laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2010: · pdf filetehadap laporan keuangan pemerintah...

18
Ketua BPK RI Hadi Poernomo menyerahkan LKPP kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. 6 Warta BPK MEI 2011 LAPORAN UTAMA Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: Kualitas Meningkat, Masalah Masih Melekat

Upload: halien

Post on 01-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

Ketua BPK RI Hadi Poernomo menyerahkan LKPP kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara.

6 Warta BPKMEI 2011

LAPORAN UTAMA

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010:

Kualitas Meningkat, Masalah Masih Melekat

6 - 14 laporan utama.indd 6 6/27/2011 2:03:04 PM

Page 2: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

7Warta BPK MEI 2011

PErhElatan penting dige­lar di Istana negara pada 1 Juni lalu, yakni penyerahan lKPP 2010 oleh Ketua BPK

hadi Poer nomo kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. laporan itu tak lain mengenai rapor pengelo­laan keuangan negara selama tahun pemeriksaan. tentunya opini apa yang diberikan oleh BPK menjadi perhatian banyak pihak.

Dalam acara itu, Presiden didam­pingi oleh Wakil Presiden Boediono. Selain itu penyerahan lKPP kali ini di hadiri seluruh menteri Kabinet Indo­nesia Bersatu jilid II dan para pejabat eselon I.

Presiden berharap dengan men­dengar langsung hasil pemeriksaan BPK, tahun depan akan lebih baik lagi. Bila ada kekurangan, Presiden me­minta jajarannya untuk memperbaiki. Dengan begitu penggunaan keuangan negara akan lebih optimal, efisen dan efektif, serta dapat dipertanggung­jawabkan.

“Saya ingin sistem di negeri ini hi­dup dan berjalan dengan benar. Kita harus mendengarkan betul hasil pemeriksaan BPK itu,” kata Presiden.

Dalam pengantarnya, Presiden mengungkapkan penggunaan keua­ngan negara harus serba transparan. tujuannya, agar iklim transparansi dan akuntabilitas semakin kuat. Bahkan, presiden juga bertekad dan berupaya untuk terus­menerus meningkatkan kualitas akuntabilitas penggunaan ang­garan.

Presiden mengingatkan bahwa ha­sil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah pusat meru­pakan rujukan terhadap penggunaan keuangan negara. Sebab, dengan ada­nya pemeriksaan keuangan oleh BPK akan diketahui baik buruknya pengelo­laan anggaran. Bahkan, dengan peme­riksaan ini juga akan diketahui ada atau tidaknya pelanggaran hukum.

Ketua BPK hadi Poernomo dalam laporannya mengungkapkan selama kurun waktu 7 tahun ini ada pening­katan kualitas lKPP. Kemajuan itu tecermin dari adanya peningkatan

perolehan opini di tingkat pemerin­tah pusat maupun kementerian. tentu saja peningkatan ini, jelasnya, tidak terlepas dari upaya perbaikan yang telah dilakukan pemerintah.

Menurut dia, dalam lKPP 2010 ada sejumlah perbaikan yang telah dilaku­kan pemerintah. Seperti adanya pener­tiban rekening pemerintah, pelaksa­naan inventarisasi dan penilaian aset tetap, penyempurnaan administrasi perpajakan dan penetapan kebijakan akuntansi selisih kurs.

Perbaikan serupa juga meliputi penyempurnaan administrasi pinja­man luar negeri, penetapan kebijakan tata cara pengesahan pendapatan dan belanja yang bersumber dari hibah yang diterima langsung kementerian dan penetapan pedoman akuntansi aset KKS. tidak ketinggalan perbai­kan juga dilakukan di pembinaan atas pencatatan kas di bendahara pengelu­aran dan persediaaan, serta penertiban penetapan tata cara relokasi anggaran dari Badan anggaran (Ba) Belanja lain­nya ke BaKl.

Sejatinya, papar ketua BPK, lKPP 2010 yang diperiksa meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Untuk realisasi anggaran, misalnya pemerintah melaporkan re­alisasi pendapatan sebesar rp995,27 triliun dan realisasi belanja sebesar rp1.042,12 triliun.

adapun, realisasi pendapatan pada 2010 mencapai 100,29 % dari ang­garan sebesar rp992,40 triliun atau sebesar 117,26% dari pendapatan tahun sebelumnya sebesar rp848,76 triliun. Jenis pendapatan yang meng­alami kenaikan paling tinggi adalah penerimaan perpajakan yakni sebesar rp103, 38 triliun atau naik 16,68% se­banding dengan tahun 2009.

“realisasi penerimaan perpajakan pada 2010 adalah sebesar rp723,31 triliun atau mencapai 97,31 % dari anggaran sebesar rp743,33 triliun,” kata hadi Poernomo.

Sementara untuk belanja negara pada 2010, tambahnya, meliputi be­lanja pemerintah pusat dan transfer

BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) tehadap Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan

yang ditemukan yang menjadi pengecualian atas kewajaran

LKPP.wa

rta bp

k-ria

nto

6 - 14 laporan utama.indd 7 6/27/2011 2:03:06 PM

Page 3: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

Para menteri kabinet Indonesia bersatu jilid II saat menghadiri penyerahan LKPP di Istana Presiden.

8 Warta BPKMEI 2011

LAPORAN UTAMA

ke daerah yang seluruhnya berjumlah rp1.042,12 triliun atau 92,54% dari anggaran rp1.126,15 triliun.

Belanja negara juga mengalami kenaikan sebesar rp104,74 triliun jika dibandingkan dengan belanja 2009 sebesar rp937,38 triliiun. “Ke­naikan pendapatan jauh lebih besar dibanding kan dengan kenaikan belan­ja negara,” katanya.

Dengan adanya kenaikan pendapa­tan yang lebih besar dibandingkan kenaikan belanja, tegasnya, menekan defisit semakin kecil. Defisit anggaran 2010 mencapai rp46,85 triliun atau

sekitar setengah dari defisit tahun se­belumnya sebesar rp88, 62 triliun. Sebagaimana tecermin dari lKPP 2010 defisit anggaran yang menurun diim­bangi dengan menurunnya pembiaya­an. Pembiayaan pada 2010 sebesar rp91,55 triliun atau 81,32% diban­dingkan dengan pembiayaan pada 2009 yang mencapai rp112,58 triliun.

Kenaikan juga terlihat pada necara pemerintah pusat. total aset disajikan

sebesar rp2.423,69 triliun atau naik sebesar rp300,79 triliun dari total aset 2009 sebesar rp2.112,90 triliun. Ke­naikan total asset, papar ketua BPK, berasal dari kenaikan aset tetap yang mencapai rp205,30 triliun.

“Kenaikan aset berasal dari pen­gadaan aset tetap pada 2010 dan hasil penilaian kembali aset tetap yang di­peroleh sebelum penyusunan neraca awal,” jelasnya.

Dengan pertimbangan di atas BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas lKPP 2010. Perolehan opini ini sama dengan opini

tahun sebelumnya. Opini lKPP ini se­jalan dengan kualitas laporan keua­ngan Bendahara Umum negara (BUn) dan laporan keuangan kementerian negara (lKKl). “hal ini merupakan ka­sil kerja keras pemerintah untuk men­jaga kualitas akuntabilitas keuangan negara,” papar hadi Poernomo.

Dia juga memberikan penghargaan kepada pemerintah yang telah banyak mengikuti rekomendasi BPK sehing­

ga opini pada kementerian ba nyak mengalami peningkatan. Opini atas lKKl juga menunjukkan kemajuan yang signifikan. Jumlah KL yang mem­peroleh opini Wajar tanpa Pengecua­lian (WtP) meningkat pesat, dari 35 Kl pada 2008 menjadi 45 (2009), dan 53 Kl (2010).

Permasalahan temuan Meski begitu, ditemukan seba­

nyak empat permasalahan yang men­jadi pengecualian atas kewajaran lKPP. Pertama, adanya permasalahan penagihan, pengakuan dan pencatatan

penerima perpajakan. Permasalahan tersebut meliputi Pengakuan Pendapa­tan Pajak Pertambahan nilai Ditang­gung Pemerintah (PPn DtP) terhadap subsidi bahan bakar minyak (BBM) tidak sesuai dengan UU PPn. Selain itu adanya penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Minyak dan Gas (PBB Migas ) tidak menggunakan surat tagihan yang diatur dalam UU PBB dan peng­akuannya tidak menggunakan data

warta

bpk-

riant

o

6 - 14 laporan utama.indd 8 6/27/2011 2:03:10 PM

Page 4: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

9Warta BPK MEI 2011

dasar pengenaan pajak yang valid. transaksi pembatalan penerimaan (reversal) senilai rp3,39 triliun tidak dapat ditelusuri ke data pengganti.

