laporan kasus tyfoid

Upload: mohamad-afif

Post on 02-Jun-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    1/23

    1

    LAPORAN KASUS

    DEMAM TYFOID DENGAN STATUS GIZI BAIK

    Disusun oleh : dr. Rifqi Zahara

    Pendamping : dr. Dian Aviyanti,M. kes

    RS ROEMANI MUHAMMADYAH

    KOTA SEMARANG

    2013

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    2/23

    2

    LAPORAN KASUS DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

    No. ID dan Nama Peserta : dr. Rifqi Zahara

    No. ID dan Nama Wahana : RS PKU Muhammadiyah Roemani, Semarang Kota

    Topik : Demam typhoid dengan status gizi baik

    Tanggal (kasus) : 16 September 2013

    Tanggal presentasi : Nama pendamping : dr. Dian Aviyanti, M.Kes

    Tempat presentasi : RS PKU Muhammadiyah Roemani, Semarang KotaObjektif presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

    Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

    Deskripsi: Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum masuk RS, demam mulanya sumeng-sumeng pada sore hari dan meningkat pada malam hari.demam setiap hari semakin bertambahtinggi, demam tidak menggigil dan tidak ada kejang. Demam turun bila diberi obat penurun

    panas.pasien juga mual tetapi tidak muntah, hal ini menyebabkan nafsu makan pasien berkurang.Pasien juga belum BAB sejak 3 hari sebelum masuk RS. BAK lancer tidak nyeri saat berkemih.Ibu pasien menyangkal pasien menderita batuk lama dan demam berkepanjangan. Riwayat

    berobat di bidan dan diberi obat penurun panas serta obat syrup (ibu pasien lupa nama obatnya )namun tidak ada perbaikan.

    Tujuan: - Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen medik demam tyfoid

    Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

    Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    3/23

    3

    Data pasien: Nama: An.Z.Y Nomor Registrasi:0351575

    Nama klinik: Telp: - Terdaftar sejak: 16 September 2013

    Data utama untuk bahan diskusi :

    1. Diagnosis / gambaran klinis :

    Keluhan utama : Demam

    Keluhan tambahan : Mual (+), Nafsu makan berkurang

    2. Riwayat kesehatan/ penyakit :

    Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum masuk RS, demam mulanya sumeng-

    sumeng pada sore hari dan meningkat pada malam hari.demam setiap hari semakin bertambah

    tinggi, demam tidak menggigil dan tidak ada kejang. Demam turun bila diberi obat penurun

    panas.pasien juga mual tetapi tidak muntah, hal ini menyebabkan nafsu makan pasien berkurang.Pasien juga belum BAB sejak 3 hari sebelum masuk RS. BAK lancer tidak nyeri saat berkemih.

    Ibu pasien menyangkal pasien menderita batuk lama dan demam berkepanjangan. Riwayat

    berobat di bidan dan diberi obat penurun panas serta obat syrup (ibu pasien lupa nama obatnya )

    namun tidak ada perbaikan

    3. Riwayat Pengobatan :

    Sudah pernah berobat di bidan diberi paracetamol dan syrup ( ibu pasien lupa nama obatnya )

    4. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

    - Riwayat penyakit serupa : disangkal

    - Riwayat alergi : disangkal

    - Riwayat kejang : disangkal

    5. Riwayat Keluarga

    Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakak pasien laki-laki umur 11 thn. Dikeluraga

    tidak ada yg mengalami keluhan serupa

    6. Riwayat Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal

    Pemeriksaan di : Bidan swasta

    Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan

    Trimester II : 2x/ 1 bulan

    Trimester III : 1x/ 1 minggu

    Keluhan selama kehamilan: tidak ada

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    4/23

    4

    Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet penambah darah.

    Riwayat Kelahiran :

    Pasien lahir di bidan dengan usia kehamilan 9 bulan, berat badan lahir 3100 gram, panjang 48

    cm, lahir spontan, langsung menangis.

