laporan khusus bpk tidak bisa digugat, tapi tak kebal hukum · tertanggal 28 september 2006 tentang...

18
LAPORAN KHUSUS P ARA auditor BPK bisa sedikit ber- nafas lega. Pasalnya, dua dari em- pat gugatan yang dilayangkan ke BPK, dikandaskan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda dan Pengadi- lan Negeri Salatiga. Sekalipun di masa men- datang tak mustahil masih akan bermuncu- lan gugatan-gugatan baru, dua keputusan pengadilan itu menunjukkan bahwa para auditor BPK telah bekerja pada rel yang benar. Yang lebih menggembirakan lagi, ma- jelis hakim memasukkan hasil kerja keras para auditor BPK yang beretika, profesio- nal, jujur, dan tidak mengada-ada itu ke da- lam dasar pertimbangan hukum. Dengan sandaran hasil pemeriksaan BPK itu, majelis hakim PN Salatiga yang menangani perkara tersebut akhirnya memutuskan gugatan itu tidak bisa diterima atau Niet Onvankelijk Verklaard. Adapun, Majelis Hakim PTUN Samarinda mengabulkan eksepsi yang dia- jukan BPK terkait kompetensi absolut. Pakar hukum Bambang Widjajanto ber- pendapat munculnya gugatan-gugatan itu sebenarnya tidak perlu dirisaukan. Pada era transparansi yang ditandai dengan keterbu- kaan informasi publik juga telah mendapat perlindungan UU. Munculnya gugatan akan menjadi suatu konsekuensi bagi lembaga yang memiliki kewenangan memeriksa dan menyajikan akuntabilitas institusi atau peja- bat yang mengelola keuangan negara. BPK sebagai lembaga yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas pen- gelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab terhadap institusi yang mengelola keuangan negara, tentu memili- ki peranan penting dalam memberikan in- formasi kepada publik terkait dengan akun- tabiltas lembaga itu. Tak mengherankan bila BPK terkena imbas gugatan tersebut.. BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum Sepanjang tak ada hak-hak hukum auditee yang dilanggar, BPK tak perlu merisaukan adanya gugatan. Gugatan merupakan konsekuensi adanya tuntutan keterbukaan informasi publik. Auditee masih memiliki peluang agar laporan diperbaiki. n Bambang Widjajanto LAPORAN KHUSUS 22 Warta BPK FEBRUARI 2011 22- 28 laporan khusus.indd 22 23/02/2011 19:31:11

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

laporan KHUSUS

Para auditor BPK bisa sedikit ber-nafas lega. Pasalnya, dua dari em-pat gugatan yang dilayangkan ke BPK, dikandaskan oleh Pengadilan

Tata Usaha Negara Samarinda dan Pengadi-lan Negeri Salatiga. Sekalipun di masa men-datang tak mustahil masih akan bermuncu-lan gugatan-gugatan baru, dua keputusan pengadilan itu menunjukkan bahwa para auditor BPK telah bekerja pada rel yang benar.

Yang lebih menggembirakan lagi, ma-jelis hakim memasukkan hasil kerja keras para auditor BPK yang beretika, profesio-nal, jujur, dan tidak mengada-ada itu ke da-lam dasar pertimbangan hukum. Dengan sandaran hasil pemeriksaan BPK itu, majelis hakim PN Salatiga yang menangani perkara tersebut akhirnya memutuskan gugatan itu tidak bisa diterima atau Niet Onvankelijk Verklaard. adapun, Majelis Hakim PTUN

Samarinda mengabulkan eksepsi yang dia-jukan BPK terkait kompetensi absolut.

Pakar hukum Bambang Widjajanto ber-pendapat munculnya gugatan-gugatan itu sebenarnya tidak perlu dirisaukan. Pada era transparansi yang ditandai dengan keterbu-kaan informasi publik juga telah mendapat perlindungan UU. Munculnya gugatan akan menjadi suatu konsekuensi bagi lembaga yang memiliki kewenangan memeriksa dan menyajikan akuntabilitas institusi atau peja-bat yang mengelola keuangan negara.

BPK sebagai lembaga yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas pen-gelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab terhadap institusi yang mengelola keuangan negara, tentu memili-ki peranan penting dalam memberikan in-formasi kepada publik terkait dengan akun-tabiltas lembaga itu. Tak mengherankan bila BPK terkena imbas gugatan tersebut..

BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum

Sepanjang tak

ada hak-hak

hukum auditee

yang dilanggar,

BPK tak perlu

merisaukan

adanya gugatan.

Gugatan

merupakan

konsekuensi

adanya tuntutan

keterbukaan

informasi

publik. Auditee

masih memiliki

peluang

agar laporan

diperbaiki.

n Bambang Widjajanto

laporan KHUSUS

22 Warta BPKFEBrUarI 2011

22- 28 laporan khusus.indd 22 23/02/2011 19:31:11

Page 2: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

Menurut UU, dalam tenggang wak-tu 2 bulan, hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Pemerintah Pusat harus disampaikan kepada DPr dan DPD. adapun, hasil pemeriksaan atas pengelolaan keuangan pemerin-tah daerah harus diserahkan kepada DPrD. Selain itu laporan pemeriksaan itu juga harus disampaikan pula ke-pada Presiden/Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan kewenangannya.

UU juga menyatakan laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan, dinya-takan terbuka untuk umum. “Nah dari pasal-pasal ini jelas terlihat adanya upaya transparasi penyampaian infor-masi publik menyangkut akuntabilitas institusi-institusi yang mengelola ke-uangan negara tersebut,” tegas Bam-bang.

Lantas apakah BPK bisa digugat? Pejabat negara yang tengah menjalan-kan tugasnya atas perintah UU tentu tidak bisa digugat. Bahkan, dalam Pa-sal 51 KUHP disebutkan pejabat nega-

ra dalam menjalankan tugasnya tidak bisa dipidana.

“Coba saja anda bayangkan, kalau BPK dalam menjalankan tugas bisa digugat, berapa puluh gugatan yang akan masuk ke BPK setiap harinya. Lantas kapan BPK akan bekerja?,” tu-turnya.

Namun demikian bukan berarti kebal hukum. Menurut dia, gugatan ke BPK bisa muncul bila auditee merasa ada hak-hak hukumnya yang dilang-gar. Hal seperti ini tentunya tidak bisa dihindarkan karena menyangkut hak keperdataan seseorang. Oleh karena itu, para auditor yang menjadi ujung tombak BPK di lapangan harus ekst-ra hati-hati dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.

artinya, sepanjang dalam peme-riksaan tidak ada hak-hak hukum yang tercederai, gugutan itu tak perlu diresahkan karena pasti akan ditolak oleh pengadilan. Bahkan sebaliknya, dari sisi positif tak mustahil gugatan tersebut justru bisa menjadi bagian

mekanisme kontrol bagi BPK guna mengevaluasi dan menyempurnakan kinerja para auditornya.

“Sepanjang pemeriksa BPK tidak melakukan perbuatan yang sifatnya melanggar hak-hak hukum institusi yang diperiksa atau pejabat yang di-periksa, gugatan perbuatan melawan hukum itu tertunya tidak akan terjadi,” ujarnya.

apalagi, tambah Bambang, dalam menjalankan tugasnya, pemeriksa/audior telah diikat dengan kode etik profesi, standar dan kualifikasi pro-fesi, petunjuk pelaksanaan, dan pe-tunjuk teknis yang telah disusun dan ditetapkan oleh BPK sebagai penang-gungjawab hasil pemeriksaan.

Selain itu, lanjutnya, kecenderun-gan lain yang sering menjadi pemicu munculnya gugatan adalah kesala-hpahaman atau adanya perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan para pejabat pengelola keuangan ne-gara sebagai terperiksa. auditee ka-dang masih merasa kehadiran auditor

n Gedung BPK RI Pusat - Jakarta

23Warta BPK FEBrUarI 2011

22- 28 laporan khusus.indd 23 23/02/2011 19:31:12

Page 3: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

laporan KHUSUS

sebagai momok yang menakutkan ketimbang partner yang ikut member-sihkan “rumahnya”. Pemeriksaan yang dilakukan auditor seolah-olah hanya untuk mencari penyimpangan.

Pemahaman ini tentunya tidak benar. Tujuan utama pemeriksaan adalah untuk melihat akuntabilitas institusi dalam melaksanakan pengel-olaan keuangan negara, dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang ber-sih atau good governance. Jika audit atau pemeriksaan tidak dilakukan, penyelewengan yang terjadi tentu ti-dak pernah bisa diketahui.

Selain itu, BPK telah menetapkan bahwa dalam waktu 60 hari dari pe-nyerahan hasil pemeriksaan, auditee diberi hak untuk menidaklanjuti re-komendasi hasil pemeriksaan. Sebe-lumnya auditee juga diberi hak untuk melakukan sanggahan sebelum LHP terbit.

Bambang menambahkan satu hal yang sangat penting disini, apakah setiap penambahan dokumen, buk-ti-bukti, komentar, sanggahan, atau keterangan ahli dalam pemeriksaan juga dibuatkan berita acara dan ikut disertakan dalam laporan kepada DPr, DPD atau DPrD ?

