laporan kerja praktek palembang

43
LAPORAN KERJA PRAKTEK KONSENTRASI TEKNIK TENAGA LISTRIK SISTEM PENGAMANAN PADA JARINGAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV 3 FASA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH S2JB CABANG PALEMBANG (24 Januari 2011 – 18 Maret 2011) Diajukan dengan syarat untuk lulus mata kuliah Kerja Praktek Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya OLEH: AKBAR RUSDI 03071004127 Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Elektro IR. SARIMAN, MS NIP. 19580707198 703 1004 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya jualah Penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini dengan baik. Laporan kerja praktik elektris ini disusun berdasarkan hasil orientasi dan kegiatan kerja praktik elektris yang telah

Upload: dani-bagaskara

Post on 03-Aug-2015

431 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kerja Praktek Palembang

LAPORAN KERJA PRAKTEK

KONSENTRASI TEKNIK TENAGA LISTRIK

SISTEM PENGAMANAN PADA JARINGAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV 3 FASA

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH S2JB CABANG PALEMBANG

(24 Januari 2011 – 18 Maret 2011)

Diajukan dengan syarat untuk lulus mata kuliah Kerja Praktek

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya

OLEH:

AKBAR RUSDI

03071004127

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Elektro

IR. SARIMAN, MS

NIP. 19580707198 703 1004

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat,

Karunia dan Hidayah-Nya jualah Penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini dengan

baik. Laporan kerja praktik elektris ini disusun berdasarkan hasil orientasi dan kegiatan kerja

praktik elektris yang telah dilaksanakan di PT. PLN (PERSERO) WS2JB PALEMBANG

RAYON KENTEN yang dilaksanakan sejak tanggal 24 januari 2011 – 19 maret 2011.

Page 2: Laporan Kerja Praktek Palembang

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam bimbingan, bantuan data, dan motivasi sehingga laporan kerja

praktik elektris ini dapat diselesaikan. Dan juga Penulis tak lupa mengucapkan rasa terimakasih

kepada yang terhormat :

1. Bapak Ir. Sariman, MS., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya

2. Bapak Bhakti Yudho S., ST, MT, selaku Sekretasis Jurusan Teknik Elektro Universitas

Sriwijaya

3. Ibu Caroline, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Bapak Ir. Rajasa Gauthama, MM, selaku Manager PT. PLN (PERSERO) WILAYAH S2JB

PALEMBANG

5. Bapak Badron, SE selaku Manager PT. PLN (PERSERO) RAYON KENTEN

6. Bapak Yuspan Kornedi selaku Pembimbing kerja paraktek PT. PLN (PERSERO) RAYON

KENTEN

7. Operator PLN RAYON KENTEN beserta seluruh karyawan.

8. Orang Tua yang telah memberikan dukungan mora, materi, dan doanya.

9. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktik elektris ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktik elektris ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap mudah – mudahan laporan kerja praktik elektris ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sriwijaya.

Dalam penulisan laporan ini mungkin terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan

maupun isi dari laporan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran sehingga berguna

bagi kita semua.

Page 3: Laporan Kerja Praktek Palembang

Palembang, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………...i

LEMBAR PENILAIAN.................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………..……………….iv

KATA PENGANTAR....................................................................................v

DAFTAR ISI...................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

I.1. Latar Belakang...........................................................................................1

I.2. Tujuan Kerja Praktek……………..............................................................2

I.3 Manfaat Kerja Praktek…………….............................................................3

I.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek.....................................................................3

I.5 Metode Pengumpulan Data.........................................................................3

I.6 Sistem Penulisan…......................................................................................4

BAB II TINJAUAN UMUM

SEJARAH SINGKAT PT. PLN (PERSERO) W. S2JB .............................6

2.1. Sejarah Berdirinya PT. PLN di Sumatera.................................................6

Page 4: Laporan Kerja Praktek Palembang

2.2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) W.S2JB cabang Palembang…....11

2.3. Pembagian Tugas Asisten Manager Distribusi..........................................13

BAB III

SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) W. S2JB......15

3.1 Sistem Keadaan Kelistrikan di Kota Palembang........................................15

3.3 Sistem Jaringan Distribusi......................................................................19

3.3.1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) .........................................21

3.3.2. Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah…..….25

3.3.3 Peralatan Yang Digunakan Pada Gardu Distribusi......................27

3.3.4 Jaringan Tegangan Rendah......................................................... 30

3.3.5 Konfigurasi Jaringan………………………………………...….31

3.3.6 Rencana Pengembangan Sistem Palembang………………...…..34

3.3.7 Rencana Kerja Bagian Distribusi…………………………...…..34

3.4. Tingkat Jaminan Pada Sistem Distribusi..................................................35

BAB IV

SISTEM PENGAMAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA...... 38

4.1 Pemutus Tegangan (PMT) ...................................................................... 38

4.2 Relay Arus Lebih (OCR) .........................................................................38

4.3 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)..........................................................42

4.4 Saklar Seksi Otomatis (Sectionalizer).......................................................42

4.5 Pelebur (fuse cut out)................................................................................44

Page 5: Laporan Kerja Praktek Palembang

4.6 Load Breake Switch (LBS).......................................................................44

BAB V PENUTUP........................................................................................47

5.1 Kesimpulan................................................................................................47

5.2 Saran……… ............................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA……….......................................................................50

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

3.1. Cross Arm Untuk Tiang Beton.................………………….………….24

4.1 Sambungan relay GFR dan 2 OCR..........................................................40

4.2 Karakteristik relay waktu seketika...........................................................40

4.3 Karakteristik relay waktu definite………………………………………41

4.4 karakteristik relay waktu inverse………………………………………..42

4.5 Koordinasi Sistem pengamanan Jaringan……………………………….............................................43

4.6 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik………………..............................45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam hal ini pihak Jurusan Teknik Elektro telah menyiapkan suatu program berupa mata

kuliah Kerja Praktek yang wajib diikuti setiap mahasiswa Teknik Elektro. Melalui mata

Page 6: Laporan Kerja Praktek Palembang

kuliah Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan mampu memahami ilmu elektronik secara

terarah karena pada dasarnya ilmu yang diperoleh di bangku kuliah bersifat teoritis.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Kerja

Praktek yang berjumlah 2 (dua) SKS di Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya,

sekaligus agar mahasiswa memahami aplikasi dari disiplin ilmu elektro yang selama ini telah

dipelajari secara teoritis dalam perkuliahan.

1.3 Manfaat Kerja Praktek

Dengan mengikuti program Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang,

maka saya sebagai mahasiswa Kerja Praktek dan pihak Universitas Sriwijaya serta PT. PLN

(Persero) WS2JB Cabang Palembang memperoleh masukan – masukan dan manfaat sebagai

berikut :

 Bagi Mahasiswa Kerja Praktek :

1. Telah menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Elektro

sebanyak 2 (dua) SKS.

2. Dapat melakukan perbandingan terhadap ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan

dengan aplikasi di lapangan.