Kedua, pencatatan uang muka BUn tidak memadai. rinciannya, yaitu saldo uang muka dari rekening BUn yang disajikan pada neraca sebesar rp1,88 triliun tidak didukung rincian, baik per jenis pinjaman, per dokumen penca­rian dana talangan maupun dokumen usulan penggantiannya. nilai talangan dan penggantian pada 2008­2010 ma­sing­masing sebesar rp1,14 triliun dan Rp1,43 triliun, tidak dapat diidentifi­kasi. nilai pengajuan penggantian lebih kecil sebesar rp2,91 triliun dibanding­kan dengan reimbursement­nya.

Ketiga, adanya permasalahan pe­ngendalian atas pencatatan piutang pajak yakni penambahan piutang menurut data aplikasi piutang berbe­da sebesar rp2,52 triliun dengan do­kumen Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan pengurangan piu­tang PBB berbeda sebesar rp1,03 tri­liiun dengan penerimaannya.

Keempat, adanya permasalahan dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Penilaian (IP) aset tetap. Seperti nilai koreksi hasil IP berbeda dengan ha­sil koreksi pada SIMaK BMn sebesar rp12,95 triliun, aset tetap dengan nilai perolehan sebesar rp5,34 triliun pada tujuh Kl belum dilakukan IP, dan ha­sil IP pada empat Kl senilai rp56,42 triliun belum dibukukan.

Ketua BPK menambahkan selain persoalan itu BPK juga menemu­kan masalah lain seperti kelemahan pengen dalian internal dan ketidak­patuhan ketentuan peraturan perun­dang­undangan. terkait hal ini, BPK menemukan adanya pelaksanaan mo­ni toring dan penagihan atas kewajiban PPh Migas tidak optimal.

Selain itu BPK juga menemukan adanya inkonsistensi penggunaan tarif pajak dalam perhitungan PPh migas dan perhitungan bagi hasil migas. Un­tuk itu BPK merekomendasikan ke­pada pemerintah untuk memperbaiki mekanisme penagihan dan menagih kekuarnagn PPh migas. BPK juga

me minta pemerintah untuk mengu­payakan amandeman atas kalusul Pro­ductionSsharing Contracts (PSC) yang belum memperhatikan penerapan tax treaty.

adapun, permasalahan hibah yang terus berulang, lanjut hadi Poernomo, BPK merekomendasikan pemerin­tah untuk menertibkan administrasi hibah. tujuannya agar penerimaan hibah yang dilaporkan dalam lKPP dapat diyakini kelengkapan dan ke­akuratannya. Masalah lain yang perlu mendapat perhatian yakni masalah pengelompokkan jenis belanja pada saat peng anggaran yang tidak sesuai dengan kegiatannya.

“terhadap permasalahan itu, BPK merekomendasikan pemerintah untuk menertibkan klasifikasi belanja dalam penyusunan anggaran,” katanya.

Masalah lain yang berulang, ung­kapnya, terjadi pada pengelolaan dan pencatatan aset tetap serta kelemakah pelaksanaan IP baik IP aset tetap, aset KKKS maupun aset eks BPPn. Dia me­minta pemerintah untuk menyem­purnakan pencatatan dan pengelolaan aset tetap serta memperbaiki metode IP dan penatausahaan aset KKKS dan aset eks BPPn

“Masih banyak permasalahan dalam pengelolaan barang milik ne­gara menunjukkan belum optimalnya kinerja pemerintah selaku pengelola barang,” kata hadi Poernomo.

Sedangkan terhadap pemantauan tidaka lanjut terhadap hasil pemer­iksaan lKPP tahun 2005­2009 BPK meng ungkapkan ada 35 temuan. te­muan pemeriksaan yang sudah ditin­daklanjuti sesuai dengan saran BPK sebanyak delapan temuan. Sedangkan temuan yang sedang ditindaklanjuti sebanyak 37 temuan. Permasalahan yang sudah ditindaklanjuti meliputi penyelarasan pencatatan pembiaya­an dari penarikan utang luar negeri dengan dokumen sumber, pengakuan kewajiban pemerintah atas program tunjangan hari tua (thhO), pentapan kebijkan akutansi selisih kurs dan pen­catatan aset KKKS.

Untuk menindaklanjuti kasus yang

terjadi di Pt Merpati dan Pt Elnusa, menurut hadi Poernomo, BPK sedang menyiapkan langkah­langkah untuk mendalami permasalahan tersebut. BPK mengharapkan nantinya dapat memberikan masukan kepada peme­rintah untuk mencegah kemungkinan terjadinya masalah BUMn. Sedang terkait dengan upaya peningkatan pe­nerimaan negara, BPK meminta kepa­da pemerintah untuk mengimplemn­tasikan ketentuan pasal 35a Undang­undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpa­jakan. Ketentuan tersebut mengharus­kan setiap intansi pemerintah, lemba­ga, asosiasi dan pihak lain wajib mem­berikan data dan informasi perpajakn kepada direktorat pajak. Sebab dengan adanya kewajiban tersebut, Direktorat Jenderal Pajak dapat menghimpun data perpajakan dari para pihak.

Sedangkan untuk meningkatkan kwalitas pemeriksaan, lanjut hadi Poernomo, BPK telah memprakarsai pembentukan pusat data BPK yang link and macth dengan data auditee. Untuk itu BPK telah melakukan penandata­nganan nota kesepahaman dengan 861 entitas yang meliputi kementerian, lembaga negara, lembaga pemerintah non kementerian, BI, lPS, dan pemeri­tah daerah. nantinya, dengan pusat data tersebut BPK akan melakukan pemeriksaan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (e­au­dit). tujuanya agar pemeriksaan lebih efisien dan efektif. “saya mengucapkan terimakasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas dukungan­nya kepada BPK untuk menjalin ker­jasama dijajaran pemerintahan.”kata hadi Poernomo.

Diakhir sambutannya, hadi Poer­nomo berharap dengan dukungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini dapat lebih mengoptimalkan penge­lolaan dan tanggungjawab keuangan negara sehingga dapat dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Selain itu hadi Poernomo juga berharap peme­rintah dapat menindaklanjuti hasil pemeriksan BPK sesuai dengan reko­mendasi BPK. Semoga. bw

6 - 14 laporan utama.indd 9 6/27/2011 2:03:10 PM

Page 5: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

10 Warta BPKMEI 2011

LAPORAN UTAMA

PrESIDEn Susilo Bambang Yudhoyono menghimbau bila ada jajaran pemerintah yang nyata­nyata melaku­

kan penyimpangan dan praktek ko­rupsi dalam penggunaan keuangan negara, harus ditindak secara tegas.

“hukum harus ditegakkan dan tidak ada lindung melindungi,” kata Presiden saat menerima laporan Keuangan Pemerintah Pusat (lKPP) tahun 2010 di Istana negara, belum lama ini.

Presiden menambahkan ber­dasarkan pengalamannya selama 5 tahun memimpin negeri ini, ternyata tidak mudah untuk mengambil kem­bali aset atau keuangan negara yang sudah dikorupsi.

“Membutuhkan proses yang pan­jang. Pengalaman lain, seringkali praktek korupsi terjadi karena keti­dakcermataan dan ketidakmengerti­nya terhadap aturan serta akibat kela laian.”

Oleh karena itu, Presiden

sependapat dengan Ketua BPK hadi Poernomo, bahwa pencegahan dan penindakan terhadap kasus korupsi sama­sama penting. Justru lebih penting lagi kalau bisa mencegah ter­jadinya penyimpangan atau korupsi. Untuk itu, Presiden menyambut baik niat BPK untuk mencegah terjadinya korupsi dalam pengelolaan keuangan negara dengan membangun e­audit. tujuannya tak lain agar penyimpa­ngan pengelolaan keuangan dapat diketahui sejak dini.

Presiden meminta kepada BPK untuk melakukan audit mendalam terhadap belanja modal dan barang serta temuan mark up dalam pengadaan. Presiden juga meminta kepada jajaran pemerintah agar rekomendasi dari BPK di tindaklanjuti.

foto;

istim

ewa

SBY: Hentikan Budaya Mark Up

6 - 14 laporan utama.indd 10 6/27/2011 2:03:10 PM

Page 6: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

11Warta BPK MEI 2011

“Saya harapkan agar kita sekuat tenaga bisa mencegah penyimpangan dan korupsi,” kata Presiden.

Menyinggung mengenai realisasi penggunaan anggaran 2010 yang mencapai 92,45%, Presiden berharap pada tahun mendatang dapat lebih meningkat lagi. Bahkan, Presiden menargetkan realisasi pengunaan anggaran bisa mencapai 95%.

”Kita ingin dengan segala kemam­puan di tahun depan angka ini me­ningkat, tidak hanya 92,4% tapi lebih tinggi,”kata Kepala negara.

