TT, maka akan
mengakibatkan BBLR, Premature, bayi lahir dengan defisiensi besi
mengakibatkan anemia di usia 4 bulan dan IQ turun 12 poin, kemudian
risiko tetanus.
3) Periode Saat Persalinan - 24 jam Post Partum : terjadi kualitas pelayanan
persalinan rendah, ada komplikasi, kualitas pelayanan neonatal rendah
dan kualitas pelayanan BBLR dan Prematur rendah akan
mengakibatkan asfiksia, hipotermia atau infeksi pada bayi.
4) Periode hari ke 2-7 dan hari ke 8-27 : terjadi kualitas pelayanan neonatal
rendah seperti asupan yang tidak adequat, lemah dalam pencegahan
dan penanganan infeksi, mengakibatkan infeksi dan kekurangan zat
gizi.
c. Kematian Neonatal
Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup pada masa 0-28 hari
setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kematian Neonatal
di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 berdasarkan laporan rutin
Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan berjumlah
454 kasus, dan berkisar antara 5 - 68 kasus kematian neonatal terjadi di
Kabupaten/Kota. Jumlah kematian neonatal tertinggi terjadi di Kabupaten
Banyuasin (68 kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (56
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 20
kasus), Kabupaten OKU (44 Kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada
gambar 3.6.
Gambar 3.6. Jumlah Kematian Neonatal
menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
d. Prevalensi Stunting pada Balita
Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah anak umur 0 sampai 59
bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memiliki Z-score
kurang dari -2SD.
Gambar 3.7. Prevalensi Stunting
menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
Pada tahun 2020, berdasarkan entry data di aplikasi eppgbm, jumlah balita
stunting di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 14.584 dari 202.696 Balita
yang diukur atau sekitar 7,20%. Tinggi rendahnya prevalensi yang
ditampilkan pada grafik 3.7 belum mewakili tentang fakta sesungguhnya
besaran masalah stunting di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan,
dikarenakan masih rendahnya pengukuran dan entri data pengukuran melalui
aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat
(eppgbm).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 21
e. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita
Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-Score kurang dari -2SD.
Gambar 3.8. Prevalensi Wasting
menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
Pada tahun 2020, berdasarkan entry data di aplikasi eppgbm, jumlah balita
wasting di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 8.713 dari 203.757 Balita
yang diukur atau sekitar 4,3%. Tinggi rendahnya prevalensi yang
ditampilkan pada grafik 3.8 belum mewakili tentang fakta sesungguhnya
besaran masalah wasting di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan,
dikarenakan masih rendahnya pengukuran dan entri data pengukuran melalui
aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat
(eppgbm).
f. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan
kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 88,83%,
melampaui target nasional sebesar 87%, namun belum mencapai target
provinsi sebesar 91%. Capaian per kabupaten/kota berkisar antara 71,58% -
118,45%. Cakupan tertinggi dicapai oleh kabupaten Ogan Ilir (118,45%),
sedangkan cakupan terendah dicapai oleh kabupaten Musirawas Utara
(71,58%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 22
Gambar 3.9. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PF)
menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
Beberapa kabupaten/kota yang masih dibawah target nasional (87%),
kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga dokter/dokter
spesialis kandungan, termasuk bidan dan perawat, karena ketentuan tenaga
penolong persalinan minimal dua orang, terdiri dari :
1) Dokter dan bidan, atau
2) Dokter dan perawat, atau
3) 2 orang bidang, atau
4) Bidan dan perawat.
Faktor lain, disebabkan masih ada faskes yang belum memenuhi standar
sarana dan prasarana untuk pertolongan persalinan atau PONED.
2. Indikator Kinerja Kegiatan
a. Pembinaan Gizi Masyarakat
1) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi
Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah
kabupaten/kota yang minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan
kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta
diseminasi informasi. Pada tahun 2020 belum ada Kabupaten/kota yang
melaksanakan surveilans gizi di Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini
disebabkan, semua kriteria belum terpenuhi, seperti :
a) Puskesmas melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta
data pengukuran melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap
bulan mencapai minimal 60% sasaran ibu hamil dan balita.
Berdasarkan data eppgbm, kabupaten/kota yang 70% lebih
puskesmas di wilayah kerjanya melakukan entri data sasaran minimal
60% baru 6 kabupaten/kota yaitu Musi Banyuasin, Musirawas,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 23
Banyuasin, Ogan Ilir, Muara Enim dan Kota Palembang, tetapi untuk
entri data pengukuran belum satupun kabupaten/kota yang mencapai
60%.
Gambar 3.10. Persentase Puskesmas yang melakukan entri data
sasaran balita > 60% menurut kabupaten menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
b) Puskesmas melakukan komfirmasi dan identifikasi penyebab
masalah gizi pada seluruh balita gizi buruk.
Berdasarkan data eppgbm, belum ada puskesmas yang melaporkan
telah melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi
pada seluruh balita gizi buruk.
c) Puskesmas melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan
hasil surveilans gizi dan di upload ke dalam Sistem Pelaporan.
Berdasarkan data laporan rutin, belum ada puskesmas yang
melaporkan dan upload rencana kegiatan ke dalam system pelaporan.
