laporan kegiatan

15
LAPORAN KEGIATAN Usaha Skrining Dini Kesehatan Sekolah melalui UKS Oleh: Onza Pramudyta 0810713076 Aulia Chaya 105070107111016 Anggela Damayanti 105070107111029 Wiwik Novitasari 105070107121002 Pembimbing Dr. dr. Tita Hariyanti, MKes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1

Upload: wiwiknovitasari

Post on 25-Sep-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

LAPORAN KEGIATAN

TRANSCRIPT

LAPORAN KEGIATAN

Usaha Skrining Dini Kesehatan Sekolah melalui UKS

Oleh:

Onza Pramudyta0810713076Aulia Chaya105070107111016Anggela Damayanti105070107111029Wiwik Novitasari105070107121002

PembimbingDr. dr. Tita Hariyanti, MKes

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

DAFTAR ISI

1. Gambaran Program22. Profil Kegiatan2 Deskripsi Kegiatan3 Peran Dokter Muda43. Hasil Pengamatan64. Pembahasan7 Evaluasi8 Solusi105. Kesimpulan106. Daftar Pustaka11

Usaha Skrining Dini Kesehatan Sekolah melalui UKS

Gambaran Program1. Rawat Jalan Pengobatan Umum 2. Rawat Jalan Pengobatan Gigi & Mulut3. Rawat Jalan Pengobatan Ibu & Anak4. Pelayanan Keluarga Berencana/KB5. Pemeriksaan Laboratorium6. Pelayanan Pemeriksaan Calon Haji7. Peleyanan Pemeriksaan Calon Pegawai8. Pelayanan Pemeriksaan Pegawai9. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Masyarakat10. Pelayanan Pemeriksaan Visum et Repertum11. Pelayanan Rawat Inap Umum 12. Pelayanan Rawat Inap Persalinan13. Pelayanan Peningkatan Gizi Masyarakat14. Pelayanan Kesehatan Lingkungan 15. Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular16. Pelayanan Pencegahan & Pengobatan Penyakit17. Pelayanan Peningkatan Kesehatan Masyarakat18. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut19. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak20. Pelayanan Kesehatan Mata 21. Pelayanan Kesehatan Jiwa22. Pelayanan Kesehatan Sekolah23. Pelayanan Dokter Spesialis24. Pelayanan Kesehatan Kerja25. Pelayanan Operasi Ringan26. Pelayanan Immunisasi 27. Pelayanan Imunisasi Calon pengantin Wanita

Kunjungan Luar Gedunga.Sekolah SD Desa Sambigedeb.Sekolah SD Desa Jatiguwic.Kantin Sekolahd.Penyuluhan sesuai kebutuhan

Profil KegiatanDalam usaha pemberantasan DBD pihak puskesmas melakukan surveilans epidemiologi dimana dilakukan kewaspadaan dini penyakit DBD melalui kegiatan penemuan dan pelaporan penderita baik dari puskemas maupun desa. Kegiatan ini berupa pencarian penderita/tersangka DBD lainnya serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dengan radius sekurang-kurang 100 meter ( 20 rumah), serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan penyakit lebih lanjut. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas puskesmas dan dokter muda. Selanjutnya dilakukan pemberantasan vektor melalui program 3M+ dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB). Program 3M+ adalah menutup, menguras tempat pengampuan air, mengubur barang bekas yang dapat menampung air, dan + (plus) pencegahan lainnya seperti perilaku hidup bersih, konsumsi makanan bergizi, memperbaiki kesehatan lingkungan contohnya fogging, perbaikan saluran air, tempat sampah umum, dan lain-lainnya.

Deskripsi Kegiatan

Tujuan1. Untuk mengetahui distribusi penderita DBD di Desa Ternyang pada bulan Februari 20152. Untuk mengetahui pencapaian program pencegahan dan penularan DBD tentang angka bebas jentik, apakah telah mencapai angka 95% di Desa Ternyang pada bulan Februari 2015-Maret 20153. Untuk mengetahui pencapaian program pencegahan dan penularan DBD tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan penyuluhan di Desa Ternyang4. Menurunkan angka kejadian DBD sampai 0 kasus di Desa Ternyang Kecamatan Sumberpucung pada bulan Maret 2015.