    Riwayat Postnatal

    Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi

    7. Imunisasi

    Jenis I II III IV

    1. Hepatitis B

    2. Polio

    3. BCG

    4. DPT5. Campak

    0 bulan

    0 bulan

    1 bulan

    2 bulan

    9 bulan

    2 bulan

    2 bulan

    4 bulan

    4 bulan

    4 bulan

    6 bulan

    6 bulan

    Kesimpulan : imunisasi dasar sesuai rekomendasi IDAI 2011

    8. Riwayat Petumbuhan dan Perkembangan

    Motorik Kasar

    Mengangkat kepala : 3 bulan

    Tengkurap kepala tegak : ibu lupa

    Duduk sendiri : 5 bulanBerjalan : 13 bulan

    Bahasa

    Bersuara aah/ooh : 2,5 bulan Motorik halus

    Memegang benda : 3,5 bulan

    Personal sosial

    Tersenyum : ibu lupa

    Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

    9. Riwayat Makan Minum Anak

    1. ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan

    2. Sejak usia 6 bulan diberikan makanan tambahan berupa bubur

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    5/23

    5

    3. Mulai usia 12 bulan, anak diberi nasi lunak

    4. Makanan padat : sekitar suia 2 th hingga sekarang diberikan makanan keluarga 3 x

    sehari

    10. Pemeriksaan Fisik :

    1) Tanda vital : Nadi: 100 x/ menit, RR : 20 x/menit , T: 39,2 0C

    2) BB : 16 kg

    TB : 108 cm

    Pemeriksaan status gizi

    WAZ = ( BB-Median) / SD low (16-20,7)/2,30 = -2 (normal )

    WHZ = ( 16-16,9)/ 1,5 = -0,6 (normal)

    HAZ = ( TB Median )/ SD low (108-116,1)/4,90 = -1,6 ( normal )

    Kesan : status gizi baik dan perawakan tubuh normal

    3) Pemeriksaan fisik :

    a. Kepala : mesocpehale, rambut hitam, sukar dicabut, lingkar kepala 49 cm

    b. Mata : mata cekung (-/-) konjungtiva pucat (-/-), ikterik(-/-), pupil isokor

    (3mm/3mm)

    c. Telinga : bentuk normal, sekret(-/-), tragus pain (-)

    d. Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-)

    e.

    Mulut : Bibir sianosis (-) mukosa basah (+)lidah kotor (+), tepi hiperemis (+) tremorketika dijulurkan (-)

    f. Tenggorok: Uvula di tengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)

    g. Leher : pembesaran kelenjar limfe (-)

    h. Thorax

    - Paru Inspeksi : Statis N, diameter AP < Latero lateral, Sela iga melebar (-)

    Dinamis pergerakan hemithorax kanan-kiri seimbang

    - Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sulit dievaluasi, nyeri tekan (-/-), massa (-/-)

    - Perkusi: sonor-sonor

    - Auskultasi :suara dasar vesikuler (N/N), RBH (-/-), wheezing (-/-)

    - Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    6/23

    6

    Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi:

    Batas pinggang : SIC III linea parasternalis sinistra

    Batas atas : SIC II linea sternalis dextra

    Kiri bawah: SIC V 2 cm medial linea midclavicula sinistra

    Kanan bawah : SIC IV linea sternalis dextra

    Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, gallop (-), HR : 100 x/menit

    i. Abdomen

    - Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada

    - Auskultasi : Bising usus (+) normal

    - Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen

    - Palpasi : Supel, Nyeri tekan sulit dievaluasi, hepar dan lien tidak teraba- Turgor : normal

    j. Ekstremitas Superior Inferior

    - oedem -/- -/-

    - akral dingin -/- -/-

    - CRT

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    7/23

    7

    % Eosinofil 0,8 % 0,00-0,50

    % Basofil 1,3 % 0,00-0,20

    % Netrofil 64,6 % 55,00-80,00

    % Limfosit 22,3 % 22,00-40,00

    % Monosit 11 % 2.0-8,00

    Widal S Thypi-O 1/ 320 Negatif

    S Thypi H 1/320 Negatif

    S Parathypi A 1/80 Negatif

    S Parathypi B 1/160 Negatif

    S parathypi C 1/80 Negatif

    Daftar Pustaka : (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD, VANCOUVER, atau MEDIA

    ELEKTRONIK)

    1. . Anonim, 2012. Recommendations for management of common childhood conditions .

    http://www.who.or.id

    2. Behrman, Richard, 2007. Nelson Esensi Pediatri. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC :

    Jakarta

    3. Diagnosis laboratorium demam tifoid by Dr Luci Liana Sp.PK des ,2010,http://www.who.or.id

    4. Hassan, Rusepno, 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2 . Bagian Ilmu Kesehatan

    Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

    5. Isselbacher, Kurt, 2010. Harrisons Principles of I nternal Medicine . Edisi 13. Volume 2.

    Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

    6. Rubenstein, David, 2006. Kedokteran Klinis. Edisi keenam. Erlangga : Jakarta

    7. Rudolph, abraham, 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 2. Volume 1. Penerbit BukuKedokteran EGC : Jakarta

