universitas indonesia pengecualian pajak hibah...
TRANSCRIPT
i UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGECUALIAN PAJAK HIBAH KENDARAAN BERMOTOR ( KASUS HIBAH BADAN PANGAN DAN PERTANIAN
PERSERIKATAN BANGSA BANGSA KEPADA DEPARTEMEN PERTANIAN)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum
ALUISIUS ARI 0906651712
FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCASARJANA
JAKARTA JUNI 2012
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
ii UNIVERSITAS INDONESIA
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
iii UNIVERSITAS INDONESIA
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
iv UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Juru Selamat Kami atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengecualian pajak hibah
kendaraan bermotor ( kasus hibah badan pangan dan pertanian perserikatan bangsa bangsa
kepada departemen pertanian)”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia agar dapat meraih gelar
Magister Hukum (S2).
Dengan tersusunnya tesis ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis hingga tesis ini selesai disusun.
Ucapan terima kasih ini disampaikan terutama kepada :
1. Bapak Tjip Ismail, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.
2. Segenap Dosen Pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, atas kesabaran dan
ketulusan hati dalam mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.
3. Seluruh staf dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
4. Pihak-pihak yang memberikan sejumlah informasi melalui wawancara yakni Bapak Widi
Prasetyo selaku Kepala Bidang Bantuan Asing Sekertariat Negara Republik Indonesia,
Bapak Sujud selaku kepala Perencanaan keuangan dan bantuan kementrian keuangan
Republik Indonesia, Bapak Wahyu Hoekama selaku Staff Biro Komite Luar Negri dan
kerjasama internasional, Ibu Ade selaku National Project Coordinator Kementrian
Pertanian, Mr. Mustafa Imir, Kepala Perwakilan UNFAO di Indonesia, Mr. James J.
McGrane selaku Team Leader UNFAO ECTAD project di Indonesia,Mrs. Mia Kim
selaku Senior Advisor UNFAO Rome/OFFLU, Mr. Peter Durr Selaku Ketua AHHL
Csiro Australia, Mr. Eric Brum selaku Chief Technical Advisor UNFAO ECTAD, Mr.
Ken Shimizu selaku Operation Manager UNFAO ECTAD.
5. Keluarga besarku tercinta, khususnya Mama dan Papa yang telah membesarkan,
merawat, membimbing, dan mencurahkan kasih sayang serta dengan sabar telah
mendukung penulis sampai saat ini.
6. Adik tercintaku, Monica yang dengan tulus memberi semangat, dorongan, doa dan kasih
sayangnya yang besar sehingga memotivasi penulis menyusun tesis ini.
7. Rekan-Rekan Kantorku, yaitu Lilies Chandra, Aliyah Aidid ,dan Wahyu yang
memberikan banyak sekali informasi, dan dukungan serta doa hingga terselesaikannya
thesis ini.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
v UNIVERSITAS INDONESIA
8. Teman-teman seperjuangan penulis di Universitas Indonesia, khususnya Farida , Bayu,
Sampurno, Iqbal, Ichsan yang telah banyak memberikan banyak dukungan kepada penulis
selama kuliah hingga rampungnya penyusunan tesis ini.
9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya, yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga memperlancar penulisan
tesis ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca akan sangat berguna bagi penulis.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak, serta dapat memberikan informasi dalam perkembangan ilmu hukum.
Jakarta, Juni 2012.
Penulis
Aluisius Ari
NPM : 0906651712
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
vi UNIVERSITAS INDONESIA
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
vii UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRAK
Nama : Aluisius Ari Program Studi : Pascasarjana Judul : Pengecualian Pajak Hibah Kendaraan Bermotor ( Kasus Hibah Badan Pangan Dan Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa Kepada Departemen Pertanian) Sejak tahun 1970 , banyak sekali bantuan asing masuk ke Indonesia dari berbagai Negara-negara asing maupun dari lembaga-lembaga asing. Bantuan asing tersebut tentu membawa kendaraan bermotor sebagai operasional pelaksanaan dari proyek lembaga maupun Negara asing tersebut di Indonesia. Setelah berakhirnya proyek pihak Negara maupun lembaga asing tersebut umumnya menghibahkan kendaraan proyek tersebut kepada pemerintah Indonesia yang diwakili oleh departemen ataupun instasi yang terkait. Sejak tahun 2006 Badan Pangan dan pertanian perserikatan bangsa-bangsa atau disebut dengan UNFAO memberikan bantuan untuk penanganan Flu burung kepada Indonesia yang bekerjasama dengan departemen pertanian, sejak tahun 2011 proyek FAO akan segera berakhir , pihak UNFAO sendiri akan menghibahkan kendaraan bermotor dari proyek UNFAO kepada departemen pertanian yang mewakili pemerintah Republik Indonesia. Sejak pemberlakuan Undang undang pabean no 17 tahun 2006, semua barang khususnya kendaraan bermotor wajib dikenakan bea masuk, ppn, ppnbm, dan pph pasal 21, namun menurut pasal 25 khusus badan asing maupun perwakilan asing dibebaskan dari bea masuk, ppn, ppnbm, dan pph pasal 21. Ketika proyek tersebut berakhir, pihak asing akan menghibahkan kendaraan bermotor tersebut kepada departemen pertanian , dengan perubahan status kepemilikan , maka secara otomatis bea masuk, ppn, ppnbm, dan pph pasal 21 akan muncul dan wajib dibayarkan oleh pihak departemen pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah departemen pertanian dapat tidak membayarkan bea masuk, ppn, ppnbm, dan pph pasal 21 sesuai undang-undang pabean no 17 tahun 2006 , mengingat begitu besarnya biaya yang harus dibayarkan oleh departemen pertanian untuk melakukan pembayaran bea masuk, ppn, ppnbm, dan pph pasal 21 tersebut. Terlebih lagi biaya bea masuk, ppn, ppnbm, dan pph pasal 21 sama bahkan lebih tinggi daripada nilai jual objek pajak kendaraan bermotor tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-empiris, yaitu dengan melakukan inventarisasi hukum positif yang mengatur dan berkaitan dengan undang-undnag no 17 tahun 2006, sedangkan data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif , yaitu data sekunder yang berupa teori, definisi dan substansinya dari berbagai literatur, dan peraturan perundang-undangan, serta data primer yang diperoleh dari wawancara, kemudian dianalisis dengan undang-undang, teori dan pendapat pakar yang relevan, sehingga didapat kesimpulan tentang pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan. Kata kunci : Undang-undang pabean no 17 tahun 2006, pengecualian pajak atas hibah asing, pajak kendaraan bermotor, bea masuk, ppn, ppnbm, pph pasal 21
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
viii UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRACT Name : Aluisius Ari Study Programme : Post Graduate Title : The exception of Motor Vehicle Tax Grant (Grant Case Agency for Food And Agriculture of the United Nations To Department of Agriculture) Since 1970, many foreign aid coming to Indonesia from various foreign countries and from
foreign institutions. Foreign aid would bring the motor vehicle as the operational
implementation of projects and institutions of foreign countries in Indonesia. After the end of
the project the State as well as foreign institutions are generally donated vehicles to the
government of Indonesia project represented by departments or related institution. Since 2006
the Food and agricultural associations or nations called UNFAO provide assistance to the
handling of bird flu to Indonesia in cooperation with the department of agriculture, since
2011 FAO project will soon be over, the UNFAO itself will donate vehicles to the department
of project UNFAO agriculture representing the government of the Republic of Indonesia.
Since the implementation of the Customs Act No. 17 of 2006, all goods, especially motor
vehicle shall be subject to import duties, VAT, luxury sales, and article 21 pph, but according
to the article 25 specific foreign or foreign representative bodies exempted from import
duties, VAT, luxury sales, and pph Article 21. When the project ended, the foreign party will
be donated the motor vehicle to the department of agriculture, which is a change in ownership
status, it will automatically payment the VAT, luxury sales, and pph Article 21 will appear
and must be pay by departemen agriculutre.
The purpose of this study was to determine whether the department of agriculture cannot pay
the customs duties, VAT, luxury sales, and article 21 pph appropriate customs law No. 17 of
2006, given the amount of fees to be paid by the agricultural department to make payment of
customs duties, VAT , luxury sales, and the article 21 pph. Moreover the cost of import
duties, VAT, luxury sales, and article 21 pph at even higher than the selling value of the
object of that motor vehicle tax.
This study uses an empirical approach, juridical, to conduct an inventory of the positive law
governing and pertaining to legislation No. 17 of 2006, while the data in this study were
analyzed qualitatively, the secondary data in the form of the theory, the definition and
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
ix UNIVERSITAS INDONESIA
substance of the literature, and legislation, as well as primary data obtained from interviews,
then analyzed with the laws, theories and opinions of relevant experts, in order to get
conclusions on the implementation of corporate social responsibility.
Keywords: Customs Act No. 17 of 2006, the tax exemption on foreign grants,
motor vehicle taxes, import duties, VAT, luxury sales, article 21 pph
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
x UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Pokok Permasalahan .................................................................. 9
1.3 Kerangka Teori .......................................................................... 9
1.4 Kerangka Konseptual ................................................................. 15
1.5 Metode Penelitian ...................................................................... 25
1.6 Tujuan dan kegunaan Penelitian ................................................ 28
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................ 30
BAB II PENGURANGAN ATAU PENGECUALIAN BEA MASUK
YANG TIMBUL SETELAH ADANYA HIBAH ....................................... 32
2.1 Bea Masuk ................................................................................ 32
2.2 Dasar Hukum Bea Masuk ......................................................... 34
2.3 Asas-asas pemungutan Bea Masuk .......................................... 37
2.4 Bea Masuk sebagai pendapatan asli daerah ............................. 44
2.5 Fungsi Bea Masuk .................................................................... 46
2.6 Peranan Bea Masuk Kendaraan bermotor dalam penerimaan
Negara ..................................................................................... 50
2.7 Tarif Bea Masuk .......................................................................
2.7.1 Jenis Tarif ....................................................................... 50
2.7.2 Kebijaksanaan Tarif ....................................................... 53
2.8 Pengaruh Bea Masuk terhadap distribusi ................................. 54
2.9 Bea Masuk kendaraan bermotor ............................................... 56
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
xi UNIVERSITAS INDONESIA
2.10 Pengenaan Bea Masuk atas kendaraan bermotor ................... 59
2.11 Pengenaan Pajak pertambahan nilai atas kendaraan
bermotor .................................................................................. 62
2.12 Pengenaan Pajak Penghasilan pasal 21 terhadap kendaraan
bermotor ................................................................................. 63
2.13 Mekanisme pembebasan bea masuk perwakilan dari
Luar negeri .............................................................................. 64
2.14 Penjualan atau pemindahtanganan kendaraan bermotor ........ 66
2.15 Fasilitas bea masuk bagi perwakilan asing studi kasus dari
FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF
UNITED NATIONS .................................................................. 67
2.16 Proses hibah kendaraan bermotor dari FAO terhadap
Departemen pertanian .............................................................. 70
2.17 Pengecualian bea masuk bagi kendaraan bermotor hibah
Dari FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF
UNITED NATIONS dengan mekanisme keringanan bagi
Pembayaran bea masuk yang timbul dari hibah kendaraan
bermotor .................................................................................. 71
BAB III KONTRIBUSI BEA MASUK KENDARAAN PROYEK FAO
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) .............................. 75
3.1 Bagi Hasil bea masuk kendaraan bermotor ............................. 75
3.2 Konstribusi bea masuk terhadap pendapatan asli daerah ........ 76
3.3 Penerimaan bea masuk kendaraan bermotor merupakan
Penerimaan pajak daerah tertinggi .......................................... 79
3.4 Analisa Manfaat bea masuk kendaraan proyek FAO terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) daerah Yogyakarta ................. 82
3.5 Kesimpulan Analisa Manfaat bea masuk kendaraan proyek
FAO terhadap pendapatan asli daerah (PAD) ........................ 84
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 86
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 86
5.2 Saran ........................................................................................ 90
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
xii UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sejak tahun 1970an, beberapa lembaga dunia masuk di beberapa negara di Asia untuk
membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dalam hal pemerintahan,
pangan, kependudukan dan lain halnya. Di Asia Tenggara, bantuan dari badan asing ini
berawal dari Thailand yang kemudian merambah ke berbagai negara Asia Tenggara lainnya
seperti Malaysia, Filipina, Laos, Vietnam, Myanmar dan tak terkecuali Indonesia. 1
Bantuan dari badan-badan maupun lembaga dunia maupun asing dapat berupa
bantuan dana langsung dalam hal ini jika pihak badan-badan asing tersebut bertindak sebagai
donor di negara yang mereka bantu, dan sebaliknya bantuan dari badan-badan maupun
lembaga dunia maupun asing dapat berupa pelaksanaan proyek didalam memenuhi tujuan
dari bantuan dari lembaga-lembaga asing tersebut.2
1 FAO, FAO RESPONSE Highly Pathogenic Avian Influenza and beyond, Rome: FAO, 2011. Hal 1. 2 Ibid., Hal 7.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Bagi negara-negara berkembang, pendapatan negara yang berasal dari bantuan luar
negeri merupakan hal yang sangat membantu bagi pembangunan. Sementara itu bagi negara-
negara maju, terutama negara donor, pemberian bantuan luar negeri tersebut tidak terlepas
dari motivasi-motivasi seperti:
a) Bersifat politis, yaitu untuk mencegah masuknya pengaruh atau idiologi dari blok
lain;
b) Bersifat ekonomis, yaitu untuk memperluas perdagangan internasional;
c) Bersifat perikemanusiaan, yaitu keinginan untuk membantu negara-negara
berkembang mempercepat pembangunan ekonomi mereka dan mengejar
ketertinggalan mereka dari negara-negara maju.3
Suatu aliran modal atau pembiayaan yang berasal dari luar negeri dinamakan bantuan
luar negeri apabila ia mempunyai dua ciri utama berikut, yaitu:
a) Bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan, dan
b) Dana itu diberikan atau dipinjamkan kepada negara penerima dengan syarat
yang lebih ringan dari pada yang berlaku di pasaran internasional.4
3 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan, cet. 1, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi-Universitas Indonesia, 2007, hlm. 6. 4 Supriyanto dan Agung F. Sampurna, Utang Luar Negeri Indonesia: Argumen, Relevansi dan Implikasinya bagi Pembangunan, cet. 1, Jakarta: Djambatan, 1999, hlm. 4-5.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Sesungguhnya bantuan luar negeri merupakan suatu hal yang wajar dan telah
digunakan dalam hubungan luar negeri selama berabad-abad. Program bantuan luar negeri ini
pada dasarnya dapat berbentuk: Pemberian atau Hibah (Grant) dan Pinjaman (Loan). Bantuan
yang berbentuk Pemberian atau Hibah (Grant) maksudnya ialah suatu bantuan penuh dari
negara donor kepada negara penerima, karena negara penerima tidak diwajibkan untuk
membayar kembali atau melakukan balas jasa lain sebagai imbalan kepada pemberian
tersebut.5
Bantuan yang berbentuk demikian sifatnya antara lain:
a) Bantuan teknik dan tenaga ahli;
b) Bantuan bahan makanan;
c) Bantuan untuk mengadakan penyelidikan mengenai feasibility sesuatu proyek6
Salah satu sumber penerimaan APBN, menurut UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara adalah hibah. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 mempertegas.
Berdasarkan pasal 4 beleid ini, Pemerintah dapat menerima pinjaman atau hibah dari luar
negeri yang bersumber pada:
1. negara asing;
2. lembaga multilateral;
3. lembaga keuangan dan lembaga non-keuangan asing; serta
5 Sukirno, Op. Cit., hlm. 371. 6 Ibid., hlm. 7.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
4
Universitas Indonesia
4. lembaga keuangan non-asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar
wilayah Republik Indonesia.7
Proyek bantuan asing sendiri memiliki jangka waktu didalam pelaksanaanya , dapat
berkisar antara 4 atau 7 tahun , dan ada yang bisa diperpanjang. Didalam penyelenggaraan
proyek , penyelenggara proyek dalam hal ini biasanya dilakukan oleh badan asing tersebut
membeli kendaraan untuk operasional didalam penyelengaraan proyek8. Mengingat UU no.
