laporan kinerja 2019 deputi bidang akreditasi 0131 · 2020-05-13 · 2019| deputi bidang akreditasi...
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja (LKj) Eselon I Tahun 2019
Deputi Bidang Akreditasi
Badan Standardisasi Nasional
2019| Deputi Bidang Akreditasi 2
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Badan Standardisasi Nasional pada Tahun Anggaran 2019. Laporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019 merupakan Laporan Kinerja tahun kelima Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Rencana Strategis BSN Tahun 2015-2019.
Pada tahun 2019, Deputi Bidang Akreditasi sebagai bagian dari Badan Standardisasi Nasional bertekad melaksanakan Reformasi Birokrasi, dimana penguatan kinerja merupakan salah satu sasaran area perubahan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa program-program berjalan sesuai dengan yang ditargetkan. Disamping itu, Deputi Bidang Akreditasi juga telah melakukan perubahan sasaran dalam rangka menyelaraskan terjadinya perubahan sasaran strategis BSN untuk periode 2015-2019.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019 ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan guna peningkatan kinerja Deputi Bidang Akreditasi di masa mendatang, melalui pelaksanaan program dan kegiatan secara lebih optimal.
Jakarta, Januari 2019 Deputi Bidang Akreditasi Drs. Kukuh S. Achmad, M.Sc.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019 telah
menetapkan 3 (tiga) Sasaran dengan 8 (delapan) Indikator Kinerja. Sasaran dan Indikator Kinerja tersebut merupakan perwujudan pelaksanaan Program Pengembangan Standardisasi Nasional yang diamanatkan kepada Deputi Bidang Akreditasi.
Berikut disajikan tabel capaian perjanjian kinerja Deputi Bidang Akreditasi tahun 2019 menurut Sasaran:
Tabel Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian Tahun 2019
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-sasi
% Capaian
Customer Perspectives
1 Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan global
1 Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran)
2,5 % 9,3 100
2 Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri
1 % 2,5 100
3 Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
4,4 Nilai 4,07 92,5
2019| Deputi Bidang Akreditasi 4
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-sasi
% Capaian
Internal Process Perspectives
2 Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan akreditasi
4 Jumlah lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
2.134 LPK 2177 100
5 Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
12 Ske-ma
12 100
6 Jumlah skema akreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan
30 Ske-ma
29 96,7
Learning and Growth Perspectives
3
Meningkatkan tata kelola dan organisasi yang professional di Deputi Bidang Akreditasi
7 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Dep. Akreditasi
78,5
(BB)
nilai 65,19
(B)
83
8 Tingkat Penerapan Budaya Kerja Deputi Akreditasi
70 % 64,54 91,3
Dari delapan (8) indikator kinerja di Deputi Bidang Akreditasi,
empat (4) indikator mencapai target yang ditetapkan, sedangkan 4 lainnya tidak mencapai target dengan penjelasan yang diuraikan pada bab III. Secara keseluruhan pencapaian target indikator kinerja adalah 95,43%.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 5
DAFTAR ISI Halaman Cover .................................................................................... 1
Kata Pengantar .................................................................................... 2
Ringkasan Eksekutif ............................................................................. 3
Daftar Isi ................................................................................................ 5
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ....................................................................... 6
I.2 Maksud dan Tujuan ................................................................ 6
I.3 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi .................................. 7
I.4 Sumber Daya Manusia .......................................................... 11
I.5 Peran Strategis ........................................................................ 12
BAB II PERENCANAAN KINERJA II.1 Perencanaan Strategis .......................................................... 15
II.1.1 Visi dan Misi .................................................................. 15
II.1.2 Tujuan dan Sasaran ..................................................... 16
II.2 Perjanjian Kinerja .................................................................... 18
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III.1 Capaian Kinerja ..................................................................... 23
III.2 Capaian di Luar Perjanjian Kinerja (jika ada) ...................... 23
III.3 Realisasi Anggaran ................................................................ 53
BAB IV PENUTUP Penutup ........................................................................................... 54
LAMPIRAN
Perjanjian Kinerja
2019| Deputi Bidang Akreditasi 6
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan PermenPANRB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi. Laporan Kinerja tersebut merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Penyusunan Laporan Kinerja (LKj) tersebut juga menjadi kewajiban Deputi Bidang Akreditasi, sebagai salah satu unit kerja di lingkungan Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang disusun secara berjenjang.
Kinerja Deputi Bidang Akreditasi memberikan kontribusi khususnya pada kinerja Badan Standardisasi Nasional. Oleh karena itu, penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi merupakan bahan masukan dalam penyusunan Laporan Kinerja Badan Standardisasi Nasional tahun 2019.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas pelaksanaan program/kegiatan serta akuntabilitas kinerja dalam rangka mencapai visi dan misi Deputi Bidang Akreditasi sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai;
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.
Hasil evaluasi yang dilakukan akan digunakan sebagai dasar penyusunan beberapa rekomendasi untuk menjadi masukan dalam
S
2019| Deputi Bidang Akreditasi 7
menetapkan kebijakan dan strategi yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kinerja Unit Kerja.
I.3 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 10 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional, tugas Deputi Bidang Akreditasi adalah
“melaksanakan penyusunan dan pelaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian”
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, maka Deputi Bidang Akreditasi menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan kebijakan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi, penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan, dan lembaga sertifikasi;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi, penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan, dan lembaga sertifikasi;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi, penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan, dan lembaga sertifikasi;
d. pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 8
Tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan oleh Unit Kerja Eselon II yang berada di bawah Deputi Bidang Akreditasi, yaitu sebagai berikut:
a. Direktorat Sistem dan Harmonisasi Akreditasi;
b. Direktorat Akreditasi Laboratorium; dan
c. Direktorat Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi.
Struktur Deputi Bidang Akreditasi dapat dilihat pada gambar I.1.
a. Direktorat Sistem dan Harmonisasi Akreditasi
Direktorat Sistem dan Harmonisasi Akreditasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi, penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan, dan lembaga sertifikasi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang sistem dan harmonisasi akreditasi, serta pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di bidang akreditasi lembaga penilaian kesesuaian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Sistem dan Harmonisasi Akreditasi menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang sistem akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi dan produsen bahan acuan;
b. penyiapan bahan pengembangan dan pemeliharaan sistem di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi dan produsen bahan acuan;
c. penyiapan bahan pelaksanaan harmonisasi di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi dan produsen bahan acuan;
d. penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang sistem dan harmonisasi akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, dan produsen bahan acuan;
e. penyiapan bahan pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di bidang sistem dan harmonisasi akreditasi
2019| Deputi Bidang Akreditasi 9
laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, dan produsen bahan acuan; dan
f. penyiapan pelaksanaan kesekretariatan Komite Akreditasi Nasional di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, dan produsen bahan acuan.
Gambar I.1
Struktur Organisasi Deputi Bidang Akreditasi di dalam Struktur Organisasi Badan Standardisasi Nasional
Kepala BSN
Deputi Bidang Pengembangan
Standard
Deputi Bidang Akreditasi
Direktorat Akreditasi Lembaga Inspeksi
dan Lembaga Sertifikasi
Direktorat Akreditasi Laboratorium
Direktorat Sistem dan Harmonisasi
Akreditasi
Deputi Bidang Penerapan Standard
dan Penilaian Kesesuaian
Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran
Sekretaris Utama
2019| Deputi Bidang Akreditasi 10
b. Direktorat Akreditasi Laboratorium
Direktorat Akreditasi Laboratorium mempunyai tugas melaksanakan kebijakan serta evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, dan produsen bahan acuan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Akreditasi Laboratorium menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, dan produsen bahan acuan;
b. pelaksanaan proses akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, dan produsen bahan acuan; dan
c. penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, dan produsen bahan acuan.
c. Direktorat Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga
Direktorat Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga mempunyai tugas melaksanakan kebijakan serta evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang akreditasi lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi;
b. pelaksanaan proses akreditasi lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi; dan
c. penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang akreditasi lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 11
I.4 SUMBER DAYA MANUSIA
Untuk mendukung pelaksanaan operasional organisasi, sampai dengan 31 Desember 2019 Deputi Bidang Akreditasi memiliki personel berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) sebanyak 105 orang, dengan rincian sesuai tabel berikut:
Tabel I.1 Personel ASN Deputi Bidang Akreditasi
No Uraian Jenjang Pendidikan Jumlah Orang < S1 S1 S2 S3
1. Deputi Bidang Akreditasi - 1 1 - 2
2. Direktorat Sistem dan Harmonisasi Akreditasi 1 19 3 - 23
3. Direktorat Akreditasi Laboratorium 1 34 7 - 42
4. Direktorat Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi 3 21 4 - 28
Jumlah 5 75 15 - 95
2019| Deputi Bidang Akreditasi 12
Gambar I.2
Personel Deputi Bidang Akreditasi
I.5 PERAN STRATEGIS
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Akreditasi memiliki peranan penting dalam pencapaian visi dan misi Badan Standardisasi Nasional serta tujuan-tujuan Standardisasi Nasional sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Sistem Penerapan Standar dan Akreditasi pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang diperlukan untuk memastikan bahwa SNI yang telah ditetapkan dapat dimanfaatkan oleh stakeholder dan masyarakat secara luas.
