laporan kasus psikotik rizki fix

18
LAPORAN KASUS PSIKOTIK SKIZOFRENIA KATATONIK (F20.2) I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tuan A Umur : 21 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Jl. Poros Panaikanng Sinjai Timur, Sinjai Masuk RSKD : 29 November 2012 Status Perkawinan : Belum menikah Dokter yang mengobati : dr. Grace II. ALLOANAMNESIS Nama : Mariah Agama : Islam Pekerjaan : Guru SD Pendidikan : D-3 Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung LAPORAN PSIKIATRIK I. RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan Utama : Berdiam diri/ tidak bicara 1

Upload: rizki-setiawan

Post on 28-Nov-2015

191 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

skizofrenia katatonik

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

LAPORAN KASUS PSIKOTIK

SKIZOFRENIA KATATONIK (F20.2)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tuan A

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Jl. Poros Panaikanng Sinjai Timur, Sinjai

Masuk RSKD : 29 November 2012

Status Perkawinan : Belum menikah

Dokter yang mengobati : dr. Grace

II. ALLOANAMNESIS

Nama : Mariah

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru SD

Pendidikan : D-3

Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung

LAPORAN PSIKIATRIK

I. RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan Utama :

Berdiam diri/ tidak bicara

B. Riwayat gangguan sekarang

- Keluhan dan Gejala :

Keluhan dialami sejak 1 minggu yang lalu dan memberat 2 hari sebelum masuk

RSKD Dadi. Pasien sering berdiam diri dan tidak bicara ketika diajak untuk

bicara.Sudah 2 hari pasien tidak makan dan minum, serta tidak bisa tidur dirumah.

1

Page 2: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

Pasien mulai mengalami perubahan perilaku sejak 2 bulan yang lalu dimana pasien

mulai menyendiri. Pasien juga biasa terlihat bicara sendiri dan ketawa sendiri. Ketika

ditanya oleh keluarga pasien, pasien mengatakan bahwa pasien mendengar suara-

suara aneh ditelinganya tapi tidak bisa menjelaskan suara apa yang didengarnya.

Pasien juga mengatakan melihat bayangan yag tidak jelas dan hal ini terjadi sejak 1

bulan yang lalu. Sebelumnya pasien kuliah di YAPMA jurusan manajemen pada 2011

dan berhenti ketika semester 2 dengan alasan yang tidak jelas tapi menurut keluarga

karena pasien tidak mampu tinggal di Makassar hanya berdua dengan sepupu dirumah

pamannya.

- Hendaya / Disfungsi :

Hendaya dalam bidang sosial (+)

Hendaya dalam bisang pekerjaan (+)

Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)

- Faktor stressor psikososial :

Faktor stressor psikososial tidak jelas

- Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis

sebelumnya:

Tidak ada

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala, kejang, infeksi. Pasien merokok, tidak

minum alkohol dan tidak memakai narkoba.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

- Riwayat Prenatal dan Perinatal (usia 0-1 tahun)

Pasien lahir cukup bulan di Rumah pribadi dan ditolong oleh bidan. Selama masa

kehamilan, Ibu pasien dalam keadaan sehat. Pertumbuhan dan perkembangan

pasien sama dengan anak sebayanya.

- Riwayat masa kanak-kanak awal (usia 1-3 tahun)

Pasien bertumbuh kembang dengan sama dengan anak sebayanya.

- Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)

Pasien masuk SD umur 7 tahun di SD Sinjai Timur. Prestasi akademik pasien baik

dan diatas rata-rata. Pasien bergaul dengan baik di sekolahnya.

2

Page 3: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

- Riwayat masa kanak-kanak akhir (usia 12-17 tahun)

Pasien melanjutkan SMP di sinjai timur dan melanjutkan di Madrasah Aliah.

Hubungan pasien sangat baik dengan teman-temannya di Sekolah. Prestasi

akademik pasien baik selama disekolah. Pasien rajin beribadah di masjid.

- Riwayat masa dewasa

o Riwayat Pekerjaan

Membantu paman dalam distribusi barang/pakaian sejak awal 2012.

o Riwayat pendidikan

Kuliah di Manajemen YAPMA (Yayasan Pendidikan Makassar) hanya 2

semester dan berhenti tanpa alasan yang jelas.

E. Riwayat kehidupan keluarga :

- Pasien anak ke-2 dari 3 bersaudara (♀,♂,♀)

- Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik

- Tidak ada riwayat keluarga yang menderita gejala yang sama.