17 tahun 2006 pasal 25, yang menyatakan bahwa semua pembelian Barang Kena Pajak atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh :
a. Perwakilan Negara Asing;
b. Badan Internasional di Indonesia yang memperoleh kekebalan diplomatik
serta Pejabat/Tenaga Ahlinya, yang mendapatkan fasilitas pembebasan pajak dari
pemerintah, Sehingga ketika berakhirnya proyek , Pihak badan asing cukup
menghibahkan ke pemerintah atas azas hubungan timbal balik antara pemerintah
dengan badan asing tersebut dalam kaitannya dengan pemberian pembebasan pajak atas
barang-barang didalam proyek tersebut. Kelanjutan atau berhentinya bantuan lembaga-
lembaga asing tersebut, pasca berakhirnya proyek di indonesia , sangat ditentukan oleh
faktor kenyamanan. Artinya, negara donor atau NGO itu tetap akan melanjutkan
7 Ibid., hlm 32 8 FAO, FAO RESPONSE Highly Pathogenic Avian Influenza and beyond, Rome: FAO, 2011. Hal 2
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
5
Universitas Indonesia
bantuannya, jika proyek-proyek bantuan yang dikerjakannya bermanfaat dan tidak
menimbulkan banyak masalah9
Didalam pelaksanaan hibah kendaraan bermotor dari lembaga asing tersebut kepada
setiap pemerintah maka timbulah kewajiban pembayaran Bea masuk, ppn, ppnBm,dan pph
pasal 21 atas kendaraan bermotor hibah dari lembaga asing tersebut kepada pemerintah
indonesia dimana kendaraan bermotor tersebut akan digunakan di pemerintah atas
berakhirnya proyek yang sudah selesai dijalankan tersebut. Kewajiban pembayaran ini
menimbulkan permasalahan baru , dikarenakan pembelian kendaraan bermotor tersebut pada
awalnya digunakan oleh badan asing tersebut dengan status sebagai kendaraan proyek milik
badan asing tersebut, namun setelah proyek tersebut berakhir , pihak lembaga asing
melakukan hibah kepada pemerintah indonesia , dimana timbulah kembali kewajiban
pembayaran Bea masuk, ppn, ppnBm,dan pph pasal 21 yang wajib dibayarkan sebagai
perintah dari undang-undang no 17 tahun 2006 , namun dikarenakan proyek lembaga asing
tersebut berakhir di indonesia dikarenakan perjanjian dengan pemerintah Indonesia sudah
selesai, sehingga menyebabkn pihak departemen pertanian mengalami kesulitan didalam
melakukan penyelesaian atas Bea masuk, ppn, ppnBm,dan pph pasal 21 tersebut
dikarenakan terbatasnya anggaran dari departemen pertanian tersebut.
9 Departemen Pertanian, Cenggah dan tanggap flu burung , Jakarta: Departemen Pertanian , 2009, Hal 24
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Pemerintah daerah yang menjadi tujuan hibah sendiri tidak bisa langsung melakukan
pembayaran atas Bea masuk, ppn, ppnBm,dan pph pasal 21 tersebut10 dikarenakan biaya Bea
masuk, ppn, ppnBm,dan pph pasal 21 yang sangat tinggi untuk kendaraan bermotor hasil
hibah, dimana secara ekonomis tentu pihak pemerintah lebih mengutamakan pembelian
kendaraan bermotor yang baru dibandingkan harus membayar jumlah Bea masuk, ppn,
ppnBm,dan pph pasal 21yang sangat tinggi , dimana biaya Bea masuk, ppn, ppnBm,dan pph
pasal 21sama dengan nilai jual objek pajak maupun lebih tinggi dari nilai jual objek pajakt
tersebut.
Penelitian ini akan mencari solusi atas permasalahan pembayaran Bea masuk, ppn,
ppnBm,dan pph pasal 21 yang muncul akibat hibah yang dilakukan oleh badan lembaga asing
kepada pemerintah. Penelitian dipilih pada salah satu Badan PBB untuk masalah pangan
dunia yaitu Food And Agriculture Organization Of United Nation (FAOUN) yang melakukan
hibah kendaraan bermotor kepada departemen pertanian. Dengan pertimbangannya antara
lain adalah FAO sendiri bekerja sama dengan departemen pertanian sejak tahun 2004 di
mana FAO bekerjasama dengan Departemen Pertanian melalui beberapa proyek untuk
mengatasi flu burung diantaranya adalah11 :
10 Departemen Pertanian, Cenggah dan tanggap flu burung , Jakarta: Departemen Pertanian , 2009, Hal 45 11 FAO Internal , Information , Education and Communication (IEC) , Jakarta : FAO , Hal . 3
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
7
Universitas Indonesia
a. Office for Sahelian Relief Operations (OSRO)
Proyek OSRO ini merupakan bantuan tanggap darurat (emergency) dan rehabilitasi pasca
bencana di negara anggota seperti menanggapi kondisi darurat di Indonesia yaitu Flu
Burung di 31 provinsi di Indonesia, Dalam menangani program rehabilitasi darurat
dalam jangka pendek, FAO memberikan pelayanan OSRO, yang kemudian berubah
menjadi The Emergency Operations and Rehabilitation Division.
b. Government Cooperation Programme (GCP) dan Government Cooperation Special
Programme (GCSP).
Proyek GCP dan GCSP merupakan proyek pengembangan (Development) yang dananya
berasal dari negara anggota FAO maupun lembaga donor internasional. Proyek
GCP/GCSP ini digunakan untuk penanggulangan flu burung di negara anggota. Bantuan
GCP/GCSP yang diberikan biasanya bernilai lebih dari US$ 500.000 dengan jangka
waktu pelaksanaan proyek dapat mencapai lebih dari 2 tahun.
c. Special Programme for Food Security – SPFS (GCSP/INS/073/JPN) merupakan proyek
bantuan penanggulangan flu burung yang berasal dari Pemerintah Jepang. Bantuan yang
diberikan mencapai US$ 3.099.637 dengan jangka waktu pelaksanaan 6 tahun mulai
tahun 2004, penanggung jawab proyek ini adalah Badan Ketahanan Pangan,
Kementerian Pertanian. periode proyek ini adalah September 2004 – September 2006,
kemudian diperpanjang sampai dengan bulan September 2007. Lokasi dari proyek
tersebut adalah; Aceh; Riau; Jawa Barat; Jawa Tengah; Daerah Istimewa Yogyakarta;
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Nusa Tenggara Barat; Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Proses penyelesaian
proposal SPFS sangat panjang, biasanya dapat memakan waktu satu tahun dan
melibatkan ratusan pakar sebagai “reviewer”. Umumnya perlu paling tidak dua kali
kunjungan tim ahli (mission team) ke Indonesia untuk melihat secara langsung di
lapangan calon lokasi proyek. Penyiapan/penulisan dan penyelesaian proposal Special
Programme for Food Security dilakukan oleh Tim Pakar FAO dengan bantuan national
consultan.
Sejak Tahun 2011 Proyek kerjasama FAO-Departemen Pertanian telah berakhir, Sesuai
dengan Letter Of Intent antara pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Departemen Pertanian
dan FAO. Pihak FAO pada masa akhir proyek akan melakukan penghibahan kendaraan
bermotor terhadap seluruh dinas pertanian dibawah naungan Departemen Pertanian.
Penghibahan kendaraan bermotor tersebut saat ini masih terganjal oleh Bea Masuk kendaraan
bermotor tersebut12.
12 Departemen Pertanian, Cenggah dan tanggap flu burung , Jakarta: Departemen Pertanian , 2009, Hal 47
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
9
Universitas Indonesia
1.2. POKOK PERMASALAHAN
Berdasarkan UU no.17 tahun 2006 mengenai Kepabeanan , pemasalahan dalam thesis
ini, adalah:
a) Bagaimanakah melakukan pengurangan atau penghilangan Bea masuk yang timbul
akibat hibah kendaraan bermotor dari Food And Agriculture Organization Of United
Nation (FAOUN) kepada departemen pertanian ?
b) Apakah apabila terjadi pengurangan atau penghilangan Bea masuk yang timbul
akibat hibah kendaraan bermotor dari Food And Agriculture Organization Of United
Nation (FAOUN) kepada departemen pertanian, adanya perbedaan Penerimaan Asli
Daerah dibandingkan dengan tidak adanya pengurangan atau penghilangan Bea
masuk tersebut?
1.3. KERANGKA TEORI
Teori-teori Hukum Alam sejak Socretes hingga Francois Geny, tetap
mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Teori Hukum Alam mengutamakan “the
search for justice”13. Terdapat macam-macam teori mengenai keadilan dan masyarakat yang
adil. Teori-teori ini menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan
13 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Yogyakarta: kanisius, 1995 hal. 196.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
10
Universitas Indonesia
kemakmuran. Diantara teori-teori itu dapat disebut: teori keadilan Aristoteles dalam bukunya
nicomachean ethics dan teori keadilan sosial John Rawl dalam bukunya a theory of justice.
a. Teori keadilan Aristoteles
Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa didapatkan dalam karyanya
nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean
ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang, berdasarkan filsafat umum
Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa
ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan”.14 Yang sangat penting dari pandanganya ialah
pendapat bahwa keadilan mesti dipahami dalam pengertian kesamaan. Namun Aristoteles
membuat pembedaan penting antara kesamaan numerik dan kesamaan proporsional.
Kesamaan numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang
sekarang biasa kita pahami tentang kesamaan dan yang kita maksudkan ketika kita
mengatakan bahwa semua warga adalah sama di depan hukum. Kesamaan proporsional
memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya,
dan sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi dan
perdebatan seputar keadilan. Lebih lanjut, dia membedakan keadilan menjadi jenis keadilan
distributif dan keadilan korektif. Yang pertama berlaku dalam hukum publik, yang kedua
dalam hukum perdata dan pidana. Keadilan distributif dan korektif sama-sama rentan
14 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum, Jakarta : Nusamedia , 2009 hal 24
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
11
Universitas Indonesia
terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa dipahami dalam kerangkanya.
Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting ialah bahwa imbalan yang sama-rata
diberikan atas pencapaian yang sama rata, namun yang menjadi persoalan ialah bahwa
ketidaksetaraan yang disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan
dihilangkan. Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi, honor,
kekayaan, dan barang-barang lain yang sama-sama bisa didapatkan dalam masyarakat.
Dengan mengesampingkan “pembuktian” matematis, jelaslah bahwa apa yang ada dibenak
Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang berharga lain berdasarkan nilai yang berlaku
dikalangan warga. Distribusi yang adil boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai degan
nilai kebaikannya, yakni nilainya bagi masyarakat.15
Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu
pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka keadilan korektif berusaha
memberikan kompensasi yang memadai bagi pihak yang dirugikan; jika suatu kejahatan telah
dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya perlu diberikan kepada si pelaku.
Bagaimanapun, ketidakadilan akan mengakibatkan terganggunya “kesetaraan” yang sudah
mapan atau telah terbentuk. Keadilan korektif bertugas membangun kembali kesetaraan
tersebut. Dari uraian ini nampak bahwa keadilan korektif merupakan wilayah peradilan
sedangkan keadilan distributif merupakan bidangnya pemerintah.16
15 Ibid . Hal 25 16 ibid
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Dalam membangun argumennya, Aristoteles menekankan perlunya dilakukan
pembedaan antara vonis yang mendasarkan keadilan pada sifat kasus dan yang didasarkan
pada watak manusia yang umum dan lazim, dengan vonis yang berlandaskan pandangan
tertentu dari komunitas hukum tertentu. Pembedaan ini jangan dicampuradukkan dengan
pembedaan antara hukum positif yang ditetapkan dalam undang-undang dan hukum adat.
Karena, berdasarkan pembedaan Aristoteles, dua penilaian yang terakhir itu dapat menjadi
sumber pertimbangan yang hanya mengacu pada komunitas tertentu, sedangkan keputusan
serupa yang lain, kendati diwujudkan dalam bentuk perundang-undangan, tetap merupakan
hukum alam jika bisa didapatkan dari fitrah umum manusia.17
b. Keadilan sosial ala John Rawls
John Rawls dalam bukunya a Theory of Justice18 menjelaskan teori keadilan sosial
sebagai the difference principle dan the principle of fair equality of opportunity. Inti the
difference principle, adalah bahwa perbedaan sosial dan ekonomis harus diatur agar
memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang paling kurang beruntung. Istilah
perbedaan sosil-ekonomis dalam prinsip perbedaan menuju pada ketidaksamaan dalam
prospek seorang untuk mendapatkan unsur pokok kesejahteraan, pendapatan, dan otoritas.
17 Ibid Hal 26-27 18 John Rawls, Teori Keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, diterjemahkan dari buku asilnya , John Rawls, Theory of justice.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Sementara itu, the principle of fair equality of opportunity19 menunjukkan pada
mereka yang paling kurang mempunyai peluang untuk mencapai prospek kesejahteraan,
pendapat dan otoritas. Mereka inilah yang harus diberi perlindungan khusus. Rawls
mengerjakan teori mengenai prinsip-prinsip keadilan terutama sebagai alternatif bagi teori
utilitarisme sebagaimana dikemukakan Hume, Bentham dan Mill. Rawls berpendapat bahwa
dalam masyarakat yang diatur menurut prinsip-prinsip utilitarisme, orang-orang akan
kehilangan harga diri, lagi pula bahwa pelayanan demi perkembangan bersama akan lenyap.
Rawls juga berpendapat bahwa sebenarnya teori ini lebih keras dari apa yang
dianggap normal oleh masyarakat. Memang boleh jadi diminta pengorbanan demi
kepentingan umum, tetapi tidak dapat dibenarkan bahwa pengorbanan ini pertama-tama
diminta dari orang-orang yang sudah kurang beruntung dalam masyarakat. Menurut Rawls,
situasi ketidaksamaan harus diberikan aturan yang sedemikian rupa sehingga paling
menguntungkan golongan masyarakat yang paling lemah. Hal ini terjadi kalau dua syarat
dipenuhi. Pertama, situasi ketidaksamaan menjamin maximum minimorum bagi golongan
orang yang paling lemah. Artinya situasi masyarakat harus sedemikian rupa sehingga
dihasilkan untung yang paling tinggi yang mungkin dihasilkan bagi golongan orang-orang
kecil. Kedua, ketidaksamaan diikat pada jabatan-jabatan yang terbuka bagi semua orang.
Maksudnya supaya kepada semua orang diberikan peluang yang sama besar dalam hidup.
Berdasarkan pedoman ini semua perbedaan antara orang berdasarkan ras, kulit, agama dan
perbedaan lain yang bersifat primordial, harus ditolak.
19 Ibid Hal 135
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
14
Universitas Indonesia
Lebih lanjut John Rawls menegaskan bahwa maka program penegakan keadilan yang
berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan dua prinsip keadilan, yaitu, pertama,
memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas
kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu mengatur kembali kesenjangan sosial
ekonomi yang terjadi sehingga dapat memberi keuntungan yang bersifat timbal balik
(reciprocal benefits) bagi setiap orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung
maupun tidak beruntung.20
Dengan demikian, prinsip berbedaan menuntut diaturnya struktur dasar masyarakat
sedemikian rupa sehingga kesenjangan prospek mendapat hal-hal utama kesejahteraan,
pendapatan, otoritas diperuntukkan bagi keuntungan orang-orang yang paling kurang
beruntung. Ini berarti keadilan sosial harus diperjuangkan untuk dua hal: pertama, melakukan
koreksi dan perbaikan terhadap kondisi ketimpangan yang dialami kaum lemah dengan
menghadirkan institusi-institusi sosial, ekonomi, dan politik yang memberdayakan. Kedua,
setiap aturan harus memosisikan diri sebagai pemandu untuk mengembangkan kebijakan-
kebijakan untuk mengoreksi ketidak-adilan yang dialami kaum lemah
20 Ibid Hal 221
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
15
Universitas Indonesia
1.4. KERANGKA KONSEPTUAL
Hibah menurut PP No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah adalah
Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik
dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan
yang tidak perlu dibayar kembali.
Hibah yang diberikan kepada daerah adalah sebagai salah satu bentuk hubungan
keuangan antara Pemerintah dan Daerah untuk mendukung pelaksanaan kegiatan daerah dan
dikelompokkan sebagai salah satu komponen lain-lain pendapatan dalam APBD. Penerimaan
ini bersifat tidak mengikat karena tidak harus dibayar kembali oleh daerah.21
Dasar Hukum Hibah adalah22 :
a) Undang Undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara
b) Undang-undang No.1 tahun 2004 tentang pembendaharaan Negara
21 PP No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah 22 Departemen Keuangan RI, Mekanisme Hibah Kepada Daerah, Jakarta : Depkeu, 2010, Hal, 3
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
16
Universitas Indonesia
c) Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
d) PP No. 57 tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
e) PP No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah
f) PP No. 2 tahun 2006 tentang tata cara pengadaan pinjaman dan atau penerimaan
Hibah serta penerusan pinjaman dan atau Hibah dari luar negeri
g) PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah daerah provinsi , dan pemerintah daerah Kabupaten dan atau Kota.
Sumber Hibah didapatkan dari :
a) Hibah kepada pemerintah daerah dapat bersumber dari :
1. Pemerintah
2. Pemerintah daerah lain
3. Badan atau lembaga atau organisasi swasta didalam negeri
4. Kelompok atau mayarakata perorangan didalam negeri
b) Hibah dari pemerintah dapat bersumber dari
1. Pendapatan APBN
2. Pinjaman Luar negeri dan atau
3. Hibah Luar Negeri
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
17
Universitas Indonesia
c) Hibah dari pinjaman luar negeri dan hibah luar negeri dapat bersumber dari
pemerintah negara asing , badan atau lembaga asing, badan atau lembaga
internasional, dan donor-donor lainnya.