    8.Soedarmo, Sumarmo, 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis . Edisi kedua. Ikatan Dokter

    Anak Indonesia

    9. Widoyono, 2011. Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan

    http://www.who.or.id/http://www.who.or.id/http://www.who.or.id/http://www.who.or.id/http://www.who.or.id/http://www.who.or.id/
  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    8/23

    8

    Pemberantasannya. Edisi kedua . Erlangga : Jakarta

    Hasil Pembelajaran :

    1. Definisi demam typhoid

    2. Epidemiologi demam typhoid

    3. Etiologi demam typhoid

    4. Patogenesis demam typhoid

    5. gejala klinis demam typhoid

    6. Cara mendiagnosis demam typhoid

    7. Komplikasi demam typhoid

    8. Penatalaksanaan dan pencegahan demam typhoid

    SOAP1. SUBJEKTIF

    Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum masuk RS, demam mulanyasumeng-sumeng pada sore hari dan meningkat pada malam hari.demam setiap hari semakin

    bertambah tinggi, demam tidak menggigil dan tidak ada kejang. Demam turun bila diberi obat penurun panas.pasien juga mual tetapi tidak muntah, hal ini menyebabkan nafsu makan pasien berkurang. Pasien juga belum BAB sejak 3 hari sebelum masuk RS. BAK lancer tidak nyerisaat berkemih. Ibu pasien menyangkal pasien menderita batuk lama dan demam

    berkepanjangan. Riwayat berobat di bidan dan diberi obat penurun panas serta obat syrup (ibu pasien lupa nama obatnya ) namun tidak ada perbaikan.

    .

    2. OBJEKTIF : hasil diagnosis pada kasus ini ditemukan berdasarkan : Gejala klinis :

    a. Demam 7 hari

    b. Mual (+)

    c. Nafsu makan berkurang

    d. BAB (-) 3 hari

    Tanda vital :

    a. Nadi : 100 x/ menit

    b. Pernapasan : 20 x/menit

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    9/23

    9

    c. Suhu : 39,2 C Pemeriksaan fisik

    a. Mulut : lidah kotor (+) tepi hiperemis (+) tremor ketika dijulurkan (-)

    b. Abdomen :

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Palpasi : Nyeri tekan sulit dievaluasi

    c. Ekstremitas : akral dingin (-/-)

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan

    Hb 11,9 g/dl 12.0 16.0Leukosit 8000 10 /uL 4 - 11.3

    Trombosit 198000 10 /uL 150 450

    Hematokrit 35 % 36 47

    Eritrosit 4.42 10 /uL 3.6 5.6

    MCV 79 fL 84 100

    MCH 27 Pg 26-34

    MCHC 34 g/dl 32-36

    % Eosinofil 0,8 % 0,00-0,50

    % Basofil 1,3 % 0,00-0,20

    % Netrofil 64,6 % 55,00-80,00

    % Limfosit 22,3 % 22,00-40,00

    % Monosit 11 % 2.0-8,00

    Widal S Thypi-O 1/ 320 Negatif

    S Thypi H 1/320 Negatif

    S Parathypi A 1/80 Negatif

    S Parathypi B 1/160 Negatif

    S parathypi C 1/80 Negatif

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    10/23

    10

    3. Assesment : DEMAM TYFOID DENGAN STATUS GIZI BAIK

    1. Definisi Demam typhoid

    Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

    pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran

    pencernaan dan gangguan kesadaran. 4

    Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut usus halus yang disebabkan

    infeksi Salmonella typhi . Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

    sudah terkontaminasi oleh feses atau urin dari orang yang terinfeksi salmonella. Tifoid

    disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis.9

    2. Epidemiologi

    Penyebab demam tifoid secara klinis hampir selalu Salmonella yang beradaptasi pada

    manusia, sebagian besar kasus dapat ditelusuri pada karier manusia. Penyebab yang

    terdekat mungkin air ( jalur paling sering ) atau makanan yang terkontaminasi oleh karier

    manusia. Karier menahun umumnya berusia lebih dari 50 tahun, lebih sering pada

    perempuan, dan sering menderita batu empedu. S. typhi berdiam dalam empedu bahkan di

    bagian dalam empedu, dan secara intermiten mencapai lumen usus dan dieksresikan kefeses, sehingga mengkontaminasi air atau makanan. 5

    Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai negara

    sedang berkembang. Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia ini sangat sukar

    ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinisnya sangat

    luas. Diperkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahun di Amerika Serikat dan

    900/100.000/tahun di Asia. Umur penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis)

    dilaporkan antara 3-19 tahun mencapai 91 % kasus. Angka yang kurang lebih sama juga

    dilaporkan dari Amerika Serikat. 8

    Saat ini demam tifoid masih berstatus endemik di banyak wilayah di Asia, Afrika, dan

    Amerika Selatan, di mana sanitasi air dan pengolahan limbah kotoran tidak memadai.

    Sementara, kasus tifoid yang ditemukan di negara maju saat ini biasanya akibat terinfeksi

    saat melakukan perjalanan ke negara-negara dengan endemik tifoid. Pada area-area

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    11/23

    11

    endemik, kejadian demam tifoid paling tinggi terjadi pada anak-anak usia 5 sampai 19

    tahun, pada beberapa kondisi tifoid secara signifikan menyebabkan kesakitan pada usia

    antara 1 hingga 5 tahun. Pada anak usia lebih muda dari setahun, penyakit ini biasanya

    lebih parah dan berhubungan dengan komplikasi yang umumnya terjadi. Di seluruh dunia

    diperkirakan antara 16 16,6 juta kasus baru demam tifoid ditemukan dan 600.000diantaranya meninggal dunia. Di Asia diperkirakan sebanyak 13 juta kasus setiap tahunnya.

    Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar 310 800 per 100.000 sehingga setiap tahundidapatkan antara 620.000 1.600.000 kasus. Demam tifoid di Indonesia masih merupakan

    penyakit endemik, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Demam ini terutama

    muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang. Peningkatan

    kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun. 9

    3. EtiologiPenyebab demam tifoid adalah Salmonella typhi , basil Gram negatif, bergerak dengan

    rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang kurangnya tiga macam antigen yaituantigen O (somatik, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida ), antigen H ( flagela ) dan

    antigen K ( selaput ). Dalam serum penderita terdapat zat anti ( aglutinin ) terhadap ketiga

    macam antigen tersebut. 9

    Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram negatif,

    mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang

    terdiri dari protein, dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai

    makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan

    dinamakan endotoksin. S. typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan

    dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.8

    Identifikasi Salmonella dari tempat yang normalnya steril, seperti darah, cairan

    serebrospinal, dan cairan sendi tidak memerlukan media khusus. Tinja mengandung banyak

    mikroorganisme lain sehingga memerlukan media selektif seperti agar sulfat bismut atau

    agar deoksilat, yang mengandung penghambat flora tinja normal. Spesimen tinja yang

    diletakkan dalam kaldu yang diperkaya sebelum dilapiskan pada media agar akan

    meningkatkan jumlah organisme. 7

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    12/23

    12

    4. Patogenesis

    Setelah tertelan, bakteri harus menembus beberapa mekanisme pertahanan tubuh

    pejamu sebelum menimbulkan infeksi. Biasanya Salmonella mati pada lingkungan yang

    bersifat asam, oleh karena itu terjadi pengurangan inokulum yang banyak setelah

    bersentuhan dengan isi lambung. Pengurangan selanjutnya terjadi di usus halus melalui

    efek antibakteri langsung dari pertarungan organisme dengan flora usus normal. Gangguan

    mekanisme pertahanan pejamu ini meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.7

    Ketika masuk ke dalam usus halus, bakteri melekat pada permukaan epitel, yang

    menimbulkan kerusakan sel pada brush border. Invasi mukosa oleh salah satu dari dua

    mekanisme yang berbeda menimbulkan infeksi klinis. Proses pertama ialah masuknya

    segera bakteri secara langsung ke epitel, kedua terjadi proliferasi intraluminal organisme

    menjadi inokulum yang cukup menaklukkan pertahanan pejamu setempat. Kemudian

    salmonella memasuki sitoplasma epitel melalui invaginasi membran sel dan tinggal di