“Saya katakan ini penting agar se-mua hasil pemeriksaan itu menjadi jelas dan lengkap, serta didukung ada-nya pembuktian yang kuat ,” jelasnya.

Kesalahpahaman lain yang sering muncul adalah yang berkaitan dengan kerahasiaan. Penafsiaran kerahasiaan ini tentunya juga harus dikaitkan den-gan UU sehingga tidak ada pihakyang merasa dirugikan atau hak hukumnya dilanggar.

Lantas pertanyaannya, siapakah yang mengawasi BPK? Secara internal BPK tentu akan diawasi oleh etika pro-fesi, standardisasi profesi, juklak/juk-nis serta pejabat pengawasan internal. Secara eksternal, selain secara ekspli-sit diawasi DPr, BPK juga mendapat pengawasan dari BPK negara lain.

Bisa digugatPakar hukum Universitas Brawi-

jaya adami Chazawi menilai yang pen-

ting sebenarnya bukan bisa atau tidak bisa BPK digugat.

“Siapa pun bisa digugat. Yang pen-ting di sini ada atau tidaknya perbua-tan melawan hukum. Sepanjang dalam melakukan tugas dan kewenangannya BPK tidak melakukan pelanggaran terhadap hak-hak hukum terperiksa, tentu saja pemeriksaan yang dilaku-kan BPK tidak bisa digugat,” tuturnya.

Sebaliknya, jika ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan pada saat pemeriksaan, tentu bisa digugat. “Jadi yang digugat itu bukan kewenangan BPK, akan tetapi lebih pada perbuatan melawan hukum yang dilakukan saat menjalankan ke-wenangan,” tegasnya.

Namun demikian, dalam aturan mainnya, BPK juga memberikan sang-gahan sebelum LHP diterbitkan. Kalau

dalam periode itu auditee atau peja-bat yang mengelola keuangan tidak memberikan penjelasan yang disertai data-data atau dokumen tentang in-dikasi penyimpangan yang bisa mey-akinkan auditor, hasil pemeriksaan sudah menjadi sah secara hukum.

Jika sudah dinyatakan sah seca-ra hukum, konsekuensinya pejabat pengelola keuangan yang ditengarai menyalahgunakan kewenangan bisa terkena kasus korupsi. “Jadi sekali lagi saya tegaskan, yang utama itu bukan soal bisa atau tidak digugatnya, tetapi

ada pelanggaran dalam menjalankan wewenangnya atau tidak. Ini yang penting,” tambahnya.

Terkait dengan masalah hukum ini, BPK memang memberikan per-hatian serius. Dalam rencana strategi BPK 2011-2015, salah satu item yang dikedepankan adalah Peningkatan Kualitas Pengelolaan Bantuan Hukum untuk Pemeriksa.

Bantuan hukum ini akan menca-kup pemberian layanan hukum dalam bentuk konsultasi hukum, pendapat hukum, pendampingan hukum, per-lindungan hukum dan penanganan hukum. Bantuan ini diberikan kepa-da BPK, anggota BPK (dan mantan anggota BPK ), pelaksana BPK (dan mantan pelaksaan BPK), dan/atau pi-hak lain yang bekerja untuk dan atas nama BPK.

Pengelolaan bantuan hukum di-laksanakan oleh Ditama Binbangkum BPK (Dit LaBH) dalam rangka men-dukung kegiatan pemeriksaan yang dilaksanakan BPK, terutama pada proses penyelesaian LHP yang terkait dengan rekomendasi yang diberikan dalam LHP dan pemberian informasi kepada publik. Hal ini sangat penting mengingat saat ini masyarakat dan auditee sudah semakin kritis terhadap hasil pemeriksaan BPK.

Pemberian bantuan dapat bersi-fat preventif, In Proses dan represif. Bantuan hukum preventif mencakup pemberian pemahaman aspek-aspek hukum dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang agar tidak me-nimbulkan masalah hukum di kemu-dian hari. In Proses adalah pemberian bantuan hukum atas masalah hukum yang sedang terjadi dan represif adalah pemberian bantuan hukum untuk mengatasi masalah hukum yang telah terjadi secara aktif.

Bila dalam 5 tahun ke depan, BPK mampu menjalankan rencana strategi yang telah dicanangkan tersebut seca-ra baik dan konsisten, dapat dipasti-kan BPK akan menjadi salah satu lem-baga negara yang benar-benar mum-puni dan pantas dijadikan teladan bagi institusi lain. Semoga. (bd)

n Adami Chazawi

laporan KHUSUS

24 Warta BPKFEBrUarI 2011

22- 28 laporan khusus.indd 24 23/02/2011 19:31:13

Page 4: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

PaDa 22 Desember 2010, BPK mendapatkan kado istimewa dari Pengadilan Tata Usana Nega-ra (PTUN) Samarinda berupa putusan amarnya mengabulkan eksepsi yang diajukan BPK sebagai

tergugat dan menyatakan gugatan H. Mochammad aswin tidak bisa diterima.

Meski keputusan ini belum final, pada 3 Januari 2011 penggugat menyatakan banding, tetapi putusan ini bisa menjadi bekal dan suntikan moral, sekaligus bahan evalua-si bagi BPK dalam menjalankan tugas di masa mendatang.

Sengketa berawal ketika pada 12 Juli 2010, H. Mocham-mad aswin melalui kuasa hukumnya mengajukan gugatan tata usaha negara terhadap LHP BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur nomor 02/LHP/XIX.SMD/I/2010/.

Gugatan yang didaftarkan di Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda dengan nomor 21/G/2010/PTUN-SMD itu diajukan kepada Kepala Perwakilan Provinsi Kaliman-tan Timur sebagai pejabat tata usaha negara yang mener-bitkan LHP dimaksud.

Penggugat merasa kepentingannya dirugikan akibat terbitnya LHP yang merupakan penghitungan kerugian ne-gara/daerah. Selanjutnya penggugat meminta agar Majelis Hakim menyatakan LHP tersebut batal atau tidak sah.

Dari materi gugatan serta eksepsi penggugat yang di-sampaikan dalam persidangan, Majelis Hakim PTUN yang

diketuai Joko Setiono secara rinci men-guraikan sengketa bermula dari adanya fakta bahwa Kepolisian Daerah Kaliman-tan Timur tengah melakukan penyidikan tindak pidana menyangkut pelaksanan pembayaran belanja penunjang kegiatan Pimpinan/anggota DPrD Kabupaten Kutai Kertanegara, terkait terjadinya pembaya-ran ganda yang telah sampai pada tahap penyidikan dan penetapan tersangka .

Guna memastikan jumlah kerugian negara/daerah, Polda Kaltim meminta ke-terangan ahli, dalam hal ini BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur untuk melaku-kan perhitungan kerugian negara yang nya-ta dan pasti sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum atas perkara dimaksud.

Untuk memenuhi unsur kekurangan jumlah uang yang berpotensi menimblu-kan kerugian negara/daerah dimaksud,

Polda Kaltim menyerahkan dokumen hasil penyidikan se-bagai bahan pemeriksaan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan ditemukannya fakta/bukti baru yang belum ditemukan pada saat pemeriksaan BPK sebelumnya yang telah disampaikan dalam LHP Nomor : 11C/S/XIV.15/2006 tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara.

Karena perhitungan kerugian negara bukan wewenang polisi, BPK diminta untuk mengaudit kerugian tersebut. Sebagai tindak lanjutnya BPK kemudian mengeluarkan Surat Tugas No. 120/ST/XIX.SMD/08/2009 tertanggal 11 agustus 2009) dengan memberikan tugas kepada : Widyat-mantoro selaku Penanggung Jawab, rusdiyanto, selaku ke-tua, Iwan Fajar Nugroho, selaku anggota Tim, Elliya Nurul Firdaus, selaku anggota Tim, dan al kausar, selaku anggota Tim.

Hasil perhitungan kerugian negara/daerah yang disu-sun berdasarkan standar pemeriksaan yang berlaku ditu-angkan dalam surat No.02/LHP/XIX.SMD/I/2010 tanggal 14 Januari 2010. Hasil itu selanjutnya diserahkan ke Polda Kaltim sebagai salah satu alat bukti untuk melengkapi alat-alat bukti lainya yang telah ditemukan oleh pihak Kepolisi-aan dari kegiatan penyidikannya.

PTUN Samarinda Tolak Gugatan ke BPK

25Warta BPK FEBrUarI 2011

22- 28 laporan khusus.indd 25 23/02/2011 19:31:15

Page 5: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

laporan KHUSUS

Pertimbangan Hakim.Majelis Hakim dalam pertim-

bangannya menyatakan bahwa fakta-fakta hukum itu mempunyai kaitan hukum dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Ketentuan Umum yang terdapat di dalam Bab I UU Nomor : 8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana, Pasal 1 angka 2 yang menyebutkan bahwa : Penyidikan adalah serangkaian tinda-kan penyidik dalam hal dan menurut acara yang diatur dalam UU ini untuk mencari serta mengumpulkan buki adanya tindak pidana dan menemu-kan tersangkanya.