SNI hanya akan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat bila SNI tersebut diterapkan, baik secara wajib maupun sukarela. Sedangkan akreditasi diperlukan untuk memastikan secara formal kompetensi laboratorium, lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi yang melakukan penilaian kesesuaian terhadap barang maupun jasa untuk memastikan kesesuaiannya dengan persyaratan yang ditetapkan di dalam SNI. Standar Nasional untuk Satuan Ukuran
2019| Deputi Bidang Akreditasi 13
diperlukan untuk memastikan bahwa proses pengukuran yang sangat mempengaruhi hasil-hasil penilaian kesesuaian tersebut tertelusur kepada sistem satuan internasional. Ketiga unsur tersebut, yaitu standar, penilaian kesesuaian dan metrologi merupakan Infrastruktur Mutu Nasional untuk memfasilitasi pengakuan terhadap mutu produk-produk nasional.
Di samping itu, dengan telah dimulainya implementasi ASEAN Economic Community (AEC) sejak akhir tahun 2015, serta pengembangan ASEAN plus one FTA dengan negara-negara yang berpotensi menjadi partner perkembangan ekonomi ASEAN, maka peranan Infrastruktur Mutu Nasional menjadi semakin besar. Common Rules of Standards and Conformance, yang merupakan salah satu dari pilar utama yang diperlukan untuk dapat mewujudkan aliran barang secara bebas di pasar ASEAN, perlu dipertimbangkan sebagai basis pengembangan Infrastruktur Mutu Nasional sehingga Indonesia mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi kepentingan publik dan lingkungan ASEAN dan mendorong daya saing AEC untuk bersaing dengan aliansi ekonomi dunia lainnya. Hal tersebut mengingat Indonesia memegang peranan dan memiliki potensi untuk memperoleh manfaat dan sekaligus potensial untuk mengalami resiko yang terbesar dari pasar tunggal dan basis produksi ASEAN karena jumlah penduduk dan luas wilayahnya.
Dimulainya perundingan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan mitra dagang strategis seperti Uni Eropa, Jepang, Australia dan lain-lain melalui mekanisme Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) juga sangat memerlukan dukungan kesiapan standardisasi dan penilaian kesesuaian nasional dalam mengimplementasikan chapter technical barrier to trade yang tertuang dalam CEPA. Dua hal utama yang diperlukan adalah kesiapan Indonesia dalam mengimplementasikan standar dan prosedur penilaian kesesuaian yang disepakati dalam CEPA tersebut.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 14
Tabel I.2 Potensi dan Permasalahan Deputi Bidang Akreditasi
POTENSI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT 1. Penerapan SNI
dapat memberi kontribusi dalam perlindungan publik dari aspek kesehatan, keamanan dan keselamatan serta pelestarian lingkungan hidup
2. Penerapan SNI dapat menaikkan daya saing prduk nasional di pasar domestik maupun global
3. Pemrosesan akreditasi LPK melalui program akreditasi online “Komite Akreditasi Nasional Management Information System“ (KANMIS)
4. Meningkatnya permintaan akreditasi LPK oleh stakeholder
5. LPK yang kompeten setelah diakreditasi KAN
6. Kebutuhan skema akreditasi baru yang terus meningkat
1. Masih perlunya koordinasi antar intansi K/L dalam program pembinaan untuk mendorong penerapan SNI bagi pelaku usaha, terutama UMK untuk mendorong produk UKM yang telah ber-SNI di desa masuk ke pasar retail modern dan mendorong produk UKM yang telah memenuhi SNI dapat memperluas distribusinya ke luar negeri.
2. Masih perlunya koordinasi antar instansi pemerintahan dalam rangka penerapan produk - produk ber-SNI terutama SNI Wajib.
3. Masih lemahnya penegakan hukum bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan praktek penerapan standar, sehingga dapat merugikan pelaku usaha yang sungguh-sungguh telah menerapkan standar;
4. Kurangnya infrastruktur penilaian kesesuaian baik lembaga sertifikasi produk, laboratorium penguji dan laboratorium kalibrasi yang terdistribusi secara merata di wilayah Indonesia, sehingga menyulitkan pelaku usaha dalam proses pengujian dan sertifikasi dan berdampak biaya tinggi.
1. Diperlukan penyusunan atau review aturan yang ditetapkan sebelumnya seperti penyusunan aturan terkait lisensi tanda SNI dan revisi PSN 301 tentang Pedoman Pemberlakuan SNI secara Wajib
2. Perbaikan sistem penerapan standar melalui skema penerapan standar dan pengaturan pemberian lisensi tanda SNI untuk SNI yang diterapkan sukarela
3. Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga dalam implementasi PSN 301, diantaranya dalam penetapan Program Nasional Penerapan Standar (PNRT), penyusunan draft regulasi teknis maupun persiapan notifikasi ke TBT-WTO
4. Peningkatan sumber daya manusia eksternal (Asesor, panitia teknis) dengan melakukan refreshing course Asesor, pelatihan Asesor, serta sosialisasi yang terkait dengan persyaratan akreditasi
2019| Deputi Bidang Akreditasi 15
BAB II PERENCANAAN KINERJA
II.1 PERENCANAAN STRATEGIS
II.1.1 Visi dan Misi
umusan visi dan misi Deputi Bidang Akreditasi sesuai sesuai Rencana Strategis (Renstra) Badan Standardisasi Nasional Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut.
VISI
“Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa”
MISI
Sejalan dengan visi tersebut di atas, maka ditetapkan misi Badan Standardisasi Nasional Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut
1) Merumuskan, menetapkan, dan memelihara Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berkualitas dan bermanfaat bagi pemangku kepentingan.
2) Mengembangkan dan mengelola Sistem Penerapan Standar, Penilaian Kesesuaian, dan Ketertelusuran Pengukuran yanghandal untuk mendukung implementasi kebijakan nasionaldi bidang Standardisasi dan Pemangku Kepentingan.
3) Mengembangkan budaya, kompetensi, dan sistem informasi di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian sebagai upaya untuk meningkatkan efektifitas implementasi Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
R
2019| Deputi Bidang Akreditasi 16
4) Merumuskan, mengoordinasikan, dan mengevaluasi pelaksanaan Kebijakan Nasional, Sistem dan Pedoman dibidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang efektif untuk mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa.
Sejalan dengan misi BSN tersebut di atas, maka misi Deputi Bidang Akreditasi adalah memberikan kontribusi nyata dalam melaksanakan kegiatan akreditasi untuk mendukung pembangunan di bidang standardisasi yaitu:
1) Meningkatkan kemampuan lembaga penilaian kesesuaian (LPK) dalam menerapkan Standar Nasional Indonesia
2) Mengembangkan dan menguatkan sistem penilaian kesesuaian untuk memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun untuk akses ke pasar internasional
3) Memfasilitasi pengoperasian layanan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian
4) Meningkatkan kerjasama nasional, bilateral, regional dan internasional di bidang sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian.
