laporan kerja praktek di pt. pertamina gas palembang
DESCRIPTION
Hasil laporan kerja praktek di PT. Pertamina GAS Palembangbagian struktur - pondasi, kolom, dan balokjurusan arsitektur universitas sriwijayaTRANSCRIPT
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
1 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Mata kuliah Kerja Praktek merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh
mahasiswa sarjana strata-1 (S1) dalam memenuhi beban kuliah di Program Studi
Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya. Mata kuliah ini di latar belakangi agar
mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu dari teori tetapi juga mendapatkan ilmu
dari praktek yang dilakukan dilapangan. Kemampuan dan pengetahuan
mahasiswa untuk memahami dan mempelajari kenyataan pengerjaan lapangan
yang dibutuhkan oleh mahasiswa.
Kerja Praktek yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT.
Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini
merupakan salah satu studi nyata pembelajaran untuk menghasilkan respon baru
yang bernilai positif bagi mahasiswa tentang struktur bangunan proyek lebih
terarah dan selanjutnya mahasiswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan suatu proyek pembangunan. Selain itu
diharapkan pada pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area
Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini dapat menambah
pengetahuan mahasiswa mengenai tahap perencanaan, penjadwalan, serta
ketetapan dalam suatu proyek yang kemudian dibandingkan dengan teori yang
telah di dapat di bangku kuliah.
Struktur Konstruksi merupakan aspek yang sangat penting dalam pendirian
sebuah bangunan. Seorang arsitek haruslah paham betul struktur apa yang akan
digunakan dan bagaimana pelaksanaan struktur dari bangunan yang didesain.
Untuk memahami sistem struktur suatu bangunan dan bagaimana cara
pelaksanaan struktur bangunan tersebut, maka sebaiknya mahasiswa dapat melihat
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
2 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
dan mengawasi langsung proses pekerjaan konstruksi sebuah bangunan serta
membandingkannya dengan teori yang di dapat di bangku kuliah.
Dari latar belakang diatas maka pada kegiatan kerja praktek ini mengamati,
menganalisa, dan meninjau pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh konsultan
pelaksana PT. Rayasurverindo Tirtasarana. Bagian yang diambil dalam Proyek
Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba
Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian
Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini adalah dengan judul “Tinjauan
Pelaksanaan Perencanaan Pekerjaan Struktur Kolom, Balok, dan Plat Lantai
Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera
Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah”
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut :
1. Mengetahui tahapan pengerjaan kolom, plat lantai, dan balok
2. Menganalisa perbedaan yang ada antara teori dengan penerapannya di
lapangan
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah :
Mengetahui dan menganalisis proses kegiatan dalam pelaksanaan pengerjaan
struktur kolom, balok, dan plat lantai pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor
PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah
berdasarkan pengerjaan di lapangan. Sehingga dapat mengetahui cara pengerjaan
dari struktur kolom, balok, dan plat lantai itu sendiri.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
3 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
1.4 METODOLOGI PENULISAN
Pada dasarnya metodologi adalah pengetahuan tentang cara untuk melakukan
sesuatu. Jadi metodologi dalam penyusunan laporan berarti suatu cara untuk
menyusun laporan. Dalam Penulisan laporan ini digunakan metode pengamatan
langsung dan studi literatur yang disesuaikan dengan data yang didapat selama
kerja praktek. Adapun metodoogi yang digunakan pada penyusunan laporan,
antara lain :
a. Metode Pengumpulan Data
- Data Primer : Wawancara dengan pihak project manager dan
tenaga kerja yang ada dalam suatu proyek (mandor) serta dengan
dosen pembimbing kerja praktek.
- Data Sekunder : Pengumpulan gambar – gambar (foto) keadaan
atau situasi suatu proyek dan mempelajari gambar – gambar
proyek yang ada.
b. Metode Studi Literatur
Metode ini adalah suatu cara dengan mempelajari literatur atau
buku – buku referensi guna membandingkan antara teori dengan
permasalahan yang ada serta beberapa jurnal internet yang dapat
membantu dalam pembahasan topik.
c. Metode Studi Observasi Lapangan
Studi Observasi Lapangan merupakan proses pengamatan terhadap
proses pelaksanaan struktur Proyek Pembangunan Gedung Kantor
PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera
Bagian Tengah sehingga dapat merasakan langsung dan
mendapatkan perbedaan antara teori dan di lapangan.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
d. Metode Konsultasi
Metode Konsultasi dilakukan dengan cara diskusi atau tanya jawab
dengan pihak pengawas lapangan (site engineering) selaku
pembimbing Kerja Praktek di lapangan, pimpinan proyek, tukang,
logistic, serta dengan dosen pembimbing Kerja Praktek.
Diskusi tanya jawab dengan pihak Konsultan Arsitektur
terhadap proses perencanaan beberapa proyek yang direncanakan
dan dirancang.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar sistematika penulisan dalam penyusunan laporan
ini dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Menguraikan secara umum latar belakang dengan spesifikasi topik
pembahasan yang diambil, permasalahan yang akan dibahas, tujuan dari
pembahasan topik yang diambil, ruang lingkup pembahasan, metodologi
pembahasan yang digunakan dan sistematika penulisan laporan.
BAB II. GAMBARAN UMUM PROYEK
Berisi tentang gambaran umum Proyek Pembangunan Gedung
Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera
Bagian Tengah yang meliputi lokasi, kondisi fisik, serta profil proyek dan
berisi tentang latar belakang proyek.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
5 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
Memberikan uraian tentang definisi dan fungsi dari pekerjaan
Struktur yang diambil yaitu meliputi pengerjaan kolom, balok, dan plat
lantai, berdasarkan data yang diperoleh dari literatur yang berkenaan
dengan topik yang akan dibahas.
BAB IV. PEMBAHASAN (PELAKSANAAN PEKERJAAN)
Berisi pembahasan tentang tinjauan pelaksanaan pengerjaan
struktur kolom, balok, dan plat lantai dengan membandingkan keadaan
yang sebenarnya di lapangan dan apa saja kendala –kendala yang
diperoleh pada saat pelaksanaan proyek tersebut.
BAB V. PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari pembahasan pekerjaan dan
perbandingan antara teori – teori yang diperoleh pada literatur dengan
praktek dilapangan.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
6 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
1.6 Kerangka Berfikir
Permasalahan
Adanya perbedaan antara teori dan pkatek dalam pelaksanaan
pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai.
Ruang lingkup
Pelaksanaan pekerjaan Kolom dan Balok, pengejaan plat lantai ,
pengerjaan plat tangga.
Tujuan
Mengetahui proses pekerjaan Struktur bangunan yang
meliputi pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai.
o Mengetahui perbedaan antara teori dan praktek
Data dengan metode :
Studi pustaka
Observasi lapangan
Konsultasi
Gambar 1.1. Kerangka berpikir
Mahasiswa Arsitektur
Ilmu Praktek
Teori
Bangku Kuliah Kerja Praktek
Proyek Pembangunan Gedung
Kantor, Stasiun Pengendali
Opersi (SPO), Gedung Serba
Guna, dan Fasilitas Lingkungan
PT. Pertamina GAS
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
7 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1. LOKASI
Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera
Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini di dirikan diatas tapak yang
terletak di Jl. AKBP Cek Agus No.10 Palembang yang lebih dikenal dengan
simpang golf. Batas - batas tapak sebagai berikut :
o Sebelah Utara : Berbatasan langsung dengan pom bensin Pertamina
o Sebelah Barat : Berbatasan langsung dengan lapangan golf
o Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Ruko
o Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan Rusunawa Polda SumSel
2.2. DATA – DATA PROYEK
A. DATA ADMINISTRATIF
Secara umum, Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali
Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS
Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah yang sedang
dibangun dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nama Proyek : Pembangunan Gedung KantorPT. Pertamina GAS
Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera
Bagian Tengah
Pemilik Proyek : PT.Pertamina GAS
Lokasi Proyek : Jl. AKBP Cek Agus No.10 Palembang
Perencana : Diksa Intertama Consultant
Pengawas : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Kontraktor : PT. Positive Media
Waktu Pelaksanaan : 03 Maret 2014 s/d 24 November 2014
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
8 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
B. DATA FUNGSIONAL
Luas Lahan : 3.899,50 m²
Luas Bangunan : 3.048,00 m², yang terdiri dari:
Gedung kantor : 868,40 m²
Gedung SPO : 841,90 m²
Gedung Serbaguna : 504,00 m²
Fasilitas Lingkungan Masjid : 181,30 m²
Selasar : 652,50 m²
Peruntukan Bangunan : Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun
Pengendali Opersi (SPO), dan Fasilitas
Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera
Bagian Selatan, dan Sumatera Bagian Tengah.
C. DATA TEKNIS
SITE LOKASI
Bangunan ini berada di kawasan fasilitas PT. Pertamina, pendidikan, dan
permukiman penduduk. Batas - batas tapak sebagai berikut :
o Sebelah Utara : Berbatasan langsung dengan pom bensin Pertamina
Gambar 2.1. Lokasi Proyek
Sumber : maps.google.com
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
9 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
o Sebelah Barat : Berbatasan langsung dengan lapangan golf
o Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Ruko
o Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan Rusunawa Polda SumSel
Gambar 2.2. Denah Lantai Dasar
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.3. Denah Lantai Atas
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
10 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Gambar 2.5. Tampak Belakang
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.4. Tampak Depan
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
11 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Gambar 2.6. Tampak Samping Kanan
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.7. Potongan A-A
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
12 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2.3 GAMBARAN PROYEK
2.3.1. Bekisting dan Pengecoran Kolom
Bekisting dan pengecoran kolom lantai atas dilakukan pada :
Lama Pelaksanaan : 3 hari
Jumlah Kolom : 20 buah (50 cm x 50 cm x 400 cm)
Gambar 2.8. Potongan B-B
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
KETERANGAN :
Bagian yang di kerjakan : Struktur Kolom, Balok dan Plat Lantai Gedung Kantor
Gambar 2.8. Potongan B-B
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
13 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2.3.2.Bekisting dan Pembesian Plat Lantai dan Balok Lantai Atas
Bekisting serta pembesian plat lantai dan balok lantai atas dilakukan pada :
Lama Pelaksanaan : 3 hari
Jumlah Kolom : 20 buah (50 cm x 50 cm)
Gambar 2.9. Pengecoran Kolom Lantai Atas
Gambar 2.10. Denah Lantai Atas
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
14 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2.4 STRUKTUR DAN PERSYARATAN UMUM
Dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, terdapat struktur organisasi
pelaksanaan proyek. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan pekerjaan proyek
tersebut tidak mengalami kendala dalam pembagian tugas, sehingga setiap
individu paham ada tugas nya masing-masing. Dalam Proyek Pembangunan
Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan
Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan
Sumatera Bagian Tengah, pada tahap pelaksanaan seluruh pekerjaan diserahkan
kepada kontraktor, yaitu PT. Rayasurverindo Tirtasarana.
Pihak yang terkait dalam pembangunan proyek terdiri dari empat pihak yang
terkait, dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini
kegiatan yang terkait tersebut adalah :
a. Pemberi tugas atau pemilik proyek (owner)
b. Konsultan perencana
c. Konsultan Pengawas
d. dan Kontraktor Pelaksana
Agar pelaksanaan proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar, diperlukan
kerjasama dan koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait ini. Masing-
masing pihak harus mengetahui tanggung jawab yang akan diuraikan sebagai
berikut :
Gambar 2.11. Gambar Bekisting dan Pembesian
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.12. Gambar Pengecoran Plat Lantai
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
15 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
a. Pemberi Tugas atau Pemilik Proyek (owner)
Pemberi tugas adalah yang memberikan tugas kepada pihak perencana
untuk mendesain suatu proyek yang diinginkan. Pihak pemberi tugas pada
proyek ini yakni pihak PT. Pertamina GAS.
b. Konsultan Perencana
Tim yang diberi tugas untuk mendesain tugas yang diberikan oleh owner.
c. Konsultan Pengawas dan Kontraktor
Pada bagian konsultan pengawas dan kontraktor diberi tanggung jawab
untuk mengawasi kerja para pekerja dan bertanggung jawab dalam
pelaksanaan di lapangan. Konsultan pengawas dan kontraktor pada bangunan
ini bertanggung jawab pada pengerjaan konstruksi, utilitas dan pengerjaan
yang lainnya.
2.4.1. Konsultan Perencana
Konsultan konstruksi adalah orang atau lembaga yang secara profesional
memberikan nasehat-nasehat, pelayanan atau platihan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan konstruksi. Secara fungsional konsultan terbagi menjadi
konsultan perencana, konsultan pengawas, konsultan manajemen konstruksi dan
sebagainya. Berdasarkan bidang disiplinnya, konsultan perencana dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
a. Konsultan Perencana, mencakup site planning, economic planning, dan lain
lain.
b. Konsultan Perancang, mencakup building design, city design, enviromental
design, dan lain-lain.
c. Konsultan Teknik, mencakup struktur, arsitektural, mekanikal, dan lain-lain.
Sebuah Biro Konsultan Perencana dikepalai oleh seorang arsitek kepala
yang berkedudukan sebagai pimpinan dan membawahi para ahli lain (ahli
struktur, ahli mekanikal elektrikal, ahli lingkungan) serta bekerja sama secara
terpadu untuk menangani sebuah proyek dari awal hingga akhir.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
16 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2.4.2. Kontraktor
Kontraktor mempunyai peran sebagai manajer sumber daya yang bertugas
mengubah dokumen perencanaan dari konsultan menjadi keluaran-keluaran
berupa bangunan fisik. Pemilihan kontraktor dapat dilakukan dengan pelelangan
umum, pelelangan terbatas atau penunjukkan. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai
dengan gambar dan syarat-syarat yang sudah ada, dengan kontrak dan biaya yang
disediakan sesuai dengan kesepakatan.
2.4.3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas bekerja sama dengan konsultan perencana dalam
pengawasan proyek agar dicapai hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan dalam perencanaan.
Konsultan Pengawas ditunjuk oleh pemilik untuk mengawasi pelaksanaan
pekerjaan oleh penyedia barang dan jasa, serta melaksanakan instruksi pengguna
barang dan jasa dan konsultan perencana untuk mengawasi dan memperingatkan
penyedia barang dan jasa agar melakukan pekerjaan sesuai dengan isi perjanjian
kontrak.
2.5. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
Organisasi proyek adalah gabungan beberapa unsur pelaksanaan pada
suatu proyek yang saling berhubungan erat dalam melakukan kegiatan-
kegiatannya. Struktur organisasi ini mutlak diperlukan guna menjamin kelancaran
dan kesuksesan dari pembangunan suatu proyek. Berikut ini adalah Struktur
Organisasi Proyek Gedung Kantor, SPO, Gedung Serbaguna dan Fasilitas
Lingkungan PT. Pertamina Gas Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera
Bagian Tengah.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
17 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
M. Ali Imron
Site Manager
Joko Priambodo
Quantity Surveyor
Erie Erlanda
Arsitek
Ujang Suhaemi
MEP
Didi Supriatna
Drafter
Agus Bagiyono
Civil Engineer
Pada organisasi proyek site engineering bertugas merencanakan master
schedule dan membuat Kurva S di setiap minggunya. Penulis dalam kerja praktek
ini lebih banyak berkonsultasi dan mempelajari cara membuat progress mingguan
yang terjadi dilapangan serta membandingkan schedule yang ada dengan
kenyataaan pada lapangan.
Tabel 2.1. Struktur Organisasi Pembangunan Gedung Kantor, SPO, Gedung Serbaguna dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina
Gas Area Sumbangsel Dan Sumbagteng. Sumber : Dok. Proyek
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
18 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIAGRAM KAJIAN TEORI
3.1. STRUKTUR
3.1.1. Pengertian Struktur
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tahun 1999, struktur adalah cara
bagaimana sesuatu dibangun dan disusun; bangunan. Struktur bangunan dapat
diartikan sebagai cara bagaimana suatu bangunan dibangun atau didirikan.
Menurut Prof. Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas
unsur – unsur yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dalam
Kerja Praktek Proyek Pembangunan Gedung Kantor,
Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung
Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.