    dalam vakuola ini sampai dihantarkan ke lamina propria, tempat terjadinya reaksi

    peradangan yang hebat. Bercak Peyer di ileum distal adalah tempat primer penetrasi

    bakteri. Sistem retikuloendotelial slanjutnya akan dikolonisasi melalui aliran limfe. Limfe

    yang mengalir melalui duktus torasikus menghantarkan bakteri masuk ke aliran darah, dari

    sini terjadi diseminasi ke organ yang jauh. Sel retikuloendotelial di sumsum tulang, hati

    dan limpa memakan bakteri yang menyebar secara hematogen ini, yang kadang kadangmenimbulkan fokus infeksi. Organisme yang menyebar melalui darah mencapai kandung

    empedu, memperbanyak diri, dan masuk empede serta usus halus secara sekunder.7

    Salmonella dapat hidup di dalam sel untuk waktu lama. S. typhi dietemukan di dalam

    fagosit mononuklear di jaringan limfe pejamu, ketidakmampuan monosit menghancurkan

    S. typhi secara efektif setelah melakukan fagositosis mungkin berperan pada penyebaran

    luas organisme penyebab selama demam tifoid. S. typhi virulen juga dapat menghalangi

    metabolisme oksidatif leukosit polimorfonuklear, yang mencegah penghancuran bakteri

    yang difagosit pada stadium dini infeksi. Selanjutnya, kemampuan menolak imunitas

    selular pejamu bisa berperan pada patofisiologi yang menyebabkan demam tifoid. 7

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    13/23

    13

    Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti organisme,

    yaitu:

    1. Penempelan dan invasi sel sel M Peyers patch 2. Bakteri bertahan hidup dan bermultifikasi di makrofag Peyers patch, nodus limfatikus

    mesenterikus, dan organ organ ekstra intestinal sistem retikuloendotelial3. Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah

    4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan

    menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal. 8

    5. Manifestasi klinis

    Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak

    memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat sehingga harus dirawat. Variasi gejala

    ini disebabkan faktor galur Salmonella, status nutrisi dan imunologik pejamu serta lama

    sakit di rumahnya. 8

    Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan

    penderita dewasa. Masa tunas rata rata 10 20 hari. Selama masa inkubasi mungkinditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,

    dan tidak besemangat. 4

    Umumnya gejala klinis timbul 8-14 hari setelah infeksi yang ditandai dengan demam

    yang tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari, pola demam yang khasadalah kenaikan tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari, pola demam

    yang khas adalah kenaikan tidak langsung tinggi tetapi bertahap seperti anak tangga

    (stepladder), sakit kepala hebat, nyeri otot, kehilangan selera makan (anoreksia), mual,

    muntah, sering sukar buang air besar (konstipasi) dan sebaliknya dapat terjadi diare.3

    Demam

    Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal penyakit. Pada era

    pemakaian entibiotik belum seperti pada saat ini, penampilan demam pada kasus demam

    tifoid mempunyai istilah khusus yaitu step-ladder temperatur chart yang ditandai dengan

    demam timbul insidius, kemudian naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai titik

    tertinggi pada akhir minggu pertama. 8 Dalam minggu ke-2 penderita terus berada dalam

    keadaan demam. Dalam minggu ke-3 suhu badan berangsur angsur turun 4 kecualiapabila terjadi fokus infeksi seperti kolesistitis, abses jaringan lunak maka demam akan

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    14/23

    14

    menetap. 8

    Gangguan pada saluran pencernaan

    Pada mulut terdapat napas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah pecah(ragaden).Lidah ditutupi selaput putih kotor ( coated tongue ), ujung dan tepinya kemerahan, jarang

    disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung

    (meterorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.4

    Gangguan kesadaran

    Pada saat demam sudah tinggi, pada kasus demam tifoid dapat disertai gejala sistem saraf

    pusat, seperti kesadaran berkabut atau delirium atau obtundasi, atau penurunan kesadaran

    mulai apati sampai koma. 8

    Rose spot ,

    suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1-5 mm, seringkali

    dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih,

    tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke-

    7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

    Status tifosa :

    - Demam lebih dari tujuh hari

    - Lidah kotor, ujung dan tepinya kemerahan

    - Gangguan kesadaran yang berupa penurunan kesadaran ringan, apati, somnolen, hinggakoma.8