3. Dapat mengetahui ruang lingkup dan gambaran kerja yang ada di PT. PLN

(Persero) WS2JB Cabang Palembang.

4. Mampu mengenal peralatan serta aplikasi penggunaanya di lokasi kerja.

5. Menerapkan hasil yang diperoleh untuk mengembangkan potensi diri bagi

mahasiswa.

 Bagi Pihak Universitas Sriwijaya :

1. Merupakan salah satu wujud kerjasama dalam bidang akademik antara

pihakUniversitas Sriwijaya dan pihak PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang

Palembang.

2. Mempersiapkan mahasiswa dalam era globalisasi dengan kondisi penuhkompetisi

kerja.

 Bagi Pihak PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang :

Page 7: Laporan Kerja Praktek Palembang

1. Menerima masukan dari pihak Universitas Sriwijaya dan Mahasiswa selama

berlangsungnya kerja praktek tersebut.

2. Merupakan wujud kepedulian PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang

dalam rangka meningkatan mutu pendidikan.

3. Dapat memberikan pengertian mengenai kondisi yang ada pada PT. PLN

(Persero) WS2JB Cabang Palembang saat ini.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Sesuai dengan bidang ilmu yang penulis tekuni maka penulis melakukan kerja praktek

pada PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang selama 2 (dua) bulan, terhitung dari

tanggal 1 Oktober 2004 hingga 30 November 2004.

Selama mengikuti Kerja Praktek elektris di PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang

Palembang, penulis ditempatkan pada seksi - seksi sebagai berikut :

 Seksi Pemeliharaan

 Seksi Operasi Distribusi

 Seksi Peneraan

 Seksi Alat Pengukur dan Pembatas

Sesuai dengan jadwal ini, maka ruang lingkup penulisan laporan hanya meliputi

kegiatan selama penulis melakukan kerja praktek di PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang

Palembang.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan ini penulis melakukan observasi lapangan dan wawancara

langsung dengan karyawan PLN.

Sehingga dapat ditentukan metode yang digunakan untuk penulisan dan penyusunan

laporan ini, yaitu :

 Observasi

 Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan.

 Diskusi dan wawancara

Page 8: Laporan Kerja Praktek Palembang

 Penulis melakukan diskusi dan wawancara dengan karyawan PLN tentang sesuatu

yang berhubungan dengan objek yang ditinjau.

 Studi Literatur

 Penulis melengkapi data dan keterangan yang diperoleh dari observasi dan wawancara

dengan referensi yang ada, yaitu buku pegangan dan panduan PLN.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan kerja praktek, manfaat kerja praktek, ruang

lingkup kerja praktek, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : SEJARAH SINGKAT PT. PLN (Persero) WS2JB CABANG

PALEMBANG

Berisi sejarah singkat berdirinya PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang

Palembang dan struktur organisasinya serta tugas dan kewajiban dari masing

– masing struktur organisasi.

BAB III: SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

Berisi tentang kelistrikan di kota Palembang, bagaimana pengiriman daya

listrik mulai dari pusat pembangkit sampai ke konsumen – konsumen,

jaringan tegangan menengah dan tegangan rendah serta peralatan –

peralatan yang mendukung jaringan tersebut.

BAB IV: SISTEM PENGAMAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA

Berisi tentang peralatan sistem pengaman yang terdiri dari Pemutus Tenaga,

Relay Arus Lebih (OCR), Pemutus Balik Otomatis (Sectionaliser), Pelebur

(Fuse cut Out), Load Break Switch (LBS)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Page 9: Laporan Kerja Praktek Palembang

Berisi kesimpulan dan saran yang mungkin berguna bagi penulis dan PLN.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

BAB IITINJAUAN UMUM

SEJARAH SINGKAT PT. PLN (PERSERO) WS2JB

2.1 Sejarah Berdirinya PLN di Sumatera

 PERIODE I (1924-1942)

Pada tahun 1924 sudah berdiri perusahaan swasta Belanda yang mengelola kelistrikan

di kota Palembang yaitu NV. Nederland Indische Gas Electriciteits Maatschapij yang

disingkat menjadi NV. NIGEM yang memiliki mesin pembangkit tenaga listrik merk

SULZER sebanyak 2 (dua) unit mulai dioperasikan pada tahun 1927 dan mempunyai

anak perusahaan di Tanjung Karang berdiri tahun 1927 yang mulai dioperasikan tahun

1929.

Mesin pembangkit tenaga listrik yang dimiliki adalah SLM WINTHERTOUR 4 DN

sebanyak 2 (dua) unit dengan daya terpasang 180 KW kemudian ditambah dengan

mesin KLM WITHERTOUR 6 DN daya terpasang 400 KW yang mulai dioperasikan

tahun 1939, Lahat tahun 1931, Muara Enim tahun 1931, Baturaja dan Bengkulu tahun

1931 (Berdasarkan data – data tanah yang memiliki perusahaan tersebut). Sebelum

pecah Perang Dunia II NV. NIGEM berubah namanya menjadi NV. Overzeeche Gas EN

Electriciteits Maatschapij yang disingkat NV. OGEM. Daerah kerjanya tidak berubah

(pusat perusahaannya berada di Amsterdam Belanda).

 PERIODE II (1942-1945)

Pada masa pecahnya Perang Dunia II, dimana tentara Jepang banyak mendapat

kemenangan dalam peperangan di Asia termasuk Indonesia dapat dikuasai Jepang,

dengan demikian perusahaan listrik di kota Palembang dikuasai pula oleh Jepang dan

diberi nama Denky Kyoky. Denky Kyoky tidak bertahan lama sebab Jepang menyerah

ketika kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Sekutu.

Selama dikuasai Jepang, kelistrikan di daerah Sumatera bagian Selatan tidak

mengalami perkembangan kecuali di Tanjung Karang di mana sentral pembangkit

listrik yang diledakkan Belanda dapat diperbaiki oleh Jepang. Belanda kembali masuk

ke Indonesia dan perusahaan listrik Denky Kyoky diserahkan kepada Belanda dengan

nama NV. OGEM.

Page 10: Laporan Kerja Praktek Palembang

 PERIODE III (1945-1959)

Setelah Indonesia merdeka dan berdaulat penuh sejak tanggal 17 Agustus 1945

Belanda masih menguasai dan mengelola perusahaan listrik (NV. OGEM). Pada tahun

1958 tanggal 27 Desember 1958 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda

termasuk NV. OGEM diambil alih oleh Republik Indonesia yang dikelola oleh P3LG

(Pemerintah Indonesia dan Langsung dibawah Pengawasan Listrik dan Gas). Sumatera

Selatan yang diatur dalam PP No. 16 tahun 1959 kemudian P3LG dialihkan di bawah

naungan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga (DPUT).

Berdasarkan Surat KeputusanMenteri Pekerjaan Umum dan Tenaga nomor : Ment.

I/U/24 tanggal 16 Juni 1959 Listrik dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara Djakarta

(PLND).