Ketentuan Umum yang terdapat di dalam Bab I UU Nomor : 8 Tahun 1981, Pasal 1 angka 28 menyebutkan bahwa: Keterangan yang diberikan oleh seo-rang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksa.

Kententuan yang terdapat di dalam BaB XIV pada bagian kedua penyidi-kan, UU Nomor: 8 Tahun 1981, Pasal 120 ayat (1) yang menyebutkan: Da-lam hal penyidik menganggap perlu, dia dapat meminta pendapat ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus“.

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut di atas, Majelis Hakim ber-pendapat menurut hukum, obyek sengketa aquo dikeluarkan berdasar-kan adanya penyidikan yang dilakukan oleh polda Kalimantan Timur, di mana

dalam proses penyidikan tersebut telah ditetapkan tersangkanya.

Selanjutnya polda Kalimantan Ti-mur meminta kepada tergugat untuk memberikan keterangan ahli menge-nai perhitungan kerugian negara/da-erah atau pelaksanaan pembayaran belanja penunjang kegiatan Pimpi-nan/anggota DPrD Kabupaten Kutai Kertanegara anggaran 2005, yakni dalam hal terjadinya pembayaran gan-da atas kegiatan yang sama sebagai-mana tertuang di dalam Berita acara Kesimpulan Hasil Expose penyidikan perkara tindak korupsi tertanggal 10 Juni 2009.

Hal itu kemudian oleh tergugat di-tuangkan dalam bentuk tertulis beru-pa surat No : 02/LHP/XIX.SMD/I/2010 tanggal 14 januari 2010 tentang hasil pemeriksaan perhitungan kerugian negara/daerah atas perkara dugaan tindak pidana korupsi tersebut. Hasil ini digunakan tergugat sebagai bahan untuk memberikan keterangan berda-sarakan keahliannya.

adapun, tujuan pemeriksaan ahli digunakan sebagai salah satu alat buk-ti untuk melengkapi bukti lainnya yang telah ditemukan oleh pihak kepolisian dari kegiatan penyidikan yang dilaku-kannya.

Majelis hakim dalam pertim-bangannya menyatakan sependapat dengan pendapat M. Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul: Pem-bahasan Permasalahan dan Penerapan

KUHaP dalam penyidikan dan Penunt-utan, edisi kedua, yang diterbitkan Sinar Grafika, Jakarta 2009.

Pada halaman 146 disebutkan, pemeriksaan ahli tidak semutlak pe-meriksaan saksi. Mereka dipanggil dan diperiksa apabila penyidik ‘perlu ‘ untuk memeriksanya (Pasal 120 ayat (1). Dalam hal penyidik menganggap perlu, dia dapat meminta pendapat orang yang memiliki keahlian khusus. Maksud dan tujuan pemeriksaan ahli, agar peristiwa pidana yang terjadi bisa terungkap lebih terang .

Dengan adanya sandaran hukum itu, Majelis Hakim berpendapat, me-nurut hukum obyek sengketa aquo merupakan keputusan Tata usaha Ne-gara yang dikeluarkan KUHaP atau pe-raturan perundang-undangan lainnya yang bersifat hukum pidana. Oleh ka-renanya hal itu tidak termasuk dalam pengertiian keputusan tata usaha ne-gara sebagaimana diatur dalam Pasal 2 huruf (d) UU Nomor: 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara .

Berdasarkan rangkaian pertim-bangan hukum di atas, Majelis Hakim berkesimpulan karena obyek sengketa aquo tidak termasuk dalam pengerti-an keputusan tata usaha negara se-bagaimana diatur dalam Pasal 2 huruf (d) UU Nomor: 9 Tahun 2004 tentang perubahahan atas UU Nomor: 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka PTUN tidak berwenang mengadili sengketa yang bersangku-tan.

Dengan tidak adanya kewenangan PTUN mengadili sengketa itu, eksepsi yang diajukan tergugat menyangkut kompetensi absolut cukup beralasan dan berdasarkan hukum untuk dika-bulkan.

Selanjutnya dengan dikabulkan-nya eksepsi tergugat, mengenai pokok perkaranya tidak perlu dipertimbang-kan lebih lanjut dan gugatan pengg-ugat harus dinyatakan tidak diterima.

Berdasarkan pasal 110 UU No.5/ 1986 kepada penggugat harus dihu-kum untuk membayar perkara yang besarnya akan ditentukan dalam amar putusan ini. (bd)

n Gedung BPK RI perwakilan provinsi Kalimantan Timur

laporan KHUSUS

26 Warta BPKFEBrUarI 2011

22- 28 laporan khusus.indd 26 23/02/2011 19:31:17

Page 6: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

SEKaLIPUN gugatan pemilik CV Kencana yang di-tujukan kepada Pemkot Salatiga, BPK Perwakilan Yogyakarta, dan BPK Provinsi Jateng di Semarang masih dalam proses kasasi, titik terang bagi ke-menangan BPK di tingkat banding sudah terli-

hat.Pasalnya, Mahkamah agung yang menangani kasus pi-

dana Nugroho Budi Santoso telah mengeluarkan putusan pada akhir Januari. Keputusannya menguatkan putusan Pengadian Negeri (PN) Salatiga dan Pengadilan Tinggi (PT) Semarang. Padahal, dua putusan pidana inilah yang menjadi sandaran majelis hakim PN Salatiga untuk tidak menerima gugatan pemilik CV Kencana.

“Putusan pidana Ma tersebut akan segera kita sampa-ikan ke PT Semarang sebagai informasi tambahan terkait banding yang disampaikan pemilik CV Kencana. Karena pu-tusan kasasi Ma itu baru keluar, jadi tidak bisa dimasukkan pada contra memori banding,” ujar Plt Kadit LaBH LIH BPK achmad anang Hernady belum lama ini.

Munculnya gugatan dari pemilik CV Kencana di Salatiga tentu tak terlepas dari lilitan kasus korupsi yang melibat-kan mantan Kepala Dinas PU Kota Salatiga Saryono yang dituduh menilap dana pembangunan jalan alternatif argo-mulyo-Sidoredjo sekitar rp900 juta.

Karena ikut terseret-seret dalam kasus tersebut, ah-mad Yoga Prasetyo sebagai pemilik CV Kencana yang mendapatkan proyek itu dan Nugroho Budi Santoso selaku

pengelola keuangan CV Kencana melayang-kan gugatan kepada Pemkot Salatiga dan BPK.

Gugatan disampaikan melalui kuasa hu-kum Marthen H Toelle kepada PN Salatiga pada Februari 2010. ahmad Yoga dan Nug-roho sebagai penggugat I dan II dengan terg-ugat Pemkot Salatiga, BPK Perwakilan Yogya-karta, dan BPK Jateng di Semarang.

Marthen memaparkan selama proses pembangunan jalan tembus itu penggugat telah melaksanakan pekerjaan sesuai den-gan perjanjian. Pembangunan itu sendiri di bawah konsultan pengawasan CV Karya Sentosa sebagaimana tercantum dalam kont-rak. Bahkan, setelah pembangunan jalan se-lesai tepat waktu, pihak CV Kencana telah menyerahkan pekerjaan tersebut kepada Di-nas Pekerjaan Umum (DPU) Pemkot Salatiga sebagai pengguna anggaran daerah, beserta semua kelengkapan administrasinya.

Namun, 2 tahun kemudian, pada 2007, tiba-tiba mun-cul tagihan dan harus membayar atau mengembalikan uang sekitar rp 267 juta. Tagihan dilayangkan lantaran ada pekerjaan yang belum digarap. Tagihan itu didasarkan atas hasil audit BPK.

Penggugat menilai laporan kerugian negara yang dibuat BPK itu dinilai tidak tepat. Bahkan, penggugat menuding BPK melakukan perbuatan melawan hukum. alasannya, pertama, BPK melakukan pemeriksaan tanpa seizin peng-gugat. Kedua, pemeriksaan yang dilakukan BPK tidak di-dukung tenaga-tenaga ahli jasa konstruksi profesional yang bersertifikat dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJK) yang menggunakan Standar Nasional In-donesia (SNI). Ketiga, BPK adalah pihak yang berada di luar kontrak perjanjian.

Sementara itu, Pemkot Salatiga dinilai melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik, sesuai pasal 20 UU No. 32 Tahun 2004. Pemkot tidak memberikan jaminan akan adanya kepastian hukum dalam menjalankan dan mengakhiri kontrak perjanjian dalam pengerjaan proyek pembangunan jalan alternatif argomulyo – Sidorejo.

Berdasarkan dalil yang disampaikan itu penggugat me-nuntut agar Pemkot Salatiga sebagai Tergugat I membayar ganti rugi tunai sebesar rp5 miliar, dengan denda keter-lambatan pembayaran setiap hari sebesar rp1 juta.

