laporan kegiatan kerja sama bappenas...

66

Upload: others

Post on 14-Feb-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • vLaporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur Kehadirat Allah Swt, karena atas perkenanNya laporan pelaksanaan kegiatan Kerjasama Bappenas dengan Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya dapat diselesaikan.

    Komitmen pemerintah untuk terus melakukan upaya simplifikasi regulasi terus dilakukan sejalan dengan direktif Presiden untuk melakukan pemangkasan pada 50% regulasi di Indonesia yang disampaikan pada rapat terbatas di Istana Bogor pada tahun 2015. Menindaklanjuti hal tersebut, Bappenas mengkoordinasikan pelaksanaan simplifikasi regulasi bersama dengan Kementerian/Lembaga terkait. Pada tahun 2016 pelaksanaan simplifikasi regulasi mencakup perizinan dan investasi. Kemudian pada tahun 2017, pelaksanaan simplifikasi regulasi diperluas pada 4 bidang yaitu perizinan, investasi, ekspor dan impor, serta EODB.

    Pada pelaksanaan simplifikasi regulasi, Pemerintah c.q. Bappenas berharap bahwa Pemerintah Daerah dapat turut melaksanakan agenda ini. Lebih lanjut, Pemerintah Daerah diharapkan tidak hanya melakukan pemangkasan regulasi tetapi lebih memiliki kesadaran untuk menyusun regulasi yang sederhana, tertib, dan subtantif. Pada pelaksanaan agenda simplifikasi regulasi di daerah, Perguruan Tinggi memiliki peran yang sangat signifikan.

    Perguruan tinggi diharapkan mampu untuk membantu Pemerintah Daerah dalam merumuskan regulasi berdasarkan evidence based yang konkrit serta memiliki tujuan yang jelas. Pembentukan regulasi saat ini harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan seperti Regulatory Impact Analysis (RIA) dan Instrumen Simplifikasi Regulasi (ISR) sehingga kualitas regulasi terjamin dan sesuai dengan kebutuhan.

  • vi Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Pada tahun 2018, Bappenas bekerja sama dengan 2 (dua) Perguruan Tinggi, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya, bekerjasama untuk melakukan kajian simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi. Pemilihan topik perizinan dan investasi disesuaikan dengan potensi ekonomi Sumatera Selatan dan Sulawesi Utara serta statistik peraturan daerah yang diundangkan dalam 10 tahun terakhir oleh DPM PTSP Provinsi Daerah terkait.

    Agenda simplifikasi regulasi ini akan terus kami lanjutkan baik pada level pusat maupun daerah pada tahun-tahun mendatang. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Universitas Sriwijaya serta Universitas Sam Ratulangi atas kerjasamanya dalam upaya meningkatkan kualitas regulasi melalui agenda simplifikasi regulasi. Akhir kata, pembenahan masalah regulasi di Indonesia harus diprioritaskan, dan merupakan tugas semua pihak baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

    Jakarta, Maret 2019

    STAF AHLI MENTERI PPN/BAPPENAS

    BIDANG HUBUNGAN KELEMBAGAAN,

    Dr. Diani Sadiawati, S.H, LL.M

  • viiLaporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR v

    DAFTAR ISI vii

    BAB 1 PENDAHULUAN 1

    1.1. Latar Belakang 2

    1.2. Tujuan 3

    1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 4

    1.4. Hasil yang diharapkan 4

    1.5. Luaran yang diharapkan 4

    BAB 2 PELAKSANAAN KEGIATAN 5

    2.1. Mekanisme Kegiatan 6

    2.2. Lokus Kajian 7

    2.3. Proses Pelaksanaan Kegiatan 8

    2.3.1 Universitas Sam Ratulangi 8

    2.3.2 Universitas Sriwijaya 9

    2.4. Pelaksana Kegiatan 12

    2.5. Timeline Kegiatan 13

  • viii Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    BAB 3 HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 15

    3.1 Gambaran Umum 16

    3.1.1 Provinsi Sulawesi Utara 16

    3.1.2 Provinsi Sumatera Selatan 17

    3.2 Hasil Kajian 18

    3.2.1 Provinsi Sulawesi Utara 18

    3.2.2 Provinsi Sumatera Selatan 23

    BAB 4 PENUTUP 31

    4.1. Kesimpulan 32

    4.2. Saran 33

    LAMPIRAN 35

    1. TOR dan RAB Kegiatan 36

    2. SK Tim Pelaksana Kegiatan 43

    3. Hasil Kegiatan 51

  • BAB 1PENDAHULUAN

  • 2 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    1.1. Latar BelakangPada tahun 2016 di tingkat Pusat, Kementerian PPN/Bappenas telah mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga (K/L) untuk melakukan langkah-langkah konsolidasi dan penajaman dalam penyederhanaan regulasi di bidang perizinan dan investasi, dengan target 20 (dua puluh) K/L dengan merujuk pada Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).1

    Hasil pelaporan online simplifikasi regulasi dibidang perizinan dan investasi tahun 2016 menyebutkan sebanyak 324 regulasi telah dicabut hingga akhir tahun 2016, 75 regulasi telah direvisi dengan 19 diantaranya teridentifikasi beririsan dengan Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) yang diusung dari Kementerian Perindustrian.2 Selain itu, sebanyak 204 regulasi dicabut, melalui Paket Kebijakan Ekonomi I-XIII yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.3

    Dalam konteks daerah, peraturan di tingkat provinsi, kabupaten atau kota, sebanyak 3.143 regulasi setingkat Peraturan/Keputusan Menteri dan Peraturan Daerah (Perda) dibatalkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Upaya simplifikasi tersebut dilakukan karena masih banyak Perda yang bermasalah dan menghambat investasi di daerah.

    Permasalahan tersebut berkaitan dengan aspek materi atau substansi serta aspek formal atau teknis dan prosedur pembentukannya. Kondisi ini telah melahirkan banyak Perda yang materi muatannya melebihi kedudukannya dan tumpang tindih dengan peraturan yang lain. Pada implementasinya Perda ini sangat membebani pelaksanaan pemerintahan di daerah dan ketertiban hukum nasional.

    Gejala tumpang tindih peraturan yang ditunjukkan melalui pembentukan Perda dalam jumlah banyak, telah menciptakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ekonomi, khususnya pada proses perizinan dan investasi, menjadi tidak efektif dan efisien. Padahal kepastian hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah semakin penting jika dihadapkan pada pembangunan ekonomi daerah yang dapat mempengaruhi iklim investasi, karena hal tersebut merupakan modal pembangunan daerah. Presiden Joko Widodo dalam kesempatannya pada Rapat Kerja Pemerintah tanggal 23 Januari 2018 lalu mengemukakan bahwa investasi di Indonesia masih terhambat pada urusan-urusan perizinan.

    1Bappenas, Laporan Pelaksanaan Simplifikasi Regulasi Tahun 2016. Hlm. 4. 2Ibid. hlm. 5.3Ibid.

  • 3Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Berdasarkan hal ini Bappenas menyelenggarakan kerjasama dengan perguruan tinggi dalam upaya optimalisasi program simplifikasi regulasi. Upaya ini dilakukan sebagai langkah konkret Bappenas agar dapat memperoleh persamaan persepsi, analisa berimbang dan terukur serta terciptanya harmonisasi gerak langkah bersama dalam menunjang pelaksanaan penyederhanaan atau simplifikasi regulasi di pemerintahan daerah agar tercipta regulasi yang sederhana dan tertib. Disatu sisi dapat melihat dan mengendalikan praktik pelaksanaan pembangunan secara jangka pendek, dan secara paralel dapat memprediksi kondisi masa depan dengan analisis jangka menengah dan panjang yang akurat. Dari sisi eksternal, Bappenas dapat meningkatkan peran kerja sama kelembagaan yang sudah terbentuk, melalui jaringan kerjasama perguruan tinggi dan organisasi masyarakat, bahkan organisasi profesi yang berkompeten untuk mendapatkan terobosan cara pandang yang tidak bussiness as usual dan memperhatikan kemanfaatan bagi masyarakat dan dampak lingkungan hidup dalam merumuskan kebijakan dan regulasi dalam mendukung pelaksanaan pembangunan secara inklusif dan berkelanjutan.

    Perguruan Tinggi yang dipilih dalam melaksanakan kegiatan ini adalah Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya, oleh karena itu Lokus kajian yang dipilih adalah Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan data yang ada, dua lokus ini dipilih karena Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi investasi yang tinggi, namun pada realitanya masih terhambat oleh proses perizinan yang berbelit akibat regulasi yang rumit. Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan berdasarkan hasil diskusi pendahuluan yang telah dilaksanakan di Depok pada tanggal 08 Mei 2018, telah disepakati bahwa tema kajian dalam rangka kerja sama Bappenas dengan Perguruan Tinggi adalah “Simplikasi Regulasi Daerah Bidang Perizinan dan Investasi”.

    1.2. Tujuan1. Melakukan telaah dan evaluasi bersama stakeholder pembangunan terhadap

    praktik pembangunan dalam RKP 2018.

    2. Dukungan bahan penyusunan Background Study RPJMN 2020-2024.

    3. Membangun simpul jaringan komunikasi pemerintah dengan stakeholder pembangunan.

    4. Mendapatkan masukan atas implementasi kebijakan dan regulasi pembangunan nasional yang dirasakan oleh stakeholder dan masyarakat.

  • 4 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    1.3. Ruang Lingkup Kegiatan1. Diskusi internal: Proses diskusi internal dilakukan oleh staf Kementerian

    PPN/Bappenas untuk membahas rencana kegiatan dalam rangka Kerja Sama Kementerian PPN/ Bappenas dan Perguruan Tinggi.

    2. Focus Group Discussion (FGD) dengan Perguruan Tinggi, Pemda dan Stakeholder terkait: Hasil FGD diharapkan dapat menjadi masukan untuk mendukung Kementerian PPN/Bappenas dalam mengambil keputusan.

    3. Kunjungan Lapangan: Proses pengambilan data secara langsung yang melibatkan pihak terkait dengan melalui wawancara maupun diskusi bersama.

    4. Diseminasi Hasil Kajian: Merupakan salah satu instrumen efektif untuk mendapatkan masukan terhadap kebijakan pembangunan. Dalam kegiatan ini disampaikan hasil-hasil kajian di masing-masing Perguruan Tinggi.

    5. Penyusunan laporan hasil penelitian sebagai bahan rekomendasi kebijakan.

    1.4. Hasil yang diharapkan1. Terciptanya pemahaman komprehensif terkait Strategi Nasional Reformasi

    Regulasi, khususnya simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi bagi pemerintah daerah untuk mendukung terciptanya iklim usaha dan investasi yang kondusif;

    2. Tercapainya peningkatan efektivitas pelaksanaan simplifikasi regulasi di daerah;

    3. Terbentuknya kesamaan persepsi dan gerak langkah bersama dalam perlaksanaan simplifikasi regulasi di daerah;

    4. Tercapainya penyampaian bekal panduan teknik efektif dalam melakukan simplifikasi regulasi di daerah;

    5. Tersusunnya hasil analisis dan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah terkait simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi.