Beberapa Prinsip dasar pemberian hibah ke daerah23:
a) Hibah kepada pemerintah daerah bersifat bantuan untuk menunjang program
pembangunan sesuai dengan prioritas dan kebijakan pemerintah serta merupakan
urusan daerah.
b) Hibah kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan dalam negeri,
kegiatannya merupakan kebijikan pemerintah atau dapat diusulkan oleh kementrian
negara atau lembaga.
c) Dalam hal hibah kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pinjaman luar negeri,
kegiatannya telah diusulkan oleh kementrian negara atau lembaga.
23 Ibid , hal 5
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
18
Universitas Indonesia
d) Hibah kepada pemerintah daerah yang bersumber dari luar negeri , kegiataanya dapat
diusulkan oleh kementrian negara atau lembaga dan atau pemerintah daerah
e) Hibah diberikan kepada pemerintah daerah ditetapkan oleh menteri keuangan serta
berkoordinasi dengan menteri pada kementrian negara atau pimpinan lembaga terkait
f) Hibah yang bersumber dari dalam negeri ( Pemerintah, Pemerintah daerah lainnya ,
badan atau lembaga atau organisasi swasta didalam negeri , dan kelompok masyarakat
atau perorangan). Dituangkan dalam naskah perjanjian hibah daerah antara
pemerintah daerah dan pemberi hibah.
g) Hibah yang bersumber dari luar negeri (bilateral, multilateral , dan sumber lainnya)
dituangkan dalam naskah perjanjian hibah luar negeri antara pemerintah dan pemberi
hibah luar negeri dan hibah tersebut dapat diteruskan oleh pemerintah kepada
pemerintah daerah dan dituangkan dalam naskah perjanjian penerusan hibah antara
pemerintah dengan pemerintah daerah.
h) Hibah yang bersumber dari pinjaman luar negeri diprioritaskan untuk daerah dengan
kapasitas fiskal rendah..
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Didalam Pemberian hibah terdapat beberapa kriteria pemberian hibah yang dapat
digolongkan berdasarkan sumber sebagai berikut24 :
a) Hibah yang bersumber dari pendapatan APBN, diberikan kepada
Pemerintah Daerah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi urusan Pemerintah Daerah atau
untuk kegiatan peningkatan fungsi pemerintahan, layanan dasar umum, dan
pemberdayaan aparatur Pemerintah Daerah
2. Untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kegiatan Pemerintah yang berskala nasional/ internasional
oleh Pemerintah Daerah
3. Untuk melaksanakan kegiatan lainnya sebagai akibat kebijakan Pemerintah
yang mengakibatkan penambahan beban pada APBD
4. Untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang diatur secara khusus dalam
peraturan perundangan.
24 Ibid, hal 32
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
20
Universitas Indonesia
b) Hibah yang bersumber dari pinjaman luar negeri, diberikan kepada Pemerintah
Daerah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan kegiatan yang merupakan urusan Pemerintah Daerah
dalam rangka pencapaian sasaran program dan prioritas pembangunan
nasional sesuai dengan peraturan perundangan
2. Diprioritaskan untuk pemerintah daerah dengan kapasitas fiskal rendah
berdasarkan peta kapasitas fiskal daerah yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
c) Hibah yang bersumber dari hibah luar negeri, diberikan kepada Pemerintah Daerah
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi urusan pemerintah daerah atau
untuk kegiatan peningkatan fungsi pemerintahan, layanan dasar umum, dan
pemberdayaan aparatur pemerintah daerah
2. Untuk mendukung pelestarian sumber daya alam, lingkungan hidup dan
budaya
3. Untuk mendukung riset dan teknologi; dan/atau
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
21
Universitas Indonesia
4. Untuk bantuan kemanusiaan.
Di dalam Pemberian hibah terdapat persetujuan dan perjanjian hibah terdapat Tata
cara perencanaan dan penilaian kegiatan yang didanai dari hibah yang bersumber dari
pendapatan APBN serta pinjaman dan/atau hibah luar negeri dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundangan.dimana berdasarkan hasil penilaian hibah yang berasal dari
pendapatan APBN, Menteri Keuangan menetapkan persetujuan atau penolakan atas usulan
kegiatan yang akan didanai dari hibah dan kelayakan suatu Pemerintah daerah untuk
menerima hibah. Persetujuan tersebut dituangkan dalam NPHD antara Menteri Keuangan
atau kuasanya dengan Kepala Daerah25
Berdasarkan hasil penilaian hibah yang berasal dari pinjaman dan/atau hibah luar
negeri, Menteri Keuangan menetapkan persetujuan atau penolakan atas usulan kegiatan yang
akan didanai dari rencana hibah dan kelayakan suatu Pemerintah daerah menerima hibah
sebelum melakukan komitmen pendanaan dengan PPLN atau PHLN. Persetujuan tersebut
dituangkan dalam NPPH antara Menteri Keuangan atau kuasanya dengan Kepala Daerah.
NPHD atau NPPH sekurang-kurangnya memuat ketentuan mengenai26 :
25 Ibid, hal 33 26 Ibid, hal 40
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
22
Universitas Indonesia
a. Tujuan hibah;
b. Jumlah hibah;
c. Sumber hibah;
d. Penerima hibah;
e. Persyaratan hibah;
f. Tata cara penyaluran hibah;
g. Tata cara penggunaan hibah;
h. Tata cara pelaporan dan pemantauan hibah;
I. Hak dan kewajiban
Penerimaan hibah oleh pemerintah daerah dikelola dan dilaksanakan secara
transparan dan akuntabel sesuai peraturan perundangan. Pemerintah daerah menjaga agar
penggunaan dana hibah sesuai dengan maksud, tujuan dan ketentuan yang dipersyaratkan
untuk menghindari pengeluaran yang ineligible. Kepala Daerah atau kuasanya melakukan
pembayaran selambatlambatnya dua hari kerja setelah diterimanya dana di rekening tersendiri
yang bersifat khusus sebagai bagian dari RKUD.
Dalam hal penyaluran hibah tahap terakhir telah dilakukan, Kepala Daerah atau
kuasanya menyampaikan laporan penggunaan hibah dan dokumen terkait selambat-
lambatnya sepuluh hari kerja setelah pemindahbukuan hibah dari RKUN atau Rekening
Khusus ke rekening tersendiri yang bersifat khusus sebagai bagian dari RKUD. Penerimaan
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
23
Universitas Indonesia
hibah oleh Pemerintah daerah dicatat sebagai pendapatan hibah dalam kelompok Lain-lain
Pendapatan yang Sah pada APBD.27
Penerimaan hibah berupa barang dan/atau jasa dicatat berdasarkan harga perolehan
atau taksiran nilai wajar barang dan/atau jasa tersebut. Penerimaan hibah berupa barang
dan/atau jasa selain dicatat sebagai pendapatan hibah dalam kelompok Lain-lain Pendapatan
yang Sah pada saat yang sama dicatat sebagai belanja dengan nilai yang sama. Barang yang
diterima dari hibah diakui dan dicatat sebagai barang milik daerah pada saat diterima.
Didalam Penerimaan hibah berupa uang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran
dan Laporan Arus Kas. Penerimaan Hibah berupa barang dan/atau jasa dilaporkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Transaksi penerimaan hibah diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Dalam hal hibah tidak termasuk dalam perencanaan hibah pada tahun
anggaran berjalan, hibah harus dilaporkan dalam Laporan Pertanggungjawaban Keuangan.
Tata cara akuntansi dan pelaporan keuangan yang terkait dengan hibah dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundangan.28
27 Ibid , hal 33 28 Ibid, 35
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Didalam UU no 28 tahun 2009 jo uu no 18 tahun 1997 tentang pajak dan restribusi
daerah pasal 9 ayat 3 (c) mengenai Bea Balik Nama Kendaraan bermotor kepada perwakilan
negara asing atau badan internasional serta penjabat atau tenaga ahlinya, disebutkan didalam
ayat 129 , yaitu menyatakan bahwa semua pembelian Barang Kena Pajak atau perolehan Jasa
Kena Pajak yang dilakukan oleh Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional di
Indonesia yang memperoleh kekebalan diplomatik serta Pejabat/Tenaga Ahlinya, dibebaskan
Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Menurut pasal tiga ayat tiga c UU no 28 tahun 2009 jo uu no 18 tahun 1997 tentang
pajak dan restribusi daerah disebutkan bahwa dikecualikan dari pengertian Kendaraan
Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat dua adalah Kendaraan Bermotor yang dimiliki
dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan
lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari
Pemerintah. 30 Dimana dapat disimpulkan semua kendaraan bermotor yang dimiliki oleh
badan asing dinyatakan tidak terkena pajak dalam hal ini pajak kendaraan bermotor. Pajak
kendaraan bermotor daerah menurut pasal 6 ayat tiga UU no 28 tahun 2009 jo uu no 18 tahun
1997 tentang pajak dan restribusi daerah disebutkan bahwa31 Tarif Pajak Kendaraan
Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial
dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar nol koma lima persen
29 Keputusan menteri keuangan Republik Indonesia Nomor : 25/KMK.01/1998 mengenai Pemberian restitusi atau pembebasan pajak pertambahan nilai dan atau pajak penjualan atas barang mewah kepada perwakilan negara asing atau badan internasional serta penjabat atau tenaga ahlinya. 30 pasal 3(tiga) ayat 3c(tiga C) UU no 28 tahun 2009 jo uu no 18 tahun 1997 tentang pajak dan restribusi daerah 31 ibid
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
25
Universitas Indonesia
dan paling tinggi sebesar satu persen, maka dapat disimpulkan mengacu pada pasal 6 ayat 3
menyatakan bahwa semua kendaraan bermotor milik departemen pertanian di daerah-daerah
di seluruh indonesia dinyatakan wajib membayarkan pajak kendaraan bermotor sebesar 0,5
persen
1.5. METODE PENELITIAN
a) Metode Penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yaitu dengan, pertama
mengacu kepada norma-norma hukum yang ada dalam peraturan perundang-
undangan dan putusan pengadilan. Kedua, mengacu juga pada norma-norma yang
hidup dalam praktek sehari-hari berkenaan dengan jalannya proses hibah didalam
proyek. Hasil penelitian akan diuraikan secara jelas dan sistematis. Dalam penelitian
yuridis normatif, merupakan penelitian terhadap data sekunder yang
bersumber dari berbagai pustaka yang dikaitkan dengan pokok bahasan.
b. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara
dilakukan dengan komunikasi langsung, yaitu dengan mengadakan hubungan
langsung dengan Food And Agriculture Organization Of United Nations, pejabat
pemerintah baik di perpajakan maupun di dinas pemerintah .
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Disamping itu, dalam batas-batas tertentu, digunakan pula wawancara dengan
komunikasi tidak langsung, dimana terdapat keterbatasan jarak dan / atau waktu
komunikasi.
Sehubungan dengan prioritas dari teknik pengumpulan data menggunakan wawancara
dengan komunikasi langsung, maka alat pengumpulan data menggunakan pedoman
wawancara untuk mencari jawaban atas masalah - masalah yang relevan dengan
penelitian ini.
c. Jenis Data
1. Data primer
Penelitian yuridis empiris menggunakan data primer berupa:
I. Wawancara dengan Food And Agriculture Of United Nations sebagai
berikut;
i. Unsur Operation Manager Food And Agriculture Of United
Nations;
ii. Unsur penjabat perpajakan.
iii. Unsur pejabat pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
27
Universitas Indonesia
II. Pihak-pihak lain yang diperlukan, misalnya karyawan, pejabat yang
berkompeten seperti programme assistant Food And Agriculture Of
United Nations , staff departemen pertanian, dan lain-lain.
2. Data Sekunder
Penelitian yuridis normatif menggunakan data sekunder, terdiri atas:
I. Bahan hukum primer, yaitu bahan buku buku yang berisikan
penjabaran mengenai Undang-undang no. 28 Tahun 2009 Jo UU no.
18 Tahun 1997 ataupun pengertian baru tentang pajak atas hibah,
maupun hibah dari badan luar negeri ke pemerintah.
II. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan pustaka yang berisikan
informasi tambahan tentang bahan hukum primer, terdiri dari
penjelasan Undang-undang perpajakan, literatur tentang hukum
hibah untuk daerah, perpajakan atas hibah, bahan seminar,
simposium, diskusi panel, dan lain-lain
III. Bahan Hukum Tersier, bahan hukum penunjang yang memberikan
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder atau dikenal
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
28
Universitas Indonesia
pula dengan nama bahan acuan atau rujukan bidang hukum, antara
lain:
i. United Nation regulation
ii. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan
iii. Kamus perpajakan
1.6 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Tujuan pemikiran adalah untuk menganalisis mengenai proses dan penyelesaian
masalah pembayaran atas bea masuk yang timbul dikarenakan hibah khususnya kendaraan
bermotor yang dilakukan badan asing terhadap pemerintah indonesia yang diwakili oleh
departemen atau instasi terkait setelah proyek berakhir dikaitkan dengan permasalahan bea
masuk yang dihadapi didalam proses hibah ini, yaitu dimana sesuai dengan UU no 17 tahun
2006 ayat 25 semua pembelian yang dilakukan oleh badan asing didalam penyelenggaraan
proyek di Indonesia dalam hal ini khususnya kendaraan bermotor dinyatakan bebas dari bea
masuk,pph pasal 21, ppn dan ppnBm yang biasanya dipungut didalam pembelian kendaraan
bermotor, namun setelah kendaraan dimiliki oleh instansi atau departemen milik pemerintah
terkendala oleh pasal 1 UU no.17 tahun 2006 dimana setiap kendaraan bermotor baik yang
dimiliki oleh instasi atau departemen pemerintah wajib untuk membayarkan bea masuk,
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
29
Universitas Indonesia
ppn,pph pasal 21 dan ppnBm kend karena status kendaraan bermotornya yang telah menjadi
milik departemen pertanian.
Sedang manfaat dari penulisan ini adalah dengan adanya penulisan diharapkan dapat
menjadi bahan referensi bilamana pihak dari lembaga asing maupun pemerintah memiliki
masalah yang sama dengan hal-hal yang diteliti didalam penelitian ini khususnya yang
berkaitan dengan pajak atas barang-barang yang dihibahkan khususnya barang-barang yang
berupa kendaraan bermotor , sehingga dapat menjadikan referensi untuk penyelesaian
masalah atas permasalahan bea masuk yang dihadapi oleh pihak pemerintah, maupun apabila
pihak badan atau lembaga asing ikut terlibat didalam pemenuhan kewajiban untuk
pembayaran biaya pajak atas barang-barang yang dibeli khususnya untuk barang-barang
kendaraan bermotor, sehingga berguna bagi masyarakat jika membutuhkan referensi didalam
penyelesaian masalah pajak atas pemberian hibah dari badan atau lembaga asing kepada
pemerintah daerah di indonesia.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
30
Universitas Indonesia
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN TESIS
Penulisan tesis ini disusun didalam 4 ( Empat ) bab, dimana dalam setiap bab akan
diberi gambaran umum dan singkat seperti dibawah ini.
BAB I, merupakan pendahuluan yang memuat gambaran umum yang memberikan informasi
secara menyeluruh mengenai latar belakang, perumusan masalah, kerangka teori dan konsep,
metodologi penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan thesis.
BAB II, Menyajikan studi mengenai pengurangan atau penghilangan Bea masuk yang timbul
akibat hibah kendaraan bermotor dari Food And Agriculture Organization Of United Nation
(FAOUN) kepada departemen pertanian.