2) Persentase puskesmas yang mampu tata laksana gizi buruk pada
balita
Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita adalah
puskesmas dengan kriteria :
a) Mempunyai tim asuhan gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat,
dan tenaga gizi;
b) Memiliki SOP tatalaksana gizi buruk pada balita.
Pada tahun 2020, dari 341 puskesmas yang ada di Provinsi Sumatera
Selatan, ada 57 puskesmas yang memiliki Tim Asuhan Gizi, namun
belum ada sertifikat pelatihan yang diupload. Dari 57 puskesmas tersebut,
ada 3 puskesmas yang tidak ada SOP yang diupload ke dalam system
informas (sigiziterpadu kemenkes.go.id).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 24
3) Persentase ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan
makanan tambahan.
Prevalensi Bumil KEK di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
mencapai 14,1% lebih rendah dari target nasional maupun provinsi
sebesar 16%. Jika dilihat menurut kabupaten/kota, prevalensi KEK
berada pada rentang 1,8% - 36,3%. Sebagian besar kabupaten/kota
berada diatas 5% sebagai ambang batas permasalahan kesehatan
masyarakat (WHO), kecuali Kota Pagar Alam (1,8%) dan Kabupaten
OKU Selatan (2,8%). Persentase Bumil KEK tertinggi terjadi di
Kabupaten Musirawas (36,3%), kemudian diikuti oleh Kabupaten OKU
Timur (32,2%) dan Kabupaten Lahat (25,9%) dan seterusnya dapat
dilihat pada gambar 3.9
Gambar 3.11. Prevalensi Bumil KEK menurut kabupaten/kota Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020
4) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
Eksklusif
Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif adalah Bayi
umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan
atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Cakupan bayi usia
kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif bulan Februari
tahun 2020 Provinsi Sumatera Selatan mencapai 50,0% dan bulan
Agustus mencapai 53,1% melampaui target nasional (40%) maupun
target provinsi yang ditetapkan sebesar 52%.
Capaian menurut kabupaten/kota berkisar antara 8,9% - 73,2% untuk
bulan Februari dan 10,2% - 80,3% untuk bulan Agustus, dimana cakupan
yang tertinggi bulan Februari Kota Palembang (73,2%), cakupan tertinggi
bulan Agustus dicapai oleh Kota Prabumulih (80,3%) seperti terlihat pada
gambar 3.12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 25
Gambar 3.12. Persentase Bayi usia kurang 6 bulan yang mendapatkan
ASI Eksklusif bulan Februari dan Agustus menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
Beberapa faktor yang mempengaruhi masih rendahnya cakupan bayi
umur 0-6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif adalah :
1. Petugas kesehatan kurang memberikan edukasi kepada Ibu dan
Keluarga terkait pentingnya ASI Eksklusif
2. Susu Formula masih gencar dipromosikan
3. Tradisi masyarakat yang memberikan makanan saat bayi baru lahir.
4. Belum semua RS terapkan 10 LMKM (Langkah Menunju
Keberhasilan Menyusui)
5. Belum semua bayi memperoleh IMD
6. Jumlah konselor menyusui masih sedikit
7. Belum semua kantor dan fasilitas umum membuat ruang menyusui
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga
1) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir dengan kriteria sebagai berikut :
a) Seluruh puskesmas yang minimal 50% desa/kelurahan d wilayah
kerjanya melaksanakan kelas ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun.
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan tujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu
agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamil, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 26
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular seksual
dan akte kelahiran.
Tabel 4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
Secara umum, setiap puskesmas di setiap kabupaten/kota, 100% telah
melaksanakan kelas ibu hamil, namun jika dilihat persentase ibu
hamil yang mengikuti kelas ibu hamil baru mencapai 33% dari
sasaran ibu hamil di tahun 2020. Terkait dengan persentase
Desa/Kelurahan di setiap wilayah puskesmas melaksanakan kelas ibu
hamil, belum dapat diketahui, karena laporan rutin pws-kia belum
menampilkan desa yang melaksanakan kelas ibu hamil. Namun jika
membandingkan antara jumlah kelas ibu hamil yang terbentuk
dengan jumlah desa/kelurahan yang ada, seluruh desa/kelurahan ada
kelas ibu hamil.
b) Cakupan K4 minimal 85%.
Minimal 85% ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan
pelayanan antenatal sebanyak 4 kali selama periode kehamilan (K4)
dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama, satu kalo pada
trimester kedua, dua kali pada trimester ketiga.