II.1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan merupakan sesuatu apa yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahunan. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis, serta mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka merealisasi misi. Tujuan yang dirumuskan berfungsi juga untuk mengukur sejauh mana visi dan misi Deputi Bidang Akreditasi telah dicapai mengingat tujuan dirumuskan berdasarkan visi dan misi organisasi.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 17
Melalui pelaksanaan Misi dalam rangka mewujudkan Visi 2015- 2019, dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BSN sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2014 dan PP Nomor 4 Tahun 2018 dan kebutuhan stakeholder, rumusan tujuan Deputi Bidang Akreditasi adalah sebagai berikut:
TUJUAN
“Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar
domestik dan global”
dengan indikator:
1. Persentase pertumbuhan ekspor produk nasional yang didukung SNI, laboratorium, lembaga sertifikasi dan metrology (SNSU),
2. Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri, dan
3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
Deputi Bidang Akreditasi dituntut agar dapat mengikuti
perkembangan dan dinamika di lingkungan BSN untuk meningkatkan kualitas, produktivitas dan kinerja pelaksanaan fungsi BSN. Untuk itu, pencapaian kinerja Deputi Bidang Akreditasi harus dapat dinilai dari aspek ketepatan penentuan sasaran strategis, indikator kinerja, ketepatan target dan keselarasan antara kinerja output dan kinerja outcome. Pada tahun 2019, sasaran Deputi Bidang Akreditasi telah dilakukan penyempurnaan dalam rangka perbaikan berkelanjutan.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 18
Sasaran sesuai Renstra Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2015-2019:
SASARAN
1. Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan global;
2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan akreditasi; dan 3. Meningkatkan tata kelola dan organisasi yang professional di
Deputi Bidang Akreditasi
Sedangkan indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur pencapaian tujuan Deputi Bidang Akreditasi berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebagai upaya penyempurnaan adalah sebagai berikut: 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung
SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran);
2. Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri;
3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian;
4. Jumlah lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang diakreditasi; 5. Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional; 6. Jumlah skema akreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku
kepentingan; 7. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Dep. Akreditasi; dan 8. Tingkat Penerapan Budaya Kerja Deputi Akreditasi.
II.2 PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan Pernyataan Kinerja atau Perjanjian Kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Perjanjian Kinerja dimanfaatkan oleh pimpinan instansi pemerintah untuk menilai keberhasilan organisasi pada akhir tahun.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 19
Sebagai upaya untuk terus melakukan perbaikan dalam pengukuran kinerja, pada tahun 2019 telah dilakukan penyempurnaan Indikator Kinerja Sasaran Deputi Bidang Akreditasi sehingga indikator kinerja Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019 juga mengalami perubahan. Berikut adalah Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Akreditasi tahun 2019 berdasarkan sasaran, indikator kinerja dan target.
Tabel II.1 Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Customer Perspectives
1 Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan global
1 Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran)
2,5 %
2 Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri
1 %
3 Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
4,4 Nilai
Internal Process Perspectives
2 Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan akreditasi
4 Jumlah lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
2.134 LPK
5 Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
12 Ske-ma
6 Jumlah skema akreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan
30 Ske-ma
2019| Deputi Bidang Akreditasi 20
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Learning and Growth Perspectives
3
Meningkatkan tata kelola dan organisasi yang professional di Deputi Bidang Akreditasi
7 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Dep. Akreditasi
78,5 (BB)
nilai
8 Tingkat Penerapan Budaya Kerja Deputi Akreditasi
70 %
Sebagaimana tercantum dalam tabel di atas, Deputi Bidang
Akreditasi pada tahun 2019 menetapkan sebanyak tiga (3) sasaran
dimana setiap sasaran memiliki indikator kinerja sebagai acuan untuk
mengukur keberhasilan atau kegagalan pada setiap pelaksanaannya.
Dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan, Deputi
Bidang Akreditasi melaksanakan 3 kegiatan dalam 1 program. Adapun
keseluruhan program dan kegiatan tersebut termasuk output yang
akan dihasilkan adalah sebagai berikut:
06 Program Pengembangan Standardisasi Nasional
1. 3554 - Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi
2. 3555 - Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi
3. 4177 - Peningkatan Sistem dan Harmonisasi Akreditasi
3554 - Program Peningkatan Akreditasi Laboratorium
Program Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi melalui kegiatan yang menghasilkan output :
a. Output : Penilaian Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi.
Dalam rangka menghasilkan output ini, melaksanakan komponen kegiatan sebagai berikut :
2019| Deputi Bidang Akreditasi 21
1. Pelaksanaan Kebijakan Proses Akreditasi
- Pembahasan program pelaksanaan kebijakan akreditasi
laboratorium, penyelenggara uji profisiensi dan produsen
bahan acuan.
- Diseminasi kebijakan akreditasi laboratorium, penyelenggara
uji profisiensi dan produsen bahan acuan.
- Evaluasi pelaksanaan kebijakan akreditasi laboratorium,
penyelenggara uji profisiensi dan produsen bahan acuan.
2. Meningkatkan Pengakuan Regional dan Internasional dalam Sistem
Akreditasi
- Meningkatkan partisipasi dalam sidang akreditasi regional
dan internasional.
3. Melaksanakan Layanan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga
Inspeksi
- Melakukan koordinasi dan pengembangan layanan jasa
akreditasi laboratorium, penyelenggara uji profisiensi dan
produsen bahan acuan.
- Melakukan layanan jasa akreditasi laboratorium.
3555 - Peningkatan Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi
A. Program Peningkatan Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga
Sertifikasi melalui:
1. Kegiatan: Penilaian Akreditasi Lembaga Sertifikasi, yang akan
menghasilkan output “Peningkatan Akreditasi Lembaga
Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi”.
Dalam rangka menghasilkan output ini, melaksanakan
komponen kegiatan sebagai berikut:
2019| Deputi Bidang Akreditasi 22
1. Pelaksanaan Kebijakan Proses Akreditasi
2. Layanan akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga
sertifikasi
3. Pelaksanaan persyaratan pengakuan Internasional dan
Regional terhadap Sistem Akreditasi
2. Kegiatan: Saling pengakuan untuk Skema Global Agricultural
Practice (GAP), yang akan menghasilkan output
“Peningkatan Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga
Sertifikasi”.
Dalam rangka menghasilkan output ini, melaksanakan
komponen kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan kebijakan sertifikasi untuk mendukung
keberterimaan produk
2. Sistem sertifikasi kompetensi
4177 - Peningkatan Sistem dan Harmonisasi Akreditasi
Dalam rangka menghasilkan output ini, melaksanakan
komponen kegiatan sebagai berikut :
1. Penyusunan kebijakan akreditasi
2. Penyiapan Bahan Pelaksanaan Pemenuhan Persyaratan
Pengakuan Internasional dan Regional terhadap Sistem
Akreditasi Laboratorium, Lembaga Inspeksi, dan
Lembaga Sertifikasi
3. Pengadaan peralatan
2019| Deputi Bidang Akreditasi 23
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
kuntabilitas kinerja adalah pertanggungjawaban kinerja
instansi dalam mencapai tujuan dan sasaran strategis
instansi dan digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi
lembaga.
Deputi Bidang Akreditasi berkewajiban untuk melaporkan
akuntabilitas kinerja melalui penyajian Laporan Kinerja. Laporan Kinerja
tersebut menggambarkan tingkat keberhasilan dan kegagalan selama
kurun waktu 1 (satu) tahun berdasarkan sasaran, program dan kegiatan
yang telah ditetapkan. Untuk mendukung pencapaian kinerjanya,
Deputi Bidang Akreditasi telah melaksanakan beberapa aktivitas
kegiatan yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya.
Pelaksanaan aktivitas kegiatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam
Laporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019.
III.1 CAPAIAN KINERJA
Pencapaian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai organisasi
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Dalam rangka mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran untuk mewujudkan visi dan misi Deputi
Bidang Akreditasi, maka telah ditetapkan sasaran dan target kinerja.
Sasaran dan target kinerja tersebut dicapai melalui pelaksanaan
program dan kegiatan serta aktivitas kegiatan sebagaimana telah
disampaikan pada Bab II. Pencapaian masing-masing sasaran dan
target yang terkait Deputi Bidang Akreditasi yang direncanakan dalam
A
2019| Deputi Bidang Akreditasi 24
Tahun 2019 berdasarkan Perjanjian Kinerja, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel III.1
Pencapaian Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-sasi
% Capaian
Customer Perspectives
1 Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan global
1 Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran)
2,5 % 9,3 100
2 Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri
1 % 2,5 100
3 Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
4,4 Nilai 4,07 92,5
Internal Process Perspectives
2 Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan akreditasi
4 Jumlah lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
2.134 LPK 2177 100
5 Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
12 Ske-ma
12 100
6 Jumlah skema akreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan
30 Ske-ma
29 100
Learning and Growth Perspectives
3
Meningkatkan tata kelola dan organisasi yang professional di Deputi Bidang Akreditasi
7 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Dep. Akreditasi
78,5 (BB)
nilai 65,19 (B)
100
8 Tingkat Penerapan Budaya Kerja Deputi Akreditasi
70 % 64,54 91,3
2019| Deputi Bidang Akreditasi 25
Berdasarkan tabel di atas, berikut diuraikan capaian kinerja
Deputi Bidang Akreditasi untuk masing-masing sasaran yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja.