BAB III, menyajikan perbandingan mengenai perbedaan Penerimaan Asli Daerah baik
adanya pengurangan atau penghilangan Bea masuk yang timbul akibat hibah kendaraan
bermotor dari Food And Agriculture Organization Of United Nation (FAOUN) kepada
departemen pertanian ataupun tidak adanya penghilangan maupun pengurangan.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
31
Universitas Indonesia
BAB IV, merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran penelitian terhadap
masalah yang telah dirumuskan
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
32
Universitas Indonesia
BAB II
PENGURANGAN ATAU PENGECUALIAN BEA MASUK YANG TIMBUL
SETELAH ADANYA HIBAH
2.1. Pengertian Bea masuk
Pungutan bea masuk mengurangi penghasilan atau kekayaan individu, akan tetapi
kemudian hasil pemungutan pajak tersebut dikembalikan lagi kepada masyarakat, melalui
pengeluaran rutin dan pembangunan yang akhirrnya kembali lagi pada masyarakat yang
bermanfaat bagi rakyat ( tidak hanya yang membayar bea masuk, tetapi juga kepada rakyat yang
tidak membayar bea masuk).32
Definisi Bea masuk sendiri adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang yang
dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah pabean. Sebagai salah satu jenis pajak
berdasar asas domisili. Bea masuk menggunakan sistem tarif advalorum yang besarnya diatur
oleh Menteri Keuangan dan dicantumkan dalam Harmonized System. Barang yang diimpor ke
Indonesia wajib membayar bea masuk sebelum dikeluarkan dari kawasan pabean, kecuali dalam
32 Rochmat Socmitro. Pengantar Singkat Hukum Pajak, Eresco, Bandung, 1987, hal.9.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
33
Universitas Indonesia
beberapa hal tertentu yang diatur dalam undang-undang.", 33
Dengan penjelasan sebagai berikut, wajib artinya adalah bea masuk merupakan pungutan
yang sifatnya wajib dipungut oleh pemeritnah dari pihak-pihak yang melakukan impor barang
masuk ke dalam wilayah kebaeanan kecuali diatur oleh hal-hal tertentu oleh undang-undang.34
Ciri ciri bea masuk yang tersimpul dalam definisi tersebut itu adalah : 35
a) Bea masuk adalah peralihan kekayaan dari orang/badan ke Pemerintahan.
b) Bea Masuk dipungut berdasarkan / dengan kekuatan Undang undang serta aturan
pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan
c) Dalam pembayaran pajak Bea Masuk tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
langsung secara individual yang diberikan oleli pemerintah.
d) Bea Masuk dipungut oleh negara
33 Ibid , Hal 12 34 Santoso Brotodihardjo, Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung 1982.
35 Edy Suandy, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2002, hal. 11.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
34
Universitas Indonesia
e) Bea masuk diperuntukkan bagi pengeluaran pengeluaran pemerintah, yang apabila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment;
f) Bea Masuk dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.
2.2. Dasar Hukum Bea Masuk
Pada prinsipnya Bea Masuk merupakan pengalihan kekayaan dari masyarakat kepada
negara dengan tidak disertai adanya imbalan secara langsung kepada masyarakat dan
pungutannya dapat dilaksanakan. Agar pungutan Bea Masuk tidak disamakan dengan
perampokan atau penggarongan, maka sebelum diberlakukan, Bea Masuk harus mendapat
persetujuan dari rakyat melalui wakilnya yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang akhirnya
dituangkan dalam bentuk Undang-undang. Hal ini perlu untuk dilakukan, dikarenakan Indonesia
adalah negara yang berdasar atas hukum, sehingga segala sesuatunya termasuk dalam hal ini
pemungutan Bea masuk, semuanya harus didasarkan oleh hukum.36
36 Edy Suandy, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2002, hal. 6
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Untuk mengerti dan memahami peraturan perundang undangan Bea Masuk dengan baik
diperlukan terlebih dahulu penguasaan asas asas dan dasar dasar Bea masuk. Bea Masuk diatur
dengan Undang undang. Oleh karena itu Bea Masuk harus mempunyai dasar hukum yang kuat dan
mantap.37
Sebelumnya pengaturan Bea Masuk Indonesia diatur didalam pasal 23 ayat 2 Undang
undang dasar 1945 dimana disebutkan bahwa segala Bea Masuk untuk keperluan negara
berdasarkan undang-undang. Sehingga segala pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
terhadap rakyat dalam hal ini pungutan pajak yang dipaksakan kepada rakyat harus diatur
didalam penerbitan undang- undang . Namun setelah berjalannya waktu terjadilah suatu
perubahan paradigma dan pandangan terhadap pungutan Bea Masuk itu sendiri, dimana sejak
tahun 2001 terjadilah beberapa amandemen terhadap undang-undang 1945 dan khususnya
amandemen terhadap pasal 23 ayat 2 undang-undang 1945.
Didalam perubahan amandemen Undang undang dasar 1945, pengaturan Bea Masuk
pun ikut berubah sesuahi dengan perubahan amandemen Undang undang dasar 1945, dimana
pengaturan Bea Masuk didalam pasal 23 A undang-undang dasar 1945 mengatur mengenai
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang
undang. Dimana terlihat didalam perubahan ini amandemen undang-undang dasar 1945
menyebutkan mengenai adanya pajak dan pungutan lainnya, dimana sebelum amandemen
hanya mengatur pajak untuk keperluan sajalah yang diatur didalam undang-undang ,
37 Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan U Refika Adilama, Bandung, 1998, hal. I
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
36
Universitas Indonesia
sedangkan didalam perkembangan jaman terdapat berbagai pungutan dan retribusi yang tidak
tercakup dialam pajak yang tidak diatur didalam undang-undang dikarenakan undang-undang
dasar 1945 tidak mengatur mengenai pungutan dan teribusi lainnya.38
Dengan adanya amandemen ke tiga39 dari undang-undang dasar 1945 maka pungutan
dan retribusi yang sebelumnya masih belum ada payung hukumnya menjadi jelas dasar
hukumnya dengan dimana diatur didalam pasal 23 A undang-undang dasar 1945. Sehingga
segala bentuk retribusi dan juga pungutan dalam hal ini bea masuk dapat disamakan dengan
pajak yang diatur didalam undang-undang.
38 http://www.djpp.depkumham.go.id/index.php/component/content/article/650-landasan hukum retribusi di daerah 39 Perubahan amandemen ke tiga dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001, Dimana dasar yuridis dari amandemen ke tiga undang-undang dasar 1945 adalah pasal 3 UUD 1945 yang berbunyi “Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-undang Dasar dan garis-garis besar daripada haluan Negara”, pasal 37 UUD 1945 yang berbunyi “ ayat 1 Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir” dan ayat 2 Putusan diampbil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota yang hadir”, TAP MPR No. IX/MPR/1999, TAP MPR No. IX/MPR/2000, TAP MPR No. XI/MPR/2001. Kesepakatan dasar dalam perubahan itu adalah tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mempertegas system presidensiil, penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normative akan dimasukkan ke dalam pasal-pasal, serta perubahan itu dilakukan secara addendum (menambahkan).
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
37
Universitas Indonesia
2.3. Azas Azas Pemungutan Bea Masuk
Menurut Matjuri, suatu pungutan pajak harus memenuhi asas-asas sebagai berikut:40
Pertama adalah kepastian hukum, artinya bahwa ketentuan-ketentuan pungutan Bea Masuk
tidak boleh menimbulkan keragua-raguan, harus jelas dan mempunyai satu pengertian sehingga
tidak dapat ditafsirkan ganda akan menimbulkan celah-celah (loopholes) yang dapat
dimanfaatkan oleh para penyelundup. Beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan kepastian hukum tersebut adalah mengenai; obyek Bea Masuk, subyek Bea Masuk,
tempat, waktu,pendefinisian, penyempitan / perluasan, ruang Iingkup, penggunaan bahasa hukum,
dan pengunaan istilah-istilah baku.
Ke dua adalah Pemungutan Bea Masuk tidak boleh diborong , Bea Masuk dipungut dari
masyarakat yang kemudian digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan administrasi
pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu suatu jenis pungutan Bea Masuk jangan diborong,
karena Bea Masuk harus spesifik dan khusus didalam pungutannya maupun didalam
penggunaanya.
40 Matjuri ,Analisis Penghitungan pajak daerah , 2011
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Ke tiga Masalah Bea Masuk harus jelas, yaitu bahwa Bea Masuk harus tidak
menimbulkan distorsi dalam masyarakat, dan harus jelas. Pengenaan Bea Masuk seharusnya tidak
menimbulkan kelesuan ekonomi, mis alokasi sumber-sumber daya dan inflasi apabila tidak jelas
untuk apa penggunaannya.
Ke empat Barang-barang keperluan hidup sehari-hari tidak boleh langsung dikenakan Bea
Masukdan memberikan keistimewaan yang menguntungkan kepada seseorang atau golongan.
Ke Lima adalah Duta dan konsulat asing tidak boleh dibebankan kecuali dengan keputusan
presiden
Kriteria lainnya adalah kemampuan membayar (Ability to pay). Berdasarkan kriteria ini
maka alokasi beban Bea Masuk dikatakan adil apabila seseorang yang mempunyai kemampuan
membayar lebih tinggi dikenakan proporsi beban Bea Masuk yang lebih tinggi. Kriteria ke dua
adalah prinsip benefit (benefit principle), yaitu benefit yang diperoleh pembayar Bea Masuk dari
jasa-jasa publik yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan kriteria ini, maka Bea Masuk
dikatakan adil apabila seseorang yang memperoleh kenikmatan lebih besar dari jasa-jasa publik
yang dihasilkan oleh pemerintah dikenakan proporsi beban pajak yang lebih besar.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Prinsip pemungutan Bea Masuk yang baik menurut teori Adam Smith yang dikenal dengan
"The Four Maxims" harus memenuhi:
a). Adanya kepastian hukum (certainty).
Peraturan Bea Masuk harus memberikan jaminan ada kepastian hukum mengenai objek dan
subjek Bea Masuk, tarip, waktu pembayaran, hak dan kewajiban perpajakan lainnya. Pemungutan
bea masuk secara transparan akan memberikan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban
pembayar bea masuk, serta akan meningkatkan kepatuhan sukarela dari masyarakat dalam
membayar bea masuk.
b). Adanya Kesamaan (Equality) dan Kepatutan /Keadilan (Equity).
Equality Bahwa suatu ketentuan bea masuk harus menerapkan prinsip keadilan dalam
pembebanan bea masuk kepada seluruh masyarakat, artinya setiap subyek pembayar bea masuk
yang memiliki penghasilan kekayaan dan menikmati barang konsumsi lebih besar harus dikenakan
bea masuk yang lebih besar pula. Apabila pemungutan pajak menerapkan sistim keadilan, maka
dukungan masyarakat akan meningkat dan sekaligus akan memperkecil perlawanan atau gugatan
dari oembayar pajak. (Equity)
Mungkin suatu ketentuan hukum dalam undang undang secara umum sudah dirasa adil
karena sudah memenuhi syarat yang sama atau diperlakukan secara sama (equality), namun
adakalanya apa yang adil secara umum belum tentu adil dalam kasus tertentu, untuk itu diperlukan
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
40
Universitas Indonesia
kepatutan (equity) disamping kesamaan (equality)
c). Pembayaran bea masuk yang tepat waktu (Converience of payment).
Peraturan bea masuk harus menetapkan waktu pembayaran dan pemungutan pajak
pada saat yang tepat, yaitu saat barang masuk ke wilayah pabean.
d). Adrninistrasi Pemungutan bea masuk Harus Efisiensi (Eficiency).
Prinsip ini menegaskan bahwa biaya pemungutan yang sekecil-kecilnya diharapkan dapat
menghasilkan pendapatan yang sebesar-besarnya.
Menurut teori Richard Musgrave daiam bukunya Public Finance Theory dan Practice (
1987 ), Bea Masuk yang baik harus memenuhi Prinsip sebagai berikut:41
a). Hasil Penerimaan bea masuk Harus Cukup Besar (Significant Tax Yield)
Kriteria pemilihanan suatu bea masuk yang akan dipungut oleh suatu negara di
berbagai tingkat pemerintahan harus mampu memberikan penerimaan
bea masuk yang cukup besar. Hal ini adalah sesuai dengan ftrngsi utama bea masuk yaitu
budgeter, sebagai penghasil dan sumber keuangan peinerintaah pusat rnaupun daerah untuk
41 Richard Musgrave, pada Badan Diklat Departemen Daiam Negeri dan Otonomi Daerah, 2001
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
41
Universitas Indonesia
membiayai pengeluaran umum penyelenggaraan pemerintahan dan penyediaan fasilitas
publik
b). Beban bea masuk Harus Adil
Pengenaan bea masuk harus menyeluruh pada setiap warga negara dan subjek pembayar
bea masuk sesuai dengan kemampuannya.Keadaan pembebanan bea masuk terdiri dari keadilan
horisontal dan vertikal. Keadilan horisontal menegaskan bahwa setiap objek pembayar bea
masuk yang sama harus dikenakan bea masuk yang sama besar, sedangkan keadilan vertikal
menentukan bahwa subjek pembayar bea masuk yang memiliki kemampuan lebih besar harus
dikenakan bea masuk lebih tinggi daripada subjek pembayar bea masuk yang kemampuannya
lebih rendah.
c). Penanggung bea masuk Harus Tepat (Tax Incidance)
Pemilihan jenis bea masuk yang baik tidak hanya mengatur objek bea masuk, tarif bea
masuk, transaksi, keadaan, atau peristiwa apa yang menimbulkan utang bea masuk .
Pemungutan bea masuk yang baik ialah yang seminimal mungkin membebani masyarakat
berpenghasilan rendah dan yang lebih banyak membebani bea masuk kepada golongan
masyarakat berpenghasilan tinggi, misalnya Pajak Penghasilan, Pajak Penjualan Barang Mewah,
Pajak pertambahan Nilai Selain itu penentuan suatu jenis pajak harus mempertimbangkan
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
42
Universitas Indonesia
keseluruhan struktur bea masuk yang ada dalam suatu negara sehingga merupakan satu
kesatuan sistem yang saling melengkapi dan dapat menghindarkan pembebanan bea masuk
berganda.
d). Tidak Menimbulkan Distorsi
Suatu bea masuk yang baik tidak menimbulkan distorsi terhadap aktivitas ekonomi
sehingga dapat menunjang mekanisme pasar yang efisisen (Non Disiortive on Economnic
Activity). Sifot non distorsi suatu bea masuk dapat ditenrukan melalui pemilihan pengenaan
objek bea masuk nya harus memperhitungkan tingkat elastisitas dari transaksi atau peristiwa
kena bea masuk, dan melalui penentuan tarif pajak nominal yang sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan kehilangan efisiensi yang besar (in eficiency loss/deadweight loss),
e). Menunjang Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi
Penerapan suatu bea masuk yang baik tidak terfalu membebani terhadap investasi
modal (capital investment) sehingga mendorong kegiatan investasi langsung baik dalam
negeri maupun luar negeri. bea masuk atas konsumsi harus diterapkan sedemikian rupa agar
dapat mencegah staknasi (lock in effect) dan menunjang peningkatan transakasi perdagangan
semua komoditas secara berimbang antara konsumsi dalam negeri dengan transaksi dengan
tujuan ekspor.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Begitu pula penentuan tarif bea masuk harus diupayakan agar tidak mengurangi minat
pemilik modal untuk menyimpan uangnya di bank maupun di pasar modal.
f). Regulasi bea masuk Yang jelas dan Sederhana
Penyerdehanaan peraturan perundang-undangan bea masuk telah menjadi kecenderungan
bagi reformasi bea masuk di seluruh dunia, utamanya di negara-negara berkembang. Peraturan
bea masuk yang sederhana dan jelas akan mudah dipahami oleh pembayar bea masuk dan
diharapkan mereka akan dapat melaksanakan kewajiban bea masuk dengan baik. Transparasi
peraturan bea masuk sekaligus dapat mencegah terjadinya korupsi dan kolusi antara pembayar
bea masuk dengan aparat pajak maupun pihak ketiga lainnya sehingga penerimaan bea masuk
berjalan dengan baik dan terus meningkat karena dapat dukungan sukarela dari masyarakat.
g). Administrasi Pemungutan bea masuk Harus Efisien
Dengan standarisasi dan penyederhanaan administrasi pendaftaran, pembayaran dan
pelaporan dan mendekatkan serta memperbanyak loket pelayanan terpadu kepada masyarakat
pembayar bea masuk dapat meningkatkan kepatuhan pembayaran bea masuk dengan biaya
minimum. Informasi peraturan pembayaran bea masuk secara transparan dapat diakses oleh
publik melalui penyediaan buku panduan, lembaran informasi melalui media cetak dan
penyampaian informasi melalui media elektronik seperti siaran radio, TV dan Internet.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
44
Universitas Indonesia
2.4. Bea Masuk sebagai sumber pendapatan asli daerah
Untuk menunjang pelaksanaan otonomi Daerah, dalam Undang-undang Nomor. 28 Tahun
2009 pasal 94, diatur pula bagi hasil bea masuk antara Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten
atau Kota, dimana hasil penerimaan bea masuk yang ada di wilayah pabean dalam hal ini kabupaten
sebagaimana di peruntukkan paling sedikit 10 % kepada desa-desa di wilayah Daerah Kabupaten
yang bersangkutan.
Bagi hasil bea masuk daerah dari provinsi dapat dilihat pada table berikut ini dimana
untuk tahun 2008 (data sementara diperoleh pada Desember 2010 untuk 21 Provinsi),
besarnya bea masuk Provinsi telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan
daerah yaitu rata-rata sebesar 40% dari total pendapatan, dan 80% dari total PAD,
sebagaimana ditunjukkan dalam grafik dibawah42:
42 http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/26/tahun/2008/bulan/12/tanggal/20/id/734/
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Dari jumlah PAD tersebut, bagi hasil pajak provinsi yang ditransfer kepada Kab/Kota adalah sebagai berikut :
Prosentase besarnya bagi hasil yang ditransfer ke Kab/Kota dibagi penerimaan Pajak Daerah
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Dari 21 Provinsi, hanya 2 Provinsi yang Belanja Transfer-nya dibawah 30% dari
Pendapatan Pajak Daerah (termasuk DKI Jakarta sebesar 0%), 12 Propinsi diantara 30% –
40%, 5 Provinsi antara 30% – 40%, dan 2 Propinsi di atas 50%.43, sedangkan bagian Daerah
Kabupaten atau Kota ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan daerah Propinsi dengan
memperhatikan aspek pemerataan dan potensi antar Daerah Kabupaten atau Kota. Dengan demikian
apabila hasil bea masuk hanya terkonsentrasi pada beberapa Kabupaten atau Kota, Gubemur
berwenang untuk merealokasikan kepada seluruh Kabupaten atau Kota di wilayah Propinsi
tersebut.
