laporan kimia organik
DESCRIPTION
Pecobaan 1TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 1
PERCOBAAN 1
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK
OLEH :
NAMA : CHICHI FAUZIYAH
NIM : F1F1 12 028
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : A
ASISTEN : AGUNG M. APRILIYANTI
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
PERCOBAAN I
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK
A. TUJUAN
Tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mempelajari tes-tes yang digunakan untuk
mengidentifikasi unsur penyusun senyawa tersebut.
2. Untuk mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara
senyawa organik dan anorganik.
B. LANDASAN TEORI
Zat organik adalah zat yang banyak mengandung unsure
karbon. Contohnya antara lain Benzen, Chloroform, Detergen,
Methoxychlor, dan Pentachlorophenol. Zat organik dibagi menjadi
2, yaitu zat organik aromatis yaitu senyawa organic yang
beraroma, secara kimia senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang
melingkar, misalnya benzene, toluene, dan zat organik non-
aromatis yaitu senyawa organik yang tidak beraroma, dan secara
kimia tidak mempunyai ikatan rantai yang melingka, misalnya
etana, etanol formalin. Zat organik dapat digunakan sebagai bahan
makanan (Hidayati, et al., 2010).
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang
molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan
oksida karbon. Di antara beberapa golongan senyawa organik
adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus
fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawa yang mengandung
paling tidak satu cincin benzene; senyawa heterosiklik yang
mencakup atom-atom non karbon dalam struktur cincinnya; dan
polimer, molekul rantai panjang gugus berulang. Pembeda antara
kimia organik dan anorganik adalah ada atau tidaknya ikatan
karbon hydrogen. Sehingga asam karbonat termasuk anorganik,
sedangkan asam format, asam lemak pertama organik (Cahyono,
2012).
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat
diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak,
protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau
kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua
senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah
menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan
nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan
tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik
sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau
dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Arifin,
2008).
Asam-asam organik, merupakan bagian dari bahan organik,
adalah hasil kegiatan jasad hidup baik yang terdapat di dalam
maupun di permukaan batuan. Senyawa ini umumnya merupakan
hasil buangan (sekresi, eksudat) atau pun rombakan. Asam-asam
ini, seperti asam anorganik umumnya karena pada gugus
fungsionalnya dapat mengalami disosiasi yang melepasakan
proton (H+) dan proton ini dapat menyerang mineral batuan. Selain
itu sisa asamnya (anion organik) dapat membentuk senyawa
kompleks dengan kation-kation pada tepi mineral atau kation yang
terlepas dari mineral (Ismangil et al., 2005).
Unsur-unsur kelumit dalam air alam terdapat dalam berbagai
bentuk kimia atau spesies. Berbagai bentuk ini dapat berupa
koloid, kompleks dengan bahan organik terlarut (dissolve organic
matter), kompleks anorganik, dan ion-ion bebas. Organisme yang
mati terutama tanaman yang terkubur dalam air atau sedimen
merupakan penghasil utama bahan organik terlarut (Ruslan, 2008).
Perak tergolong logam, berwarna putih mengkilat bersifat
keras namun mudah dicetak pada temperatur 960-965 oC. Perak
berada di alam bersama-sama dengan tembaga, plumbum, seng
dan emas. Perak di alam dapat ditemui dalam bentuk bijih
sulfidanya argentite, sebagai horn silver atau garam kloridanya.
Isolasi perak dan emas biasanya dilakukan dengan ektraksi dalam
kompleks sianida, kemudian dipisahkan dengan proses
elektrodeposisi. Perak murni susah larut dalam asam encer
maupun dalam suasana basa encer. Larut dalam asam sulfat pekat
panas maupun asam nitrat pekat panas dengan membebaskan gas
hidrogen. Perak nitrat jika ditambahkan dengan ion klorida akan
menghasilkan endapan perak klorida yang berwarna putih
(Suhartana, 2007).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut.
- Sikat tabung
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Gegep
- Hot plate
- Cawan porselin
- Spiritus
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut.