    1.5. Luaran yang diharapkan 1. Tersusunnya hasil telaah partisipatif, terkait kebijakan dan regulasi yang

    implementatif (Evidenced Based Policy).

    2. Bahan masukan berupa analisis komprehensif terkait regulasi sebagai bahan background study RPJMN 2020-2024.

    3. Tersusunnya pemetaan persoalan implementasi kebijakan dan regulasi dalam RKP 2018, dan rekomendasi Perguruan Tinggi untuk RKP 2019.

  • BAB 2PELAKSANAAN

    KEGIATAN

  • 6 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    2.1. Mekanisme Kegiatan Mekanisme pelaksanaan simplifikasi daerah bidang perizinan dan investasi, di 2 (dua) wilayah dibagi menjadi 6 tahap kegiatan yaitu:

    1. Diskusi Pendahuluan

    a. Penyamaan persepsi terkait Stranas RR khususnya simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi.

    b. Penentuan lokus dan isu prioritas

    1) Perguruan Tinggi mengusulkan Pemda yang akan menjadi pilot pelaksanaan simplifikasi regulasi.

    2) Perguruan Tinggi melakukan koordinasi teknis dengan Pemda

    c. Usulan mekanisme kerjasama

    1) Bappenas menyediakan anggaran kegiatan proses simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi daerah.

    2) Perguruan Tinggi membentuk tim simplifikasi regulasi.

    3) Tim simplifikasi regulasi Perguruan Tinggi melakukan koordinasi dengan Pemda yg menjadi pilot simplifikasi regulasi.

    2. Koordinasi Teknis Daerah

    Pertemuan ini merupakan diskusi lanjutan dan koordinasi teknis di 2 (dua) daerah, antara Bappenas dan Perguruan Tinggi dengan Pemda yang menjadi pilot simplifikasi regulasi, yang berisi:

    a. Penjelasan urgensi dan penyamaan persepsi terkait Stranas RR khususnya simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi.

    b. Koordinasi pembentukan komitmen penyediaan data dan pelaksanaan kajian.

    c. Menyepakati mekanisme dan target waktu penyelesaian kajian simplifikasi daerah.

    3. Inventarisasi dan Identifikasi Perda

    Melakukan inventarisasi dan identifikasi Perda dan/atau Perkada terkait perizinan dan investasi, yang dapat dilakukan melalui:

    a. Penyediaan data oleh Pemda

    b. Desk study

  • 7Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    c. FGD dengan pemangku kepentingan (Pemda, DPRD dan pemangku kepentingan lain yang terkait).

    4. Analisis dan Penyusunan Rekomendasi

    Perguruan Tinggi melakukan analisis dan menyusun rekomendasi berdasarkan temuan dan diskusi. Rekomendasi berupa regulasi dicabut/direvisi/dipertahankan. Analisis terhadap identifikasi regulasi yang bermasalah menghasilkan rekomendasi tindak lanjut bagi Pemerintah Daerah dan juga pemetaan dari para pemangku kepentingan yang terlibat.

    5. Diseminasi Hasil Kajian Simplifikasi Regulasi Daerah

    Perguruan tinggi di 2 (dua) wilayah, mengoordinasikan pelaksanaan diseminasi yang melibatkan Pemda, stakeholder terkait dengan tujuan untuk berbagi informasi, penyampaian best practice, memberikan kesadaran, dan akhirnya dapat melaksanakan simplifikasi regulasi dengan baik dan benar.

    6. Laporan Penyusunan Hasil Kajian

    Pada tahap akhir, Bappenas bersama dua Perguruan Tinggi menyusun laporan kegiatan simplifikasi regulasi secara keseluruhan, untuk selanjutnya disampiakan kepada para pemangku kepentingan.

    2.2. Lokus Kajian1. Berikut adalah 5 (lima) lokus kajian yang dijadikan pilot project dalam pelaksanaan

    Simplifikasi Regulasi Daerah Bidang Perizinan dan Investasi di Sulawesi Utara:

    a. Kota Manado

    b. Kota Bitung

    c. Kota Tomohon

    d. Kabupaten Minahasa Utara

    e. Kabupaten Minahasa Selatan

    2. Berikut adalah 5 (lima) lokus kajian yang dijadikan pilot project dalam pelaksanaan Simplifikasi Regulasi Daerah Bidang Perizinan dan Investasi di Sumatera Selatan:

    a. Provinsi Sumatera Selatan

    b. Kota Palembang

  • 8 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    c. Kota Prabumulih

    d. Kabupaten Musi Banyuasin

    e. Kabupaten Muara Enim

    2.3. Proses Pelaksanaan Kegiatan

    2.3.1 Universitas Sam Ratulangi

    a. Diskusi Pendahuluan

    Pelaksanaan kajian simplifikasi regulasi daerah bidang perizinan dan investasi diawali dengan diskusi awal yang dilakukan oleh Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, perwakilan Universitas Sam Ratulangi, dan perwakilan Universitas Sriwijaya pada tanggal 08 Mei 2018 bertempat di Hotel Margo, Depok. Pertemuan ini bertujuan untuk menentukan topik kajian serta menyusun rencana kegiatan serta timeline pelaksanaan kajian.

    b. Koordinasi Teknis Daerah

    Kegiatan ini merupakan kick off meeting sebagai bentuk tindak lanjut dari diskusi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya. Koordinasi teknis ini dilaksanakan pada tanggal 10-11 Juli 2018 di Kampus Universitas Sam Ratulangi Provinsi Sulawesi Utara dengan melibatkan perwakilan Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, serta Stakeholder lain seperti Pelaku Usaha dan Asosiasi. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menyamakan persepsi terkait Strategi Nasional Reformasi Regulasi khususnya simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi, menentuan lokus dan isu prioritas, koordinasi komitmen penyediaan data dan pelaksanaan kajian, serta menyepakati mekanisme dan target waktu penyelesaian proses percontohan simplifikasi daerah. Kegiatan ini ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim Peneliti yang terdiri dari Perwakilan Bappenas dan Perwakilan Universitas Sam Ratulangi.

    c. Inventarisasi dan Identifikasi Peraturan Daerah (Perda)

    Tim Peneliti melakukan inventarisasi dan identifikasi Perda di setiap lokus yang menjadi pilot project. Inventarisasi Perda dilakukan dengan melaksanakan diskusi dan kunjungan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) terkait. Perda yang sudah berhasil diinventarisasi selanjutnya dilakukan identifikasi menggunakan instrumen yang sudah disepakati bersama yaitu Instrumen Simplifikasi Regulasi (ISR). Kegiatan inventarisasi dan identifikasi Perda dilaksanakan dari bulan Juli sampai November 2018.

    d. Analisis dan Penyusunan Rekomendasi

  • 9Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Tim Peneliti melakukan analisis yang didasarkan pada hasil identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai bahan dalam penyusunan rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan kepada Pemda terkait. Rekomendasi yang diberikan dapat berupa usulan regulasi untuk dicabut, regulasi direvisi, regulasi dipertahankan ataupun regulasi digabung. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai November 2018 bersamaan dengan pelaksanaan proses inventarisasi dan identifikasi Perda.

    e. Diseminasi Hasil Kajian Simplifikasi Regulasi

    Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 November 2018 yang bertempat di Hotel Four Points, Manado. Tujuan pelaksanaan diseminasi adalah untuk menyampaikan hasil analisis dan rekomendasi kepada para pemangku kepentingan sekaligus meminta masukan terhadap hasil kajian yang telah dilakukan. Kegiatan ini dihadiri oleh Perwakilan Bappenas, Perwakilan Perguruan Tinggi, Seluruh Pemda yang menjadi Pilot Project termasuk Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) dan Bagian Hukum, serta Perwakilan dari Pelaku Usaha. Kegiatan dilaksanakan sehari penuh yang diisi dengan pemaparan hasil kajian dari masing-masing lokus. Kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Sam Ratulangi dan Ibu Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan.

    f. Penyusunan Laporan Hasil Kajian

    Penyusunan laporan hasil kajian dilakukan dari bulan Desember 2018 sampai dengan Januari 2019. Outline laporan kajian terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi yang digunakan, hasil penelitian, dan penutup. Laporan kajian ini akan diberikan kepada Pemda terkait sebagai bahan rekomendasi dan akan dilakukan monitoring perkembangannya apakah rekomendasi dilaksanakan atau tidak. Hasil kajian ini juga akan diberikan kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai bahan pertimbangan mengingat wewenang terhadap Perda ada di Kemendagri.

    2.3.2 Universitas Sriwijaya

    a. Diskusi Pendahuluan

    1) Diskusi Persiapan Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi

    Diskusi pendahuluan internal unit Sahli dilaksanakan pada bulan April 2018 untuk membahas rencana kegiatan terkait Reformasi Regulasi khususnya Simplifikasi Regulasi yang akan dilakukan oleh Bappenas dengan

  • 10 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Perguruan Tinggi. Diskusi ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bagaimana pentingnya simplifikasi regulasi daerah di Indonesia. Fokus kegiatan simplifikasi regulasi daerah ini adalah bidang perizinan dan investasi.

    Dari hasil pertemuan disepakati bahwa kegiatan ini akan dilakukan di 2 (dua) daerah yaitu Sulawesi Utara dan Sumatera Selatan dengan menggandeng Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya. Fokus kegiatan simplifikasi regulasi daerah ini adalah bidang perizinan dan investasi.

    2) Kick Off Meeting Kerja Sama Bappenas dengan Universitas

    Pertemuan ini merupakan diskusi lanjutan berupa koordinasi teknis dengan Koordinator Universitas Sam Ratulangi, Universitas Sriwijaya dan Direktur Produk Hukum Daerah dari Kementerian Dalam Negeri, yang diselenggarakan pada tanggal 08 Mei 2018 di Hotel Margo Depok, dengan beragendakan:

    a) Penyamaan persepsi terkait Strategi Nasional Reformasi Regulasi khususnya simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi.

    b) Penentuan lokus dan isu prioritas.

    c) Koordinasi Komitmen penyediaan data dan pelaksanaan rekomendasi

    d) Menyepakati mekanisme dan target waktu penyelesaian proses percontohan simplifikasi daerah

    Dari hasil pertemuan disepakati bahwa Bappenas akan membuat surat pengantar yang bertujuan untuk mempermudah ruang gerak tim peneliti dari Perguruan Tinggi dalam melakukan proses inventarisasi maupun identifikasi Perda dengan Pemda terkait di 5 (lima) lokus yang sudah ditentukan. Saat penyerahan MoU diharapkan Perguruan Tinggi sudah mendapatkan konsep serta membentuk tim peneliti atau pelaksana kajian.

    b. Koordinasi Teknis Daerah

    Pada tanggal 14 Agustus 2018 bertempat di Hotel Swarna Dwipa Palembang, diselenggarakan pertemuan koordinasi untuk membahas persiapan pelaksanaan kajian Simplifikasi Regulasi Daerah Bidang Perizinan dan Investasi. Pertemuan tersebut dihadiri oleh stakeholder terkait yaitu Direktur Produk Hukum Daerah dari Kementerian Dalam Negeri, Rektor dan Tim Peneliti Fakultas Hukum (FH) Universitas Sriwijaya, perwakilan praktisi pelaku bisnis daerah di Palembang, serta Kepala Bappeda, Biro Hukum, DPM-PTSP dan Balegda dari 5 lokus.