Dalam hal objek Kabupaten atau Kota dalam satu Propinsi, bersifat lintas Kabupaten atau
Kota, Gubemur berwenang untuk merealokasikan hasil penerimaan bea masuk kepada daerah
Kabupaten atau Kota terkait. Realokasi hasil pajak tersebut dilakukan oleh Gubemur atas dasar
kesepakatan yang dicapai antara Daerah Kabupaten atau Kota terkait dengan persetujuan DPRD
Kabupaten atau Kota yang bersangkutan.
2.5. Fungsi bea masuk
Memperhatikan uraian beberapa definisi / pengertian bea masuk seperti tersebut di atas
dimana bea masuk memiliki beberapa fungsi yang saling terkait satu dengan lainnya, selanjutnya
dapat disimpulkan bahwa bea masuk mempunyai fungsi budgeter ( pengumpulan dana ) dan juga
fungsi regulasi (mengatur)
43 http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/26/tahun/2008/bulan/12/tanggal/20/id/734/
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Bea masuk sebagai pungutan negara kepada rakyatnya, pada dasamyamempunyai 2 (dua)
fungsi, yaitu: 44
a) Fungsi Budgeter
b) Fungsi Regulasi
a). Fungsi Budgeter
Fungsi budgeter adalah fungsi yang letaknya disektor publik, dan disini bea masuk
merupakan alat ( suatu sumber ) untuk memasukkan uang sebanyak banyaknya ke kas
negara yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik
pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. .45 46
44 Mardiasmo, Perpajakan, edisi Revisi Tahun 2000, Andi, Yogyakarta,2000, hal 2 45 sumber penerimaan Pajak Daerah masih didominasi oleh penerimaan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Tahun 2010 lalu, penerimaan dari BBNKB tersebut mencapai Rp162,631 miliar. Artinya mencapai 125,10 persen dari target. Tahun 2010 lalu target penerimaan dari sumber BBNKB ditetapkan sebesar Rp130 miliar. Jadi ada kelebihan penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp32,631 miliar.Selanjutnya sumber pendapatan dari pajak daerah tertinggi setelah BBNKB berasal dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Dari sumber ini, pemerintah berhasil mengumpulkan penerimaan sebesar Rp140,641 miliar. Angka ini berhasil melampaui target sebesar 0,45 persen. Disusul penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar Rp112,882 miliar, angka pencapaian tersebut melampaui target sebesar 2,62 persen. Tiga sumber penerimaan tersebut merupakan pemberi kontribusi tertinggi terhadap penerimaan Pajak Daerah dan umumnya selalu melampaui target setiap tahunnya.
46 Majalah detak ekonomi, edisi 158, Palangkaraya, 2010
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
48
Universitas Indonesia
ad.2. Fungsi Regulasi
Bea masuk sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi, sebagai contoh:
i. Bea masuk yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
ii. Bea masuk yang tinggi dikenakan terhadap barang barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif.
iii. Bea masuk untuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan pajak
kendaraan yang tinggi digunakan untuk menekan kemacetan dan merupakan penambah
biaya untuk pembangunan jalan.
Adanya dua fungsi utama bea masuk seperti tersebut di atas juga disampaikan Rochmat
Soemitro yang menyatakan bahwa :
Bea masuk disamping mempunyai fungsi yang bersifat budgeter, juga masih mempunyai
fiingsi lain yang bersifat mengatur (Regulered). Bea masuk di sini bukan semata-mata untuk
memasukan uang sebanyak-banyaknya dalam kas negara, melainkan juga dapat digunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti misalnya PPN dan PPNBM digunakan sebagai
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
49
Universitas Indonesia
mengontrol jumlah populasi kendaraan sehingga tidka terjadi kemacetan atau pemborosan
yang tidak berguna seperti yang terjadi di negara singapura.47
Dengan fungsi mengatumya bea masuk digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan
tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan dan fungsi mengatur ini banyak ditujukan
terhadap sektor swasta. 48 Dalam fungsi mengatur ini ada kalanya pembayaran bea masuk dengan
tariff yang tinggi atau dengan tariff nol persen.49
Dengan penetapan pembebasan bea masuk bagi suatu jenis produk di daerah-daerah tertentu
atau bidang-bidang usaha tertentu diharapkan akan terpadu alokasi sumber-sumber ekonomi ke
daerah-daerah atau bidang-bidang usaha tersebut. Demikian juga dengan pengenaan tarif bea
masuk yang lebih tinggi bagi jenis-jenis komoditi tertentu diharapkan dapat mengurangi
konsumsi masyarakat akan komoditi tersebut.50
47 Rochmat Soemilro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, Bandung, 1987 , hal 3.
48 Santoso Brotodihardjo, Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung 1982 hal. 185.
49 Bohari. Penganlar Hukum Pajak, Raja Grafindo Persada, JakartEL 2002, hal, 135.
50 Miyasto, Sistim Perpajakan Nasional Dalam Era Ekonomi Global, Pidato Pengukuhan Guru Besar Imu Ekonomi Undip, 3997.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
50
Universitas Indonesia
2.6. Peranan Bea Masuk kendaraan bermotor didalam penerimaan negara
bea masuk Kendaraan bermotor dalam hal ini bea masuk atas hibah kendaraan bermotor
merupakan pajak yang merupakan andalan daerah dikarenakan sangat tingginya penerimaan
bea masuk kendaraan bermotor, bea masuk atas hibah kendaraan bermotor sendiri
menyumbangkan pendapatan daerah yang cukup tinggi untuk membiayai belanja daerah
dimana pajak tersebut yaitu dari provinsi dibagi hasilkan sebesar 30% kepda kabupaten kota
di wilayah provinsi bersama kabupaten kota51.
2.7. Tarif Bea Masuk
2.7.1. Jenis tariff
Salah satu syarat pemungutan bea masuk adalah keadilan, baik keadilan dalam prinsip
maupun keadilan dalam pelaksanaannya.
51 Undang Undang no 28 tahun 2009, pasal 94
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Dengan adanya keadilan pemerintah dapat menciptakan keseimbangan sosial, yang
sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penentuan tarif bea masuk
merupakan salah satu cara mencapai keadilan.52
Untuk dapat menghitung besamya bea masuk diperlukan dua unsur, yaitu:53
a. jumlah dasar perhitungan
b. tariff
Jumlah dasar perhitungan dan cara mendapatkannya ditentukan dalam masing masing
undang-undang Pabean. Tarif bea masuk ada beberapa macam :
a) tarif tetap,
b) tarif proposional ( sepadan),
c). tariff progresif,
d). tarif degresif.
52 Edy Suandy, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2002 hal, 71.
53 Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan U Refika Adilama, Bandung, 1998, hal 123.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Tarif tetap adalah tarif yang besamya merupakan jumlah tetap, tidak berubah, jika jumlah
yang dijadikan dasar perhitungan berubah, contoh: Bea materai.
Tarif Proposional atau tarif yang sepadan adalah tarif yang memiliki persentase yang sama
untuk setiap jenis objek pajak. Tetapi jika jumlah yang dijadikan dasar perhitungan berubah, maka
jumlah uang yang harus dibayar berubah juga., contohnya: PPNBM
Tarif Progresif adalah tarif yang persentase pemungutannya makin naik apabila memiliki
kendaraan kedua dengan kepemilikan atas nama yang sama , dan akan naik bila memiliki
kendaraan ketiga dan seterusnya
Tarif degresif adalah tarif yang persentasenya makin menurun apabila jumlah yang dijadikan
dasar penghitungan naik.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
53
Universitas Indonesia
2.7.2. Kebijaksanaan Tarif.
, Tarif bea masuk mempunyai hubungan erat dengan fungsi bea masuk dalam
masyarakat, yaitu flingsi budget dan fungsi mengatur. Untuk menentukan hal ini
kebijaksanaan pemerintah memegang peranan yang sangat penting.54
Pemerintah untuk mencapai tujuannya, baik yang bersifat politis maupun yang bukan politis,
menggunakan kebijaksanaan tarif dengan mengkombinasikan penggunaan tarif bea masuk tinggi
dan tarif rendah sampai dengan 0%. Penentuan tarif merupakan kebijaksanaan, namun karena tarif
termasuk ketentuan material maka tarif harus dimuat dalam undang undang. Seperti halnya
dalam pengaturan PPNBM dan Pajak Pertambahan Nilai pemerintah menggunakan
kebijaksanaan tarif dengan mengkombinasikan penggunaan tarif bea masuk tinggi dan tarif rendah
dengan mendasarkan pada status dari kepemilikan dari kendaraan bermotor tersebut, termasuk
sifat kepemilikannya, dan demikian halnya apabila kendaraan tersebut dihibahkan maka
penggunaan tariff bea masuk menjadi tinggi apabila didalam memberikan hibah tersebut sudah
terdapat kendaraan sebelumnya.55
54 54 Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan U Refika Adilama, Bandung, 1998 hal 130.
55 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pasal 6
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Salah satu kebijaksanaan pemerintah dalam hal tarif guna mencapai sesuatu tujuan yang
diinginkan adalah dengan menberi keringanan bea masuk bgi para investor dari luar negeri. Hal
ini dimaksudkan agar dapat menarik modal asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan
bertambahnya investasi yang ditanamkan di Indonesia, diharapkan akan mendukung
pertumbuhan perekonomian masyarakat, yang pada gilirannya akan mensejahterakan kehidupan
masyarakat secara luas.
2.8. Pengaruh Bea masuk Terhadap Distribusi
Pemerintah dapat mempergunakan pengenaan bea masuk sebagai alat untuk mengatur
distibusi pendapatan dalam masyarakat maupun terhadap distribusi barang dan jasa. Distribusi
pendapatan dan kekayaan yang diakibatkan oleh sistem pasar, akan menimbulkan disparitas
(perbedaan) pendapatan yang cukup tajam di masyarakat. Distribusi pendapatan tergantung dart
kepemilikan faktor produksi, permintaan dan penawaran faktor produksi, sistem warisan dan
kemampuan memperoleh pendapatan.
Mekanisme pasar mengakibatkan perbedaan dalam penguasaan faktor-faktor penentu
distribusi pendapatan, yang pada gilirannya akan menimbulkan ketidakadilan dalam distribusi
pendapatan di masyarakat. Untuk mengeliminir disparitas pendapatan, pemerintah
mempergunakan bea masuk sebagai instrumen atau alat untuk meningkatkan pemerataan
pendapatan di masyarakat. Dalam hal mi pemerataan pendapatan tidak berarti pendapatan semua
orang dalam masyarakat hampir sama.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Berkaitan dengan hal tersebut pengenaan bea masuk dengan struktur tarif yang berbeda dapat
digunakan pemerintah sebagai upaya untuk melakukan redistribusi dalam masyarakat.
Dalam upaya melakukan redistribusi pendapatan masyarakat, pemerinntah dapat
menggunakan bea masuk tinggi untuk mengeliminir disparitas pendapatan dalam masyarakat.
Penduduk yang berpenghasilan tinggi dikenai bea masuk yang lebih tingi dari pada penduduk
yang berpenghasilan rendah. Bahkan penduduk miskin, dapat dibebaskan membayar bea masuk
dan ditingkatkan pendapatannya melalui pemberian subsidi yang diperoleh dari pemungutan bea
masuk itu sendiri.
Selain berpengaruh terhadap redistribusi pendapatan, bea masuk dapat pula berpengaruh
terhadap distribusi barang dan jasa. bea masuk yang dikenakan terhadap arus lalu lintas barang
dan jasa antara wilayah, dapat mengganggu arus distribusi barang dan jasa antar wilayah tersebut.
Apabila arus barang dan jasa terganggu, maka akan mengganggu pula ketersediaan barang dan
jasa di suatu wilayali. Dalam hal ini ketersediaan barang dan jasa, diartikan baik secara phisik
maupun non phisik. Secara phisik, berkaitan dengan menurunnya jumlah barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat. Sedang secara non phisik, kelangkaan atau ketersediaan barang dan jasa,
diartikan sebagai ketidak mampuan masyarakat untuk membelinya.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Dengan demikian pengenaan bea masuk terhadap arus distribusi barang dan jasa di suatu
wilayali, dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan kondisi perekonomian di wilayah
tersebut.
2.9 Bea masuk Kendaraan Bermotor
Bea masuk Kendaraan Bermotor merupakan Bea masuk yang dikenakan terhadap
kepemilikan dan atau penguasaan dalam pembelian baru dari kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknis berupa motor atau
peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat
besar yang bergerak56.
Subjek dan penanggung bea masuk kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan
atau badan yang memiliki dan atau menguasai dan memiliki kendaraan bermotor dimana
dapat dibagi menjadi:57
56 Uu no. 28 tahun 2009, pajak daerah dan restribusi daerah, pasal 3 ayat 2 57 Ibid, pasal 4, ayat 1 dan 2
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
57
Universitas Indonesia
a) Subjek dan penanggung Bea masuk Kendaraan Bermotor
Secara umum yang disebut subyek Bea masuk adalah orang pribadi atau
badan yang dapat dikenakan Bea masuk. Berkaitan dengan Bea masuk Kendaraan
Bermotor, maka yang disebut Subjek Bea masuk Kendaraan Bermotor adalah orang
pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor. Pengertian
memiliki berarti orang yang bersangkutan mempunyai hak sepenuhnya kepemilikan
dan penggunaan atau pemanfaatan dari kendaraan bermotor tersebut, sedangkan
menguasai kendaraan mempunyai arti orang yang bersangkutan hanya dapat
memanfaatkan atau menggunakan saja dari kendaraan bermotor tersebut tanpa
memiliki. 58
Subjek Bea masuk akan menjadi pembayar Bea masuk jika yang
bersangkutan telah memenuhi ketentuan peraturan perudang-undangan pabean, sebagai
pembayar bea masuk. Berdasar pengertian ini, maka pembayar bea masuk Kendaraan
Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor dan
diwajibkan untuk melakukan pembayaran bea masuk kendaran bermotor yang terutang.
58 Pajak dan retribusi daerah, kesit Bambang Prakosa, UII Press,Yogyakarta, 2005, hal 34
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
58
Universitas Indonesia
b) Objek Bea masuk Kendaraan Bermotor
Objek bea masuk adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pengenaan
pajak.Sesuatu tersebut dapat berupa keadaan, perbuatan dan peristiwa. Karena bea
masuk Kendaraan Bermotor termasuk pajak obyektif atau kebendaan, maka yang
menjadi obyek bea masuk adalah keadaan benda tersebut. Dengan demikian, yang
dimaksud Objek bea masuk Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan danlatau
penguasaan kendaraan bermotor oleh orang pribadi atau badan.
c) Bukan Objek bea masuk Kendaraan Bermotor
Dikecualikan sebagai objek bea masuk Kendaraan Bermotor adalah
kepemilikan danlatau penguasaan kendaraan bermotor oleh :59
a. Kedutaan, konsulat perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-Iembaga
Internasional dengan asas timbal balik;
b. Subjek Pajak lainnya yang diatur dengan Peraturan Kepabeanan
59 Pajak dan retribusi daerah, kesit Bambang Prakosa, UII Press,Yogyakarta, 2005, hal 38
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Dasar Pengenaan bea masuk merupakan ukuran atau pengakuan nilai
tertentu yang digunakan sebagai dasar pengenaan bea masuk. Nilai yang menjadi dasar
pengenaan bea masuk tersebut harus dapat diukur. Ukuran nilai yang obyektif adalah
nilai penyerahan barang, maka dengan demikian nilai penyerahan dapat berupa nilai
jual-beli, nilai tukar menukar dan lain sebagainya.
2.10. Pengenaan Bea Masuk atas Kendaraan Bermotor
Setiap Barang yang masuk ke dalam Negara Indonesia khususnya kendaraan bermotor
menurut Pasal 2 ayat 1 undang-undang no 17 tahun 2006 mengenai kepabeanan menyebutkan
bahwa barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan sebagai barang impor
dan terutang bea masuk , pajak Penghasilan pasal 22, pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah.
Didalam melakukan pembelian atas kendaraan bermotor menurut uu no 17 tahun
2006 kepabeanan pasal 10 B (1) yang berbunyi Impor untuk dipakai adalah memasukkan
barang ke dalam daerah pabean dengan tujuan untuk dipakai atau memasukkan barang ke
dalam daerah pabean untuk dimiliki atau dikuasai oleh orang yang berdomisili di Indonesia.
