stranasrr.bappenas.go.idstranasrr.bappenas.go.id/web/assets/web/file_article/... · 2019. 12....

180

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Hadirnya regulasi yang sederhana, subtantif, dan akuntabel menjadi salah satu hal penting yang diperlukan oleh investor dan pelaku usaha. Komitmen Pemerintah dalam meningkatkan iklim perekonomian dan investasi dilakukan dengan melakukan deregulasi pada berbagai sektor ekonomi strategis salah satunya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal tersebut terefleksi pada direktif Presiden Joko Widodo untuk melakukan pemangkasan regulasi pada tahun 2015.

    Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor usaha di Indonesia yang memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi nasional. Bahkan Pelaku UMKM telah menyumbang terhadap PDB sebanyak 60,34% pada tahun 2018, peranan UMKM ini berkaitan dengan proses produksi, penyerapan tenaga kerja dan proses ekonomi lainnya yang dapat mendongkrak kondisi perekonomian Indonesia.

    Pada tahun 2018, Bappenas melakukan Analisa Dampak manfaat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk Pembangunan Ekonomi dengan menggunakan metodologi Economic Analysis of Law, penelitian ini menganalisa 47 regulasi terkait UMKM dengan menggunakan Cost and Benefit Analysis, dimana sebanyak 28 regulasi dapat termonetisasi dan 19 regulasi sampai dengan tahap kualitatif.

    Langkah simplifikasi regulasi menjadi sangat penting. Pelaku ekonomi berpendapat bahwa rendahnya kualitas regulasi tidak hanya menjadi beban, tetapi juga menjadi kendala baik pada saat memulai usaha, maupun pada saat menjalankan

    v

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    vi

    usaha tersebut, sehingga berdampak pada rendahnya daya saing Indonesia dalam mengarungi dinamika ekonomi internasional.

    Laporan Akhir Pelaksanaan Simplifikasi Regulasi yang terkait dengan bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tahun 2018 ini masih belum sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritiknya sebagai langkah penyempurnaan dalam pelaksanaan Simplifikasi Regulasi pada tahun berikutnya.

    Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan laporan ini, baik Tim Peneliti, Kementerian/Lembaga, Pelaku Usaha yang telah berpartisipasi aktif dan memberikan kontribusi penting dalam penyusunan laporan ini.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Jakarta, Januari 2019

    Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro., SE., M.U.P., Ph.D

    Menteri PPN/Kepala Bappenas

  • ABSTRAKREFORMASI REGULASI:

    ANALISA DAMPAK KEBIJAKANUMKM UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI

    Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan pelaku ekonomi di Indonesia yang memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi nasional. Untuk itu regulasi terkait UMKM menjadi salah satu prioritas dari pelaksanaan reformasi hukum nasional agar kontribusi UMKM terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia dapat meningkat. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dibahas evaluasi regulasi terkait UMKM sebagai langkah awal bagi reformasi regulasi untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan spasi. Dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah Economic Analysis of Law, dimana alat analisis yang digunakan adalah Regulatory Impact Assessment (RIA) dan Cost Benefit Analysis (CBA) dengan mengusung 4 pilot project dalam pengaplikasiannya.

    Dari hasil RIA ditemukan permasalahan paling utama dalam regulasi mengenai UMKM yaitu “kurang terimplementasinya kewenangan dalam penajaman, sinkronisasi dan koordinasi pada suatu kementerian yang mengakibatkan tidak efektifnya peraturan perundang-undangan terkait UMKM”. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terdapat 4 opsi yang diajukan, yaitu a) Status Quo; b) Simplifikasi Regulasi; c) Amandemen UU 20/2008; dan d) Omnibus Law, dan dampak dari masing-masing opsi. Berdasarkan metodologi yang dikerjakan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan Kementerian/Lembaga untuk melanjutkan analisa yang komprehensif terhadap peraturan perundang-undangan.

    Kata Kunci: Reformasi Regulasi, Simplikasi Regulasi Analisa Dampak Kebijakan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

    vii

  • ABSTRACTREGULATORY REFORM:

    ANALYSIS OF THE IMPACT OF SMEsFOR ECONOMIC DEVELOPMENT

    Micro Small and Medium Enterprises (SMEs) is economic actors in Indonesia who play an important role in the development of the national economy. For this reason, regulations related to SMEs must be prioritized to support the implementation of national legal reforms as well as enhancing the contribution of SMEs on national development. The research mainly discuss the need to evaluate SMEs’ regulation as an initial step for regulatory reform to support sustainable economic development. In this study, the methodology used is the Economic Analysis of Law focusing on Regulatory Impact Assessment (RIA) and Cost Benefit Analysis (CBA). The study chooses 4 regulation as pilot project.

    Finding confirms that the important problem of SMEs is “the lack of authority in detailing, synchronizing, and coordinating in Ministrial level that resulted in ineffective laws and regulations related to SMEs. In order to response this issue, the study offer; a) Status Quo; b) Regulatory simplification; c) Amendments to Law 20/2008; and d) Omnibus Law. This study is also can be used as a supplement or reference to Line Ministries related to SMEs.

    Keywords: Regulatory Reform, Regulatory Impact Analysis, Micro Small and Medium Enterprises

    ix

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    x

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    xi

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR v

    ABSTRAK REFORMASI REGULASI vii

    ABSTRACT REGULATORY REFORM ix

    DAFTAR ISI xi

    DAFTAR TABEL xiii

    DAFTAR DIAGRAM xv

    DAFTAR SINGKATAN xvii

    RINGKASAN HASIL KAJIAN xix

    BAB I PENDAHULUAN 1

    I.1. LATAR BELAKANG 1

    I.2. RUMUSAN MASALAH 3

    I.3. TUJUAN 3

    I.4. KELUARAN 3

    I.5. SISTEMATIKA PELAPORAN 4

    I.6. PELAKSANA KEGIATAN 4

    I.7. RENCANA ANGGARAN BIAYA 6

    xi

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    xii

    BAB II LANDASAN TEORI 7

    II.1 Landasan Teori 7

    BAB III METODOLOGI 11

    III.1. Ruang Lingkup Penelitian 11

    III.2 Pra Penelitian 12

    III.3 Penelitian 18

    III.4 Studi Empiris 23

    BAB IV HASIL DAN ANALISIS 29

    IV.1. Cost Benefit Analisis (CBA) Atas Regulasi Terkait UMKM 29

    IV.2. Studi Empiris 53

    IV.3. Regulatory Impact Assessment (RIA) 59

    BAB V KESIMPULAN 65

    DAFTAR LAMPIRAN 67

    DAFTAR PUSTAKA 71

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.2 Rencana Anggaran Biaya 6

    Tabel 3.1 Daftar 47 Regulasi Terkait UMKM] 13

    Tabel 3.2 Matriks Penghitungan Skoring 16

    Tabel 3.3 Contoh Pengisian Matriks Penghitungan Skoring 17

    Tabel 4.1 Rincian Distribusi Skoring Terhadap 47 Regulasi 30

    Tabel 4.2 Daftar Regulasi yang Dapat Dianalisis Secara Kuantitatif 31

    Tabel 4.3 Daftar Institusi Terkait dalam Pilot Project CBA 34

    Tabel 4.4 CBA Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 Tahun 2017 37

    Tabel 4.5 Tabel Perhitungan NPV Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 Tahun 2017 38

    Tabel 4.6 CBA Permenparekraf Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Kafe 41

    Tabel 4.7 Perhitungan NPV Permen Parekraf No. 10 Tahun 2015 42

    Tabel 4.8 CBA Peraturan Bank Indonesia 17/12/PBI/2015 46

    Tabel 4.9 Perhitungan NPV PBI No 17/12/PBI/2015 47

    Tabel 4.10 CBA Peraturan Menteri Pertanian Nomor 105/Permentan/ PD.300/8/2014 50

    Tabel 4.11 Perhitungan NPV atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 105/Permentan/PD.300/8/2015 51

    Tabel 4.12 Klasifikasi Jenis Usaha Responden 53

    xiii

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    xiv

    Tabel 4.13 Klasifikasi Jenis Usaha Berdasarkan Lama Usaha 54

    Tabel 4.14 Klasifikasi Pelaku Usaha UMKM Berdasarkan Jenis Kelamin 58

    Tabel 4.15. Tabel RIA 63

  • DAFTAR DIAGRAM

    Diagram 3.1 Langkah-Langkah Penelitian dalam Penyusunan RIA untuk Reformasi Regulasi terkait UMKM 12

    Diagram 3.2 Alur Identifikasi Masalah 24

    Diagram 4.1 Histogram Skoring 47 Peraturan dinilai dari Dimensi RKP 30

    Diagram 4.2. Analisa Efisiensi PUU Terkait UMKM (BCR) dan Relevansi RKP UMKM (Skor) 33

    xv

  • xvii

    DAFTAR SINGKATAN

    APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

    BUMN : Badan Usaha Milik Negara

    CBA : Cost Benefit Analysis

    DKI : Daerah Khusus Ibukota

    EAL : Economic Analysis of Law

    FGD : Focus Group Discussion

    IUMK : Izin Usaha Mikro dan Kecil

    JDIH : Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum

    K/L : Kementerian atau Lembaga

    KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

    KUR : Kredit Usaha Rakyat

    NPV : Net Present Value

    OECD : Organization for Economic Cooperation and Development

    OJK : Otoritas Jasa Keuangan

    PDB : Pendapatan Domestik Bruto

    PIA : Preliminary Impact Assessment

    PUU : Peraturan Perundang-Undangan

    RIA : Regulatory Impact Assessment

    xvii

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    xviii

    RKP : Rencana Kerja Pemerintah

    SMART : Specific, Measurable, Accepted, Realistic, Time-dependend

    SMA : Sekolah Menengah Atas

    SMP : Sekolah Menengah Pertama

    UKM : Usaha Kecil dan Menengah

    UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    UPH-IEALP : Universitas Pelita Harapan Institute for Economic Analysis of Law and Policy

    UU : Undang-Undang

  • xix

    RINGKASAN HASIL KAJIAN

    Penyusunan Regulasi yang dilakukan secara tidak terstruktur dan tidak sistematis namun masif merupakan bom waktu bagi penyelenggaraan negara hukum yang efisien. kecenderungan yang sering terjadi dalam hal pembentukan peraturan perundang-undangan adalah seringkali regulasi dijadikan satu-satunya solusi paling ampuh bagi permasalahan yang berkembang di masyarakat sehingga perlu ditanamkan bahwa tidak semua masalah diperlukan pembentukan regulasi untuk penyelesaiannya.