Pencapaian sasaran tersebut dijelaskan sebagai berikut:
SASARAN 1 Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan global
Tabel III.2 Capaian Kinerja Sasaran 1
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2019 Rencana s.d 2020
Target % capaian 2016 2017 2018 Target Realiasi %
Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran)
% - - - 2,5 9,3 100 2,5
Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri
% - - - 1 2,5 100 1
Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Nilai - - - 4,4 4,07 92,5 4,4
Rata-rata capaian Sasaran 97,5
2019| Deputi Bidang Akreditasi 26
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
“terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan
global” terdiri dari tiga indikator kinerja yaitu
1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang
didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan
Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran)
2. Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam
negeri
3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut rata-rata capaian
sebesar 100%. Berikut disampaikan penjelasan pencapaian masing-
masing indikator.
Indikator Kinerja 1 : Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional
yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi
(Standar Nasional Satuan Ukuran)
Indikator 1 ini dihitung dengan formula:
𝐴 − 𝐵𝐴 𝑥100%
dengan A : Ekspor PN didukung Infrastruktur mutu nasional tahun n B : Ekspor PN didukung Infrastruktur mutu nasional tahun (n-1)
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dilakukan survey
dengan sampel yang diambil mewakili sample dengan proyeksi secara
nasional. Survei dilakukan ke industri dengan sektor non migas yang
memiliki nilai ekspor yang tinggi (3 terbesar) yang terkait dengan
2019| Deputi Bidang Akreditasi 27
sertifikasi ISO 14001, ISO 9001, ISO 22000, SVLK dan Sertifikasi Produk
(ISO/IEC 17065). Pemilihan sektor didasarkan pada data akreditasi
lembaga sertifikasi yang telah menandatangani IAF MLA sertifikasi yaitu
ISO 14001, ISO 9001, ISO 22000, sertifikasi Produk (ISO/IEC 17065).
Survey dalam rangka pengambilan data primer dilakukan survey
dengan metode depth interview pada sebagian besar di Jabodetabek
selain di Sumatra Utara dan Jawa Tengah, sedangkan data-data
pendukung, baik data primer maupun data sekunder, yang diperlukan
dalam pengolahan dan analisis bersumber pada:
- Data ekspor Indonesia tahun 2015-2018.
- Data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).
- Data industri pelaku utama pada sektor terpilih.
- Data penerapan SPK pada industri pelaku utama pada sektor terpilih
- Data ekspor produk oleh industri pelaku utama pada sektor terpilih.
- Data manfaat SPK pada industri pelaku utama pada sektor terpilih.
Secara keseluruhan, diperoleh 42 responden yang tersebar pada
3 sektor utama. Pengambilan data primer (nilai ekspor) dilakukan
berdasarkan sektor, sebagai berikut:
- Sektor Makanan dan minuman
- Sektor Tekstil dan Produk Tekstil
- Sektor Kimia dan Barang Kimia
Hasil pengukuran survey ini menunjukkan realisasi 9,3% yang
berarti capaian realisasinya adalah 327% dari target yaitu 2,5%.
Peningkatan nilai ekspor ini tentunya dipengaruhi oleh banyak hal,
salah satunya adalah penerapan standar dan penilaian kesesuaian
baik karena permintaan konsumen (buyer) ataupun regulasi negara
tujuan ekspor. Meskipun besaran nilai pengaruh standar dan penilaian
kesesuaian (SPK) dalam perdagangan belum diketahui, namun
2019| Deputi Bidang Akreditasi 28
penerapan SPK mempermudah perdagangan dan meningkatkan
daya saing produk dalam perdagangan.
Rekomendasi hasil capaian indikator ini adalah saling pengakuan
dan keberterimaan atas hasil penilaian kesesuaian dengan negara
tujuan ekspor produk unggulan nasional perlu ditingkatkan untuk
menghindari adanya re-sertifikasi ataupun pengujian ulang atas produk
ekspor.
Indikator Kinerja 2 : Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar
retail dalam negeri
Indikator 2 ini dihitung dengan formula:
𝐴 − 𝐵𝐴 𝑥100%
Dengan A : Jumlah Produk bertanda SNI tahun n B : Jumlah Produk bertanda SNI tahun (n-1)
Data produk diambil dari beberapa pasar retail yang menjadi
lokus yaitu Transmart, Hypermart, Alfamart, dan Indomaret. Produk retail
yang diambil adalah produk retail yang beredar pada pasar retail di
Indonesia. Produk-produk tersebut pada umumnya adalah yang
dikonsumsi masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga. Contoh
produk retail yang diambil air mineral, kopi instan, gula, minyak goreng,
tepung bumbu, makanan beku, aneka jenis saus, mie/pasta,
biscuit/wafer/crackers, makanan ringan, korek api, baterai, bohlam,
popok, kebutuhan bayi, mainan, alat-alat listrik, penolak nyamuk,
keperluan toilet, personal care, perlengkapan kompor dan minuman.
Survey menunjukkan bahwa produk yang disertifikasi
berdasarkan SNI semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini
2019| Deputi Bidang Akreditasi 29
menunjukkan bahwa kebutuhan dan kesadaran pada produk yang
berkualitas semakin besar. Pencapaian ini tak lepas dari usah terus
menrus BSN dalam semakin menunbuhkan kesadaran dan memberikan
stimulus penerapan SNI, antara lain:
1. program pengembangan SNI berdasarkan kebutuhan regulasi,
ekspor produk unggulan nasional, produk retail dalam negeri,
2. program pembinaan penerapan SNI melaui pendidikan,
pelatihan, konsultansi dan pemasyarakatan
Hasil pengukuran survey ini menunjukkan realisasi 2,5% (dari hasil
survey sebelumnya tahun 2017) yang berarti capaian realisasinya
adalah 250% dari target yaitu 1%. Peningkatan nilai menunjukkan
bahwa produk pasar ritel bertanda SNI mengalami pertumbuhan dari
tahun ke tahun, sehingga hal ini menjadi bukti positif untuk
pengembangan SNI dan sertifikasi produk yang ada di Indonesia. Perlu
diketahui bahwa capaian ini adalah capaian yang merupakan kerja
bersama antar direktorat dan kedeputian dimana Direktorat Akreditasi
Lembaga Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi berkontribusi dari aspek
akredasi Lembaga inspeksi dan Lembaga sertifikasi.
Indikator Kinerja 3 : Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Indikator 3 ini dihitung dengan melaksanakan survei persepsi
masyarakat terhadap Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan public
perlu dilakukan pengukuran indeks kepuasan masyarakat sebagai tolok
ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan mengingat masyarakat
menuntut pelayanan public yang cepat, tepat dan berkualitas. Di
samping itu data indeks kepuasan masyarakat dapat menjadi bahan
penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perfu perbaikan dan
2019| Deputi Bidang Akreditasi 30
menjadi pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanannya.
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi
tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat
dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara
pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan
kebutuhannya.
Pengambilan data primer kegiatan ini dilakukan melalui survei
lapangan ke daerah terpilih yang telah bekerjasama dengan Kantor
Layanan Teknis (KLT) BSN. Upaya lain yang dilakukan adalah
penyebaran kuesioner kegiatan secara online. Adapun lokus penelitian
dilakukan di 6 (enam) kota yaitu Semarang, Pekanbaru, Palembang,
Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Jumlah total responden
penelitian ini sebanyak 166 responden. Parameter yang dituangkan
dalam kuesioner kegiatan ini terdiri atas 3 bagian, yakni:
1. Edukasi Dan Pemasyarakatan Standardisasi Dan Penilaian
Kesesuaian
2. Penerapan SNI Dan Penilaian Kesesuaian.
3. Dukungan SPK Bagi Ekonomi Rakyat
Nilai IKM mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Reformasi Birokrasi No. 14 tahun 2017 tentang
Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
Hasil pengukuran indeks kepuasan pelanggan menunjukkan
realisasi 4,07% yang berarti capaian realisasinya adalah 92,5% dari
target yaitu 4,4%. Dari pengukuran indikator ini didapatkan fakta bahwa
masyarakat menilai penerapan SPK Sudah Efektif dan pengembangan
SPK Penting untuk terus ditingkatkan meskipun nilainya masih dibawah
target 100 %.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 31
Ketiga indikator kinerja pada sasaran 1 tersebut merupakan
indikator untuk mengukur terwujudnya sasaran dari sudut pandang
stakeholder perspective yaitu “Terwujudnya daya saing produk
berstandar di pasar domestik dan global”. Sasaran ini adalah turunan
langsung dari indikator kinerja utama BSN dimana pencapaiannya
adalah hasil kerja bersama antar direktorat dan kedeputian di
lingkungan BSN. Kedeputian Bidang Akreditasi berkontribusi dari aspek
akreditasi Laboratorium, Lembaga inspeksi dan Lembaga sertifikasi
serta pengembangan skema akreditasi yang diperlukan oleh para
pemangku kepentingan dan pengembangan dan pemeliharaan
saling kebertemaan system akreditasi dan sertifikasi.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 32
SASARAN 2 Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan akrediasi lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi
Tabel III.3
Capaian Kinerja Sasaran 2
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2019 Rencana s.d 2019
Target % capaian 2016 2017 2018 Target Realiasi %
Jumlah lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
LPK 1.641 1.823 2019 2.134 2.177 100 2.134 100
Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
Ske-ma
9 12 12 12 12 100 12 100
Jumlah skema akreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan
Ske-ma
29 30 29 100 30 100
Rata-rata capaian Sasaran 100
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran 2 terdiri dari
tiga (3) indikator kinerja yang merupakan indikator kinerja nomor 4
sampai dengan 6 yaitu
• Jumlah lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang diakreditasi;
• Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional; dan
• Jumlah skema akreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku
kepentingan.
Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut rata-rata capaian
sebesar 100%.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 33
Indikator Kinerja 4 : Jumlah lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
Indikator 4 ini dihitung dengan menghitung jumlah Kumulatif
Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi.
Untuk memastikan kesesuaian barang, jasa, proses, sistem atau
personal sesuai dengan persyaratan SNI, maka diperlukan kegiatan
penilaian kesesuaian. Kegiatan penilaian kesesuaian dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi KAN, baik laboratorium penguji, laboratorium
kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi ataupun lembaga
sertifikasi. Oleh karena itu, peranan LPK sangat diperlukan dalam
kegiatan penerapan SNI.
Pertumbuhan LPK yang diakreditasi mengindikasikan semakin
besarnya pasar sertifikasi di Indonesia dan semakin sadarnya
masyarakat dan pelaku usaha akan pentingnya penilaian kesesuaian
pada kelangsungan usaha dan perlindungan pada kesehatan,
keamanan dan lingkungan hidup. Sertifikat sertifikasi merupakan bukti
kesesuaian suatu Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah
memenuhi SNI atau persyaratan lainnya. Sertifikat kesesuaian diberikan
oleh Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi KAN kepada pelaku usaha,
khususnya industri/organisasi, setelah melalui proses penilaian
kesesuaian terhadap persyaratan sertifikasi, SNI. Semakin banyak
jumlah sertifikat kesesuaian yang diberikan oleh LPK menunjukkan
bahwa penggunaan SNI oleh pelaku usaha telah semakin meningkat.
Sampai dengan 31 Desember 2019, sebanyak 2.177 lembaga
penilaian kesesuiaan diakreditasi yang terdiri dari 312 lembaga
sertifikasi, 114 lembaga inspeksi, 1.727 laboratorium dan 24
penyelenggara uji profisiensi. Realisasi ini telah melampaui target yaitu
2.133 LPK yang diakreditasi, yang berarti capaian kinerja Deputi Bidang
2019| Deputi Bidang Akreditasi 34
Akreditasi sebesar 102%. Kontribusi keberhasilan ini adalah semakin
banyaknya skema akreditasi yang dikembangkan dan dioperasikan
oleh KAN baik karena mengikuti pasar kebutuhan sertifikasi dan
laboratorium yang ada di internasional maupun respon dari permintaan
pemerintah maupun pemangku kepentingan lain serta semakin
banyaknya kebutuhan sertifikasi untuk menunjang kebutuhan industry
dan kebijakan pemerintah.
Gambar III.1
Logo KAN sebagai tanda bahwa lembaga penilaian kesesuaian
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
Sampai dengan 31 Desember 2019, belum ada Produsen Bahan
Acuan, Lembaga Sertifikasi Manajemen Bioresiko Laboratorium, dan
Lembaga Sertifikasi Keamanan Rantai Pasok yang diakreditasi meskipun
skema akreditasinya sudah dioperasikan. Sementara itu akreditasi
Lembaga Inspeksi mengalami kenaikan signifikan disebabkan karena
dorongan permintaan pelanggan atas akreditasi sebagai bukti
kompetensi serta adanya regulasi yang mewajibkan akreditasi sebagai
persyaratan kompetensi.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 35
Gambar III.2
Perkembangan Jumlah Akreditasi Laboratorium periode 2016 - 2019
Gambar III.3
Perkembangan Jumlah Akreditasi Lembaga Sertifikasi periode 2016 -
2019
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
2016 2017 2018 2019Laboratorium Penguji Laboratorium Kalibrasi Laboratorium Medik Lembaga Penyelenggara Uji Profisiensi
0
20
40
60
80
100
120
2016 2017 2018 2019
Lembaga Inspeksi Lembaga Val idasi dan Verifikasi Gas Rumah Kaca Lembaga Sertifikasi Produk
Lembaga Sertifikasi Organik Lembaga Sertifikasi Halal Lembaga Sertifikasi Ekolabel
Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu Lembaga Sertifikasi PPIU Lembaga Sertifikasi Usaha Par iwisata
Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Lembaga Sertifikasi Personel Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Bioresiko Laboratorium
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan Lembaga Sertifikasi HACCP
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Kemanan Informasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi Lembaga Sertifikasi SMK3
Lembaga Sertifikasi SMKRP
2019| Deputi Bidang Akreditasi 36
Beberapa peraturan yang mewajibkan atau mendorong adanya
persyaratan akreditasi dari regulator adalah:
• Permendag No. 46/M-DAG/PER/8/2014 tentang Ketentuan
Umum Verifikasi atau Ketertelusuran Teknis di Bidang
Perdagangan
• Permen ESDM No 38 tahun 2019 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Instalasi dan Peralatan Pada Kegiatan Usaha
Minyak dan Gas Bumi
• Permen Kelautan dan Perikanan no. PER.19/MEN/2010 tentang
Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan
Selain adanya peraturan yang mempersyaratkan untuk akreditasi,
pencapaian indikator kinerja tersebut juga tidak terlepas dari upaya-
upaya yang telah dilakukan, antara lain:
1. Fasilitasi peningkatan kompetensi LPK untuk meningkatkan
kemampuan LPK dan calon LPK dalam memahami persyaratan
akreditasi.
2. Pelaksanan layanan akreditasi LPK yang profesional, khususnya
terhadap efisiensi waktu proses layanan akreditasi LPK
3. Peningkatan jumlah dan kompetensi SDM yang terkait dengan
pelaksanaan akreditasi LPK.
4. Pengembangan ruang lingkup skema akreditasi sesuai dengan
kebutuhan stakeholder.
Data lengkap perkembangan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian
disajikan pada tabel III.1.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 37
Tabel III.4. LPK yang diakreditasi KAN
Lembaga Penilaian Kesesuaian 2016 2017 2018 2019 Laboratorium Penguji 1072 1170 1296 1366 Laboratorium Kalibrasi 230 249 274 291 Laboratorium Medik 49 55 64 70 Lembaga Penyelenggara Uji Profisiensi 11 13 17 24 Produsen Bahan Acuan - - - - Lembaga Inspeksi 53 80 91 114 Lembaga Validasi dan Verifikasi Gas Rumah Kaca 2 3 3 3 Lembaga Sertifikasi Produk 47 59 69 72 Lembaga Sertifikasi Organik 8 8 9 9 Lembaga Sertifikasi Halal 0 0 1 1 Lembaga Sertifikasi Ekolabel 2 2 2 2 Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu 22 25 25 27 Lembaga Sertifikasi PPIU - - 2 13 Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata 52 49 37 34 Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari 13 14 14 15
Lembaga Sertifikasi Personel 7 11 16 18 Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Bioresiko Laboratorium 0 0 0 1
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen 36 40 46 51 Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan 8 8 8 8
Lembaga Sertifikasi HACCP 8 8 8 8 Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Kemanan Informasi 2 4 6 10
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan 2 2 2 2
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan 0 2 6 9
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan 16 20 21 23
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi 1 1 2 2 Lembaga Sertifikasi SMK3 0 0 0 3 Lembaga Sertifikasi SMKRP 0 0 0 1 TOTAL 1641 1823 2019 2177
2019| Deputi Bidang Akreditasi 38
Indikator Kinerja 5: Jumlah pengakuan akreditasi yang diakui secara
internasional
Indikator ini dihitung dengan menghitung jumlah pengakuan akreditasi
LPK yang diakui secara internasional, dimana data didapat dari mutual
recognition arrangement (MLA/MRA).