Presiden juga bersyukur dalam LKPP 2010 ini, defisit cenderungan makin mengecil. Pada 2009 de­fisit mencapai Rp88 triliun, tu­run menjadi rp46 triliun pada tahun lalu. Penurunan itu terjadi karena dampak krisisi global.

Kepala negara juga meminta kepada BPK untuk melakukan audit lebih tajam dan mendalam terhadap beberapa praktek keuangan. Seperti masalah be­lanja modal dan barang dari ke­menterian. Selanjutnya masalah lain yang perlu dilakukan audit mendalam yakni menyangkut pengadaan. Untuk itu, Presiden menghimbau kepada jajaran pemerintah agar tidak “main­main” dengan pengadaan. Pre­siden juga meminta BPK untuk mengaudit mendalam manakala ada temuan mark up dalam pen­gadaan. “Mulai sekarang hentikan bu­daya mark up,” tegas Presiden.

Presiden juga meminta kepada BPK, BPKP, maupun lembaga audit internal untuk memastikan bahwa pembanggunaan gedung, fasilitas per kantoran, baik di pusat maupun daerah dilakukan secara tepat, tidak berboros­boros dan melebihi kepatu­tannya. Presiden memandang sangat ironis bila ada gedung perkantoran yang besar, dan mewah tapi di seki­tarnya masih ada kantong­kantong kemiskinan.

Otsus PapuaMenyinggung mengenai dana

Otonomi Khusus (Otsus), di Provinsi Papua dan Provinsi aceh, Presiden meminta supaya tidak ada dinamika politik apapun. Kalau memang peng­gunaan dana Otsus sudah benar, tepat dan baik, harus dikatakan seperti itu. namun, jika sebaliknya, ada kekura­ngan maupun ada penyelewengan, harus diberikan sanksi. adapun, me­ngenai masih adanya kasus pungutan aPBn yang dilakukan oknum peme­rintah dan DPr, Presiden meminta agar menjadi perhatian semua pihak.

“lima hal inilah yang kita perbai­ki, sehingga di tahun mendatang kita akan berupaya secara fundamental

menjaga kualitas pertanggungjawa­ban keuangan negara,” jelas Presiden.

Selain itu, Presiden juga memin­ta kepada jajaran pemerintah agar rekomendasi dari BPK ditindaklan­juti untuk memastikan ada perbai­kan. Sebab, aPBn terus mengalami pe ningkatan setiap tahunnya. hal ini seiring dengan pertumbuhan ekono­mi yang terus meningkat.

Dengan meningkatnya pendapa­tan justru akan banyak alokasi untuk stimulus pertumbuhan, seperti pem­banguan infrastruktur. Oleh karena itu, Presiden meminta perangkat audit dan pengawasnya juga seban­ding dengan besaran peningkatan pendapatan tersebut.

“Kalau sudah begitu besar total anggaran kita hampir pasti belanja modal dan barang akan naik, kita tingkatkan akuntabilitasnya,” kata Presiden..

Dalam kesempatan itu, Presiden juga meminta kepada BPK untuk melakukan audit terhadap Pt Mer­pati Indonesia. “Silakan dicek apakah ada penyimpangan. Kalau ada korup­si katakanlah ada, atau sebaliknya. Kita lelah menghadapi ‘gorengan politik’. Kita harus menunggu ha­sil pemeriksaan sesungguhnya dari BPK,” jelasnya.

adapun, terhadap kontrak kerja beberapa perusahaan asing, pemerintah saat ini sedang meng evaluasinya. Dengan begitu dike tahui apakah kontrak dalam bisnis dan ekonomi termasuk investasi dari perusahaaan negara sahabat benar­benar mem­berikan rasa keadilan kepa­da masyarakat. namun, bila ternyata dalam kontrak kerja tersebut menciderai rasa keadilan, pemerintah akan melakukan negosiasi.

“Pemerintah sedang me­nempuh dengan cara se­bijak­bijaknya. Kami ingin memastikan bahwa kontrak kerja kedepan berjalan lo­

gis, wajar, dan membawa man­faat sebesar­besarnya untuk rakyat. Kalaupun di masa lalu ada sejumlah ketidakadilan agar tidak diulangi lagi. Semua harus mengikuti kaidah kontrak yang baik untuk rakyat. artinya rakyat dapat apa dengan in­vestasi di negeri ini,” kata Presiden.

apalagi, lanjutnya, BPK juga berkontribusi bagi tatanan dunia usaha yang makin adil. Presiden mengharapkan para menteri, pe­jabat eselon yang menjalankan sisi adminis trasi, birokrasi dan operasi peme rintahan memiliki dedikasi dan kesungguhan dalam bekerja. “Mari kita mengubah sejarah supaya masa depan kita lebih baik dari seka­rang ini,” tuturnya. bw

6 - 14 laporan utama.indd 11 6/27/2011 2:03:11 PM

Page 7: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

12 Warta BPKMEI 2011

LAPORAN UTAMA

opini WDP dengan empat perma­salahan. Pertama, adanya perma­salahan penagihan, pengakuan dan pencatatan penerimaan perpajakan yaitu (1) Pengakuan Pertambahan nilai Ditanggung Pemerintah (PPn DtP) sebesar rp11,28 triliun tidak sesuai dengan undang­undang PPn; (2) penagihan PBB Migas sebesar rp19,30 triliun tidak menggunakan surat tagihan yang diatur dalam UU PBB dan pengakuannya tidak meng­gunakan data dasar pengenaan pa­jak yang valid; (3) transaksi pemba­talan penerimaan (reversal) senilai rp3,39 triliun tidak dapat ditelusuri ke data pengganti. Kedua, pencata­tan Uang Muka Bendahara Umum negara (BUn) tidak memadai, yaitu (1) saldo Uang Muka dari rekening BUn yang disajikan pada neraca se­

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) memberikan opini

Wajar Dengan Pengecualian (WDP/qualified opinion) atas Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2010, sama dengan opini yang diberikan BPK RI atas LKPP tahun 2009. Hal ini merupakan

hasil kerja keras Pemerintah untuk menjaga kualitas akuntabilitas keuangan

negara. Untuk itu, BPK RI memberikan penghargaan kepada Pemerintah yang

telah banyak mengikuti rekomendasi BPK RI sehingga opini pada kementerian

negara/lembaga (KL) banyak mengalami peningkatan. Demikian diungkapkan

Ketua BPK RI, Hadi Poernomo ketika menyerahkan laporan hasil pemeriksaan

(LHP) LKPP tahun 2010 kepada pimpinan DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (31/5).

besar rp1,88 triliun tidak didukung rincian; (2) nilai dana talangan dan penggantian tahun 2009 s.d. 2010 masing­masing sebesar rp1,14 tri­liun dan rp1,43 triliun yang tidak dapat diidentifikasi; dan (3) nilai pengajuan penggantian lebih kecil sebesar rp 2,92 triliun dibandingkan reimbursement­nya. Ketiga, adanya permasalahan dalam pengendalian atas pencatatan Piutang Pajak yaitu (1) penambahan piutang menurut data aplikasi piutang sebesar rp2,51 triliun dengan dokumen sumber­nya yaitu SKPKB dan StP; dan (2) pengurangan piutang PBB berbeda sebesar rp1,03 triliun dengan pe­nerimaannya. Keempat, terdapat permasalahan dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Penilaian (IP) aset tetap yaitu (1) nilai koreksi hasil IP

laPOran hasil pemeriksaan lKPP tersebut terdiri atas lhP atas laporan Keuangan, lhP Sistem Pengendalian

Intern, lhP Kepatuhan terhadap Pe­raturan Perundang­undangan, la­poran Pemantauan tindak lanjut, dan laporan tambahan berupa la­poran transparansi Fiskal. Objek pemeriksaan BPK adalah lKPP ta­hun 2010 yang terdiri dari neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2010 dan 2009, laporan realisasi aPBn (lra) dan laporan arus Kas untuk tahun 2010, serta Catatan atas laporan Keuangan.

lKPP tahun 2010 mendapat

”LKPP 2010 Wajar Dengan Pengecualian”

6 - 14 laporan utama.indd 12 6/27/2011 2:03:13 PM

Page 8: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

13Warta BPK MEI 2011

berbeda dengan hasil koreksi pada SIMaK BMn sebesar rp12,95 triliun; (2) aset tetap dengan nilai perolehan sebesar rp5,34 triliun pada tujuh Kl belum dilakukan IP; (3) hasil IP pada empat Kl senilai rp56,42 triliun be­lum dibukukan; dan (4) DJKn sampai saat ini belum dapat mengukur man­faat untuk setiap aset tetap sehingga pemerintah belum dapat melakukan penyusutan terhadap aset tetap.