Pertamina GAS Area Sumatera Bagian
Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Teori Pelaksanaan
Kajian Teori Pembahasan
Struktur Kolom, Balok, dan Plat
Lantai
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
19 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
satu kesatuan.
Berikut ini adalah beberapa pengertian dari struktur :
Menurut Ir. Ign. Benny Puspantoro dalam bukunya yang berjudul
“Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah:, struktur bangunan
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : struktur bawah dan struktur atas. Struktur
bawah adalah struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah.
Sedangkan struktur atas adalah bagian bangunan yang berada di atas
permukan tanah, terdiri dari 2 bagian, yaitu : rangka bangunan dan rangka
atap.
Menurut Wolfgang Schuller dalam bukunya yang berjudul “Struktur
Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi” struktur bangunan adalah susunan
berbagai rangka bangunan yang diturunkan dari anatomi komponen
strukturnya.
Menurut Daniel.L.Schodek (Struktur, hal 3) menjelaskan bahwa struktur
ialah sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaan dan atau
kehadiran bangunan ke dalam tanah. struktur merupakan suatu entitas
yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu
organisasi unsur-unsur pokok yang ditempatkan dalam ruang yang
didalamnya karakter keseluruhan itu mendominasi intelerasi bagian -
bagiannya.Menurut Heinz Frick, Sistem Bentuk Struktur Bangunan;hal
154, stuktur merupakan susunan atau pengaturan bagian-bagian gedung
yang menerima beban atau konstruksi utama dari gedung tanpa
memperdulikan apakah dapat dilihat atau tidak kelihatan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur adalah penggabungan elemen –
elemen yang disatukan sedemikian rupa sehingga rangkaian itu secara
keseluruhan bisa bekerja sebagai suatu kesatuan dalam menyalurkan beban yang
bekerja padanya.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
20 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Pelaksanaan tahapan pekerjaan struktur bangunan memerlukan penellitian
didapat hasil akhir yang memuaskan sesuai dengan gambar kerjanya dan
banngunan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Penyaluran beban yang
bekerja pada bangunan ke dalam tanah dan pada umumnya struktur merupakan
gabungan dari beberapa elemen yaitu balok, kolom, balok praktis, kolom praktis
sloof, dan pasangan bata yang bekerja sebagai satu kesatuan pemikul beban.
Ditinjau dari strukturnya, sebuah bangunan secara umum dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Struktur bawah : struktur bangunan yang berada di bawah permukaan
tanah, yaitu : pondasi
2. Struktur atas : bagian bangunan yang berada di atas permukan tanah,
terdiri dari duabagian, yaitu : rangka bangunan dan rangka atap
Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban – beban.
Beban – beban tersebut menumpu di atas titik – titik untuk selanjutnya disalurkan
pada bagian tanah bangunan, sehingga beban – beban tersebut akhirnya dapat
ditahan. Oleh karena itu, fungsi struktur adalah memberikan kekuatan dan
kekakuan yang diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami
keruntuhan.
3.1.2. Elemen-Elemen Struktur
Gambar 3.1. Elemen Struktur
Sumber : Internet
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
21 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Untuk gedung, pada umumnya struktur beton bertulang bagian atas terdiri
dari 3 macam elemen utama, yaitu:
a. Plat Lantai. Merupakan elemen struktur beton bertulang yang
langsung memikul beban lantai.
b. Balok. Dapat terdiri dari balok anak (joist) dan balok induk (beam),
atau hanya balok induk saja. Balok berfungsi sebagai pemikul plat dan
beban yang berada diatasnya.
c. Kolom. Merupakan elemen struktur yang berfungsi sebagai pemikul
balok serta beban lateral pada struktur.
3.1.3 Hubungan Struktur dengan Arsitektur
a. Struktur sebagai Faktor Penentu Bentuk
Merupakan hal yang penting dalam sebuah bangunan untuk dapat
memikul beban-beban dan gaya-gaya luar dari atap, lantai, dan tembok
melalui mekanisme pemikulan beban ke dalam tanah. Struktur sebagai
penentu bentuk dapat dilihat dalam kantor pusat bisnis di kota-kota besar
di dunia. Bentuk dan skala sebagian besar gedung kantor yang penting
telah diputuskan hampir semata-mata ditetapkan oleh pertimbangan jarak
antar kolom, efisiensi bagian-bagian bentangan, dan angina. Suatu
bangunan harus merupakan suatu paduan yang saling berpautan antara
soal-soal rancangan ruang, konsep, dan struktur. Hal ini mengemukakan
bahwa sistem structural memberikan suatu kerangka yang mencakup bagi
penyatuan semua unsur yang merupakan dasar untuk arsitektur.
b. Struktur sebagai Prinsip yang Mengatur
Stuktur dapat dipikirkan sebagai prinsip perancangan yang
mengatur maupun mekanisme pemikulan beban. Dalam hubungan ini,
penstrukturan mengan dung arti tindakan menetapkan hirarki dan tatanan
sekaligus dari segi perwujudan ruang arsitektural dan tenaga fisik. Salah
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
22 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
satu keputusan awal yang dibuat selama proses perancangan bangunan
ialah menetapkan ukuran petak (bay) struktural. Ukuran petak, yang
menentukan lokasi kolom, menghasilkan ukuran-ukuran yang tepat tidak
saja dari semua bagian struktur, tapi dari semua komponen dan juga sub
sistem.
c. Struktur sebagai Tanggapan terhadap Gaya Luar
Sistem struktural terdapat sebagai tanggapan terhadap gaya-gaya
luar yang tak terelakkan. Yang penting diantaranya adalah gaya tarik bumi
(gravitasi). Salju merupakan beban gravitasi yang berubah-ubah menurut
lokasi geografis. Angin dan gempa mempengaruhi bangunan secara
berbeda dari beban gravitasi. Angin memiliki potensi untuk menimbulkan
beban horisontal, yang cenderung menggeser ke samping. Sebuah
bangunan harus membuat suatu mekanisme struktur yang tanggap
terhadap semua gaya yang berlaku atasnya. Dalam hubungan ini, semua
sistem struktural dapat dianggap sebagai sistem tanggap-gaya tiga-dimensi
yang disesuaikan untuk menampung beban-beban luar dari setiap arah.
3.1.4. Perencanaan Struktur
Struktur merupakan suatu kesatuan dan rangkaian beberapa elemen
yang dirancang agar mampu menerima beban luar maupun berat sendiri
tanpa mengalami perubahan bentuk yang melewati batas persyaratan
(PBBI, 1971). Struktur yang direncanakan harus mampu menahan beban,
baik vertikal (beban mati dan beban hidup) maupun beban horizontal
(beban angin dan beban gempa) yang direncanakan, dan berat sendiri
bangunan tanpa mengalami perubahan bentuk yang terjadi.
Bagian dari struktur yang direncanakan dan memerlukan
penanganan meliputi dimensi, jumlah, dan jenis material struktur yang
akan dibangun. Perencanaan struktur bangunan terdiri dari dua bagian
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
23 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
utama yaitu struktur bawah (sub structure) dan struktur atas (upper
structure).
A. Perencanaan Struktur Bawah (Sub Structure)
Struktur bawah (sub structure) merupakan bagian struktur yang
mempunyai fungsi meneruskan beban ke tanah pendukung (PBBI, 1971).
Perencanaan struktur bagian bawah harus benar-benar optimal, sehingga
keseimbangan struktur secara keseluruhan dapat terjamin dengan baik dan
ekonomis. Selain itu, beban seluruh struktur harus dapat ditahan oleh
lapisan tanah yang kuat agar tidak terjadi penurunan diluar batas
ketentuan, yang dapat menyebabkan kehancuran/gagal struktur. Salah satu
bagian dari struktur bawah tersebut adalah pondasi. Pondasi ini merupakan
bagian konstruksi yang memikul bangunan tersebut serta menyalurkan
semua beban konstruksi ke tanah dasar pada kedalaman tertentu, dimana
terdapat lapisan tanah keras yang mampu menahannya. Jenis pondasi yang
digunakan harus mempertimbangkan berbagai hal berikut:
a. Beban total yang bekerja pada struktur.
b. Kondisi tanah di bawah bangunan.
c. Faktor biaya.
B. Perencanaan Struktur Atas (Upper Structure)
Struktur atas (upper structure) merupakan bagian struktur yang
berfungsi menerima kombinasi pembebanan, yaitu beban mati, beban
hidup, berat sendiri struktur, dan beban lainnya yang direncanakan (PBBI,
1971). Selain itu struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan
perancangan arsitektur sekaligus harus mampu menjamin segi keamanan
dan kenyamanan. Oleh karena itu, bahan-bahan yang digunakan dalam
bangunan ini mempunyai kriteria perancangan, antara lain:
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
24 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
a. Kuat.
b. Tahan api.
c. Awet untuk pemakaian jangka waktu yang lama.
d. Mudah didapat dan dibentuk.
e. Ekonomis (mudah pemeliharaannya).
3.2. KOLOM
3.2.1. Pengertian Kolom
Menurut SK SNI T-15-1991-03 memberikan definisi kolom, yaitu
komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang tidakditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil, sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal
dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga
dinamakan pedestal.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 mengenai Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung, kolom adalah struktur dengan rasio tinggi
terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama yang
mendukung beban aksial tekan. Kolom adalah batang struktural vertikal yang
kaku dan relatif ramping, serta dirancang untuk menopang beban tekan yang
diberikan pada ujung – ujung batang. Kolom merupakan elemen struktur vertikal
pada rangka bangunan yang menyalurkan beban dari atas secara aksial dan
mentransfer gaya tersebut ke pondasi.
Kolom merupakan elemen struktur vertikal pada rangka bangunan yang
menyalurkan beban dari atas secara aksial dan mentransfer gaya tersebut ke baja.
Pada pembahasan kali ini, kolom yang akan dibahas berupa kolom beton
bertulang yang merupakan elemen kolom yang terbentuk dari beton dan tulangan
baja yang digunakan pada struktur.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
25 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.2.2. Klasifikasi Kolom Beton Bertulang
Kolom diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangnya, cara
pembebanan, posisi beban pada penampang dan panjang kolom dan hubungannya
dengan dimensi lateral.
Secara garis besar jenis kolom beton bertulang terbagi 2, yaitu :
1. Kolom Bersengkang (tied colomn)
Kolom dengan penampang melintang persegi dan bundar dengan 4 buah
tulangan longitudinal minimum, dengan sengkang yang berbentuk lingkaran
tertutup mengelilingi tulangan longitudinal setiap jarak 12 sampai 18 inchi atau
sepanjang kolom
2. Kolom Spiral
Kolom yang memiliki sengkang berbentuk spiral mengelilingi sekitar 6
tulangan minimum dengan jarak spiral 3-4 inchi, kolom ini sering digunakan pada
daerah dengan tingkat kerawanan gempa yang tinggi karena kolom spiral
mempunyaidaktalitas yang besar dan ketahanan pada keadaan kelebihan tegangan,
bahkan jia penutup beton telah mengelupas.
A. Dimensi Kolom
Rumus untuk menghitung dimensi kolom struktur beton, yakni :
F = (L1 x L2) x P x n
S
Keterangan :
F = (b x d) penampang melintang kolom struktur (cm²)
L1 x L2 = luas lantai/ atap yang didukung oleh kolom struktur (m²)
P = beban per m² lantai yang dipikul (berat sendiri, dinding, plat dan beban
hidup)
n = jumlah lantai/ atap yang didukung oeh kolom struktur
S = mutu beton
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
26 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.2.3. Syarat – syarat Kolom Beton Bertulang
Syarat – syarat kolom beton bertulang berdasarkan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia, SNI 03-2847-2002, yaitu :
1. Ukuran penampang kolom tidak boleh kurang dari 15cm.
2. Luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil kurang dari 1%
penampang beton, dengan minimum satu batang tulangan di masing –
masing sudut penampang.
3. Dalam segala hal, luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil
lebih dari 6% dari luas penampang beton. Apabila tulangan memajang
kolom disambung dengan sambungan lewatan pada stek, maka luas
tulangan memanjang maksimum dibatasi sampai 4% dari luas penampang
beton yang ada.
4. Tulangan kolom sedapat mungkin harus dipasang simetris terhadap masing
– masing sumbu utama penampang. Pada kolom – kolom yang memikul
gaya normal dengan eksentrisitas terhadap titik berat penampang kuran
dari 1/10 dari ukuran kolom di arah eksentrisitas itu, tulangan – tulangan
memanjang harus disebar merata sepanjang keliling teras kolom.
5. Tulangan memanjang kolom harus diikat oleh sengkang – sengkang
dengan jarak maksimum sebesar ukuran terkecil penampang 15 kali
diameter baja tulangan memanjang yang tersebar dengan minimum 6mm
pada baja lunak dan baja sedang 5mm pada baja keras.
6. Apabila tulangan memanjang kolom disambung lewat tulangan pada stek,
maka ujung – ujung batang tidak boleh diberi kait kecuali apabila ditempat
itu tersedia cukup ruang sehingga kemungkinan terjadinya sarang – sarang
kerikil dapat dianggap tidak ada.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
27 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Spasi
Pengikat Spiral
Tulangan Pokok Memanjang
Pengikat Sengkang
Tulangan Pokok Memanjang
Spasi
Sengkang
3.2.4. Jenis kolom beton bertulang
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang, antara lain:
Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral
Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang
tulangan pokok memanjang yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan
pengikat sengkang ke arah lateral, sedemikian rupa sehingga penulangan
keseluruhan membentuk kerangka seperti gambar 3.1
Tulangan pengikat lateral berfungsi untuk memegang tulangan
pokok memanjang agar tetap kokoh di tempatnya dan memberikan
tumpuan lateral sehingga masing-masing tulangan pokok memanjang
hanya dapat tertekuk pada tempat di antara dua pengikat. Dengan
demikian tulangan pengikat lateral tidak dimaksudkan untuk memberikan
sumbangan terhadap kuat lentur penampang tetapi memperkokoh
kedudukan tulangan pokok kolom.
Kolom menggunakan pengikat spiral
Bentuknya sama dengan jenis kolom pertama hanya saja sebagai
pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan
keliling membentuk heliks menerus sepanjang kolom seperti tampak pada
gambar 3.2.
Gambar 3.2. Kolom Pengikat Sengkang Lateral
Sumber : Internet
Gambar 3.3. Kolom Pengikat Sengkang Lateral
Sumber : Internet
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
28 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Gelagar Baja
Pipa Baja
Struktur Kolom Komposit
Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi
tulangan pokok memanjang.
Struktur kolom beton bertulang memiliki persyaratan detail dalam
penulangannya, sesuai dengan SK SNI T – 15 – 1991 – 03 yaitu:
1. Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang kolom dibatasi
dengan rasio penulangan g antara 0,01 dan 0,08.
2. Penulangan yang lazim dilakukan di antara 1,5% sampai 3% dari luas
penampang kolom. Khusus untuk untuk struktur bangunan berlantai
banyak, kadang-kadang penulangan kolom dapat mencapai 4%, namun
disarankan untuk tidak menggunakan nilai lebih dari 4% agar penulangan
tidak berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat dengan
kolom.
3. Penulangan pokok memanjang kolom berpengikat spiral minimal terdiri
dari 6 batang, sedangkan untuk kolom berpengikat sengkang bentuk segi
empat atau atau lingkaran terdiri dari 4 batang, dan untuk kolom dengan
pengikat sengkang berbentuk segitiga minimal terdiri dari 3 batang
tulangan.
4. Jarak bersih antara batang tulangan pokok memanjang kolom berpengikat
sengkang atau spiral tidak boleh kurang dari 1,5 diameter besi (db) atau 40
mm.
Gambar 3.4. Kolom Komposit
Sumber : Internet
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
29 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
5. Tebal minimum selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang
untuk kolom berpengikat spiral maupun sengkang ditetapkan tidak boleh
kurang dari 40 mm.
6. Semua batang tulangan pokok harus dilingkup dengan sengkang dan kait
pengikat lateral, paling sedikit dengan batang Dimension 10 (D10).