Sasaran Primer : warga Desa Ternyang dalam radius 100 meter dari rumah warga yang terdiagnosis DBD Sekunder : Tenaga kesehatan di Desa Ternyang (bidan dan perawat). Tersier : Kepala Desa Ternyang dan petugas puskesmas Kecamatan Sumberpucung.

Waktu : 3 Februari 2015

Tempat : Desa Ternyang Kecamatan Sumberpucung

Sumberdaya 8 orang yang terdiri dari 2 orang dokter muda 4 orang puskesmas 2 orang perangkat desa Sarana dan prasarana dari desa dan puskesmas

Peran Dokter MudaPeran Dokter Muda di kegiatan ini adalah sebagai pemantau jentik di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dengan radius sekurang-kurang 100 meter ( 20 rumah), serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan penyakit lebih lanjut.

Hasil PengamatanDesa Ternyang merupakan salah satu dari 7 desa yang terdapat di Kecamatan Sumberpucung. Desa Ternyang terdiri dari 2 dusun, yaitu Dusun Ternyang dan Dusun Turus serta memiliki sekitar 11 RW, 44 RT dengan jumlah kepala keluarga sejumlah 1.815 (P2KP, 2014). Akses dari Puskesmas Sumberpucung menuju Desa Ternyang cukup baik. Di Desa Ternyang terdapat 2 tenaga kesehatan dari Puskemas Sumberpucung yaitu 1 orang perawat dan 1 orang bidan disertai 2 polindes dan 9 posyandu.Pada awal bulan Februari tenaga kesehatan melaporkan kepada puskesmas terdapat 7 kasus baru DBD di Desa Ternyang. Oleh karena itu Puskesmas Sumberpucung merencanakan kegiatan pemberantasan DBD di Desa Ternyang. Dalam usaha pemberantasan DBD pihak puskesmas melakukan surveilans epidemiologi berupa pencarian penderita/tersangka DBD lainnya serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dengan radius sekurang-kurang 100 meter ( 20 rumah), serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan penyakit lebih lanjut. Rumah pertama yang kami kunjungi ialah kediaman Tn.M di RT 28 Dusun Turus. Rumah ini memiliki halaman yang cukup luas dan bangunan yang tidak terlalu besar. Rumah ini terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur yang sekaligus menjadi ruang makan, serta kamar mandi dan toilet yang bersampingan dengan kandang sapi. Kondisi rumah Tn.M kurang tertata rapi dengan pencahayaan dan ventilasi yang kurang. Untuk kondisi air, rumah Tn.M menggunakan sumber air sumur, namun bak kamar mandi jarang dikuras dan tidak tertutup. Halaman di kediaman Tn.M banyak ditumbuhi oleh tanaman dan banyak botol bekas yang terisi air hujan. Keadaan rumah ini menunjukkan bahwa terdapat banyak sarang nyamuk dan jentik penular DBD. Rata-rata rumah di Desa Ternyang memiliki kondisi rumah yang sama seperti rumah Tn.M.Pada hasil survei pemeriksaan jentik di RT 28 Dusun Turus Desa Ternyang, ditemukan 18 rumah dari 30 rumah yang memiliki jentik. Permasalahan yang ditemukan pada kegiatan ini adalah masih banyaknya jentik nyamuk pada rumah warga sehingga kemungkinan prevalensi DBD masih akan terus meningkat. Oleh karena itu puskesmas merencanakan pemberantasan vektor melalui program 3M+, khususnya fogging pada daerah-daerah yang beresiko tinggi. Untuk melakukan fogging warga dikenakan biaya sebesar Rp 5000 per KK, tetapi ada beberapa warga yang keberatan untuk membayar biaya tersebut dan kurang mendukung adanya fogging. Sehingga pihak puskesmas berencana melakukan penyuluhan terlebih dahulu mengenai pentingnya fogging sebagai salah satu cara pengendalian DBD.

PembahasanDalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat untuk pembangunan bangsa dan negara, kenyataannya selalu mengalami berbagai macam hambatan dan gangguan. Dari sekian banyak masalah yang dihadapi tersebut, diantaranya adalah masih tingginya angka kematian masyarakat yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit, khususnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) (Sriwulandari, 2009).Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Di Indonesia, penyakit DBD ini sering terjadi pada pergantian musim dan terutama dijumpai pada kawasan yang penduduknya padat serta kondisi pemukiman yang kumuh. Pada lingkungan yang demikian mengakibatkan tingginya angka kesakitan penyakit, hal ini terjadi karena perilaku penduduk terhadap kesehatan kurang (Sriwulandari, 2009).Sehubungan dengan mewabahnya penyakit DBD di Indonesia, maka Pemerintah menetapkan Keputusan Menteri No. 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan PERMENKES RI Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang pengendalian vektor dengan tujuan agar pemerintah bersama masyarakat mampu saling bekerja sama dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD di Indonesia. Pelayanan kesehatan primer turut berperan penting dalam menurunkan angka kejadian DBD di Indonesia. Sehingga pihak puskesmas wajib menindaklanjuti masalah DBD yang terdapat di Desa Ternyang sebagai salah satu program penting untuk terlaksananya Keputusan Menteri diatas.

Evaluasi

InputProsesOutputOutcome

Tenaga puskesmas berserta dokter muda memadai untuk dilakukannya survei jentik ke rumah warga

Sarana dan prasarana untuk pemeriksaan jentik nyamuk yang disediakan oleh puskesmas dan desa sesuai dengan kebutuhan

Tidak terdapat kader jumantik di Desa Ternyang

Belum adanya jadwal pemeriksaan jentik rutin dari desa.

Tenaga kesehatan di Desa Ternyang sigap dan tanggap dengan adanya penemuan kejadian DBD

Dana untuk fogging masih kurang dikarenakan adanya iuran pribadi untuk warga dan warga menolak untuk membayarWarga bersedia untuk pemeriksaan jentik nyamuk di rumahnya oleh petugas kesehatan

Dikarenakan luasnya penyebaran kejadian DBD di Desa Ternyang maka dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk menyelesaikan kegiatan survei epidemiologi

Beberapa warga takut untuk dilakukan fogging dirumahnya dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang fogging sehingga menolak dilakukan fogging.

Warga mengerti tentang manfaat fogging

Meningkatnya kesadaran dan kewaspadaan masyarakat akan adanya sarang nyamuk

Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat Desa Ternyang

Pengetahuan mengenai 3M+ sebagai pencegahan DBD masih kurang

Menurunkan angka kejadian DBD menjadi 0 selama 2 bulan

Solusi Jangka Pendek Penyuluhan tentang penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan bagaimana cara pencegahannya untuk warga Desa Ternyang. Pelatihan kepada tenaga kesehatan dan pendukungnya untuk program pemberantasan DBD. Fogging pada daerah yang beresiko. Sosialisasi 3M+ di Desa Ternyang.

Solusi Jangka Panjang Diadakannya kerja bakti rutin tiap bulan untuk membersihkan lingkungan rumah dan tempat yang beresiko menjadi sarang jentik nyamuk. Adanya program dari puskesmas untuk mengawasi kebersihan lingkungan dan keberadaan jentik nyamuk. Diadakan pelatihan dari puskemas untuk kader jumantik. Dijadwalkan fogging rutin tiap 3 bulan.

KesimpulanUsaha pencegahan pemberantasan DBD dan fogging dilakukan di Desa Ternyang karena didapatkan 7 kasus baru DBD di desa sehingga dibutuhkan tindakan pengendalian vektor nyamuk untuk mencegah kejadian kasus DBD di Ternyang. Kegiatan tersebut terdiri dari pemeriksaan jentik nyamuk dan fogging di rumah-rumah warga yang berada di daerah beresiko tinggi DBD. Petugas yang turut melakukan pemeriksaan jentik yaitu perangkat kesehatan desa, petugas puskesmas dan dokter muda. Setelah melakukan survei didapatkan jentik nyamuk di rumah-rumah warga. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kepedulian warga terhadap kebersihan lingkungan dan adanya jentik nyamuk dirumah mereka, masih kurangnya pengetahuan warga tentang penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan cara pencegahannya serta kurangnya dukungan warga terhadap program pemberantasan jentik nyamuk dan fogging.

DAFTAR PUSTAKA

P2KP, 2014. Profil Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Desa/Kelurahan-SIM. http://116.90.165.170/pnpm/report/profilpmdesa.php?idkel=35071305&id=1004. Di akses pada tanggal 16 Februari 2015 pukul 19.40.

Sriwulandari W, 2009. Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Tahun 2008.

Keputusan Menteri No. 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang PemberantasanPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

4