 PERIODE IV (1960)

Setelah terbit Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga nomor : Ment.16/4/10

tanggal 6 Juni 1960 maka terbentuklah struktur organisasi perusahaan umum listrik

negara Exploitasi yang meliputi daerah kerja Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu

dan Riau.

 PERIODE V (1965)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1965 diadakan

perubahan daerah kerja PLN Exploitasi II, yaitu meliputi Sumatera Selatan, Lampung,

Bengkulu dan Jambi sedangkan Riau diserahkan kepada PLN Exploitasi XIV yang

berkedudukan di Sumatera Barat. Listrik di daerah Jambi setelah dinasionalisasikan

dikelola oleh Kotapradja Jambi.

 PERIODE VI (1972)

Pada tahun 1972 Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah

Nomor 18 tahun 1972 yang menegaskan nama perusahaan nama perusahaan listrik

menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) yang masih di bawah naungan

Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

Sehubungan PP No. 18/1972 diadakan perubahan suasana kerja di mana PLN

Exploitasi II diubah menjadi PLN Exploitasi IV dengan wilayah kerja yang sama.

 PERIODE VII (1975 – JULI 1994)

Nama PLN Exploitasi IV inipun tidak bertahan lama dengan diterbitkannya Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja Nomor : 013/PRT/1975 tanggal 9

September 1975 mengubah OLN Exploitasi IV menjadi PLN Wilayah IV dengan wilayah

Page 11: Laporan Kerja Praktek Palembang

kerja meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Jambi dengan kantor wilayah

berkedudukan di Palembang dan satuan kerjanya terdiri dari : PLN Cabang Palembang,

PLN Cabang Tanjung Karang, PLN Cabang Bengkulu, PLN Cabang Jambi, PLN Cabang

Tanjung Pandan dan PLN Sektor Keramasan.

Kebutuhan listrik di masyarakat terus meningkat, hal ini juga memacu PLN untuk

meningkatkan dirinya. Hal ini terbukti dari bertambahnya satuan – satuan kerja PLN

Wilayah IV yaitu : PLN Cabang Bangka, PLN Sektor Bukit Asam, Unit Pengaturan

Beban Sistim Sumatera Selatan dan yang terakhir adalah PLN Sektor Bandar

Lampung.

 PERIODE VIII (1996 – SEKARANG)

Berdasarkan Keputusan Direksi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Nomor :

079.K/023/DIR/1996 tentang Organisasi dan tata kerja PT. Perusahaan Listrik Negara

(Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Selatan.Bahwa sebagai

tindak lanjut Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 010.K.023/DIR/1995 sama

dengan Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 022.K.023/DIR/1995 tentang

Operasi dan tata kerja PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero), maka dipandang perlu

membentuk pengorganisasian unit bisnis operasional. Tugas pokok pembangkitan dan

penyaluran Sumatera Bagian Selatan adalah melaksanakan kegiatan perencanaan

pengusahaan dan pengembangan sarana penyediaan tenaga listrik.

Untuk itupembangkitan dan penyaluran Sumatera Bagian Selatan mempunyai fungsi

sebagai sistem pelaksanaan konstruksi perusahaan serta pembekalan penyediaan

tenaga listrik, pengolahan SDM, keuangan dan administrasi yang berada di bawah

koordinasi PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagsel.

Dengan adanya pengambilan alih tersebut maka PT. PLN (Persero) WS2JB membawahi

empat cabang, yaitu :

- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang

- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Jambi

- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Bengkulu

- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Lahat

- PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Muara Bungo

PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang terdiri dari enam ranting dan empat rayon,

yaitu :

Page 12: Laporan Kerja Praktek Palembang

- Ranting Kayu Agung

- Ranting Sekayu

- Ranting Mariana

- Ranting Pangkalan Balai

- Ranting Indralaya

- Ranting Tugu Mulyo

- Rayon Rivai

- Rayon Kenten

- Rayon Sukarami

- Rayon Ampera

2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang

Struktur organisasi kerja PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang dapat dilihat pada

lampiran 2. Adapun bagian dari susunan organisasi PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang

Palembang dibuat fungsi dari setiap jabatan :

 Manager Cabang

Bertugas merumuskan sasaran, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan

pelayanan pembangkitan, pendistribusian, dan pemasaran tenaga listrik berikut

pembangunannya serta mengkoordinasikan sasaran dari bagian komersial, keuangan

serta SDM & ADM sesuai dengan kebijakan atau kebijaksanaan PLN serta membawahi

Ranting dan Rayon.

 Asisten Manager

 Asisten Manager Distribusi, membawahi :

- Ahli Teknik Muda Perencanaan Distribusi

- Ahli Teknik Muda Konstruksi Distribusi

- Supervisor Operasi Distribusi

- Supervisor Pemeliharaan Distribusi

 Asisten Manager Pemasaran, membawahi :

- Ahli Teknik Muda Riset Pasar

- Ahli Teknik Muda Kebutuhan Tenaga Listrik

Page 13: Laporan Kerja Praktek Palembang

 Asisten Manager Komersial, membawahi :

- Ahli Teknik Muda Pelayanan Pelanggan

- Ahli Teknik Muda Cater

- Ahli Teknik Muda Penagihan

- Supervisor Cater

- Supervisor TU Langganan

- Supervisor Sistem Informasi

 Asisten Manager Keuangan, membawahi :

- Supervisor Pengendalian Anggaran dan Keuangan

- Supervisor Pengendalian Pendapatan

- Supervisor Akuntansi

 Asisten Manager SDM & ADM, membawahi :

- Ahli Teknik Muda Komunikasi

- Ahli Teknik Muda Hukum

- Supervisor SDM

- Supervisor Sekretariat

- Supervisor Perbekalan

 Asisten Manager Proteksi dan Pengukuran, membawahi :

- Ahli Teknik Muda Rele dan Proteksi

- Ahli Teknik Muda Tera

- Supervisor Prakitan alat pengukur dan Pembatas (APP)

- Supervisor Automotic Meter Reading (AMR)

- Supervisor Pemakaian Penertiban pemakaian organisasi Listrik (P2TL)

2.3 Pembagian Tugas Asisten Manager Distribusi

Mempunyai tugas pokok mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengarahkan bawahan di

lingkungan distribusi.

 Ahli Teknik Muda Perencanaan Distribusi

Mempunyai tugas pokok mengatur penyusunan rencana kerja, pemeliharaan dan

pemantauan, memperbaharui data atau informasi jaringan distribusi sehingga dapat

menunjang target atau sasaran yang telah ditetapkan.

Page 14: Laporan Kerja Praktek Palembang

 Ahli Teknik Muda Konstruksi Distribusi

Mempunyai tugas pokok untuk mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengarahkan

bawahannya di lingkungan konstruksi distribusi serta melakukan perluasan konstruksi

jaringan guna meningkatkan keandalan sistem yang berkaitan dengan kontinuitas

penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan..