Cakupan K4 Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai
90,91%, sedangkan capaian K4 Kabupaten/Kota pada rentang 77,45%
- 118,88%. Kabupaten/Kota yang cakupan K4 dibawah 85% terjadi
di Kota Palembang (77,45%), Kabupaten Musirawas Utara (84,34%)
dan Kabupaten PALI (84,97%). Namun jika dibulatkan keatas,
Kabupaten Pali telah mencapai 85%
Abs %
1 OGAN KOMERING ULU 7.384 157 6 18 922 6.282 85,07 1.493 610
2 OGAN KOMERING ILIR 17.777 327 1 30 241 2.127 11,96 796 250
3 MUARA ENIM 13.816 252 1 22 271 5.724 41,43 1.613 458
4 LAHAT 8.109 377 1 33 359 2.733 33,70 288 227
5 MUSI RAWAS 8.337 199 1 19 199 5.672 68,03 456 238
6 MUSI BANYUASIN 14.313 368 1 28 284 2.850 19,91 394 326
7 BANYU ASIN 17.967 307 1 33 274 4.742 26,39 604 322
8 OKU SELATAN 7.696 259 2 19 590 1.873 24,34 638 264
9 OKU TIMUR 13.087 321 1 22 345 7.060 53,95 570 767
10 OGAN ILIR 8.490 241 1 25 267 7.707 90,78 588 324
11 EMPAT LAWANG 5.352 156 1 10 188 2.046 38,23 159 133
12 PALI 4.652 75 1 7 71 1.775 38,16 430 127
13 MUSI RAWAS UTARA 4.346 89 1 8 100 2.898 66,68 196 150
14 PALEMBANG 31.283 107 1 41 154 1.272 4,07 250 41
15 PRABUMULIH 4.052 37 1 9 43 598 14,76 - 45
16 PAGAR ALAM 2.710 146 0 7 63 1.406 51,88 816 73
17 LUBUKLINGGAU 4.705 72 1 10 72 684 14,54 50 84
SUMATERA SELATAN 174.076 3.490 1 341 4.443 57.449 33,00 9.341 4.439
Jumlah suami/
keluarga yang
mengikuti
kelas ibu
hamil
Jumlah
bidan yang
melakukan
kelas ibu
hamil
Jumlah
Kelas Ibu
Hamil di
setiap
Desa/Kelu
rahan
Jumlah
Desa/Kelu
rahan
Jumlah Ibu
Hamil yang
mengikuti kelas
ibu hamil
No Kabupaten/Kota
Jumlah
sasaran
Ibu Hamil
Puskesmas
yang
melaksana
kan kelas
ibu hamil
Jumlah
Kelas Ibu
Hamil
yang
terbentuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 27
Gambar 3.13. Persentase K4 menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
c) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan
pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Dari 129 Puskesmas Rawat Inap yang ada di Provinsi Sumatera
Selatan, ada 74 puskesmas mampu PONED. Diharapkan puskesmas
PONED seyogjanya puskesmas yang memiliki tempat tidur yang
memiliki fasilitas dan tim (dokter, bidan, perawat) yang mampu
melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal
dasar yang siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
d) Kaputapen/Kota memiliki 1 rumah sakit mampu melakukan
penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal
e) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan AMP minimal
1 kali setiap 3 bulan.
Dari kelima kriteria tersebut, provinsi Sumatera Selatan belum satupun
kabupaten/kota yang memenuhi kriteria penyelenggaraan pelayanan
kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir.
2) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
Pembahasan tentang persentase persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan telah diuraikan pada bagian Indikator Kinerja Program
Kesehatan Masyarakat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 28
3) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan balita
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Seluruh puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya 50%
desa/kelurahan yaitu tenaga kesehatan mendamping kelompok
ibu/keluarga yang memiliki anak usia balita untuk mendiskusikan
materi kesehatan anak dalam buku KIA.
b) Seluruh puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS yaitu
menggunakan algoritma MTBS (formulir pencatatan MTBS) untuk
melayani kunjungan bayi muda dan balita sakit
c) Seluruh puskesmas melaksanakan SDIDTK yaitu menindaklanjuti
rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan
sebagaimana Pedoman Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar (Stimulasi/Intervensi/Rujukan)
Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita pada tahun 2020 sebanyak
6 kabupaten/kota, dan telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun
2020 sebanyak 2 kabupaten/kota.
4) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan anak usia sekolah dan remaja
Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
anak usia sekolah dan remaja adalah :
a) Minimal 40% Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR).
b) Setiap puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI.
SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di
wilayah kerja puskesmas.
Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja
pada tahun 2020 sebanyak 10 kabupaten/kota, telah melampaui target
provinsi sebanyak 2 kabupaten/kota. 10 kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja
adalah kabupaten OKU, kabupaten Musi Rawas, kabuapten Musi
Banyuasin, kabupaten OKU Selatan, kabupaten OKU Timur, kabupaten
Ogan Ilir, kabupaten Empat Lawang, kabupaten PALI, Kota Palembang
dan Kota Prabumulih.
5) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia reproduksi
Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi
adalah :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 29
a) Minimal 50% puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin)
b) Seluruh puskesmas di wilayah kerja mampu dan melakukan
pelayanan KB Pasca Persalinan.
Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi pada tahun 2020
mencapai 6 kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada
tahun 2020 sebanyak 2 kabupaten/kota.
Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi
adalah kabupaten Lahat, kabupaten OKU Timur, kabupaten Ogan Ilir,
kabupaten PALI, kabupaten Banyu Asin dan kota Prabumulih.
6) Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan lanjut usia
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia
adalah meliputi :
a) Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di
wilayah kerjanya sehingga Posyandu Lansia buka minimal 4 kali
dalam satu tahun pada setiap desa tersebut.
b) Minimal 50% puskesmas yang ada di kabupaten/kota
menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun Lansia yaitu :
c) Kabupaten/Kota mengembangkan Program Perawatan Jangka
Panjang (PJP) bagi Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai
melaksanakan Program PJP bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas
dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP bagi Lansia dan
panduan praktis bagi caregiver informal.