BPK Yogyakarta dan BPK Jateng sebagai Tergugat II dan

Putusan Kasasi MA Merupakan Titik Terang bagi BPK

27Warta BPK FEBrUarI 2011

22- 28 laporan khusus.indd 27 23/02/2011 19:31:17

Page 7: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

laporan KHUSUS

III diharuskan membayar ganti rugi sebesar rp1 triliun dan rp5 miliar, denda keterlambatan setiap hari se-besar rp1 miliar. Denda berlaku sejak keputusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pertimbangan Majelis Hakim. Dalam pertimbangannya majelis

hakim yang diketuai Laurensius Bapa dibantu dua hakim anggota masing-masing adhi Satrija Nugroho dan Wu-ryanti memaparkan dalam gugatan-nya para penggugat telah mengajukan perubahan. Menambah posita ten-tang pengukuran dalam pemeriksaan setempat atas proyek pembangunan jalan alternatif argomulyo–Sidorejo, serta petitum mengenai pekerjaan melebihi kontrak.

Namun, setelah diteliti ternyata perubahan itu baru diajukan pada 14 Juni 2010, sekitar 4 bulan setelah gugatan didaftarkan secara resmi ke pengadilan yakni pada 22 Februari 2010. Berdasarkan fakta itu, majelis menganggap penambahan posita dan petitum menjadi tidak relevan dan ha-rus dikesampingkan.

adapun menyangkut pokok per-masalahan dalam perkara ini sesuai posita dan petitum gugatan, yang di-persoalkan para penggugat adalah hasil temuan Tergugat II dan Terg-

ugat III terhadap pelaksaan pekerjaan proyek pembangunan jalan itu, yang menurut hasil audit BPK berpontensi menimbulkan kerugian negara sebe-sar Rp267.674.933,52.

Terkait dengan kerugian negara yang didalilkan para penggugat itu ter-nyata telah menjadi perkara tersendiri, yakni perkara pidana Nomor : 16/Pid.B/2010/PN. Sal, di mana penggugat menjadi terdakwa dalam perkara itu yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Salatiga, pada 14 Juni 2010.

Inti materi hukum dalam putusan pidana PN Salatiga itu, majelis hakim telah mempertimbangkan hasil pe-meriksaan BPK sebagai dasar untuk menetapkan kerugian negara yang di-bebankan kepada para penggugat dan sekaligus menjadi fakta hukum dalam kasus korupsi yang didakwakan kepa-da para penggugat.

adapun perkara pidana korupsi yang didakwakan dilakukan oleh para penggugat tersebut, sampai saat putu-san PN Salatiga ini belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena masih dalam proses pemeriksaan ka-sasi di Ma.

Majelis dalam pertimbangannya juga memaparkan, setelah mengkaji putusan pidana PN Salatiga, dan kemu-dian dihubungkan dengan dalil guga-tan para penggugat dalam perkara ini,

ternyata kedua perkara itu mempu-nyai subyek ( pelaku/penggugat uta-ma) yaitu penggugat obyek perkara yang permasalahannya masih dalam proses pemerikasaan kasasi di Ma.

Memperhatikan fakta prosedu-ril yang demikian itu, majelis ber-pendapat para penggugat seharusnya menunggu selesainya proses pemerik-saan perkara pidana hingga mempu-nyai kekuatan hukum tetap. Setelah itu baru mengajukan gugatan ganti rugi dengan dasar dalil Perbuatan Melawan Hukum. Pasalnya, bila cara penyelesa-ian yang menjadi tututan dikabulkan, hal itu akan mengacaukan lalu lintas ketertiban hukum dalam penyelesaian perkara di peradilan.

Oleh karena pokok permasalahan yang didalilkan para penggugat da-lam perkara ini sudah diperiksa dan diputus terlebih dahulu dalam perka-ra pidana No. 16/Pid.B/2010/PN. Sal Jo No : 304/Pid/2010/PT.Smg dan perkara pidana itu, sementara dalam proses pemeriksaan kasasi, untuk menghindari adanya putusan yang saling bertentangan yang dapat ber-implikasi pada ketidakpastian hukum, tanpa perlu memeriksa dan memper-timbangkan lebih lanjut materi pokok perkara ini, gugatan para penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima ( Niet Onvankelijk Verklaard). (bd)

Tindakan PreventifGuna meminimalisir terjadinya gugatan terhadap LHP BPK, tindakan preventif perlu dilakukan.

1. analisis dalam LHP harus didasarkan atas dokumen, bukan hasil dugaan atau judgement subjektif pemeriksa.2. Pelaksanaan pemeriksaan dan penyusunan LHP sesuai SPKN, PMP, Kode Etik, Juklak dan Juknis Pemeriksaan3. Memaksimalkan fungsi kontrol oleh organisasi

pemeriksaan BPK (Badan, Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, dan seterusnya).4. LHP hanya menyebutkan nama jabatan, tanpa menyebutkan nama.5. Penggunaan KrITErIa dalam LHP harus memperhatikan asas perundang-undangan.6. Konsistensi struktur temuan atas fakta atau kasus yang sama, dengan memperhatikan pembaharuan peraturan perundangundangan.7. Penggunaan bahasa yang baku yang tidak menimbulkan multitafsir.8. Dokumen sebagai Kertas Kerja Pemeriksaan harus disusun secara lengkap dan berisi data valid karena sewaktu-waktu dapat digunakan untuk memperkuat argumentasi dalam proses penegakan hukum. q Hendar ristriawan

laporan KHUSUS

28 Warta BPKFEBrUarI 2011

22- 28 laporan khusus.indd 28 23/02/2011 19:31:17

Page 8: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

WAWANCARA

BeBerapa pimpi-nan lembaga nega-ra, termasuk Mah-kamah Konstitusi (MK) telah menja-

lin kerja sama di bidang akses data dengan Badan pemeriksa Keuangan (BpK). Dengan ada-nya akses data ini nantinya akan tercipta sistem pengelolaan ke-uangan negara yang transparan dan akuntabel. Dengan begitu. BpK memiliki peran yang cukup strategis dalam mencegah dan memberantas korupsi. MK meng-harapkan setiap temuan BpK yang berindikasi pelanggaran hukum seharusnya ditindaklan-juti oleh aparat penegak hukum. Lantas bagaimana kesiapan MK menciptakan sistem pengelolan keuangan negara yang bersih dan bagaimana peran BpK kede-pan, berikut petikan wawancara dengan Ketua MK Mahfud MD di kantornya belum lama ini.

MK dan beberapa lembaga negara telah menandatangani kerja sama mengenai pengel-olaan akses data dengan BPK. Tanggapan Anda?

Saya kira kerja sama ini sangat bagus. Tidak hanya saja bagi BpK tetapi juga untuk MK. Dalam pertemuan dengan ke-pala lembaga negara beberapa waktu lalu, saya pernah me-nyampaikan bahwa kita sebagai ketua lembaga negara sebenar-

Ketua Mahkamah Konstitusi

Mahfud MD

‘BPK harus Berani ungkap Temuannya ke Publik’

29Warta BPK FeBrUarI 2011

29 - 31 wawancara.indd 29 23/02/2011 19:33:13

Page 9: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

WAWANCARA

nya merupakan satu tim. Dan seharusnya bekerjasama un-tuk mencapai tujuan mensejahterakan rakyat. Oleh karena itu setiap lembaga negara, baik itu MK, BpK, Ma, presiden, Dpr, DpD, maupun Mpr tidak boleh dipandang sebagai lembaga yang saling mencari kesalahan.

artinya, MK misalnya tidak boleh mencari kesalahan BpK atau sebaliknya. Sebab kita satu tim yang mempunyai tujuan yang sama. Dengan begitu check and balance untuk mencapai tujuan bersama, bukan saling menghantam.

Sejauh mana pentingnya kerja sama akses data ini?Dengan adanya kerja sama di bidang akses data ini,

secara cepat BpK akan mengetahui informasi mengenai pengelolaan keuangan negara sesuai dengan fungsi kons-titusionalnya. artinya, kerja sama ini memiliki kepentingan untuk mengamankan pengelolaan keuangan negara guna kemakmuran rakyat.

Selain itu, kerja sama ini juga memiliki untuk kepentin-gan tindakan preventif. Dengan adanya kemudahan akses data pengelolaan keuangan negara suatu intansi oleh BpK, akan lebih cepat diketahui bila ada penyalahagunaan keuangan ne-gara. Namun, kemudahan akses data keuangan ini juga sebagai tindakan represif. Misalnya, dalam pengelolaan keuangan negara yang tidak cocok atau bertentangan dengan peraturan, bisa dilakukan langkah-langkah hukum atau langkah penertiban.

Apa manfaat yang bisa diperoleh dari kerja sama ini?

Saya kira banyak manfaatnya. Salah satunya dapat dijadikan sebagai upaya preventif dalam mengelola keuangan negara. Tentu saja bila ada kejanggalan akan lebih cepat diketahui dan dapat dilakukan tindakan represif. apalagi, selama 4 tahun terakhir kami selalu mendapat opini Wajar Tanpa pengecu-alian (WTp). Bagi internal MK kerja sama ini sebagai upaya menjaga prestasi opini itu. Walaupun sebenarnya bagi MK dalam soal penggunaan keuangan negara bukan untuk pe-merintahan tetapi untuk peradilan.