Sehingga dari pasal ini dapat ditarik kesimmpulan bahwa diwajibkan setiap kendaraan
bermotor yang masuk melalui pelabuhan wajib dikenakan Bea masuk, Pajak Pertambahan
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Nilai, dan Pajak Penghasilan60. Hal ini berlaku didalam pembelian segala jenis kendaraan
bermotor yang melawati bea cukai.
Selain dengan bea masuk yang dibebankan kepada barang yang telah masuk ke
Indonesia, juga dikenakan Pajak pertambahan nilai , dan pajak penghasilan pasal 22 atas
barang impor tersebut61. Dimana wajib dibayarkan pada saat barang kendaraan bermotor
tersebut keluar dari wiliayah pabean untuk menuju daerah yang akan dituju.
Namun didalam kaitannya bea masuk atas kendaraan bermotor yang dilakukan oleh
badan perwakilan negara asing, diperlakukan penundaan terhadap pemungutan bea masuk ,
pajak Penghasilan pasal 22, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah,
sesuai dengan pasal 25 ayat 1(a) undang-undang no 17 tahun 2006 mengenai kepabeanan,yang
menyebutkan bahwa barang perwakilan Negara asing beserta para penjabatnya yang bertugas
di Indonesia berdasarakan timbal balik diberikan pembebasan atas pemungutan pemungutan
bea masuk , pajak Penghasilan pasal 22, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah.62
60 Darusallam Danny, Mengenal Pajak Kendaraan Bermotor , 2009, Hal, 23 61 http://www.harisglobal.com/en/home/103-prosedur-ekspor-dan-impor.html 62 Pembebasan pemungutan pemungutan bea masuk , pajak Penghasilan pasal 22, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah wajib dilaporkan dahulu kepada petugas pabean dan bea cukai yang melakukan pemeriksaan atas barang yang melewati wilayah kepabeanan dengan menunjukan bukti dan surat dari perwakilan lembaga asing tersebut. Lembaran instruksi pemeriksaan bea cukai, 2009
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Setelah suatu proyek dari Negara asing berakhir di Indonesia , pada umumnya pihak
perwakilan Negara asing akan melakukan hibah atas peralatan dan perlengkapan yang dimiliki
oleh perwakilan Negara asing tersebut khususnya kendaraan bermotor, kepada departemen
atapun instansi pemerintah Indonesia yang berkerjasama dengan Negara asing tersebut.
Namun setelah proyek tersebut selesai, dimana kendaraan-kendaraan bermotor dari
perwakilan Negara asing tersebut yang didalam proses pembeliannya mendapatkan fasilitas
pembebasan dari pemungutan bea masuk , pajak Penghasilan pasal 22, pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, sesuai dengan pasal 25 ayat 1(a) undang-undang
no 17 tahun 2006 mengenai kepabeanan, kendaraan –kendaraan bermotor tersebut harus dan
diwajibkan untuk dimusnahkan, dilakukan pengiriman export atau reexport, maupun
penjualan secara lelang63.
Namun dengan pada umumnya pihak asing ingin melakukan penghibahan atas
kepemilikan kendaraan-kendaraan bermotor tersebut , maka timbullah pungutan atas
pemungutan bea masuk , pajak Penghasilan pasal 22, pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah, sesuai dengan pasal 25 ayat 1(a) undang-undang no 17 tahun
2006 mengenai kepabeanan, yang dimana pihak dari penerima hibah diwajibkan untuk
melakukan pembayaran pemungutan bea masuk , pajak Penghasilan pasal 22, pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. Dikarenakan beralihnya
kepemilikan dari perwakilan dari Negara asing tersebut terhadap instasi dari pemerintah
63 Majalah Gatra, Edisi 26 Januari 2003, Jakarta
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
62
Universitas Indonesia
Indonesia yang akan menerima hibah atas kendaraan bermotor tersebut.
Namun didalam pelaksanaan pembayaran atas pemungutan bea masuk , pajak
Penghasilan pasal 22, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah,
membutuhkan anggaran dan dana yang sangat besar dan mahal, dimana kendaraan bermotor
tersebut jumlahnya tidak sedikit melainkan ratusan hingga ribuan, sehingga sangat
membebankan anggaran dari pemerintah dalam melakukan pelunasan atas pemungutan bea
masuk , pajak Penghasilan pasal 22, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewah tersebut. Sehingga proses penghibahan terhadap instasi didalam negeri tersebut
mengalami kendala didalam pelaksanaan hibah kendaraan bermotor dari perwakilan lembaga
asing tersebut terhadap instasi pemerintah Indonesia.
2.11. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas kendaraan bermotor
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas kendaraan bermotor berdasarkan pasal 4 ayat
1 undang undang no. 42 tahun 2009 mengenai pajak pertambahan nilai yang berbunyi Pajak
Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean.
Sedangkan menurut undang undang no. 42 tahun 2009 mengenai pajak pertambahan nilai
dapat dikenakan pembebasan pemungutan atas pajak pertambahan nilai sesuai pasal 4 A ayat 2
b undang undang no 42. Tahun 2009 mengenai pajak pertambahan nilai yang berbunyi Jenis
barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
63
Universitas Indonesia
barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, dalam hal
barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, kendaraan
bermotor yang digunakan oleh perwakilan badan asing dikategorikan sebagai barang
kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak64, dikarenakan fungsi dari
kendaraan bermotor tersebut didalam proyek untuk membantu rakyat banyak.
2.12 Pengenaan PPh pasal 21 terhadap kendaraan bermotor
Didalam pembelian kendaraan bermotor terdapat satu jenis pajak yaitu Pajak
penghasilan pasal 21 yang merupakan bentuk pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan
yang dilakukan oleh pihak lain terhadap Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 21 dikenakan
terhadap kegiatan perdagangan barang khususnya kendaraan bermotor. Titik pengenaannya
ada yang dilakukan pada saat penjualan ada pula pada saat pembelian.
Pada umumnya pengenaan PPh Pasal 21 ini dikenakan terhadap perdagangan barang
yang dianggap “menguntungkan” sehingga penjual atau pembelinya kemungkinan besar akan
mengalami keuntungan dan dengan demikian, pantaslah atas Wajib Pajak tersebut dikenakan
cicilan pembayaran Pajak Penghasilan.
64 Dana bantuan untuk kepentingan masyarakat, http://web.pab-indonesia.com/content/view/13278/60/
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Pengenaan PPh pasal 21 dapat dikecualikan didalam pembelian kendaraan bermotor
oleh perwakilan badan asing , apabila telah mendapat persetujuan dari kementrian keuangan
dan kementrian luar negri atas dasar imbal balik dengan perwakilan Negara asing tersebut.
Namun sifatnya sementara hingga kendaraan bermotor tersebut selesai digunakan oleh pihak
perwakilan Negara asing, apabila hendak dihibahkan maka , pph pasal 21 akan timbul kembali
sebagai kewajiban yang harus dilunasi oleh pemberi hibah65.
2.13 Mekanisme pembebasan bea masuk perwakilan luar negeri
Pembebasan bea masuk diberikan atas impor barang milik perwakilan negara asing
beserta pejabatnya dalam upaya menunjang tugas dan fungsi diplomatik perwakilan negara
asing di Indonesia berdasarkan azas timbal balik. Pengertian azas timbal balik adalah azas
perlakuan yang sama mengenai hak istimewa dan kekebalan terhadap perwakilan negara asing
beserta pejabatnya yang berstatus diplomatik di Indonesia sebagaimana perlakuan terhadap
perwakilan Republik Indonesia beserta pejabatnya yang berstatus diplomatik di negeri
yang bersangkutan.66
65 ILCP, Pedoman pinjaman dan hibah daerah, Gramedia, 2011, hal 43 66 Surono, Perbedaan perlakuan fasilitas bea cukai, Jakarta , 2009, Hal, 2
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Untuk mendapatkan perlakuan fasilitas pembebasan bea masuk, pihak perwakilan
diplomatik harus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri. Dengan mengajukan
permohoan ijin pemasukan barang impor dari Dirjen Protokol dan Konsuler Kementerian Luar
Negeri dan Direktur Fasilitas Diplomatik. dimana Kementerian Keuangan akan memberikan
fasilitas pembebasan bea masuk apabila
permohonan telah disetujui oleh Kementerian Luar Negeri.67
Subyek yang termasuk kriteria perwakilan negara asing adalah perwakilan diplomatik,
perwakilan konsuler, dan organisasi internasional yang diperlakukan sebagai perwakilan
diplomatik/konsuler. Organisasi Internasional yang diperlakukan sebagai perwakilan
diplomatik adalah68 :
a) ASEAN (Association of South East Asia Nations) Secretary
b) ASEAN Foundation
c) Badan PBB
Permohonan fasilitas pembebasan bea masuk oleh perwakilan negara asing terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan/rekomendasi dari Departemen Luar Negeri.
67 Ibid , Hal 3 68 Surono, Perbedaan perlakuan fasilitas bea cukai, Jakarta , 2009, Hal, 5
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
66
Universitas Indonesia
2.14 Penjualan atau Pemindahtanganan Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor yang digunakan oleh perwakilan negara asing baik yang
digunakan untuk keperluan kantor atau untuk keperluan pribadi dapat dijual kembali atau
dipindahtangankan kepada pihak lain di dalam negeri. Permohonan penjualan atau
pemindahtanganan kendaraan bermotor diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai
oleh pemilik/pejabat yang memiliki atau kuasanya berdasarkan persetujuan dari Departemen
Luar Negeri dengan menyebutkan alasan pemindahtanganan.
Keputusan pemberian izin penjualan atau pemindahtanganan diberikan oleh Direktur
Jenderal Bea dan Cukai setelah mendapatkan persetujuan Departemen Luar Negeri.
Kendaraan bermotor untuk keperluan dinas yang digunakan oleh Kantor Perwakilan Negara
Asing atau Kantor Perwakilan Organisasi Internasional dapat dijual atau dipindahtangankan
dengan ketentuan:69
a) Telah digunakan selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal Keputusan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai
69 Surono, Perbedaan perlakuan fasilitas bea cukai, Jakarta , 2009, Hal, 23
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
67
Universitas Indonesia
b) Kendaraan bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak dapat dipergunakan lagi
sebelum jangka waktu 3 (tiga) tahun.
Atas penjualan atau pemindahtanganan kendaraan bermotor yang mendapat fasilitas
pembebasan maka bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terhutang harus dilunasi.
Untuk menghitung besarnya pembebanan, maka nilai pabean yang digunakan adalah nilai
pabean yang berlaku pada saat kendaraan bermotor dijual atau dipindahtangankan.
2.15 Fasilitas bebas bea masuk bagi perwakilan asing studi kasus Food And Agriculture
Organization Of united Nation
Berdasarkan pasal 25 ayat 1 a dan b undang undang no 17 tahun 2006 tentang
kepabeanan yang menyatakan bahwa Pembebasan bea masuk diberikan atas impor dari
barang perwakilan negara asing beserta parapejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik; barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya
yang bertugas di Indonesia, Maka pembelian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh badan
perwakilan asing, dalam hal ini penulis meneliti Food And Agriculture Organization Of
united Nation, dibebaskan dari pengenaan bea masuk, pajak penghasilan pasal 22 dan juga
pajak pertambahan nilai.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Berdasarkan data dari Food And Agriculture Organization Of united Nation
memperlihatkan pihak Food And Agriculture Organization Of united Nation telah melakukan
pembelian atas kendaraan bermotor baik mobil maupun motor , yaitu 632 mobil dan 39 motor
selama pembelian tahun 2007 hingga pembelian 2010 dimana pembagian pembelian mobil
dan motor dapat dilihat di table dibawah ini70 :
020406080
100120140160180200
2007 2008 2009 2010
MobilMotor
Jumlah tersebut merupakan total dari keseluruhan kendaraan bermotor yang akan
dihibahkan kepada departemen pertanian republic Indonesia setelah proyek berakhir pada
tahun 2013 nanti, dimana rencana porsi pembagian mobil dan motor per setiap daerah dapat
70 FAO inventorty plan , march 2007- may 2012, FAO, 2012
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
69
Universitas Indonesia
dilihat di table dibawah ini:71
0
20
40
60
80
100
120
Mobil Motor
sumaterajawakalimantansulawesibali & NTBpapua
Dari table tersebut dapat dilihat bahwa pembagian untuk setiap dinas pertanian merata
disetiap daerah kecuali pulau jawa yang lebih banyak jumlah motor dan mobilnya,
pembagian ini dimaksudkan dialam menunjang mobilitas dari tim pdsr72, untuk melakukan
kegiatan penanggulangan Flu Burung.
71 Rencana strategis avian influenza 2006-2012, Departemen pertanian 2012 72 PDSR adalah partisipatory desease survelliance respon atau tim tanggap cepat partisioasi didalam penanganan kasus flu burung pada ternak yang mulai meluas di tahun 2006 hingga sekarang.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
70
Universitas Indonesia
2.16 Proses Hibah kendaraan bermotor dari FAO terhadap departemen pertanian
Mulai tahun 2012, pihak Food And Agriculture Organization Of united Nation mulai
melakukan proses peralihan hibah kendaraan bermotor dikarenakan mulai 2013 sudah
berhentinya proyek dari FAO di Indonesia , dimana proyek tersebut akan segera di lanjutkan
oleh Departemen Pertanian, Proses hibah tersebut mengalami kendala dikarenakan didalam
pembelian kendaraan bermotor pihak Food And Agriculture Organization Of united Nation
menggunakan fasilitas bebas bea masuk, pajak pertambahan nilai dan juga pajak penghasilan
pasal 22 , sedangkan menurut undang udang 28 tahun 2009 mengenai pajak daerah, semua
kendaraan dinas diperlakukan seperti halnya pembelian secara umum yaitu diberlakukannya
bea masuk, pajak pertambahan nilai dan juga pajak penghasilan pasal 22.
Namun didalam pelaksanannya terjadi kebuntuan didalam proses pengalihan
dikarenakan pihak dinas Pertanian tidak memiliki anggaran didalam melakukan pembayaran
ulang atas bea masuk, pajak pertambahan nilai dan juga pajak penghasilan pasal 22, terhadap
632 mobil dan 39 motor tersebut, disisi lain pihak pihak Food And Agriculture Organization
Of united Nation sebagai perwakilan asing tidak diperkenankan untuk melakukan
pembayaran atas atas bea masuk, pajak pertambahan nilai dan juga pajak penghasilan pasal
22. Sehingga proses tersebut masih belum bisa dilakukan proses hibah kepada departemen
pertanian dari pihak F Food And Agriculture Organization Of united Nation.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
71
Universitas Indonesia
2.17. Pengecualian bea masuk bagi kendaraan bermotor hibah dari FAO dengan
mekanisma keringanan bagi pembayaran bea masuk yang timbul dari hibah kendaraan
bermotor
Untuk mengatasi permasalahan dari terhambatnya proses hibah dari Food And
Agriculture Organization Of united Nation terhadap departemen pertanian, dari hasil
penelitian peneliti memperlihatkan bahwa Departemen pertanian melakukan pengecualian
atas pajak hibah tersebut yaitu dengan cara melakukan keringanan pembayaran pajak
hibah kendaraan bermotor.
Di samping keringanan pembayaran pajak pemerintah Propinsi juga memberikan
kelonggaran dalam hal pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor hasil hibah dari FAO
kepada departemen pertanian, dengan memberikan angsuran pembayaran bea masuk, pph
pasal 22, ppn, dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Pemberian keringanan berupa
angsuran dimaksudkan untuk menyiasati anggaran pembayaran bea masuk, pph pasal 22, ppn,
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang sangat besar dan mahal.
Pelaksanaan pungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor telah menyertakan atau melaksanakan fungsi regulasi di samping fungsi yang lebih
utama yaitu fungsi budgeter.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Fungsi regulasi dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang diinginkan pemerintah dalam
rangka membantu masyarakat guna menunjang kesejahteraan dalam hidupnya. Dengan
berlakunya fungsi regulasi ini tentunya akan berpengaruh pada pendapatan ( pengurangan )
pada saat itu, namun kedepan justru akan dapat bermanfaat secara lebih luas dalam
perkembangan perekonomian masyarakat. Pajak disini bukan semata mata untuk memasukkan
uang sebanyak banyaknya dalam Kas Negara, melainkan juga dapat digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan tertentu.73
Sebagaimana fungsi regulasi pajak pada umumnya, demikian pula dengan fungsi
regulasi Pajak Kendaaan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor hibah dari
FAO kepada departemen pertanian pelaksanaannya mempunyai tujuan tertentu yang ingin
dicapai, disamping fungsi budgeter (keuangan). Adapun tujuan tertentu yang ingin dicapai
oleh pemerintah dalam menerapkan fungsi regulasi adalah mengurangi beban anggaran yang
sangat tinggi dalam pembayaran bea masuk, pph pasal 22, ppn, dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor.