    6. Diagnosis

    Salmonella harus selalu dipikirkan sebagai penyebab potensial gastroenteritis. Demam,

    tanda tanda disentri, defisiensi imun, baru imigrasi dari daerah endemik, atau kaitandengan sumber wabah yang umum harus meningkatkan kecurigaan.7

    Tinja harus selalu dibiak. Bila tidak diperoleh tinja segar, dapat dibiak apusan rektum,

    walaupun kemungkinan menemukan organisme lebih rendah. Kompetisi bakteri dan

    sedikitnya inokulum mungkin memerlukan pembiakan lebih dari satu spesimen untuk

    menemukan Salmonella. 7

    Gastroenteritis dengan demam, terutama pada anak berusia di bawah 2 tahun, biasanya

    merupakan indikasi untuk melakukan biakan darah. Untuk demam enterik yang dicurigai,

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    15/23

    15

    rangkaian biakan darah harus dilakukan bila biakan pertama negatif karena adanya serangan

    intermitten bakteremia rendah inokulum. Lebih dari 90 % pasien demam tifoid yang tidakdiobati mempunyai biakan darah dan sumsum tulang positif selama minggu pertama sakit.

    Hasilnya menurun seiring waktu dengan peningkatan positif biakan tinja dan urin secara

    bersamaan. 7

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan

    gastroentestinal, dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, dengan kriteria

    ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka tifoid. Diagnosis pasti

    ditegakkan melalui isolasi S. typhi dari darah. Pada dua minggu pertama sakit,

    kemungkinana mengisolasi S. typhi dari dalam darah pasien lebih besar daripada minggu

    berikutnya. Biakan yang dilakukan pada urin dan feses, kemungkinan keberhasilan lebih

    kecil. Biakan spesimen yang berasal dari aspirasi sumsum tulang mempunyai sensitivitas

    tertinggi, hasil positif didapat pada 90% kasus. Akan tetapi prosedur ini sangat invasif,

    sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan biakan spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup

    baik. 5

    Uji serologi Widal suatu metode serologik yang memeriksa antibodi aglutinasi terhadap

    antigen somatik (O), flagela (H) banyak dipakai untuk membuat diagnosis demam tifoid. Di

    Indonesia, pengambilan angka titer O aglutinin 1/40 denganmemakai uji Widal slideaglutination menunjukkan nilai ramal positif 96 %. Artinya apabila hasil tes positif, 96 %

    kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negatif tidk menyingkirkan. Banyak

    senter berpendapat apabila titer O aglutinin sekali di periksa 1/200 atau pada titer sepasangterjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak

    dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau. 8

    Diagnosa demam tifoid ditegakkan atas dasar anamnesis, gambaran klinik dan

    laboratorium (jumlah lekosit menurun dan titer widal yang meningkat) . Diagnosis pasti

    ditegakkan dengan ditemukannya bakteri pada salah satu biakan. Adapun beberapa kriteria

    diagnosis demam tifoid adalah sebagai berikut :

    Tiga komponen utama dari gejala demam tifoid yaitu:

    1. Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari). Demam naik secara bertahap lalu

    menetap selama beberapa hari, demam terutama pada sore/ malam hari.

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    16/23

    16

    2. Gejala gastrointestinal; dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah,hilang nafsu makan

    dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.

    3. Gangguan susunan saraf pusat/ kesadaran; sakit kepala, kesadaran berkabut, bradikardia

    relatif.

    Pemeriksaan Penunjang

    Hematologi

    Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau

    perforasi. 3

    Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi. 3

    Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif. 3

    LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat 3

    Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia). 3

    b. Urinalis

    Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam) 3

    Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit. 3

    c. Kimia Klinik

    Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai hepatitis

    Akut. 3

    d. Imunologi Widal

    Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)

    terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno

    yang masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini

    endemis seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui.

    Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal

    sebagai Febrile agglutinin .Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat

    memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh

    faktor-faktor, antara lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain

    ( Enterobacteriaceae sp ), reaksi anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid

    (RF). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah

    mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit,

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    17/23

    17

    keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit imunologik lain. 3

    Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160 , bahkan mungkin

    sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di

    Indonesia. Titer O meningkat setelah akhir minggu. Melihat hal-hal di atas maka permintaan

    tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil

    reaktif (positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari

    kontrak sebelumnya. 3

    Elisa Salmonella typhi/paratyphi lgG dan lgM

    Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan

    spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes

    cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/

    Paratyphoid dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif

    menandakan pernah kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik. 3

    e. Mikrobiologi

    Kultur ( Gall culture/ Biakan empedu )

    Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid/

    paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/

    Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid,

    karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial

    Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga kuman terperangkap di dalam bekuan),

    saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika,

    dan sudah mendapat vaksinasi.Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui

    karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum

    ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan

    pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/ carrier digunakan urin dan

    tinja. 3

    f. Biologi molekular .