  • 11Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Pertemuan tersebut merupakan momentum baik bagi Bappenas, FH Universitas Sriwijaya serta Pemda terkait untuk menyamakan persepsi terkait Strategi Nasional Rerformasi Regulasi khususnya simplifikasi regulasi bidang perizinan dan investasi, komitmen penyediaan data, serta melakukan FGD terkait kondisi dan permasalahan terkait dengan perizinan dan investasi.

    c. Inventarisasi dan Identifikasi Perda

    Tahapan ini merupakan kegiatan pengumpulan data yang diperlukan berupa regulasi ataupun informasi lainnya dari Pemerintah Daerah terkait yang kemudian dilakukan analisis isi/substansinya oleh tim peneliti kajian.

    FH Universitas Sriwijaya dan Pemerintah Daerah terkait membentuk tim simplifikasi regulasi yang terdiri dari:

    1) Prof. Dr. Joni Emrizon, S.H., M. Hum

    2) Dr. Ridwan, S.H., M.Hum

    3) Dr. M. Syaifuddin, S.H., M.Hum

    4) Dr. Iza Rumestein RS, S.H., M.Hum

    5) Fahmi Yoesmar Ar Rasydy, S.H., M.S

    6) Mardiana, S.H., M.H

    7) Pemerintah Daerah terkait

    d. Analisis dan Penyusunan Rekomendasi

    Tim Peneliti FH Universitas Sriwijaya melakukan analisis dan menyusun rekomendasi berdasarkan temuan dan diskusi dengan seluruh mitra terkait. Rekomendasi yang diberikan berupa pencabutan/revisi /usulan baru. Analisis terhadap identifikasi regulasi yang bermasalah kemudian dijadikan bahan untuk menyusun rekomendasi bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan terkait (Kerangka Kelembagaan).

    e. Diseminasi Kajian Simplifikasi Regulasi bidang Perizinan dan Investasi

    1) Diskusi Teknis

    Menindaklanjuti pelaksanaan kajian Simplifikasi Regulasi Daerah Bidang Perizinan dan Investasi di Provinsi Sumatera Selatan, maka pada tanggal 13 November 2018 diselenggarakan diskusi teknis pra-diseminasi daerah yang bertempat di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang. Pada pertemuan selain membahas rencana penyelenggaraan Diseminasi Daerah yang akan diselenggarakan pada tanggal 19 November sekaligus juga untuk reviu dokumen teknis kegiatan.

  • 12 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    2) Acara Diseminasi Kajian

    Pada tanggal 19 November 2019 di Hotel Excelton Palembang diselenggarakan kegiatan “Diseminasi Hasil Kajian Antara Simplifikasi Regulasi Daerah di Provinsi Sumatera Selatan”. Pada kegiatan diseminasi tersebut disampaikan paparan hasil Kajian Antara dari 5 lokus penelitian dan FGD dengan para pemangku kepentingan terkait untuk mendapatkan tanggapan serta masukan.

    Berdasarkan hasil Kajian Antara dapat dipetakan dan disimpulkan bahwa Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi perdagangan dan investasi yang tinggi, namun ditemukan banyak Perda yang dipakai hingga saat ini merupakan Perda yang dilahirkan sebelum terdapatnya visi dan misi daerah, padahal seharusnya Perda lahir dari perwujudan visi daerah sehingga Perda tersebut mendukung jalannya visi tersebut. Selain itu, pada bagian mengingat terdapat aturan yang sudah tidak berlaku atau telah digantikan. Oleh karena itu, secara yuridis dapat dikatakan bahwa dasar hukum dalam beberapa Perda sudah tidak berlaku lagi, sehingga ditemukan beberapa peraturan daerah yang sudah mendesak untuk dilakukan tindakan revisi.

    f. Penyusunan Laporan Diseminasi Kajian Simplifikasi Regulasi bidang Perizinan dan Investasi

    Tim Peneliti FH Universitas Sriwijaya menyusun laporan akhir yang memuat temuan, hasil analisis serta rekomendasi yang kemudian hasil kajian tersebut diserahkan kepada Bappenas c.q Unit Staf Ahli Hubungan Kelembagaan untuk direviu kemudian ditindaklanjuti pada level pusat.

    2.4. Pelaksana KegiatanUnit Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan menyelenggarakan kerja sama Bappenas dengan Perguruan Tinggi dalam upaya optimalisasi program simplifikasi regulasi. Upaya ini dilakukan sebagai langkah kongkret Bappenas agar dapat memperoleh persamaan persepsi, analisa berimbang dan terukur serta terciptanya harmonisasi gerak langkah bersama dalam menunjang pelaksanaan simplifikasi regulasi di Pemerintahan Daerah agar tercipta regulasi yang sederhana dan tertib. Disatu sisi dapat melihat dan mengendalikan praktik pelaksanaan pembangunan secara jangka pendek, dan secara paralel memprediksi kondisi masa depan dengan analisis jangka menengah dan jangka panjang yang akurat. Dari sisi eksternal, Bappenas dapat meningkatkan peran kerjasama kelembagaan yang sudah terbentuk,

  • 13Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    melalui jaringan kerja sama perguruan tinggi dan organisasi masyarakat, bahkan organisasi profesi yang berkompeten untuk mendapatkan terobosan cara pandang yang tidak bussiness as usual dan memerhatikan kemanfaatan bagi masyarakat dan dampak lingkungan hidup. Kemudian, kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan koordinasi beberapa pihak:

    a. Kementerian PPN/BAPPENAS : Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan

    b. Perguruan Tinggi : Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    c. Pemerintah Daerah : Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota

    2.5. Timeline KegiatanKegiatan ini dilakukan dalam durasi waktu 12 bulan dengan proses dan tahapan sebagai berikut:

    Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Tahun 2018

    NO. KEGIATANBULAN

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1. Konsolidasi dan Pembentukan Tim

    2. Forum Diskusi Internal antara Bappenas, Kemendagri, dengan Sektor Terkait Di Bappenas

    3. FGD bersama Perguruan Tinggi, Pemda, dan Stakeholder Terkait

    4. Koordinasi dengan Pemda dan Stakeholder Terkait

    5. Konsinyering:Perumusan Laporan Hasil dan Rekomendasi

    6. Tindak Lanjut Masukan Kebijakan Pembangunan

  • BAB 3HASIL

    PELAKSANAAN KEGIATAN

  • 16 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    3.1 Gambaran Umum

    3.1.1 Provinsi Sulawesi Utara

    Provinsi Sulawesi Utara terletak di wilayah paling utara Pulau Sulawesi, dan dikenal sebagai provinsi kepulauan. Ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi sebagaimana dikutip oleh Tazrief Landoala (2013) menjelaskan bahwa secara geologi, pulau Sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen yaitu Busur kepulauan Asia timur dan Sistem Pegunungan Sunda. Geomorfologi Pulau Sulawesi terjadi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi bagian Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh tabrakan antara lempeng benua yang merupakan pondasi Sulawesi Timur bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat yang selempeng dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi menjadi salah satu wilayah geologis paling rumit di dunia.

    Sulawesi Utara memiliki posisi strategis karena berhadapan langsung dengan kawasan Asia Timur (Cina, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, ASEAN) dan Pasifik yang menjadi pusat perdagangan dan pertumbuhan ekonomi regional. Kondisi ini menciptakan iklim yang menarik bagi para wisatawan, pelaku usaha, dan para investor domestik dan internasional untuk berkunjung di Sulawesi Utara. Posisi semenanjung wilayah Sulawesi Utara yang terletak di tepian Samudra Pasifik, diapit oleh 2 (dua) Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI II) yang melewati Selat Makassar antara Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dan ALKI III yang melewati Laut Maluku antara Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku Utara dan Maluku. Posisi strategis ini menciptakan keunikan dan keunggulan khusus bagi Sulawesi Utara karena sangat dekat dengan pasar Asia Timur dan Pasifik.

    Di Era Pasifik, Sulawesi Utara dan beberapa provinsi di Kawasan Timur bagian utara bukan lagi berada di wilayah pinggiran (periphery) tetapi kawasan timur bagian utara Indonesia berada di centrum peredaran perdagangan dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia, ketika peta Indonesia diperluas pada peta dunia. Peluang ini membuktikan bahwa “Sulawesi Utara Sebagai Pintu Gerbang Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik” bukan sebuah impian, melainkan sebuah solusi bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat Sulawesi Utara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya seperti yang telah diprediksi Dr. Sam Ratulangi (1936). Peningkatan peran aktif dalam perdagangan dunia, oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Utara secara langsung maupun tidak langsung melalui kerjasama regional yang terintegrasi dan terpadu seperti BIMP-EAGA, ASEAN, EAST ASIA, dan APEC perlu

  • 17Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    dioptimalkan, terlebih pada tahun 2015 era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah dimulai. Singkatnya, Sulawesi Utara berada pada posisi sangat strategis untuk mengoptimalkan perdagangan bebas di kawasan Asia Timur dan Pasifik.

    3.1.2 Provinsi Sumatera Selatan

    Sumatera Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang. Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan memiliki luas wilayah sebesar 87.014, 42 km², terletak antara 1 derajat sampai 4 derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat Bujur Timur4.

    Visi pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018-2023 adalah: “SUMATERA SELATAN MAJU UNTUK SEMUA”. Untuk meraih dan mencapai visi tersebut, diperlukan beberapa misi sebagai berikut:

    a. Membangun Sumatera Selatan berbasis ekonomi kerakyatan, yang didukung sektor pertanian, industri, dan UMKM yang yang tangguh untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan.

    b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik laki-laki maupun perempuan, yang sehat, berpendidikan, profesional, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, kejujuran, dan integritas.

    c. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas yang didukung aparatur pemerintahan yang jujur, berintegritas, profesional, dan responsif.

    d. Membangun dan meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, termasuk infrastruktur dasar guna percepatan pembangunan wilayah pedalaman & perbatasan, untuk memperlancar arus barang dan mobilitas penduduk, serta mewujudkan daya saing daerah dengan mempertimbangkan pemerataan dan keseimbangan daerah.

    e. Meningkatkan kehidupan beragama, seni, dan budaya untuk membangun karakter kehidupan sosial yang agamis & berbudaya, dengan ditopang fisik yang sehat melalui kegiatan olahraga, sedangkan pengembangan pariwisata berorientasi pariwisata religius.