    Banyaknya jumlah regulasi di Indonesia selain dapat mengganggu kepastian hukum tapi juga dapat berpengaruh terhadap perekonomian bangsa. Pelaku ekonomi berpendapat bahwa rendahnya kualitas regulasi tidak hanya menjadi beban, tetapi juga menjadi kendala baik pada saat memulai usaha, maupun pada saat menjalankan usaha tersebut, sehingga berdampak pada rendahnya daya saing Indonesia dalam mengarungi dinamika ekonomi internasional. Hal ini nampak pada laporan dari Global Competitiveness Report (GCR) 2016-17 tentang peringkat Indonesia di tahun 2016-2017 untuk indikator Burden of Government Regulation. Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia memiliki skor 3.9 dan berada pada posisi 37 dari 138 negara.

    Pemerintah merespon permasalahan ini dengan meluncurkan Strategi Nasional Reformasi Regulasi (STRANAS-RR) melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/ Bappenas) pada Oktober 2015 sebagai respon atas kondisi permasalahan regulasi yang ada dan dalam rangka memberikan koridor, panduan, dan langkah-

    xix

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    xx

    langkah, khususnya bagi Pemerintah (Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah) untuk mengatasi permasalahan/ hambatan pembangunan.

    Pemerintah telah berupaya melakukan Simplifikasi Regulasi untuk menjamin kepastian hukum dapat terpelihara dengan melakukan upaya-upaya yang salah satunya, pada tahun 2018 Bappenas bekerja sama dengan Universitas Pelita Harapan-Institute for Economic Analysis of Law and Policy (UPH-IEALP) telah melakukan inventarisasi terhadap 60 Regulasi yang terkait dengan UMKM dan telah dilakukan analisis dengan pendekatan Economic Analysis of Law menggunakan Regulatory Analysis of Law (RIA) dan Cost and Benefit Analysis (CBA) terhadap 47 Regulasi dengan 19 regulasi dilakukan analisis secara kualitatif dan 28 Regulasi telah dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif.

    Dari hasil penelitian antara Bappenas dengan UPH-IEALP maka telah disimpulkan bahwa “Tidak teraplikasikannya Implementasi kewenangan dalam penajaman, sinkronisasi dan koordinasi pada suatu kementerian dengan baik mengakibatkan tidak efektifnya peraturan perundang-undangan terkait UMKM”. Untuk dapat menanggulangi permasalahan tersebut, terdapat setidaknya 4 (empat) opsi yang diajukan, antara lain:

    (1) Status quo;

    (2) Simplifikasi regulasi terkait UMKM;

    (3) Amandemen Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; dan

    (4) Membuat Omnibus Law terkait UMKM

  • BAB IPENDAHULUAN

    I.1. LATAR BELAKANGStrategi Nasional Reformasi Regulasi (Stranas-RR) telah diluncurkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/ Bappenas) pada Oktober 2015 sebagai respon atas kondisi permasalahan regulasi yang ada dan dalam rangka memberikan koridor, panduan, dan langkah-langkah, khususnya bagi Pemerintah (Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah) untuk mengatasi permasalahan/hambatan pembangunan.

    Stranas-RR mencakup dimensi regulasi yang masih berlaku saat ini (existing regulation) dan juga dimensi yang akan datang (future regulation). Langkah untuk mengevaluasi kondisi existing regulation saat ini diperlukan apa yang disebut sebagai Simplifikasi Regulasi (penyederhanaan regulasi) dengan mendorong K/L dan pemerintah daerah untuk melakukan inventarisasi, identifikasi regulasi yang bermasalah, dan analisis (review) serta pelaksanaan rekomendasi analisis seperti pencabutan regulasi atau revisi regulasi yang menghambat pembangunan.

    Langkah simplifikasi regulasi menjadi sangat penting. Pelaku ekonomi berpendapat bahwa rendahnya kualitas regulasi tidak hanya menjadi beban, tetapi juga menjadi kendala baik pada saat memulai usaha, maupun pada saat menjalankan usaha tersebut, sehingga berdampak pada rendahnya daya saing Indonesia dalam dinamika ekonomi internasional. Hal ini nampak pada laporan dari Global Competitiveness Report (GCR) 2016-17 tentang peringkat Indonesia di tahun 2016-2017 untuk indikator Burden of Government Regulation. Berdasarkan laporan

    1

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    2

    tersebut, Indonesia memiliki skor 3.9 dan berada pada posisi 37 dari 138 negara. Posisi Indonesia tersebut masih tidak lebih baik dibandingkan dengan Singapura (peringkat 1) dengan skor 5,6 serta Malaysia (peringkat 6) dengan skor 4.9.1 Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kualitas regulasi di Indonesia.

    Pada tahun 2016, melalui surat Nomor: 0085/MEN.PPN/03/2016 tanggal 17 Maret 2017, Menteri PPN/Kepala Bappenas mengamanatkan kepada para menteri/pimpinan lembaga yang memimpin Kementerian/Lembaga (K/L) dan pimpinan daerah (gubernur/walikota/bupati) untuk segera melaksanakan Simplifikasi Regulasi yang berada di bawah kewenangannya dengan kurun waktu regulasi yang diterbitkan pada tahun 2006-2015.

    Dalam pelaksanaannya, Bappenas melakukan langkah konsolidasi bersama 20 K/L yang terlibat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan mengacu pada Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2015. Adapun Kementerian/Lembaga yang terlibat adalah: 1) Kementerian Komunikasi dan Informatika; 2) Badan Koordinasi Penanaman Modal; 3) Kementerian Hukum dan HAM; 4) Kementerian Perdagangan; 5) Badan Standarisasi Nasional; 6) Kementerian Kesehatan; 7) Kementerian Keuangan; 8) Badan Pengawas Obat dan Makanan; 9) Kementerian Kelautan dan Perikanan; 10) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 11) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 12) Kementerian Pariwisata; 13) Kementerian Ketenagakerjaan; 14) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 15) Kementerian Badan Usaha Milik Negara; 16) Kementerian Pertanian; 17) Kementerian Perhubungan; 18) Kementerian Agraria dan Tata Ruang; 19) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; dan 20) Kementerian Perindustrian.

    Pada Tahun 2018, Unit Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan bekerjasama dengan Universitas Pelita Harapan-Institute for Economic Analysis of Law and Policy (UPH-IEALP) melaksanakan langkah-langkah simplifikasi regulasi yang terkait dengan bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran peningkatan daya saing UMKM dan Koperasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 secara umum dan juga pencapaian Sasaran Umum Prioritas Nasional Penanggulangan Kemiskinan dalam Rencana Kerja Pemerintah 2018 (RKP 2018) secara khusus.

    1World Economic Forum, The Global Competitiveness Report 2016-207, Columbia University, Amerika, 2017, hal: 205-319, diakses melalui website: http://www3.weforum.org/docs/GCR2016-2017/05FullReport/TheGlobalCompetitivenessReport2016-2017_FINAL.pdf pada tanggal 26 Juni 2018

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    3

    Upaya simplifikasi regulasi terkait UMKM dilakukan melalui langkah-langkah sistematis dan terarah yang salah satunya menggunakan Cost and Benefit Analysis (CBA). Pada akhir kegiatan nantinya diharapkan dapat terinventarisasi regulasi di level pusat (Undang-Undang hingga Peraturan menteri) yang mengatur tentang UMKM atau terkait dengan penyelenggaraan UMKM di Indonesia dan juga hasil analisis dengan menggunakan Cost and Benefit Analysis beserta rekomendasi yang dapat disampaikan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) terkait regulasi yang berada di dalam wewenangnya.

    I.2. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah bagaimana cara mengevaluasi regulasi terkait UMKM sebagai langkah awal bagi reformasi regulasi untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

    I.3. TUJUANAdapun Tujuan Simplifikasi Regulasi di Bidang UMKM, yakni:

    1. Memastikan pelaksanaan dan mempercepat pencapaian target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2018 di bidang UMKM.

    2. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan negara di bidang ekonomi terutama dalam kaitannya dengan penyelenggaraan UMKM;

    3. Memberikan kepastian hukum bagi Pemerintah selaku pelaksana penyelenggaraan negara serta bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi dan investasi di Indonesia;

    4. Meningkatkan peran serta UMKM dalam pembangunan di Indonesia secara umum dan kontribusi UMKM dalam perekonomian yang ditunjukkan dengan pertumbuhan nilai PDB, secara khusus.

    I.4. KELUARANKeluaran yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:

    1. Identifikasi dan inventarisasi regulasi bidang UMKM;

    2. Hasil Cost and Benefit Analysis regulasi bidang UMKM secara kualitatif dan kuantitatif;

    3. Rekomendasi terhadap setiap hasil analisis regulasi bidang UMKM yang disampaikan kepada stakeholder terkait.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    4

    I.5. SISTEMATIKA PELAPORANSistematika pelaporan Kajian Simplifikasi Regulasi dalam rangka mendukung pencapaian sasaran RKP 2018 bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini terdiri dari beberapa bab, sebagai berikut:

    Bab 1 PENDAHULUAN

    Pada bagian awal ini diuraikan latar belakang dilaksanakannya kegiatan Kajian Simplifikasi Regulasi di Bidang UMKM, tujuan dan sasaran kegiatan, ruang lingkup, serta keluaran dan manfaat kegiatan.

    Bab 2 TINJAUAN TEORITIS

    Pada bagian ini diuraikan landasan teoritis yang akan dilakukan dengan mengedepankan konsep efisiensi dan dengan pendekatan Economic Analysis of Law.

    Bab 3 METODOLOGI

    Pada bagian ini diuraikan terkait ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran, dalam hal ini penggunaan RIA dan CBA.

    Bab 4 HASIL DAN ANALISIS

    Pada bagian ini diuraikan Hasil Kajian dan Analisis yang telah dilakukan terhadap 47 Regulasi menggunakan metode CBA dan RIA

    Bab 5 PENUTUP

    I.6. PELAKSANA KEGIATANA. Tim Peneliti Kementerian PPN/Bappenas

    1) Dr. Diani Sadiawati, SH., LLM - Ketua Koordinator Tim Peneliti

    2) Mumtaz Soraya N., SH, MH

    3) Mohamad Iksan Maolana, SH, LL.M

    4) Naomi Helena Tambunan, SH., MKn, MLawDev

    5) Budiman Soedarsono, SH, MA

    6) Yoga Wiandi Akbar, SH

    7) Marsha Destianissa, S.I.A

    8) Anggita Sulisetiasih, S.E

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    5

    9) Andika Catur Rangga, S.P

    10) Larassita Damayanti, M.A.

    11) Fahmi Nurulloh, S.H.

    12) Hanasri Pawitrasari, S.H.