Batasan minimum tersebut diberlakukan untuk kolom dengan tulangan
pokok memanjang batang D32 atau lebih kecil, sedangkan untuk diameter
tulangan pokok lainnya umumnya sengkang tidak kurang dari batang D12,
dan tidak menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang D16.
7. Jarak spasi pusat ke pusat (p.k.p) batang tulangan tidak lebih dari 16 kali
diameter tulangan pokok memanjang, 48 kali diameter tulangan sengkang,
dan dimensi lateral terkecil (lebar) kolom.
8. Tulangan sengkang atau kait pengikat harus dipasang dan diatur
sedemikian rupa sehingga sudut-sudutnya tidak bengkok dengan sudut
lebih besar dari 135o.
9. Batang tulangan pokok memanjang harus dipasang dengan jarak bersih
antaranya tidak lebih dari 150 mm di sepanjang sisi kolom agar dukungan
lateral dapat berlangsung dengan baik.
10. Diameter minimum batang untuk penulangan spiral adalah D10, dan
umumnya tidak menggunakan lebih besar dari batang D16. Jarak spasi
bersih spiral tidak boleh lebih dari 80 mm dan tidak kurang dari 25 mm.
Pada setiap ujung kesatuan tulangan spiral harus ditambahkan panjang
penjangkaran 1,50 kali lilitan. Apabila memerlukan penyambungan, harus
dilakukan dengan sambungan lewatan sepanjang 48 kali diameter dan
tidak boleh kurang dari 300 mm, bila perlu diperkuat dengan pengelasan.
Keseluruhan penulangan spiral harus dilindungi dengan selimut beton
paling tidak setebal 40 mm,yang dicor menyatu dengan beton bagian inti
11. untuk berbagai jumlah
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
30 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
= 150 mm
pengikat
tambahan
= 150 mm
maksimum
150 mm
14 batang12 batang12 batang
10 batang8 batang8 batang
6 batang6 batang4 batang
12. tulangan pokok terlihat seperti gambar
3.2.4. Prosedur Pekerjaan Kolom Beton Bertulang
1. Pekerjaan Tulangan Kolom
Dalam buku Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Kolom adalah
sebagai berikut :
Marking sepatu kolom sebagai batas bekisting kolom
Pasang sepatu kolom pada tulangan utama dan tulangan sengkang
Masukkan besi atau tulangan kolom
Pengkaitan antara stek kolom dan besi kolom
Pasang sengkang pada tulangan kolom
Besi siap dipasang bekistin
2. Pekerjaan Bekisting Kolom
Pasangan badan bekisting kolom sesuai dengan marking yang sudah ada
Pemasangan kepala dan badan bekisting kolom
Bekisting di paku satu sama lain dan diberi klem
Bekisting di pasangi skoor agar bekisting tidak berubah posisi
Gambar 3.5.Susunan Penulangan Kolom
Sumber : Internet
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
31 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Bekisting diteliti kelurusannya dengan teodolith
3. Pekerjaan Pengecoran Kolom
Pengecoran dilakukan dengan bucket dan di hubungkan dengan pipa tremi
Lakukan pemadatan dengan vibrator
Bongkar badan bekisting sehingga meninggalkan kepala bekisting kolom
Hasil pengecoran mulus, tidak keropos, dan tidak nge-plint
3.3. BALOK
3.3.1. Pengertian Balok
Balok adalah batang dengan posisi horizontal dari rangka atau frame
struktural yang memikul beban yang berasal dari dinding atau dari atap
bangunan. Balok juga merupakan bagian dari struktur suatu bangunan yang
berfungsi sebagai pengekang/ pengikat dari sistem struktur bangunan.
Dalam perencanaan, suatu balok dapat mempunyai bermacam – macam
ukuran atau dimensi sesuai dengan jenis beban yang dipikul oleh balok
tersebut.
3.3.2. Syarat – syarat Balok Beton Bertulang
Secara umum dimensi suatu balok, yakni b < h. Pemilihan lebar suatu
balok mempengaruhi terhadap gaya yang bekerja di dalam balok tersebut,
lebar balok yang di pakai, yakni b = ½ h sampai ⅔ h. Secara umum penentuan
tinggi suatu balok, yakini h= 1/10h sampai h= 1/15h dari bentang kedua
kolom.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
32 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
B
H
Pemasangan ring balok maksimum 4 meter dari sloof, idealnya 3 meter.
A. Dimensi Balok
Rumus untuk menghitung dimensi balok struktur beton, yakni :
Menghitung tinggi balok Menghitung lebar balok
atau
3.3.3. Klasifikasi balok
Balok dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, susunan
tulangnya dan teknik pelaksanaannya. Berdasarkan teknik pelaksanaanya,
perencanaan suatu balok dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Balok Persegi
Balok persegi merupakan suatu jenis balok dengan dengan bentuk
persegi pada dua dimensi (sumbu x dan sumbu y) (PBBI, 1971). Pada
H = 1/10 s/d ¼ L
H = 1/10 s/d ¼ L
B = ½ s/d ⅓ H (≥12cm)
Gambar 3.6. Ring Balok
Sumber : Internet
Ket:
H – tinggi balok (cm)
B – tebal balok (cm)
L – bentang diantara 2 tumpuan
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
33 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
perencanaanya balok ini dapat dibagi menjadi dua jenis penulangan yaitu
tunggal dan rangkap terlihat seperti gambar 3.6.a dan 3.6.b.
b. Balok L dan T
Merupakan suatu balok yang apabila dalam pelaksanaannya dan
perancangan dihitung sebagai suatu struktur yang monolit (menyatu),
maka balok ini disebut dengan nama balok L dan atau balok T
(Dipohusodo, 1999) terlihat seperti gambar 3.7.
a. Balok penulangan tunggal
b.Balok penulangan rangkap
Gambar 3.7. Balok Penulangan Tunggal dan Rangkap
Sumber : Internet
Gambar 3.8. Penulangan Balok L dan T
Sumber : Internet
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
34 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Menurut PBBI 1971 N.I.-2, adapun syarat-syarat perencanaan balok yaitu:
- Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.
- Untuk semua jenis baja tulangan, diameter batang tulangan untuk balok tidak
boleh diambil kurang dari 12 mm.
- Tulangan tarik harus disebar merata di daerah tarik maksimum dari
penampang.
- Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari
luas tulangan tarik pokok.
- Pada balok harus senantiasa dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh
diambil lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian-bagian balok dimana sengkang-
sengkang bekerja sebagai tulangan geser, jarak sengkang-sengkang tersebut
tidak boleh diambil lebih dari 2/3 tinggi balok.
Sistem plat dan girder (balok) dapat pula digunakan sebagai elemen
struktur yang membentang secara horisontal. Untuk bentang yang pendek,
biasanya hanya digunakan hirarki satu tingkat saja. Untuk bentang struktur
yang lebih besar, digunakan sistem hirarki dua atau tiga tingkat.
Gambar 3.9. Jenis – Jenis umum sistem struktur yang
membentang horizontal
Sumber : Internet
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
35 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.3.4. Prosedur Pekerjaan Balok
1. Pekerjaan Bekisting Balok
Balok Penyangga di persiapkan
Bodeman di pasang diatas balok suri
Pemasangan bekisting kontak pipi
Pemasangan skoor
Bekisting balok siap di pakai
2. Pekerjaan Pembesian Balok
Besi disiapkan dan di bersihkan dari kotoran
Penulangan balok di kerjakan berdekatan dengan bekistingnya
Rangka tulangan yang tidak cukup panjang disambung dengan tulangan
ekstra
Tulangan positif (bagian atas) di simpulkan
Tulangan negatif (bagian bawah) di simpulkan
Tulangan di masukkan kedalam bekisting
3.4. Plat Lantai
3.4.1. Pengertian Plat Lantai
Plat atau slab adalah elemen tipis yang menahan beban – beban transversal
melalui aksi lentur ke masing – masing tumpuan. Beban yang umumnya bekerja
pada plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditumpu diseluruh
tepinya atau pada titik – titik tertentu (misalnya oleh kolom) atau tumpuan
menerus dan titik.
Adapun kegunaan dari plat lantai yaitu :
a. Memisahkan ruang bawah dan atas.
b. Menahan beban yang bekerja padanya.
c. Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
36 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
d. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
e. Meredam suara dari ruang atas atau dari ruang bawah.
Dimensi Plat Lantai
Rumus untuk menghitung plat lantai struktur beton, yakni :
Untuk plat lantai struktur beton bertulang :
≥ 12cm untuk lantai; ≥ 8cm untuk
atap
Untuk plat lantai kantilever :
Teori pertama tentang plat beton bertulang diturunkan berdasarkan asumsi
yang identik dengan bangunan kayu ditransmisikan dari lantai kayu ke balok
anak, ke balok induk, ke kolom. Sistem plat lantai-balok-kolom beton
bertulang dianggap serupa. Distribusi bebannya sedemikian rupa, sehingga
defleksi lajur plat yang orthogonal adalah sama.
3.4.2. Tipe Plat Lantai
Adapun tipe-tipe plat lantai (slab) yaitu :
a. Sistem Plat Slab
Plat slab adalah tipe plat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh
kolom-kolom tanpa balok-balok (Dipohusodo, 1999). Sistem ini
digunakan bila bentangan tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu
berat. Tebal plat slab pada umumnya antara 125-250 mm dan untuk
bentangan 4,5-7,5 m.
b. Sistem Grid
Sistem grid dua arah (waffle system) memiliki balok yang saling
H = 1/30 L s/d 1/35
H = 1/30 L s/d 1/35
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
37 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
bersilangan, dengan jarak yang relatif rapat yang menumpu pada plat atas
(Dipohusodo, 1999). Sistem ini dimaksudkan untuk mengurangi beban
sendiri plat dua arah yang tergantung konfigurasi. Sistem grid dua arah ini
cukup efisien dilaksanakan pada bentang 9-12 m.
c. Sistem Plat dan Balok
Sistem ini dari slab menerus yang ditumpu balok-balok monolit yang
umumnya ditempatkan pada jarak sumbu 3-6 m. Tebal plat ditetapkan
berdasarkan pertimbangan struktur yang mencakup aspek keamanan
terhadap bahaya kebakaran. Aplikasi ketinggian baloknya dibatasi oleh
jarak langit-langit yang tersedia. Sistem ini bersifat kokoh dan sering
digunakan untuk menunjang sistem lantai yang tidak beraturan, misalnya
lantai dasar atau ruang terbuka yang umumnya menerima beban besar
akibat adanya taman-taman di atasnya ataupun fungsi arsitek lainnya.
d. Sistem Lajur Balok
Sistem ini serupa dengan balok plat, tetapi balok-balok menggunakan
balok dangkal yang lebih besar. Sistem ini semakin banyak diterapkan
pada bangunan yang mementingkan tinggi antar plat. Pada sistem ini balok
lajur tidak perlu dihubungkan dengan kolom interior atau kolom eksterior.
Plat diantara balok lajur dapat didesain sebagai elemen yang memiliki
momen inersia bervariasi dengan memperhitungkan penebalan balok.
Alternatif lain adalah dengan menempatkan balok-balok anak
membentang diantara balok-balok lajur. Sistem ini menghemat pemakaian
cetakan.
Gambar 3.10. Mekanisme Transfer
beban pada suatu sistem struktur
Sumber : Internet
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
38 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.4.3. Syarat – Syarat Plat Lantai
Menurut SNI 03-2847-2002, yaitu :
1. Kecuali apabila tebal minimum plat tidak ditentukan oleh pembatasan
tulangan, syarat kekakuan, syarat lebar retak, syarat dalam ketahanan
dalam kebakaran; maka dalam segala hal plat tidak boleh diambil kurang
dari 7cm untuk plat dan 12cm untuk plat lantai.
2. Dalam segala hal tulangan plat, termasuk tulangan pembagi, tidak boleh
diambil kurang dari pada yang diperlukan untuk memikul susut dan
perubahan suhu. Luas tulangan ini harus diambil minimum 0,25% dari
luas beton yang ada.
3. Pada plat –plat dimana tulangan pokoknya hanya berjalan dalam satu arah,
maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan
pembagi.
4. Pada plat – plat yang dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok
dari jenis baja lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8mm dan
dari tulangan pembagi minimum 6mm. Pada penggunaan batang tulangan
dari jenis baja keras, diameter dari batang tulangan pokok harus diambil
minimum 5mm dan dari tulangan pembagi minimum 4mm.
5. Pada plat – plat yang lebih tebal dari 25cm senantiasa harus dipasang
tulangan atas dan tulangan bawah disetiap tempat. Ketentuan ini tidak
berlaku pada pondasi telapak.
3.4.4. Prosedur Pekerjaan Plat Lantai
1. Pekerjaan Bekisting Plat Lantai
Siapkan balok penyangga
Tentukan sumbu dan elevasi balok dengan cara memakai titik acuan
elevasi (yang ada pada kolom) lalu di ukur dengan meteran untuk
mendapatkan tinggi balok yang memadai
Pasang balok – balok kayu di atas perancah dengan acuan benang
Pengerjaan suri – suri
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
39 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Plywood di persiapkan dan di paku di atasnya
Pengecekan dengan waterpass
2. Pekerjaan Pembesian Plat Lantai
Lakukan pengukuran jarak sumbu ke sumbu tulangan
Pasang lapisan tulangan pertama, kemudian di ikat
Pemasangan lapisan tulangan kedua, dan di ikat
Pasang support atau ganjalan – ganjalan (support tradisi, gelgas, rak atau
garis)
Pasang penahan jarak minimal 2 per m² bekisting atau lantai kerja
3. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Bekisting di bersihkan dari sisa – sisa kotoran
Beton dari ready mix dari concrete mixer truck dilakukan pengujian slump
Setelah nilai uji slump memenuhi syarat, beton ready mix dituangkan dari
concrete mixer ke dalam bucket dalam concrete pump truck
Sambungan antara beton lama dengan beton baru di siram dengan calbond
(super bonding agent)
Setelah beton ready mix keluar dari pipa baja kemudian di ratakan dengan
penggaruk
Gunakan concrete vibrator untuk memadatkan beton
Adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil yang di
tentukan.
Setelah 3 hari, bekisting plat lantai dapat dibongkar, sedangkan bekisting
balok dapat di bongkar setelah 7 hari.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
40 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.5. BETON
3.5.1. Pengertian Beton
Nawy dalam buku Teknologi Beton (Ir. Tri Mulyono, M.T. : 2003 : halaman
3) mendefinisian beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari
material pembentuknya. Menurut SNI 03-2847-2002 tentang TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG,
beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lain,
agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat.
Beberapa pengertian beton menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia SNI
03-2847-2002, yaitu :
Beton : bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,
agregat kasar, semen Portland dan air.
Beton bertulang : beton yang mengandung batang tulangan dan
direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja
sama dalam memikul gaya-gaya.
Beton tak bertulang : beton yang tidak mengandung batang tulangan.
Beton pra-tekan: beton bertulang di dalam mana telah ditimbulkan
tegangan-tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian
rupa hingga tegangan-tegangan akibat beban-beban dapat dinetralkan
sampai suatu taraf yang diinginkan.
Beton pra-cetak : bagian-bagian beton bertulang atau tak bertulang yang
dicetak dalam kedudukan yang lain dari pada kedudukan akhirnya di
dalam konstruksi.
Beton :campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu
pecah, atau jenis agregat lain) dengan semen, yang dipersatukan oleh air
dalam perbandingan tertentu
( sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
41 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Jadi, beton didapat dari percampuran bahan-bahan agregat halus
dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau semacam bahan lainnya,
dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air
sebagai pembantu reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar, disebut
sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama
beton.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu beton, yakni :
Mutu bahan batuan,
Jenis / mutu semen,
Faktor air semen,
Gradasi / susunan butir bahan batuan,
Pelaksanaan pembuatan beton.
Curing (pematangan) beton, yaitu perawatan beton
untuk dapat mencapai kekuatan yang diinginkan.