    4http://bappeda.sumselprov.go.id/userfiles/files/1427690254_1433951036.pdf diakses pada tanggal 1 Oktober 2018.

  • 18 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Sumatera Selatan mempunyai potensi alam yang cukup banyak dengan cadangan yang masih belum dikelola dan masih menunggu kedatangan para investor untuk mengelolanya. Saat ini beberapa peluang investasi yang diprioritaskan untuk ditawarkan antara lain yaitu minyak bumi, gas alam, batubara, pembangkit tenaga listrik serta berbagai potensi lainnya seperti potensi investasi pangan, pengembangan lahan sawah dan industri hilir karet.

    3.2 Hasil Kajian

    3.2.1 Provinsi Sulawesi Utara

    a. Kota Manado

    Pelaksanaan penelitian di Kota Manado dilakukan terhadap dua Perda, yaitu:

    1) Perda No 1 Tahun 2014 tentang Peraturan Daerah (Perda) Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado Tahun 2014 – 2034

    Beberapa hasil analisis terhadap Perda No 1 Tahun 2014 antara lain:

    a) Materi muatan dari Perda ini masih belum lengkap, mengingat belum adanya aturan mengenai wilayah yang dibuat khusus untuk keadaan tertentu seperti bencana, sehingga ketika bencana terjadi, daerah yang disebut sebagai kawasan khusus masih digunakan sebagai tempat pengungsian.

    b) Pembentukan Perda ini masih belum optimal dalam pelibatan stakeholder dan juga tidak dilakukan sosialisasi yang menyeluruh, sehingga dalam implementasinya para investor tidak mengetahui sepenuhnya peruntukan dari regulasi ini. Sebagai contoh adalah saat investor telah mengeluarkan investasi untuk satu wilayah kemudian tidak dapat dilanjutkan karena diketahui bahwa wilayah tersebut termasuk dalam kawasan khusus yang dilarang untuk usaha tertentu.

    c) Pengaturan zona tertentu dalam perda ini tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat sehingga menimbulkan penolakan dan reaksi dari masyarakat dan hal ini menyebabkan timbulnya ketidakselarasan antara kebijakan dengan kebutuhan masyarakat.

    d) Berdasarkan aspek kebutuhan, regulasi ini belum sepenuhnya dapat memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam menanam modal, oleh karena itu direkomendasikan untuk direvisi atau dicabut.

    2) Perda No. 7 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Sampah dan Retribusi Pelayanan Kebersihan Kota Manado

  • 19Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Beberapa hasil analisis terhadap Perda No. 1 Tahun 2014 antara lain:

    a) Dasar hukum dalam Perda No. 7 Tahun 2006 perlu dilakukan perubahan karena sebagian besar dasar hukum dalam perda tersebut telah dicabut dan diganti dengan peraturan perundang-undangan yang baru.

    b) Pada pasal tentang ketentuan umum dalam Perda No. 7 Tahun 2006 perlu dilakukan penyesuaian terutama pada istilah yang terkait dengan retribusi karena pengaturan mengenai retribusi akan ditiadakan dalam perda ini.

    c) Perda No. 7 Tahun 2006 tidak memuat asas-asas, tujuan dan ruang lingkup sehingga perlu ditambahkan mengenai asas seperti asas tanggung jawab, asas kelestarian dan keberlanjutan, asas keterpaduan, asas keadilan, asas kehati-hatian, asas partisipatif, asas manfaat, asas tata kelola pemerintahan yang baik dan asas pencemar membayar.

    d) Perda No. 7 tahun 2006 belum mengatur mengenai tugas dan wewenang dalam pengelolaan sampah, sehingga perlu dilakukan perubahan dengan mencantumkan tugas dan wewenang dalam pengelolaan sampah.

    e) Perda No. 7 Tahun 2006 tidak mengatur mengenai pengelolaan sampah sehingga perlu dilakukan pengaturan lain seperti pengurangan sampah, penanganan sampah, pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah, pemrosesan akhir sampah dan pengelolaan sampah spesifik.

    f) Perda No. 7 tahun 2006 tidak mengatur mengenai perizinan sehingga perlu dilakukan pengaturan mengenai perizinan terkait dengan kegiatan daur ulang, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan akhir dengan mengatur jangka waktu perizinan dan perpanjangannya.

    g) Perda No. 7 tahun 2006 masih secara umum memberikan kewenangan pengelolaannya kepada walikota. Hal ini perlu diubah dengan menyesuaikan pada Undang-undang No. 18 Tahun 2008 yaitu lembaga pengelola dapat berbentuk LSM, UPTD, BLUD, SKPD (OPD) dan atau BUMD.

    h) Perda No. 7 Tahun 2006 belum mengatur mengenai pembiayaan dan kompensasi sehingga perlu dilakukan pengaturan lebih jauh mengenai sumber pembiayaan pengelolaan sampah, kewajiban membayar jasa pengelolaan sampah bagi orang yang menggunakan atau menerima

  • 20 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    manfaat serta mengatur mengenai kompensasi yang harus diberikan kepada mereka yang terkena dampak kegiatan penanganan dan pengelolaan sampah, seperti jenis dampak yang diberikan kompensasi, bentuk kompensasi, dan tata cara pemberian kompensasi.

    i) Perda No. 7 tahun 2006 belum mengatur mengenai insentif bagi lembaga yang melakukan pengurangan dan /atau pengolahan sampah terkait dengan bentuk kegiatan yang memperoleh insentif dan bentuk insentif.

    j) Perda No. 7 tahun 2006 belum mengatur mengenai Partisipasi atau Peran masyarakat sehingga perlu diatur, mengingat bahwa peran masyarakat menjadi bagian terpenting dari upaya untuk mewujudkan tujuan pengelolaan sampah.

    k) Seluruh ketentuan mengenai sanksi dalam Perda No. 7 Tahun 2006 perlu diubah dan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.

    l) Berdasarkan aspek kebutuhan, regulasi ini belum sepenuhnya dapat memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam menanam modal, oleh karena itu direkomendasikan untuk direvisi atau dicabut.

    b. Kota Bitung

    Pelaksanaan penelitian di Kota Bitung dilakukan terhadap dua Perda, yaitu:

    1) Perda No. 11 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013 – 2033

    Beberapa hasil analisis terhadap Perda No. 11 Tahun 2013 antara lain:

    a) Perbedaan pengaturan muatan antara Jalan Arteri Primer di Provinsi Sulawesi Utara dengan Kota Bitung.

    b) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) belum diatur dalam RTRW Kota Bitung.

    c) Stasiun KA Bitung yang telah diatur dalam RTRW Provinsi belum diakomodasi dalam RTRW Kota.

    d) Lintas Penyeberangan belum semua disebutkan dalam RTRW Kota Bitung.

    e) Belum dicantumkan rencana pengembangan dan peningkatan pelabuhan penyeberangan Bitung dalam RTRW Kota Bitung.

    f) Rencana pengembangan alur pelayaran yang ada dalam RTRW Provinsi tidak disebutkan dalam RTRW Kota Bitung.

  • 21Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    g) Perbedaan nomenklatur pada sistem jaringan energi: Pembangkit Listrik Tenaga Samudera (Tenaga Pasang surut, Gelombang laut, Panas Laut) di Pulau Lembeh Kota Bitung pada RTRW Provinsi, disebutkan sebagai sistem Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut pada RTRW Kota.

    h) Jaringan Mikro Digital yang diatur dalam RTRW provinsi belum diatur dalam RTRW Kota.

    i) Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis (DPCLS) yang ditetapkan di Kota Bitung dengan luasan kurang lebih 52.46 Ha oleh Provinsi Sulawesi Utara belum diakomodasi dalam RTRW Kota Bitung.

    j) Belum diatur secara khusus kawasan peruntukan peternakan pada RTRW Kota Bitung khususnya kawasan peruntukan peternakan babi yang telah diatur dalam RTRW Provinsi Sulawesi Utara.

    k) Penetapkan kawasan peruntukan pertanian tidak menyebutkan LP2B seperti yang ditetapkan pada RTRW Provinsi Sulawesi Utara.

    l) Kawasan pengolahan ikan berupa pelabuhan perikanan meliputi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung yang ditetapkan pada RTRW Prov. Sulawesi Utara belum diakomodasi dalam RTRW Kota Bitung.

    m) Belum diatur mengenai pengembangan kawasan konservasi, kawasan konservasi laut daerah Bitung yang telah diatur dan ditetapkan pada RTRW Provinsi Sulawesi Utara.

    n) Tidak ditetapkan pada RTRW Kota Bitung kawasan peruntukan industri besar serta kawasan industri terpadu Bitung yang sesuai dengan RTRW Provinsi Sulawesi Utara.

    o) Berdasarkan aspek kebutuhan, regulasi ini belum sepenuhnya dapat memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam menanam modal, oleh karena itu direkomendasikan untuk direvisi.

    2) Perda No. 6 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Kota Bitung

    Beberapa hasil analisis terhadap Perda No. 6 Tahun 2009 antara lain:

    a) Dasar hukum penyusunan Perda ini banyak yang sudah tidak berlaku sehingga perlu dilakukan penyesuaian.

    b) Berdasarkan aspek kebutuhan, regulasi ini belum sepenuhnya dapat memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam menanam modal, oleh karena itu direkomendasikan dicabut.

  • 22 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    c. Kota Tomohon

    Pelaksanaan penelitian di Kota Tomohon dilakukan terhadap satu Perda, yaitu Peraturan Daerah No 6 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tomohon.

    Beberapa hasil analisis terhadap Perda No. 6 Tahun 2013 antara lain:

    1) Dasar hukum penyusunan Perda ini banyak yang sudah tidak berlaku sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Selain itu, perkembangan di Kota Tomohon sangat potensial untuk pengembangan usaha khususnya kepariwisataan yang memungkinkan untuk makin berkembangnya investasi hotel dan restoran sehingga perlu adanya perubahan RTRW yang melakukan pembagian zonasi untuk menyeimbangkan antara kepentingan perkembangan investasi dengan daya dukung lingkungan hidup.

    2) Berdasarkan aspek kebutuhan, regulasi ini belum sepenuhnya dapat memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam menanam modal, oleh karena itu direkomendasikan direvisi.

    d. Kabupaten Minahasa Utara

    Pelaksanaan penelitian di Kabupaten Minahasa Utara dilakukan terhadap satu Perda yaitu Peraturan Daerah No. 5 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2013-2033

    Beberapa hasil analisis terhadap Perda No. 5 Tahun 2013 antara lain:

    1) Perda RTRW Kabupaten Minahasa Utara pada dasarnya telah mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan penggunaan wilayah, namun proses perubahan penggunaan lahan dari satu fungsi ke fungsi masih belum diatur secara optimal.