Bagaimana kesiapan MK dalam implementasi kerja sama ini?

Kerja sama yang dibangun dengan BpK menyangkut pengelolaan akses data. Dengan begitu, kesiapan kami secara perangkat keras sudah ada. Hanya saja, dalam imp-lementasinya tinggal dilakukan penyesuaian dengan soft-ware yang dimiliki BpK. Saya sudah menginstruksikan ke Sekretaris jenderal (Sekjen) untuk menyusun langkah kongkrit menindaklanjuti kerja sama ini. Selain itu, saya juga meminta Sekjen untuk melaporkan tindak lanjut dari kerja sama data elektronik. Bagi MK, mungkin tindak lanjut

kerjasama ini tidak secara langsung. Namun, bagi lembaga negara seperti Dpr, sebagai lembaga pengawas , informasi elektronik itu sangat berguna. Begitu juga bagi pemerintah, sebagai upaya untuk mengawasi dirinya sendiri.

Kerja sama pengelolaan akses data ini membutuh-kan keamanan data. Tanggapan Anda mengenai hal ini?

Saya kira keamanan data ini menjadi sangat penting. apalagi menyangkut data keuangan. Saya kira perlu dibuat rambu-rambu khusus dalam tahapan implementasi. Se-bagai contoh yang paling sederhana, misalnya untuk kea-manan data masing-masing lembaga memiliki password untuk akses data. Ini bertujuan agar data itu tidak disalah-gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan menyalahgunakan informasi tersebut,.

Apakah sudah ada kesepakatan antarlembaga men-genai pembatasan data yang bisa diakses?

pada pertemuan antara pimpinan lembaga negara belum membicarakan secara teknis mengenai pembatasan data yang bisa diakses. Tentunya BpK lebih tahu soal pembatasan data. Kita hanya mengikuti saja apa yang menjadi ketentuan BpK.

Kendala yang mungkin timbul dalam implementasi kerja sama ini?

Saya kira kendala utamanya pada kesiapan perangkat keras. pasalnya, kemampuan teknologi informasi (TI) masing-masing lembaga beragam. Ken-dala lain yakni soal sumber daya ma-nusia TI harus memiliki kemampuan yang mumpuni. Namun, bukan hanya memiliki pengetahuan tetapi juga ha-rus orang-orang yang bertanggungja-wab.

Artinya SDM BPK yang akan mengelola data harus mumpuni dan memiliki integritas?

Saya kira BpK harus menentukan kriteria khusus siapa yang boleh menjadi operator akses data tersebut. Kalau di pengadilan panitera yang disumpah. Begitu juga tenaga TI di BpK, sebaiknya disumpah untuk tidak menyalahgunakan data selain untuk keperluan audit. Kalaupun ada yang me-langgar juga perlu dikenai sanksi tegas.

Tidak sedikit temuan BPK mengenai dugaan peny-impangan pengelolaan keuangan negara. Tanggapan Anda?

Saya kira apa yang dilakukan BpK sekarang ini sudah baik sekali. Banyak temuan yang dijadikan aparat penegak hukum untuk menyelidiki kasus korupsi. Itu sesuatu kemajuan untuk memposisikan BpK sebagai lembaga yang juga berperan dalam membangun negara yang bersih. Ini sangat berbeda dengan BpK era Orde Baru.

’’BPK harus menentukan kriteria khusus siapa yang boleh menjadi operator akses data

tersebut. Kalau di pengadilan panitera

yang disumpah. Begitu juga tenaga

TI di BPK, sebaiknya disumpah untuk tidak

menyalahgunakan data selain untuk keperluan

audit. Kalaupun ada yang melanggar juga perlu dikenai sanksi tegas.’’

30 Warta BPKFeBrUarI 2011

29 - 31 wawancara.indd 30 23/02/2011 19:33:14

Page 10: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

pada zaman Orba, BpK adalah institusi yang lemah. Waktu itu lembaga ini hanya mengaudit tidak lebih dari 5% dari seluruh apBN. Sehingga banyak penggunaan keu-angan negara yang tidak teraudit. Hal ini disebabkan situ-asi politik yang otoriter. Namun, sekarang ini BpK sudah memiliki kewenangan yang besar untuk mengaudit seluruh instansi yang menggunakan keuangan negara. Itu sudah diatur dalam amendemen konstitusi, yang memberikan kewenangan penuh kepada BpK untuk mengaudit seluruh apBN dan apBD. Ini suatu kemajuan.

Seharusnya seperti di negara lain, ketua BpK menjadi orang nomor dua di negara karena mengawasi penggunaan keuangan.

Banyak rekomendasi BPK yang tidak ditindaklan-juti, tanggapan Anda?

Itulah persoalannya. Sekarang ini implementasi dari

temuan itu yang tidak ditindaklnjuti. penyebabnya karena kendala politik. Dulu politiknya otoriter, sekarang terlalu liberal. Saya mengharapkan masalah keuangan negara ha-rus menjadi komitmen bersama. artinya, semua pimpinan lembaga negara, pimpinan partai politik, harus sepakat dalam satu hal. Setiap temuan BpK yang berindikasi pe-langgaran hukum harus segera di tidaklanjuti dan tidak bo-leh dihalangi oleh siapapun . Dengan begitu akan tercipta perasaan bersalah, takut untuk melakukan penghambatan terhadap setiap langkah hukum yang akan diambil oleh aparat penegak hukum berdasarkan temuan BpK. Ini pen-ting karena kadangkala aparat penegak hukum itu dike-pung oleh politik. Kalau persoalan ini tidak segera diatasi negara ini tidak akan maju dalam pemberantasan korupsi.

Bagaimanaa Anda melihat pemberantasan korupsi

sekarang ini?Saya melihat adanya hambatan politik terhadap lang-

kah hukum. padahal, setiap adanya dugaan penyimpangan keuangan negara diperlukan langkah-langkah hukum terhadap temuan tersebut. Namun, kenyataannya sering dipolitisasi. BpK harus berani berbicara di publik secara terbuka mengenai temuannya.

Saya melihat BpK tidak berusaha menjernihkan masa-lah itu, mungkin karena kerikuhan atau ketakutan politik. Kalau boleh saya usul BpK harus berani sebab temuan-te-muan itu harus diungkap.

Apakah posisi BPK sudah cukup kuat untuk men-gungkap adanya penyimpangan pengelolaan keuangan negara?

Saat ini posisi konstitusional BpK sangat kuat. Terbukti, ketika seringkali orang bicara soal ketidakberesan pengel-

olaan keuangan negara, biasanya merujuk pada BpK. Ini bagus. pasalnya, tujuan membentuk institusi ini memang untuk itu. BpK bisa bicara sesuai dengan kapasitas dan kebenaran.

Bagaimana sebaiknya peran BPK dalam pemberan-tasan korupsi?

Sebetulnya, kita melakukan reformasi itu untuk mem-berantas korupsi. artinya, ditinjau dari sudut politik, eko-nomi, hukum, sosial dan budaya . reformasi itu untuk memberantas korupsi. Oleh karena itu, ketika kita harus memberikan penguatan kepada BpK sebagai intitusi ne-gara bertujuan agar BpK berperan untuk mengawasi pen-gelolaan keuangan negara agar korupsi berhenti. Baik itu sifanya represif maupun preventif . BpK tidak perlu takut untuk mengungkap penyelewengan. (bw/and)

31Warta BPK FeBrUarI 2011

29 - 31 wawancara.indd 31 23/02/2011 19:33:16

Page 11: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

Kerja keras anggota Komisi II DPr membuahkan hasil. Setelah ham-pir 3 hari melakukan uji kepatuhan dan kelayakan terhadap 18 calon anggota Ombudsman, akhirnya pada 19 januari, para wakil rakyat itu menetapkan sembilan anggota Ombudsman. Mereka

adalah azlaini agus, Budi Santoso, Danang Girindrawardana, Ibnu Tri Nur-cahyo, Hendra Nurcahyo, Khoirul anwar, Petrus Beda Peduli, Pranowo, dan Kartini Istiqamah. Tak Cuma anggota, komisi II juga telah memilih Danang Girindrawardana sebagai Ketua Ombudsman dan azlaini agus sebagai Wakil Ketua.

Tugas berat pun sudah menanti. Mengapa? Ini lantaran negara kita dike-nal dengan penataan birokrasi paling buruk kedua se-asia (survei PerC juni 2010). Dan akan diperberat dengan kenyataan bahwa kewenangan Ombuds-man masih sangat minim. Di sisi lain, lembaga ini pun belum populer di tel-inga masyarakat. Bayangkan meski telah berdiri 10 tahun, masyarakat masih kurang akrab dengan nama Ombudsman dan kewenangannya.

Sembilan Pendekar Pelayan Publik Terpilih

Komisi II DPR telah menetapkan sembilan

anggota Ombudsman yang baru.Tugas berat

untuk membenahi birokrasi Indonesia yang

terburuk kedua di Asia sudah menghadang para

pendekar pelayanan publik ini.