    B. Tim Peneliti UPH-IEALP (Universitas Pelita Harapan Institute for Economic Analysis of Law and Policy)

    1) Dr. Maria G.S. Soetopo Conboy, B.Sc., M.B.A - Ketua Koordinator Tim Peneliti

    2) Adry Julian, S.H.

    3) Andi Muhammad Reza P.N.,S.H.,M.H.

    4) Elvira Kuswardani Astuti, S.E.

    5) Lina Ghaida, S.E.

    6) Melisa Chikita, S.H.,M.H.

    7) Mustika Alam Rustomo, S.H.,M.H.

    8) Riezky Aditya Ramadhan, S.H.

    9) Roy Sanjaya, S.H.,M.H.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    7

    BAB IILANDASAN TEORI

    II.1 Landasan Teori

    II.1.1 Efisiensi dan Utilitas

    Konsep efisiensi merupakan konsep mendasar yang dapat didefinisikan dari berbagai macam latar belakang. Menurut istilah “pure efficiency” efisiensi merupakan suatu upaya untuk mencapai hasil tertentu dengan pengorbanan yang minimal atau target dengan pengorbanan tertentu untuk hasil yang maksimal.2 Mengacu pada konsep efisiensi dalam prinsip ekonomi yang disampaikan oleh Svetozar Pejovich, efisiensi ekonomi merupakan kegiatan penggunaan sumber daya dan alokasi output untuk mencapai hasil maksimum.3 Hasil maksimum tersebut harus dapat memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebagian masyarakat.4 Kebahagiaan ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap individu, tetapi sulit untuk dicapai maka diupayakan agar kebahagiaan itu dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat (the greatest happiness for the greatest number of people).5 Konsep efisiensi ini juga didukung oleh pemikiran Cooter dan Ulen yang mengatakan bahwa

    2Wildavsky, Aaron. “The political economy of efficiency: cost-benefit analysis, systems analysis, and program budgeting.” Public Administration Review (1966): 292-310.

    3Pejovich, Svetozar, and Enrico Colombatto. Law, informal rules and economic performance: The case for common law. Edward Elgar Publishing, 2010.

    4Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum (Yogyakarta, 2011), hlm. 130.5Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum

    Indonesia (Jakarta, 2008), hlm. 117; Victorianus M.H. Randa Puang, Op.Cit., hlm. 237.

    7

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    8

    konsep efisiensi adalah ketika produsen bisa memroduksi semua barang dengan sumber daya yang ada. Untuk memproduksi lebih banyak barang lagi, ekonomi yang efisien harus bisa memproduksi dengan bahan yang lebih sedikit.6

    Konsep efisiensi menurut Vilfredo Pareto mengemukakan mengenai konsep allocative eficiency yang hingga sekarang dikenal dengan pareto eficiency yang pada dasarnya menitikberatkan pada pencapaian kepuasan seseorang. Suatu peristiwa dapat menghasilkan nilai efisiensi (allocative eficiency) apabila dapat membuat para pihak didalamnya menjadi lebih baik atau paling tidak, tidak ada satu pihak yang menjadi sengsara.7 Pada dasarnya, allocative efficient yang dibangun oleh Vilfredo Pareto dibagi menjadi 2 (dua) konsep, yaitu: 8

    • Paretosuperiority - “An economic situation in which an exchange can be made that benefits someone and injures no one.” Suatu keadaan ekonomi yang pertukarannya dapat dilakukan untuk membawa keuntungan kepada seseorang dan tidak merugikan seorangpun.

    • Pareto optimality - “An economic situation in which no person can be made better off without making someone else worse off ”. Suatu keadaan ekonomi yang tidak membuat seorang pun menjadi lebih baik tanpa merugikan atau menjadikan seseorang lebih buruk.

    Dengan pendekatan ekonomi, efisiensi merupakan model ideal yang dapat menjadi acuan dalam kegiatan hukum. Dalam konteks regulasi, hukum yang efisien mencerminkan kualitas regulasi itu sendiri. Menurut Richard Posner efisiensi merupakan alokasi dari sumber daya dimana nilai (value) dimaksimalkan9, yang kemudian menyatakan bahwa bahwa tujuan hukum bukan untuk menjamin kebahagiaan semata dan bukan pula untuk menjamin mayoritas belaka. Sebagaimana tampak dalam pernyataannya sebagai berikut:10

    “the most common meaning of justice is efficiency”

    Adapun pendapat Richard Posner tersebut pada intinya menyatakan bahwa tujuan hukum adalah keadilan. Namun, dalam mendefinisikan konsep keadilannya

    6Dr. Fajar Sugianto, S.H., M.H., Economic Analysis of Law, Perpustakaan Nasional (Jakarta, 2013), hlm. 37

    7Robert Cooter & Thomas Ulen, Law&Economics, 5th edition, London: Pearson Addison Wesley, 2008, hlm. 602.

    8Bryan A. Garner, Bryan A.Garner, Black’s Law Dictionary, 8th edition, USA: Thompson West Group, 2004, hlm. 1147

    9Ibid., hlm 12410Maria G.S. Soetopo Conboy, Indonesia Getting Its Second Wind: Law and Economics for Welfare

    Maximization (Jakarta, 2015), hlm. 120.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    9

    tersebut Richard Posner cenderung menyamakan pengertiannya dengan konsep efisiensi yang lazim digunakan dalam menjelaskan konsep keadilan dalam ekonomi dimana untuk mencapai efisiensi maka perlu menggunakan Economic Analysis of Law (EAL). Efisiensi merupakan salah salah satu konsep utama dalam EAL11 dimana Cost Benefit Analysis (CBA) dapat digunakan sebagai kerangka untuk mengukur efisiensi tersebut.

    Konsep lainnya yang berkaitan dengan efisiensi yaitu konsep utilitas. Utilitas menjadi salah satu pertimbangan ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan oleh manusia yang pada hakikatnya ingin mendapatkan manfaat atau keuntungan sesuai dengan pengharapannya. Keputusan yang diambil ini dikatakan rasional, karena manusia dapat membedakan secara jelas antara untung rugi yang pasti dan yang tidak pasti. Sesuatu yang tidak pasti ini merupakan risiko yang menjadi pertimbangan ekonomi juga. Bagi kebanyakan ekonom, utilitas pada umumnya digunakan untuk membedakan biaya tidak pasti dari sesuatu yang pasti. Utilitas juga biasanya disebut sebagai utilitas yang diharapkan (expected utility) yang menghasilkan analisis risiko, sementara utilitas dalam arti yang digunakan oleh filsuf utilitarianisme adalah kebahagian. Utilitas menjadi salah satu pertimbangan ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan oleh manusia yang pada hakikatnya ingin mendapatkan manfaat atau keuntungan sesuai dengan pengharapannya. 12

    Menurut Cooter dan Ulen utilitas merupakan manfaat yang didapatkan karena pengambil keputusan dalam memilih pilihan dengan alternatif pengunaannya13. Terdapat dua pengertian utilitas, yaitu pengharapan kegunaan (expected utility) sebagaimana diartikan dalam ilmu ekonomi dan utilitas yang diartikan sebagai kebahagiaan oleh pemikir utilitarian. Berdasarkan hal tersebut dalam ilmu ekonomi, utilitas dapat digunakan untuk melihat ketidakpastiaan keuntungan dan kerugian yang mengarah kepada konsep resiko.14 Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh manusia untuk memperoleh manfaat keuntungan yang diharapkan. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan dan membedakan sejelas mungkin antara keuntungan dan kerugian yang pasti ataupun tidak pasti, dimana ketidakpastian merupakan risiko yang harus dihadapi.15

    Ketika suatu peraturan dikeluarkan maka akan ada resiko kewajiban dari pihak-pihak yang terdampak untuk memenuhi peraturan tersebut. Peraturan yang dibuat

    11Ibid., hlm 129.12Ibid., hlm 60.13Ulen, Thomas S. “Law And Economics.” Law and economics 19 (1989): 201.14Richard A. Posner, Loc. cit. hlm. 11.15Ibid.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    10

    akan menimbulkan konsekuensi biaya dan manfaat untuk memenuhi aturan tersebut atau willingness to pay. Preferensi masyarakat untuk memenuhi peraturan tersebut diungkapkan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk beberapa manfaat yang diterima tergantung pada kemampuannya membayar (penghasilan atau kekayaan). Biaya yang dikeluarkan tidak hanya dilihat secara nominal (tangible) tetapi perlu diperhitungkan juga biaya intangible seperti kerelaan masyarakat untuk memamatuhi peraturan.

    Hal ini berkaitan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang turut serta perlu memperhatikan kemampuan dalam memenuhi standar dan aturan. Meskipun intervensi pemerintah diperlukan, namun terlalu banyaknya bentuk intervensi yang tidak sesuai ataupun tidak tepat sasaran akan memicu ketidakefektifan dalam upaya memajukan UMKM. Kondisi UMKM saat ini masih menjadi industri yang belum kokoh dalam menghadapai persaingan pasar. Melihat kondisi ini UMKM menjadi sektor usaha yang masih membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk mendukung perkembangannya. Diharapkan dengan adanya bantuan pemerintah melalui regulasi, maka akan meningkatkan pemberdayaan UMKM dan meningkatkan kontribusi UMKM dalam perekonomian.

    Dari konsep efisiensi dan utilitas yang telah diuraikan di atas maka terlihat bahwa konsep tersebut tidak berdiri sendiri untuk dapat mengukur dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut, karena keberadaan ketentuan hukum dikatakan efektif apabila memiliki nilai, berdaya guna dan efisien. Selain itu, peran dari regulasi terhadap pertumbuhan ekonomi bergantung pada efisiensi dari sebuah kebijakan dan kualitas dari proses tata kelola.16 Sesuai dengan yang dikatakan Cicero Arcesilaus yaitu “Where you find the laws more numerous, there you will find also the greatest injustice”.17 Sehingga analisa kebijakan perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan suatu kebijakan yang efisien dan efektif.

    16Jalilian, Hossein, Colin Kirkpatrik, dan David Parker. “The impact of regulation on economic growth in developing countries: A cross-country analysis. World development 35.1 (2007): hlm. 87-103.

    17Op. Cit., hlm. 25.

  • BAB IIIMETODOLOGI

    III.1. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan menganalisis 47 (empat puluh tujuh) peraturan perundang-undangan terkait UMKM. Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan CBA ex-post untuk mengetahui dampak dari 47 (empat puluh tujuh) peraturan perundang-undangan UMKM. Setelah dilakukan CBA ex-post terhadap 47 (empat puluh tujuh) peraturan perundang-undangan UMKM, ditemukan issue atau masalah yang terjadi di UMKM.