    2) Berdasarkan aspek kebutuhan, regulasi ini belum sepenuhnya dapat memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam menanam modal, oleh karena itu direkomendasikan direvisi.

    e. Kabupaten Minahasa Selatan

    Pelaksanaan penelitian di Kabupaten Minahasa Selatan dilakukan terhadap dua Perda, yaitu:

    1) Perda No. 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Tahun 2014-2034

  • 23Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Beberapa hasil analisis terhadap Perda No. 3 Tahun 2014 antara lain:

    a) Perda ini belum mengacu pada ketentuan dalam UU No. 23 tahun 2014, sementara itu banyak perbedaan antara UU No. 32 tahun 2004 dengan UU No. 23 tahun 2014.

    b) Berdasarkan aspek kebutuhan, regulasi ini belum sepenuhnya dapat memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam menanam modal, oleh karena itu direkomendasikan direvisi.

    2) Perda No. 1 Tahun 2016 tentang Retribusi Izin Mempkerjakan Tenaga Kerja Asing

    Beberapa hasil analisis terhadap Perda No. 1 Tahun 2016 antara lain:

    a) Perda ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724) dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah.

    b) Berdasarkan aspek kebutuhan, regulasi ini belum sepenuhnya dapat memberikan kepastian hukum bagi para investor dalam menanam modal, oleh karena itu direkomendasikan direvisi.

    3.2.2 Provinsi Sumatera Selatan

    a. Provinsi Sumatera Selatan

    Dalam kajian ini, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang terpilih sebagai sampel (pilot project) untuk dikaji adalah 3 regulasi disertai dengan analisis sebagai berikut:

    1) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Promosi Dan Perizinan Penanaman Modal Daerah perlu dicabut dan dibentuk peraturan daerah yang baru sebagai peraturan perundang-undangan yang baik. Rencana tindaknya adalah menyiapkan masukan dari berbagai perangkat daerah provinsi yaitu Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Selain itu diperlukan pula penyiapan naskah akademik dan konsep awal rancangan peraturan daerah sebagai usulan inisiatif dari pihak eksekutif.

    2) Peraturan Daerah Sumatera Selatan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu perlu dicabut dan dibentuk peraturan daerah yang baru sebagai peraturan perundang-undangan yang baik. Rencana tindaknya adalah menyiapkan masukan dari berbagai perangkat daerah provinsi yaitu

  • 24 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah. Penyiapan naskah akademik dan draf awal rancangan peraturan daerah sebagai usul inisiatif dari pihak eksekutif.

    3) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 30 Tahun 2001 tentang Izin Usaha Perikanan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 4 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua atas Perda No. 30 Tahun 2001 tentang Izin Usaha Perikatan harus dicabut dan dibuat Peraturan Daerah yang baru.

    Rencana tindaknya adalah memastikan eksistensi tentang pengaturan mengenai izin usaha perikanan, dalam rangka pembinaan dan pengendalian kegiatan usaha perikanan yang berwawasan lingkungan dan kelestarian. Harus dibuat Peraturan Daerah yang baru sebagai pengganti peraturan daerah yang lama, sehingga lebih selaras dengan perkembangan Undang-Undang Perikanan terbaru dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

    b. Kota Palembang

    Dalam kajian ini, Peraturan Daerah Kota Palembang yang terpilih sebagai sampel (pilot project) untuk dikaji adalah 6 regulasi disertai dengan analisis sebagai berikut:

    1) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pembinaan Bidang Industri Usaha perlu untuk direvisi. Dikarenakan Perda ini penting dan dibutuhkan namun tidak didukung dengan simplifikasi izin. Pada bagian mengingat terdapat aturan yang sudah tidak berlaku atau telah digantikan.

    2) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pengaturan Operasional Tempat Hiburan direkomendasikan untuk dicabut. Melihat tahun lahirnya, Perda ini perlu direvisi karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman bahkan dapat dicabut dengan catatan. Direvisinya Perda Kota Palembang Nomor 14 Tahun 2007 dan hal-hal yang diatur dalam Operasional Tempat Hiburan dapat digabung dalam Perda tentang Pembinaan Jasa Usaha Kepariwisataan tersebut. Hal ini demi mendukung terciptanya regulasi yang sederhana dan tertib.

    3) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 27 Tahun 2001 tentang Pembinaan Jasa Usaha Kepariwisataan perlu untuk direvisi. Pada bagian mengingat terdapat aturan yang sudah tidak berlaku atau telah

  • 25Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    digantikan dikarenakan hampir setengah dari bagian mengingatnya sudah tidak lagi berlaku. Perbaikan juga harus dilakukan pada Pengurusan Izin Usaha Pariwisata yang tidak menjadikan Perda ini sebagai dasar hukum.

    4) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Palembang Nomor 28 Tahun 2001 tentang Retribusi Pembinaan Jasa Usaha Kepariwisataan perlu direvisi. Hal ini dikarenakan pada bagian mengingat terdapat aturan yang sudah tidak berlaku atau telah digantikan. Dapat dibuatkan satu perda lain yang menggabungkan Perda tentang Retribusi Pembinaan Jasa Usaha Kepariwisataan, Perda tentang Pajak Hiburan, Perda tentang Pajak Hotel, dan Perda tentang Pajak Restoran.

    5) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan perlu direvisi. Hal ini dikarenakan pada bagian mengingat terdapat aturan yang sudah tidak berlaku atau telah digantikan. Dapat dibuatkan satu perda lain yang menggabungkan Perda tentang Retribusi Pembinaan Jasa Usaha Kepariwisataan, Perda tentang Pajak Hiburan, Perda tentang Pajak Hotel, dan Perda tentang Pajak Restoran.

    6) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pajak Hotel perlu direvisi. Hal ini dikarenakan pada bagian mengingat terdapat aturan yang sudah tidak berlaku atau telah digantikan. Dapat dibuatkan satu perda lain yang menggabungkan Perda tentang Retribusi Pembinaan Jasa Usaha Kepariwisataan, Perda tentang Pajak Hiburan, Perda tentang Pajak Hotel, dan Perda tentang Pajak Restoran. Disamping itu, Peraturan Walikota yang turut mengatur pajak hotel ini juga menjadi perhatian karena dikhawatirkan terjadi tumpang tindih peraturan

    7) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pajak Restoran perlu direvisi. Hal ini dikarenakan pada bagian mengingat terdapat aturan yang sudah tidak berlaku atau telah digantikan. Dapat dibuatkan satu perda lain yang menggabungkan Perda tentang Retribusi Pembinaan Jasa Usaha Kepariwisataan, Perda tentang Pajak Hiburan, Perda tentang Pajak Hotel, dan Perda tentang Pajak Restoran.

    8) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan perlu dipertahankan. Dikarenakan Perda ini ramah urusan dan sangat dibutuhkan, namun penyederhanaan harus dilakukan pada pengurusan izin terkait pelayanan

  • 26 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    kesehatan. Pada bagian mengingat terdapat aturan yang sudah tidak berlaku atau telah digant ikan.

    c. Kota Prabumulih

    Dalam kajian ini, Peraturan Daerah Kota Prabumulih yang terpilih sebagai sampel (pilot project) untuk dikaji adalah 5 regulasi disertai dengan analisis sebagai berikut:

    1) Peraturan Daerah Kota Prabumulih No. 27 Tahun 2003 Pengelolaan Usaha Industri dan Perdagangan direkomendasikan untuk dicabut. Hal ini dikarenakan secara yuridis formal dasar pengaturan Perda ini sudah tertinggal dari aturan-aturan yang ada yang kedudukannya lebih tinggi. Kemudian, pemungutan Retribusi di bidang perizinan yang dapat dipungut oleh Pemda Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah harus sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009.

    2) Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Surat Izin Tempat Usaha direkomendasikan untuk dicabut. Hal ini dikarenakan secara yuridis formal dasar pengaturan Perda ini sudah tertinggal dari aturan-aturan yang ada yang kedudukannya lebih tinggi, pemungutan Retribusi di bidang perizinan yang dapat dipungut oleh Pemda Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah harus sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 serta tidak sesuai dengan semangat pengembangan UMKM.

    3) Peraturan Daerah Kota Prabumulih No. 20 Tahun 2003 tentang Pajak Hiburan perlu direvisi. Hal ini dikarenakan dasar hukum dalam ketentuan menimbang peraturan daerah ini sudah tidak berlaku lagi.

    4) Peraturan Daerah Kota Prabumulih No. 36 Tahun 2003 tentang Pajak Hotel perlu direvisi. Hal ini dikarenakan aspek dasar hukum mengingat pada Perda tersebut yang masih berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang sudah tidak berlaku lagi. Lebih lanjut, terdapat pasal-pasal dalam perda ini yang inkonsisten dan dan konflik dengan Peraturan Daerah No. 4 Tahun Tahun 2014 tentang Pajak Daerah, maka sudah selayaknya Peraturan Daerah No. 36 Tahun 2003 direvisi.

    5) Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu perlu direvisi. Hal ini dikarenakan secara yuridis formal dasar pengaturan Perda ini sudah tertinggal dari aturan-aturan yang ada yang kedudukannya lebih tinggi, syarat-syarat memperoleh izin tidak diatur

  • 27Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    sehingga tidak memberikan kepastian hukum, high cost, serta struktur retribusinya yang tidak berpihak pada pengusaha pemula.

    d. Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA)

    Dalam kajian ini, Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang terpilih sebagai sampel (pilot project) untuk dikaji terkait perizinan dan investasi adalah 4 Perda dan diperoleh analisis sebagai berikut:

    1) Perda No.27 Tahun 2005 tentang Perizinan Bidang Industri Dan Perdagangan Dalam Kabupaten Musi Banyuasin perlu direvisi dan diperbaharui sesuai dengan dengan aturan Perda baru yang hormonis dengan aturan tentang perizinan dan investasi yang berlaku.

    2) Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2005 Tentang Pembinaan Dan Retribusi Izin Usaha Jasa Konstruksi Dalam Kabupaten Musi Banyuasin perlu direvisi dan disusun Perda baru yang harmonis dengan aturan tentang perizinan dan investasi yang baru. Hal ini dikarenakan dari aspek filosofis tidak jelas dan tidak didukung asas hukum, manfaat dan tujuan. Aspek yuridis juga tidak terpenuhi karena sebagai aturan Hukum yang lebih tinggi telah berganti aturan baru.