Berdasarkan laporan rutin yang disampaikan Kabupaten/Kota,
kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia
di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 70,58% telah
melampaui target nasional (45%) maupun target provinsi (47%).
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
1) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah:
a) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan
kerja.
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas
yang melaksanakan :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 30
- Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor
risiko/penggunaan APD/pengukuran kebugaran jasmani bagi
petugas)
- Deteksi dini PM/PTM/PAK pada pekerja Puskesmas
- Pembentukan/pembinaan PoS UKK
b) Tersedianya Surat Keputusan (SK) atau Surat Edaran (SE) yang
mendukung pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja.
Adanya SK/SE serta pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan program kesehatan
di tempat kerja
c) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal
Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan
pembinaan kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi
sosialisasi, koordinasi dan pelaksanaan program kesehatan kerja
seperti: GP2SP, atau K3 Perkantoran, atau K3 Fasyankes.
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6 kabupaten/kota
masih belum melampaui target yang ditetapkan provinsi pada tahun 2020
sebanyak 11 kabupaten/kota.
2) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah kab/kota
yang minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan
kesehatan olahraga yaitu melaksanakan kegiatan:
a) Pengukuran kebugaran ASN/anak sekolah/jamaah haji
b) Pembinaan kelompok olahraga pada masyarakat Ibu hamil, Lansia,
kelompok olahraga masyarakat
c) Pengukuran kebugaran jasmani pekerja tingkat kabupaten/kota
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 2 kabupaten/kota,
masih belum mencapai target yang ditetapkan provinsi sebanyak 11
kabupaten/kota.
d. Penyehatan Lingkungan
1) Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek
buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi.
Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di
masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM.
Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah :
a) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman
dan layak dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang
aman dan layak.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 31
b) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
c) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban layak dan aman
Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 45,32 %, melampaui
target nasional 40% maupun target provinsi 30%. Ada 3(tiga)
kabupaten/kota yang telah mencapai 100% desa/kelurahan SBS yaitu
kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Kota Prabumulih dan Kota Lubuk
Linggau. Kabupaten/Kota SBS yang telah mencapai 60% lebih yaitu
kabupaten Banyuasin (60,20%), kabupaten Musirawas (81,41%) dan
kabupaten Musi Banyuasin (82,08%).
Gambar 3.14. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
Jika dilihat dari akses sanitasi, Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020
mencapai 84,32%. Persentase Akses Sanitasi Kabupaten/Kota berada pada
rentang 66.04% - 100%, seperti terlihat pada gambar 3.15
Gambar 3.15. Persentase Akses Sanitasi layak menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 32
Fasilitas sanitasi layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu fasilitas tersebut digunakan oleh rumah tangga sendiri atau
bersama dengan rumah tangga lain tertentu, dilengkapi dengan kloset jenis
leher angsa, serta tempat pembuangan akhir tinja berupa tangki septik atau
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Akses sanitasi aman adalah fasilitas sanitasi yang dimiliki oleh rumah
tangga, yang terhubung dengan septic tank. Akses sanitasi yang masuk
kategori aman ini umumnya disedot rutin satu kali selama 3-5 tahun dan
dibuang ke instalasi pengolah tinja atau IPLT.
2) Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)
Kabupaten/kota yang melaksanakan 4 tatanan yaitu pemukiman, sarana dan
prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan ketahanan pangan,
kawasan pendidikan dan kawasan pasar, memiliki SK Tim Pembina KKS,
memiliki SK Forum dan rencana kerja dan mempunyai laporan hasil
verifikasi oleh tim Pembina tingkat provinsi.
Pada tahun 2020, Provinsi Sumatera Selatan melalui Tim Pembina KKS
Provinsi Sumatera Selatan melakukan pembinaan kepada Kabupaten/Kota.
Pada tahun 2019, ada 5 kabupaten/kota yang mengikuti verifikasi KKS dan
mendapatkan Swastisaba yaitu kabupaten OKU, Kabupaten Musirawas,
Kabupaten Ogan Ilir, Kota Lubuk Linggau dan Kota Palembang.
3) Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air
minumnya sesuai standar
Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana
Pengamanan Air Minum),inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa
kualitas air minumnya oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
Sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah
a) PDAM pemerintah
b) PDAM swasta
c) KPSPAM Pamsimas
d) KPSPAM non Pamsimas
e) Depot Air Minum
f) Kantor Kesehatan Pelabuhan
Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya
sesuai standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai
68,45% telah melampaui target nasional sebesar 60% maupun target
provinsi sebesar 22%. Capaian sarana air minum yang diawasi/diperiksa
kualitas air minumnya sesuai standari di 17 kabupaten/kota berada pada
rentang 42,85 – 100%. Ada 4 (empat) kabupaten yang telah mencapai 100%
yaitu kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, kabupaten OKU Selatan,
kabupaten Banyuasin dan kabupaten Muara Enim.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 33
Gambar 3.16. Persentase sarana air minum diawasi/diperiksa kualitas air
minumnya sesuai standar menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
Jumlah sarana air minum di Provinsi Sumatera Selatan tercatat sebanyak
2.266 sarana air minum, yang dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan
(IKL) sebanyak 1.551 sarana.