    Setelah issue diidentifikasi, tahap selanjutnya yakni melakukan RIA yang CBA yang bersifat ex-ante untuk mengetahui dampak dari opsi-opsi yang diberikan. Dengan pemahaman bahwa yang dimaksud dengan RIA ex-ante adalah RIA yang disusun sebelum suatu regulasi (dan kebijakan) dikeluarkan atau sejalan dengan Diktum Ketujuh dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengambilan, Pengawasan, dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Tingkat Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah. Sementara yang dimaksud dengan CBA ex-post adalah CBA dengan regulasi yang dilakukan terhadap suatu regulasi yang telah dikeluarkan (dan berlaku) di masyarakat guna keperluan evaluasi terhadap dampak dari regulasi tersebut.

    Penyusunan RIA dalam penelitian ini adalah RIA sederhana (light) tanpa melibatkan suatu bentuk analisa yang bersifat kompleks.18 Secara garis besar,

    18Investment Climate Advisory Services of the World Bank Group, Making it Work: ‘RIA Light’ for Developing Countries (Washington DC, 2010), hlm. 33.

    11

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    12

    penelitian RIA ini memiliki langkah-langkah yang digambarkan dalam diagram di bawah ini:

    Diagram 3.1. Langkah-Langkah Penelitian dalamPenyusunan RIA untuk Reformasi Regulasi terkait UMKM

    III.2 Pra Penelitian

    III.2.1 Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan (PUU)

    Sebagai tahap awal dalam fase pra-analisa dari penyusunan RIA guna melakukan reformasi regulasi terkait UMKM, kegiatan pengumpulan PUU ini dilakukan dengan cara melakukan pencarian regulasi melalui 3 (tiga) situs dalam media internet, antara lain; Situs peraturan.go.id; Situs ditjenpp.kemenkumham.go.id; dan Situs Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional (JDIH) dari masing-masing Kementerian dan Lembaga (K/L).

    Di mana suatu regulasi dianggap berkaitan dengan UMKM apabila didalam regulasi tersebut tercantum kata “UMKM” baik pada konsiderans dan batang tubuhnya atau setidak-tidaknya mencantumkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah19 pada konsiderans menimbang dari masing-masing regulasi yang ada.

    19Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4866.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    13

    Adapun hasil inventarisasi awal diperoleh bahwa setidaknya terdapat 60 (enam puluh) regulasi (atau PUU) yang berkaitan dengan UMKM. Namun seiring berjalannya proses pra-analisa ditemukan bahwa dari 60 (enam puluh) regulasi yang ada, beberapa 12 (dua belas) diantaranya sudah dicabut sehingga total regulasi yang berhasil diinventarisasi adalah sebanyak 47 (empat puluh tujuh) peraturan.

    Tabel 3.1. Daftar 47 Regulasi Terkait UMKM]

     

    No. Regulasi

    1UNDANG‐UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

    2PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG‐UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

    3PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN UNTUK USAHA MIKRO DAN KECIL

    4 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

    5PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

    6Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 13 tahun 2016 Tentang Bentuk Pelaksanaan dan Tata Cara Pemberian Izin dan Penanaman Modal Bagi Badan Usaha Dalam Pelaksanaan Transmigrasi

    7Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK .05/2010 Tentang Tarif Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pada Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (PMK. 75‐PMK.05‐2011)

    8 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Pondok Wisata

    9Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nomor 14 tahun 2014 tentang Standar Usaha Angkutan Jalan Wisata

    10 Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanan KUR

    11Peraturan Menteri BUMN Nomor PER‐09/MBU‐07/2015 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan BUMN

    12 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/ M‐Dag/PER/9/2013 tentang Kewajiban Penggunaan Logo Waralaba13 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 16 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Karaoke

    14Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/ POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank

    15 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/ POJK.03/2016 Tentang Rencana Bisnis Bank

    16Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/POJK.05/2017 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Penjaminan

    17 Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM No. 16/PER/M.KUKM/XII/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017

    18Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM No. 09/PER/M.KUKM/XII/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM Melalui Tugas Pembantuan Kementerian KUKM tahun 2014 (02/PER/M.KUKM/II/2014)

    19Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM No. 17 /PER/M.KUKM/XII/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Penataan Kawasan Pedagang Kaki Lima Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017

    20Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Wisata Arung Jeram

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    14

     

    21 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 10/Per/M.KUKM/VI/2016 tentang Pendataan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

    22 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata23 Permendag No. 68 M‐DAG/Per/10/2012 Tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern

    24 Permendag No. 56/M‐Dag/Per/9/2014 tentang Perubahan atas Permendag Nomor 70/M‐Dag/Per/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

    25

    Permendag No. 07/M‐DAGPER/2/2013 Tentang Pengembangan Kemitraan dalam Waralaba untuk Jenis Usaha Jasa Makanan dan Minuman

    Permendag No. 58/M‐DAG/PER/9/2014 tentang Perubahan atas Permendag No. 07/M‐DAGPER/2/2013 Tentang Pengembangan Kemitraan dalam Waralaba untuk Jenis Usaha Jasa Makanan dan Minuman

    26

    Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/M‐IND/PER/7/2017 tentang Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Industri Menengah Melalui Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan

    Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/M‐IND/PER/7/2017 tentang Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Industri Menengah Melalui Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan

    27 Peraturan Menteri Pertanian No. 105/Permentan/PD.300/8/2014 Tentang Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Usaha Budi Daya Sapi Potong

    28 Permenkop UKM No. 02/PER/M.KUKM/I/2016 Tentang Pendampingan Koperasi Dan Usaha Mikro dan Kecil

    29Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 18/PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyelanggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Koperasi dan UMKM.

    30 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Kafe

    31 Peraturan Menteri Pemuda Dan Olahraga Nomor 0944 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pemberian Fasilitasi Pengembangan Kewirausahaan Pemuda

    32 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 18 Tahun 2014 Tentang STANDAR USAHA JASA BOGA

    33Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Terhadap Pelaku Usaha Dalam Rangka Pengembangan Ekspor

    34 Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 18/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pedoman Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Sumber Daya Manusia Koperasi, Pengusaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

    35Peraturan Menteri Keuangan Nomor 46/PMK.05/2013 Tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (95/PMK.05/2015)

    36 Permenkop UKM No. 24/PER/M.KUKM/IX/2015 Tahun 2015 Tentang Norma, Standar, Prosedur Dan Kriteria Penyelenggaraan Inkubator Wirausaha

    37Permenkop UKM No. 03/PER/M.KUKM/I/2016 tentang Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Peningkatan Kapasitas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

    38 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/SR.230/4/2018 Tentang Petunjuk Teknis Kredit Usaha Rakyat Di Sektor Pertanian

    39Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 17 Tahun 2013 Tentang PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA

    40 Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/PD.200/6/2014 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Budidaya Hortikultura

    41

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 Tentang Pemberian Kredit Atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

    42 Peraturan Menteri Keuangan nomor 180 PMK.05 tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga/ Subsidi Marjin untuk Kredit Usaha Rakyat

    43 Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 tahun 2016 Tentang Pendaftaran Usaha Pariwisata

    44 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Perjalanan Pariwisata

    45 Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 08/PER/M.KUKM/III/2016 tentang Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

    46 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 3 tahun 2017 Tentang Biaya Jasa Hukum Notaris untuk Pendirian Perseroan Terbatas Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah47 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nomor 11 tahun 2014 tentang Standar Usaha Restoran

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    15

    III.2.2 Identifikasi Dimensi

    Setelah inventarisasi PUU selesai, tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi dimensi yang akan digunakan untuk memberikan penilaian (skoring) terhadap 47 (empat puluh tujuh) regulasi terkait UMKM. Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada 5 (lima) dimensi sebagaimana tercantum dalam arah kebijakan pemerintah untuk UMKM di Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 201820 sebagai berikut:21

    1. Peningkatan kualitas produk dan akses pemasaran;

    2. Perluasan akses pembiayaan;

    3. Pengembangan keterampilan dan layanan usaha;

    4. Pengembangan kewirausahaan;

    5. Penguatan kelembagaan koperasi, kemitraan dan perlindungan usaha.

    III.2.3 Keberadaan Ambang Batas (Threshold) dalam Pra-Analisa

    Salah satu prinsip penyusunan RIA menyatakan bahwa tidak semua regulasi harus menggunakan metode RIA, melainkan hanya dibatasi pada regulasi yang mempunyai dampak signifikan (economically significant).22,23 Namun, ketiadaan suatu pedoman khusus yang secara resmi mengenai ambang batas (threshold) Indonesia mengakibatkan tahapan ini tidak dapat dilakukan.24

    III.2.4 Skoring Regulasi Terkait UMKMAdapun secara metodologis, tujuan skoring regulasi dalam penelitian ini adalah untuk melihat kesesuaian (relevansi) dari masing-masing regulasi dengan kelima dimensi UMKM yang terdapat dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018; dan menentukan prioritas peraturan mana yang kepadanya CBA akan dilakukan terlebih dahulu.

    20Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 184.21Lampiran Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah

    (RKP) Tahun 2018, hlm. IV.65.22Paul Soetopo Tjokronegoro, Op. Cit., hlm. 258.23Misalnya saja Amerika Serikat yang menetapkan threshold untuk penyusunan RIA adalah

    sebesar USD 100.000.000,- (Rp 1,3 triliun rupiah) dan Korea Selatan yang menetapkan threshold sebesar USD 10.000.000,- (100 Miliar won) atau mempengaruhi 2% dari total populasi Korea Selatan secara keseluruhan (4.000.000 orang). Ibid., hlm. 258; Maria G.S. Soetopo, “UPH-IEALP and RIA,” Bahan Paparan di BAPPENAS 1 Februari 2018 (Jakarta, 2018), hlm. 40.

    24Terhadap hal ini, UPH-IEALP berpendapat bahwa threshold untuk Indonesia adalah sebesar USD 50.000.000,- atau mempengaruhi setidaknya 50.000.000 (lima puluh juta) penduduk Indonesia secara keseluruhan. Lihat UPH-IEALP, Op. Cit., hlm. 4.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    16

    Tahap skoring ini dimaksudkan untuk mengevaluasi relevansi regulasi terkait UMKM terhadap RKP, namun tidak mengevaluasi baik atau buruknya suatu peraturan. Mengingat dari 47 (empat puluh tujuh) regulasi, tidak semuanya terkait UMKM yang ada dimaksudkan untuk membantu UMKM sebagai tujuan utamanya. Skoring yang dilakukan terhadap regulasi terkait UMKM ini dilakukan dengan menerapkan metode Likert.25 Dalam menerapkan metode ini, terdapat 5 (lima) dimensi UMKM, yaitu:

    1) Peningkatan Kualitas Produk dan Akses Pemasaran;

    2) Perluasan Akses Pembiayaan;

    3) Pengembangan Keterampilan dan Layanan Usaha;

    4) Pengembangan Kewirausahaan;

    5) Penguatan Kelembagaan Koperasi, Kemitraraan, dan Perlindungan Usaha.