    3) Peraturan Daerah No. 23 Tahun 2005 Tentang Retribusi Izin Usaha Kepariwisataan perlu direvisi. Hal ini dikarenakan dari aspek filosofis tidak jelas dan tidak didukung asas hukum, manfaat dan tujuan. Sementara dari aspek yuridis perlu disesuaikan dengan aturan hukum yang baru/pengganti yang masih berlaku.

    4) Perda No. 7 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi perlu direvisi dengan menambahkan penambahan Pasal tentang Asas, Manfaat danTujuan yang digunakan dalam penyelenggaran telekomunikasi belum jelas dalam batang tubuh Perda.

    e. Kabupaten Muara Enim

    Dalam kajian ini, Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim yang terpilih sebagai sampel (pilot project) untuk dikaji terkait perizinan dan investasi adalah 6 Perda, sebagai berikut:

    1) Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 9 Tahun 2005 tentang Izin Lokasi perlu direvisi. Hal ini dikarenakan Perda ini masih memiliki kelemahan dari segi legalitas (legal basis), yaitu materi muatan Perda tersebut masih merujuk pada beberapa peraturan perundang-undangan yang telah dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Selanjutnya hampir seluruh pasal dalam Perda ini mengandung inkonsisten, multitafsir dan

  • 28 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    tidak operasional, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan (needs) perizinan lokasi dalam rangka openanaman modal dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan usaha penanaman modal di Kabupaten Muara Enim, seperti Pemerintah Kabupaten Muara Enim, penanam modal atau investor, dan masyarakat.

    2) Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 12 Tahun 2005 tentang Izin Usaha Perkebunan perlu direvisi. Hal ini dikarenakan Perda ini memiliki kelemahan dari segi legalitas (legal basis), yaitu materi muatan Perda tersebut masih merujuk pada beberapa peraturan perundang-undangan yang telah dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Perda ini juga memuat pasal yang mengatur retribusi izin usaha perkebunan, yang memberikan beban tambahan (berupa tambahan biaya, waktu, dan proses) bagi pelaku usaha perkebunan. Selanjutnya hampir seluruh pasal dalam Perda ini mengandung inkonsisten, multitafsir dan tidak operasional, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan (needs) perizinan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha perkebunan di Kabupaten Muara Enim, seperti Pemerintah Kabupaten Muara Enim, pelaku usaha perkebunan, dan masyarakat.

    3) Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 8 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu perlu direvisi. Hal ini dikarenakan Perda tersebut memiliki kelemahan dari segi legalitas (legal basis), yaitu materi muatan Perda tersebut masih merujuk pada beberapa peraturan perundang-undangan yang telah dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Artinya, Perda tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Selain itu, Perda ini juga memuat pasal yang memberikan beban tambahan (berupa tambahan biaya, waktu, dan proses) bagi pelaku usaha. Lebih lanjut, beberapa pasal dalam Perda ini mengandung inkonsisten, multitafsir dan tidak operasional, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan (needs) retribusi perizinan tertentu dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan usaha di Kabupaten Muara Enim, seperti Pemerintah Kabupaten Muara Enim, pelaku usaha, dan masyarakat.

    4) Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perizinan Bidang Perdagangan perlu direvisi. Hal ini dikarenakan Perda tersebut memiliki kelemahan dari segi legalitas (legal basis), yaitu materi muatan Perda tersebut masih merujuk pada beberapa peraturan perundang-undangan yang telah dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Perda ini

  • 29Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    juga memuat pasal yang memberikan beban tambahan (berupa tambahan biaya, waktu, dan proses) bagi pelaku usaha perkebunan. Selanjutnya hampir seluruh pasal dalam Perda ini mengandung inkonsisten, multitafsir dan tidak operasional, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan (needs) perizinan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam perdagangan di Kabupaten Muara Enim, seperti Pemerintah Kabupaten Muara Enim, pelaku usaha perdagangan, dan masyarakat.

    5) Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penanaman Modal di Daerah perlu direvisi. Hal ini dikarenakan Perda tersebut memiliki kelemahan dari segi legalitas (legal basis), yaitu Perda tersebut tidak sesuai dengan tata urutan dan perkembangan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam arti mengandung konflik dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan inkonsisten dalam Perda itu sendiri. Selain itu, Perda tersebut juga mengandung multitafsir dan tidak operasional, sehingga tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan (needs) penanam modal, masyarakat Daerah (dalam hal ini masyarakat di Kabupaten Muara Enim) dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim.

    6) Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal perlu direvisi. Hal ini dikarenakan Perda tersebut tidak sesuai dengan tata urutan dan perkembangan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam arti tidak mencantumkan sejumlah peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar yuridis atau rujukan dalam pembentukaan Perda ini, terutama Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penanaman Modal di Daerah, karena materi muatan yang diatur dalam Perda ini mengenai pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal. Selain itu, Perda Kabupaten Muara Enim No. 5 Tahun 2016 ini juga mengandung konflik dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan mengandung inkonsisten dalam Perda itu sendiri. Kemudian, Perda tersebut juga mengandung multitafsir dan tidak operasional, sehingga tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan (needs) penanam modal, masyarakat Daerah (dalam hal ini masyarakat di Kabupaten Muara Enim) dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim.

  • BAB 4PENUTUP

  • 32 Laporan Akhir Kegiatan Kerja Sama PT Unsri_Unsrat

    4.1. KesimpulanBerdasarkan kajian yang telah dilakukan bersama dua Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya, bersama ini disampaikan kesimpulan dari kajian dimaksud:

    1. Universitas Sam Ratulangi

    a. Selama pelaksanaan kegiatan, koordinasi yang dilakukan oleh pihak Bappenas dengan Tim Peneliti Unsrat dapat dikatakan cukup baik. Setiap kegiatan yang dilakukan selalu dilaporkan secara berkala oleh Tim Peneliti, sehingga pihak Bappenas dapat memonitor kegiatan dengan baik. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain minimnya pengetahuan dari Tim Peneliti Unsrat terkait mekanisme kerja sama khususnya dalam hal penganggaran, sehingga proses pencairan anggaran kerja sama terhambat. Kendala lain yang dihadapi adalah tidak adanya wakil koordinator Tim Peneliti, sehingga proses komunikasi terhambat karena hanya dilakukan dengan satu pihak saja.

    b. Kajian simplifikasi regulasi dilakukan di lima lokus wilayah yaitu Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kabupaten Minahasa Selatan yang fokus meneliti pada 8 Perda terkait bidang Perizinan dan Investasi. Dari hasil kajian diperoleh bahwa 7 regulasi direkomendasikan direvisi dan 1 regulasi direkomendasikan dicabut.

    c. Rencana kedepan akan dilakukan monitoring terhadap hasil rekomendasi dari kajian yang dilakukan.

    2. Universitas Sriwijaya

    a. Selama pelaksanaan kegiatan, koordinasi yang dilakukan oleh pihak Bappenas dengan Tim Peneliti Unsrat dapat dikatakan baik. respon atau tanggapan yang cepat sudah diberikan oleh Pihak Tim Peneliti. Mereka juga kooperatif dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kerja sama kajian Simplifikasi Regulasi Daerah, baik itu dalam hal substantif ataupun administratif.

    b. Kegiatan Simplifikasi Regulasi Daerah Provinsi Sumatera Selatan antara Bappenas dengan FH Unsri dilakukan di 5 lokus yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Kota Palembang, Kota Prabumulih, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Muara Enim. Hasil kajian menunjukkan bahwa total terdapat 26 sampel (pilot project) Peraturan Daerah yang dianalisis dimana diperoleh rekomendasi yaitu 1 regulasi tetap dipertahankan, 19 Perda direkomendasikan perlu direvisi dan 6 Perda dicabut.

  • 33Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    c. Berbagai Perda yang telah diterbitkan sebelum dikeluarkannya Visi, Misi Gubernur, Bupati dan Walikota kurang dapat mendukung pencapaian Visi yang dicanangkan oleh pemimpin saat ini. Oleh karena itu, perlu diadakan evaluasi semua Perda-perda terkait perizinan dan investasi yang masih berlaku secara komprehensif.

    4.2. SaranBerdasarkan kajian yang telah dilakukan bersama dua Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya, bersama ini disampaikan rekomendasi dari kajian dimaksud:

    1. Universitas Sam Ratulangi

    a. Pembentukan struktur Tim Peneliti yang jelas, khususnya bagian keuangan dan narahubung yang mengerti serta paham substansi, sehingga tidak menghambat proses kerja sama yang dilakukan.

    b. Tim Peneliti diharapkan dapat mendampingi Pemda dalam menerapkan hasil kajian serta memonitor perkembangannya.

    2. Universitas Sriwijaya

    a. Dalam menyelenggarakan kerja sama dengan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya perlu dilakukan komunikasi yang intensif (komunikasi online ataupun offline) serta menginformasikan progress pekerjaan yang telah dilakukan secara berkala baik itu sifatnya yang substantif ataupun administratif, sehingga setiap laporan perkembangan atau temuan kendala dapat diberikan solusi penyelesaian segera.

    b. Tim Peneliti diharapkan dapat mendampingi Pemda dalam menerapkan hasil kajian serta memonitor perkembangannya.

    c. Perlu sosialisasi lebih mendalam dan konprehensif tentang metode simplikasi regulasi terhadap Pemerintah Daerah (Provinsi, Kota/Kabupaten) agar terdapat kesamaan persepsi dalam membuat peraturan daerah di bidang perizinan dan investasi di masa mendatang.

  • 35

    LAMPIRAN

  • 36 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Lampiran I

    KERANGKA ACUAN KERJA

    KERJA SAMABAPPENAS DENGAN PERGURUAN TINGGI

    DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN YANG HOLISTIK DAN TERINTEGRASI

    TAHUN ANGGARAN 2018

    A. PENDAHULUAN

    Pembangunan Nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mendefinisikan perencanaan pembangunan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan penganggaran merupakan satu kesatuan dari proses perencanaan pembangunan nasional, karena penganggaran merupakan instrumen dalam rangka melaksanakan rencana pembangunan nasional. Keputusan menentukan suatu tindakan dimaksudkan bahwa dalam merencanakan program/kegiatan prioritas termasuk didalamnya merencanakan anggaran yang tersedia untuk program/kegiatan prioritas tersebut. Prinsip ini yang memperlihatkan adanya irisan substantif antara perencanaan dan penganggaran yang masuk dalam cakupan proses perencanaan pembangunan.

    Saat ini momentum untuk merealisasikan sinergi perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional telah berjalan, dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional (SP4N). Dengan demikian diharapkan melalui regulasi tersebut akan dicapai sinergitas, terutama dalam aspek ketepatan dan pengendalian capaian target-target pembangunan secara berkesinambungan, sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan pembangunan.