- HCl (Asam Klorida)
- CHCl3 (Kloroform)
- KI (Kalium Iodida)
- Air ludah
- NaCl (Natrium Klorida)
- Glukosa
- AgNO3 (Perak Nitrat)
D. PROSEDUR KERJA
1. Tes Beilstein
- Dicelupkan masing-masing ujung
kawat yang telah dipanaskan
HCl = Tidak ada gelembung
CHCl3 = Ada gelembung
KI = Tidak ada gelembung
Air Ludah = Tidak ada gelembung
2. Perbedaan Sifat Karena Pemanasan
- Dimasukkan ke dalam cawan
porselin secukupnya
- Dipanaskan di atas hot plate pada
suhu 200 oC
- Diulangi percobaan di atas untuk
glukosa
NaCl = Tidak terjadi perubahan
Glukosa = Meleleh dan terjadi perubahan warna
CHCl3
NaCl
HCl 3M KI Air Ludah
3. Perbedaan dalan ionisasi
- Dipipet 2 ml
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan dengan 3 tetes AgNO3
- Diamati perubahan yang terjadi
- Diulangi percobaan di atas untuk
CHCl3
NaCl = Terbentuk endapan putih
CHCl3 = tidak ada endapa
Larutan NaCl 0,1
E. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
No
. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Tes Beilstein
Ujung kawat tembaga dipanaskan
dalam pemanas
Dimasukkan kawat panas dalam
larutan:
- HCl
- CHCl3
- KI
- Air Ludah
- Tidak ada
gelembung
- Ada gelembung
- Tidak ada
gelembung
- Tidak ada
gelembung
2. Perbedaan Sifat Karena Pemanasan
NaCl, dimasukkan ke dalam
cawan krus, dipanaskan
Glukosa, dimasukkan ke dalam
cawan krus, dipanaskan
Pada waktu dan
suhu yang sama,
tidak terjadi
perubahan
Meleleh dan
terjadi perubahan
warna
3. Perbedaan Dalam Ionisasi
NaCl dimasukkan dalam tabung
reaksi + 3 tetes AgNO3
CHCl3 dimasukkan dalam tabung
reaksi + 3 tetes AgNO3
Terbentuk
endapan putih
Tidak ada
endapan, tetapi
larutan menjadi
agak kuning
jernih
2. Reaksi
Perbedaan dalam Ionisasi
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
endapan putih
F. PEMBAHASAN
Senyawa organik merupakan senyawa yang memiliki ikatan
karbon dan hidrogen atau lebih sederhananya memiliki atom
karbon sebagai salah satu unsur yang menyusun senyawa tersebut
kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Sedangkan senyawa
anorganik merupakan senyawa yang tidak memiliki atom karbon,
dalam hal ini senyawa dapat dibentuk oleh unsur logam dan
logam, non logam dan logam, dan sebagainya.
Senyawa organik dan anorganik memiliki sifat yang berbeda
dalam merespon reaksi kimia dengan senyawa lain. Berdasarkan
perbedaan ini, maka pada percobaan kali ini dilakukan beberapa
uji/tes terhadap sampel-sampel yang termasuk senyawa organik
dan senyawa anorganik.
Tes Beilstein merupakan tes untuk menentukan senyawa
organik yang dilakukan dengan memasukkan ujung kawat yang
telah dipanaskan ke dalam larutan HCl, CHCl3, KI maupun air ludah.
Tes ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya unsur C dalam
larutan dimana akan terjadi gelembung gas jika senyawa tersebut
termasuk senyawa organik. Pada hasil pengamatan menunjukkan
adanya indikasi pada CHCl3. Hal ini dapat dilihat dengan
terbentuknya gelembung saat ujung kawat dimasukkan. Ujung
kawat yang dipanaskan, maka O2 akan bereaksi disekitar kawat
panas. Ketika ujung kawat dicelupkan dalam larutan organik maka
O2 disekitar kawat akan bereaksi dengan karbon yang ada di dalam
pelarut organic membentuk CO2. CO2 merupakan gas yang apabila
berada dalam larutan maka akan terbentuk gelembung. Akan
tetapi air ludah yang merupakan senawa organik tidak
memberikan respon sama sekali. Hal ini terjadi karea sampel ang
digunakan kemungkinan besar telah terkontaminasi dengan zat-
zat lain di dalam mulut yang mmpengaruhu proses reaksi. Untuk KI
dan HCl tidak memberikan respon apapun. Hal ini sesuai dengan
teori yang ada bahwa keduanya termasuk dalam senyawa
anorganik. Meskipun mengandung atom H, tetapi banyak aspek
yang perlu ditinjau mengenai perbedaan antara lain : Ikatan antar
atom dalam senyawa, apakah termasuk dalam ikatan ionik atau
ikatan kovalen, konduktivitas zat, keadaan zat setelah
pembakaran. Karena HCl dan KI merupakan ikatan ionik, maka HCl
dan KI tidak dapat digolongkan sebagai senyawa organik,
melainkan senyawa anorganik. Hal ini disebabkan senyawa organik
dalam molekulnya, atom-atom penyusunnya berikatan kovalen.