BPK rI juga menemukan permasa­lahan terkait kelemahan sis-tem pengendalian intern, antara lain: (1) pelaksanaan monitoring dan penagihan atas kewajiban PPh Migas tidak optimal; (2) inkonsis­tensi penggunaan tarif pajak dalam perhitungan PPh Mig­as dan perhitungan bagi ha­sil migas; (3) penerimaan hi­bah langsung oleh Kl masih dikelola diluar mekanisme aPBn; (4) aset tetap yang dilaporkan dalam lKPP be­lum seluruhnya dilakukan IP, masih berbeda dengan laporan hasil IP, dan belum selaras dengan pencatatan pengguna barang; (5) pengendalian atas pelaksanaan IP aset KKKS dan aset Eks BPPn belum memadai; dan (6) anggaran belanja minimal sebesar rp4,70 triliun di­gunakan untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan klasifikasinya (perun­tukannya).

Permasalahan lain terkait ketidak­patuhan terhadap ketentuan peratu­ran perundang­undangan, antara lain adalah: (1) PnBP pada 38 Kl minimal sebesar rp368,67 miliar belum dan/atau terlambat disetor ke Kas negara dan sebesar rp213,69 miliar diguna­kan langsung di luar mekanisme aPBn; (2) pengalokasian dana penye­suaian tidak berdasarkan kriteria dan aturan yang jelas; dan (3) realisasi Belanja Barang tidak dilaksanakan kegiatannya, dibayar ganda, tidak ses­uai dan tidak didukung bukti pertang­gungjawaban.

Pemantauan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan menunjukan 35

temuan yang belum selesai ditinda­klanjuti, terdapat 8 temuan yang su­dah ditindaklanjuti sesuai saran BPK rI, dan 27 temuan sedang dalam proses tindaklanjut. Permasalahan yang sudah ditindaklanjuti diantara­nya adalah (1) menetapkan pedoman akuntansi pelaporan asset KKKS; (2) menetapkan mekanisme penggu­naan dokumen sumber, pencatatan, dan rekonsiliasi realisasi penarikan dan pembayaran pinjaman dan/atau

hibah luar negeri; (3) menetapkan mekanisme penggunaan dokumen sumber, pencatatan, dan rekonsiliasi penarikan dan pembayaran pinja­man dan/atau hibah luar negeri; (3) menetapkan PMK nomor 255/PMK.05/2010 tentang tata Cara pengesahan realisasi Pendapatan dan belanja yang bersumber dari hibah luar/Dalam negeri yang diterima langsung oleh Kl dalam bentuk uang; (4) menetapkan kebijakan akuntansi selisih kurs; serta (5) melakukan pembinaan atas pencatatan Kas di Bendahara Pengeluaran dan persedi­aan.

Sementara itu permasalahan yang masih dalam proses tindakla­njut antara lain: (1) penyempurnaan aplikasi dan mekanisme pencatatan penerimaan perpajakan dan aplikasi pencatatan piutang pajak; (2) perbai­kan administrasi perpajakan KKKS; (3) penelusuran uang muka BUn; (4) perbaikan IP aset tetap Kl dan pen­catatannya; (5) penyelesaian IP atas

aset lain­lain khusunya aset KKKS dan Eks BPPn; (6) penyempurnaan sistem pencatatan yang mempenga­ruhi nilai Sal; (7) penertiban pungu­tan yang dilakukan Kl; (8) penertiban dalam penganggaran terutama terkait kelompok anggaran; dan (9) pene­tapan status iuran dana pensiun dan penggunaan.

Opini atas lKKl yang merupakan bagian dari lKPP menunjukkan ke­majuan yang signifikan. Jumlah Ke­

menterian lembaga (Kl) yang mem­peroleh opini Wajar tanpa Pengecua­lian (WtP) dari BPK rI telah mening­kat dengan pesat, dari 35 pada tahun 2008, menjadi 45 pada tahun 2009, dan tahun 2010 sebanyak 53 Kl.

Opini atas lKPP dan lKKl terse­but diberikan BPK terhadap kewaja­ran laporan keuangan tersebut sesuai dengan Standar akuntansi Pemerin­tahan.

BPK rI berharap agar hasil pemer­iksaan atas lKPP ini dapat membantu DPr dalam menjalankan fungsinya, serta membantu DPr dalam pengam­bilan keputusan atas rUU Pertang­gungjawaban Pelaksanaan aPBn ta 2010. BPK rI juga berharap agar pe­merintah dan lembaga perwakilan dapat segera menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK rI dan bersama­sama dengan pemangku kepentingan lainnya untuk terus mendorong trans­paransi dan akuntabilitas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

bIRO HUMAS DAN LUAR NEGERI

”LKPP 2010 Wajar Dengan Pengecualian”

6 - 14 laporan utama.indd 13 6/27/2011 2:03:13 PM

Page 9: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

14 Warta BPKMEI 2011

LAPORAN UTAMAFACT SHEET BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Opini atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

Tahun 2010 dan 2009

No. Urut

BA Kementerian Negara/Lembaga Opini BPK atas LKKL

2009 2010

1 001 Majelis Permusyawaratan Rakyat WTP WTP

2 002 Dewan Perwakilan Rakyat WTP WTP

3 004 Badan Pemeriksa Keuangan WTP WTP

4 005 Mahkamah Agung TMP WDP

5 006 Kejaksaan Agung WDP WDP

6 007 Sekretariat Negara WDP WTP

7 010 Kementerian Dalam Negeri WDP WTP-DPP

8 011 Kementerian Luar Negeri TMP WDP

9 012 Kementerian Pertahanan WDP WDP

10 013 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia WTP-DPP WTP-DPP

11 015 Kementerian Keuangan WDP WDP

12 018 Kementerian Pertanian WDP WDP

13 019 Kementerian Perindustrian WTP WTP

14 020 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral WDP WTP-DPP

15 022 Kementerian Perhubungan WDP WDP

16 023 Kementerian Pendidikan Nasional WDP TMP

17 024 Kementerian Kesehatan TMP TMP

18 025 Kementerian Agama WDP WDP

19 026 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi WDP WDP

20 027 Kementerian Sosial WDP WDP

21 029 Kementerian Kehutanan WDP WDP

22 032 Kementerian Kelautan dan Perikanan WDP WTP-DPP

23 033 Kementerian Pekerjaan Umum WDP WDP

24 034 Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan WTP WTP

25 035 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian WTP WTP

26 036 Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat WTP WTP

27 040 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata WDP WDP

28 041 Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara WTP WTP

29 042 Kementerian Negara Riset dan Teknologi WTP WTP

30 043 Kementrian Lingkungan Hidup TMP WDP

31 044 Kementerian Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah WDP WTP-DPP

32 047 Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan WTP WTP

FACT SHEET BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

No. Urut

BA Kementerian Negara/Lembaga Opini BPK atas LKKL

2009 2010

33 048 Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara WTP WTP

34 050 Badan Intelijen Negara WTP WTP

35 051 Lembaga Sandi Negara WDP WTP-DPP

36 052 Dewan Ketahanan Nasional WTP WTP

37 054 Badan Pusat Statistik WDP WDP

38 055 Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

WTP WTP

39 056 Badan Pertanahan Nasional TMP WDP

40 057 Perpustakaan Nasional WDP WTP

41 059 Kementerian Komunikasi dan Informatika WDP WDP

42 060 Kepolisian RI WTP-DPP WTP-DPP

43 063 Badan Pengawasan Obat dan Makanan WDP WTP-DPP

44 064 Lembaga Ketahanan Nasional WTP WTP

45 065 Badan Koordinasi Penanaman Modal WTP WTP

46 066 Badan Narkotika Nasional WTP-DPP WTP-DPP

47 067 Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal WDP WDP

48 068 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional WTP WDP

49 074 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia WTP-DPP WTP

50 075 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika WTP-DPP WTP

51 076 Komisi Pemilihan Umum TMP WDP

52 077 Mahkamah Konstitusi WTP WTP

53 078 Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan WTP-DPP WTP-DPP

54 079 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia WDP WTP

55 080 Badan Tenaga Nuklir Nasional WTP WTP

56 081 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi WTP WTP

57 082 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional WTP WTP

58 083 Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional WTP WDP

59 084 Badan Standarisasi Nasional WTP WTP

60 085 Badan Pengawas Tenaga Nuklir WTP WTP-DPP

61 086 Lembaga Administrasi Negara WTP WTP

62 087 Arsip Nasional Republik Indonesia WTP WTP

63 088 Badan Kepegawaian Negara WTP WTP

64 089 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan WTP WTP

Opini atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/LembagaTahun 2010 dan 2009