    Kesinambungan pembangunan tersebut tentu harus dijaga terkait dengan rangkaian panjang dalam tahapan RPJPN 2005-2025. Baik sebelum dan setelah adanya proses integrasi perencanaan penganggaran yang sudah seharusnya menjadi

  • 37Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    bahan telaah untuk penyusunan rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) 2020-2024, yang merupakan tahap ke 4 dalam skema RPJPN 2005-2025, dengan tema yang ditetapkan “Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.”

    Rencana Kerja Pemerintah tahun 2018 merupakan hasil proses pengintegrasian perencanaan dan penganggaran pembangunan pertama, Sesuai Permen PPN/Bappenas No. 4 tahun 2017 tentang rancangan awal RKP 2018 disebutkan tema dalam RKP 2018 adalah “Memacu Investasi dan Infrastruktur untuk Pertumbuhan dan Pemerataan.” Pemerintah menilai bahwa percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur merupakan tulang punggung yang menjadi penyokong mendasar bagi tumbuhnya investasi pembangunan nasional.

    Penyusunan RKP 2018 dengan prinsip money follows program menggunakan pendekatan Holistik-Tematik, Integratif, dan Spasial dengan penajaman substansi perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi. Pendekatan tersebut dilakukan dalam rangka mengupayakan integrasi substansi (hulu-hilir/holistik); integrasi spasial (keterkaitan kegiatan dalam suatu lokasi); pembagian kewenangan (kerangka regulasi) antar Kementerian/Lembaga (K/L), provinsi, kabupaten/kota; dan pembagian sumber pendanaan (kerangka pendanaan) K/L, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana Alokasi Khusus (DAK), pembiayaan investasi, dan Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), serta upaya pemanfaatan Pembiayaan Investasi Non APBN (PINA).

    Pada penyusunan RKP 2018 penajaman dilakukan terhadap Prioritas Nasional (PN) dan Program Prioritas (PP), yang semula 23 PN dan 88 PP pada RKP 2017 menjadi 10 PN dan 30 PP. Penajaman PN dan PP merupakan sebuah terobosan dalam upaya memperkuat RKP 2018, dan menjadi kunci untuk mengintegrasikan pembangunan antar K/L dan daerah.

    Pelaksanaan rencana pada RKP 2018 mengacu pada pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan, tatakelola pemerintahan yang baik, gender, dan anti narkoba; kerangka kelembagaan dan regulasi; serta norma-norma pembangunan.

    Selanjutnya, RKP 2018 menjabarkan lebih rinci PN ke dalam PP, Kegiatan Prioritas (KP), dan Proyek Prioritas Nasional (ProPN). Penjabaran PN dilakukan untuk menjaga kesinambungan antara dokumen perencanaan dan penganggaran, dan menjadi upaya pengendalian pencapaian sasaran PN.

    Terkait keberhasilan implementasi kebijakan dan regulasi, Mazmanian dan Sabatier, menyebutkan ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yakni: (1) karakteristik dari masalah (tractability of

  • 38 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    the problems); (2) karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation); (3) variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementations).

    Mengenali karakteristik masalah dapat dilakukan melalui beberapa variable: a) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. b) Tingkat kemajemukan kelompok sasaran; c) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. d) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.

    Dari aspek Karakteristik kebijakan/Undang-undang, keberhasilan ditentukan melalui; a) Kejelasan isi kebijakan; b) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis; c) Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut. d) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana. Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi vertikal dan horizontal antar instansi yang terlibat dalam implementasi program. e) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana. f) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan. Kasus korupsi yang terjadi di negara-negara dunia ketiga, khususnya Indonesia salah satu sebabnya adalah rendahnya tingkat komitmen aparat untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan atau program-program. g) Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

    Pada variable lingkungan kebijakan, terdapat tiga hal yang perlu mendapat perhatian diantaranya adalah: 1.) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik relatif lebih mudah menerima program pembaruan dibanding dengan masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga, kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasilan implementasi program, karena program-program tersebut dapat disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi modern; 2.) Dukungan publik terhadap suatu kebijakan; 3.) Sikap kelompok pemilih (constituency groups). Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara antara lain; (1) kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud mengubah keputusan; (2) kelompok pemilih dapat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak langsung melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan pelaksana, dan membuat pernyataan yang ditujukan kepada badan legislatif.

    Selain tiga hal tersebut diatas, satu hal yang penting adalah tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor. Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah

  • 39Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    variabel yang paling krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki ketrampilan dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan prioritas tujuan tersebut.

    Dalam hal ini pemerintah harus dapat mengkaji ulang produk-produk hukum. Sasaran kebijakan harus memiliki derajat ketepatan dan kejelasan, dimana keduanya berlaku secara internal maupun dalam keseluruhan program yang dilaksanakan oleh pihak pelaksana.

    Penting untuk menjadi perhatian, suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat, relatif mendapat dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat. Masyarakat akan merasa terasing atau teralienasi apabila hanya menjadi penonton terhadap program yang ada di wilayahnya.

    Dalam konteks ini, pemerintah membutuhkan analisis berimbang serta terukur. Disatu sisi dapat melihat dan mengendalikan praktik pelaksanaan pembangunan secara jangka pendek, dan secara paralel memprediksi kondisi masa depan dengan analisis jangka menengah dan panjang yang akurat. Untuk itu, Bappenas harus mampu mengoptimalisasi potensi internal dan externalnya. Dari sisi external, Bappenas dapat meningkatkan peran kerjasama kelembagaan yang sudah terbentuk, melalui jaringan kerjasama perguruan tinggi dan organisasi masyarakat, bahkan organisasi profesi yang berkompeten untuk mendapatkan terobosan cara pandang diluar tempurungnya untuk merumuskan kebijakan pembangunan secara inklusif.

    B. TUJUAN

    Penguatan Kerjasama Kelembagaan Antara Bappenas dan Stakeholder Pembangunan khususnya Perguruan Tinggi ditujukan antara lain untuk:

    1. Melakukan telaah dan evaluasi bersama stakeholder pembangunan terhadap praktik pembangunan dalam RKP 2018.

    2. Dukungan bahan penyusunan Background Study RPJMN 2020-2024.

    3. Membangun dan merawat simpul jaringan komunikasi pemerintah dengan stakeholder pembangunan.

    4. Mendapatkan umpan balik atas implementasi kebijakan dan regulasi pembangunan nasional yang dirasakan oleh stakeholder dan masyarakat.

    C. RUANG LINGKUP DAN AKTIVITAS KEGIATANUntuk mencapai tujuan tersebut, Bappenas akan memanfaatkan jaringan utama, yaitu melalui kerjasama yang sudah terbangun dengan baik di tahun 2015, yakni

  • 40 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    kerjasama dengan 10 (sepuluh) Perguruan Tinggi, yakni: Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Soedirman, Universitas Sebelas Maret, Universitas Brawijaya, Universitas Sriwijaya, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin.

    Ruang lingkup kegiatan ini adalah melakukan berbagai aktivitas diskusi, seminar dan lokakarya dalam berbagai forum sebagai berikut:

    1. Diskusi internal: Proses diskusi internal dilakukan oleh staf kementerian PPN/ Bappenas untuk membahas proses kegiatan hubungan Kementerian PPN/ Bappenas dan Perguruan Tinggi serta peneliti dan pakar.

    2. FGD dengan para Pakar dan para Ahli: Pemikiran yang dimiliki oleh para pakar dapat dijadikan masukan dalam mendukung Pimpinan Kementerian PPN/ Bappenas untuk mengambil keputusan. Proses untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut didapatkan melalui Focus Group Discussion dengan pakar dan ahli sesuai dengan kebutuhan yang ada.

    3. Seminar: merupakan salah satu instrument efektif untuk mendapatkan masukan kebijakan pembangunan. Dalam kegiatan ini juga dapat disampaikan hasil kajian pakar yang diundang atau bahkan penyampaian hasil-hasil diseminasi kajian di masing-masing Perguruan Tinggi.

    4. Sesi Pembahasan dan Penyempurnaan: Berbagai proses tersebut dikoordinasikan untuk mendorong kebijakan yang diambil oleh Pimpinan Kementerian PPN/ Bappenas melalui proses pembahasan dan penyempurnaan lebih lanjut.

    5. Penyusunan hasil analisis.

    D. KELUARAN

    Melalui pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat berupa:

    1. Tersusunnya hasil telaah partisipatif, terkait urgensi sinkronisasi kerangka kebijakan dan kerangka regulasi dalam mendukung pembangunan THIS yang implementatif (Evidence base policy).

    2. Bahan masukan berupa Analisis komprehensif terkait regulasi sebagai bahan background study RPJMN 2020-2024.

    3. Tersusun pemetaan persoalan implementasi kebijakan dan regulasi dalam RKP 2018, dan rekomendasi Perguruan Tinggi untuk RKP 2019.

    4. Diperoleh agenda kerjasama yg berkesinambungan antara Bappenas dengan Perguruan Tinggi di tahun 2019 terkait dengan penataan kelembagaan regulasi.

  • 41Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    E. PELAKSANA KEGIATAN

    Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan 10 Perguruan Tinggi yaitu: Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Soedirman, Universitas Sebelas Maret, Universitas Brawijaya, Universitas Sriwijaya, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin.

    Dan secara internal Bappenas membentuk tim khusus yang terdiri atas Penanggung Jawab Kegiatan, Tim Pelaksana, dan Tenaga Pendukung.

    · Penanggungjawab kegiatan merupakan pejabat eselon I Kementerian PPN/ Bappenas yang membidangi Hubungan kelembagaan.

    · Tim Pelaksana terdiri dari Staf Perencana, yang akan didukung oleh mitra kerja Bappenas dari unsur Perguruan Tinggi dan Organisasi Masyarakat sipil.

    · Untuk dukungan analisis, perlu dibantu beberapa tenaga pendukung (2 orang) dengan kualifikasi pendidikan S2 jurusan yang relevan.

    F. JADWAL RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018

    Kegiatan ini dilakukan untuk durasi 12 bulan dengan proses dan tahapan sebagai berikut:

    NO. KEGIATANBULAN

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1. Konsolidasi dan Pembentukan Tim

    2. Forum diskusi internal, dengan sektor terkait di Bappenas

    3. FGD Tematik

    4. Seminar Tematik

    5. Konsinyering: perumusan laporan hasil dan rekomendasi

    6. Tindak lanjut masukan kebijakan pembangunan

    G. ANGGARAN PEMBIAYAAN

    Biaya pelaksanaan kegiatan ini dibebankan pada anggaran Kementerian PPN/ Bappenas Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp. 1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah) dan dikerjakan dengan cara swakelola dengan rincian sebagaimana terlampir.

  • 42 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    H. PENUTUPDemikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan.