Pada penggunaan sebagai sebagai komponen struktural bangunan,
umumnya beton diperkuat dengan tulangan baja sebagai bahan yang
dapat bekerjasama dan mampu membantu kelemahannya, terutama
pada bagian yang menahan gaya tarik. Struktur beton tersebut lazim
disebut sebagai beton bertulang.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
42 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.5.2. Unsur-Unsur Beton
a. Air (14 %- 21 %)
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :
Air : - barang cair sebagai yg biasa kita minum, untuk mandi,
- barang cair yg terdapat di buah-buahan dsb,
- barang cair yg rupanya sebagai air.
2. Syarat-syarat air
1Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, air
yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau
bahan lain yang bersifat merusak beton dan tulangan.
Perbandingan maksimum antara air dan semen adalah 50
liter per 100 kg atau 20 liter per zak semen. Jumlah air dapat
dikurangi sesuai keperluan dengan melihat keadaan cuaca atau
1 Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03
Dept.P.U. 1999.Gramedia: Jakarta
Unsur
Beton
Agregat
Kasar
dan
Agregat
Halus
Semen
(7% - 15%)
Udara
(1% - 8%)
Air
(14% -
21%)
Gambar 3.11. Diagram Unsur Beton
Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bangunan
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
43 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
kelembaban dari bahan pasir dan split untuk mempertahankan hasil
yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki.
b. Agregat
1. Pengertian
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2, yaitu :
Agregat : butiran-butiran mineral yang dicampurkan dengan
semen portland dan air menghasilkan beton.
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton.
(sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)
Jadi, agregat merupakan bahan pengisi pada beton, berupa
butiran-butiran mineral yang nantinya dicampurkan dengan semen
portland dan air.
2. Pembagian Agregat
2Berdasarkan ukurannya agregat terbagi atas agregat halus dan
agregat kasar. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau
partikel-partikel yang lewat saringan # 4 mm atau 5 mm, sedangkan
agregat kasar tidak melalui saringan tersebut. Nilai kuat beton yang
dicapai sangat ditentukan oleh mutu bahan agregat ini.
Agregat Halus (pasir)
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan dipilih yang memenuhi
persyaratan berikut:
1. Butiran pasir halus berukuran antara 0,15 – 5 mm
2 Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03
Dept.P.U. 1999.Gramedia: Jakarta
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
44 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2. Harus keras berbentuk tajam , tidak mudah hancur oleh pengaruh
cuaca
3. Tidak boleh mengandung lumpur . 5 % ( persentase berat dalam
keadaan kering ). Bila mengandung lumpur . 5 % maka harus
dicuci
4. Tidak mengandung bahan organik, garam, minyak dan
sebagainya
5. Harus bergradasi dengan baik, yaitu terdiri dari beberapa macam
ukuran besar butir sisa diatas saringan dengan lubang 1 mm
minimum 95 % x berat.
Penyimpanan pasir di lapangan hendaknya harus memenuhi
persyaratan penyimpanan yaitu ditimbun di atas bak berlantai agar
tanah tidak terbawa waktu pengambilan pasir.
Agregat Kasar
Syarat – syarat batu pecah untuk adukan semen antara lain :
1. Harus keras
2. Tidak dipilih
3. Tidak lapuk oleh pengaruh cuaca, harus bersih dari bahan
organik dan zat lain yang dapat merugikan kualitas beton.
4. Harus bergradasi baik.
3. Fungsi Agregat Dalam Beton
Didalam beton, agregat, (agregat halus dan agregat kasar) mengisi
sebagian volume beton, yaitu 50% - 80%, sehingga sifat-sifat dan
mutu agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan mutu beton.
Penggunaan agregat dalam beton, yakni :
b. menghemat penggunaan semen portland,
c. menghasilkan kekuatan yang besar pada beton,
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
45 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
d. mengurangi susut pengerasan beton,
e. mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi
agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang padat,
f. mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan aduk beton.
c. Semen (7 % - 15 %)
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1999 :
Semen : 1 adukan kapur dsb untuk merekatkan batu bata
(membuat tembik dsb); 2 sb serbuk (tepung) dari
kapur dsb yang dipakai untuk membuat beton,
merekatkan batu bata dsb; 3 sb zat kapur yang
melekat pada akar gigi.
Semen Portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk
halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-
silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu
gips sebagai bahan tambahan.
(sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)
Jadi, semen merupakan bubuk halus yang menjadi bahan
adukan beton yang berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan
pembentuk beton tersebut.
2. Bahan Baku Semen
3Jika bahan Semen Portland itu diuraikan susunan
senyawanya secara kimia, akan terlihat jumlah oksida yang
membentuk bahan semen itu. Semen dibuat dari bahan-bahan /
3 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
46 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
unsur-unsur yang mengandung oksida-oksida. Unsur-unsur itu
kurang lebih seperti yang tercantum pada table berikut :
Jenis bahan Persentase ( % )
Batu kapur ( Cao) 60-65
Pasir Silikat (SiO2) 17-25
Tanah Liat ( Al2O3) 3-8
Biji Besi (Fe2O3) 0.5-6
Magnesia (MgO) 0.5-4
Sulfur (SO3) 1-2
Soda (Na2O +K2O) 0.5-1
3. Jenis Penggunaannya
Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM semen portland dapat
dibedakan menjadi :
a. Jenis I : Semen portland jenis umum, yaitu jenis semen
Portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara umum
yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
b. Jenis II : Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan.
Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen
jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal-tebal
seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan
dinding tahan tanah tebal, dan sebagainya.
Tabel 3.1. Komponen Bahan Baku Semen
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
47 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
c. Jenis III : Semen portland dengan kekuatan awal tinggi.
Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu
singkat, sehingga dapat digunakan untuk
perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu
segera digunakan atau yang acuannya perlu segera
dilepas.
d. Jenis IV : Semen portland dengan panas hidrasi yang
rendah. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk
penggunaan yang memerlukan panas hidrasi
serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh
lambat. Jenis ini digunakan untuk banguan beton
massa seperti bendungan-bendungan gravitasi
besar.
e. Jenis V : Semen portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan
jenis khusus yang maksudnya hanya untuk
penggunaan pada bangunan-bangunan yang kena
sulfat, seperti di tanah, atau air yang tingi kadar
alkalinya.
d.Udara (1%-8%)
3.5.3. Sifat-Sifat Umum Beton
4Pada umumnya beton terdiri dari kurang lebih 15% semen,
8% air, 3% udara, selebihnya pasir dan kerikil. Beton harus memiliki
sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan pemakaian beton tersebut serta
kebutuhan, sehingga konstruksi lebih ekonomis.
Sifat umum yang ada pada beton adalah sebagai berikut :
b. Kemampuan dikerjakan / workability
4 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
48 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Bahwa bahan-bahan beton setelah diaduk bersama,
mengahasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga
adukan mudah diangkut, dituang/ dicetak, dan dipadatkan
menurut tujuan pekerjaannya tanpa terjadi perubahan yang
menimbulkan kesukaran atau penurunan mutu.
Unsur-unsur yang mempengaruhi, yakni :
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton,
Penambahan semen ke dalam adukan beton,
Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus,
Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah
cara pengerjaan beton.
Cara memadatkan beton dan/ atau jenis alat yang digunakan
c. Sifat tahan lama/ durability
Merupakan sifat dimana beton tahan terhadap pengaruh luar
selama dalam pemakaian.
d. Sifat kedap air
e. Kekuatan beton
Sifat utama yang umumnya harus dimiliki oleh beton. Secara
umum kekuatan beton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : faktor air,
semen dan kepadatan.
3.5.4. Keuntungan dan Kelebihan Beton
Beton tersedia dalam bentuk semi cair selama proses pembangunan
sehingga memiliki keuntungan antara lain:
a. Hal ini berarti bahwa bahan-bahan lain dapat digunakan kedalamnya
dengan mudah untuk menambah sifat yang dimilikinya.
b. Beton dapat dicetak kedalam variasi bentuk yang luas.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
49 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
c. Proses percetakan memberikan sambungan antar elemen yang sangat
efektif dan menghasilkan struktur yang menerus yang menaikkan
efisiensi struktur.
Beton bertulang selain memiliki kekuatan tarik juga memiliki kekuatan
tekan dan karena itu cocok untuk semua jenis elemen struktur termasuk elemen
struktur yang memilkul beban jenis lentur.
Kelebihan beton antara lain:
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
b. Ekonomi, merupakan pertimbangan yang sangat penting, meliputi:
material, kemudahan dalam pelaksanaan, waktu untuk konstruksi,
pemeliharaan struktur, daktilitas, dan sebagainya.
c. Keserasian beton untuk memenuhi kepentingan struktur dan arsitektur.
Beton di cor ketika masih cair dan menahan beban ketika telah
mengeras. Hal ini sangat bemanfaat, karena dapat mengubah berbagai
bentuk.
d. Mampu memikul beban yang berat.
e. Tahan terhadap temperatur yang tinggi (tahan terhadap api yang
tinggi).
f. Biaya pemeliharaan yang kecil.
g. Mempunyai kekakuan yang tinggi.
h. Bahan bakunya mudah didapat.
Kekurangan beton antara lain:
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
b. Kekuatan tarik rendah (sekitar 70 % dari kekuatan tekan), sehingga
mudah retak. Meskipun mungkin tidak terlihat tetapi memungkinkan
udara lembab masuk melalui retak itu, dan membuat baja tulangan
karat.
c. Memerlukan biaya untuk bekisting, perancah (untuk beton cor
ditempat) yang tidak sedikit jumlahnya.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
50 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
d. Kekuatan per satuan berat atau satuan volume yang relatif rendah.
Kekuatan beton berkisar antara 5 sampai 10 % kekuatan baja meskipun
berat jenisnya kira-kira 30 % dari berat baja. Oleh karena itu, struktur
beton membutuhkan berat yang lebih banyak. Alasan inilah yang
menjadi dasar mengapa jembatan bentang panjang dibuat dengan
sruktur baja.
e. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
f. Daya pantul suara yang besar.
g. Sifat yang tergantung waktu rangkak dan susut.
3.5.5. Klasifikasi Beton
Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam kriteria,
seperti berdasarkan berat satuan, kekuatannya, pemakaian, dan sebagainya.
Klasifikasi yang umum digunakan adalah berdasarkan berat satuannya dan
kekuatannya.
3.5.5.1.Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
Beton
Normal
Beton
Ringan
Klasifikasi
Beton
Berdasarkan
Berat
Satuannya
Mempunyai berat satuan 2200
kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan
dibuat menggunakan agregat
alam yang dipecah atau tanpa
dipecah
Mengandung agregat ringan
dan mempunyai berat satuan
tidak lebih dari 1900 kg/m3
Gambar 3.12. Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuan
Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
51 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.5.5.2.Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya
3.5.5.3.Klasifikasi Mutu Beton
Kelas Mutu
σ bk
Kg/Cm2
σ bm
dg.s=46
(Kg/cm2)
Tujuan
Pengawasan terhadap
Mutu
agregat
Kekuatan
tekan
I B0 - - Non-
strukturil Ringan Tanpa
II
B1
K 125
K 175
K 225
-
125
175
225
-
200
250
300
Strukturil
Strukturil
Strukturil
Strukturil
Sedang
Ketat
Ketat
Ketat
Tanpa
Kontinu
Kontinu
Kontinu
III K >
225
> 225 > 300 Strukturil Ketat Kontinu
Klasifikasi
Beton
Berdasarkan
Kekuatannya
Beton Mutu
Normal
(Normal
Strength
Concrete)
Beton Mutu
Tinggi
Beton Mutu
Sangat Tinggi
Memiliki kekuatan
Memiliki kekuatan
Memiliki kekuatan
Gambar 3.13. Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya
Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2
Tabel 3.2. Kelas dan Mutu Beton
Sumber : Peraturan Beton Bertulang N.I.-2. 1071
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
52 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.5.5.4. Peraturan dan Standar Perencanaan Struktur Beton Bertulang
di Indonesia
Di Indonesia, peraturan atau pedoman standar mengenai perencanaan dan
pelaksanaan bangunan beton bertulang diatur dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI). Perkembangannya dimulai pada Peraturan Beton Indonesia 1955 (PBI
1955), kemudian PBI 1971, dan yang terakhir yakni Standar Tata Cara
Penghitungan Struktur Beton nomor : SK SNI T-15-1991-03.
Sebagai dasar pelaksanaan pada proyek Pembangunan Gedung Global
digunakan peraturan sebagai berikut :
- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (
SK SNI T-15-1991-03 ),
- Pedoman Beton 1989,
- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
1983,
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983,
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia(PUBI –
1989)– NI – 3,
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 ( NI – 8 ),
- Mutu dan Cara Uji Sement Portland ( SII 0013 – 81 ),
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton ( SII – 052 – 80 ),
- Baja Tulangan Beton ( SII 0136 – 84 ),
- Peraturan Bangunan Nasional 1978,
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat,
- Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung ( SKBI –
2.3.53.1987 UDC : 699.81.624.04 ).
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
53 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.6. Baja Tulangan
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :
Bertulang : ada tulanganya; memakai (mempunyai) tulang;
beton - , beton yg memakai rangka besi.
Baja tulangan adalah jenis baja yang dipakai untuk tulangan
beton yang harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pasal 3.7.
(sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2)
Jadi, (baja) tulangan merupakan rangka besi yang dipakai pada
beton bertulang.
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu
tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja secara
baik didalam sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan
penulangan yang fungsinya untuk menahan gaya tarik yang ada didalam
sistem. Untuk keperluan penulangan tersebut digunakan bahan baja yang
memiliki sifat teknis menguntungkan.
2. Jenis - Jenis Baja Tulangan
5Baja tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos
dan batang yang diprofil. Yang dimaksud dengan batang polos adalah
batang prismatis berpenampang bulat, persegi, lonjong dan lain-lain
dengan permukaan licin. Yang dimaksud dengan batang yang diprofil
adalah batang prismatis atau dipuntir, yang permukaannya diberi rusuk-
rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang,
dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kali diameter
pengenalnya.
Jenis-jenis baja tulangan, yakni : baja polos, baja isteg, baja ulir, baja
ransome, baja silang bertordir. Beberapa diameter yang dipakai pada baja
tulangan, yakni : Ø 6mm, Ø 8mm, Ø 10mm, Ø 12mm, Ø 13mm, Ø 14mm,
5 Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang
Indonesia. 1971, N.I. – 2 . Bandung.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
54 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Ø 16mm, Ø 19mm, Ø 22mm, Ø 25mm, Ø 28mm, dan Ø 32mm. Panjang
baja tulangan ± 12 meter.
3.7.Beton Mixed
3.7.1. Pengertian
6Beton mixed merupakan beton yang komponen-komponen
penyusunnya telah siap untuk dicampur/ diaduk pada alat pengaduk.
Komponen-komponen penyusunnya (semen, agregat, dan pasir) ditakar
dengan komposisi tertentu, sehingga pengawasan terhadap mutu beton
menjadi sangat ketat
3.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Beton Ready
Mixed
7Penggunaan beton ready mixed mempunyai kekurangan dan
kelebihan tersendiri yang perlu diketahui dan diatasi. Beberapa alasan
dalam pemilihan beton ready mixed, yakni :
Perbandingan biaya antara beton dicampur dilapangan (site-
mixing) dengan beton ready mixed.
Minimnya tempat di lokasi untuk meletakkan alat pencampur di
lapangan dan tempat untuk menimbun agregat serta material
lainnya.
Pengecoran dalam jumlah yang besar juga membutuhkan fasilitas
produksi yang besar pula.
6 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
7 Idem
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
55 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.7.2.1. Instalasi Beton Ready Mixed
8Ada 2 jenis utama dari instalasi beton Ready Mixed, yaitu :
1. Instalasi Penakar Kering
Pada jenis instalasi ini bahan yang ditakar dimasukkan ke dalam
truk pencampur untuk dicampur dan diangkat ke lapangan. Air
ditambahkan ke dalam truk pencampur sewaktu masih di
instalasi, tetapi beberapa supplier beton menambah air ketika
truk telah tiba dilapangan.
2. Instalasi Penakar Basah
Pada jenis ini semua bahan ditakar dan dimasukkan langsung
kedalam alat pencampur (terdiri atas suatu pan mixer dengan
tenaga penggerak atau alat campur dengan pengaduk menerus).