 Supervisor Operasi Distribusi

Mempunyai tugas pokok untuk mengatur dan mengarahkan pelaksanaan manuver

jaringan yang berkaitan dengan pemasangan gardu, modifikasi dan perluasan jaringan

agar keandalan pendistribusian tenaga listrik dapat tetap terjaga.

 Supervisor Pemeliharaan Distribusi

Mempunyai tugas pokok untuk menyusun rencana kegiatan, membagi tugas

membimbing bawahan, mengevaluasi hasil kerja bawahan serta melakukan

pemeliharaan dan perbaikan gangguan jaringan distribusi guna meningkatkan

kontinuitas dan keandalan jaringan.

BAB III

SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PT PLN (PERSERO) WS2JB

3.1 Keadaan Kelistrikan di Kota Palembang

Pengadaan tenaga listrik untuk kota Palembang dan sekitarnya dipasok oleh beberapa pusat

pembangkit, yaitu pusat pembangkit yang dikelola oleh PLN sektor Keramasan dan pusat

pembangkit yang dikelola oleh PLN Sektor Bukit Asam.

Semua pembangkit tenaga listrik tersebut tersebar dan dihubungkan satu dengan yang lain

menjadi satu sistem interkoneksi (Interkoneksi Sumbagsel). Pemakaian tenaga listrik di kota

Palembang dan sekitarnya sebagian besar digunakan untuk rumah tangga dan sebagian lain

untuk industri dan bisnis.

1. Pembangkit Tenaga Listrik Yang Dikelola Oleh PT. PLN

PLN sektor Keramasan mempunyai pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang tersebar

dalam kota Palembang, yaitu:

 Pusat Pembangkit Tenaga Listrik di Keramasan, terdiri dari :

 PLTU I dan II (2 x 12,5 MW)

Page 15: Laporan Kerja Praktek Palembang

 PLTG II dan III (2 x 14,779 MW)

 PLTG IV (1 x 21,35 MW)

 Pembangkit Tenaga Listrik di Boombaru terdiri dari :

 PLTG I (1 x 14 MW)

 Pembangkit Tenaga Listrik di Sungai Juaro terdiri dari :

 PLTD I dan II Hitachi (2 x 12,6MW)

2. Pembangkit Tenaga Listrik Yang Dikelola Oleh Sektor Bukit Asam :

 PLTU Bukit Asam (4 x 65 MW)

 PLTD / PLTS (3 X 6,37 MW)

Sekarang beban mampu yang terdapat pada seluruh pembangkit tenaga sistem

interkoneksi Sumbagsel sebesar 561 MW. Selain dalam interkoneksi Sumsel-Lampung

juga mempunyai pembangkit yang tidak berhubungan dengan interkoneksi Sumsel-

Lampung. Untuk di Cabang Palembang di bawah Seksi Listrik Pedesaan dan Listrik di

Pedesaan (Isolated) ini biasanya berupa PLTD.

Pusat Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD) ini berada di bawah wewenang PT.PLN

(Persero) WS2JB Cabang Palembang yang terdiri dari :

1. PLTD Ranting Mariana, terdiri dari :

 PLTD Sub Ranting Makarti Jaya

 PLTD Sub Ranting Sunsang

 PLTD Sub Ranting Sumber Makmur

 PLTD Sub Ranting Air Saleh

2. PLTD Ranting Sekayu

 PLTD Sub Ranting Sungai Lilin

 PLTD Sub Ranting Keluang

 PLTD Sub Ranting Tebing Bulang

 PLTD Sub Ranting Babad Toman

 PLTD Sub Ranting Muara Lakitan

 PLTD Sub Ranting Mulak

3.2 Pengiriman Daya Listrik

Page 16: Laporan Kerja Praktek Palembang

Daya listrik yang dikirim dari pusat-pusat beban dari pembangkit dikirimkan melalui

saluran transmisi yang bertegangan 70 KV untuk dalam kota dan 150 KV dari Tanjung

Enim. Saluran 70 KV dalam kota memakai saluran berbentuk ring yang melintasi

pinggiran kota Palembang. Saluran transmisi ini mulai beroperasi tahun 1974 dan

menginterkoneksikan antara pembangkit tenaga listrik yang berada di Boombaru, Sungai

Juaro dan Keramasan. Sistem Transmisi yang ada sekarang adalah menggunakan sistem

Ring. Saluran Transmisi tersebut menggunakan kawat penghantar udara ASCR dengan

luas penampang 120 mm2 dan kabel tanah GSWRdengan luas penampang 35 mm2 .

Tegangan 70 KV ini didapat dengan menaikkan tegangan pada pusat pembangkit melalui

Step Up Transformer lalu disalurkan melalui saluran transmisi ke gardu-gardu induk. Pada

gardu induk 70 KV diturunkan menjadi 12/20 KV melalui Step Down Transformer. Jumlah

gardu induk yang dioperasikan di kota Palembang adalah 7 buah, seperti terlihat pada tabel

3.1.

Kemudian tegangan 12 KV dari masing-masing gardu induk yang dikirimkan melalui

gardu-gardu hubung (distribusi primer) dengan menggunakan saluran udara tegangan

menengah (SUTM) dan saluran kabel tegangan menengah (SKTM). Dari gardu-gardu

hubung langsung menuju ke gardu distribusi untuk diturunkan tegangannya menjadi

tegangan rendah (127/231 V atau 231/400).

Tabel 3.1. Jumlah Gardu Induk

Gardu Induk Lokasi Kapasitas

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

Bukit Siguntang

Talang Ratu

Boombaru

Seduduk Putih

Sungai Juaro

Borang

Talang Kelapa

Keramasan

Betung

Simpang Tiga

2 x 15 MVA

2 x 5 MVA, 2 x 10 MVA

2 x 20 MVA, 1 x 10 MVA

2 x 15 MVA

2 x 15 MVA

1 x 30 MVA

1 x 30 MVA

2 x 30 MVA

1 x 30 MVA

1 x 30 MVA

Sumber : PT. PLN (Persero) Cabang Palembang

3.3. Sistem Jaringan Distribusi

Page 17: Laporan Kerja Praktek Palembang

Sistem jaringan distribusi bila ditinjau dari tegangannya dapat dikelompokkan menjadi dua

macam tegangan, yaitu:

 Tegangan menengah

 Tegangan rendah

Untuk tegangan menengah 12/20 KV dan untuk tegangan rendah 127/220 V. Sistem

distribusi tegangan menengah di PT. PLN mempunyai sistem radial dengan udara pada

umumnya.

Penggunaan sistem kabel bawah tanah (underground cable) biasanya dijumpai pada

bangunan-bangunan yang lokasinya ramai dam membahayakan apabila mempergunakan

hantaran udara (overhead lines), tapi gardu distribusi yang terbuat dari beton dan metal clad,

kabel tanah dipakai untuk saluran dari rak pembagi tegangan rendah ke tiang pertama.

Penggunaan hantaran udara (overhead lines) sangat cocok dan sesuai untuk gardu tiang,

karena pemasangan gardu tiang tidak memerlukan tempat yang luas.

Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara :

 Keuntungan :

 Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel bawah tanah.

 Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel bawah tanah.

 Biaya pemasangan jauh lebih murah.

 Lokasi gangguan langsung dapat dideteksi.

 Mudah untuk perluasan jaringan.

 Kerugian

 Mudah mendapat gangguan

 Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.

Beberapa keuntungan dan kerugian hantaran bawah tanah:

 Keuntungan :

 Tidak mudah mengalami gangguan.

 Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu.

 Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan, hujan angin,

bahaya petir dan sebagainya.

 Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.

Page 18: Laporan Kerja Praktek Palembang

 Kerugian :

 Biaya pembuatan mahal.

 Gangguan biasanya bersifat permanent.

 Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan sistem

hantaran udara.

3.3.1. Jaringan Tegangan Menengah

Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit

atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang.

Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (VL-L).

 Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Konstruksi JTM terdiri dari :

a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya

adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang digunakan

adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah

pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar.

Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan

tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka

kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :

 Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.

 Tidak merusak estetika (keindahan) kota.

 Pemeliharaannya hampir tidak ada.

 Peralatan Kontruksi Untuk SKTM

 Kabel

Jenis kabel tegangan menengah adalah :

a. Poly Vinil Chlorida (PVC)

Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.

b. Poly Ethylene (PE)

Page 19: Laporan Kerja Praktek Palembang

Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.

Contoh : CPT dan VIC

c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)

Contoh : CVC5ZV

 Jointing

 Termination

 Sepatu kabel (Schoen cable)

 Instalasi Pembumian

 Peralatan Konstruksi Untuk SUTM

a. Tiang Listrik

Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu

tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik

jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian

sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa

makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter

besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.

Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor mekanis

seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan

tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :

 Tiang awal / akhir

 Tiang penyangga

 Tiang sudut

 Tiang Peregang / tiang tarik

 Tiang Topang

b. Cross Arm (Lengan Tiang)

Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang

diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang.

Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur

secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan

Page 20: Laporan Kerja Praktek Palembang

peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat

lubang-lubang baut seperti terlihat pada gambar 3.1.

1000 mm mm1000 mm mm

2000 mm

Gambar 3.1. Cross Arm Untuk Tiang Beton

c. Isolator

Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross Arm.

Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator

tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu

biasanya dipasang pada tiang penyangga.

3.3.2. Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah

 Gardu Hubung (GH)

Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari gardu induk ke gardu

distribusi tanpa penurunan tegangan. Untuik membagi feeder menjadi beberapa

jurusan dan bias juga untuk pertemuan beberapa feeder dimana dapat digunakan

manuver jaringan apabila diperlukan.

 Gardu Distribusi (GD)

Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator atau trafo yang berfungsi

sebagai pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu fasa atau tiga fasa

dengan kapasitas antara 400 – 5000 KVA. Selain trafo terdapat juga peralatan

penunjang lainnya., yaitu arrester, fuse (pelebur) serta panel tegangan rendah.

Ada tiga jenis Gardu Distribusi, yaitu :

a. Gardu Tiang

Sesuai namanya, gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang di tiang

pada jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu :

 Gardu Cantol yang dicantolkan pada tiang

 Gardu yang menggunakan Platform

Page 21: Laporan Kerja Praktek Palembang

Trafo pada Gardu Cantol dapat berupa trafo satu fasa atau 1 buah trafo 3 fasa.

Pada gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa, gardu jenis ini telah

dilengkapi pengaman yang berupa pelebur (fuse) TM dan pemutus (circuit

Breaker) TR. Gardu Tiang sangat cocok digunakan untuk beban-beban daerah

yang sangat padat seperti perumahan-perumahan, pertokoan, dan lain-lain.

Kapasitas Gardu Tiang lebih kecil dibandingkan dengan Gardu Beton maupun

Gardu Metal Clad. Kapasitas Gardu Tiang biasanya dibatasi sampai 250 kVA.

Pembangunan Gardu Tiang lebih cepat, mudah dan biayanya lebih murah

dibandingkan Gardu Beton dan Gardu Metal Clad.

b. Gardu Beton

Gardu Distribusi jenis beton merupakan peralatan Gardu Distribusi yang dipasang

dalam bangunan dari beton. Gardu beton memiliki kapasitas lebih besar

dari Gardu Tiang dan gardu Metal Clad dan dapat juga dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan. Kerugian Gardu Beton ini adalah memerlukan tempat yang

luas dan biaya lebih mahal serta pembangunannya yang lebih mahal. Gardu ini

pada umumnya digunakan untuk daya yang besar, sehingga pada Gardu Beton ini

dapat diletakkan beberapa trafo. Keuntungannya adalah peralatan yang ada

didalamnya terlindungi dari cuaca dan pengamanannya lebih mudah.

c. Gardu Metal Clad (MC)

Gardu Metal Clad (MC) sebagian besar kontruksinya terbuat dari plat besi dengan

bentuk menyerupai kios. Pembuatan gardu MC lebih cepat dibandingkan gardu

Beton dan peralatannya merupakan satuan set lengkap.

3.3.3 Peralatan Yang Digunakan Pada Gardu Distribusi

 Transformator Distribusi

Transformator Distribusi merupakan trafo yang berfungsi menurunkan tegangan

menengah menjadi tegangan rendah. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi beban

daerah setempat.

 Saklar Pemisah (PMS)

Page 22: Laporan Kerja Praktek Palembang

Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus

yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan

penutupannya harus dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.

Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada

keadaan saling mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah

yang terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan

mencegah bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika

dikerjakan dengan tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai

lampu sebagai tanda “boleh kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol.

Cara lain adalah dengan menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau

kunci rangkap (doublet). Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan

perlengkapan sistem dan perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada

perbaikan.

Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban

nominal.

2. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada waktu ada gangguan listrik.

3. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

 Pemutus Beban (Cut Out)

Cut Out berfungsi sebagai pengaman lebur, jika ganguan arus lebih yang melebihi

kapasitas hantaran Cut Out, maka hantaran tersebut akan melebur dan beban trafo

distribusi akan terlepas dari sistem yang bertegangan dari saluran pengirim daya.

Berbeda halnya dengan pemutus tenaga yang terdapat pada GI terdapat banyak

macam pemutus beban yang dikenal, antara lain :

1. Pemutus beban minyak volume kecil, adalah jenis pemutus tenaga minyak yang kontak-

kontak pemutusnya ada di dalam tabung isolator porselin.

2. Pemutus beban udara dan pemutus beban semburan udara, adalah sejenis pemutus

ketika busur api terjadi dipadamkan dengan menghembuskan udara kepadanya dan

mendorongnya ke ruang pemadam busur. Berbeda dengan pemutus minyak, pemutus

Page 23: Laporan Kerja Praktek Palembang

semburan udara ( air blast ) tidak membutuhkan penggantian minyak yang biasanya

cukup merepotkan.