(dari kiri atas searah jarum jam) Ketua merangkap anggota Ombudsman RI, Danang Girindrawardana, Wakil

Ketua merangkap anggota, Azlaini Agus, Anggota Budi Santoso, Ibnu Tri Cahyo, Petrus Beda Peduli, Hendra Nurtjahjo,

Pranowo Dahlan, Muhammad Khoirul Anwar dan Kartini Istikomah

32 Warta BPKFeBrUarI 2011

antar lembaga antar lembaga

32 - 39 antar lembaga.indd 32 23/02/2011 19:36:56

Page 12: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

Ketua Ombudsman Danang Gir-indrawardana mengakui bahwa tan-tangan ke depan cukup besar. Dia menargetkan dalam 3 tahun akan menjalankan secara maksimal UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman dan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Menyinggung mengenai masih perlunya penguatan kewenangan Om-budsman, Danang justru menampik. alasannya, bila UU itu dijalankan secara maksimal sudah dapat mem-benahi buruknya sektor pelayana publik. Menurut UU, kewenangan lembaga hanya sebatas memberikan rekomendasi bila ada lembaga atau pejabat publik yang melaksanakan pelayanan secara kurang baik. al-hasil, dalam praktiknya ternyata rekomendasi yang dihasilkan malah sering diabaikan.

Danang menilai UU yang ada sudah cukup bisa mengatur. Per-timbangannya, Ombudsman mem-punyai kewenangan mempublika-sikan rekomendasi itu ke media massa. “Kewenangan mempublika-sikan pelayanan publik yang buruk, adalah kewenangan tertinggi. Sanksi moral yang tinggi. jadi, masyarakat jangan lagi memilih kepala daerah yang pelayanan publiknya jelek,” tegasnya.

anggota Komisi II DPr almuzam-mil Yusuf berpandangan untuk mem-perbaiki buruknya kualitas birokrasi di Indonesia merupakan tanggung-jawab bersama-sama antara Pemer-intah, DPr, dan Ombudsman.

“Meski begitu, tanggung jawab be-sar bagi anggota Ombudsman dalam mengawasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang bebas dari KKN, transparan, efektif dan efisien,” papar

Menurut dia, dibandingkan den-gan negara Malaysia, Filipina, Viet-nam, dan Thailand kualitas birokrasi Indonesia maih jauh tertinggal. Untuk itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengharapkan anggota Ombuds-man yang baru harus cerdas, kreatif, guna membenahi sekotor apapun

pelayanan publik. almuzammil tidak menampik

jika pembenahan birokrasi di negara ini bukan pekerjaan mudah. apalagi, anggaran untuk mengawasi peny-elenggaraan negara dan pemerintah baik di pusat maupun di daerah ma-sih sangat kecil. Dia berharap para

anggota yang baru harus bisa lebih kreatif memaksimalkan anggaran.

Sejatinya Ombudsman meru-pakan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik. Ombudsman ber-tugas mengawasi layanan publik yang dilaksanakan penyelenggara negara dan pemerintahan. Wewenang Om-budsman untuk mengawasi pelayan-an publik kembali dipertegas dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelay-anan Publik.

Kurang maksimalNamun, sayangnya dalam perjala-

nannya Ombudsman banyak menunai pesoalan. Lembaga ini mewarisi se-jarah panjang yang tak mulus meski lembaga ini lahir di awal reformasi. Kiprahnya pun tertatih-tatih.

Semula, Ombudsman bernama Komisi Ombudsman Nasional (KON). Komisi ini dibentuk pada 20 Ma-ret 2000 berdasarkan Keputusan

Presiden No. 44 Tahun 2000. KON dibentuk untuk mengawasi proses pemberian pelayanan umum oleh penyelenggara negara guna mence-gah dan mengatasi maladministrasi di lembaga negara. Setiap tahun, KON melaporkan rekomendasi ketidak-beresan birokrasi. Institusi penegak hukum paling banyak mendapat so-rotan.

Selama lebih dari 7 tahun berdiri, KON menghadapi banyak persoalan. Salah satunya mengenai kelengkapan anggota. Pada awal komposisi KON terdiri dari antonius Sujata, CFG Su-naryati Hartono, Bagir Manan, Teten Masduki, Sri Urip, rM Surachman, Pr-adjoto, KH Masdar F. Mas’udi. Dalam perjalanannya, Pradjoto dan Sri Urip mengundurkan diri karena bekerja di tempat lain. Langkah serupa diambil Bagir Manan karena terpilih sebagai hakim agung.

Untuk mengisi kekosongan itu, pada 2003 diangkat anggota baru yai-tu erna Sofwan Sjukrie yang mantan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi jakar-ta. Namun, penggantian ini tak me-nyelesaikan persoalan. Selain karena faktor kesehatan sebagian anggota, kesibukan anggota lain berkarya di tempat lain tak bisa diabaikan. Perso-alan lain, terkait tata hubungan den-gan instansi penyelenggara negara. Pasalnya, banyak rekomendasi KON tak mendapat respons.

Seiring perjalanan waktu, eksis-tensi KON kian dikenal. Untuk mem-perluas jangkauan, KON membentuk kantor perwakilan di wilayah Yogya-karta, jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggaran Timur, dan Sumatra Utara.

Hasilnya, sepanjang 2007, kantor perwakilan Ombudsman di beberapa daerah kebanjiran pengaduan. Kan-tor perwakilan Ombudsman di Ku-pang, Nusa Tenggara Timur, misalnya tercatat ada 144 pengaduan masyara-kat. Sementara di Yogyakarta tercatat ada 223 pengaduan. Tentu saja hal ini menunjukan masih adanya harapan masyarakat terhadap Ombudsman.

(bw)

n Danang Girindrawardana

33Warta BPK FeBrUarI 2011

32 - 39 antar lembaga.indd 33 23/02/2011 19:36:56

Page 13: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

34 Warta BPKFeBrUarI 2011

antar lembaga

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menggagas untuk membuat pusat data. Dengan adanya pusat data ini nantinya BPK bisa melakukan pengawasan dan audit ber-basis teknologi informasi. Untuk mewujudkan itu, bebera-pa waktu lalu BPK telah menjalin kerja sama di bidang ak-ses data kepada seluruh lembaga negara. Ini diwujudkan dengan penandatnganan nota kesepahaman antara BPK dengan beberapa lembaga negara. Salah satunya dengan Komisi Yudisial.

Ketua Komisi Yudisial (KY) eman Suparman menga-takan kerja sama akses data antara lembaga yang dip-impinya dengan BPK merupakan langkah maju untuk mewujudkan sistem pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel. “Saya menyambut baik kerja

sama ini,” jelasnya kepada Warta BPK di ruang kerjanya belum lama ini.

Menurut dia, pengelolaan keuangan negara yang transparan sudah menjadi tuntutan. Pasalnya, dengan adanya transparansi dalam penggunaan keuangan negara dapat menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. eman berjanji akan melakukan pengawasan se-cara intensif terhadap penggunaan anggaran. “Paling ti-dak dengan adanya pengawasan tersebut, orang akan lebih berhati-hati dalam menggunakan keuangan negara,” tegasnya.

Dia menilai langkah BPK menggunakan teknologi informasi merupakan langkah strategis. apalagi, BPK didukung penuh oleh UU untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara, baik di pemerin-tah pusat maupun daerah, lembaga negara, kementerian, maupun BUMN.

Dalam pandangan eman, kerja sama akses data yang telah dibangun KY dengan BPK banyak memberikan man-faat. Salah satunya, lembaganya memiliki rambu-rambu dan aturan dalam pengelolaan kuangaan negara.

“Dengan begitu akan mengetahui batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar oleh Komisi Yudisial dalam mengelola anggaran Negara. ada atau tidak kerja sama ini sudah seyogyanya BPK melakukan pemeriksaan. arti-nya, wajar kalau pengelolaan keuangan negara diperiksa oleh lembaga yang memang berfungsi melakukan peme-riksaan,” ujarnya.

Hanya saja, dalam pandangan eman, untuk mewu-judkan kerja sama akses data ini juga tidak mudah. apa-lagi, menggunakan basis TI yang membutuhkan kesiapan khusus, termasuk sumber daya manusia dan perangkat teknologinya.

Untuk memperkuat kerja sama, lembaga yang disah-kan di jakarta pada 13 agustus 2004 ini menggandeng sejumlah tenaga di bidang TI. Seiring dengan itu, menu-

Ketua Komisi Yudisial, Eman Suparman

BPK Perlu Membuat Rumusan Mencegah KorupsiUntuk mengurangi praktik korupsi Badan Pemeriksa Keuangan perlu memeriksa praktik penyelewengan keuangan Negara. BPK harus membuat rumusan yang komprehensif untuk mencegah korupsi.

n Eman Suparman

antar lembaga

32 - 39 antar lembaga.indd 34 23/02/2011 19:36:57

Page 14: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

35Warta BPK FeBrUarI 2011

rut dia, KY juga bermaksud menguat-kan basis TI di lembaganya. Bahkan, dia berencana untuk membangun sistem TI mengenai data base hakim. Tujuannya, untuk mengetahui jejak rekam para hakim.