    PCR ( Polymerase Chain Reaction )

    Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman

    yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    18/23

    18

    mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan

    (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh

    lainnya serta jaringan biopsi. 3

    7. Pencegahan

    Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan terkontaminasi S. typhi, maka setiap

    individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi. S. typhi di

    dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57 C untuk beberapa menit atau dengan

    proses ionidasi/klorinasi. 8

    Secara lebih detail, strategi pencegahan demam tifoid mencakup hal hal berikut : 9a. Penyediaan sumber air minum yang baik

    b. Penyediaan jamban yang sehat

    c. Sosialisasi budaya cuci tangan

    d. Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum

    e. Pemberantasan lalat

    f. Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman

    g. Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui

    h. Imunisasi

    Walaupun imunisasi tidak dianjurkan di AS (kecuali pada kelompok yang beresikotinggi), imunisasi pencegahan tifoid termasuk dalam program pengembangan imunisasi

    yang dianjurkan di Indonesia. Akan tetapi, program ini masih belum diberikan secara

    gratis karena keterbatasan sumber daya pemerintah Indonesia. Oleh sebab itu orang tua

    harus membayar biaya imunisasi untuk anaknya. 9

    Jenis vaksinasi yang tersedia adalah :

    a. Vaksin parenteral utuh

    Berasal dari sel S. typhi utuh yang sudah mati. Setiap cc vaksin mengandung sekitar 1

    miliar kuman. Dosis untuk anak usia 1-4 tahun adalah 0,1 cc, anak usia 6-12 tahun 0,25

    cc, dan dewasa 0,5 cc. Dosis diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu. Karena efek

    samping dan tingkat perlindungannya yang pendek, vaksin jenis ini sudah tidak beredar

    lagi. 9

    b. Vaksin oral Ty21a

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    19/23

    19

    Ini adalah vaksin oral yang mengandung S. typhi strain Ty21a hidup. Vaksin diberikan

    pada usia minimal 6 tahun dengan dosis 1 kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu. Menurut

    laporan, vaksin oral Ty21a bisa memberikan perlindungan selama 5 tahun. 9

    c. Vaksin parenteral polisakarida

    Vaksin ini berasal dari polisakarida Vi dari kuman Salmonella. Vaksin diberikan secara

    parenteral dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuskular pada usia mulai 2 tahun dengan

    dosis ulangan setiap 3 tahun. Jenis vaksin ini menjadi pilihan utama karena relatif paling

    aman. 9

    8. Penatalaksanaan

    Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring,

    isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik.

    Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan,

    elektrolit serta nutrisi di samping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan

    dengan seksama. Pengobatan antibiotik merupakan pengobatan utama karena pada

    dasarnya patogenesis infeksi S. typhi berhubungan dengan keadaan bakterimia.

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih menggunakan kloramfenikol sebagai

    pilihan pertama pada demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 100 mg / kgBB/ hari

    dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10 14 hari atau sampai 5 7 hari setelah demamturun, sedang pada kasus dengan malnutrisi atau penyakit, pengobatan dapat diperpanjang

    sampai 21 hari, 4 6 minggu untuk osteomielitis akut, dan 4 minggu untuk meningitis.Ampisilin memberikan respon perbaikan klinis yang kurang apabila dibandingkan

    dengan kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 200 mg/kgBB/ hari diabagi dalam 4

    kali pemberian secara intravena. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kg BB/ hari dibagi

    dalam 4 kali pemberian peroral memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol

    walaupun penurunan demam lebih lama. Kombinasi trimethoprim sulfametokzasol (TMP-

    SMZ) memberikan hasil yang kurang baik dibanding kloramfenikol. Dosis yang

    dianjurkan adalah TMP 10 mg/kgBB/hari atau SMZ 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

    dosis. Di beberapa negara sudah dilaporkan kasus demam tifoid yang resisten terhadap

    kloramfenikol. Strain yang resisten umumnya rentan terhadap sefalosporin generasi

    ketiga. Pemberian sefalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone 100 mg / kg BB/ hari