3. Pemutus gas SF6, adalah sejenis pemutus yang menggunakan gas SF6 (sulfur

Hexafluoride) sebagai bahan pemadam busur api yang mengguna-kan udara tekan.

Pemutus ini memiliki keuntungan tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca, tidak

membahayakan manusia, hampir tidak memerlukan pemeliharaan dan mudah

dipasang. Dalam Perkembangan teknologinya memberikan harapan yang

menggembirakan dalam pemutusan tegangan tinggi.

 Lightning Arrester (LA)

Lightning Arrester merupakan alat untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik

terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir yang dari suatu

penyambungan atau pemutusan rangkaian tanpa gangguan sistem.

Bila terjadi tegangan lebih akibat petir pada jaringan, maka arrester be-kerja dengan

menggalirkan arus surja ke tanah, kemudian setelah itu tegangan normal kembali.

Pada tegangan operasai normal, arrester harus mempunyai impedansi sangat tinggi.

Bila mendapat tegangan transien abnormal di atas harga tegangan tembusnya, maka harus

menembus dengan cepat. Arus pelepasan selama waktu tembus tidak boleh melebihi arus

pelepasan nominal supaya tidak merusak Arrester. Arus dengan frekuensi normal harus

diputuskan dengan segera apabila tegangan transien telah turun di bawah tegangan

tembusnya.

3.3.4 Jaringan Tegangan Rendah

Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu

Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN

( persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V.

 Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Konstruksi JTR terbagi atas :

a. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)

SUTR merupakan jaringan kawat yang berisolasi maupun tidak berisolasi. Bagian

utama dari SUTR kawat tak berisolasi adalah tiang listrik (besi, beton), Cross Arm,

Isolator dan penghantar Aluminium / Tembaga (Cu)

b. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)

Page 24: Laporan Kerja Praktek Palembang

Kabel yang digunakan adalah jenis XLPE yang lebih dikenal dengan namaLVTC

( Low Voltage Twisted Cable). Jenis kabel ini direntangkan di antara tiang

penyangga. Bagian utama adalah tiang, kabel dan suspension Clamp Bracket, yang

berfungsi untuk menahan kabel pada tiang. Kabel jenis ini sekarang banyak

digunakan dalam pemasangan JTR baru karena dianggap kontruksi jenis ini lebih

handal.

3.3.5 Konfigurasi Jaringan

Keandalan pemasokan daya merupakan tuntutan mutlak pelanggan untuk itu diantisipasi

dengan penyusunan pola jaringan distribusi yang sesuai dengan tingkat keandalan yang

diinginkan. Tidak semua pelanggan harus dilayani dengan sistem yang mahal, tetapi pelanggan

penting ( Industri Usaha, Rumah Sakit dan Lain-lain ) harus mendapat tingkat keandalan yang

tinggi.

 Jenis Konfigurasi Jaringan di Palembang

Konfigurasi jaringan yang ada pada sistem Palembang , yaitu :

a. Radial Murni

Konfigurasi jenis ini adalah konfigurasi jaringan yang paling sederhana dan paling

murah pembangunannya. Konfigurasi jaringan jenis ini terutama untuk melayani

konsumen yang terletak di ujung jaringan listrik. Pada jaringan radialcabang dari feeder

lateral disebut feeder sublateral. Arus yang paling besar mengalir pada jaringan adalah

yang paling dekat dengan Gardu Hubung, yang akan semakin berkurang dengan semakin

jauh jaraknya, sehingga memungkinkan untuk memperkecil luas penampang dari

penghantar. Konfigurasi Jaringan Radial ini keandalanya sangat kurang di mana bila

terjadi gangguan pada feeder lateral maka konsumen yang berada di belakang titik

gangguan tidak dapat menerima energi listrik.

b. Ring Terbuka (Open Ring)

Struktur ini merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan radial, di mana

pada kedua jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT) atau pemisah (PMS).Pada saat

terjadi gangguan dan gangguan tersebut dapat diisolir, maka PMT/PMS ditutup sehingga

aliran daya listrik ke bagian yang tidak terkena gangguan tidak berhenti.

Dalam kondisi normal struktur jaringan ring ini merupakan dua struktur radial.Pada

umumnya penghantar dari struktur ini mempunyai ukuran yang sama. Ukuran konduktor

Page 25: Laporan Kerja Praktek Palembang

ini dipilah sehingga dapat menyalurkan seluruh daya listrik beban struktur ring yang

merupakan jumlah daya listrik beban dari kedua struktur radial.Struktur jaringan ini

mempunyai keandalan yang cukup, sedangkan biaya pembangunan lebih

mahal dibandingkan dengan biaya pembangunan struktur jaringan radial.

c. Spindel

Spindel adalah suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan ciri adanya

sejumlah kabel keluar dari suatu Gardu Induk / Gardu Hubung yang disebut Out Going

Cable menuju kearah suatu titik temu yang disebut Gardu refleksi. Kumpulan kabel

( dalam satu Spindel ) tersebut dimaksudkan untuk menyalurkan energi listrik ke suatu

daerah pelayanan meliputi luas daerah antara 10 hingga 25 km² . Satuspindle terdiri dari

maksimum 6 (enam) buah kabel. Kabel kerja sepanjang kabel ini tersambung dengan

Gardu Distribusi dan satu kabel cadangan (exspress feeder) sama sekali tidak

tersambung dengan Gardu Distribusi.

Kabel kerja disebut Working Cable atau Feeder, sedangkan kabel cadangan disebut

Express feeder. Kabel cadangan ini digunakan untuk menormalkan kembali penyaluran

energi listrik ke seluruh bagian feeder yang mengalami ganggguan setelah bagian yang

terganggu diketahui dan dipisahkan (diisolasikan) terhadap jaringan opeasi. Kabel

cadangan ini harus selalu diberi tegangan sehingga jika terjadi gangguan dapat segera

dioperasikan bila sewaktu-waktu terjadi gangguan. Seandainya kabel cadangan ini tidak

diberi tegangan sebelum pada saat diperlukan sebagai penyalur energi darurat, maka

kerusakan sewaktu-waktu pada kabel tersebut baru akan diketahui pada saat pemutusan

tenaga kabel tersebut di Gardu Induk.

Syarat utama untuk menjamin bekerjanya sistem darurat (emergency system)

sebagaimana seharusnya adalah dengan membiarkan instalasi cadangan tetap pada posisi

“ON” terus-menerus. Mengingat perkembangan dasar Spindel adalah Loop terpisah,

tanpa kabel cadangan tetapi kedua kabel tersebut masing-masing kemampuan minimal

penyalurannya sehingga satu sama lain mampu sebagai cadangan apabila diperlukan.

Apabila beban dari salah satu kabel bertambah besar melampaui harga 50% dari

kemampuannya, maka sebuah kabel baru harus ditarik. Keadaan ini adalah langkah

kedua dari Spindel. Kabel baru yang ditarik merupakan kabel cadangan terhadap kabel

kerja lainnya. Sistem ini tidak terdapat di Cabang Palembang.