    Jakarta, 10 Juli 2017Staf Ahli Menteri PPNBidang Hubungan Kelembagaan,

    Dr. Diani Sadiawati, SH, LLMNIP. 19620130 198811 2 001

  • 43Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    Lampiran II

    CATATAN DISEMINASI LAPORAN ANTARA KAJIAN SIMPLIFIKASI REGULASI DAERAH

    BIDANG PERIZINAN DAN INVESTASI

    Hari, tanggal : Kamis, 29 November 2018

    Peserta : 1. Perwakilan Bappenas

    2. Universitas Sam Ratulangi

    3. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sulawesi Utara

    4. Perwakilan Kampus di Sulawesi Utara

    Tempat : Ballroom 1, Lantai 3, Hotel Four Points Manado

    Agenda : Diseminasi Laporan Antara Kajian Simplifikasi Regulasi Daerah Bidang Perizinan dan Investasi

    Sehubungan dengan telah dilakukannya Diseminasi Laporan Antara Kajian Simplifikasi Regulasi Daerah Bidang Perizinan dan Investasi di Sulawesi Utara, bersama ini kami sampaikan catatan diskusi dari kegiatan dimaksud.

    A. Sambutan1. Sambutan Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan – Dr. Diani

    Sadiawati, SH., LL.M

    · Ibu Diani mengatakan bahwa semua prosedur, semua perizinan harus dipermudah, semua tidak lepas dari regulasi yang mudah dan akuntabel dengan mengutamakan tanggung jawab kepada masyarakat.

    · Tujuan kerjasama bappenas dan unsrat adalah untuk memberikan pemahaman komprehensif terkait startegi nasional reformasi regulasi, meningkatkan efektivitas regulasi, dan menyamakan persepsi.

    · Itu lepas juga untuk memotivasi dan mendorong percepatan investasi yang akan menghasilkan penerimaan daerah, dan mmberikan kepercayaan kepada investor.

    · Saat ini, Perizinan yang masih berbelit-belit dan bisa berkaitan dengan korupsi dan kolusi. Ibu Diani berharap 5 Lokus yang di kaji - bitung, tomohon, minut, minsel, manado - ada kerjasama yang baik.

  • 44 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    · Dia juga berpendapat untuk melanjutkan semangat simpifikasi regulasi tersebut dengan menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif serta guna mensinergikan upaya yang Sudah dilakukan oleh kementerian dalam negeri, bappenas bekerja sama dengan unsrat bermaksud melakukan penguatan dan akselerasi pelaksanaan simplifikasi regulasi daerah

    · Dalam pembuatan regulasi terkini para perumus juga harus mulai lebih spesifik misalnya dengan menggunakan instrumen simplifikasi regulasi atau cost and benefit analysis sebagai salah satu alat ukur dalam proses penyususnan regulasi

    2. Sambutan dan Pembukaan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Sam Ratulangi - Drs. Tuerah August Musa Ronny Gosal, M.Si

    · Bapak Tuerah mengatakan bahwa dalam kajian akademik, khususnya di kabupaten, mitra tidak pernah mengizinkan investasi indomaret/alfamaret, dengan alasan tidak mematikan usaha rakyat (pedagang kelontong bukan swalayan bukan supermarket)

    · Banyak persoalan birokrasi dalam pengembangan investasi di daerah.

    · Dalam nawacita presiden menghendaki adanya percepatan izin terhadap investor yang ingin masuk ke daerah

    B. Sesi 1

    1. Pemaparan Hasil Kajian

    a. Narasumber 1 – Kota Manado (Dr. Donna Okthalia Setiabudhi, SH., MH)

    · Dalam pemaparan hasil kajian Ibu Donna ada 2 poin yang di paparkan:

    1) Gambaran umum kota Manado

    2) Inventarisasi regulasi terkait Perizinan dan Investasi

    · Diluar Perda yang dikaji ada 13 Perda lainnya berkaitan dengan Investasi dan Perizinan.

    · Terdapat tumpang tindih pemungutan retribusi. Sudah dibayar tetapi sampah tidak diangkat. Ketidakjelasan pungutan sampah yang tidak diatur secara jelas, menimbulkan bencana alam (banjir), investasi tidak harus mengesampingkan kebersihan karena ini ada ketidakpastian bagi masyarakat dan para pelaku usaha. Manado kota pariwisata, apabila kebersihan tidak diperhatikan akan mempengaruhi pariwisata

    · Terkait Perda Tata Ruang

  • 45Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    . Ditemukan hampir diseluruh kabupaten dan kota

    i. Persoalan zonasi tidak sesuai peruntukannya.

    ii. Perlu diadakan perubahan, sehingga ada harmonisasi dengan keadaan dan arah pengembangan.

    · Terkait Perda Bangunan Gedung

    . Berkaitan dengan permasalahan bangunan di samping sungai, ketidaksesuaian antara perda (3 meter), perwako (batasan 15 meter dari bibir sungai) sehingga bangunan yg ada sudah ditertibkan, dan bangunan yang akan dibangun tidak diterbitkan IMB.

    b. Narasumber 2 – Kabupaten Minahasa Utara (Prof. Dr. Wulanmas Frederik, SH., MH)

    · Perda yang papar adalah Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RTRW, Kabupaten Minahasa Utara 2013-2033

    . Dari aspek Filosofis: Pasal 18 UUD 1945

    i. Dari aspek Sosiologis: Setiap orang, badan, kelompok dan badan hukum memiliki hak dan kewajiban dalam penataan ruang

    ii. Dari aspek Yuridis: UU 32 tahun 2004, UU 26 Tahun 2007, PP 26 Tahun 2008

    iii. Perda rtrw telah mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan peruntukan wilayah. Namun proses perubahan penggunaan lahan dari satu fungsi ke fungsi lain merupakan dinamika tata ruang kabupaten. Perubahan dari hunian menjadi komersil, tanah kosong menjadi komersil dan komersil menjadi kegiatan komersil lain

    iv. Perda ini belum menyesuaikan dengan permintaan terhadap kebutuhan lahan yang digunakan untuk krbutuhan sosial dan ekonomi masyarakat kabupaten minahasa utara, adanya ketidaksesuaian peruntukan lahan dengn penggunaan lahan, dan adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan masyarakat dengan pengaturan zona tertentu dalam regulasi ini.

    · Terkait Perdes Tetempangan Nomor 3 Tahun 2017 yang mengatur tentang sampah seharusnya diatur oleh Perkab. Perdes kolongan tetempangan belum mengatur ttg partisipasi masyarakat, tidak memuat mengenai asas asas tujuan dan ruang lingkup, sudah tidak sejalan dengan uu diatasnya, dan menimbulkan ketidakpastian bagi masyarakat.

  • 46 Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    c. Narasumber 3 – Kota Tomohon (Hendrik Sompotan, SH.,MH)

    · Perlu ada terobosan yang harus dilakukan, khususnya terkait regulasi.

    · Regulasi yang ada saat ini masih berbelit-belit.

    · Investor yang ingin membangun hotel di Tomohon harus melalui banyak proses perizinan, sehingga banyak Investor yang mundur.

    · Pelarangan pembangunan Hotel yang melebihi 4 lantai di Tomohon menjadi salah satu penyebab sedikitnya Investor.

    · Izin gangguan (HO) telah dihapus oleh presiden, namun dalam pelaksanaannya masih memerlukan surat izin gangguan (HO).

    · Banyak investor yang menggunakan Lobby Politik agar proses perizinannya dipermudah.

    · Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) telah dihapus, tetapi di daerah masih ada Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) yang fokus membahas Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

    2. Penyampaian Tanggapan

    a. Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Kota Manado

    · Apresiasi dan menyambut baik apa yg menjadi saran dan masukan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bappenas dan Unsrat.

    · Terkait dengan regulasi sampah, saat ini sedang dilakukan revisi, terkait hal tersebut, perda yang baru akan segera diundangkan.

    · Perda terkait Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) masih menghambat investasi, seperti proses perizinan RS. Hermina, Hotel-Hotel, dan Perumahan masih terhambat oleh permasalahan tata ruang.

    · Perizinan untuk pembangunan hotel masih sulit, setiap fasilitas penunjang yang ada di Hotel seperti Restaurant, Fitness Center, harus melakukan izin masing-masing secara terpisah.

    b. Kepala Dinas BKPM Kabupaten Minahasa Utara

    · Perlu diklarifikasi Kab Minut tidak pernah mengeluarkan izin untuk toko modern.

    · Aturan perizinan dan investasi di Minahasa Utara sudah dimudahkan.

    · Banyak regulasi yang sudah menyesuaikan, termasuk Perbup mengenai IMB yang sudah disesuaikan,

    · Regulasi terkait RTRW sementara masih revisi, karena ada potensi perubahan baru yang didapatkan.

  • 47Laporan Kegiatan Kerja Sama BAPPENAS DenganUniversitas Sam Ratulangi dan Universitas Sriwijaya

    c. Kepala Dinas BKPM Kota Tomohon

    · Kota Tomohon memiliki inovasi dengan membentuk Mal Pelayanan Publik (MPP) yg diresmikan oleh Kemenkumham dan KPK.

    · Ada arahan yang mengharuskan setiap jenis izin harus terpusat satu pintu.

    · Terdapat Perda terkait dengan RTRW untuk bangunan gedung yang tidak boleh melebihi 4 lantai, yang saat ini sedang dikaji untuk direvisi.

    · Perda pemberian insentif sementara masih tahap pembahasan, dan sudah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD.

    · Izin gangguan (HO) saat ini sudah tidak digunakan lagi dan sudah dicabut.

    · Terdapat surat edaran untuk pendirian bangunan yaitu terkait IMB yang harus

    · Terkait OSS, implementasi di daerah khususnya Tomohon masih sulit.

    C. Sesi 2

    1. Pemaparan Hasil Kajian

    a. Narasumber 4 – Kota Bitung (Toar Palilingan, SH., MH)

    · Perlu ada penguatan operasional untuk mendukung proses perizinan dan investasi di Kota Bitung.

    · Perkembangan sarana dan prasarana di kota Bitung sangat luar biasa, hal ini sejalan dengan besarnya investasi di Bitung yang termasuk dalam salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

    · Melakukan evaluasi dan pembatalan regulasi, total sebanyak 6 regulasi, sebagian ada yang dibatalkan hanya per pasal.

    · Kondisi regulasi di Bitung sangat dinamis, tidak miskin produk bahkan Pemerintah selalu berusaha memberi jaminan lewat perda maupun perwako.

    · Perda RTRW merupakan payung utama, sebagai pedoman induk dan pintu masuk untuk pemrosesan lebih lanjut.

    · Karena percepatan pertumbuhan dan perluasan di Bitung tidak tergantung pada Perda RTRW Provinsi, maka baik Minut dan bitung Sudah mengundangkan Perda RTRW Terlebih dahulu daripada provinsi (tahun 2013, baru Provinsi tahun 2014)

    · Kebijakan Penataan Ruang: Peningkatan peran kota berbasis industri, kelautan/perikanan dan perda