    Penilaian terhadap kesesuaian regulasi terhadap masing-masing kelima dimensi UMKM dilakukan berdasarkan 4 (empat) indikator, yakni:

    a. Judul regulasi;

    b. Tujuan regulasi;

    c. Kuantitas pasal dalam regulasi; dan

    d. Tata cara

    Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan matriks penghitungan skoring sebagai berikut:

    Tabel 3.2. Matriks Penghitungan Skoring

    25Metode ini mengacu pada metode yang diperkenalkan oleh Rensis Likert, seorang pakar psikologi dan pengajar di Amerika Serikat yang melakukan penelitian dalam bentuk model manajemen. Maria G.S. Soetopo, “Metode Skoring UPH-IEALP,” Bahan Paparan di Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) 20 April 2018 (Jakarta, 2018), hlm. 2.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    17

    Sedangkan contoh pengisiannya adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.3. Contoh Pengisian Matriks Penghitungan Skoring

    Jika tidak ada satupun indikator yang sesuai dengan satu dimensi UMKM, maka skor regulasi tersebut terhadap dimensi UMKM yang bersangkutan diberikan nilai 1 (satu). Apabila regulasi yang bersangkutan ternyata tidak sesuai dengan kelima dimensi UMKM, maka nilai (skor) dari regulasi tersebut adalah 5 (lima). Begitupun sebaliknya, jika suatu regulasi memiliki kesesuaian dengan kelima dimensi UMKM maka skor dari regulasi tersebut adalah 25 (dua puluh lima). Di mana hasil dari skoring yang telah dilakukan akan diolah lebih lanjut untuk menggolongkan 47 (empat puluh tujuh) regulasi terkait UMKM ke dalam 3 (tiga) kategori prioritas untuk dilakukan CBA, yakni:

    1. Regulasi dengan status Top Urgent (Skor 5-15);

    2. Regulasi dengan status Urgent (Skor 16-20);

    3. Regulasi dengan status Less Urgent (21-25).

    III.2.5 Pengumpulan DataSetelah skoring terhadap 47 (empat puluh tujuh) regulasi terkait UMKM selesai, maka pengumpulan data dilakukan sebelum menganalisa CBA dan menyusun RIA. Dalam tahap pengumpulan data diperlukan 2 (dua) jenis data yaitu:

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    18

    a) Data Primer

    Sumber utama pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah penggunaan kuisioner dengan tujuan pokok sebagai berikut:26

    1. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian; dan

    2. Memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin.

    Responden adalah para pelaku UMKM yang menjalankan kegiatan usahanya di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Hasil dari kegiatan usaha tersebut kemudian diolah secara statistik baik kualitatif maupun kuantitatif27 sebagai bahan informasi tambahan dalam penyusunan RIA yang akan dilakukan.

    b) Data Sekunder

    Dari segi data sekunder penelitian ini menggunakan bahan-bahan hukum yang terdiri atas:28

    1. Bahan hukum primer;

    2. Bahan hukum sekunder;

    3. Bahan hukum tersier; dan

    4. Bahan non-hukum.

    Di mana data sekunder yang ada akan digunakan sebagai bahan utama dalam penyusunan CBA dan RIA ex-ante dalam suatu analisa bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

    III.3 PenelitianSebagai bagian dari RIA yang dirancang untuk menghimpun informasi yang bermanfaat dalam rangka membantu pembentuk regulasi (dan kebijakan) untuk menimbang dampak positif dan negatif serta konsekuensi yang timbul dari suatu

    26Valerine, K., “Penggunaan Kuesioner dalam Penelitian Hukum,” Metode Penelitian Hukum (Bagian I): Kumpulan Bahan Bacaan untuk Program S-2, ed. Valerine, J.L.K. (Jakarta, 2015), hlm. 235.

    27Lihat Salim HS., Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi (Jakarta, 2014), hlm. 27.

    28Lihat Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta, 2007), hlm. 141-164; C.F.G. Sunaryati Hartono, Peneltian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20 (Bandung, 2006), hlm. 151; Ibid., hlm. 16.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    19

    keputusan29, CBA yang dilakukan dalam rangka penyusunan RIA terkait UMKM mengacu pada 4 (empat) elemen utama, yaitu:30

    a) Rasionalitas;

    b) Asumsi-asumsi yang tegas;

    c) Evaluasi; dan

    d) Verifikasi.

    III.3.1 Pelaksanaan CBA

    Langkah-langkah penyusunannya terdiri dari 7 (tujuh) tahap utama yang secara kronologis meliputi:31

    (1) Identifikasi Masalah;

    Pada tahap ini yang dilakukan adalah meneliti dan merumuskan permasalahan yang dihadapi, konteks, serta latar belakang dari permasalahan32.

    (2) Menentukan Siapa Saja yang Menanggung Biaya dan Menerima Manfaat;

    Setelah identifikasi permasalahan dilakukan langkah selanjutnya adalah menentukan siapa saja penanggung biaya dan penerima manfaat dari regulasi tersebut berdasarkan 3 (tiga) kelompok utama, yakni33:34

    a. Konsumen;

    b. Pelaku usaha; dan

    c. Pemerintah

    29Paul Soetopo Tjokronegoro, “Pendekatan Asas Kekhususan Sistematis yang Berbasis Efisiensi terhadap Tindak Pidana Korupsi dalam Bidang Perbankan,” Disertasi (Jakarta, 2016), hlm. 261.

    30Ibid., hlm. 264.31UPH-IEALP, Laporan Hasil Cost Benefit Analysis (CBA) terhadap Peraturan Menteri Negara

    Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 19 Tahun 2010 tentang Model Pedoman Perencanaan Penganggaran yang Responsif Gender bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah Bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Jakarta, 2018), hlm. 5-10; Maria G.S. Soetopo, “SMEs Regulatory Reform,” Bahan Paparan di BAPPENAS 5 September 2018 (Jakarta, 2018), hlm. 12; Bandingkan dengan Ida Bagus Rahmadi Supancana, Op. Cit., hlm. 76.

    32Ida Bagus Rahmadi Supancana, Ibid., hlm. 76.33Bandingkan dengan BAPPENAS yang membedakan penerima dampak menjadi 4 (empat)

    golongan, yakni: (1) Pemerintah; (2) Sektor privat/swasta/bisnis; (3) Organisasi masyarakat sipil; dan (4) Kelompok-Kelompok dan Golongan yang ada dimasyarakat. Lihat BAPPENAS, Op. Cit., 78.

    34Adapun logika pembagian ini memiliki kesamaan cara pikir dengan pembagian masyarakat menjadi 3 (tiga) golongan utama sebagaimana diutarakan oleh John Maynard Keynes dalam A Tract on Monetary Reform, yaitu: (1) Investing Class; (2) Business Class; dan (3) Earning Class. Dimana kedudukan dari masing-masing golongan tersebut dalam ranah kenyataan bisa saja bertumpang tindih satu sama lain. Lihat John Maynard Keynes, A Tract on Monetary Reform (New York, 2000), hlm. 5-31.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    20

    (3) Mengindentifikasi Dampak dan Indikator Pengukurnya;

    Sesudah menentukan para pihak, langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap bagaimana dampak-dampak yang dihasilkan oleh suatu regulasi didistribusikan terhadap pihak tersebut. Apabila dilihat dari sifat, maka dapat dibedakan menjadi 4 (empat) macam dampak, yaitu:35

    a. Dampak langsung;

    b. Dampak tidak langsung;

    c. Dampak berwujud; dan

    d. Dampak tidak berwujud.

    Kemudian tahap perhitungan dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti:

    1. Monetisasi, yaitu pengukuran dengan satuan mata uang36;

    2. Kuantitatif, yaitu pengukuran dengan satuan angka namun tidak menggunakan satuan mata uang37; dan

    3. Kualitatif, yaitu pengukuran dengan mencantumkan beberapa dampak yang sulit dinyatakan baik secara kuantitatif dan monetisasi38.

    (4) Memberikan Prediksi atas Dampak Berdasarkan Jangka Waktu Berlakunya Peraturan;

    Tahap ini dilakukan dengan pemahaman bahwa suatu regulasi yang telah dikeluarkan pasti memiliki dampak yang berkelanjutan dan tidak akan selesai hanya dalam sekali waktu39. Sehingga hal yang menjadi fokus utama dari tahap ini adalah melakukan penetapan estimasi terhadap jangka waktu berlakunya suatu regulasi sampai regulasi tersebut diubah atau dicabut.40

    35Mengacu pada pembagian jenis manfaat dan biaya yang dilakukan oleh Ida Bagus Rahmadi Supancana. Lihat Ida Bagus Rahmadi Supancana, Sebuah Gagasan tentang Grand Design Reformasi Regulasi Indonesia (Jakarta, 2017), hlm. 76-78.

    36Mengacu pada definisi dari kata “moneter” yang memiliki arti “berhubungan dengan uang atau keuangan.” Lihat Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 753.

    37Mengacu pada definisi dari kata “kuantitatif” yang memiliki arti “berdasarkan jumlah atau banyaknya.”. Lihat Ibid., hlm. 603. Contohnya adalah lama waktu untuk mengurus perizinan, meningkatnya produksi suatu komoditas, peningkatan keuntungan, dll.

    38Mengacu pada definisi dari kata “kualitatif” yang memiliki arti “berdasarkan mutu”. Lihat Ibid., hlm. 603; Ida Bagus Rahmadi Supancana, Op. Cit., hlm. 77 dan 79. Contohnya seperti berkurangnya pengangguran, meningkatnya kesejahteraan, meningkatnya kepercayaan investor, dan lain-lain.

    39Adapun hal ini mengacu pada konsep multiplier process dalam ilmu ekonomi. Lihat Rochmat Soemitro, Himpunan Kuliah Pengantar Ekonomi dan Ekonomi Pancasila (Bandung, 1983), hlm. 145-146.

    40UPH-IEALP, Laporan Hasil Cost Benefit Analysis (CBA) terhadap Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 19 Tahun 2010 tentang Model Pedoman Perencanaan

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    21

    (5) Menghitung Discount Rate dari Manfaat dan Biaya yang Termonetisasi;

    Pada tahap ini penyesuaian (discounting) dilakukan untuk menyesuaikan nilai nominal dari biaya dan manfaat yang dihasilkan selama rentang waktu berlakunya peraturan berdasarkan asumsi jangka waktu yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Adapun penelitian ini menggunakan yield obligasi pemerintah sebagai acuan discount rate dikarenakan obligasi pemerintah cenderung lebih stabil dan bebas resiko (risk free). Dimana dalam kaitannya dengan pelaksanaan CBA untuk penyusunan RIA tentang reformasi regulasi UMKM, terkait pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, nilai discount rate yang digunakan adalah sebesar 7% (tujuh persen) berdasarkan pada rata-rata yield obligasi pemerintah sejak tahun 2014 hingga 2018.