Tabel 5. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020.
NO. KABUPATENJUMLAH
SARANA
Jumlah
IKL
Jumlah
R+S
Jumlah
Sampel
Jumlah
OK
Jumlah
Not OK%
1 OGAN KOMERING ULU 382 237 236 51 39 12 62,04
2 OGAN KOMERING ILIR 542 377 375 22 17 5 69,55
3 MUARA ENIM 8 8 7 0 0 0 100,00
4 LAHAT 538 367 357 33 21 12 68,21
5 MUSI RAWAS 11 10 9 1 1 0 90,90
6 MUSI BANYUASIN 6 5 3 0 0 0 83,33
7 BANYU ASIN 76 76 73 17 13 4 100,00
8 OGAN KOMERING ULU SELATAN 18 18 17 0 0 0 100,00
9 OGAN KOMERING ULU TIMUR 17 15 12 0 0 0 88,23
10 OGAN ILIR 18 16 16 2 0 2 88.88
11 EMPAT LAWANG 97 72 72 31 0 31 74,22
12 PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR 14 14 13 0 0 0 100,00
13 MUSI RAWAS UTARA 231 120 99 7 1 6 51,51
14 KOTA PALEMBANG 13 12 11 0 0 0 92,30
15 KOTA PRABUMULIH 77 70 70 0 0 0 90,90
16 KOTA PAGAR ALAM 169 113 112 20 9 11 66,86
17 KOTA LUBUKLINGGAU 49 21 20 0 0 0 42,85
SUMATERA SELATAN 2266 1551 1502 184 101 83 68,45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 34
4) Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki pengelolaan
limbah medis sesuai standar
Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar adalah
fasyankes (rumah sakit dan puskesmas) yang telah melakukan pemilahan,
pewadahan, pengangkutan yang memenuhi syarat penyimpanan sementara
B3 di tempat penyimpanan B3 (TPSB3) yang berizin serta telah melakukan
pengolahan secara mandiri sesuai persyaratan atau berizin dan atau
bekerjasama dengan pihak pengelola limbah B3 yang berizin.
Standar prosedur pelaksanaan pengelolaan limbah medis yang
dilaksanakan sesuai standar mengacu ke Peraturan Menteri KLHK Nomor
56 tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, serta mempunyai tenaga yang memahami
pengelolaan limbah medis di Fasyankes.
Fasyankes (rumah sakit dan puskesmas) di Provinsi Sumatera Selatan yang
memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar sampai dengan tahun
2020 berjumlah 110 dari 428 fasyankes (25,70%) telah sesuai dengan target
provinsi sebanyak 110 fasyankes.
5) Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat
sesuai standar
Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat kesehatan adalah
TPP yang dilaksanakan pengawasan melalui inspeksi kesehatan lingkungan
(IKL) dan memenuhi syarat sesuai standar. TPP adalah rumah
makan/restoran/jasaboga/sentra pangan jajanan, depot air minum.
Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai
standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 44,08%
telah melampaui target nasional sebesar 38% maupun target provinsi
sebesar 20%. Jumlah TPP yang tercatat dan terlaporkan di aplikasi emonev
berjumlah 2.702 buah, dan yang memenuhi syarat (Laik) sebanyak 1191
TPP.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 35
Gambar 3.17. Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang
memenuhi syarat sesuai standar menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
Tabel 6. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020.
6) Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar
Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai
standar adalah tempat dan fasilitas umum (pasar, sekolah, puskesmas) yang
dilakukan pengawasan oleh kabupaten/kota dengan cara melakukan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) minimal 1 kali dalam kurun waktu
setahun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 36
TFU adalah lokasi, sarana, dan prasarana antara lain : fasilitas kesehatan;
fasilitas pendidikan; tempat ibadah; hotel; rumah makan dan usaha lain
yang sejenis; sarana olahraga; sarana transportasi darat, laut, udara dan
kereta api; stasiun dan terminal; pasar dan pusat perbelanjaan; pelabuhan,
bandar udara, dan pos lintas batas darat negara; dan tempat dan fasilitas
umum lainnya.\
TFU Prioritas terdiri dari sekolah, puskesmas dan pasar yang terdaftar di
kementerian pendidikan dan kebudayaan, kementerian perdagangan, pusat
data dan informasi kementerian kesehatan, dan kementerian agama.
Pengawasan sesuai standar adalah kunjungan untuk mengetahui factor
risiko kesehatan lingkungan dengan IKL melalui pengamatan fisik media
lingkungan dengan menggunakan instrument IKL, pengukuran media
lingkungan dan analisis risiko kesehatan lingkungan serta rekomendasi
perbaikan.
Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan
sesuai standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai
73,90% dari 16.048 sarana TFU yang tercatat, dan telah melampaui target
nasional sebesar 55% maupun target provinsi sebesar 55%.
Gambar 3.18 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan
masyarakat hidup sehat.
Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas) dengan kriteria:
a) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor
1 Tahun 2017 (melaksanakan 5 kluster Germas) dan/atau kebijakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 37
berwawasan kesehatan adalah kabupaten/kota telah memiliki atau
menerbitkan kebijakan Germas dan/atau kebijakan berwawasan
kesehatan. Kebijakan Germas ditetapkan oleh pemerintah daerah
(bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas yaitu:
Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik
Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan
Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh
bupati/walikota/Kepala OPD berupa peraturan/surat
keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung salah satu klaster.
b) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung 5 kluster
Germas minimal 3 kali setahun dengan melibatkan lintas sektor,
pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) dan atau mitra potensial adalah kegiatan yang mengajak
masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas dan
melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah),
UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan
atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh
masyarakat, LSM, dll) dan dilakukan minimal 3 (tiga) kali setahun.
Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan
masyarakat hidup sehat di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
mencapai 88,24% melampaui target nasional 30% maupun target provinsi
30%. Dari 17 kabupaten/kota, kabupaten Musirawas dan Kota Pagar Alam
yang belum memiliki kebijakan germas berupa Peraturan Bupati atau
Surat Keputusan Bupati.
Untuk pelaksanaan penggerakkan masyarakat dalam mendukung 5 kluster,
semua kabupaten/kota telah melaksanakan penggerakan masyarakat,
walaupun masih dalam lingkup kampanye germas.
2) Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif
Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu Aktif dengan
kriteria:
a) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan bupati/walikota
Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor
terkait pengembangan Posyandu tingkat kabupaten/kota
b) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun
Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk
membahas perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan
c) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan
kader
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 38
Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan
kader yang berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/kota
d) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu
Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan
kegiatan Posyandu sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP
online dan atau Si Cakep
e) Posyandu aktif minimal 50%
Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun
Memiliki minimal 5 orang kader
Melakukan pelayanan kegiatan KIA, Gizi, imunisasi, KB dengan
cakupan minimal 50%
Memiliki alat pemantauan pertumbuhan
Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja,
Lansia, TOGA, Penanggulangan penyakit)
Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif
mencapai 23,53% belum mencapai target provinsi sebesar 30% maupun
nasional sebesar 51%.
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
1) Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat.
Persentase kinerja RKA-K/L Program pembinaan Kesehatan Masyarakat
yang efektif dan efisien adalah hasil penilaian kinerja RKA-K/L
menggunakan tools aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan.
Persentase kinerja RKA-K/L Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Provinsi Sumatera Selatan mencapai 80% sesuai dengan targer nasional
maupun provinsi sebensar 80%.
B. Realisasi Anggaran
Realisasi Keuangan Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat tahun 2020
mencapai 91,36% dan realisasi fisik mencapai 93,77%. Secara rinci per kegiatan di
lingkup Program Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada tabel 3. berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 39
Tabel 7. Realisasi Keuangan dan Fisik Program Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Tahun Anggaran 2020.
s.d ini bln ini % %
024.03.06 Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat 2.594.591.000 6 KEG 2.370.314.300 463.407.500 91,36 93,77
2080 Pembinaan Gizi M asyarakat 581.814.000 3 KEG 569.063.600 82.890.000 97,81 100,00
2080.504 Peningkatan Surveilans Gizi 581.814.000 17 LAY 569.063.600 82.890.000 97,81 100,00
002.051 Pelaksanaan Surveilans gizi menggunakan e-PPGBM 492.344.000 5 KEG 479.644.000 0 97,42 100,00
C Pertemuan Analisa dan Pemanfaatan data Survailans Gizi (A2 dan A3) seluruh Puskesmas Kab/Kota di Provinsi 492.344.000 2 KL 479.644.000 0 97,42 100,00
002.052 Pelacakan dan Konf irmasi Masalah Gizi dan Monev Kegiatan Gizi 89.470.000 3 KEG 89.419.600 82.890.000 99,94 100,00
A Pelacakan dan Konf irmasi Masalah Gizi dan Monev Kegiatan Gizi 82.940.000 24 OT 82.890.000 82.890.000 99,94 100,00
C Perjalanan ke Pusat dalam rangka mengikuti Pertemuan Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 6.530.000 2 OT 6.529.600 0 99,99 100,00
2085 Dukman dan Pelaksanaan Tugnis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan M asyarakat 280.102.000 1 KEG 257.663.400 62.045.500 91,99 100,00
2085.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 280.102.000 1 LAY 257.663.400 62.045.500 91,99 100,00
001.061 Pengelolaan Keuangan dan BMN 124.970.000 2 KEG 115.725.500 8.281.200 92,60 100,00
B Honorarium Satuan Kerja 124.970.000 12 OB 115.725.500 8.281.200 92,60 100,00
001.071 Penyusunan Rencana Program 24.204.000 2 KEG 24.203.600 0 100,00 100,00
B Rapat Koordinasi Teknis (Rakontek) Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Tingkat Pusat 24.204.000 7 OT 24.203.600 0 100,00 100,00