Beton dicampur rata sebelum dimasukkan ke dalam kendaraan
lain untuk diangkut ke lapangan.
Instalasi ready mix memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap
kualitas beton, salah satu alasannya adalah karena petugas penakaran dapat
memeriksa beton sebelum dicurahkan ke dalam truk pencampur.
Truk pencampur merupakan alat campur yang dapat
membongkar isinya hingga jatuh bebas dan dipasang diatas chasis suatu
truk. Dimensi truck yakni : panjang 8m, lebar 2,5m dan tinggi 3,5m
dengan berat sekitar 24 Ton. Truck dengan tiga sumbu roda yang mampu
membawa muatan sebesar 5-6 m3 beton, merupakan truck yang paling
sering dipakai.
8 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
56 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.7.2.2.Syarat-Syarat untuk Beton Ready Mixed
9Adapun syarat-syarat beton ready mixed pada pelaksanaan proyek
pembangunan gedung, yakni :
1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang
dibuat dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik
mengenai persyaratan semen, agregat, air, maupun admixture,
testing beton, slump dan sebagainya,
2. Diisyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada
supplier Beton Ready Mix yang sudah terkenal stabilitas
mutunya., kontinuitas penyediaannya dan mempunyai/
mengambil material-material dari tempat tertentu yang tetap dan
bermutu baik,
3. Direksi/ Konsultan Pengawas akan menolak setiap Beton ready
Mix yang sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak
digunakan dalam pengecoran. Usaha-usaha yang menghaluskan/
menghancurkan Beton Ready Mix yang sudah mengeras atau
menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan,
4. Rekanan harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier Beton
Ready Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu, dan
kontinuitas pengedaan dan jumlah/ volume beton yang
digunakan,
5. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan,
walaupun disuplai oleh Perusahaan Beton Ready Mix, tetap
merupakan tanggung-jawab sepenuhnya dari Rekanan,
6. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu
terhitung sejak dituangkannya air ke campuran beton kedalam
truk ready mix di plant/ pabrik sampai selesainya beton ready
mix tersebut dituangkan dicor, tidak dapat digunakan atau
dengan perkataan lain akan ditolak. Segala akibat biaya yang
ditimbulkan menjadi beban dan resiko Rekanan.
9 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
57 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.7.3. Tahapan Dalam Pencampuran dan Uji Beton Mixed
10Adapun tahapan-tahapan dalam pembuatan/ Pencampuran beton uji, yakni :
a. Menyiapkan bahan-bahan pembentuk beton (semen, agregat, air)
untuk dilakukan pencampuran. Perbandingan campuran semen
diukur dengan menggunakan alat timbangan
b. Pelaksanaan pencampuran, mencampur bahan-bahan dasar
dengan menggunakan alat pengaduk (molen),
c. Melakukan pengujian dengan “Slump”.
Uji Slump
Tes Beton sebelum dilakukannya pengecoran baik untuk plat lantai, kolom,
balok dan plat tangga
1. Mobil molen masuk ke dalam site projek
2. Mengambil sample beton secukupnya dan dimasukkan kedalam gerobak
atau angkung
3. Mengecek kekentalan beton dan mencari nilai slam pada beton yang telah
dipesan dengan menggunakan kerucut abram, dan pengecekan angka slam
yang telah ditentukan oleh konsultan perencana dan kesepakatan antara
owner, pihak-pihak terkait lainnya. Projek Asrama haji ini memiliki spek
slam 12 ± 2 berarti angka slam berkisar antara 10 s/d 14, apabila tes beton
tidak memenuhi spek yang telah diminta yaitu 12 ± 2 atau melebihi angka
maka mobil dipulangkan dan diganti dengan mobil berikutnya, sebaliknya
apabila pengetesan beton OK maka mobil siap untuk melakukan
pengecoran pada bangunan blok 1 dan blok 2 (kode area projek) berapa
yang akan dilakukan pengecoran.
4. Sedikit Sample beton yang tadi sudah diambil dimasukkan ke dalam
kerucut abram ( point 3), sisa sample yang berlebihan dimasukkan
kedalam slynder beton sebagai benda uji untuk pengetesan di labor
10
Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
58 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
(Cleasing Test). Jumlah benda uji tergantung hitungan mobil yang masuk
pada hari itu, mulai dari star pengecoran dihitung mobil pertama dst.
5. Pengetesan beton di labor sesuai umru beton yang telah ditentukan yaitu 7,
14, 28 hari. Proyek Asrama Haji mengambil umur beton untuk diambil
pengetesan dilabor umur beton sudah mencapai 28 hari( 100 % beton siap
di tes).
6. Pengetesan dilakukan dengan mengetes kekuatan tekan pada beton, yaitu
dengan mengoreksi angka yang telah ditentukan, ternyata pengetesan OK
maka mutu beton bagus, sebaliknya jika tidak OK maka dilakukan
pembobokan beton pada area yang sudah ditentukan.
7. Sebelum dilakukannya pembobokan pada beton, langkah yang harus
dilakukan adalah beton diguring langsung di projek dengan membor area
yang bermasalah dengan berbentuk slynder dan langsung dilakukan tes
tekan, ternyata hasil pengetesan OK maka beton tidak ada masalah dan
dilakukan pengisian beton baru pada daerah yang dilakukan pengguringan,
tetapi sebaliknya jika ternyata hasilnya tidak OK langkah selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan hammer test pada area yang sama, yaitu
dilakukan penembakan pada beton dengan menggunakan alat hammer
bantuan compresor.
8. Setelah dilakukan pengetesan dengan hammer test maka yang harus
dikoreksi adalah hasil angka pengetesan yang telah ditentukan oleh projek,
Apabila pengetesan OK maka nbeton tidak ada maslah, sebaliknya jika
tidak OK langkah terakhir adalah pembobokan beton.
Hal ini bertujuan untuk mengukur tinggi penurunan aduk beton setelah
dilepas dari alat “slump” yang digunakan. Tinggi slump menunjukkan derajat
mampu dikerjakan dari aduk yang diukur. Slump yang tinggi menunjukkan,
bahwa aduk beton terlalu cair, dan sebaliknya. Campuran beton dengan nilai
slump rendah sesuai untuk digunakan pada pekerjaan dalam bidang yang luas
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
59 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
seperti pada plat lantai, sedangkan nilai slump yang sedang atau tinggi dapat
digunakan untuk pekerjaan dengan penampang yang sempit dan tulangan yang
rapat seperti pada balok dan kolom
d. Pembuatan dan persiapan benda uji.
e. Perawatan benda uji di dalam Laboratorium.
Setelah satu hari, cetakan dibuka dan benda uji direndam
selama 6 hari di dalam bak.
f. Pengujian mutu beton.
Hal ini ditujukan untuk mengetahui mutu kuat suatu beton,
sehingga sesuai dengan mutu beton yang diharapkan.
3.7 Pabrikasi Tulangan
11Pabrikasi tulangan adalah proses pembentukan besi menjadi tulangan
yang akan memperkuat beton. Besi yang dipakai dapat berbeda-beda jenis dan
ukurannya sesuai dengan besarnya beban yang akan diterima oleh beton.
Perlakuan terhadap besi baik berupa pembengkokan, pemotongan dan
penyambungan harus benar-benar diperhatikan. Kesalahan dalam perlakuan ini
akan menyebabkan kurangnya kekuatan struktur beton.
3.7.1 Pembengkokan Tulangan
Dalam pembengkokan tulangan harus diperhatikan beberapa hal sesuai
dengan ketetapan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.I.-2. 1971, yaitu
sebagai berikut :
1.Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara
yang merusak tulangan itu.
11
Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
1971, N.I. – 2 . Bandung.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
60 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2.Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan
kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan
sebelumnya.
3.Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di
dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak ( polos
atau diprofilkan ) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi
tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 °C.
6.Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pemanasan di
atas 100 °C yang bukan pada waktu di las, maka dalam perhitungan-
perhitungan sebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut
yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
7.Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila
diijinkan oleh perencana.
8.Batang tulangan yang dibengkokkan dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam
jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian
bengkokan
3.7.2 Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan
Pada pemotongan dan pembengkokan tulangan terdapat batasan batasan
yang masih dapat ditolerir, toleransi yang ditetapkan dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia .1971, N.I.–2, adalah sebagai berikut :
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
61 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi – toleransi
yang disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana,
pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-
toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan
terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan
dalam ayat 3 dan 4. Terhadap panjang total batang yang diserahkan
menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25
mm.
3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12
mm untuk jarak lebih dari 60 cm
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm.
a) Toleransi batang lurus atau batang antara bengkokan-bengkokan
b) Toleransi batang-batang yang dibengkok
1+ 50 mm – 25 mm untuk batang yang diserahkan
menurut ukuran
a ≤ 60 cm toleransi ± 6 mm
a > 60 cm toleransi ± 12 mm 1 ± 25 mm
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
62 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
c) Toleransi sengkang, lilitan spiral dan ikatan-ikatan
Gambar. 3.15. Toleransi Pemotongan dan pembengkokan tulangan
Sumber : Digambar ulang dari : Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, N.I.-2
3.7.3 Pemasangan Tulangan
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia .1971, N.I.–2,
pemasangan tulangan harus sesuai dengan peraturan yang telah disyaratkan,
yaitu :
1. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling dan
karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya
lekat.
2. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan
selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
a ≤ 60 cm toleransi ± 6 mm
a > 60 cm toleransi ± 12 mm
1 + 25 mm
12 + 25 mm
Ukuran Luar ± 6 mm
a
1 ± 25 mm
36.9857
12.9711
43.2663
43.3660
13.0434
24.6426
13.5017
26.2608
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
63 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal
penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling
sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-
penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap
m2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus
tersebar merata.
4. Pada plat-plat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus
ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang
atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja
oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu
dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan plat
yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang
berbatasan.
3.7.4 Toleransi pada Pemasangan Tulangan
Toleransi pada pemasangan tulangan berdasarkan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia.1971, N.I.–2, adalah, sebagai
berikut :
1. Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan
yang ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak
ditetapkan lain oleh perencana pada pemasangan tulangan
ditetapkan toleransi – toleransi seperti tercantum dalam ayat-
ayat berikut.
2. Terhadap kedudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil
ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau
kurang dan sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm.
3. Terhadap kedudukan bengkokan diarah memanjang ditetapkan
toleransi sebesar ± 50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
64 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4. Terhadap kedudukan bengkokan akhir dari batang ditetapkan
toleransi sebar ± 25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal
penutup beton di ujung batang memenuhi yang disyaratkan.
5. Terhadap kedudukan batang-batang tulangan plat dan dinding
ditetapkan toleransi di dalam bidang tulangan sebesar ± 50 mm.
6. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan
spiral dan ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ±
25 mm.
7. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncakan menembus
beton atau ditanam di dalam beton, maka tulangan tidak boleh
dipotong dan tidak boleh digeser ditempatnya lebih jauh dari
pada toleransi-toleransi yang ditentukan dalam ayat 2 s/d 6.
3.7.5 Pekerjaan Pembesian
Beton tidak mampu menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu
tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan
baik dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya
perkuatan penulangan yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya
tarik yang akan timbul (Dipohusodo, 1999). Untuk keperluan penulangan
tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan
dan baja tulangan yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran
ataupun kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang kawat baja yang
dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan. Wire mesh dipakai untuk
plat dan cangkang tipis atau struktur lain yang tidak mempunyai tempat
cukup bebas untuk pemasangan tulangan, jarak spasi dan selimut beton
sesuai dengan syarat pada umumnya (Dipohusodo, 1999). Bahan batang baja
rangkai yang dimaksud didapat dari hasil penarikan baja pada suhu dingin
dan dibentuk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau persegi empat,
dengan dilas pada semua titik pertemuannya.
Dalam hal pemasangan, perlu diperhatikan bahwa tulangan harus
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
65 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
dipasang pada letak yang benar serta didukung dengan baik untuk menjamin
bahwa tidak akan terjadi pergeseran ketika dilaksanakan pengecoran.
Pekerja yang telah terlatih dalam pemasangan tulangan mutlak diperlukan
bilamana pekerjaan hendak dilakukan secara efisien.
Selimut beton yang memadai terhadap tulangan sangat diperlukan
bilamana masalah yang timbul dari korosi sebagai konsekuensi yang harus
dihindari. Kealpaan didalam menyediakan selimut beton yang memadai
akan mengakibatkan korosi tulangan yang pada akhirnya akan
menyebabkan pecahnya beton pada suatu bangunan.
Menurut PBBI 1971 N.I.-2, adapun jenis tulangan yang digunakan
dalam pekerjaan struktur adalah sebagai berikut:
a. Baja Tulangan Polos (BJTP)
Baja tulangan polos adalah batang prismatik yang berpenampang bulat,
lonjong, segi empat dan lain-lain dengan permukaan yang rata dan licin.
b. Baja Tulangan Ulir (BJTD)
Baja tulangan ulir adalah batang prismatik berulir permukaannya diberi rusuk-
rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring dengan jarak tidak lebih dari 0,7
garis tengah tulangan.
3.7.6 Peralatan yang Digunakan dalam Proyek
Untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang cepat, tepat, efektif dan efisien
maka dalam pengerjaan sangat diperlukan peralatan yang tepat untuk digunakan
sesuai dengan fungsi dari alat masing-masing. Adapun peralatan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Vibrator (Alat Penggetar)
Vibrator merupakan suatu alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras dengan harapan dapat
menghilangkan rongga-rongga udara yang ada sehingga dapat dihasilkan
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
66 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
beton yang padat dan bermutu tinggi. Cara operasinya adalah dengan
memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke
dalam bekisting.
b. Bar Cutter (Alat Pemotong Tulangan)
Baja tulangan dipesan dengan ukuran panjang standar. Untuk keperluan
tulangan yang pendek, maka dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang
ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu gunting
tulangan yang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga
manusia.
c. Molen (Pengaduk Beton)
Dalam pelaksanaan pengadukan beton banyak digunakan mesin aduk atau
molen. Dengan adukan ini, adukan akan tercampur lebih merata dan lebih
sempurna. Selain adukan yang baik, kecepatan adukan lebih meningkat, dan
biaya aduk lebih murah dibandingkan dengan cara mengaduk dengan tenaga
manusia.
d. Theodolit
Theodolit merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan
dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak
miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan
elevasi galian timbunan. Cara operasinya adalah dengan mengatur nivo dan
unting-unting di bawah theodolit. Kemudian menetapkan salah satu titik
sebagai acuan.
e. Lift Barang
Lift barang digunakan untuk mengangkat material kayu dan besi besar dari
bawah ke atas.
f. Alat Pembengkok Tulangan
Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan seperti
pembengkokkan tulangan sengkang, pembengkokan untuk sambungan
tulangan kolom, juga pembengkokan tulangan balok dan plat.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
67 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
g. Gerobak Dorong
Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton dari tempat
pengadukan ke tempat pengecoran.
h. WaterTank
Digunakan untuk tempat penampungan air yang akan digunakan selama
proses pengerjaan.
i. Mesin Penyedot Air
Alat ini digunakan untuk menyedot air yang ada di dalam tanah maupun air
hujan yang masuk ke dalam acuan beton yang akan di cor.
j. Meteran
Alat ini terbuat dari baja yang sangat tipis, digunakan untuk mengukur
ketebalan, lebar, dan tinggi suatu pekerjaan.
k. Gergaji
Gergaji yang digunakan adalah gergaji pemotong dan gergaji pembelah kayu
dengan panjang dan ukuran yang ditentukan.
l. Stager
Stager merupakan perancah dari kayu yang digunakan untuk mendukung
acuan dan beban yang dipikul. Stager digunakan pada saat pengecoran
bekisting balok dan kolom.
m. Mistar Siku
Alat ini terbuat dari baja yang membentuk sudut 900 dilengkapi dengan garis
dalam ukuran mm, cm, dan inch. Alat ini digunakan untuk menyetel kesikuan
pada dinding acuan.
n. Selang Plastik
Selang ini digunakan untuk menyamakan suatu ketinggian dari suatu titik ke
titik yang lain.
o. Sendok Spesi
Alat ini digunakan untuk mengambil mortar dan meratakan permukaan beton
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
68 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
yang telah selesai dikerjakan.