    (6) Melakukan Penghitungan Net Present Value (NPV);

    Tujuan utama dilakukannya tahap ini adalah untuk memperoleh besaran total dampak yang dihasilkan suatu regulasi pada masing-masing kurun waktu. Dengan demikian, pelaksanaan dari tahap ini dilakukan dengan cara menghitung selisih antara manfaat dan biaya guna melihat apakah regulasi yang dianalisa memberikan net benefit (atau net cost) bagi masyarakat. Kemudian hasilnya disesuaikan dengan discount rate yang ada untuk memperlihatkan present value dengan rumus:41

    NPVB C

    it

    ntt

    =−( )+( )=

    ∑1 1

    NPV: Net Present ValueB: Nilai benefit (manfaat) yang dihasilkanC: Nilai cost (biaya) yang dikeluarkani: discount rate

    Sebelum diolah lagi menjadi NPV dengan pengakumulasian net cost (atau net benefit) dari tahun pertama penghitungan CBA yang dilakukan hingga jangka waktu tertentu (dalam penelitian ini hingga tahun 2018), hasilnya akan

    Penganggaran yang Responsif Gender bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah Bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Jakarta, 2018), hlm. 7.

    41Boardman, Anthony E., et al. “Discounting and the social discount rate.” Public Administration and Public Policy 67 (1998): 26-318.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    22

    menunjukkan kinerja suatu regulasi (dan kebijakan) secara konkrit sampai jangka waktu tertentu.42

    (7) Memberikan Simpulan Atas Analisa

    Setelah diketahui dampak dari suatu peraturan terhadap para pihak secara menyeluruh dan lengkap dengan rincian perhitungannya, maka simpulan atas CBA dapat dibuat sebagai gambaran umum atas dampak dari suatu peraturan bagi masyarakat. Pembuat peraturan diharapkan dapat menggunakan simpulan atas CBA sebagai pedoman untuk menentukan arah tindakan selanjutnya dalam mengatasi masalah ataupun dampak buruk yang dihasilkan oleh peraturan tersebut.43

    Adapun dalam penelitian ini, simpulan dan analisa yang ada kemudian dilakukan finalisasi dengan cara membuat laporan mengenai hasil CBA. Segera setelah laporan CBA selesai, konsultasi publik perlu untuk dilakukan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mendapatkan tanggapan dari hasil temuan dan analisa yang sudah dilakukan. Hal ini telah dilakukan oleh BAPPENAS yang memfasilitasi UPH-IEALP dalam beberapa penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD)44 dengan mengundang beberapa K/L guna pemantapan CBA terhadap beberapa regulasi terkait UMKM. Dalam hal ini telah dipilih 4 (empat) CBA sebagai pilot project dalam implementasi CBA dan RIA di Indonesia, yaitu:

    1. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Kafe45;

    2. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 Tahun 2017 tentang Pembinaan Terhadap Pelaku Usaha dalam Rangka Pengembangan Ekspor46;

    3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka

    42Dengan kata lain, apabila NPV menunjukkan hasil negatif, maka dapat dikatakan bahwa regulasi tersebut lebih banyak mengeluarkan biaya daripada manfaat dan begitupula sebaliknya. Ibid., hlm. 10.

    43Ibid., hlm. 10.44Adapun yang dimaksud dengan FGD dalam hal ini adalah mengacu pada definisi Valerine

    J.L. Kriekhoff yang mendefinisikannya sebagai salah satu teknik dalam mengumpulan data dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang pemandu mengenai suatu topik. Valerine J.L. Kriekhoff, “Fokus Group Diskusi (FGD) Sebagai Teknik Pengumpulan Data Kualitatif,” Metode Penelitian Hukum (Bagian II): Kumpulan Bahan Bacaan untuk Program S-2, ed. Valerine, J.L.K . (Jakarta, 2015), hlm. 263.

    45Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 933.46Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1567.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    23

    Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah47; dan

    4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 105/Permentan/PD.300/ 8/2014 tentang Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dengan Usaha Budi Daya Sapi Potong.48

    III.4 Studi EmpirisSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, studi empiris dalam penelitian ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data primer dengan para pelaku UMKM DKI Jakarta sebagai respondennya. Pengumpulan data dilakukan melalui penggunaan kuesioner melalui tatap muka langsung dengan responden dan pengisiannya dilakukan dengan supervisi oleh peneliti.

    Adapun pada saat studi empiris dilaksanakan, pengumpulan data dilakukan dengan menerapkan metode (simple) random sampling. Penggunaan metode tersebut didasarkan pada beberapa kondisi, antara lain:

    (1) Keterbatasan data tentang para pelaku UMKM yang menjadi binaan pemerintah maupun pemerintah daerah;

    (2) Sulitnya mencari lokasi binaan UMKM di DKI Jakarta; dan

    (3) Keterbatasan anggaran dalam penelitian.

    III.5 Penyusunan RIA

    Setelah studi empiris dan CBA selesai dilakukan, fase selanjutnya adalah penyusunan RIA yang merupakan inti utama dari penelitian tentang reformasi regulasi terkait UMKM untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk melakukan penyusunan RIA, terdapat beberapa tahap yang apabila hendak diurutkan secara kronologis terdiri dari:

    1) Identifikasi Masalah

    Seperti layaknya analisa dengan metodologi Cost Benefit Analysis (CBA), identifikasi masalah yang baik idealnya dapat menjelaskan beberapa hal, meliputi:49

    47Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 153 DPUM; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5713.

    48Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1167.49EU Twinning Project, Manual on Regulatory Impact Assessment for Use in the Public Service of the

    Republic of Armenia (Tanpa tempat, Tanpa tahun), hlm. 9-10.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    24

    1) Gambaran persoalan secara jelas yang disertai penjelasan pendukung dengan bukti yang nyata50;51

    2) Penyebab atau akar permasalahan secara jelas;

    3) Siapa saja para pihak yang paling terkena dampak sebagai akibat dari masalah yang bersangkutan;

    4) Menjelaskan bagaimana dampak tersebut akan memberi dampak terhadap para pihak;52

    5) Menjelaskan bagaimana permasalahan tersebut berkembang dari waktu ke waktu dan bagaimana kebijakan yang ada memberikan kontribusi terhadap perkembangan tersebut;

    6) Menjelaskan bagaimana perkembangan dari permasalahan tersebut apabila pemerintah tidak melakukan tindakan (status quo);

    7) Menjelaskan bagaimana faktor luar (eksternal) dapat memberikan dampak terhadap permasalahan yang diangkat dan bagaimana pula proyeksi dampaknya dimasa mendatang.

    Sehingga jelas bahwa rumusan masalah yang diangkat dalam sebuah RIA harus bersifat komprehensif dengan menerapkan alur logika identifikasi masalah sebagaimana tampak dalam diagram di bawah ini:53

    Konsekuensi

    Permasalahan

    Sebab

    Diagram 3.2. Alur Identifikasi Masalah

    50Tujuannya adalah untuk membatasi cakupan permasalahan. Lihat UPH-IEALP, Draft Buku Panduan Analisa Dampak Kebijakan, Op. Cit., hlm. 13.

    51Scott Jacobs, A Manual for Regulatory Impact Assessment (RIA): Jordan (Washington DC, 2010), hlm. 10.

    52Adapun dampak tersebut dapat berupa dampak terhadap kesehatan dan keselamatan public; konservasi dan perlindungan lingkungan; pembangunan ekonomi dan sosial; persaingan usaha dan alokasi sumber daya; biaya administrasi public; pembangunan kebijakan strategis; pelaksanaan perjanjian internasional. Centre for Regulatory Impact Assessment for Draft Legislation, Department of Legislation, Ministry of Justice, Regulatory Impact Assessment (RIA) Guidelines (Vientiane, 2016), hlm. 16.

    53UPH-IEALP, Draft Buku Panduan Analisa Dampak Kebijakan, Op. Cit., hlm. 13.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    25

    2) Menentukan Tujuan

    Setelah permasalahan utama dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan dari penyusunan RIA. Tahap ini merupakan langkah penting dalam penyusunan suatu RIA dikarenakan penetuan suatu tindakan akan sulit untuk dilakukan jika tidak disertai dengan pemahaman yang jelas perihal apa yang hendak dicapai oleh suatu kebijakan54. Sehingga dengan demikian pada tahap ini akan dirumuskan beberapa hal, meliputi:55

    a) Tujuan;

    b) Hasil yang hendak dicapai; dan

    c) Langkah-langkah pengaturan terkait dengan permasalahan yang ada.

    Di mana untuk memperoleh rumusan tujuan yang ideal tersebut, terdapat kriteria SMART yang bisa dijadikan pedoman utama. Kriteria itu terdiri dari beberapa indikator sebagai berikut:56

    a) Spesifik (Specific);

    b) Terukur (Measurable);

    c) Dapat diterima (Acceptable);

    d) Realistis (Realistic);

    e) Tergantung waktu (Time-dependent)

    Sehingga tujuan dari penyusunan RIA memiliki jenjang yang secara hierarkis terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:57

    1. Tujuan umum;

    2. Tujuan spesifik; dan

    3. Tujuan operasional

    3) Menentukan Opsi untuk Rumusan Masalah

    Fokus utama dari tahap ini adalah untuk menentukan ragam alternatif usulan intervensi pemerintah58 dalam rangka:59

    54European Commission, Impact Assessment Guidelines (Jenewa, 2005), hlm. 20.55UPH-IEALP, Draft Buku Panduan Analisa Dampak Kebijakan, Op. Cit., hlm. 14.56European Commission, Op. Cit., hlm. 20; Bandingkan dengan Egyptian Regulatory Reform

    and Development Activity, Egyptian RIA Guidelines Working Document v.7 (Cairo, 2011), hlm. 4 dan Scott Jacobs, Op. Cit., hlm. 14.

    57Ibid., hlm. 21; Ministry of Economy (Poland), Guidelines for the Regulation Impact Assessment (RIA) (Warsawa, tanpa tahun), hlm. 13; General Secretariat of the Government of Federation of Bosnia and Herzegovina, Regulatory Impact Assessment Manual (Sarajevo, 2014), hlm. 12.