Page 26: Laporan Kerja Praktek Palembang

3.3.6 Rencana Pengembangan Sistem Palembang

Untuk mengembangkan sistem yang ada di Palembang, PT. PLN melakukan serangkaian

perencanaan, antara lain :

1. Melakukan sistem radial menjadi sistem terbuka.

2. Perubahan tegangan menengah (PTM), yaitu semua sistem 12 KV menjadi 20 KV.

3. Perubahan tegangan rendah (PTR), yaitu semua tegangan 127/231 V menjadi tegangan

231/400 V.

4. Penambahan jalur penyulang.

5. Perbaikan tegangan drop.

6. Pembangunan pembangkit baru untuk mengatasi kenaikan beban.

3.3.7 . Rencana Kerja Bagian Distribusi

Rencana kerja bagian Distribusi adalah :

o Penurunan susut distribusi baik teknis maupun non teknis.

o Penurunan jumlah gangguan pada penyulang-penyulang.

o Pelaksanaan efisiensi program.

o Perbaikan konstruksi penyulang.

o Pemeliharaan jaringan tegangan menengah dan rendah.

3.4. Tingkat Jaminan Pada Sistem Distribusi

Sesuai dengan tingkat pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka PLN tidak saja

berusaha memenuhi permintaan listrik yang meningkat, sesuai dengan tuntutan konsumen,

tetapi PLN perlu juga memperhatikan mutu keandalan pelayanan yang terdiri dari:

a. Frekuensi

Frekuensi diharapkan sekonstan mungkin 50 Hz. Frekuensi akan berubah bila

terjadi perubahan keseimbangan antara energi yang disuplai fasilitas pembangkit

dan energi yang digunakan beban.

b. Tegangan

Diharapkan tegangan sekonstan mungkin pada tegangan nominal (misalkan

pada tegangan rendah tegangan nominal sekarang ialah 220 V fasa tunggal dan

380 V fasa tiga). Variasi tegangan disebabkan sebagai akibat susut tegangan,

Page 27: Laporan Kerja Praktek Palembang

sebagai akibat bertambahnya beban pada sistem dan beroperasinya pengatur

tegangan otomatis yang menggunakan kompensasi jaringan.

c. Kelip (Flicker)

Kelip ialah susut tegangan sekejap antara 2 % - 30 % dengan frekuensi 1 setiap

tahun sampai 20 Hz. Susut tegangan ini diakibatkan oleh pengasutan langsung

motor listrik, beroperasinya motor listrik dengan beban yang tidak konstan,

beroperasinya tanur busur dan lain sebagainya.

d. Ketidakseimbangan Tegangan Kandungan Harmonik

Ketidakseimbangan diukur pada sistem 3 fasa saja dan pengukuran ialah

tegangan antar fasa. Tegangan yang tidak seimbang antara lain akan menyebabkan

motor-motor induksi menjadi panas.

e. Kandungan Harmonik

Tegangan suplai dari PLN manapun pembangkit sendiri tidak mungkin

berbentuk sinusoidal murni dengan frekuensi 50 Hz. Harmonik antara lain dapat

mengurangi efisiensi baik peralatan pensuplai maupun peralatan

pemakai.Harmonik dapat berbentuk kontinue maupun tegangan yang sporadic

yang dapat mengganggu beroperasinya komputer.

f. Hilang Tegangan Sekejap

Hilang tegangan sekejap adalah susut tegangan dari 30% - 100% (hilang

tegangan) yang disebabkan oleh karena peristiwa hubung singkat atau

beroperasinya penutup balik. Untuk hubung singkat pada SUTT dimana digunakan

rele jarak sebagai pelindung, lama hilang tegangan sekejap bias antara 80 ms – 480

ms. Untuk hubung singkat SUTM, dimana digunakan rele arus lebih biasa sebagai

pelindung, hilang tegangan sekejap bias sampai 2 detik.

g. Pemadaman

Berhentinya suplai listrik disebut . Untuk mengukur parah tidaknya suatu

pemadaman digunakan 2 indeks, yaitu :

 Indeks frekuensi pemadaman rata-rata adalah jumlah banyaknya pemadaman yang

dialami konsumen dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani.

Satuan kali tiap tahun atau pemadaman tiap tahun.

Page 28: Laporan Kerja Praktek Palembang

 Indeks lama pemadaman rata-rata adalah jumlah lamanya pemadaman yang dialami

konsumen dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani. Satuan jam

tiap tahun.

Kedua indeks pemadaman tersebut dihitung dengan tidak ikut menjumlahkan

pemadaman sejenak (momentary interruption). Yang dimaksud dengan pemadaman

sejenak ialah pemadaman yang lamanya 5 menit atau kurang.

BAB IV

SISTEM PENGAMANAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik,

agar keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat

dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah

terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sistem yang digunakan

pada pengamanan jaringan ini adalah sebagai berikut :

4.1 Pemutus Tenaga

Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu

memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal ataupun

gangguan. Secara singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah :

1. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.

2. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka

sehingga gangguan dapat dihilangkan.

4.2 Relay Arus Lebih (OCR)

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila

arus yang mengalir melebihi nilai settingnya ( I set ).

a. Prinsip Kerja

Page 29: Laporan Kerja Praktek Palembang

Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang

melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh

melewatinya disebut dengan setting.

Relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:

1. Pengamanan hubung singkat fasa

Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay fasa”. Karena pada relay

tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban

maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).

2. Pengamanan hubung tanah

Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini

disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:

1. Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.

2. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi,

atau bahkan tidak ditanahkan.

Pada kondisi tersebut, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi

gangguan tanah tersebut. Agar relay sensitif terhadap gangguan tersebut dan tidak salah

kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada

kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini

dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah

dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika

terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)

Gambar.4.1 Sambungan relay GFR dan 2 OCR

Macam-macam karakteristik relay arus lebih :

Page 30: Laporan Kerja Praktek Palembang

a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)

c. Relay arus lebih waktu terbalik

d. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay ini bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai

settingnya, maka relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20

ms). Karakterisik dari relay ini dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar.4.2 Karakteristik relay waktu seketika

c. Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat

dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick

up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang

mengerjakan relay, seperti karakteristiknya pada gambar dibawah ini :

Gambar.4.3 Karakteristik relay waktu definite

d. Relay arus lebih waktu terbalik.

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara

terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini

bermacam macam. Setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik

waktunya dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu Standar invers, Very invers dan Extreemly

inverse.

Gambar.4.4 Karakteristik relay waktu inverse

4.3 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

Page 31: Laporan Kerja Praktek Palembang

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik

mempunyai kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara otomatis untuk

mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.