Untuk meningkatkan keberterimaan tersebut, Indonesia dalam
hal ini diwakili oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan
sekretariatnya yang berada di bawah Deputi Bidang Akreditasi menjadi
anggota di forum akreditasi tingkat regional yaitu Asia Pacific
Accreditation Cooperation (APAC) dan di tingkat internasional menjadi
anggota International Accreditation Forum (IAF) dan International
Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC).
Akreditasi laboratorium, Lembaga sertifikasi dan lembaga
inspeksi telah mendapatkan pengakuan internasional berupa Mutual
Recognition Arrangement (MRA) dari organisasi Asia Pacific
Gambar III.4 Penandatanganan IAF MRA untuk Information Security Management Systems – ISMS dan Energy Management Systems - EnMS
2019| Deputi Bidang Akreditasi 39
Accreditation Cooperation (APAC), International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC) dan International Accreditation
Forum (IAF) untuk lingkup akreditasi laboratorium penguji, laboratorium
kalibrasi, laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, lembaga
inspeksi, lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu, lembaga sertifikasi
sistem manajemen lingkungan, lembaga sertifikasi produk, lembaga
sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan, lembaga sertifikasi
sistem manajemen energy, lembaga sertifikasi sistem manajemen
keamanan informasi dan lembaga sertifikasi personel. Melalui
pengakuan MRA dan MLA ini akan meningkatkan keberterimaan hasil
uji, kalibrasi dan inspeksi serta sertifikat pelaku usaha dalam transaksi
internasional untuk mendukung daya saing produk nasional.
Tujuan utama dari MLA adalah membangun pengaturan antar
badan akreditasi yang menjadi anggotanya untuk berkontribusi pada
kegiatan perdagangan dengan menghilangkan hambatan teknis
perdagangan dan meningkatkan keberterimaan di bidang penilaian
kesesuaian antar negara anggota IAF yang saat ini berjumlah 71
negara dan antar negara anggota ILAC yang saat ini berjumlah 103
negara.
Gambar III.5 Simbol ILAC MRA dan IAF MRA sebagai tanda keberterimaan global
dari hasil penilaian kesesuaian
2019| Deputi Bidang Akreditasi 40
Diharapkan dengan MLA/MRA sertifikat akreditasi dan sertifikasi
yang dikeluarkan oleh LPK yang diakreditasi oleh anggota MLA/MRA
diakui oleh anggota MLA/MRA lainnya, sesuai dengan tujuan MLA/MRA
yaitu satu sertifikat diterima di mana saja (certified once accepted
everywhere). Sampai Desember tahun 2019, telah dilakukan
pemeliharaan dan pengembangan skema akreditasi KAN yang diakui
di tingkat internasional (MRA/MLA), yaitu mencakup 12 skema dari 29
ruang lingkup skema yang dioperasikan. Untuk tahun 2020, akan
diajukan evaluasi untuk akreditasi lembaga validasi dan verifikasi dalam
rangka penambahan MLA di APAC.
Detail MRA/MLA yang telah berhasil dicapai diuraikan pada tabel berikut:
Table III.5 MLA APAC dan IAF MLA MLA APAC MLA IAF
Quality Management Systems - QMS 24 Aug 2000 2 Sep 2002
Environmental Management Systems - EMS 08 Jul 2004 6 Oct 2007
Product 16 Jun 2009 19 Oct 2009
Food Safety Management Systems - FSMS 22 May 2013 21 Oct 2015
Persons 15 Jun 2016 26 Oct 2018
Information Security Management Systems - ISMS
14 Dec 2017 21 Jun 2019
Energy Management Systems - EnMS 14 Dec 2017 21 Jun 2019
Table III.6 MLA APAC dan ILAC
MRA MRA APAC MRA ILAC
ISO/IEC 17025 Testing 22 May 2001 20 Jun 2001
ISO/IEC 17025 Calibration 13 Nov 2003 30 Dec 2003
ISO/IEC 17020 Inspection 09 Dec 2004 24 Oct 2012
ISO 15189 Medical 14 Mar 2013 14 Mar 2013
ISO/IEC 17043 PTP 21 Jun 2017 03 Oct 2019
2019| Deputi Bidang Akreditasi 41
Indikator Kinerja 6: Jumlah skema akreditasi untuk memenuhi
kebutuhan pemangku kepentingan
Sesuai dengan perjanjian WTO tentang technical barrier to trade
dan sanitary phitosanitary yang menyatakan bahwa proses penilaian
kesesuaian dalam fungsinya sebagaimana di atas perlu saling diakui
untuk menghindari dan mencegah hambatan dalam perdagangan.
Oleh karena hal tersebut International Accreditation Forum (IAF) dan
Pacific Accreditation Cooperation (PAC) telah memfasilitasi untuk
pelaksanaan saling pengakuan proses penilaian kesesuaian melalui
penandatanganan MLA/MRA (multilateral agreement) badan
akreditasi yang mampu menerapkan proses akreditasi sesuai dengan
ketentuan internasional. Dengan adanya kesepakatan tersebut maka
rantai kepercayaan terhadap hasil penilaian kesesuaian mampu
memfasilitasi perdagangan nasional, regional maupun internasional.
Saat ini, Deputi Bidang Akreditasi memiliki 29 skema akreditasi,
dimana proses akreditasi tersebut dilakukan oleh Pusat Akreditasi
Laboratorium dan Lembaga Sertifikasi dan Pusat Akreditasi Lembaga
Sertifikasi. Pembagian tugas dan kewenangan didalam melakukan
proses akreditasi dapat dilihat sebagai berikut
1. Lembaga Sertifikasi Produk
Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) adalah lembaga sertifikasi yang diberikan kewenangan memberikan sertifikasi kepada industri penerap SNI Produk. Operasional LS Pro dilakukan berdasarkan SNI ISO/IEC 17065 dan regulasi produk terkait.
2. Lembaga Sertifikasi Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC) Selain mengembangkan Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) berdasarkan persyaratan SNI, KAN juga melayani akreditasi lembaga sertifikasi destinasi wisata berkelanjutan. Operasional LS dilakukan berdasarkan ISO/IEC 17065.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 42
3. Lembaga Sertifikasi Person Lembaga Sertifikasi Person (LS Person) adalah lembaga sertifikasi yang diberikan kewenangan memberikan sertifikasi kepada person yang memenuhi persyaratan. Pengoperasian LS Person didasarkan atas SNI ISO/IEC 17024.
4. Lembaga Sertifikasi Organik Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) adalah lembaga sertifikasi yang diberikan kewenangan memberikan sertifikasi kepada industri penerap SNI Sistem Pertanian Organik. Pengoperasian LSO didasarkan atas SNI ISO/IEC 17065 dan regulasi terkait.
5. Lembaga Pemeriksa Halal Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) adalah lembaga sertifikasi yang diberikan kewenangan memberikan sertifikasi kepada industri penerap SNI Sistem Manajemen Halal (SNI 99001). Pengoperasian LPH didasarkan atas SNI ISO/IEC 17065.
6. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu KAN memberikan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (LS SMM) yang memberikan sertifikasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2015. Akreditasi terhadap LSSM menggunakan acuan standar :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- SNI ISO/IEC ISO/IEC TS 17021-3:2012 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen Bagian 3 : Persyaratan kompetensi untuk audit dan sertifikasi sistem manajemen mutu
7. Lembaga Sertifikasi Hazard Analitycal Critical Control Point
(HACCP) KAN memberikan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi HACCP yang memberikan sertifikasi SHACCP kepada industri penerap SNI 4852 Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
2019| Deputi Bidang Akreditasi 43
- DPLS 05 Persyaratan Tambahan untuk Akreditasi Lembaga Sertifikasi HACCP/SMKP
8. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan
(SMKP) KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMKP yang memberikan sertifikasi kepada industri penerap SNI 22000 sistem keamanan pangan, berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- SNI ISO/IEC 22003:2013 Sistem Manajemen Keamanan Pangan- Persyaratan Lembaga Penyelenggara Audit dan Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan
9. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMKI yang memberikan sertifikasi kepada industri penerap SNI 27001 sistem keamanan informasi, berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- SNI ISO/IEC 27006 Sistem Manajemen Keamanan Informasi- Persyaratan Lembaga Penyelenggara Audit dan Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi
10. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Rantai Pasok
(SMKRP) KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMKP yang memberikan sertifikasi kepada industri penerap SNI 28000 Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- ISO 28003 Security management system for the supply chain – Requirement for bodies providing audit and certification of supply chain security management system
11. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Alat Kesehatan (SMMAK)
KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMAK yang memberikan sertifikasi kepada industri penerap SNI ISO 13485:2003,Peralatan
2019| Deputi Bidang Akreditasi 44
kesehatan - Sistem manajemen mutu - Persyaratan untuk tujuan regulasi, berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
12. Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata (LSUP)
KAN memberikan akreditasi terhadap LS UP yang memberikan sertifikasi kepada usaha pariwisata. Akreditasi terhadap LSUP menggunakan acuan : - Peraturan Menteri Pariwisata No 1 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata - SNI ISO/IEC 17021:2011 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
13. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium
(SMBL) KAN memberikan akreditasi terhadap LSSMBL yang memberikan sertifikasi kepada usaha pariwisata. Akreditasi terhadap LSSMBL menggunakan acuan : - SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
14. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (LSSMAP) KAN memberikan akreditasi terhadap LSSMAP yang memberikan sertifikasi kepada usaha pariwisata. Akreditasi terhadap LSSMAP menggunakan acuan : - SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- SNI ISO/IEC TS 17021-9:2016 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 9: Persyaratan kompetensi untuk audit dan sertifikasi sistem manajemen anti penyuapan
15. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan
KAN memberikan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan (LSSML) yang memberikan sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan SNI ISO 14001:2005 dan SNI ISO 14001:2015.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 45
Akreditasi terhadap LSSML menggunakan acuan standar : - SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan,
- SNI ISO/IEC TS 17021-2:2012 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen Bagian 2 : Persyaratan kompetensi untuk audit dan sertifikasi sistem manajemen lingkungan serta
16. Lembaga Sertifikasi Ekolabel (LSE) KAN memberikan akreditasi terhadap LSE yang memberikan sertifikasi ekolabel kepada industri penerap SNI ekolabel, dengan menggunakan acuan SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa.
17. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi
KAN memberikan akreditasi terhadap LS SME yang memberikan sertifikasi kepada industri penerap SNI ISO/IEC 50001 Sistem Manajemen Energi – Persyaratan dengan pedoman penggunaan, dengan menggunakan acuan :
- SNI ISO 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen – Bagian 1: Persyaratan,
- ISO 50003 Energy management systems — Requirements for bodies providing audit and certification of energy management systems.
18. Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL)
KAN memberikan akreditasi terhadap LP PHPL yang memberikan sertifikasi kepada industri penerap PHPL, dengan menggunakan acuan :
- Peraturan Menteri LHK no 30 tahun 2016 tentang penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin, hak pengelolaan atau pada hutan hak
- Perdirjen PHPL KLHK nomor 14 tahun 2016 tentang standar dan pedoman pelaksanaan pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu
- SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa.
19. Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK)
2019| Deputi Bidang Akreditasi 46
KAN memberikan akreditasi terhadap LVLK yang memberikan sertifikasi kepada industri penerap legalitas kayu, dengan menggunakan acuan :
- PerMen LHK no 30 tahun 2016 tentang penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin, hak pengelolaan atau pada hutan hak
- Perdirjen PHPL KLHK nomor 14 tahun 2016 tentang standar dan pedoman pelaksanaan pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu
- SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa.
20. Lembaga Verifikasi dan Validasi Gas Rumah Kaca (LVV GHG)
KAN memberikan akreditasi terhadap LVV GHG yang memberikan sertifikasi kepada industri penerap standar gas rumah kaca (SNI ISO 14064 series) dengan menggunakan acuan ISO 14065 Gas rumah kaca Persyaratan bagi lembaga validasi dan verifikasi gas rumah kaca untuk digunakan dalam akreditasi atau bentuk pengakuan lainnya
21. Lembaga Serifikasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMK3 yang memberikan sertifikasi kepada penerap ISO 45001.
22. Lembaga Serifikasi Penyelengara Perjalanan Ibadah Umroh (PPIU) KAN memberikan akreditasi terhadap LS PPIU yang memberikan sertifikasi kepada penyelenggara ibadah umroh dengan menggunakan acuan SNI ISO/IEC 17065.
23. Lembaga Serifikasi verifikasi dan validasi ICAO Corsia KAN memberikan akreditasi terhadap LVV untuk skema ICAO Corsia kepada industri penerbangan dengan menggunakan acuan ISO 14065 Gas rumah kaca Persyaratan bagi lembaga validasi dan verifikasi gas rumah kaca untuk digunakan dalam akreditasi atau bentuk pengakuan lainnya.
24. Laboratorium penguji KAN memberikan akreditasi terhadap laboratorium penguji yang melakukan kegiatan pengujian dengan acuan SNI ISO/IEC
2019| Deputi Bidang Akreditasi 47
17025:2017.
25. Laboratorium kalibrasi KAN memberikan akreditasi terhadap laboratorium kalibrasi yang melakukan kegiatan kalibrasi dengan acuan SNI ISO/IEC 17025:2017.
26. Laboratorium medik KAN memberikan akreditasi terhadap laboratorium medik yang melakukan kegiatan pengujian medik dengan acuan SNI ISO 15189:2012.
27. Lembaga inspeksi KAN memberikan akreditasi terhadap lembaga inspeksi yang melakukan kegiatan inspeksi dengan acuan SNI ISO/IEC 17020:2012.
28. Lembaga penyelenggara uji profisiensi KAN memberikan akreditasi terhadap lembaga penyelenggara uji profisiensi yang melakukan kegiatan uji profisiensi dengan acuan SNI ISO/IEC 17043:2012.
29. Produsen bahan acuan KAN memberikan akreditasi terhadap produsen bahan acuan yang melakukan kegiatan produksi bahan acuan dengan acuan SNI ISO/IEC 17034:2016.
Pada tahun 2019, dikembangkan beberapa skema akreditasi
yang merupakan kelanjutan pengembangan skema akreditasi yang
telah dimulai pada tahun 2018 yaitu ISPO dan IndoGAP. Skema
akreditasi IndoGAP dan ISPO belum berhasil diselesaikan pada tahun
2019 karena masih dalam tahap finalisasi oleh pemilik skema sertifikasi.
Sedangkan pada tahun 2020 ini akan dikembangkan sertifikasi
Lembaga Pendidikan berdasarkan ISO 21001. Hal ini mengakibatkan
capaian kinerja untuk indikator ini sebesar 98% dari target 30 skema.
Namun demikian potensi penambahan skema akreditasi masih terbuka
luas untuk sector-sektor private standar yang juga semakin besar
kebutuhannya dalam menunjang ekspor produk Indonesia.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 48
SASARAN 3 Meningkatkan tata kelola dan organisasi yang professional di Deputi Bidang Akreditasi
Tabel III.7 Capaian Kinerja Sasaran 3
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2019 Rencana s.d 2020
Target % capaian
2016 2017 2018 Target Realiasi % Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Deputi Akreditasi
nilai - - 63,5* 78,5 (BB)
68,1 (B)
86.8 78,5 86,8
Tingkat Penerapan Budaya Kerja Deputi Akreditasi
% - - - 70 64,5 64,5 64,5 64,5
Rata-rata capaian Sasaran 71,5
* Realisasi pada tahun 2018 diambil dari realisasi indikator kinerja “Tingkat akuntabilitas kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi”.
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran 3 yaitu
“Meningkatkan tata kelola dan organisasi yang professional di Deputi
Bidang Akreditasi” terdiri dari dua (2) indikator kinerja yang merupakan
indikator kinerja nomor 7 sampai dengan 8 yaitu
• Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Deputi Akreditasi; dan
• Tingkat Penerapan Budaya Kerja Deputi Akreditasi;
Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut rata-rata capaian
sebesar 71,5%.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 49
Indikator Kinerja 6: Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Deputi
Akreditasi
Indikator ini dihitung dari nilai lembar kerja evaluasi AKIP BSN yang
dinilai oleh Inspektorat berdasarkan kriteria Kemen PANRB.