Regulasi Pajak Kendaraan Bermotor hibah dari FAO terhadap departemen pertanian
disamping melalui tarip pajak juga diaplikasikan melalui pemberian keringanan atas penetapan
pajak terhadap kendaraan bermotor umum, termasuk penetapan pajak terhadap kendaraan yang
digunakan urnum dimungkinkan untuk mengajukan permohonan keringanan Pajak
73 Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak,Eresco Bandung 1987, hal 3
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Kendaraaan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
Pemberian keringanan atau pengecualaian Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor hibah dari fao terhadap departemen pertanian dimaksudkan
juga untuk turut membantu atau meringankan dinas di daerah didalam melakukan
pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang menggunakan kas daerah itu
sendiri. Disamping itu pemberian keringanan pajak kendaraan bermotor juga dimaksudkan
untuk kepentingan bantuan hibah.
Pemberian keringanan atau pengecualian Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor besarnya bervariasi dari 20 % hingga 40 %, tergantung pada
besar kecilnya bantuan.
Adanya keringanan atau pengecualian Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor hibah dari FAO terhadap departemen pertanian dapat bermanfaat didalam
penghematan anggaran dari daerah itu sendiri , sehingga dapat dialokasikan untuk kebutuhan
lain yang lebih mendesak
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Keadaan sebaliknya akan terjadi apabila pengenaan Pajak Kendaraan" Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor hibah dari FAO terhadap departemen pertanian tidak
diberikan keringanan terhadap kondisi atau keadaan tertentu, termasuk dalam hal bantuan hibah
yang dapat memperngaruhi kondisi dari keuangan daerah dimana, anggaran akan terbuang untuk
hal-hal yang semestinya dapat dikecualikan.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
75
Universitas Indonesia
BAB III
KONTRIBUSI BEA MASUK KENDARAAN PROYEK FAO TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
3.1. Bagi Hasil Bea Masuk Kendaraan Bermotor
Hasil penerimaan bea masuk provinsi sebagian diperuntukkan bagi
kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan atas hasil penerimaan bea
masuk Kendaraan Bermotor diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar tiga puluh
persen (30%). Sedangkan propinsi mendapakan 70% dari bagi hasil bea masuk
kendaraan bermotor tersebut.74
Bagi hasil penerimaan kendaraan bermotor bea masuk tersebut digunakan oleh
kabupaten kota didalam pembiayaan pembangunan di daerahnya, namun dikarenakan
kecilnya persentase yang didapatkan oleh kabupaten kota terhadap bea masuk
kendaraan bermotor ini menyebabkan kekurangan dana yang diderita oleh kabupaten
didalam penyelenggaraan perbaikan infrastruktur.75
74Uu no. 28 tahun 2009, pajak daerah dan restribusi daerah, pasal 94 75 Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang mempertanyakan nominal besaran bagi hasil pajak kendaran yang diberikan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) untuk tahun 2011. Pemkot mengklaim bagi hasil pajak kendaraan bermotor mengalami penyusutan hingga Rp49miliar dibandingkan dengan bagi hasil yang diperoleh pada tahun 2010 mencapai Rp125.401.939.014,69. http://buanasumsel.com/bagi-hasil-pajak-kendaraan-masuk-logika/
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
76
Universitas Indonesia
3.2 Kontribusi bea masuk terhadap pendapatan asli daerah
Pembayaran bea masuk kendaraan sebenarnya mengurangi hasil secara paksa, sehingga
pendapatan riil masyarakat berkurang. Dengan demikian pengenaanbea masuk akan mengurangi
daya beli masyarakat yang pada gilirannya akan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk
melakukan konsumsi dan atau tabungan.
Pemerintah dapat mempergunakan bea masuk kendaraan sebagai alat untuk mengatur
pertumbuhan ekonomi, lewat pengaturan konsumsi dan investasi dengan mengenakan pungutan
pada masyarakat. Sebagai contoh pemerintah menetapkan pajak yang mengurangi penghasilan
seseorang, dapat berupa pajak penghasilan maupun pajak perseorangan. bea masuk kendaraan
adalah pungutan yang dikenakan terhadap seseorang tanpa didasarkan pada jumlah pendapatan,
tabungan atau pengeluarannya. Dengan demikian pajak tersebut dikenakan dalam jumlah yang
sama untuk setiap orang. Sedang bea masuk Kendaraan Bermotor adalah pengenaan pajak
yang di dasarkan pada jumlah atau harga dari kendaraan bermotor tersebut..
Akibat pengenaan suatu pajak, masyarakat berusaha untuk tetap memenuhi konsumsinya
dengan cara mengurangi jumlah tabungannya. Kondisi ini akan mengurangi jumlah investasi yang
dilakukan masyarakat, yang pada gilirannya akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan tambalian investasi, baik yang dilakukan
pemerintah maupun yang berasal dari tabungan masyarakat. Sebaliknya bila dengan adanya bea
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
77
Universitas Indonesia
masuk kendaraan, masyarakat justru mengurangi jumlah konsumsinya dan menambah
tabungannya, maka dapat diharapkan pada masa mendatang akan terjadi peningkatan pendapatan
masyarakat.
Pengenaan bea masuk, dapat menimbulkan masyarakat menambah atau mengurangi
konsumsinya. Dampak bea masuk terhadap konsumsi akan suatu barang sangat tergantung pada
jenis barang yang akan dikonsumsi, sebagai berikut :
• Untuk jenis kendaraan bermotor, pengenaan bea masuk, akan mengakibatkan
masyarakat mengurangi konsumsinya terhadap barang tersebut. Barang ini dikatoegorikan sebagai
barang yang konsumsinya akan berkurang dengan berkurangnya pendapatan.
• Untuk jenis barang interior atau giffen, pengenaan bea masuk justru akan
meningkatkan konsumsi barang tersebut.
Dengan demikian bea masuk kendaraan dapat dipergunakan oleh pemerintah untuk
mengatur konsumsi masyarakat. Di samping itu bea masuk kendaraan dapat pula dipergunakan
pemerintah untuk mengatur produksi yang ada di dalam negeri atau daerah. Pemerintah dapat
menggunakan pajak sebagai alat untuk mengurangi produksi beberapa jenis barang yang
diperkirakan akan menimbulkan gangguan pada kesehatan.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
78
Universitas Indonesia
Oleh karena itu untuk mengurangi produksi barang tersebut, pemerintah dapat menetapkan
bea masuk yang tinggi terhadap barang tersebut. Sebaliknya untuk mendorong pertumbuhan
produksi barang-barang dalam negeri, pemerintah dapat mengurangi bahkan membebaskan
penjualan barang tersebut dari pengenaan bea masuk.
Dalam pelaksanaan Otonomi Daerah diharapkan Pemda tidak mengenakan berbagai bea
masuk dan berbagai pungutan yang dapat menimbulkan distorsi (gangguan) dalam kondisi
perekonomian daerah, karena pada dasamya pengenaan berbagai bea masuk terhadap seorang
produsen akan mengakibatkan meningkatnya harga produk, yang pada gilirannya akan
melemahkan kemampuan bersaing produknya. Tentu saja kondisi yang merugikan bagi
pengusaha ini, akan mengakibatkan tidak berminatnya investor untuk menanamkan modalnya di
daerah tersebut.
Pada sisi lain, kenaikan harga produk, menurunkan konsumsi masyarakat akan produk
tersebut. Di samping itu kenaikan harga produk dapat pula mengakibatkan konsumen mengurangi
tabungannya untuk tetap mengkonsumsi produk tersebut. Kondisi ini tentu saja akan menurunkan
tingkat tabungan dan kesejahteraan penduduk di daerah tersebut. Menurunnya jumlah investor,
tingkat tabungan masyarakat, dan jumlah konsumsi masyarakat, tentu saja akan sangat mengganggu
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
79
Universitas Indonesia
Bea masuk didalam sifatnya termasuk didalam pajak tidak langsung yang masuk
kedalam pendapatan asli daerah , bea masuk sendiri merupakan jenis pajak asli daerah yang
merupakan pajak yang hasilnya cukup tinggi , salah satu yang peneliti mendapatkan dari
provinsi kepulauan Bangka Belitung dimana kontribusi bea masuk menjadi penyumbang
terbesar pajak daerah dalam realisasi pajak daerah tahun 2011 yang diperoleh Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Pajak daerah pada tahun 2011 realisasinya mencapai 124,52
persen atau sebesar Rp 418 miliar dari target Rp 335 miliar. Sementara, realisasi bea masuk
mencapai Rp 173 miliar. Disusul penerimaan pajak bahan bakar Rp 130 miliar, Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) Rp 112 miliar dan pajak pengambilan air permukaan sebesar Rp
2,730.76
3.3 Penerimaan bea masuk kendaraan merupakan penerimaan pajak daerah tertinggi
Banyaknya kendaraan bermotor yang terdaftar pada Kepolisian "jenis kendaraan" di
Indonesia77 Membaca jumlah angka yang cukup besar tersebut, hal tersebut memberikan
suatu gambaran bahwa hal ini merupakan salah satu sumber potensial bagi pendapatan dan
penerimaan daerah yang nantinya dapat diandalkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan
pemerintahan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Kendaraan bermotor yang ada di
76 Harian Bangka Pos, Edisi Rabu, 25 Januari 2012, Halaman 3. 77 Hingga saat ini di wilayah Polda Metro Jaya terdapat 13.346.802 kendaraan bermotor yang terdaftar di Samsat Polda Metro Jaya. Jumlah tersebut didominasi sepeda motor sebanyak 9.861.451 unit menyusul mobil penumpang sebanyak 2.541.351 unit, mobil beban sebanyak 581.290 unit, dan bus sebanyak 363.710 unit. Ada peningkatan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dari 2010, yakni sebesar 11,26 %,Media Indonesia ,edisi Rabu, 04 Januari 2012, hal. 4
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Indonesia menunjukkan angka yang cukup besar di karenakan fungsi dan manfaat dari
kendaraan bermotor itu sendiri yaitu sebagai alat pengangkutan.
Ketentuan mengenai kewajiban setiap pengguna atau pemakai kendaraan bermotor
untuk mentaati peraturan sebagaimana di uraikan di atas adalah sesuai Pasal 57 ayat (1)
Undang-undang nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan Raya yang berbunyi sebagai
berikut:78
"Barangsiapa mengemudi kendaraan bermotor di jalan raya yang tidak terdaftar,
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 6.000000,- (enam juta rupiah)"
"Barangsiapa mengemudi kendaraan tidak memiliki STNK, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,-
(dua juta rupiah)".
Dengan demikian dapat disebutkan bahwa penggunaan serta pemanfaatan kendaraan
bermotor sebagai suatu alat angkutan di jalanan umum atau jalan raya, yang dapat memberikan
hasil pajak yang di dapatkan dari kendaraan bermotor tersebut kepada negara atau pemerintah
yaitu berupa bea masuk Kendaraan Bermotor menjadi pendapatan pajak tertinggi bagi daerah
ketimbangan pajak-pajak daerah lainnya. 78 Undang-undang nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan Raya, pasal 57
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
81
Universitas Indonesia
Sebagai salah satu bukti bahwa pajak digunakan sebagai alat mencapai tujuan tertentu
adalah adanya strategi perpajakan sering digunakan untuk dapat mengatur pajak untuk bea
masuk kendaraan pada suatu daerah tertentu, dengan maksud agar daerah tersebut yang telah
padat didalam lalu lintasnya bisa lancar lalu lintasnya, sehingga menaikan volume transportasi lebih
tinggi , sehingga ekonomi bisa meningkat.
Selain itu fungsi pajak untuk bea masuk kendaraan didalam hibah kepada pemerintah
daerah dimasudkan untuk melakukan pengontrolan terhadap jumlah kendaraan bermotor yang
beredar yang digunakan oleh pemerintah daerah, dimana kendaraan bermotor yang dihibahkan
biasanya telah memiliki masa hidup yang panjang sehingga dengan pajak untuk bea masuk
kendaraan bisa diseleksi kendaraan bermotor yang memiliki masa hidup yang masih sedikit
sehingga lebih bermanfaat digunakan oleh pemerintah daerah.
Pemberian bea masuk atas hibah tersebut juga sebaiknya dihilangkan untuk
mempermudah pemerintah sendiri didalam menyiapkan anggaran. Memang dana yang
didapatkan dari bea masuk tersebut akan kembali masuk ke daerah melalu pos pendapatan
dari pajak, namun tetap saja pengeluaran yang harus dibayarkan oleh departemen yang
bekerjasama dengan lembaga asing tersebut sangat sulit, dikarenakan anggaran tersebut
semestinya dapat digunakan hal-hal lain yang lebih bermanfaat.79
79 Penggunaan anggaran untuk pembayaran bea masuk yang timbul dari hibah biasanya dilakukan dari pos anggaran yang semestinya digunakan untuk kegiatan departemen tersebut, departemen pertanian sesniri menggunakan pos dana darurat untuk melakukan pembayaran atas bea masuk yang timbul sebagai akibat hibah dari Food and agriculture Organization of united nations.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
82
Universitas Indonesia
3.4. Analisa Manfaat bea masuk kendaraan proyek FAO terhadap pendapatan asli
daerah (PAD) daerah Yogyakarta
Berdasarakan data yang didapatakan dari dinas pendapatan daerah (dispenda) provinsi
istimewa daerah istimewa Yogyakarta didapatkan hasil seerti terlihat dari tabel berikut ini:
PENDAPATAN DAERAH A P.A.D
100.605.747.000 113.286.886.900 112,60 99.645.754.000 112328.208.900 112,73
1
Pajak Daerah
99.630.804.000
112.309.099.900
112,73 1.1 - PKB 58.180.318.000 62.628.262.900 107,65 1.2 - BBNKB 40.550.486.000 48.800.480.100 120,34 1.3 - PABT 900.000.000 880.356.900 97,82
2
Retribusi Daerah
14.950.000
19.109.000
127,82 2.1 Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah - Sewa Tempat Foto Copy
8.400.000
3.600.000
8.700.000
3.600.000
103,57 100,00
- Sewa Tempat Penitipan KBM 4.800.000 5.100.000 106,25 2.1 Retribusi Perijinan Tertentu
Retribusi Ijin Cetak STNK yg
6.550.000
10.409.000
158,92 Hilang
B Lain-Lain Pendapatan Daerah 959.993.000 958.678.000 99,86 yang Sah Dealer Otomotif 538.934.000 585.640.000 108,67 PT Jasa Raharja 421.059.000 373.038.000 88,60
Pajak Kendaraan Bermotor dengan capaian target 107,65 % DAN Bea Masuk
Kendaraan Bermotor dengan capaian target 120,34 % disebabkan adanya kebijakan
pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Masuk Kendaraan Bermotor diberikan kepada wajib pajak yang melaksanakan
pembayaran mulai tanggal 1 Mei 2008 sampai dengan 31 Desember 2008 (berdasarkan
Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 92/KEP/2008) dan kemudahan
untuk mendapatkan kredit Kendaraan Bermotor.
Pajak Air Permukaan dan Air Bawah Tanah dengan capaian target 97,82 %
disebabkan karena PDAM Tirta Marta yang sumurnya terletak di Kabupaten Sleman mulai
bulan Januari 2008 Pajak ABT nya disetorkan di KPPD Di Kabupaten Sleman.
Retribusi Ijin Cetak STNK yang Hilang dengan capaian target 158,92 % disebabkan
karena banyaknya permintaan duplikat STNK dari Wajib Pajak. Penerimaan dari Lain-lain
Pendapatan Daerah yang sah (PT Jasa Raharja) dengan capaian target 88,60 % disebabkan
karena adanya Wajib Pajak yang tidak melakukan proses pembayaran Pajak KBM.