3.8 Pekerjaan Beton
3.8.1 Persiapan
Sebelum dimulai pengecoran dilakukan beberapa tahapan persiapan.
Tahapan persiapan ini berdasarkan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia. 1971, N.I.– 2.
1. Sebelum pembuatan beton dimulai, semua alat pengaduk dan
pengangkut beton sudah harus bersih. Sebelum beton dicor,
semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan
pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan
beton harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-
cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan
dengan beton harus dibahasi dengan air sampai jenuh, sedangkan
tulangan harus terpasang baik. Bidang-bidang beton lama yang
akan berhubungan erat dengan beton baru, dan bila perlu juga
bidang-bidang akhir dari beton pada siar pelaksanan, harus cukup
dikasarkan dulu, kemudian bidang-bidang tersebut harus
dibersihkan dari segala kotoran dan benda-benda lepas, setelah
itu harus dibasahi dengan air sampai jenuh. Sesaat sebelum beton
yang baru akan dicor, bidang – bidang tadi harus disapu dengan
spesi mortel dengan susunan yang sama seperti yang terdapat di
dalam betonnya.
2. Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi
dengan beton, kecuali apabila menurut persetujuan Pengawas
Ahli hal itu tidak perlu dilakukan.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
69 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.8.2 Pengadukan
Tata cara pengadukan beton berdasarkan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2. :
1. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali mutu Bo,
harus dilakukan dengan mesin pengaduk. Mesin pengaduk untuk
membuat beton Kelas III harus diperlengkapi dengan alat-alat
yang dapat mengukur dengan tepat jumlah air pencampur yang
dimasukkan ke dalam drum pengaduk. Jenis mesin pengaduk dan
jenis timbangan-timbangan atau takaran-takaran semen dan
agregat harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Ahli
sebelum dapat dipakai.
2. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus
diawasi terus menerus oleh tenaga-tenaga pengawas yang ahli
dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran beton yang
baru. Besarnya slump dijadikan petunjuk apakah jumlah air
pencampur yang dimasukkan ke dalam drum pengaduk adalah
cukup tepat atau perlu dikoreksi dalam hubungannya dengan
factor air semen yang diinginkan.
3. Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas drum pengaduk,
banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari
agregat yang dipakai dan slump dari betonnya, akan tetapi pada
umumnya harus diambil paling sedikit 1,5 menit setelah semua
bahan-bahan dimasukkan ke dalam drum pengaduk. Setelah
selesai pengadukan adukan beton harus memperlihatkan susunan
dan warna yang merata.
4. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat
minimal, misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam
pemberian jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian
atau yang tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini
tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat
pelaksanaan.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
70 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.8.3 Pengangkutan
Tata cara pengangkutan beton berdasarkan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2. :
1. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat
dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
2. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak
terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton
yang sudah dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan
beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan
perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah
disetujui oleh Pengawas Ahli. Dalam hal ini, Pengawas Ahli
mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini,
setelah mempelajari usul dari pelaksanamengenai konstruksi,
kemiringan dan panjang talang itu.
3. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1
jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini
harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang
panjang. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam,
apabila adukan beton digerakkan kontinu secara mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka
harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa
bahan pembantu.
3.8.4 Pengecoran dan Pemadatan
Cara pengecoran dan pemadatan beton berdasarkan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2. :
1. Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir
untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat
pemindahanadukan di dalam cetakan.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
71 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa
berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan.
3. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-
sarang kerikil, adukan beton harus dipadatkan selama
pengecoran. Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk-
numbuk adukan atau dengan memukul-mukul cetakan, tetapi
dianjurkan untuk senantiasa menggunakan alat-alat pemadat
mekanis ( alat penggetar). Pada pembuatan beton Kelas III
penggunaan alat-alat penggetar ini adalah diwajibkan.
4. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat-alat penggetar
juga harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam
adukan kira-kira vertikal , tetapi dalam kondisi khusus boleh
miring sampai 45 o.
b. Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan kea rah
horizontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan
bahan-bahan.
c. Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian
beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak
boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari
beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar
tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak
terlepas dari beton dan getaran-getaran tidak merambat ke
bagian-bagian lain dimana beton sudah mengeras.
d. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang
jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 – 50
cm. Berhubungan dengan itu, maka pengecoran bagian-
bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis
demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan
baik.
e. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan
mulai nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
72 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
memisahkan diri dari agregat), yang pada umumnya tercapai
setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum ini tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi
penuh lagi dengan adukan.
f. Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa
hingga daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.
3.9 Jenis Pekerjaan Struktur
3.9.1 Pekerjaan Bekisting (Form Work)
Bekisting (form work) diperlukan untuk membuat beton dengan
ukuran, bentuk, letak yang tepat, serta OPdengan kualitas permukaan yang
dikehendaki. Bekisting ini berfungsi mendukung beban dari campuran beton
sampai beban tersebut bisa didukung oleh struktur beton itu sendiri (Antoni,
2007). Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
bekisting yaitu:
a. Bekisting harus kaku
Karena bekisting menahan beban yang besar berupa tekanan dan getaran
pada saat pengecoran maka bekisting harus kaku.
b. Bekisting harus kuat
Bekisting harus mampu menahan keseluruhan beban beton sebelum mencapai
umur rencana, beban para pekerja, berat sendiri dan berat alat.
c. Bekisting harus kedap air
Pada saat pengecoran, jika bekisting tidak kedap air maka akan menyebabkan
adanya penyerapan faktor air semen yang ada pada beton segar sehingga akan
menyebabkan adanya pengurangan faktor air semen.
d. Bekisting harus bersih
Untuk dapat menghasilkan mutu beton yang baik maka bekisting harus
dibersihkan dari sampah atau kotoran yang dapat mengurangi mutu beton.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
73 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
e. Bekisting harus mudah dibongkar
Bekisting harus mudah dibongkar setelah beton mencapai umur, sehingga
tidak merusak mutu beton yang telah terbentuk.
Untuk beton yang sudah mengeras dan dapat menahan beban sendiri serta
berat di atasnya, maka bekisting dapat dibongkar dengan mengikuti
persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu:
a. Persyaratan Konstruksi
Persyaratan konstruksi yaitu pada saat pembongkaran bekisting, momen yang
terjadi harus sama dengan momen yang direncanakan, pada plat lantai
pembongkaran perancah dimulai dari tengah.
b. Persyaratan Waktu
Adapun persyaratan waktu yang telah ditetapkan untuk pembongkaran
bekisting, ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Periode minimum bekisting sebelum pembongkaran
Jenis Bekisting Periode minimum sebelum
bekisting di bongkar
Bekisting vertikal untuk kolom, dinding
dan balok-balok besar 24 jam
Dasar pada bekisting plat dengan
penumpu ditinggalkan 3 hari
Dasar pada bekisting untuk balok dengan 3 hari
Sumber : Doc. Pribadi
Bekisting plat lantai
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
74 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
penumpu ditinggalkan
Penumpu pada plat 10 hari
Penumpu pada balok 14 hari
Penumpu pada balok dan plat kantilever 17 hari
(Sumber : R.M. Yati, 2006 )
3.9.2 Steger Kerja/ Tiang Perancah
12Dimaksudkan untuk memberikan sebuah tempat berjalan
yang aman kepada para pekerja untuk mengangkut material. Steger
kerja yang dipakai, yaitu steger besi/ scaffolding. Digunakan sebagai
penopang bagi pengecoran plat lantai 1, 2, 3 dan plat atap.
Scaffolding yang dipakai memiliki lebar 1m dan tinggi 3m.
Pemasangan
- Scaffolding terdiri dari dua buah rangka bidang dan sebuah skoor
silang untuk setiap bidangnya.
- Dua buah bidang ditegakkan pada permukaan/ alas secara
vertikal dan sejajar dengan bidang yang lain, kemudian dipasang
skoor besi pada sisi/ bidang lainnya. Sisi/ bidang lainnya yang
dimaksud, yakni bidang yang terbentuk dari pinggir-pinggir
rangka bidang yang sejajar tersebut.
- Untuk pemasangan rangka-rangka bidang scaffolding lainnya,
yakni dengan penyusunan secara sejajar dengan rangka bidang
tang telah terbentuk, kemudian di skoor.
- Pada bagian atas scaffolding terdapat baut-baut pengatur
ketinggian. Baut-baut pengatur ketinggian tersebut disesuaikan
dengan ketinggian perletakan gelagar-gelagar cetakan plat lantai
terhadap alas/ permukaan lantai dibawahnya.
12
Idem.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
75 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.9.3 Mal/ Cetakan Beton
13Sebagai tempat / cetakan bagi beton yang akan dicor ke dalam bekisting.
Peruntukan mal/ cetakan beton, yakni untuk pengecoran kolom, balok dan plat
lantai. Bahan yang dipakai untuk mal/ cetakan beton, yakni multiplek 9mm dan
12mm sebagai cetakannya dan balok kayu 6/7 sebagai penopang/ skoor.
3.9.4 Persyaratan
14Yang menjadi acuan/ persyaratan dalam penggunaan maupun pekerjaan
bekisting pada pelaksanaan proyek tersebut, yakni :
a. Bekisting harus mampu menahan beban-beban sementara
maupun tetap sesuai dengan jalannya pengecoran beton,
b. Susunan diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan
melakukan inspeksi dengan mudah oleh pihak Konsultan
Pengawas dan tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton,
c. Cetakan/ mal beton harus bersih dari segala kotoran, seperti
potongan-potongan kayu, potongan-potongan kawat, paku, tanah
dan sebagainya,
d. Dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran, kerataan/
kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi.
e. Pada prinsipnya semua penunjang bekisting harus menggunakan
steger besi (scaffolding). Penggunaan dolken atau balok kayu
untuk steger dapat dipertimbangkan oleh Direksi / Konsultan
Pengawas selama masih memenuhi syarat.
f. Setelah pekerjaan diatas selesai, Rekanan harus meminta
persetujuan dari Direksi/ Konsultan Pengawas dan minimum 3
(tiga) hari sebelum pengecoran Rekanan harus mengajukan
permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada Direksi /
Konsultan Pengawas.
13
F. Wigbout.Pedoman Tentang Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga: Jakarta. 1992. 14
F. Wigbout.Pedoman Tentang Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga: Jakarta. 1992.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
76 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
3.9.5 Pekerjaan Penyangga
Bekisting dapat runtuh akibat pemasangan penyangga yang salah
atau memakai penyangga yang tidak memenuhi syarat. Selain berat sendiri
dari beton yang masih basah, perlu diperhitungkan juga beban pelaksanaan.
Dalam pembuatan penyangga perlu diberikan ikatan lateral (bracing) yang
cukup untuk mencegah faktor tekuk (Antoni, 2007). Penyangga dapat
berupa kayu maupun baja. Untuk kayu dapat berupa kayu bulat dan kayu
usuk dari bermacam-macam jenis kayu. Umumnya tidak digunakan bambu
meskipun lebih murah, karena terlalu lentur. Penyangga dari baja umumnya
standar, dapat dibeli atau disewa. Kapasitas penyangga akan berkurang bila
tidak tegak atau bila bebannya tidak sentris.
Pada dasar penyangga perlu ada pijakan yang kokoh dan diberi
papan untuk berpijak. Penyebab kegagalan yang utama adalah bracing yang
tidak memenuhi syarat, adanya getaran, atau tanah dasar yang tidak stabil.
Bahaya lainnya adalah penurunan. Syarat dari penyangga yaitu:
a. Kuat
b. Ekonomis
c. Kualitas permukaan
3.9.6 Metoda pelaksanaan pemasangan Bakesting
a. Langkah pengerjaan bakesting untuk plat lantai :
1. Pemasangan skapolding atau steger yang kedudukannya pada tumpuan
lantai.
2. Pemasangan balok horizontal dan vertikal yang terbuat dari kayu dan plat
alumunium.
3. Pemasangan triplek pada bagian atas balok horizontal dan vertikal.
4. Pengerjaan pembesian pada plat lantai
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
77 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
5. Pelevelan bakesting dengan menggunakan alat level sipil engineer dengan
posisi penembakan dari bagian bawah bakesting yang bertujuan untuk
menyamakan dengan ketinggian lantai yang sebenarnya.
b. Langkah pengerjaan bakesting untuk balok :
1. Pemasangan skapolding atau steger yang kedudukannya pada tumpuan
lantai.
2. Pemasangan balok horizontal dan vertikal yang terbuat dari kayu dan plat
alumunium.
3. Pemasangan triplek pada bagian atas balok horizontal dan vertikal.
4. Pengerjaan pembesian pada kolom.
5. Pemasangan triplek disamping kiri dan kanan
6. Pemasangan skor penguat untuk triplek sebelah kiri dan kanan
7. Pavelan bakesting dengan menggunakan alat level sipil engineer dengan
posisi penembakan dari bagian bawah bakesting.
c. Langkah pengerjaan bakesting kolom :
1. Perakitan bakesting terlebih dahulu sebelum dimasukkan pada kolom.
2. Pengerjaan kayu peri pada bakesting yang difungsikan sebagai tumpuan
triplek.
3. Setelah pekerjaan bakesting selesai untuk langkah selanjutnya apitkan
bakesting pada kolom yang akan dicor satu per satu dengan menggunakan
alat TC.
4. Pekerjaan pelevevan dengan alat level untuk mengecek lurus atau tidaknya
pemasangan antara bakesting A dan bakesting B.
5. Penyetelan unting-unting disisi kiri dan kanan bakesting dengan fungsi
untuk mengetahui tegak lurusnya kolom dengan posisi 90˚.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
78 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
6. Pembersihan sampah didalam kolom dengan menggunakan compressor
udara.
7. Kolom siap dicor
Dalam buku Teknologi Beton, beton memiliki kekurangan dan kelebihan
sebagai berikut :
KELEBIHAN BETON KEKURANGAN BETON
Dapat dibentuk dengan mudah sesuai
dengan kebutuhan konstruksi
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan
ketelitian yang tinggi
Mampu memikul beban yang berat Bentuk yang telah di buat sulit di ubah
Tahan terhadap temperatur yang tinggi Berat
Biaya pemeliharaan yang kecil Daya pantul suara yang besar
Nilai kuat tekan beton tidak berbanding lurus dengan kuat tarik nya.
Dalam perkiraan kasar, nilai kuat tarik sekitar 9% - 15% kuat tekannya.
Beton dapat dicampur dengan bahan lain seperti composite atau bahan lain
sesuai dengan prilaku yang akan diberikan terhadap beton tersebut, misal beton
pra-tegang (pre-stressing), dan beton pra-cetak (pre-cast).
Bahan Pembentuk Beton Bertulang
Sebagai material komposit, sifat beton sangat bergantung pada sifat unsur
masing – masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan
semen, yaitu pasta semen, mortar, dan beton. Ketiga sistem tersebut dapat pula
dipandang sebagai model komposit dengan 2 fase, yaitu fase matriks dan fase
terurai. Kadang kala beton masih ditambah lagi dengan bahan kimia pembantu
Tabel 3.3. Kekurangan dan Kelebihan Beton
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
79 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
(admixture) untuk mengubah sifat – sifatnya ketika masih berupa beton segar
(fresh concrete) atau beton keras.
Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil. Oleh
karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan
baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja
menjadi beton bertulang (reinforcd concrete) dan jika di tambah lagi dengan baja
p a-tekan menjadi baja pra-tekan (prestressed concrete).
Pada beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan
mortar. Demikian pula halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh
mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton, meskpun
jumlahnya hanya 7% - 15% dari campuran beton dengan jmlah semen yang
sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan dengan
jumlah semen yang banyak (sampai 15%) disebut beton gemuk (rich concrete).
Pada pembangunan biasanya digunakan kualitas – kualitas beton berikut :
K 100 s/d K 150 Dasarnya setebal 5cm untuk pondasi beton bertulang atau
untuk tegel, dsb.