    58Ida Bagus Rahmadi Supancana, Op. Cit., hlm. 76.59Sinmetro, Conmetro dan CBR, The Brazilian Guide on Good Regulatory Practices (Rio de Janeiro,

    Tanpa tahun), hlm. 29.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    26

    a) Menyelesaikan rumusan masalah dalam penyusunan RIA; dan

    b) Mencapai tujuan penyusunan RIA yang telah ditetapkan pada bagian sebelumnya.

    Hanya saja seperti halnya penentuan masalah dan tujuan suatu RIA, opsi-opsi tersebut juga harus merupakan opsi-opsi yang bersifat konkrit dan dapat diterapkan.60,61

    4) Menganalisa Dampak dari Masing-Masing Opsi

    Tujuan dari dilaksanakannya tahap ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang dampak positif dan negatif62 dari pelaksanaan setiap opsi63 yang diajukan. Untuk membantu pelaksanaannya, instrumen analisa lain seperti CBA dapat digunakan guna mengukur tingkat efisiensi dan besaran alokasi sumber daya dari pelaksanaan suatu opsi64. Analisa yang dilakukan harus dapat menangkap ragam dampak yang muncul di beberapa bidang seperti:65

    a. Ekonomi;66

    b. Administrasi publik67;

    c. Lingkungan68; dan

    60Egyptian Regulatory Reform and Development Activity, Op. Cit., hlm. 10.61Andreja Marusic, Branko Radulovic, Regulatory Impact Analysis (RIA) Manual (Podgorica,

    2011), hlm. 16.62Cabinet Secretariat Royal Government of Bhutan, Rules and Regulations for Mainstreaming

    Regulatory Impact Assessment (RIA) System in Bhutan (Thimpu, 2011), hlm. 10.63Tanpa nama, Regulatory Impact Analysis for Ukraine , Op. Cit., hlm. 16.64Tanpa nama, Regulatory Impact Analysis Guidelines for The Thailand Government, Op. Cit., hlm. 12.65Regulatory Review Department, Malaysia Productivity Corporation (MPC), National Policy

    on the Development and Implementation of Regulations (Petaling Jaya, 2013), hlm. 8. Bandingkan dengan Laos yang dalam penyusunan RIA-nya juga membuka ruang untuk memasukkan dampak di bidang persaingan usaha, perjanjian internasional dan kepatuhan dari anggota masyarakat (misal: pelaku usaha atau konsumen). Lihat Centre for Regulatory Impact Assessment for Draft Legislation, Department of Legislation, Ministry of Justice, Op. Cit., hlm. 19.

    66Misalnya saja persaingan usaha, pertumbuhan ekonomi, ketahanan finansial, pengaruh terhadap kondisi makroekonomi, pencapaian terhadap pembangunan sosial dan regional. Lihat General Secretariat of the Government of Federation of Bosnia and Herzegovina, Op. Cit., hlm. 15.

    67Maksudnya adalah dampaknya terhadap hubungan antar lembaga, tugas dan wewenang dari kementerian/lembaga terkait, dampak terhadap personil dan organisasi kementerian/lembaga dan biaya administratif (misal: biaya pelaksanaan audit, publikasi dokumen, mengadakan tes perekrutan pegawai baru, dll) yang harus dikeluarkan. Lihat Finland Ministry of Justice, Impact Assessment in Legislative Drafting (Helsinki, 2008), hlm. 29-30; Ministry of Economy, Op. Cit., hlm. 36.

    68Misalnya saja dampak terhadap iklim, penggunaan energy, ketersediaan energy yang terbarukan dan tidak terbarukan, kualitas udara, kualitas air, kualitas tanah, ketersediaan sumber air bersih, keberagaman biodiversitas, pengelolaan limbah, penggunaan lahan, risiko dan perlindungan terhadap tanaman industri, dll. Lihat General Secretariat of the Government of

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    27

    d. Sosial69

    5) Membandingkan Biaya dan Manfaat dari Masing-Masing Opsi

    Setelah analisis dampak selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah melakukan perbandingan antara biaya dan manfaat dari masing-masing opsi yang ada, guna menemukan opsi terbaik untuk dilaksanakan70. Tujuan utama dari tahap ini, adalah:71

    a. Membandingkan dampak dari masing-masing opsi;72

    b. Memperoleh suatu pandangan terkait opsi-opsi yang ada; dan

    c. Memperoleh opsi mana yang sebaiknya diajukan.

    Karena pada tahap ini, justifikasi atas ragam biaya yang harus dikeluarkan akan dilakukan terhadap opsi terbaik dari ragam pilihan yang ada73 berdasarkan net benefit terbesar74 terhadap seluruh masyarakat maupun terhadap para pemangku kepentingan75. Oleh sebab itu, perbandingan opsi tersebut harus mencerminkan beberapa hal, yaitu:76

    a. Keterkaitan antara opsi dengan upaya untuk memperoleh tujuan dari regulasi secara umum;

    b. Dampak langsung dari opsi tindakan yang melibatkan regulasi;

    Federation of Bosnia and Herzegovina, Op. Cit., hlm. 15. Bandingkan dengan Asian Infrastructure Investment Bank, Enviromental and Social Framework (Tanpa tempat, 2016), hlm. 31-33.

    69Misalnya saja ketersediaan lapangan kerja atau kondisi pasar tenaga kerja, kualitas pekerjaan, perlindungan terhadap kelompok masyarakat lemah, kesetaraan gender, perlindungan privasi, kesehatan public, tingkat kriminalitas dan terorisme, perlindungan sosial, sistem kesehatan dan pendidikan, dll. General Secretariat of the Government of Federation of Bosnia and Herzegovina, Ibid., hlm. 15.Bandingkan dengan Asian Infrastructure Investment Bank, Ibid., hlm. 33-37

    70Governance and Social Affairs Department, Prime Minister’s Office (Israel), Regulatory Impact Assessment (RIA) Governmental Handbook: In Accodance with Government Resolutions No. 4027 of December 25, 2011 (Yerusalem, 2013), hlm. 53.

    71General Secretariat of the Government of Federation of Bosnia and Herzegovina, Op. Cit., hlm. 19.

    72Oleh sebab itu, pembuat kebijakan wajib untuk menyadari serta memahami betul ragam dampak yang relevan. Tidak hanya secara monetisasi dan kuantitatif belaka, melainkan juga terhadap dampak-dampak yang bersifat kualitatif. European Commission, Op. Cit., hlm. 39.

    73IFC Investment Climate Advisory Project in Belarus, Concept of Regulatory Impact Assessment (RIA) and Public Consultations (Minsk, 2015), hlm. 14-15.

    74Centre for Regulatory Impact Assessment for Draft Legislation, Department of Legislation, Ministry of Justice, Op. Cit., hlm. 18. Adapun selain net benefit, beberapa negara ada yang membenarkan digunakannya beberapa indikator lain seperti benefit cost ratio (BCR). Lihat Tanpa nama, Regulatory Impact Analysis Guidelines for The Thailand Government, Op. Cit., hlm. 12.

    75The Office of Best Practices Regulation, Best Practice Guide for Preparing Regulatory Impact Statements (Canberra, 2003), hlm. 24.

    76Governance and Social Affairs Department, Prime Minister’s Office (Israel), Op. Cit.,, hlm. 53; Andreja Marusic, Branko Radulovic, Op. Cit., hlm. 24.

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    28

    c. Dampak tidak langsung dari opsi tindakan yang melibatkan regulasi;

    d. Kaitan antara opsi yang diambil dengan rencana strategi pemerintah dan program prioritas pemerintah.

    6) Implementasi dan Pengawasan

    Sebagai tahap akhir dari proses penyusunan RIA, fokus utama dari tahap ini adalah berkenaan dengan:

    a. Bagaimana opsi terpilih tersebut nantinya dilaksanakan?77

    b. Apakah opsi tersebut sudah jelas, konsisten, mudah dimengerti dan dapat menjangkau masyarakat?78

    c. Bagaimana opsi tersebut akan berdampak pada pelaku usaha?

    d. Bagaimana memantau dan mengevaluasi kefektivan opsi tersebut?

    e. Kapan efektivitas dari opsi tersebut akan dipantau dan dievaluasi?79

    f. Jika opsi tersebut meliputi adanya peran regulasi, apakah di dalamnya terdapat ketentuan yang mengharuskan dilakukannya suatu evaluasi dalam kurun waktu tertentu terhadap regulasi yang bersangkutan?

    Mengingat tanpa adanya perencanaan terkait pelaksanaan opsi yang baik, hal tersebut dapat menjadi salah satu sebab dari gagalnya penerapan suatu kebijakan.80

    77Ministry of Economy (Poland), Op. Cit., hlm. 51.78Ibid., hlm. 43.79European Commission, Op. Cit., hlm. 45-46.80Tanpa nama, Manual on Regulatory Impact Assessment in Moldova (tanpa tempat, tanpa tahun),

    hlm. 21.

  • BAB IVHASIL DAN ANALISIS

    IV.1. Cost Benefit Analisis (CBA) Atas Regulasi Terkait UMKMPenelitian ini menganalisa 47 (empat puluh tujuh) regulasi terkait UMKM dengan menggunakan CBA, dimana sebanyak 28 (dua puluh delapan) dapat termonetisasi dan 19 (Sembilan belas) secara kualitatif. Berdasarkan analisa CBA yang telah dilakukan, terdapat 9 (sembilan) persoalan yang ditemukan dari isu masing-masing CBA, yaitu:

    1) Definisi;

    2) Koordinasi;

    3) Kekosongan lembaga;

    4) Kekosongan pedoman;

    5) Kekosongan regulasi;

    6) Perizinan

    7) Pembiayaan;

    8) Anggaran; dan

    9) Tarif.

    Sembilan persoalan di atas turut andil terhadap ketidakefektifan regulasi terkait UMKM, sehingga perlu dilakukan kajian lebih dalam untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.