Uji lain yang dapat digunakan untuk membedakan senyawa
organik dan anorganik adalah melalui sifat zat pada proses
pemanasan. Dalam percobaan ini, dilakukan pemanasan terhadap
glukosa dan NaCl (garam dapur). Ketika glukosa
dipanaskan/dibakar, hasil akhirnya adalah berubah menjadi cair
dan menjadi kecoklatan. Glukosa merupakan senyawa organik
yang mengnandung usur karbon yang apabila dipanaskan, maka
atom C akan menguap. Ini sesuai dengan teori yang ada bahwa
senyawa organic yang apabila dipanaskan maka atom C akan
menguap. Hal ini mengindikasikan bahwa glukosa merupakan
senyawa organik. Pada saat pemanasan NaCl juga terjadi letupan
yang menandakan terjadi pemutusan ikatan ionik Na+ dan Cl- yang
memerlukan energi yang cukup besar sehingga terjadi letupan.
Secara teori, NaCl merupakan senyawa anorganik yang tidak
memiliki unsur karbon (C) sehingga apabila dipanaskan maka NaCl
sulit terjadi perubahan atau memerlukan waktu yang lama untuk
menghasilkan perubahan. Dari segi ikatan kita dapat dibedakan
antara glukosa dan NaCl, dimana ikatan pada glukosa adalah
ikatan kovalen yang merupakan salah satu ciri senyawa organik,
sedangkan NaCl yang termasuk dalam senyawa anorganik yang
memiliki ikatan ionik.
Percobaan selanjutnya adalah perbedaan dalam ionisasi
dengan mereaksikan larutan NaCl dan CHCl3 (kloroform) masing-
masing dengan larutan AgNO3. Pada campuran NaCl dan AgNO3
larutan menjadi keruh dan menghasilkan endapan yang
menandakan terjadinya reaksi. Berdasarkan teori, NaCl merupakan
senyawa anorganik yang mampu larut pada pelarut air dan
pelarrut oganik. Sehingga ketika bereaksi NaCl akan terurai
menjadi Na+ dan Cl- dan AgNO3 akan terurai menjadi Ag+ dan NO3-
maka Ag+ akan berikatan dengan Cl- menjadi AgCl yang akan
membentuk endapan.
Beda halnya dengan CHCl3. Ketika CHCl3 ditambahkan
dengan AgNO3, tidak terjadi perubahan apapun yang menandakan
tidak terjadi reaksi. Secara teori, CHCl3 merupakan senyawa
organik yang larut dalam pelarut organik. Sehingga apabila
dilarutkan dalam air, maka akan terbentuk dua lapisan dimana
CHCl3 dilapisan atas dan AgNO3 dilapisan bawah. Selain karena
perbedaan kepolaran, hal ini juga terjadi karena perbedaan berat
jenis masing-masing zat dimana yang berat jenisnya lebih rendah
akan berada dilapisan atas. Namun, dalam percobaan hal ini tidak
terjadi karena kemungkinan besar CHCl3 yang digunakan terlalu
encer sehingga kadarnya sedikit.
G. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Tes-tes yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur
penyusun senyawa organik dan anorganik dapat dilakukan tes
beilstein, tes pemanasan, dan tes ionisasi dengan menggunakan
AgNO3 sebagai pereaksi.
2. Pada umumnya senyawa organik adalah senyawa yang
mengandung unsur karbon yang merupakan zat penyusun dari
sebagian besar makhluk hidup dan beberapa dari hasil sintesis,
lebih mudah terbakar (terurai bila dibakar), strukturnya lebih
rumit, dan hanya dapat larut dalam pelarut organik. Sedangkan
senyawa anorganik adalah senyawa yang berasal dari sumber
daya alam mineral (bukan makhluk hidup), tidak mudah
terbakar (tidak terurai bila dibakar), strukturnya sederhana,
tidak semua senyawa anorganik yang memiliki unsur karbon dan
dapat larut dalam pelarut air atau organik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, Bogor.
Cahyono, A. D. dan Tuhu A. R., 2012, Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai Adsorben Dalam Penyisihan Cod Dari Limbah Cair Domestik Rumah Susun Wonorejo Surabaya, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol. 4 No. 1, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Hidayati, A. dan Yusrin, 2010, The Effect On The Long Time Storage Of The Room Temperature (27-29oc) Towards The Organik Matter Concentration In The Refill Drinking Water), Prosiding Seminar Nasional UNIMUS, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Ismangil dan Eko, 2005, Degradasi Mineral Batuan Oleh Asam-Asam Organik, Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, Vol 5 (1), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ruslan, 2008, Penentuan Kapasitas Pengompleks dan Konstanta Stabilitas Kondisional Logam Berat Tembaga dalam Air Sungai Palu, Maina Chimica Arta, Vol. 1 No. 2, Universitas Tadulako, Palu.
Suhartana, 2007, kemampuan Ligan Hipoxantin dan Quanin untuk Ekstraksi Kation Perak pada Fasa Air-Kloroform, Jurnal Sains dan Matematika, Vol. 15 No. 1, Universitas Diponegoro, Semarang.