FACT SHEET BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

No. Urut

BA Kementerian Negara/Lembaga Opini BPK atas LKKL

2009 2010

65 090 Kementerian Perdagangan WTP-DPP WTP-DPP

66 091 Kementerian Negara Perumahan Rakyat WTP WTP

67 092 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga WTP WDP

68 093 Komisi Pemberantasan Korupsi WTP WTP

69 095 Dewan Perwakilan Daerah WTP WTP

70 100 Komisi Yudisial WTP WTP

71 103 Badan Nasional Penanggulangan Bencana TMP WDP

72 104 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

WTP WTP

73 105 Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo WTP-DPP WTP-DPP

74 106 Lembaga kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah * WTP

75 107 Basarnas * WDP

76 108 Komisi Pengawas Persaingan Usaha * WTP

77 999.01 Pengelolaan Utang WTP WTP

78 999.02 Hibah WDP WDP

79 999.03 Penyertaan Modal Negara WTP WTP-DPP

80 999.04 Penerusan Pinjaman TMP WDP

81 999.05 Transfer ke Daerah WTP-DPP WTP-DPP

82 999.06 Belanja Subsidi dan belanja Lain-lain WDP **

83 999.07 Belanja Subsidi * WDP

84 999.08 Belanja Lain-lain * WDP

85 Bendahara Umum Negara *** WDP WTP : Wajar Tanpa Pengecualian WTP-DPP : Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan WDP : Wajar Dengan Pengecualian TMP : Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer) * : Dibentuk Tahun 2010 ** : BA 999.06 pada Tahun 2010 dipecah menjadi BA 999.07 dan BA 999.08 *** : Diberikan Opini mulai Tahun 2010

BIRO HUMAS DAN LUAR NEGERI

Opini LKPP

FACT SHEET BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Opini LKPP

Tahun Opini

LKPP 2004 Disclaimer

LKPP 2005 Disclaimer

LKPP 2006 Disclaimer

LKPP 2007 Disclaimer

LKPP 2008 Disclaimer

LKPP 2009 Wajar Dengan Pengecualian

LKPP 2010 Wajar Dengan Pengecualian

LAPORAN UTAMA

6 - 14 laporan utama.indd 14 6/27/2011 2:03:14 PM

Page 10: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

warta

bpk-

riant

o

AGENDA

15Warta BPK MEI 2011

23 BUMN Teken Kesepahaman E-audit

BPK kembali meneken nota kesepahaman

dengan 23 BUMN yang ditandatangani oleh

Sekjen BPK Hendar Ristriawan dan direktur

utama perusahaan pelat merah itu. Perjanjian

itu terkait dengan pengembangan dan pengelolaan sistem

informasi sebagai sarana dalam rangka

pemeriksaan dan tanggung jawab keuangan

negara. Atau dalam rangka penerapan e-audit

dengan Pusat Data BPK.

AcArA yang berlangsung di Auditorium BPK, pada Kamis (26/5) itu dihadiri oleh Ketua BPK Hadi Poernomo, Anggota I Moermahadi Soerja Djanegara,

Anggota II Taufiequrachman Ruki, Auditor Utama AKN VII Ilya Avianti, Auditor Utama AKN II Syafri Adnan Baharuddin, dan pe­jabat lainnya. Sementara dari pihak BUMN hadir pejabat kementerian BUMN, jajaran Dewan Direksi dan Komisaris ke-23 BUMN. Hadir juga Irjen Kementerian Keuangan V. Sony Loho dan Kepala BPKP Mardiasmo.

Dalam sambutannya, Auditor Utama AKN VII Ilya Avianti kembali menegaskan bahwa ditandatanganinya MoU ini bukan mengatur mengenai kewenangan atau per­izinan bagi BPK untuk mengakses data mi­lik auditee. Namun, yang diatur dalam MoU ini adalah hubungan kerja sama pengem­bangan dan pengelolaan sistem informasi untuk akses data dalam rangka pemerik­saan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara. Dengan kata lain, MoU ini hanya mengatur mengenai cara untuk meng akses data yang diperlukan dalam pemeriksaan BPK.

Dalam konteks itu, BPK tidak mengatur penambahan atau pengurangan kewena-ngan dalam mengakses dokumen atau data pengelolaan dan pertanggungjawaban pe­ngelolaan negara. Juga, tidak menambah­kan atau mengurangi kewajiban auditee untuk menyerahkan dokumen pertang­gungjawaban pengelolaan keuangan negara yang diminta BPK.

Penerapan e­audit dengan Pusat Data BPK ini menjadi kebutuhan untuk mengan­tisipasi perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat. Mengingat entitas pemeriksaan BPK sangat banyak dan ha­rus diperiksa dalam waktu yang singkat. Sementara, jumlah pemeriksa BPK masih terbatas. Dengan penerapan terobosan baru ini, diharapkan pemeriksaan BPK bisa dilakukan dengan lebih mudah, lebih cepat,

Ketua BPK Hadi Poernomo di dampingi Sekjen BPK Hendar Ristriawan dan Tortama VII Ilya Avianti berfoto bersama dengan sejumlah Dirut BUMN saat penandatanganan Nota Kesepahaman mengenai akses data.

15 - 23 agenda.indd 15 6/24/2011 4:04:22 PM

Page 11: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

warta

bpk-

riant

o

AGENDA

16 Warta BPKMEI 2011

lebih efisien, dan lebih efektif. Direktur Utama PT Jamsostek Hot­

bonar Sinaga mengusulkan agar BPK bisa memberikan semacam penghar­gaan (award) kepada auditee, terma­suk perusahaan yang dipimpinnya. Dengan pemberian penghargaan akan tercipta iklim kompetisi yang sehat sehingga para auditee akan berlomba-lomba untuk mensukseskan terobosan ini.

“Entah, barangkali dari segi pem­berian akses terbaik, atau comprehen-siveness, kemudian transparansi, su­paya ada semangat kompetisi di antara kami,” katanya.

Dia berharap dengan penerapan e-audit ini akan menurunkan temuan-temuan BPK. Jamsostek juga telah menerapkan suatu proses yang di­jalankan dewan direksi, manajemen, dan staf untuk membuat ukuran jami­nan atau kepastian mengenai efektivi­tas dan urgensi operasional, reliabilitas pelaporan keuangan, dan kepatuhan atas hukum dan peraturan yang ber­laku.

Deputi Bidang Usaha Jasa Ke­menterian BUMN Parikesit Suprapto menyambut baik dengan ditandata-nganinya MoU ini. Dengan begitu, BPK telah membantu perusahaan milik negara, terutama yang berada dalam

koordinasi pihaknya, untuk memonitor pengelolaan keuangan negara.

Sekjen BPK Hendar Ristriawan manyatakan bahwa apa yang dilaku­kan BPK ini merupakan cara yang ditempuh BPK untuk tercapainya ke­adilan sosial rakyat Indonesia. Pada dasarnya, kondisi ekonomi masyarakat belum sepenuhnya makmur sejahtera. Hal ini dikarenakan masih banyak pengelolaan keuangan negara belum dipergunakan sebesar-besarnya un­tuk kemakmuran rakyat. Inilah yang menjadi salah satu masalah mencapai keadilan sosial.

Banyak terjadi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), pemba-lakan liar, mafia hukum, mafia pajak, dan masih banyaknya peraturan yang

belum sinkron dengan peraturan yang di atasnya. Ini salah satu yang mem­buat keadilan sosial belum tercapai. Hal ini disebabkan kurangnya moni­toring atau pengawasan.

“Salah satu cara pengawasan yang bisa dilakukan BPK, dengan menye­suaikan wewenang, tugas, fungsi, de-ngan penerapan e­audit dan Pusat Data,” jelas Hendar.

Secara keseluruhan, terkait de-ngan penerapan e­audit dengan Pusat Data BPK, sudah ditandatangani MoU dengan 861 entitas. Dengan perincian, DPRD sebanyak 514 entitas, BPK luar negeri 13 entitas, enam lembaga nega-ra, 34 kementerian, 40 nonkemen-terian, 109 BUMN, dan 145 pemerintah daerah. and

Ketua BPK Hadi Poernomo di dampingi Sekjen BPK Hendar Ristriawan dan Tortama VII Ilya Avianti berfoto bersama dengan sejumlah Dirut BUMN saat penandatanganan Nota Kesepahaman mengenai akses data.

AGENDA

15 - 23 agenda.indd 16 6/24/2011 4:04:24 PM

Page 12: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

17Warta BPK MEI 2011

PErHELAtAN penting dige­lar di Kantor Perwakilan BPK Provinsi Jawa timur pada 19 Mei. Sebanyak 39

kepala daerah di provinsi ini menan­datangani nota kesepahaman menge­nai pengembangan dan pengelolaan sistem informasi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan penge­

lolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

Kegiatan ini dihadiri Ketua BPK Hadi Poernomo, Anggota V BPK Sap­to Amal Damandari, Anggota IV BPK Ali Masykur Musa, dan Sekjen BPK Hendar ristriawan. Selain itu, hadir juga Gubenur Jawa TImur Soekarwo, Ketua DPrD Provinsi Jawa tImur, Fo­

Sejumlah pemerintah daerah di Provinsi Jawa

Timur menandatangani nota kesepahaman mengenai akses data dengan BPK.