    29

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    30

    IV.1.1. Kesesuaian 47 Peraturan dengan RKP

    Dalam melakukan analisa peraturan perundang-undangan yang ada, peneliti menggunakan RKP sebagai rujukan untuk melihat apakah peraturan yang ada sudah memenuhi kriteria program pemerintah dalam pembangunan nasional khususnya di bidang UMKM, berikut ini adalah skoring 47 (empat puluh tujuh) peraturan dinilai dari Dimensi RKP:

     

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0‐5 5.1‐9.5 9.6‐14.6 14.7‐19.7 19.8‐25

    Freq

    uency

    Range

    0‐5

    5.1‐9.5

    9.6‐14.6

    14.7‐19.7

    19.8‐25

    Diagram 4.1 Histogram Skoring 47 Peraturan dinilai dari Dimensi RKP

    Hasil skoring memperlihatkan rata-rata peraturan memiliki skor sebesar 14.6. (empat belas koma enam). Kemudian terdapat 18 (delapan belas) peraturan atau 37% (tiga puluh tujuh persen) dari keseluruhan peraturan perundang-undangan yang setelah dianalisa, hasilnya memiliki skor yang lebih besar dari 14.6 (empat belas koma enam) yang diperlihatkan dengan wilayah yang diarsir. Wilayah tersebut memperlihatkan peraturan yang sudah mengikuti RKP tentang UMKM. Sedangkan yang menjadi basis utama dalam penyusunan histogram tersebut adalah penghitungan berbasis Standar Deviasi (STD) terhadap rata-rata skor dari 47 (empat puluh delapan) regulasi terkait UMKM dibawah ini:

    Tabel 4.1. Rincian Distribusi Skoring Terhadap 47 Regulasi

    Rata-rata Skor 14.6

    Standar Deviasi (STD) 5.1

    Rata-rata + STD 19.7

    Rata-rata - STD 9.5

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    31

    IV.1.2. Peraturan yang Dianalisa dengan RKP dan BCR

    Berdasarkan dari 47 (empat puluh tujuh) regulasi yang ada, tercatat hanya 28 (dua puluh delapam) regulasi yang dapat dianalisis secara kuantitatif sedangkan 19 (sembilan belas) sisanya teranalisis secara kualitatif dikarenakan keterbatasan data. Adapun 28 (dua puluh delapan) regulasi itu adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.2. Daftar Regulasi yang Dapat Dianalisis Secara KuantitatifNo. Nama Peraturan BCR Scoring Cost Benefit

    1PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN UNTUK USAHA MIKRO DAN KECIL

    0.02218 13 325,849,614,085,962 7,227,026,000,799

    2PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

    1.34908 13 2,361,375,000 3,185,676,465

    3

    Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 13 tahun 2016 Tentang Bentuk Pelaksanaan dan Tata Cara Pemberian Izin dan Penanaman Modal Bagi Badan Usaha Dalam Pelaksanaan Transmigrasi

    0.86927 13 5,590,000,000 4,859,221,076

    4

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK .05/2010 Tentang Tarif Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pada Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (PMK. 75-PMK.05-2011)

    0.99846 10 342,486,000,125 341,958,945,125

    5Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Pondok Wisata

    0.5071 21 218,004,610,576 110,550,000,000

    6Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nomor 14 tahun 2014 tentang Standar Usaha Angkutan Jalan Wisata

    0.94415 21 1,072,387,500,000 1,012,500,000,000

    7 Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanan KUR

    0.886 11 89,630,783,405,646 79,412,994,078,658

    8Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/ M-Dag/PER/9/2013 tentang Kewajiban Penggunaan Logo Waralaba

    0.06636 5 13,327,625,750 884,356,101

    9

    Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM No. 16/PER/M.KUKM/XII/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017

    1.04624 13 147,665,072,000 154,493,325,000

    10

    Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM No. 09/PER/M.KUKM/XII/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM Melalui Tugas Pembantuan Kementerian KUKM tahun 2014 (02/PER/M.KUKM/II/2014)

    0.46794 8 405,282,709,881 189,648,784,935

    11

    Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM No. 17 /PER/M.KUKM/XII/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Penataan Kawasan Pedagang Kaki Lima Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017

    0.46765 13 45,169,109,422 21,123,182,669

    12 Permendag No. 68 M-DAG/Per/10/2012 Tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern

    0.9045 19 354,494,696,805 320,638,964,386

    13

    Permendag No. 56/M-Dag/Per/9/2014 tentang Perubahan atas Permendag Nomor 70/M-Dag/Per/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

    0.30392 20 3,283,594,258,774 997,938,873,354

    14

    Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/M-IND/PER/7/2017 tentang Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Industri Menengah Melalui Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan

    Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/M-IND/PER/7/2017 tentang Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Industri Menengah Melalui Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan

    0.03571 10 76,153,035,237 2,719,507,766

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    32

    15

    Peraturan Menteri Pertanian No. 105/Permentan/PD.300/8/2014 Tentang Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Usaha Budi Daya Sapi Potong

    0.00085 9 2,846,741,959,409 2,420,092,027

    16 Permenkop UKM No. 02/PER/M.KUKM/I/2016 Tentang Pendampingan Koperasi Dan Usaha Mikro dan Kecil

    0.08522 20 2,122,719,944,000 180,900,000,000

    17 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Kafe

    4.24818 21 176,357,871,180 749,200,320,000

    18Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 18 Tahun 2014 Tentang STANDAR USAHA JASA BOGA

    0.37366 21 1,818,480,077,220 679,501,185,262

    19

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 46/PMK.05/2013 Tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (95/PMK.05/2015)

    0.16471 11 467,869,580,576 77,064,223,048

    20Permenkop UKM No. 24/PER/M.KUKM/IX/2015 Tahun 2015 Tentang Norma, Standar, Prosedur Dan Kriteria Penyelenggaraan Inkubator Wirausaha

    0.08833 12 1,849,700,000,000 163,387,996,566

    21Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/SR.230/4/2018 Tentang Petunjuk Teknis Kredit Usaha Rakyat Di Sektor Pertanian

    0.58548 14 3,688,562,720,000 2,159,569,720,000

    22

    Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 17 Tahun 2013 Tentang PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA

    0.49307 7 387,500,000 191,066,400

    23Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/PD.200/6/2014 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Budidaya Hortikultura

    0.81476 16 3,059,908,000 2,493,091,102

    24

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 Tentang Pemberian Kredit Atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

    0.76796 12 291,382,968,869,808 223,770,540,000,000

    25

    Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 08/PER/M.KUKM/III/2016 tentang Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

    1.63228 23 214,033,838,743 349,363,200,000

    26

    Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 3 tahun 2017 Tentang Biaya Jasa Hukum Notaris untuk Pendirian Perseroan Terbatas Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    1.93884 10 14,206,587,500 27,544,270,833

    27Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Kawasan Pariwisata

    0.01806 21 6,803,070,961,515 122,860,408,071

    28Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Terhadap Pelaku Usaha Dalam Rangka Pengembangan Ekspor

    0.92 18 111,094,606,000 102,664,800,000

    Dari 28 (dua puluh delapan) peraturan tersebut analisa kuadran dibuat berdasarkan 2 (dua) indikator utama, yaitu:

    1. Total skor berdasarkan kesesuaian regulasi dengan dimensi yang ada dalam RKP tahun 2018 di bidang UMKM; dan

    2. Rasio biaya manfaat (benefit cost ratio – BCR) berdasarkan hasil CBA yang dilakukan terhadap 28 (dua puluh delapan) regulasi terkait UMKM. CBA

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    33

    tersebut merupakan suatu CBA kuantitatif yang memiliki 2 (dua) jenis dampak, yaitu:

    a. Dampak kuantitatif; dan

    b. Dampak monetisasi

    Terdapat 2 (dua) indikator utama analisa kuadran. Sumbu X merupakan BCR dan sumbu Y merupakan skoring RKP. Keempat kuadran terdiri dari:

    1) Kuadran A: Efisiensi Tinggi dan Relevansi Tinggi;

    2) Kuadran B: Efisiensi Rendah dan Relevansi Tinggi;

    3) Kuadran C: Efisiensi Tinggi dan Relevansi Rendah; dan

    4) Kuadran D: Efisiensi Rendah dan Relevansi Rendah

    Sehingga dengan demikian, hasil dari analisa kuadrannya adalah sebagai berikut:

    23

    4

    56

    7

    8

    9

    10

    11

    1213

    14

    15

    161718

    19

    2021

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    1

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

    SKO

    R

    BCR

    KUADRAN PERATURAN SKORING-BCR

    C. EFISIENSI TINGGI DAN RELEVANSI RENDAH

    D. EFISIENSI RENDAH DAN RELEVANSI RENDAH

    A. EFISIENSI TINGGI DAN RELEVANSI TINGGI

    B. EFISIENSI RENDAH DAN RELEVANSI TINGGI

    Diagram 4.2. Analisa Efisiensi PUU Terkait UMKM (BCR) dan Relevansi RKP UMKM (Skor)

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    34

    Diagram diatas menunjukkan bahwa peraturan-peraturan pada kuadran B dan kuadran D adalah peraturan yang paling bermasalah karena:

    1) Peraturan yang terdapat dalam kuadran B merupakan peraturan yang bersinggungan langsung dengan UMKM namun peraturan ini justru memiliki efisiensi yang rendah; sedangkan

    2) Peraturan yang terdapat dalam kuadran D merupakan peraturan yang sebenarnya sejak awal tidak ditujukan untuk UMKM, namun ketentuan mengenai UMKM yang ada didalamnya mengakibatkan peraturan ini memiliki efisiensi yang rendah bagi kelompok tersebut.

    Terhadap ragam dampak yang bersifat kualitatif pada masing-masing CBA, pengolahan data dilakukan dengan cara melihat jumlah dampak kualitatif pada masing-masing regulasi.

    Terdapat 28 (dua puluh delapan) peraturan memiliki CBA yang bisa termonetisasi, 4 (empat) diantaranya merupakan regulasi pilot project CBA yang kepadanya dilakukan analisis CBA secara mendalam dengan K/L terkait dan 25 CBA lainnya terlampir pada bagian lampiran.

    Tabel 4.3. Daftar Institusi Terkait dalam Pilot Project CBA

    Nama Institusi Nama Regulasi

    Kementerian Perdagangan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 Tahun 2017 tentang Pembinaan Terhadap Pelaku Usaha Dalam Rangka Pengembangan Ekspor

    Kementerian Pariwisata Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 10 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Kafe

    Bank Indonesia Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    Kementerian Pertanian Peraturan Menteri Pertanian Nomor 105/Permentan/PD.300/8/2014 tentang Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Usaha Budi Daya Sapi Potong

  • Laporan Kegiatan Reformasi Regulasi:Analisis Dampak Kebijakan UMKM untuk Pembangunan Ekonomi

    35

    IV.1.3 Pilot Project

    1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Pelaku Usaha Dalam Rangka Pengembangan Ekspor.

    a. Gambaran Umum

    Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 Tahun 2017 tentang Pembinaan Pelaku Usaha Dalam Rangka Pengembangan Ekspor memiliki nilai skoring sebesar 18 (delapan belas) yang menyebabkan peraturan ini masuk dalam kategori urgent dan relevansi terhadap RKP UMKM tinggi.

    Peraturan ini merupakan peraturan yang bersifat internal Kementerian Perdagangan. Sebelum peraturan ini dibuat, Kementerian Perdagangan telah melakukan pengembangan pelaku usaha ekspor terhadap para pelaku usaha yang sudah siap ekspor. Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan CBA dengan data yang diberikan oleh Direktorat Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan pada peraturan ini menunjukan nilai BCR 0.92 (Nol Koma Sembilan