001.073 Pengelolaan data, Informasi dan Pelaksanaan Pemantauan Evaluasi Program 130.928.000 2 KEG 117.734.300 53.764.300 89,92 100,00
A Pembinaan Terpadu Pelaksanaan Program Kesmas ke 16 Kab./Kota 82.240.000 32 OT 82.200.000 18.230.000 99,95 100,00
B Konsultasi Program Kesehatan Masyarakat 48.688.000 8 OT 35.534.300 35.534.300 72,98 100,00
2089 Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga 86.178.000 3 KEG 86.170.000 0 99,99 100,00
2089.036 Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi Jemaah Haji 65.460.000 7457 JMH 65.460.000 0 100,00 100,00
001.055 Melakukan Orientasi, Pelatihan, dan TOT Keg. Kes OR termasuk Kebugaran Jasmani Jemaah Haji 65.460.000 1 KEG 65.460.000 0 100,00 100,00
A Pengukuran Kebugaran Jasmani Jemaah Haji 65.460.000 8 KL 65.460.000 0 100,00 100,00
2089.042 Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja 20.718.000 2004 TPK 20.710.000 0 99,96 100,00
001.055 Melakukan Pembinaan Teknis dan Evaluasi kegiatan Kesehatan Kerja 20.718.000 2 KEG 20.710.000 0 99,96 100,00
A Pendampingan Pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga 20.718.000 8 OT 20.710.000 0 99,96 100,00
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 650.417.000 6 KEG 487.010.500 297.560.000 74,88 75,16
5832.001 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir 190.757.000 2 LAY 189.450.500 0 99,32 100,00
001.052 Orientasi SDM Dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 10.405.000 1 KEG 10.168.500 0 97,73 100,00
A Pengiriman dan Pemeriksaan SHK 10.405.000 108 SMPL 10.168.500 0 97,73 100,00
001.053 Pendampingan Kesehatan Keluarga 180.352.000 2 KEG 179.282.000 0 99,41 100,00
B Pendampingan Provinsi Ke Kabupaten Lokus 180.352.000 16 PKM 179.282.000 0 99,41 100,00
5832.009 Tenaga Kesehatan Terlatih Penanganan Kegaw atdaruratan Maternal dan Neonatal 459.660.000 24 ORG 297.560.000 297.560.000 64,73 64,85
001.051 Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegaw atdaruratan Maternal dan Neonatal 161.580.000 1 KEG 0 0 0,00 0,00
A Pelatihan Penanganan Kegaw atdaruratan Maternal Neonatal 161.580.000 1 KL 0 0 0,00 0,00
001.054 Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegaw atdaruratan Maternal dan Neonatal 298.080.000 1 KEG 297.560.000 297.560.000 99,83 100,00
A Monitoring Dan Evaluasi Paska Latih Pelayanan Kesehatan Dan Kegaw atdaruratan Maternal Dan Neonatal 298.080.000 16 PKM 297.560.000 297.560.000 99,83 100,00
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan M asyarakat 470.562.000 3 KEG 446.180.000 0 94,82 100,00
5833.001 Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Germas 60.156.000 4 K/K 58.125.000 0 96,62 100,00
001.053 Melakukan Penguatan Implementasi Germas 60.156.000 1 KEG 58.125.000 0 96,62 100,00
B Pembinaan Implementasi Kebijakan Germas di Kab/Kota 60.156.000 2 K/K 58.125.000 0 96,62 100,00
5833.002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media 410.406.000 1 LAY 388.055.000 0 94,55 100,00
001.052 Melakukan Penyebarluasan Informasi 410.406.000 3 KEG 388.055.000 0 94,55 100,00
A Penyebarluasan Informasi Melalui Media Elektronik 221.906.000 4 PKT 214.075.000 0 96,47 100,00
B Penyebarluasan Informasi Melalui Media Cetak 158.500.000 2 PKT 146.480.000 0 92,42 100,00
D Penyebarluasan Informasi Melalui Media Luar Ruang 30.000.000 1 PKT 27.500.000 0 91,67 100,00
5834 Penyehatan Lingkungan 525.518.000 7 KEG 524.226.800 20.912.000 99,75 100,00
5834.501 Pengaw asan Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi Syarat 116.380.000 17 P/K 116.230.000 0 99,87 100,00
002.054 Melakukan Bimbingan Teknis Pengaw asan TPP 116.380.000 1 KEG 116.230.000 0 99,87 100,00
A Pengaw asan dan Disinfeksi Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) dalam rangka Pencegahan COVID-19 116.380.000 14 LOK 116.230.000 0 99,87 100,00
5834.502 Pengaw asan Pasar Sehat 120.312.000 10 P/K 119.751.000 0 99,53 100,00
002.052 Melakukan Orientasi SDM dalam Pengaw asan Pasar Sehat 120.312.000 2 KEG 119.751.000 0 99,53 100,00
A Implementasi Pasar Sehat di Provinsi 32.112.000 3 LOK 32.112.000 0 100,00 100,00
B Desinfeksi Pasar dalam rangka pencegahan COVID-19 88.200.000 12 LOK 87.639.000 0 99,36 100,00
5834.503 Pengaw asan Tempat Fasilitas Umum (TFU) yang memenuhi Syarat Kesehatan 88.200.000 17 P/K 88.120.000 0 99,91 100,00
002.052 Melakukan Orientasi SDM dalam Pengaw asan TFU 88.200.000 1 KEG 88.120.000 0 99,91 100,00
A Desinfeksi Tempat Fasilitas Umum (TFU) dalam rangka pencegahan COVID-19 88.200.000 12 LOK 88.120.000 0 99,91 100,00
5834.505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) termasuk pembinaan kab/kota STOP BABS 74.232.000 17 P/K 74.032.000 20.912.000 99,73 100,00
002.054 Melakukan Bimbingan Teknis STBM 74.232.000 1 KEG 74.032.000 20.912.000 99,73 100,00
A Bimtek Pemantauan Intervensi Peningkatan Kualitas Kesling Termasuk Korprov 74.232.000 12 LOK 74.032.000 20.912.000 99,73 100,00
5834.506 Pengaw asan Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes 126.394.000 17 P/K 126.093.800 0 99,76 100,00
002.053 Melakukan Koordinasi, Advokasi dan Sosialisasi terkait Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes 126.394.000 1 KEG 126.093.800 0 99,76 100,00
A Koord. dlm Pengolahan Limbah Medis dan Penyelesaian Masalah Merkuri bagi Petugas Puskesmas dan RS 126.394.000 1 KL 126.093.800 0 99,76 100,00
PAGU RM VOLUMEKODE URAIAN
Realiasi
Keuangan Fisik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembinaan Gizi Masyarakat
a. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 41,17% masih belum mencapai target
yang telah ditetapk pada tahun 2020 sebesar 51%;
b. Persentase puskesmas yang mampu tata laksana gizi buruk pada balita di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 4,1% masih belum mencapai
target yang telah ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 7%.