Upaya untuk mendeteksi kemungkinan penyimpangan

dalam pengelolaan pertangungjawaban

keuangan negara.

Pemda Jatim Sepakati Pemeriksaan Berbasis Elektronik

Ketua BPK Hadi Poernomo, Anggota IV BPK Ali Masykur Musa, Anggota V BPK Sapto Amal Damandari, Sekjen BPK Hendar Ristriawan dan Ketua DPRD Prov. Jatim Imam Sunardhi menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Kepala BPK Perwakilan Prov. Jatim Heru Kreshna Reza dengan Gubernur Jatim Soekarwo.

warta

bpk-

riant

o

15 - 23 agenda.indd 17 6/24/2011 4:04:28 PM

Page 13: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

AGENDA

18 Warta BPKMEI 2011

rum Pimpinan Daerah Provinsi Jawa Timur, bupati dan wali kota dan se­jumlah pimpinan DPRD kabupaten dan kota.

Menurut Kepala Perwakilan BPK Jawa timur Heru Kreshna reza, pe­nandatanganan nota kesepahaman tentang pengembangan dan penge­lolaan sistem informasi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan pe-ngelolaan dan tanggungjawab keua-ngan se Jawa Timur ini merupakan kebijakan BPK untuk menciptakan pusat data BPK dalam pemeriksaan berbasis elektronik atau e-audit.

Sebelumnya, tuturnya, pihaknya juga telah menjajagi kerja sama de-ngan pemerintah daerah di provinsi Jawa timur. Dalam proses penjajagan

itu dilakukan sosialisasi dan koor­dinasi dengan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota se- Provinsi Jawa Timur. Dia juga menjelaskan menge­nai hal-hal yang akan menjadi kes­epahaman bersama, baik dari aspek hukum maupun aspek pemeriksaan.

Penjajagan ini, jelasnya, mendapat sambutan yang baik dari masing-ma­sing kepala daerah. Kunci keberhasi­lan tercapainya nota kesepahaman ini adalah adanya komitmen semua pihak yang menyadari pentingnya

nota kesepahaman ini.“Kami yakin komitmen ini muncul

karena keinginan kuat dari seluruh jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mewujudkan tata pe-ngelolaan keuangan pemerintah yang baik,” kata Heru.

Dia mengungkapkan nota kes­epahaaman ini bukan untuk menga­tur kewenangan dan perizinan bagi BPK untuk mengakses data. Namun meng atur hubungan kerja sama pengembangan dan sistem penge­lolaan informasi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan atas pen­gelolaan dan tanggungjawab keuan­gan naegara. “Jadi nota kesepahaam ini hanya mengatur mengenai cara untuk meng akses data yang diperlu­

kan dalam pemeriksaan oleh BPK,” katanya.

Menurut dia, hal ini sesuai de­ngan ketentuan Pasal 10 huruf a dan b UU No 15/ 2004, dan pasal 9 UU No 15/ 2006. BPK mempunyai kewena-ngan untuk meminta keterangan data dokumen yang wajib diberikan setiap orang atau unit organisasi baik di pemerintah pusat, daerah, lembaga negara, Bank Indonesia, BUMN, BLU , BUMD, dan badan lain yang mengelo­la keuangan negara. “Karena itu tan­

pa nota kesepaham itupun BPK tetap berwenang untuk dapat mengakses data yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan,” tegasnya.

Heru menilai nota kesepahamaan ini merupakan tahap awal kesepaka­tan para pihak untuk membangun proses linking atau menghubungkan jaringan teknologi informasi BPK dengan pihak auditee. Sehingga BPK dapat mengakses data dan informasi yang ada pada jaringan teknologi in­formasi auditee. Nota kesepahaman ini akan dilanjutkan dengan kesepa-katan lanjutan mengenai jenis-jenis data, informasi terkait dengan penge­lolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang perlu disiapkan auditee untuk dapat di akses oleh BPK.

Hal yang terpen ting dalam kerja sama ini yakni menyangkut aspek keamanan data karena jaringan komunikasi yang digunakan berbasis Inter­net. Untuk itu, dia meng­himbau agar kedua belah pihak menjaga data agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Masing­masing, jelasnya, harus bisa menjamin bah­wa data ini hanya dapat di akses oleh auditor BPK. Selain itu, BPK juga akan menjamin bahwa data ini hanya di gunakan oleh BPK untuk kepentingan pemeriksaan dan penge­lolaan keua ngan negara.

aplikasi Kas Heru mencontohkan salah satu

aplikasi yang sudah berhasil dikem­bangkan yakni aplikasi kas pada pemerintah Provinsi Jawa timur. Apli kasi yang dikembangkan ini bukan berbasis web tetapi menggu­nakan destop. Dengan begitu tidak semua orang bisa mengakses data ini. Aplikasi ini digunakan untuk mengetahui jumlah penerimaan kas pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa

Kepala BPK Perwakilan Prov. Jatim Heru Kreshna Reza berjabat tangan dengan Gubernur Jatim Soekarwo usai penandatanganan nota kesepahaman.

warta

bpk-

riant

o

AGENDA

15 - 23 agenda.indd 18 6/24/2011 4:04:29 PM

Page 14: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

19Warta BPK MEI 2011

Timur baik per UPTD maupun selu­ruh UPTD. “Dengan aplikasi ini pe­nerimaan setiap UPtD dapat dipan­tau setiap saat,” kata Heru.

Aplikasi lain yang sudah dikem­bangkan yakni aplikasi e-controlling pada pemerintah Kota Surabaya. Apli­kasi berbasis web ini dirancang un­tuk monitoring dan mengendalikan pelaksanaan APBD, khususnya be­lanja langsung. Dengan menggunakan sistem ini pemda dapat mengetahui perbandingan antara realisasi belan­ja langsung dengan anggaran. “Hanya saja saat ini aplikasi e-controling be­lum dapat diakses secara realtime,” ujarnya.

Ketua BPK Hadi Poerno­mo, dalam sambutannya juga mengungkapkan banyaknya kriminalitas sekarang ini, salah satu penyebabnya karena keadilan yang be­lum merata. Oleh karena itu, BPK ditantang untuk mewu­judkan agar keadilan lebih merata. Untuk itu, lanjutnya, BPK akan membentuk pusat data menggabungkan data elektronik BPK dengan data elektronik auditee.

Melalui pusat data itu BPK dapat melakukan perekaman, pengolahan, pemanfaatan dan montoring data dalam rangka pemerik­saan pengelolaan keuangan negara. Dengan cara moni­toring keuangan negara ini peme-riksaan BPK akan semakin efisien dan efektif. “Kalau monitoring BPK ini tercipta maka transparansi dan akuntabel akan terlihat dan bisa tera­wasi dengan sisitemik,” tegasnya.

BPK mengharapkan melalui mon­itoring ini akan mengurangi praktik KKN secara sistematik, mendukung optimalisasi penerimaan negara, dan mendukung efisiensi dan efektifitas pengeluaran negara.

Ketua BPK juga memberikan apre siasi kepada Pemprov Jawa Timur atas dukungan yang diberikan sehingga dapat terjalin kerja sama

tersebut. Hal ini, lanjut Hadi Poerno­mo, menunjukkan adanya kesediaan dan keterbukaan dari pemda untuk diawasi dan diperiksa anggaran, serta transparansi penggunanya. Dia juga berharap dengan dukungan IT akan lebih mengoptimalkan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara sehingga hasilnya dapat diperguna­kan untuk kemakmuran rakyat.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyambut baik adanya penan­datanganan nota kesepahaman akses data ini. Dengan adanya kerja sama dapat mendorong terwujudnya tata pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel dalam

rangka mewujudkan good gover­ment dan clean government.

Menurut dia, upaya yang dilaku­kan BPK dapat mewujudkan keter­tiban pemerintahan dalam pembu­kuan dan pelaporan keuangan. Ini merupakan gagasan yang sangat tepat dan cerdas. Selain itu, langkah yang dilakukan BPK ini adalah ben­tuk pengamanan ketika masa jabatan berakhir. Manfaatnya tentu saja dapat menuntun ke jalan yang benar. ”Ja-ngan sampai pensiun pekerjaan tapi perkara tidak pensiun. Malah beruru­san dengan KPK,” ujarnya.