Dengan begitu, lanjut eman, nantinya penguatan TI di KY tidak hanya basis data hakim, akan tetapi juga termasuk akses data pengelo-laan keuangan negara. “Bagi saya ba-sis TI ini penting untuk mewujudkan transparansi.”

Dia mengingatkan bahwa KY se-bagai salah satu lembaga negara me-miliki tugas untuk melakukan penga-wasan terhadap badan peradilan, termasuk menjaga martabat hakim. Untuk menjalankan tugasnya terse-but, komisi ini juga mengelola keua-ngan negara.

“Dengan adanya kerja sama ini akan lebih memudahkan BPK un-tuk melakukan pengawasan ter-hadap pengelolaan keuangan negara di Komisi Yudisial. apalagi selama beberapa tahun ini, kami selalu mendapat opini Wajar Tanpa Penge-cualian. Ke depannya tinggal mem-pertahankan opini itu,” katanya.

Meski begitu, eman mengharap-kan BPK untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pembinaan menge-nai pengelolaan keuangan negara termasuk di Komisi Yudisial. Paling tidak, lanjutnya, dengan adanya kerja sama akses data ini lembaga negara dapat mengelola uang negara lebih transparan dan akuntabel.

Harapannya ke depan, semua lembaga negara dapat menyandang predikat WTP. Pasalnya, untuk mem-peroleh opini itu juga ditentukan oleh bagaimana sistem pengelolaan uang negara di lembaga itu. “Bila pengelo-laanya bagus, sesuai dengan UU tentu akan memperoleh predikat WTP,” tegasnya.

eman juga sepakat mengenai perlunya publikasi terhadap laporan pengelolaan uang negara. Dia hanya mengingatkan dalam mempublikasi laporang keuangan itu, seyogyanya BPK menghormati azas praduga tak

bersalah. artinya, data yang akan di-publikasikan BPK harus benar-benar data keuangan negara yang sudah menjadi milik publik.

“Kalaupun berupa laporan keuangan, harus yang sudah tuntas. Sehingga data itu tidak dimanfaatkan oleh pihak lain yang tidak bertang-gungjawab,” paparnya.

Cegah korupsiMenurut dia, persoalan korupsi di

Indonesia memang tak kunjung tun-tas. Padahal, katanya, pengertian ko-rupsi telah didefinisikan begitu luas. Di mata dia, korupsi bukan hanya mengambi uang negara tetapi juga memperkaya orang lain. Meski be-gitu, dia menyayangkan masih ber-langsungnya praktik-praktik tercela, termasuk penyelewengan uang nega-ra. Hal ini terjadi lantaran ada ke-cenderungan moral seseorang yang serakah. eman berharap BPK tidak hanya memeriksa penggunaan uang negara tetapi juga memeriksa prak-tik-praktik penyelewengan.

Selain itu, paparnya, terjadinya korupsi juga lantaran adanya pe-luang. Seperti celah yang begitu long-gar dalam menentukan penggunaan uang negara. Untuk itu, BPK harus membuat rumusan secara kompre-hensif guna mencegah orang untuk tidak korupsi.

eman mengakui kinerja BPK sela-ma ini sudah sangat baik. Ini terbukti dari banyaknya temuan BPK menge-nai dugaan penyimpangan keuangan negara. Bahkan, temuan BPK yang di-kualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi menjadi kewenangan hakim Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). “Selama ini, hakim Tipikor semangat menghukum sehingga temuan BPK yang ditindaklanjuti penegak hukum itu dengan semangat,” kata eman.

Dia juga mengharapkan BPK bisa memberikan alat bukti yang men-cukupi apabila menemukan adanya dugaan penyimpangan penggunaan anggaran. jika temuan BPK tidak dilengkapi alat bukti yang cukup, salah-salah orang akan dianggap melakukan penyimpangan dan akan menjadi obyek penyidikan KPK. “Oleh karena itu, BPK juga mesti hati-hati. Kalau tidak akan merugikan orang,” kata eman.

BPK ke depan, sarannya, perlu menyiapkan SDM yang handal me-madukan keahliannya dengan pema-haman TI yang mumpuni. Pasalnya, dengan penguasaan TI tersebut akan mempermudah kerja BPK. Namun yang lebih penting, lembaga audit ini tidak terkontaminasi oleh pengaruh politik dan tetap menjaga indepen-densi. (bw/bd)

32 - 39 antar lembaga.indd 35 23/02/2011 19:36:58

Page 15: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

36 Warta BPKFeBrUarI 2011

antar lembaga

PaDa akhir januari bisa dikatakan se-bagai tonggak bersejarah bagi sistem ketatanegaraan Indonesia. Mahka-mah Konstitusi (MK) memutuskan

Undang-Undang No.6 Tahun 1954 tentang Penetapan Hak angket DPr tidak berlaku. UU itu merupakan salah satu peninggalan tata hu-kum zaman Presiden Soekarno.

Keputusan MK itu merupakan hasil dari kesepakatan yang diambil sembilan hakim MK dalam rapat Permusyawaratan Hakim (rPH) pada 26 januari. rapat menyimpulkan bahwa UU No.6 Tahun 1954 bertentangan dengan UUD 1945. UU ini juga dinilai tidak mempu-nyai kekuatan hukum mengikat.

MK menilai UU ini tidak dapat diteruskan karena terdapat perbedaan sistem pemerinta-han yang dianut dari konstitusi yang menda-sarinya. Tidak sesuai dengan zamannya lagi, begitu bahasa sederhananya.

Proses pembentukan UU ini sendiri kons-titusional karena sesuai dengan UUDS 1950. Namun, materi muatan UU Hak angket itu

berhubungan dengan terjadinya pe-rubahan sistem pemerintahan ber-dasarkan konstitusi yang berlaku kala itu.

Pembentukannya mengacu pada sistem parlementer yang dianut UUDS 1950. Misalnya, aturan yang memberikan perlindungan atau kepastian hukum terhadap panitia angket, jika Presiden membubarkan DPr sebagaimana diatur dalam Pasal 28 UU Hak angket itu.

aturan itu jelas tidak sejalan dengan UUD 1945 yang menganut sistem presidensial atau presiden tidak bisa membubarkan DPr. Meski Pasal 1 aturan Peralihan UUD 1945 mengakui segala aturan yang ada sebelum ada perubahan, tetapi UU angket itu tidak dapat diteruskan

keberlakuannya karena perbedaan sistem pe-merintahan.

Selain itu, tata cara dan mekanisme ker-ja panitia angket yang diatur dalam UU Hak angket, juga diatur dalam UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPr, DPr, DPD, dan DPrD. Menurut MK, jika UU Hak angket dipertahan-kan akan menimbulkan ketidakpastian hukum yang justru bertentangan dengan UUD 1945.

Dengan tak berlakunya UU itu, pembentu-kan dan pelaksanaan hak angket hanya men-gacu pada aturan yang lebih baru yakni UU No.27 Tahun 2009 tentang MPr, DPr, DPD, dan DPrD.

Berakhirnya masa berlaku UU No. 6 Tahun 1954 ini merupakan hasil judicial review atau uji materi yang diajukan Dosen Universitas atmajaya Bambang Supriyanto, aryani artisari, jose Dima Satria, dan aristya agung Setiawan. Permohonan uji materi mereka tercatat dalam Perkara Nomor 7/PUU-VIII/2010 dan 8/PUU-VIII/2010.

MK Cabut Undang-Undang Angket DPR

antar lembaga

32 - 39 antar lembaga.indd 36 23/02/2011 19:36:58

Page 16: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

37Warta BPK FeBrUarI 2011

adapun undang-undang yang diuji materikan kepada MK adalah UU Hak angket dan Pasal 77 ayat (3) UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPr, DPr, DPD, dan DPrD yang juga mengatur hak angket. Mereka meminta MK mem-batalkan UU Hak angket dan Pasal 77 ayat (3) UU MD3 karena bertentangan dengan UUD 1945.

Mereka beralasan selain terjadi dualisme peraturan, banyak substan-si UU Hak angket yang tidak relevan dengan hak angket yang diatur dalam UU No. 27 Tahun 2009. Selain itu, ke-beradaan hak angket mengakibatkan

perpolitikan menjadi labil. akibatnya, muncul ketidakpastian hukum yang berpengaruh terhadap simpatisan partai politik dan kepemimpinan pe-merintahan SBY-Boediono.

Secara spesifik, mereka juga me-nilai penggunaan hak angket dalam kasus Bank Century telah melanggar HaM karena peristiwa itu terjadi saat pemerintahan SBY periode pertama. Penggunaan hak angket seharusnya mengacu pada Pasal 7 dan Pasal 22 e ayat (1), (2) UUD 1945 dan pada pe-merintahan serta DPr periode yang sama.

Sementara dalam uji materi Pasal 77 ayat (3) UU No. 27 Tahun 2009, yang juga mengatur hak angket, Mahkamah menilai bahwa pemohon tidak memili-ki legal standing (kedudukan hukum). Sebab, tidak ada kerugian konstitusio-nal yang dialami para pemohon den-gan berlakunya pasal itu.