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    20/23

    20

    dibagi dalam 1 atau 2 dosis (maksimal 4 g/ hari) selama 5 7 hari atau cefotaxime 150 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis efektif pada isolat yang rentan. Akhir akhir inicefixime oral 10 15 mg / kg BB/ hari selama 10 hari dapat diberikan sebagai alternatif,terutama apabila jumlah leukosit < 2000/l atau dijumpai resistensi terhadap S. typhi . 8

    9. Komplikasi Perforasi usus pada tempat inokulasi, biasanya pada ileum, terjadi pada 0,5-3% dan

    perdarahan gastrointestinal beratterjadi pada 1- 10% anak dengan demam tifoid.

    Ensefalopati toksik, trombosis serebral, ataksia serebelar akut, neuritis optik, afasia,

    ketulian, serta kolesistitis akut dapat terjadi

    Pneumonia biasa terjadi selama stadium kedua penyakit, tetapi disebabkan oleh

    superinfeksi. 2

    10. Prognosis

    Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan kesehatan

    sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang

    adekuat, angka mortalitas < 1 %. Di negara berkembang, angka mortalitasnya > 10%

    biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya

    komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis,

    dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. 8Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat

    seperti : 4

    a. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu

    b. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium

    c. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    21/23

    21

    4. Plan : Diagnosis

    Demam typhoid dengan status gizi baik

    Pengobatan

    - Mondok bangsal

    - Diet lunak dan rendah serat

    - Medikamentosa Infus RL 15 tpm Injeksi cefotaxim 3 x 350 mg Injeksi ondancentron 3x2mg

    paracetamol 3 x 1 cth

    - Monitoring KU dan TTV Edukasi dan Motivasi

    Dilakukan edukasi mengenai kondisi pasien, penanganan yang akan dilakukan,

    komplikasi dan prognosis pasien. Edukasi dilakukan dengan tujuan membantu

    proses penyembuhan dan pemulihan , mencegah komplikasi. Edukasi yang

    diberikan berupa tirah baring total dan makan-makanan lunak dan rendah serat.

    Mengurangi kebiasaan jajan dan makan diluar rumah. Meningkatkan higien dansanitasi makanan dan lingkungan rumah.membiasakan cuci tangan sebelum

    makan.

    Konsultasi

    Konsultasi ditujukan kepada dr.Sp.A untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut

    hal ini guna mencegah terjadinya komplikasi dari demam typhoid.

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    22/23

    22

    Monitoring

    Tanggal Kegiatan Hasil

    16

    September

    2013

    Anamnesis

    Pemeriksaan fisik

    - Keluhan Utama : Demam

    - Keluhan tambahan : Mual (+)

    Muntah (+), nafsu makan berkurang

    Tanda vital :

    - KU: sedang/ CM

    - HR: 100x/menit

    - RR: 00x/menit

    - T: 39,6 0C

    - Kepala : Ubun-ubun cekung (-)

    - Mata : air mata (+)

    - Mulut : Lidah kotor(+) tepi

    hiperemis(+) tremor ketika

    dijulurkan (-)

    - Abdomen :

    Auskultasi : Bising usus (+)normal

    Palpasi : Nyeri tekan (+)sulit

    dievaluasi.

    - Ekstremitas : akral dingin (-/-)

    Melaporkan pasien kepada dokter spesialis

    anak :

    Advise :

    Infus RL 15 tpm Injeksi cefotaxim 3 x 350 mg Injeksi ondancentron 3x2mg paracetamol 3 x 1 cth

    Periksa lab Darah rutin dan widal

  • 8/10/2019 laporan kasus Tyfoid

    23/23

    23

    17

    September

    2013

    Observasi Keadaan

    umum dan tanda-

    tanda vital

    Tanda vital :

    - KU: lemah/ CM

    - HR: 100x/menit

    - RR: 20x/menit

    - T: 37,9 0C

    Advise :

    Terapi lanjut

    18 september

    2013

    Observasi KU dan

    TTV

    Keluhan : tidak ada, ibu pasien minta

    pulang.

    Ku : baik/ CM

    HR 100x/menit

    RR : 18x/menit

    T ; 37,2

    Pasien APS

    Semarang, September 2013

    Mengetahui

    dr. Dian Aviyanti, M. Kes