Untuk itu, lanjut Soekarwo, peme-

rintah Provinsi Jawa timur juga telah melakukan berbagai persiapan dalam menyiapkan pelaksanaan kerja sama akses data tersebut. Salah satu cara-nya yakni dengan melakukan pembe­nahan pada jaringan. Tidak hanya itu, pada tahap pelaksanaannya nanti, pihaknya telah meminta inspektorat provinsi untuk mengawal.

Ketua DPrD Provinsi Jawa timur Imam Sunardhi juga mendukung langkah BPK untuk melakukan pemeriksaan berbasis elektronik. Dengan adanya pemeriksaan ber­basis elektronik ini akan terbangun hubungan data yang saling melengka­pi antara BPK dengan pihak auditee.

Selain itu lanjut Imam, pemerik-saan berbasis elektronik ini juga akan mempercepat informasi, komu­nikasi dan data yang diperlukan BPK dalam melakukan pemeriksaan. Le-bih penting lagi, dengan pemeriksaan berbasis elektronik ini juga dapat mengurangi penyimpangan dan ke­mungkinan terjadinya tindak pidana korupsi.

Imam juga berjanji akan melak­sanakan fungsi pengawasan sebagai upaya untuk mendorong terwujud­nya pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel. bw

Ketua BPK Hadi Poernomo didampingi Sekjen Hendar Ristriawan, Anggota IV BPK Ali Masykur Musa, Anggota V Sapto Amal Damandari dan Ketua BPK Perwakilan Jatim berfoto bersama dengan gubernur Jatim dan ketua DPRD Jatim.

warta

bpk-

riant

o

15 - 23 agenda.indd 19 6/24/2011 4:04:32 PM

Page 15: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

AGENDA

20 Warta BPKMEI 2011

DI hadapan para bupati, wa­likota dan para pejabat ka­bupaten/kota yang hadir dalam penandatangan nota

kesepahaman itu Hadi Poernomo menegaskan, peristiwa penandata-nganan MoU ke-736 yang pernah dia saksikan ini tentu memiliki makna dan harapan tersendiri.

“Anda bisa bayangkan, betapa luar biasa peristiwa itu. Kami setiap hari harus terbang dari satu kota kekota lain hanya untuk mempromosikan, memperkenalkan dan akhirnya me­nyaksikan penandatanganan MoU. Meski melelahkan semua itu kami lakukan dengan gembira karena kita memiliki satu tekad dan tujuan ber­sama yakni menyelamatkan keuangan negara yang muaranya untuk mense­jahterakan rakyat,” katanya seusai me­nyaksikan penandatangan MoU yang berlangsung di Gedung Gradika Bakti Praja, Semarang.

Dia mengakui beberapa tahun terakhir, perkembangan kualitas pela-

BPK bersinergi di Yogyakarta dan Jawa TengahAwal Mei lalu Ketua BPK Hadi Poernomo kembali menyaksikan dua peristiwa penting

menyangkut reformasi tatakelola keuangan negara. Kedua peristiwa itu adalah

penandatanganan nota kesepahaman (MoU ) antara Pemda DI Yogyakarta dan Pemprov

dan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dengan Kepala Perwakilan BPK Jawa Tengah.

poran keuangan negara di Indonesia mengalami peningkatan yang signifi­kan. Hal ini terlihat dari peningkatan opini Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang selama 5 tahun sebelum­nya berturut-turut mendapatkan opini Tidak Memberikan Pendapat (Dis-claimer), kini menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Peningkatan yang sama terjadi pada Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL). Pada tahun

Anggaran 2009, dari 78 LKKL terdapat 44 yang memperoleh opini Wajar Tan­pa Pangecualian (WTP) atau sebanyak 57%. “Perkembangan opini pada enti­tas pemerintah pusat tersebut sangat melegakan,” ujarnya.

Namun, pada pemerintah daerah BPK melihat bahwa secara nasional peningkatan opini atas Laporan Keua-ngan Pemarintah Daerah (LKPD) ma­sih harus didorong secara maksimal.

“Dari hasil pameriksaan pada 2010

Ketua BPK Hadi Poernomo menyaksikan penadatanganan nota kesepahaman antara BPK dengan pemerintah provinsi Jateng.

AGENDA

15 - 23 agenda.indd 20 6/24/2011 4:04:33 PM

Page 16: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

21Warta BPK MEI 2011

atas LKPD tahun sebelumnya, hanya ada 15 LKPD yang memperoleh opini WTP dari total sebanyak 499 LKPD yang diperiksa atau hanya sebanyak 3%,” ujar Hadi Poernomo.

Data itu menunjukkan bahwa upaya untuk terus mendorong pening-katan opini LKPD harus semakin di­maksimalkan. Pemerintah daerah harus mengambil upaya maksimal dalam menyusun action plan untuk menindak lanjuti rekomendasi BPK khususnya dalam perbaikan kualitas penyusunan laporan keuangan.

Khusus untuk Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dalam 3 tahun terakhir sudah menunjukkan kemajuan. Pada 2007, dari 36 LKPD terdapat empat yang memperoleh opini Tidak Mem­berikan Pendapat (TMP/disclaimer) dan 32 lainnya WDP.

Pada 2008, opininya sudah me­ningkat menjadi 34 WDP dan 2 TMP. Adapun, pada 2009 semuanya mem­peroleh WDP. Demikian juga dengan tahun lalu semuanya sudah WDP.

Guna memantapkan dan mem­percepat terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel, BPK melakukan penan-datanganan nota kesepahaman antara Kepala Perwakilan BPK Provinsi Jateng Ign Bambang Adi Putranta dengan Wagub Jateng Dra. Hj. Rustriningsih Msi dan para Bupati dan Walikota se-Jawa tengah.

Nota kesepahaman ini tentang pengembangan dan pengelolaan sis­tem informasi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Hal ini merupakan langkah strategis dalam rangka mewujudkan sinergi antara BPK dengan entitas yang diperiksa, atau disebut dengan BPK Sinergi.

Implementasi dari BPK Sinergi di­awali dengan mengidentifikasi infor­masi apa saja yang diperlukan dan ha­rus diminta oleh BPK kepada pemerin­tah daerah, yang mengelola keuangan negara.

Data dan informasi tersebut dapat berupa data keuangan maupun non­keuangan, yang kemudian diolah dan digunakan dalam proses pemeriksaan

Gubernur Jawa tengah Bibit Waluyo menegaskan MoU ini merupakan tan­tangan bagi pemprov dan jajarannya untuk lebih efek­tif lagi dalam mempertang­gungjawabkan pemberday­aan dan pengelolaan keuan­gan negara demi terciptanya kesejahteraan masyarakat.

“Uang itu adalah uang rakyat, karena itu sewajarnya kita mempertanggungjaw­abkan keuangan itu secara transparan dan akuntable. Oleh karena itu, saya selalu berpesan agar semua jajaran mengelola keuangan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing,” ujarnya.

Dia menambahkan maraknya korupsi di pemerintah daerah merupakan kesalahan sistem demokrasi yang berkembang terlalu jauh. Pemilihan kepala daerah secara langsung yang menelan biaya tinggi bagi para calon, disinyalir menjadi akar terjadinya tindak pidana korupsi di pemerintahan.

Bukan rahasia umum, tegas Bibit, untuk menjadi kepala daerah tidaklah gratis. Biayanya bisa sangat tinggi. Di tingkat bupati dan wali kota untuk bisa maju mencalonkan diri memerlukan biaya ratusan juta. Mencalonkan seb­agai gubernur lebih mahal lagi.

“Pemahaman yang keliru atas otonomi daerah ini sedikit banyak menjadi kendala pemerintah dalam penggunaan keuangan negara yang efektif dan berbasis kesejahteraan rakyat. Kepala daerah yang terpilih, akan mencari celah mengembalikan modal kampanye pencalonan,” uajarnya.

Proses ini tentunya akan berpengaruh pada perilaku pejabat birokrasi dalam penggunaan anggaran keuangan. Bila tidak segera diperbaiki sistem pemilihan kepala daerah, tindak korupsi makin membudaya.

Menurut Bibit, setiap ada kesempatan dia selalu melakukan koordi­nasi dengan pejabat-pejabat pengelola keuangan pemprov /kabupaten/kota di Jawa Tengah. Bahkan, setiap 3 bulan sekali pihaknya selalu melakukan pengecekan masalah penggunaan anggaran, sehingga setiap ada permasala­han bisa terdeteksi sejak dini.

Hasilnya memang tidak sia-sia. Semua hasil pemeriksaan BPK terhadap pengelolaan keuangan pemda di Jawa Tengah mendapatkan opini WDP.