Laporan Kinerja dimaksudkan untuk memberikan gambaran
yang jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan tentang
kinerja suatu instansi pemerintah. Hasilnya dapat membantu pimpinan
dan seluruh jajaran dalam mencermati berbagai permasalahan
sebagai bahan acuan dalam menyusun rencana kinerja di tahun
berikutnya. Dengan demikian rencana kinerja di tahun mendatang
dapat disusun lebih fokus, efektif, efisien, terukur, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau disingkat
dengan SAKIP tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mana
didalamnya menyebutkan SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari
berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan
penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklarifikasian,
pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam
rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi
pemerintah. Tujuan Sistem AKIP adalah untuk mendorong terciptanya
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat
untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya.
Untuk mendukung tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN perlu
didukung oleh seluruh unit kerja di bawahnya. Untuk itu, mulai tahun
2018 setiap unit kerja eselon I juga dilakukan penilaian tingkat kualitas
akuntabilitas kinerja oleh Inspektorat BSN dengan mempergunakan
Lembar Kerja Evaluasi AKIP berdasarkan kriteria Kemenpan RB.
Mengingat pada tahun 2019 struktur organisasi BSN mengalami
2019| Deputi Bidang Akreditasi 50
perubahan, maka penilaian Evaluasi AKIP pada bulan Juni 2019 masih
menilai unit organisasi struktur organisasi lama.
Untuk kepentingan pengukuran capaian indikator kinerja tingkat
kualitas akuntabilitas kinerja tingkat eselon I pada tahun 2019
menggunakan nilai evaluasi AKIP BSN. Pada Tahun 2019 realisasi tingkat
kualitas akuntabilitas kinerja BSN mendapatkan nilai 68,125 (B), sehingga
capaian kinerja Deputi Bidang Akreditasi hanya sebesar 86,78%.
Tidak tercapainya target ini dikarenakan antara lain Renstra
belum direviu menyesuaikan dengan perubahan organisasi BSN, hasil
pengukuran kinerja belum dimanfaatkan sebagai dasar pemberian
reward dan punishment, dan laporan kinerja belum menonjolkan
informasi mengenai analisis efisiensi penggunaan sumber daya dan
kinerja selain yang telah ditetapkan di perjanjian kinerja.
Sebagai upaya perbaikan penerapan Akuntabilitas Kinerja pada
tahun 2019 telah dilakukan Reviu Renstra BSN 2015-2019 sesuai
organisasi baru, merumuskan Indikator Kinerja Utama BSN untuk periode
tahun 2020-2024 dan telah ditetapkan Perjanjian Kinerja Tahun 2020
pada akhir tahun 2019, serta akan digunakan Aplikasi E-Performance
untuk memonitor capaian kinerja.
Table III.8 Hasil Evaluasi atas implementasi SAKIP BSN tahun 2019
2019| Deputi Bidang Akreditasi 51
Indikator Kinerja 7: Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Deputi
Akreditasi
Budaya kerja merupakan salah satu elemen kunci pengelolaan
sumber daya manusia aparatur yang menentukan keberhasilan dan
ketidakberhasilan suatu organisasi. Untuk mengukur tingkat penerapan
budaya kerja di lingkup BSN, maka mulai tahun 2019 dilakukan penilaian
penerapan budaya kerja di seluruh unit kerja BSN. Realisasi indikator
kinerja ini masih dibawah target yang ditetapkan yaitu sebesar 65,71%
dari yang ditargetkan sebesar 70% atau capaiannya hanya sebesar
93,87%.
Pengukuran budaya kerja dimulai dengan mensosialisasikan nilai
organisasi BSN dan perilakunya yang telah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Kepala BSN No. 395/KEP/BSN/9/2019 tentang Nilai Organisasi
badan Standardisasi Nasional.
Untuk tahun 2019 pengukuran penerapan budaya masih dalam
fase sosialisasi. Pengukuran dilakukan melalui 3 (tiga) metode yaitu (1)
Metode questioner dan asessmen (bobot 20%); (2) Metode Interview
(bobot 45%); dan (3) Metode Observasi (bobot 35%). Pengukuran
dilakukan kepada seluruh unit kerja eselon 2 di BSN oleh pihak ke-3 yang
independen. Interview dilakukan terhadap unsur Leader, Agent of
Change, dan insan di setiap unit kerja secara random.
Dalam pengukuran fase 1 ini, penilaian dilaksanakan 2 tahap.
Setiap tahap dihasilkan nilai penerapan budaya per unit kerja. Nilai
yang digunakan dalam capaian indikator kinerja penerapan budaya
kerja adalah nilai tahap yang terakhir atau tahap kedua dari Fase 1 ini.
Keseluruhan nilai unit kerja kemudian dirata-rata, yang kemudian nilai
rata-rata ini merupakan nilai penerapan budaya kerja BSN secara
keseluruhan.
2019| Deputi Bidang Akreditasi 52
Gambar III.6 Nilai Organisasi BSN
Pada penilaian tahap 1, dari 16 unit yang dinilai hasil nilai tertinggi
adalah 85,1 dan nilai terendah 71,8. Nilai penerapan budaya BSN yang
merupakan rata-rata nilai seluruh unit kerja adalah 79,2. Hal ini
menunjukkan penerimaan terhadap budaya kerja yang cukup baik.
Indikator kinerja berupa persentase penerapan budaya kerja BSN,
sehingga nilai yang didapat dalam pengukuran ini ekuivalen dengan
persentase.
Namun untuk penilaian tahap ke-2 terjadi penurunan. Nilai
penerapan budaya kerja di BSN menjadi 65,7 dengan nilai terendah
55,17 dan nilai tertinggi 71,43. Penurunan nilai cukup ekstrim dan
susunan ranking unit kerja yang drastis, dengan menggunakan metode
dan penilaian yang sama. Penerapan budaya merupakan hal yang
dibutuhkan culture organisasi untuk menjaga arah perilaku
insan/pegawai agar tetap terjaga.
Pribadi berintegritas, jujur dan konsisten menyampaikan informasi yang benar, akurat dab sesuai fakta
Trustworthy
Berkomitmen terhadap nilai organisasi
Oriented
Sikap kerja proaktif, efisien, efektif dan berkinerja tinggi
Professional
Memberikan manfaat kepada kemajuan organisasi
Beneficial
Selalu mendukung perbaikan berkelanjutan
Growing
Melakukan kerja sama yang harmonis antar unit
Team Work
2019| Deputi Bidang Akreditasi 53
III.2 REALISASI ANGGARAN
Berdasarkan DIPA Nomor SP DIPA-084.01.1.613104/2019 tanggal 5 Desember 2018, pagu anggaran Deputi Bidang Akreditasi adalah sebesar Rp. 33.131.666.000 dan realisasi anggaran Deputi Bidang Akreditasi TA 2019 adalah sebesar Rp 33.017.529.678 sebesar 99,62 %.
Pagu dan realisasi anggaran Deputi Bidang Akreditasi TA 2019 per komponen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel III.9 Pagu dan Realisasi Anggaran
Deputi Bidang Akreditasi TA. 2019
Dalam rupiah
Kode Output/Komponen 2019
%
Pagu Realisasi
3554 Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi
17.413.706.000 17.351.367.662 99,6
3555 Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi
9.185.109.000 9.149.901.160 99,6
4177 Peningkatan Sistem dan Harmonisasi Akreditasi
6.532.851.000 6.516.260.856 99,7
Jumlah 33.131.666.000 33.017.529.678 99,62
2019| Deputi Bidang Akreditasi 54
BAB IV PENUTUP
aporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019 menyajikan pertanggungjawaban dan pencapaian kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019 dalam mendukung pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran Deputi Bidang
Akreditasi.
Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja kegiatan Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019, seluruh kinerja kegiatan telah terlaksana sesuai perjanjian kinerja dan indikator kinerja.
Pencapaian terhadap indikator tersebut, menunjukkan bahwa Deputi Bidang Akreditasi telah memberikan kontribusi nyata dalam melaksanakan pengembangan dan pembinaan standardisasi di Indonesia sesuai amanah yang diberikan, khususnya di bidang akreditasi lembaga sertifikasi.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Akreditasi Tahun 2019 ini diharapkan dapat memenuhi kewajiban akuntabilitas dan sekaligus menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan guna peningkatan kinerja Deputi Bidang Akreditasi, di masa mendatang, melalui pelaksanaan program dan kegiatan secara lebih optimal.
L
2019| Deputi Bidang Akreditasi 55
LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
Deputi Bidang Akreditasi
2019| Deputi Bidang Akreditasi 56