4.4. Saklar Seksi Otomatis (sectionaliser)

Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang bersama-

sama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya. Alat ini menghitung

jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-upnya secara otomatis

disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang

dalam posisi terbuka, pada penggunaan SSO ini biasanya dikoordinasikan dengan peralatan

lain, seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini :

Gambar.4.5 Koordinasi Sistem pengamanan Jaringan

Dari penjelasan gambar diatas, cara kerja dari SSO ini ialah digabungkan dengan

PMT (Pemutus tegangan yang biasanya digabung dengan Relay arus lebih) ditempatkan

disisi hulu / awal saat jaringan keluar dari penyulang lalu dihubungkan dengan SSO

(Saklar Seksi Otomatis / Sectionalizer) yang dihubungkan pula dengan PBO (Pemutus

Balik Otomatis / Recloser) sebagai pengaman back-upnya. Sistem pengaman seperti ini

bekerja saat terjadi gangguan, dimana PBO melakukan pemutus balik tegangan secara

otomatis dan SSO ini menghitung berapa kali PBO ini melakukan tugasnya. Saat jumlah

operasi pemutus balik melewati batas jumlah yang ditetapkan oleh SSO ini maka secara

otomatis SSO ini akan memerintahkan PMT untuk memutuskan tegangan secara permanen

dan gangguan tersebut harus segera diperbaiki oleh petugas pemeliharaan jaringan agar

tidak sampai mengganggu pelayanan listrik kepada pelanggan.

4.5. Pelebur (fuse cut out)

Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen yang

telah dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana

pelebur tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai

dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan

Page 32: Laporan Kerja Praktek Palembang

permanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan

tertentu. Dalam menentukan besarnya Ampere sikring / fuse yang dipasang pada jaringan,

dapat dihitung dengan suatu persamaan :

4.6. LBS (Load Breake Switch)

Adalah suatu alat pemutus tegangan pada jaringan dengan kondisi diberi beban. Alat

ini memungkinkan perbaikan jaringan saat terjadi gangguan ditengahtengah jalur jaringan,

sehingga tidak sampai memutuskan aliran listrik. Dalam pendistribusian tenaga listrik dari

satu jaringan ke jaringan yang lain, akan dijumpai suatu titik temu yang disebut gardu

hubung / Key Point. Hal ini memungkinkan untuk mengisi dan menerima distribusi tenaga

listrik dari satu penyulang ke penyulang lain yang mengalami gangguan. Dalam

pendistribusian tenaga listrik ini, ada yang dikenal dengan istilah :

1. Jaringan Spindel : Sistem pendistribusian tenaga listrik yang bisa menyalurkan dan

menerima aliran listrik dari satu penyulang ke penyulang lain yang mengalami gangguan.

2. Jaringan Radial : Sistem pendistribusian tenaga listrik yang hanya bisa menerima aliran

listrik dari penyulang lain saat penyulang utamanya mengalami gangguan.

Adapun sistem pendistribusian jaringan listrik pola Radial dan Spindel seperti

diilustrasikan pada gambar dibawah ini :

Gambar.4.6 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik

Dari gambar diatas dapat dijabarkan penjelasannya bahwa Gardu Hubung B dapat

menerima pasokan tenaga listrik dari penyulang utamanya (Penyulang B) dan dapat pula

menyalurkan tenaga listril ke Gardu Hubung A dan Gardu Hubung C saat penyulang

utamanya mengalami gangguan. Sistem pendistribusian seperti ini disebut sistem

pendistribusian pola Spindel.

Sedangkan sistem pendistribusian pola radial adalah sistem jaringan pendistribusian

tenaga listrik yang hanya bisa menerima pasokan tenaga listrik dari penyulang utamanya

Page 33: Laporan Kerja Praktek Palembang

tanpa bisa menyalurkan tenaga listrik ke jaringan yang lain yang mengalami gangguan,

seperti pada Gardu Hubung A dan Gardu Hubung C pada gambar diatas.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kerja Praktek ( KP ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara memberikan

pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah masyarakat

(perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan secara langsung

mengidentifikasi serta menangani masalahmasalah yang dihadapi. KP dilaksanakan oleh

perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa dan

untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi. Dan Kerja

praktek merupakan salah satu bukti adanya interaksi antara industri dengan lembaga

pendidikan yang merupakan jembatan bagi mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan

memahami bagaimana dunia industri itu sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia

industri tersebut. Dari hasil praktek secara

langsung dan data-data yang telah diperoleh selama melaksanakan Kerja Praktek di PT.

PLN (Persero) Cabang Palembang yang meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa

proses kerja alat serta kegiatan lain sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.

Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian

utama yaitu, sistem pembangkitan, sistem transmisi dan system distribusi. Sistem distribusi

tenaga listrik terdiri dari Gardu Induk Distribusi, Jaringan Primer (JTM), Transformator

Distribusi, Jaringan Sekunder (JTR). Sistem pengamanan jaringan dilakukan dengan

perencanaan koordinasi Pemutus Tenaga (PMT), dengan pengindera OCR dan GRF,

Recloser dengan pengindera OCR (Over Current Relay), Sectionaliser dengan pengindera

jumlah tegangan hilang / CTO (Count To Open), FCO dengan fuse pelebur untuk pemutus

rangkaian akibat hubung singkat karena gangguan atau beban lebih, LBS (Load Breake

Switch) yaitu pemutus tegangan pada jaringan dengan kondisi diberi beban. Jaringan

Page 34: Laporan Kerja Praktek Palembang

SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang merupakan jaringan

pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar dari Gardu induk (GI) dan

masuk ke Gardu distribusi.

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar

keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat

dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah

terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan untuk

penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan

menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat terjadi

gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya sehingga harus

dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada UPJ.

5.2. Saran

 Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri yang harus

dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan untuk memantapkan

peran serta PLN dalam pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Indonesia.

 Ada baiknya PT. PLN menggunakan produksi dalam negeri terutama dalam peralatan –

peralatan konstruksi listrik yang telah memenuhi Standar Listrik Indonesia (SLI),

Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Internasional Elektrotechnical (IEC).

 Seharusnya PLN lebih memperhatikan tingkat kontinuitas pelayanan listrik pada

konsumennya.

 Demi mempertimbangkan sisi keindahan, seharusnya PLN sudah saatnya mengganti

jaringan kabel udara dengan jaringan kabel tanah.

 Untuk kemajuan PT. PLN sebaiknya teknologi yang digunakan dinamis seiring dengan

perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Arsip dan Dokumentasi PT. PLN (Persero) W.S2JB CABANG PALEMBANG RAYON

KENTEN.

Page 35: Laporan Kerja Praktek Palembang

Sifa, Insan. 2011. Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.

(http://www.docstoc.com/docs/9459991/jaringan-distribusi) diakses tanggal 1 Juni

2011.

Syamsudin, Rasam, dkk. 2011. Sistem Proteksi dan Pentanahan.

(http://dunialistrik.blogspot.com/search/label/Sistem Proteksi dan Pentanahan)

diakses tanggal 26 Maret 2011.

DIPOSKAN OLEH  DUNIA L ISTRIK  D I  19 :04   0 KOMENTAR     L INK KE POSTING INI