“Pokoknya kalau semua menerapkan konsep Balik Desa-Bangun Desa seperti yang kita canangkan, mudah-mudahan kita akan selamat semuanya,” tegas Bibit dengan nada optimistis. bd

Selalu Koordinasi Dengan Pengelola Keuangan Daerah

Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo

istim

ewa

15 - 23 agenda.indd 21 6/24/2011 4:04:34 PM

Page 17: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

AGENDA

22 Warta BPKMEI 2011

secara elektronik. Hasil pengolahan tarsebut dipadukan dengan data dan informasi yang diperoleh langsung di tempat entitas yang diperiksa (field audit).

“Nota kesepahaman ini merupakan tahap awal kesepakatan para pihak untuk membangun proses linking ja­ringan teknologi informasi BPK de-ngan pihak auditee sehingga BPK dapat mengakses data dan informasi yang ada pada auditee,” tegasnya.

Kemudian dilanjutkan dengan ke-sepakatan tentang jenis data dan infor­masi yang terkait dengan pangelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang perlu disiapkan oleh pihak audi­tee untuk dapat diakses oleh BPK.

10 Kompetensi Gubernur DIY Sri Sultan

Hamengku buwono X dalam sambu­tannya menegaskan reformasi penge­lolaan keuangan negara telah dilak­sanakan melalui paket Undang-Un­dang yang terdiri atas UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha­raan Negara dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

reformasi tersebut telah meng­hasilkan berbagai perbaikan dalam

sistem, prosedur dan pertanggungja­waban pengelolaan keuangan negara, termasuk keuangan daerah. Salah satu aspek yang harus di perhatikan dari reformasi itu adalah pengggunaan dae­rah melekat pada jabatan yang diem­ban oleh seorang pegawai negeri sipil.

Sebagai konsekuensi lanjut dari tanggungjawab tersebut, perlu upa­ya serius agar pejabat daerah dapat melakukan pengelolaan keuangan daerah dengan lebih berkualitas. Se­bagai bagian dari komponen bangsa, baik BPK maupun pemerintah daerah dalam semua tingkatan memiliki peran strategis untuk mewujudkan pengelo­laan dan pertanggung jawaban keua-ngan daerah yang transparan.

Melalui kesepakatan bersama ini,

ada tiga manfaat yang di peroleh. Per-tama, akan terbentuk pusat data BPK dengan menggabungkan data elektro-nik BPK dengan data elekronik setiap SKPD sebagai auditee. Kedua, memper­mudah pelaksanaan pemeriksaan BPK. Ketiga, mendorong transparansi dan akuntabilitas data auditee.

Hal ini juga bertujuan untuk mewu­judkan efektivitas pemeriksaan BPK guna mendorong optimalisasi penge­lolaan dan tanggung jawab keuangan daerah yang transparan dan akuntabel.

Dengan adanya MoU ini, pemeriksa

BPK dapat melakukan akses data setiap SKPD di tingkat provinsi/kabupa ten/kota cukup dari kantor BPK melalui sistem informasi yang dikembangkan dan dikelola bersama kedua pihak.

Dengan cara ini, pemeriksaan BPK akan semakin efisien dan efektif. Wak­tu yang digunakan auditor melaku­kan proses pengumpulan dan peng-unduhan data terhadap entitas yang diperiksa menjadi berkurang karena sebagian atau seluruhnya sudah dapat dilakukan melalui server di kantor BPK.

Sri Sultan HB X juga mengingatkan dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang lebih berkualitas, setiap pejabat yang terlibat dalam pengelo­laan keuangan daerah harus memiliki

10 kompetensi, yakni cara penempa­tan APBD, anatomi dokumen anggaran, jenis dana yang tersedia, sistem pe­ngendalian internal, komponen pokok organisasi, cara penyediaan barang/jasa, dokumen dasar belanja, cara pembayaran, perpajakan atas belanja daerah, dan pelaporan.

“Dari 10 materi itu, saya hanya memberikan contoh tentang Anatomi Dokumen Anggaran. Dalam hal ini, semua pejabat yang terlibat harus pa­ham sepaham-pahamnya untuk apa anggaran sudah disediakan.” bd

Ketua BPK Hadi Poernomo berfoto bersama dengan sejumlah kepala daerah se-provinsi Jateng.

warta

bpk-

riant

o

AGENDA

15 - 23 agenda.indd 22 6/24/2011 4:04:35 PM

Page 18: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010: · PDF filetehadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010. Ada empat permasalahan yang ditemukan yang menjadi pengecualian

23Warta BPK MEI 2011

UNtUK memperkenalkan dan mensosialisasi pro­gram di kalangan akade­misi, BPK menyelenggara­

kan kegiatan BPK Goes to Campus. Kegiatan kali ini diselenggarakan di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ItS), Surabaya pada 20 Mei 2011. Acara yang digelar di Graha ItS ini dihadiri oleh Ketua BPK Hadi Poernomo dan Rektor ITS, Prof Tri Yogi Yuwono. tema yang diusung dalam kegiatan kali ini adalah BPK Sinergi, Mendorong Terwujudnya Ke-adilan Sosial.

Melalui kegiatan public awareness ini diharapkan para akademisi dapat mengerti dan memahami tugas, fung­si, dan peranan BPK dalam pemerik­saan pengelolaan keuangan negara. Dengan begitu nantinya antara BPK dan kalangan akademisi bisa ber-sama­sama mengawal terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel.

Selain itu, kunjungan sosialisasi ke perguruan tinggi ini juga sebagai upaya BPK untuk berkomunikasi de-ngan kalangan akademisi. Lebih pen-ting lagi melalui kegiatan ini BPK juga berharap mendapat masukan dan dukungan dari para akademisi dalam mewujudkan BPK Sinergi.

Dihadapan para civitas akademik ITS, Hadi Poernomo mengungkapkan sebagai eksternal auditor, BPK memi­liki peran penting dalam mendorong terwujudnya keadilan sosial. Sebab, saat ini dalam pandangan Hadi Poer­nomo, keadilan belum merata. Itu se­babnya praktek KKN, illegal logging, illegal mining, illegal fishing, mafia pajak, mark up, dan adanya peraturan yang bertentangan dengan peraturan di atas masih sering terjadi. Karena itulah, pemerintah menugasi BPK un­tuk melakukan monitoring semuanya untuk mendorong transparansi yang akhirnya memberantas KKN dan mewujudkan keadilan sosial yang

merata.Untuk memenuhi tugas itu, lan­

jutnya, BPK menjalin nota kesepaha­man (Memorandum of Understand-ing/MoU) dengan lembaga serupa pada 13 negara, dan akhirnya BPK mengembangkan e-audit melalui MoU dengan Kementerian, Lembaga Negara, BUMN, dan pemerintah dae­rah se­Indonesia.

Melalui e­audit inilah pembangu­nan akan dapat dicek langsung secara pencarian elektronik hingga kon­disi fisiknya, lalu dapat dicek siapa yang menggarap dan akhirnya BPK melakukan audit keuangan, kinerja, dan PDtt.

Untuk itulah, BPK telah mempra­karsai pembentukan pusat data de-ngan auditee melalui strategi link and match. caranya dengan menggabung­kan data elektronik BPK dengan data elektronik auditee. Melalui pusat data itulah BPK nantinya dapat melaku­kan perekaman, pengolahan, peman­faatan, dan monitoring data yang ber­sumber dari ber bagai pihak. Tujuan­nya tak lain dalam rangka pemerik­saan terhadap pe ngelolaan tanggung­jawab keuangan negara. Dengan cara ini monitoring keuangan Negara akan

semakin kuat dan pemeriksaan BPK akan semakin efisien dan efektif.

“Dengan adanya optimalisasi, transparansi dan akuntabilitas penge­lolaan dan tanggungjawab keuangan negara diharapkan dapat mendorong terwujudnya keadilan sosial,” kata Hadi Poernomo.

Sehubungan dengan sistem pusat data yang kini sedang dibangun BPK itu, Hadi Poernomo meminta bantuan para ahli di ITS Surabaya untuk mem­perbaiki sistem e-audit yang dikem­bangkan BPK.

“Biasanya, saya datang ke kampus untuk meminta masukan, tetapi saya ke ITS untuk meminta bantuan per­baikan e-audit,” tuturnya.

Sementara Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono menegaskan kesiapannya membantu BPK guna mewujudkan sistem informasi e-audit yang efisien dan aman.

Dia berjanji para ahli teknik infor­matika akan membantu BPK untuk memikirkan sistem informasi e-audit yang efisien dan aman. “Saya kira pro­gram ini bagus, terlebih lagi jika nanti melibatkan mahasiswa, mereka akan memiliki pengalaman yang luar bi­asa,” katanya. bw

ITS Bantu Wujudkan E-audit Efisien & Aman

Rektor ITS Tri Yogi Yuwono menyerahkan cinderamata kepada ketua BPK Hadi Poernomo

warta

bpk-

riant

o

15 - 23 agenda.indd 23 6/24/2011 4:04:36 PM