Dari hasil penelitian peneliti jumlah total kendaraan yang dihibahkan oleh FAO
adalah sekitar 34 unit motor dan 3 unit mobil , dari hasil proses pembayaran bea
masuk,ppnBM, ppn, dan pph pasal 21, dapat dilihat jumlah penerimaan dispenda kota
Yogyakarta sebesar 110 juta rupiah, dimana hanya kurnag dari 1 % dari pendapatan total dari
dinas pendapatan daerah dari pajak kendaraan bermotor pada umumnya.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
84
Universitas Indonesia
3.5. Kesimpulan Manfaat bea masuk kendaraan proyek FAO terhadap pendapatan asli
daerah (PAD)
Dari total proses hibah sebesar 632 unit sepeda motor dan juga 39 unit mobil , menurut
perhitungan tarif Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sebesar 20
% dari nilai jual objek pajak diketahui daerah dapat mendapatkan nilai Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan menurut hasil perhitungan pihak Food And Agriculture
Organization Of united Nation sebesar 12,6 miliar rupiah80, dimana dana tersebut dapat
meambahkan pendapatan asli daerah ( PAD)
Dari hasil penelitian peneliti di beberapa daerah yang akan dihibahkan kendaraan bermotor
dalam rangka penutupan proyek dapat dilihat perkiraan jumlah pendapatan BBNKB81 yang akan
didapatkan daerah dari hasil penerimaan BBNKB atas hibah kendaraan bermotor dari FAO di
tabel berikut ini82:
80 FAO inventory and tax , FAO, 2012 81 Proyeksi penerimaan BBNKB didapat dari permintaan departemen pertanian kepada FAO untuk menyediakan estimasi budget yang harus dikeluarkan oleh setiap dinas pertanian disetiap daerah apabila harus mengurus proses BBNKB pada srah terima kendaraan oct 2012 nanti. 82 Ibid
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
85
Universitas Indonesia
0
5
10
15
20
25
sumatera jawa kalimantan sulawesi
BBNKB
Dalam Ratusan Juta Rupiah
Dari Tabel diatas dapat diketahui perbedaan pendapatan dari BBNKB apabila pelaksanaan
penyerahan kendaraan bermotor terealisasi pada oktober 2012 nanti, penerimaan setiap daerah tidak
sama dikarenakan perda yang mengatur mengenai BBNKB tidak sama setiap daerahnya. Penerimaan
BBNKB tertinggi terdapat di daerah jawa dikarenakan paling banyaknya jumlah kendaraan bermotor
yang akan dihibahkan ke daerah jawa,
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
86
Universitas Indonesia
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dengan semakin banyaknya proyek bantuan asing di indonesia terkadang
memberikan banyak masalah baru terhadap sistim perpajakan di indonesia
khususnya apabila suatu proyek tersebut berakhir, dimana banyaknya invetaris dari
proyek tersebut yang kemudian dihibahkan kepada departemen yang bekerjasama
dengan badan asing tersebut setelah proyek tersebut berakhir , berbagai jenis barang
yang dihibahkan tersebut , terdapat barang-barang yang memiliki nilai pajak, yang
memberikan masalah baru bagi departemen yang menerima barang-barang hibahan
dari badan asing tersebut.
Salah satu yang sangat umum didalam penghibahan barang-barang tersebut adalah
kendaraan bermotor, dimana dapat berupa mobil ataupun motor. Pengurusan pajak
atas kendaraan bermotor , dengan status hibah terkadang memiliki banyak kendala
didalam pelaksanaannya , dimana Dalam UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah, setiap Pemerintah Daerah menarik dana atau pungutan yang
dikategorikan sebagai sumbangan pihak ketiga harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan dan dapat dipertanggungjawabkan seperti yang tertuang dalam UU No. 34
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
87
Universitas Indonesia
Tahun 2000.
Namun penarikan pajak ini terbentur oleh status kendaraan bermotor tersebut yang
merupakan barang-barang yang didapatkan dari hibah tersebut. Namun dengan
adanya kriteria efisiensi juga menjadi ukuran apabila desentralisasi fiskal akan
digulirkan, yaitu pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan
mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk
mendapat ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan. Artinya : apabila suatu bagian urusan
dalam penanganannya dipastikan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna bila
ditangan oleh daerah provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota maka dapat
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, ataupun sebaliknya, apabila suatu bagian
urusan akan lebih berdaya guna atau berhasil guna bila ditangani oleh pemerintah
pusat maka lebih baik diselenggarakan oleh pemerintah pusat.
Untuk itu, pembagian bagian urusan harus disesuaikan dengan
memperhatikan ruang lingkup wilayah beroperasinya bagian urusan pemerintahan
tersebut. Idealnya, sumber utama pembangunan daerah harus dapat dibiayai dari
PAD, hingga daerah tidak tergantung dari subsidi pemerintah pusat. Dengan
demikian, daerah dapat dengan leluasa melakukan akselerasi pembangunan
daerahnya tanpa beban pengaruh pemerintah, sesuai dengan makna otonomi daerah
itu sendiri yaitu daerah dapat melaksanakan sendiri segala urusan pemerintah diluar
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
88
Universitas Indonesia
kelima urusan yang masih ditangani oleh pemerintah pusat. Akan tetapi, harapan
tersebut bagi sebagian besar Pemerintah Daerah hanyalah sekedar mimpi belaka,
bahwa tidak mungkin daerah dapat membangun hanya dengan bertumpu pada PAD
saja. Oleh karena itu, daerah harus memperoleh subsidi dari pemerintah pusat yang
kita kenal dengan “Dana Perimbangan”, yang dimaksudkan untuk menanggulangi
gap capacity dalam pembiayaan pembangunan daerah (APBD).
Dengan demikian, daerah yang sudah kaya, karena memperoleh bagi hasil dari
Sumber Daya Alam (SDA) maupun bagi hasil dari Non SDA (penerimaan pajak)
seharusnya merelakan dana perimbangannya diberikan kepada daerah yang tidak
beruntung. Akan tetapi, bagi daerah yang kaya, dengan alasan bahwa selama era
“sentralistik” daerahnya menderita karena sumber kekayaannya telah dikuras habis
oleh pemerintah pusat, merasa tidak fair kalau saat reformasi sekarang sejarah
lamanya dilupakan.
2. Berkaitan dengan studi yang dilakukan terhadap hibah kendararaan bermotor dari
FAO kepada departemen pertanian Regulasi Pajak Kendaraan Bermotor hibah dari
FAO terhadap departemen pertanian terlihat bahwa tarip pajak juga diaplikasikan
melalui pemberian keringanan atas penetapan pajak terhadap kendaraan bermotor umum,
termasuk penetapan pajak terhadap kendaraan yang digunakan urnum dimungkinkan
untuk mengajukan pennohonan keringanan Pajak Kendaraaan Bermotor dan Bea Balik
Nama
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
89
Universitas Indonesia
Kendaraan Bermotor hibah yang peruntukannya sudah harus dapat
pemberesan surat-surat secara cepat, dimana kendaraan bermotor tersebut harus
segera mendapat surat-surat , agar dapat digunakan untuk menunjang kegiatan
kedinasan. Pemberian keringanan atau pengecualaian Pajak Kendaraan Bermotor dan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor hibah dari fao terhadap departemen pertanian
yang dilakukan oleh kemntrian perpajakn dimaksudkan untuk membantu atau
meringankan dinas di daerah didalam melakukan pengurusan invetaris di kantor
dinas. Disamping itu pemberian keringanan pajak kendaraan bermotor juga dimaksudkan
untuk kepentingan bantuan hibah kendaraan bermotor tersebut dimana Pemberian
keringanan atau pengecualian Pajak Kendaraan Bermotor dan BeaBalik Nama
Kendaraan Bermotor besarnya bervariasi dari 20 % hingga 40 %, tergantung pada
besar kecilnya bantuan.
Adanya keringanan atau pengecualian Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor hibah dari FAO terhadap departemen pertanian akan semakin
meningkatkan produksi jasa di indonesia, dan tidak menutup kemungkinan berpengaruh
pula pada produksi barang. Apabila produksi barang dan jasa di suatu daerah mengalami
peningkatan, maka dapat diasumsikan di daerah tersebut sedang terjadi pertumbuhan
ekonomi. Peningkatan produksi jasa sudah dapat dipastikan akan diikuti oleh
peningkatan produksi yang lain termasuk produksi barang-barang yang menjadi
kebutuhan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan kehidupannya. Keadaan
sebaliknya akan terjadi apabila pengenaan Pajak Kendaraan" Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor hibah dari FAO terhadap departemen pertanian tidak
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
90
Universitas Indonesia
diberikan keringanan terhadap kondisi atau keadaan tertentu, termasuk dalam hal bantuan
hibah yang dapat mempengaruhi perekonomian secara luas dan tidak menutup
kemungkinan pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor tanpa adanya fasilitas pajak tertentu
justru akan menghambat pertumbuhuan ekonomi, sehingga justru dapat mengakibatkan
distorsi ekonomi.
B. SARAN
Didalam pelaksanaan hibah kendaraan bermotor seringkali terbentur oleh
masalah-masalah perpajakan, dimana adalah jamak kendaraan bermotor yang
dihibahkan oleh lembaga asing, harus secepatnya digunakan oleh dinas atau
departemen pemerintah tersebut untuk menjalankan ataupun untuk menanggulangi
suatu permasalahan yang terjadi didalam lingkup masyarakat, namun kendala pajak
atas hibah dari kendaraan bermotor tersebut yang menghambat dari operasi dari
departemen atau dinas tersebut. Sebaiknya pengurusan khususnya hibah atas
kendaraan bermotor tersebut semestinya harus diatur tersendiri didalam peraturan
pajak khusus, dimana mempermudah didalam proses pengurusan surat-surat yang
secara khusus terkait dengan masalah perpajakan ini, termasuk didalamnya
melakukan pengecualian yang umum terhadap pajak atas kendaraan bermotor hasil
dari hibah tanpa melakukan pengecualian dari undang-undang no.28 tahun 2009
mengenai pajak daerah dan restribusi daerah, dengan pengecualian tersebut,
kendaraan bermotor hasil hibah dapat digunakan oleh dinas atau departemen tersebut
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
91
Universitas Indonesia
dengan segera.
Kedua, penarikan atau pungutan atas pajak kendaraan bermotor atas hibah
sebaiknya dapat dihilangkan mengingat , konsekuensi yang didapat lebih beresiko
jika pajak atas hibah dari badan asing khususnya kendaraan bermotor ini
dikecualikan dibandingkan dengan penghapusan dari pajak atas hibah kendaraan
bermotor ini, dikarenakan lebih urgensinya penggunaan kendaraan bermotor ini
didalam menunjang pekerjaan dan pelayanan kepada masyarakat ini.
Ketiga, Bahwa di Undang Undang Pebaean dalam hal ini undang undang no 17
tahun 2006 semestinya terdapat pengecualian terhaap pengenaan bea masuk dari hibah dari
lembaga atau perwakilan Negara asing, sehingga pemerintah daerah yang menerima hasil
hibah khususnya hibah kendaraan bermotor tidak dipusingkan dengan kewajiban
melakukan pembayaran bea masuk, pph pasal 22, ppn dan pajak penjualan atas barang
mewah. perubahan secepatnya, dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi
masyarakat dikarenakan , lebih cepat pihak departemen tersebut menggunakan kendaraan
bermotor hasil hibah tersebut , untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
92
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
I. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SK Menkeu no. 25/KMK.01/1998 Undang-undang no.28 tahun 2009, tentang pajak dan restribus daerah Departemen Keuangan RI, Mekanisme Hibah Kepada Daerah, Jakarta :
Depkeu, 2010 Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang
undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah II. BUKU Abdullah, Rozali, 2000, Pelaksanaan otonomi Luas dan Isu federalisme sebagai
suatu Alternatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Arsyad, Negara, 1990, Hubungan Fiskal antar pemerintah di Indonesia, Analisis,
Tahun XIX Arsyad, Negara, 1990, Hubungan Fiskal antar pemerintah di Indonesia, Analisis,
Tahun XIXMustaqiem, dkk, 2007, Kontribusi Pemikiran untuk 50 Tahun, Prof. DR. Moh. Mahfud MD., SH,
Badan Diklat Depdagri, Materi Hukum Perpajakan, 2001. Bohari. Pengantar Hukum Pajak, Raja Grafindo Persada, JakartEL 2002 Bagir Manan, 2002, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Penerbit Pusat Studi
Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII Yogyakarta Brotodihardjo, Santoso, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Keempat,
Refika Aditama, Bandung. Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum ,Jakarta : Nusamedia, 2009. Departemen Pertanian, Cenggah dan tanggap flu burung ,Jakarta: Departemen
pertanian , 2009. Djojohadikusumo, Sumitro, Ekonomi Pembangunan, PT Pembangunan, Jakarta,
1960. Davey, Kenneth, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indortesia (Hubungan
Keuangan Pusat - Daerah di Indonesia) UI Press, Jakarta
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
93
Universitas Indonesia
Devas, Nick, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia (Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia : Sebuah Tinjauan Umum), UI Press, Jakarta
Edy Suandy, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2002 Elvina Sidabutar, 2005, Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Perkembangan
Investasi di Daerah (dalam kasus Industri Telekomunikasi Seluler) Fahmi, Sudi, 2007, Penyelesaian Konflik Pengaturan Perundang-undangan
Pada Era Otonomi Daerah (Studi Kasus Bidang Kehutanan HAW. Widjaja, 2004, Penyelenggaraan otonomi Di Indortesia (Dalam Rangka
Sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah), PTRajaGrafindo Persada, Jakarta.
Hariyono, Ark 1997, Tinjauan umum terhadap UU No. 12 Tahun 1955 Tentang
Pajak Bumi dan Bangunan Sebagaiman Telah Diubah Dengan UU No. 12 Tahun 1994, Valuestate, Media Informasi & Komunikasi Penilai PBB, Direktorat PBB dan BPHTB, Vol. 007, Jakarta, 1997 .Retrospeksi Terhadap Masalah hukum dan Kenegaraan FH UII Press,
Ismail Tjip, pengaturan pajak daerah di Indonesia , yellow printing, Jakarta ,
2007 Irawan dan Suparmoko, Ekonomika Pembangunan, BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta, 1995 Irianto, Edi Slamet, - Syarifuddin Jurdi, 2005, Politik Perpajakan, Membangun
Demokrasi Negara, UII Press, Yogyakarta John Rawls, Teori Keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial dalam Negara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Juanda, 2004, Hukum Pemerintah Daerah, Pasang Surut Hubungan
Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah PT. Alumni Bandung Kaloh DR, 2002, Mencari Bentuk Otonomi Daerah (Suatu Solusi Dalam
Menjawab Kebutuhan Local Dan Tantangan Global), Rineka Cipta, Jakarta
Kaho, Josef Riwo, 1991, Prospek Otonomi Daerah di Negara RI, Rajawali Press,
Jakarta.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
94
Universitas Indonesia
Mawardi, Oentarto, 2004, Permasalahan Implementasi Undang-undang Nomor
22 Tahun 1999, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 23 No.l Tahun 2004, YPHB - Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis.
Mustaqiem, dkk, 2007, Kontribusi Pemikiran untuk 50 Tahun, Prof. DR. Moh.
Mahfud MD., SH, Retrospeksi Terhadap Masalah hukum dan Kenegaraan FH UII Press, Pascasarjana FH UII
Mardiasmo, Perpajakan, edisi Revisi Tahun 2000, Andi, Yogyakarta,2000 Miyasto, Sistim Perpajakan Nasional Dalam Era Ekonomi Global, Pidato
Pengukuhan Guru Besar Imu Ekonomi Undip, 3997. Mariun, 1975, Azas-azas Ilmu Pemerintahan, Fakultas Sosial dan Politik UGM,
Yogyakarta Nasution, Agus Salim, Pajak dan Retribusi Daerah, Karunika, Jakarta, 1998 Rohimat, Nyoman Sumaryadi, Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah,
(Jakarta : Citra Utama , 2005 ), Penggalian Potensi PAD Kabupaten atau Kota di'Era Otonomi Daerah, CSPI, Bandung Rochmat Socmitro. Pengantar Singkat Hukum Pajak, Eresco, Bandung, 1987 Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan U Refika Adilama, Bandung,
1998 Richard Musgrave, pada Badan Diklat Departemen Daiam Negeri dan Otonomi
Daerah, 2001 Retnowulan, Sutantio, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Ikatan Hakim Indonesia,
Mahkamah Agung. R.I, Jakarta, 1995 Santoso Brotodihardjo, Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung 1982 Sri Pudyalmoko,Pengantar Hukum Pajak, Andi, Yogyakarla 2002 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar
Kebijaksanaan, cet. 1, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi-Universitas Indonesia, 2007
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012
95
Universitas Indonesia
Supriyanto dan Agung F. Sampurna, Utang Luar Negeri Indonesia: Argumen, Relevansi dan implikasinya bagi Pembangunan, cet. 1, Jakarta: Djambatan, 1999
Suryohadi Projo, Sayidiman, Reformasi Ekonomi Politik Dalam Kerangka Paradigma
Pembangunan Nasional, AFKAR, Jakarta. Syaukani.HR, Afan Gaffar, M. Ryaas Rasyid, 2002, Otonomi Daerah Dalam
Negara Kesatuan, Cetakan I, Pustaka Pelajar Sidik, Machfud, 2004, Prospek dan Problematika Pelaksanaan UU No. 25/1999
Tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 23 No. l Tahun 2004, YPHB - Yayasan Pengembangan HukumBisnis
Suharno, 2003, Potret Perjalanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Direktorat
PBB dan BPHTB Sidik, Machfud, 2004, Prospek dan Problematika Pelaksanaan UU No. 25/1999
Tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 23 No. l Tahun 2004, YPHB - Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Yogyakarta: kanisius, 1995 III. JURNAL FAO , Internal Information Education and Communication (IEC) , Jakarta :
FAO, 2010 FAO Communication division, Global Strategies to prevent and control HPAI,
Rome: FAO ,2010 FAO, Fao Response Highly Pathogenic Avian Influenza and beyond, Rome:
FAO, 2011.
Pengecualian pajak..., Aluisius Ari, FH UI, 2012