Menurut MK, pihak yang dirugikan oleh penggunaan hak angket oleh DPr adalah Presiden SBY, bukan pemohon. Persoalan penggunaan hak angket le-bih tepat diajukan dalam sengkerta kewenangan antarlembaga negara yakni Presiden dan DPr. (and)

32 - 39 antar lembaga.indd 37 23/02/2011 19:36:58

Page 17: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

38 Warta BPKFeBrUarI 2011

antar lembaga

BPK berencana menerapkan e-audit dalam meme-riksa laporan keuangan kementerian/lembaga milik pemerintah. Gagasan ini mendapat sam-butan hangat dari sejumlah kalangan. Mereka

beranggapan sudah saatnya BPK menerapkan pola seperti e-audit seiring dengan pesatnya kemajuan di bidang tekno-logi informasi (TI). Namun, mereka juga wanti-wanti agar dalam implementasinya tetap menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian.

Peringatan itu beralasan, lantaran teknologi yang ber-basis TI ini dapat diubah, dicuri, atau bahkan direkayasa dengan gampang. Boleh dikata semudah membalikkan telapak tangan.

Oleh karena itu, untuk mencegahnya diperlukan ski-ll tertentu guna mengetahui dan memastikan kebenaran data-data yang diajukan. Selain itu, harus dipahami jika

dalam melakukan e-audit yang dibutuhkan bukan hanya hardware, software, yang tak kalah penting adalah kecer-matan dan brainware.

“Banyak yang menganggap prioritas di bidang TI itu pada hardware, software. Kedua hal itu memang penting, tetapi jauh lebih penting lagi adalah kemampuan SDM. Membaca transaksi electronik memerlukan skill tertentu. Karena yang namanya angka secara elekctronik itu bisa diubah atau direkayasa. Teknologi dapat dipelesetkan se-mudah membalik telapak tangan,” papar roy Suryo Noto Diprodjo, anggota Komisi X DPr, kepada Warta BPK, di ja-karta, belum lama ini.

Menurut dia, pola atau sistem seperti e-audit memang sudah menjadi tuntutan zaman. roy menyambut baik upaya BPK untuk melakukan modernisasi dengan melaksanakan e-audit. “Saya appreciate upaya BPK ini. Itu memang sudah suatu tuntutan,” tandasnya.

apalagi, ucap roy yang ikut membidani lahirnya UU ITe, kita juga memiliki UU yang terkait dengan hal tersebut yaitu Undang-undang Informasi dan Transaksi elektronik). Dengan adanya UU itu informasi dan dokumen elektronik sudah bisa menjadi alat bukti hukum yang sah yang tertu-ang dalam pasal 5.

Peraturan lain yaitu UU No. 14 Tahun 2008 tentang Ke-terbukaan Informasi Publik (KIP). Meski undang-undang ini mengatur keterbukaan informasi, tetapi ada penge-cualian bagi ‘pekerjaan’ BPK, yakni pasal 17. “Pasal inilah yang menjadi dasar hukum bagi BPK dalam melaksanakan tugas,” kata roy.

Menurut dia, di era keterbukaan ini, banyak orang yang menganggap segala sesuatu harus terbuka. Padahal, tidak semua hal bisa dibuka, termasuk dalam melaksanakan au-dit.

“Pada pasal 17 merupakan pengecualian. Dengan ada-nya pasal ini, BPK bisa firm, termasuk soal audit dan lapo-ran yang sifatnya masih internal dan belum layak dibuka,” ujar pakar telematika ini.

Menariknya lagi, tambahnya, saat ini DPr tengah meng-godok rUU tentang Transfer Dana. jika telah disahkan,

Roy Suryo Noto Diprodjo,

Anggota Komisi X DPR dan Pengamat Telematika

‘BPK Harus Siapkan Tim TI yang Kuat’

antar lembaga

32 - 39 antar lembaga.indd 38 23/02/2011 19:36:59

Page 18: laporan KHUSUS BPK Tidak Bisa Digugat, tapi Tak Kebal Hukum · tertanggal 28 September 2006 tentang Laporan Keuangan Kabupaten Kutai Kertanegara. Karena perhitungan kerugian negara

39Warta BPK FeBrUarI 2011

nantinya UU tersebut dapat menjadi pijakan hukum bagi BPK.

“jadi yang saya ingin katakan, e-audit memang telah menjadi tuntutan zaman dan kebutuhan teknologi, dan memiliki dasar hukum. Lebih dari itu, segi positif dari e-audit adalah semua proses bisa jauh lebih cepat, baik itu pengumpulan data awal, pemeriksaan dan sebagainya.”

Hanya saja, yang harus diperhati-kan adalah kehati-hatian dan kecer-matan. Pasalnya, kecepatan tidak sel-alu linear dengan ketepatan.

“Diperlukan kehati-hatian yang luar biasa dari pihak BPK agar kece-patan tidak mengurangi nilai ketepa-tan. Sebab, membaca data elektronik memerlukan skill khu-sus untuk mengetahui kebenaran data. Untuk itu, yang dibutuhkan ti-dak hanya hardware dan software tapi juga brain-ware serta kecermatan,” tegas roy.

Selain itu, masalah keamanan juga harus di-perhatikan. Bukan hanya pada perangkat-perang-kat yang digunakan un-tuk saling berhubungan dengan auditee, tetapi juga data-data yang di-terima. Untuk itu, tegas-nya, diperlukan sumber daya manusia yang han-dal.

“Misalnya, ada data yang sejak awal sudah modified atau bahkan dipalsukan. Ini sangat berbahaya. Ka-rena itu diperlukan kemampuan un-tuk mengetahui hal ini. Sebab dengan kecanggihan teknologi, segala sesuatu bisa dengan mudah di-modified.”

Forensic TI dan PaperlessSelama ini para auditor sudah ter-

biasa dan terlatih memeriksa data dan arsip dalam bentuk hard copy. Nanti-nya, semua itu berubah menjadi data elektronik. Nah, untuk mengetahui ke-benaran ataupun ada tidaknya kejang-

galan diperlukan pengetahuan khusus yakni forensic TI dan pengetahuan telematika.

BPK, paparnya, harus menyiapkan tim khusus untuk memverifikasi data sebelum diproses lebih lanjut. “jelas, ini totally different [dengan pola hard-copy],” tegas roy.

Menurut dia, penerapan e-audit oleh BPK sangat bagus. Namun, di sisi lain menimbulkan konsekuensi-kon-sekuensi yang perlu diperhatikan, ter-masuk up-grading di segala bidang.

“BPK harus mengantisipasi semu-anya. Misalnya, pembuatan status hu-kum terhadap apa yang akan dilaku-kan. Termasuk dalam hal pengangka-tan SDM. Ini demi kepentingan BPK,”

tuturnya.Pasalnya, data-data tersebut

adalah rahasia yang akan digunakan untuk menentukan nasib yang dipe-riksa. Tentunya, harus dipimpin oleh seorang pejabat dari eselon yang cu-kup mampu dan menjadi bagian yang integrated dari tim.

roy menambahkan dari sisi up-grading –nya (brainware) harus di-analisa sistem yang digunakan atau dikenal system analyze.

“Tidak bisa digunakan analyze

general. Namun, seorang yang tahu proses audit BPK seperti apa, diter-jemahkan mulai dari flow of chart, ke-mudian mechanism process-nya. Nah, yang mengerti itu adalah orang dalam, yang bisa menerjemahkan dalam ben-tuk hardware-nya. “

Dia menegaskan requirement hard-ware dan software sebaiknya jangan mengambil produk dari luar.

“Harus ditentukan dari dalam. Dengan demikian, sistem itu benar-benar menjadi embedded , bagian dari suatu proses BPK. jadi kalaupun nanti ada unit baru, tugas BPK tetap menga-udit dan memeriksa keuangan. Perka-ra teknologi berkembang, sudah dian-tisipasi dengan adanya unit baru. jadi

bukan sekadar mengikuti tren,” jelas roy.

Dia mencontohkan langkah Pemkot Surabaya yang memberlakukan le-lang pengadaan barang dan jasa secara elektro-nik pada 2006. Memang awalnya tidak berjalan lancar karena sesuatu yang baru.

“Mungkin ini juga akan terjadi pada e-audit BPK. jadi tidak semuanya bisa lancar seperti mem-balikkan telapak tangan. ada tahapan-tahapannya. Membutuhkan waktu.”

roy juga menyoroti masalah kesiapan dari pihak auditee. alasannya, jika BPK sebagai peme-

riksa sudah siap sementara obyek yang diperiksa tidak siap, lantas bagaimana? Demikian juga sebaliknya, justru auditee yang memiliki sistem TI sudah canggih. Menurut dia, sekarang ini sudah ada kantor-kantor yang me-nerapkan paperless.

“Ini semua harus diantisipasi. Mungkin sekarang belum banyak, te-tapi siapa tahu suatu saat nanti beru-bah. Saya membayangkan hal itu dan tentunya BPK harus mengantisipa-sinya. BPK harus menyiapkan tim TI yang kuat,” ujarnya. (dr)

32 - 39 antar lembaga.indd 39 23/02/2011 19:36:59