c. Persentase ibu hamil kurang energy kronik (KEK) di Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2020 mencapai 14,1% masih belum mencapai target yang
ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 16%.
d. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 53,1% telah melampaui target yang
ditetapakan pada tahun 2020 sebesar 52%.
2. Pembinaan Kesehatan Keluarga
a. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 masih belum
mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 1 kabupaten.
b. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2020 mencapai 88,83%, masih belum mencapai target
yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 91%.
c. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Anak
Balita di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6
kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020
sebanyak 2 kabupaten/kota
d. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Anak
Usia Sekolah dan Remaja di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020
mencapai 10 kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada
tahun 2020 sebanyak 2 kabupaten/kota
e. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia
reproduksi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6
kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020
sebanyak 2 kabupaten/kota
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 41
f. Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
lanjut usia di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 70,58%,
telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 47%.
3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
a. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6 kabupaten/kota, masih belum
mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 11 kabupaten/kota.
b. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 2 kabupaten, masih
belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 11
kabupaten/kota.
4. Penyehatan Lingkungan
a. Persentase desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 45,32% telah melampaui
target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 30%.
b. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun
2020 sebanyak 10 kabupaten/kota, telah mencapai target yang ditetapkan pada
tahun 2020 sebanyak 10 kabupaten/kota.
c. Persentase Sarana Air Minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya
di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 68,45%,telah
melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 22%.
d. Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 110 fasyankes, telah
mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 110 fasyankes.
e. Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai
standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 44,08%, telah
melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 20%.
f. Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan
sesuai standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 73,90%,
telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 55%.
5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat
hidup sehat di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 88,24%,
telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 30%..
b. Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 23,53%, masih belum
mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 30%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesmas Sumatera Selatan tahun 2020 42
7. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program
Kesehatan Masyarakat.
a. Persentase kinerja RKA-K/L lingkup kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 80%, telah mencapai
target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 80%.
B. Saran
1. Setiap pengelola program kegiatan di lingkup program Kesehatan Masyarakat
agar dapat meningkatkan ketersediaan data capaian kinerja melalui peningkatan
cakupan pelaporan baik manual maupun elektronik berbasis online.
2. Peningkatan kualitas data agar terus diupayakan melalui crosscheck atau review
secara berkala terkait dengan data yang telah disampaikan oleh kabupaten/kota
dan memberikan feedback secara rutin setiap bulan atau setiap triwulan.
3. Peningkatan cakupan program dengan memastikan setiap sasaran mendapatkan
intervensi, dimulai dari ketersediaan data sasaran riil di puskesmas dan
jaringannya termasuk posyandu.
4. Monitoring dan Evaluasi serta Supervisi Fasilitatif dalam rangka memastikan
setiap kabupaten/kota sampai tingkat puskesmas dan jaringannya melakukan
upaya-upaya intervensi sesuai dengan petunjuk teknis, SOP yang ada.
5. Upaya penguatan komitmen puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
harus terus diupayakan untuk mendukung dan mensukseskan program prioritas
nasional seperti penurunan AKI, AKB dan Stunting.
LAMPIRAN
1. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
No. Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target Target Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5) 1. Pembinaan Gizi
Masyarakat 1. 2. 3. 4.
Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans gizi Persentase puskesmas mampu tata laksana gizi buruk pada balita Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Ekslusif
50%
10%
16%
40%
51%
7%
16%
52%
2. Pembinaan Kesehatan Keluarga
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi Persentase Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia
120 Kab/Kota
87%
120
Kab/Kota
125 Kab/Kota
120
Kab/Kota
45%
2 Kab/Kota
91%
2
Kab/Kota
2 Kab/Kota
2
Kab/Kota
47%
3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
1. 2.
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga
308
308
11
11
4. Penyehatan Lingkungan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) Persentase sarana air minum yang diawasi /diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar
40%
110 60%
2600
38%
55%
30%
10 22%
110
20%
55%
5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1. 2.
Persentase Kabupaten/Kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat Persentase Kabupaten/Kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif
30%
51%
30%
30%
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
1.
Persentase kinerja RKAKL pada program pembinaan kesehatan masyarakat
80% 80%