K 150 s/d K 200 Pondasi Beton
K 200 s/d K 225 Dinding Beton yang tidak bertulang dan lantai beton yang tidak
bertulang
K 250 s/d K 300 Dinding dan bloteng beton bertulang
K 300 s/d K 250 Dinding bertulang untuk jembatan dan sebagainya
K 400 Beton pra-tekan
Angka K menentukan campuran semen dalam kg/m³ beton, misalnya K 200
berarti 200 kg semen Portland untuk 1 m³ beton jadi.
Sifat – Sifat beton dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
Tabel 3.4. Kualitas Beton
Sumber : Ilmu Konstruksi Bangunan 1, Kanisius, 1980
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
80 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Kualitas semen : untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat
dipakai jenis – jenis semen yang memenuhi ketentuan – ketentuan dan
syarat – syarat yang telah ditentukan
Dengan kenaikan angka K maka tegangan yang diperbolehkan atas
ketahan anterhadap air meningkat
Perbandingan campuran semen dan air
Agregat campuran halus dan kasar
Cara mencampur komponen
Agregat kasar (kerikil atau pecahan batu)
Cara pengecoran
Ketelitian pekerjaan perawatan
Umur beton
Suhu waktu mencampur dan waktu proses pengerasan beton
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
81 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1. Persiapan Pekerjaan
Pekerjaan kolom meliputi persiapan dan pelaksanaan pekerjaan kolom
bertulang. Tahap persiapan pada pekerjaan beton bertulang ini terbagi menjadi
beberapa pekerjaan awal, antara lain :
a. Perakitan Bekisting
b. Pekerjaan Pembesian Kolom
c. Pencampuran Beton
Pada persiapan pekerjaan kolom beton bertulang, pekerjaan meliputi perakitan
besi/ penulangan, bekisting, dan pencampuran beton dilakukan di tempat di mana
pekerjaan beton bertulang dilaksanakan.
4.1.1. Perakitan Bekisting
Material yang dipakai dalam pembuatan mal/ cetakan beton pada kolom diuraikan
sebagai berikut :
Alat Keterangan
Papan Kayu Racuk
Sebagai media utama bekisting
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
82 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Paku
Untuk merekatkan satu bagian ke
bagian lain
Gergaji
Untuk memotong kayu ataupun
bekisting lain yang sudah pernah
di gunakan untuk dapat di
gunakan lagi
Klem Pengikat
Digunakan untuk mengikat
bekisting agar tidak bocor saat
sedang dilakukan pengecoran.
Palu
Untuk memaku bagian per bagian
dari bekisting
Skoor
Sebagai penahan bekisting saat
pengecoran berlangsung agar
posisi bekisting tidak berubah,
sehingga bentukan kolom yang di
hasilkan menjadi baik
Tabel 4.1. Alat Perakitan Bekisting
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
83 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4.1.2. Pekerjaan Pembesian Kolom
Pekerjaan pembesian meliputi pengadaan, pembengkokan, dan
pemasangan tulangan. Dalam pembangunan Proyek Pembangunan Gedung
Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas
Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera
Bagian Tengah proses pembesiannya adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan Barang
Adapun besi yang di pakai pada pembangunan Proyek Pembangunan Gedung
Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas
Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera
Bagian Tengah adalah sebagai berikut :
Bahan Keterangan
Besi Baja Ulir Ø 13 mm
Besi yang digunakan antara lain Besi Baja Ulir Ø
13 mm
Sengkang Ø 8 mm Sengkang Ø 8 mm untuk sengkang
Dengan melihat nomor Ø besi yang
tertera di besi kita bisa mengetahui
diameter besi yang akan dipakai.
Gambar 4.1. Nomor Ø besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tabel 4.2.. Tulangan Kolom
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
84 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2. Pemotongan dan Pembengkokan Besi
Alat – alat yang digunakan pada proses pembengkokan besi di Proyek
Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba
Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian
Selatan dan Sumatera Bagian Tengah adalah :
Alat Keterangan
Meteran
Untuk mengukur panjang material/ besi
yang di butuhkan
Gunting besi
Untuk memotong besi secara manual
Pembengkok besi/ statu
Untuk membengkokan besi
Tabel 4.3. Alat Pembengkok dan pemotong tulangan
kolom
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
85 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4.1.3. Pemotongan Besi
Pemotongan besi dilakukan dengan menggunakan gunting besi. Pada
umumnya besi yang di potong kemudian akan di bengkokkan ujungnya
menggunakan alat yang disebut statu/ pembengkok besi.
4.1.4. Pembengkokan besi
Pembengkokkan besi menggunakan alat yang disebut statu. Besi yang
menyusun kolom terdiri dari tulangan utama dan tulangan sengkang. Pada ujung
besi tersebut dibengkokan 90ᵒ yang bertujuan tempat penyatuan antara balok dan
kolom. Pada tulangan sengkang besi polos dibentuk menjadi segi empat sesuai
ukuran. Tulangan sengkang biasanya disebut begel atau cincin.
Gambar 4.2. Pemotongan besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.3. Pembengkokan besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
86 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4.1.5. Pengecoran Beton
Alat – alat dan bahan – bahan yang digunakan :
Material Keterangan
Adonan Ready Mix
Adonan beton yang telah jadi
tinggal pakai
Vibrator
Untuk membantu pemadatan saat
pengecoran
4.2. PEKERJAAN KOLOM
4.2.1. Pelaksanan Pembesian Kolom
Proses pembesian kolom pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun
Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.
Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah
dilakukan di lokasi proyek, sehingga memudahkan proses pengangkatan. Tahapan
– tahapan pembesian kolom sebagai berikut :
Tabel 4.4. Alat dan Bahan Pengecoran
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
87 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Mempersiapkan alat dan material yang diperlukan dalam proses
penulangan antara lain : tulangan baja, kawat, gunting baja, dan alat
pembengkok tulangan/ statu
Meluruskan baja ulir ukuran Ø 13mm yang terlipat, sekaligus melakukan
pemotongan pada baja dan kawat sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Baja ini kemudian di gunakan sebagai tulangan utama kolom
Meluruskan baja polos ukuran Ø 8mm yang terlipat, sekaligus melakukan
pemotongan pada baja dan kawat sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Baja ini kemudian di gunakan sebagai sengkang
4.2.2. Perakitan Kolom
Besi ulir diluruskan dengan menggunakan kunci besi atau papan yang di
beri paku, kemudian menggunakan kunci untuk menarik batang U menjadi
lurus.
Besi stek atau besi sisa disatukan dengan baja ulir ukuran Ø 13mm dan
diikat menggunakan kawat.
Membuat rangkaian pembesian cincin kolom dengan menggunakan besi 8
dan di ikat dengan kawat dan tang.
Gambar 4.4. Proses Pelurusan Besi
Sumer : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
88 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4.2.3. Pekerjaan Bekisting Kolom
Dalam pekerjaan bekisting, ada beberapa bagian penting, yaitu :
Mall : Papan kayu racuk
Skoor : Balok Kayu 2/3 m
Klem pengikat : Balok kayu ukuran ½ m
Ukuran bekisting : B + 2cm x B ; B = ukuran
kolom
Bekisting kemudian dipotong dengan gergaji
Setelah mendapat ukuran yang diinginkan, bekisting kemudian di paku
dengan kayu hingga terbentuk beksting yang baru sesuai dengan ukuran
Kayu di ukur sesuai dengan ukuran kolom
Bekisting di pasang di tulangan kolom, sehingga membentuk selimut
kolom
Bekisting kemudian di paku satu sama lain, dan di beri klem pengikat.
Setelah klem pengikat di pasang, di beri skoor agar bekisting tidak mudah
goyang atau berubah posisi.
Gambar 4.5. Tulangan yang sudah di pasang cincin
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
89 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Kemudian bekisting di ukur kelurusannya dengan menggunakan batu bata
yang dipasang kawat.
Lalu jarak bekisting dengan kawat yang telah diikat dibatu bata tadi diukur
dengan jarak 25cm dari atas dan bawah kolom supaya tegak lurus dengan
lantai.
Setelah tegak lurus dengan lantai bekisting siap di cor.
4.2.4. Pekerjaan Pengecoran Kolom
Setelah proses pembuatan bekisting kolom selesai. Langkah selanjutnya yaitu
pengecoran. Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali
Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS
Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah menggunakan ready
mix.
Gambar 4.6. Bekisting siap di cor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Skoor
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
90 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Adonan ready mix langsung dari mobil ready mix dimasukkan dalam mall.
Bekisting kolom dilepas ± 2 hari setelah pengecoran dan beton kolom
sudah mengeras.
Gambar 4.7. Pengecoran Kolom
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.8. Kolom mengeras
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
91 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4.3. PEKERJAAN BALOK
4.3.1. Persiapan Pekerjaan
Pekerjaan balok meliputi persiapan dan pelaksanaan yang sama dengan
pekerjaan kolom bertulang. Tahap persiapan pada pekerjaan beton bertulang ini
terbagi menjadi beberapa pekerjaan awal, antara lain :
a. Perakitan Bekisting
b. Pekerjaan Pembesian Balok
c. Pencampuran Beton
Pada persiapan pekerjaan balok beton bertulang, pekerjaan meliputi perakitan
besi/ penulangan, bekisting, dan pencampuran beton dilakukan di tempat di mana
pekerjaan beton bertulang dilaksanakan.
4.3.2. Perakitan Bekisting
Material yang dipakai dalam pembuatan mal/ cetakan beton pada balok diuraikan
sebagai berikut :
Alat Keterangan
Papan Kayu Racuk
Sebagai media utama bekisting
Paku
Untuk merekatkan satu bagian ke bagian
lain
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
92 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Gergaji
Untuk memotong kayu ataupun
bekisting lain yang sudah pernah di
gunakan untuk dapat di gunakan lagi
Palu
Untuk memaku bagian per bagian dari
bekisting
4.3.3. Pekerjaan Pembesian Balok
Pekerjaan pembesian meliputi pengadaan, pembengkokan, dan
pemasangan tulangan. Dalam pembangunan Proyek Pembangunan Gedung
Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas
Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera
Bagian Tengah proses pembesiannya adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan Barang
Adapun besi yang di pakai pada pembangunan Proyek Pembangunan Gedung
Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas
Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera
Bagian Tengah adalah sebagai berikut :
Bahan Keterangan
Besi Baja Ulir Ø 19 mm
Besi yang digunakan antara lain Besi Baja Ulir Ø
19 mm
Sengkang Ø 10mm Sengkang Ø 10 mm untuk sengkang
Tabel 4.5. Alat Perakitan Bekisting
Tabel 4.6. Tulangan Kolom
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
93 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
2. Pemotongan dan Pembengkokan Besi
Alat – alat yang digunakan pada proses pembengkokan besi di Proyek
Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba
Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian
Selatan dan Sumatera Bagian Tengah adalah :
Alat Keterangan
Meteran
Untuk mengukur panjang material/ besi
yang di butuhkan
Gunting besi
Untuk memotong besi secara manual
Pembengkok besi/ statu
Untuk membengkokan besi
Tabel 4.7. Alat Pembengkok dan pemotong tulangan
kolom
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
94 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4.3.5. Pemotongan Besi
Pemotongan besi dilakukan dengan menggunakan gerinda. Pada umumnya
besi yang di potong kemudian akan di bengkokkan ujungnya menggunakan alat
yang disebut statu/ pembengkok besi.
4.3.6. Pembengkokan besi
Pembengkokkan besi menggunakan alat yang disebut statu. Besi yang
menyusun balok terdiri dari tulangan utama dan tulangan sengkang. Pada ujung
besi tersebut dibengkokan 90ᵒ yang bertujuan tempat penyatuan antara balok dan
kolom. Pada tulangan sengkang besi polos dibentuk menjadi segi empat sesuai
ukuran. Tulangan sengkang biasanya disebut begel atau cincin.
Gambar 4.2. Pemotongan besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.3. Pembengkokan besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
95 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4.3.7. Pengecoran Beton
Alat – alat dan bahan – bahan yang digunakan :
Material Keterangan
Adonan Ready Mix
Adonan beton yang telah jadi
tinggal pakai
Vibrator
Untuk membantu pemadatan saat
pengecoran
4.4. Pekerjaan Bekisting Balok
Dalam pekerjaan bekisting, ada beberapa bagian penting, yaitu :
Mall : Papan kayu racuk ukuran 72 x 30 cm
Balok induk berukuran 70 x 30 cm
Kayu dan plywood di ukur sesuai dengan ukuran balok
Gelam dipersiapkan untuh menahan beban dari bekisting balok, sehingga
bekisting dapat dirakit satu sama lain
Proses perakitan balok sama dengan perakitan kolom. Berikut tahaapan dalam
perakitan balok.
Tabel 4.8. Alat dan Bahan Pengecoran
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
96 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Tulangan utama menggunakan besi Ø 19mm. Besi terlebih dahulu
dipotong dengan panjang yang telah ditentukan, kemudian pada ujung besi
dibengkokkan 90ᵒ yang bertujuan tempat enyatuan antara balok dan
kolom.
Sengkang dibuat dari besi polos berukuran Ø 10mm. Besi di bentuk
persegi dengan menggunakan statu. Sengkang di buat persegi.
Tulangan utama berupa besi ulir Ø 19mm dipasang secara horizontal, dan
disambungkan dengan besi ulir atau tulangan sambungan yang telah di
persiapkan pada kolom. Tulangan sambungan kemudian disambungkan
dengan tulangan utama dengan cara diikat dengan kawat
Besi ulir di tahan menggunakan balok kayu diatas bekisting balok. Hal ini
ditujukan agar mempermudah perakitan pembesian atau tulangan balok.
Setelah tulangan utama disusun horizontal maka di masukkan cincin/begel
yang akan disusun dengan jarak 12cm antar cincin/begel, pengukuran
dilakukan dengan cara ditandai dengan kapur, setelah itu tulangan
sengkang dan tulangan utama dirakit dengan cara disambungkan dengan
menggunakan kawat, dimana kawat pengikatnya dibentuk simpul.
Cincin dipasang pada tulangan.
Setelah cincin diikat ke tulangan balok dengan menggunakan kawat
dengan metode simpul ikat.
Dan balok siap diturunkan di bekisting.
Gambar 4.7. Bekisting siap di cor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
97 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
4.4.1. Pekerjaan Pengecoran Balok
Setelah proses pembuatan bekisting balok selesai. Langkah selanjutnya yaitu
pengecoran. Pengecoran balok dilakukan bersamaan dengan pengecoran plat
lantai.
4.5. PEKERJAAN PLAT LANTAI
4.5.1. Pelaksanaan Pekerjaan Plat Lantai
Proses pembesian plat lantai pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun
Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.
Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah
dilakukan dengan tahap berikut :
Mempersiapkan alat dan material yang diperlukan dalam proses
penulangan antara lain : tulangan baja, gunting kawat, gunting baja, kawat,
alat pembengkok tulangan/ statu.
Meluruskan baja ukuran Ø 8mm yang terlipat, sekaligus melakukan
pemotongan pada baja. Baja ini kemudian digunakan sebagai tulangan
utama opada plat lantai.
4.5.2. Pekerjaan Bekisting Plat Lantai
Pekerjaan bekisting plat lantai dilakukan bersamaan dengan bekisting balok.
Adapun material yang digunakan dalam pembuatan bekisting plat lantai sebagai
berikut :
Plywood 12 mm
Rangka pengaku : balok kayu
Kayu gelam
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
98 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Tahapan pekerjaan bekisting plat lantai adalah sebagai berikut :
Pengukuran kayu dan plywood sesuai dengan ukuran.
Plywood dan kayu dipotong sesuai dengan kebutuhan menggunakan
gergaji.
Gelam disiapkan dan di paku pada kolom lantai memenuhi lantai
sebelumnya.
Setelah kuda – kuda dipastikan kuat, bekisting balok di persiapkan.
Bekisting balok dan plat lantai dikerjakan secara bersama – sama.
Setelah bekisting siap, papan disusun memenuhi jarak antar bekisting
balok. Papan disusun di atas gelam agar dapat menahan plywood yang
biasa disebut suri - suri atau rangka pengaku, lalu kayu dan plywood
disambung dengan menggunakan paku.
Plywood kemudian di lintangkan di atas suri – suri atau papan yang telah
di persiapkan sebagai kuda – kuda plat lantai.
4.5.3. Pekerjaan Tulangan Plat Lantai
Jenis tulangan yang digunakan pada lantai adalah besi polos yang di rangkai
dua lapis, yaitu tulangan atas dan tulangan bawah. Tulangan atas ada plat lantai
merupakan tulangan yang menerima gaya tarik sedangkan tulangan bawah
merupakan tulangan yang menerima gaya tekan.
Gambar 4.9. Perakitan Bekisting Plat Lantai
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
99 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Tulangan polos yang digunakan pada plat lantai adalah besi Ø 8mm. Jarak
renggang tulangan adalah 20 cm.
Tulangan cakar ayam berfungsi sebagai pengaku/ jarak penahan antara
tulangan atas dan tulangan bawah. Dimana tinggi cakar ayam tersebut adalah 7cm.
Tebal plat lantai yang dikehendaki adalah 12cm.
Tahapan pelaksanaan pembesian plat lantai sebagai berikut :
Besi polos Ø 8mm dipotong sesuai dengan panjang yang telah ditentukan.
Besi polos di susun secara berjajar. Besi polos dibengkkokan terlebih
dahulu ujung ujungnya.
Besi polos disusun secara melintang, kemdian di ikat dengan besi yang
telah disusun memanjang. Sehingga terbentuk persegi – persegi kecil yang
berukuran 20 cm, kemudian pertemuan antar besi di buat simpul dengan
menggunakan kawat.
Pada ujung – ujung tulangan pada bagian tepi plat lantai di ikat pada
tulangan balok dengan menggunakan kawat ikat/bendrad. Sebelumnya
juga dibuat bengkokan/ kromo pada ujung – ujung tulangan, yang akan
menjadi tepi plat lantai. Hal ini dilakukan selain untuk kerapian juga untuk
menciptakan ketebalan tertentu pada plat lantai.
Setelah lapisan bawah selesai, tulangan besi dirakit kembali dengan cara
serupa, namun di letakkan bergantian dengan lapisan tulang besi di
bawahnya.
Gambar 4.10. Lapisan bawah tulangan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
100 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Setelah lapisan kedua selesai, kedua lapisan tulangan dipisahkan dengan
cakar ayam dan pada bekisting diberikan batu koral saat akan dilakukan
pengecoran.
4.5.4. Pengecoran Plat Lantai
Pengecoran balok dan plat lantai dilakukan secara bersamaan. Hal yang
menjadi perhatian dalam pekerjaan pengecoran adalah lama pengecoran,
banyaknya tenaga kerja, dan alat angkut serta luasan bidang yang akan di cor.
Tahapan pengecoran balok dan plat lantai adalah sebagai berikut :
Pembersihan plat lantai dan bekisting dari sampah dan kawat – kawat.
Pengecoran dengan mobil ready mix.
Gambar 4.12. Tulangan Plat Lantai siap cor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.11. Cakar Ayam pada tulangan plat lantai
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.13. Proses Pengecoran Ready mix
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Cakar Ayam
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
101 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proses pengecoran juga menggunakan vibrator untuk meratakan adukan
coran beton.
Proses perataan Coran
Gambar 4.14. Penggunaan Mesin Vibrator
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.15. Perataan Coran
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
102 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
BAB V
PENUTUP
5.1. Pekerjaan Kolom
Pekerjaan kolom meliputi :
1. Pekerjaan Pembesian Kolom
2. Pekerjaan Bekisting Kolom
3. Pekerjaan Pengecoran
5.1.1. Analisia Pekerjaan Pembesian Kolom
N
O.
ANALISA
TEORI LAPANGAN KETERANGAN
1. Marking sepatu kolom sebagai
batas bekisting kolom
(BAB 3, HAL. 31)
Ada marking bekisting. Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
2. Pasang sepatu kolom pada stek
tulangan utama atau tulangan
sengkang.
(BAB 3, HAL. 31)
Ada sepatu kolom Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
3. Buat rangkaian kolom dan
sengkang
(BAB 3, HAL. 31)
Rangkaian kolom dan
sengkang dibuat
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
4. Pengkaitan antara stek kolom
dan besi kolom.
(BAB 3, HAL. 31)
Pengkaitan antara stek
kolom dan besi kolom.
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
5. Pasang sengkang pada
tulangan kolom
(BAB 3, HAL. 31)
Pasang sengkang pada
tulangan kolom.
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
103 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
6. Besi siap di pasang bekisting.
(BAB 3, HAL. 31)
Besi siap di pasang
bekisting.
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Kolom :
Semua proses pekerjaan pembesian kolom di lapangan sesuai dengan
teori.
5.1.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Kolom
N
O.
ANALISA
TEORI LAPANGAN KETERANGAN
1. Pasangan badan bekisting
kolom sesuai dengan marking
sepatu kolom yang sudah ada.
(BAB 3, HAL. 31)
Pemasangan marking hanya
menggunakan spidol/ kapur.
Pemasangan marking hanya
menggunakan spidol/ kapur.
2. Pemasangan kepala dan badan
bekisting kolom.
(BAB 3, HAL. 31)
Ada kepala kolom Ada kepala kolom
3. Bekisting di paku satu sama
lain dan di beri klem.
(BAB 3, HAL. 31)
Bekisting di paku satu sama
lain dan di beri klem.
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
4. Bekisting di pasangi skoor agar
tidak berubah posisi.
(BAB 3, HAL. 31)
Bekisting di pasangi skoor
agar tidak berubah posisi.
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
5. Bekisting diteliti kelurusannya
dengan teodolith.
(BAB 3, HAL. 32)
Bekisting diteliti
kelurusannya dengan
menggunakan batu bata.
Beda alat pengukurnya. Teori
menyuruh menggunakan
teodolith tetapi pada
Tabel 5.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Kolom
Sumber : Analisa Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
104 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
pelaksanaan di lapangan
hanya menggunakan batu
bata
Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Kolom :
Di lapangan batasan bekisting hanya menggunakan marking
spidol/kapur, maka pekerjaan bekisting di lapangan kurang rapi karena
tidak menggunakan sepatu kolom.
Saat bekisting sudah dipasang, tidak menggunakan teodolith untuk
mengukur kelurusan dari tegak kolom tetapi menggunakan rangkaian
bata yang dipasang kawat lalu dari kawat tersebut di ukur
kelurusannya. Jarak atas dan jarak bawah bekisting harus sama.
5.1.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Kolom
N
O.
ANALISA
TEORI LAPANGAN KETERANGAN
1. Pengecoran dilakukan dengan
bucket dan di hubungkan
dengan pipa tremi
(BAB 3, HAL. 32)
Pengecoran dilakukan dengan
ready mix
Antara Teori dan
Pelaksanaan di
Lapangan Sesuai.
2. Lakukan pemadatan dengan
vibrator.
(BAB 3, HAL. 32)
Lakukan pemadatan dengan
vibrator
Antara Teori dan
Pelaksanaan di
Lapangan Sesuai.
3. Bongkar badan bekisting
sehingga meninggalkan kepala
bekisting kolom.
Bongkar badan bekisting
sehingga meninggalkan
kepala bekisting kolom.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di
Lapangan Sesuai.
Tabel 5.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Kolom
Sumber : Analisa Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
105 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
(BAB 3, HAL. 32)
4. Hasil pengecoran mulus, tidak
keropos, dan tidak nge-plint.
(BAB 3, HAL. 32)
Hasil pengecoran mulus,
tidak keropos, dan tidak nge-
plint.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di
Lapangan Sesuai.
Kesimpulan Pekerjaan Pengecoran Kolom :
Semua kegiatan pekerjaan pengecoran kolom di lapangan sesuai
dengan teori.
5.2. Pekerjaan Balok
Pekerjaan Balok meliputi :
1. Pekerjaan Pembesian Kolom
2. Pekerjaan Bekisting Kolom
3. Pekerjaan Pengecoran
5.2.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Balok
N
O.
ANALISA
TEORI LAPANGAN KETERANGAN
1. Besi disiapkan dan di
bersihkan dari kotoran.
(BAB 3, HAL. 36)
Besi disiapkan dan di
bersihkan dari kotoran.
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
2. Penulangan balok di
kerjakan berdekatan dengan
bekistingnya
(BAB 3, HAL. 36)
Penulangan balok di
kerjakan berdekatan
dengan bekistingnya
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
3. Rangka tulangan yang tidak Rangka tulangan yang Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
Tabel 5.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Kolom
Sumber : Analisa Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
106 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
cukup panjang di sambung
dengan tulangan ekstra.
(BAB 3, HAL. 36)
tidak cukup panjang di
sambung dengan tulangan
ekstra.
4. Tulangan bagian atas
disimpulkan.
(BAB 3, HAL. 36)
Tulangan bagian atas
disimpulkan.
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
5. Tulangan bagian bawah
disimpulkan.
(BAB 3, HAL. 36)
Tulangan bagian bawah
disimpulkan.
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
6. Tulangan dimasukkan
kedalam bekisting
(BAB 3, HAL. 36)
Tulangan dimasukkan
kedalam bekisting
Antara Teori dan Pelaksanaan
di Lapangan Sesuai.
Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Balok :
Semua proses pekerjaan pembesian Balok di lapangan sesuai dengan
teori.
5.2.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Balok
N
O.
ANALISA
TEORI LAPANGAN KETERANGAN
1. Balok penyanga di persiapkan.
(BAB 3, HAL. 36)
Balok penyanga di
persiapkan.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
2. Bodeman di pasang diatas
balok suri.
(BAB 3, HAL. 36)
Bodeman di pasang diatas
balok suri.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
3. Pemasangan bekisting kontak Pemasangan bekisting kontak Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Tabel 5.4. Analisa Pekerjaan Pembesian Balok
Sumber : Analisa Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
107 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
pipi.
(BAB 3, HAL. 36)
pipi. Sesuai.
4. Pemasangan skoor.
(BAB 3, HAL. 36)
Pemasangan skoor. Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
5. Bekisting balok siap dipakai.
(BAB 3, HAL. 36)
Bekisting balok siap dipakai. Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Balok :
Semua kegiatan pekerjaan bekisting balok di lapangan sesuai dengan
teori.
5.3. Pekerjaan Plat Lantai
Pekerjaan Balok meliputi :
1. Pekerjaan Pembesian Kolom
2. Pekerjaan Bekisting Kolom
3. Pekerjaan Pengecoran
5.3.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Plat Lantai
N
O.
ANALISA
TEORI LAPANGAN KETERANGAN
1. Lakukan pengukuran jarak sumbu
ke sumbu tulangan
(BAB 3, HAL. 41)
Lakukan pengukuran jarak
sumbu ke sumbu tulangan
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
2. Pasang lapisan tulangan pertama,
kemudian diikat.
Pasang lapisan tulangan
pertama, kemudian diikat.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
Tabel 5.5. Analisa Pekerjaan Bekisting Balok
Sumber : Analisa Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
108 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
(BAB 3, HAL. 41)
3. Pemasangan lapisan tulangan
kedua, dan di ikat.
(BAB 3, HAL. 41)
Pemasangan lapisan tulangan
kedua, dan di ikat.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
4. Pasang support atau ganjalan –
ganjalan (support tradisi, gelgar,
rak, atau garis.)
(BAB 3, HAL. 41)
Support tradisi yang dipakai
(cakar ayam)
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
5. Pasang penahan jarak minimal 2
per m² bekisting atau lantai kerja.
(BAB 3, HAL. 41)
Penahan yang digunakan batu
koral.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Plat Lantai :
Semua proses pekerjaan pembesian plat lantai di lapangan sesuai
dengan teori.
5.3.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Plat Lantai
N
O.
ANALISA
TEORI LAPANGAN KETERANGAN
1. Balok penyanga di persiapkan.
(BAB 3, HAL. 40)
Balok penyanga di
persiapkan.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
2. Tentukan sumbu dan elevasi balok
dengan cara memakai titik acuan
elevasi (yang ada pada kolom) lalu
di ukur dengan meteran untuk
mendapatkan balok yang memadai.
Sumbu dan elevasi balok
ditentukan dengan cara
memakai titik acuan elevasi
(yang ada pada kolom) lalu
di ukur dengan meteran
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
Tabel 5.6. Analisa Pekerjaan Pembesian Plat Lantai
Sumber : Analisa Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
109 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
(BAB 3, HAL. 40) untuk mendapatkan balok
yang memadai.
3. Pasang balok – balok kayu diatas
perancah dengan acuan.
(BAB 3, HAL. 40)
Pasang balok – balok kayu
diatas perancah dengan
acuan.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
4. Pengerjaan suri – suri.
(BAB 3, HAL. 40)
Pengerjaan suri – suri. Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
5. Plywood dipersiapkan dan di paku
di atasnya.
(BAB 3, HAL. 41)
Plywood dipersiapkan dan
di paku di atasnya.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
6. Pengecekan dengan waterpass.
(BAB 3, HAL. 41)
Pengecekan dengan
waterpass.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Plat Lantai :
Semua kegiatan pekerjaan bekisting plat lantai di lapangan sesuai
dengan teori.
5.3.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai
N
O.
ANALISA
TEORI LAPANGAN KETERANGAN
1. Bekisting di bersihkan dari sisa
– sisa kotoran.
(BAB 3, HAL. 41)
Bekisting di bersihkan dari sisa
– sisa kotoran.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
2. Beton ready mix dari concrete
mixer truck dilakukan pengujian
slump.
Beton ready mix dari concrete
mixer truck dilakukan
pengujian slump.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
Tabel 5.7. Analisa Pekerjaan Bekisting Plat Lantai
Sumber : Analisa Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
110 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
(BAB 3, HAL. 41)
3. Setelah beton ready mix keluar
dari pipa baja kemudian di
ratakan dengan penggaruk.
(BAB 3, HAL. 41)
Setelah beton ready mix keluar
dari pipa baja kemudian di
ratakan dengan penggaruk.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
4. Hasil pengecoran mulus, tidak
keropos, dan tidak nge-plint.
(BAB 3, HAL. 41)
Hasil pengecoran mulus, tidak
keropos, dan tidak nge-plint.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
5. Gunakan concrete vibrator untuk
memadatkan beton.
(BAB 3, HAL. 41)
Gunakan concrete vibrator
untuk memadatkan beton.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
6. Adukan diratakan dengan kayu
perata sesuai dengan tinggi peil
yang ditentukan.
(BAB 3, HAL. 41)
Adukan diratakan dengan kayu
perata sesuai dengan tinggi peil
yang ditentukan.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
7. Setelah 3 hari, bekisting plat
lantai bisa di bongkar dan
bekisting balok dapat dibongkar
setelah 7 hari.
(BAB 3, HAL. 41)
Setelah 3 hari, bekisting plat
lantai bisa di bongkar dan
bekisting balok dapat
dibongkar setelah 7 hari.
Antara Teori dan
Pelaksanaan di Lapangan
Sesuai.
Kesimpulan Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai :
Semua kegiatan pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai di
lapangan sesuai dengan teori.
Tabel 5.8. Analisa Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Sumber : Analisa Pribadi
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
111 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
5.4. Kesimpulan Pekerjaan secara keseluruhan
Setelah mempelajari teori dari tinjauan pustaka literatur dan melakukan
pengamatan langsung pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun
Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.
Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah,
penulis menemukan adanya perbedaan dan persamaan antara kenyataan yang
terjadi pada proses pekerjaan di lapangan dengan literatur dan teori yang pernah di
pelajari.
Perbedaan antara teori dan proses pelaksanaan di lapangan sering terjadi.
Perbedaan antara teori dan proses pelaksanaan di lapangan yang tercipta memang
akan menimbulkan dampak yang buruk atau hasil yang tidak maksimal dan
memuaskan serta dapat menghambat pekerjaan. Namun, ada baiknya ada solusi
terbaik untuk menyelaraskan perbedaan antara teori dan proses pelaksanaan di
lapangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan serta tidak
akan menghambat pekerjaan.