F. Situasi sekarang

- Pasien sekarang tinggal bersama dengan orang tuanya di Sinjai

- Pasien membantu pamannya untuk distribusi barang dan diberi upah yang cukup

besar

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien pernah merasa dirinya tidak sakit dan sehat.

AUTOANAMNESIS (29 November 2012 di UGD Mahoni)

DM : Selamat siang pak, perkenalkan nama saya rizki

P : (pasien hanya diam diri dan menunduk kebawah dengan pandangan kosong serta

sedikit mengeluarkan air liur dari mulutnya)

DM : Apa kabarnya pak?

P : (pasien tetap diam dengan mempertahankan posisi duduk yang kaku dan agak miring

ke arah kanan. Pasien tidak merespon dan menunjukkan ekspresi apapun)

DM : Sama siapa kesini pak?

P : (Pasien tetap diam)

3

Page 4: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

DM : (Pemeriksa membentuk posisi tubuh dari luar berupa menaikkan kedua tangan pasien

keatas dan pasien tetap mempertahankan posisi tersebut. Flexibility cerea (+))

II. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum :

1. Penampilan :

Tampak seorang pria berambut pendek, perawakan tinggi rata-rata dan kurus.

Memakai kacamata, baju koko kaos lengan pendek, celana panjang kain dan

sandal. Cukup rapi. Perawatan diri baik, kulit sawo matang , wajah sesuai umur.

Pasien tampak terdiam dan tidak merespon.

2. Kesadaran : berubah

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang, flexibility cerea/ waxy flexibility (+)

4. Pembicaraan : mutisme

5. Sikap terhadap pemeriksa : tidak kooperatif

B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, ekspresi dan empati, perhatian

1. Afek : datar

2. Empati : tidak dapat diraba-rasakan

C. Fungsi Intelektual (kognitif)

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum,dan kecerdasan : sulit dinilai

2. Daya konsentrasi : sulit dinilai

3. Orientasi (waktu, tempat dan orang) : sulit dinilai

4. Daya ingat :

a. Jangka panjang : sulit dinilai

b. Jangka sedang : sulit dinilai

c. Segera : sulit dinilai

5. Pikiran abstrak : sulit dinilai

6. Bakat kreatif : sulit dinilai

7. Kemampuan menolong diri sendiri : tidak bisa

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : sulit dinilai

2. Ilusi : sulit dinilai

3. Depersonalisasi : sulit dinilai

4. Derealisasi : sulit dinilai

E. Proses Berpikir

1. Arus Pikiran:

a. Produktivitas : tidak ada

b. Kontinuitas : tidak ada

4

Page 5: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

c. Hendaya berbahasa : sulit dinilai

2. Isi Pikiran :

a. Preokupasi : sulit dinilai

b. Gangguan isi pikiran : sulit dinilai

F. Pengendalian Impuls

Sulit dinilai

G. Daya Nilai

1. Norma sosial : sulit dinilai

2. Uji Daya Nilai : sulit dinilai

3. Penilaian Realitas : sulit dinilai

H. Tilikan (insight) : sulit dinilai

I. Taraf dapat dipercaya : sulit dinilai

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Pemeriksaan Fisik:

o Status internus

Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi 100 x/menit kuat angkat, frekuensi

pernapasan 20 x/menit, suhu 36,7oC, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.

o Status neurologis

GCS: E4M5Vx, pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung

(+) / (+), fungsi kortikal luhur sulit dinilai, tanda rangsang meningeal kaku kuduk

(-), kernigs sign (-), fungsi motoris dan sensoris sulit dinilai, dan tidak ditemukan

refleks patologis.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang laki-laki berumur 21 tahun dibawa ke RSKD Dadi oleh keluarganya dengan

keluhan berdiam diri dan tidak bicara sejak 2 hari yang lalu.OS telah mengalami hal ini

sejak 1 minggu yang lalu. OS tidak bicara ketika diajak bicara oleh keluarga, sulit makan

dan minum, serta sulit tidur. Sejak 2 bulan lalu, OS telah menampakkan perubahan

perilaku berupa menyendiri. OS sering mendengar suara, bicara dan ketawa sendiri, serta

bayangan yang tidak jelas. OS berhenti kuliah tanpa alasan yang jelas pada awal tahun

2012 setelah 2 semester kuliah di Manajemen YAPMA. OS pernah berkata bahwa ada

yang berbeda pada dirinya. Sebelumnya OS adalah anak yang rajin shalat dan mudah

bergaul.

5

Page 6: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

Ketika datang, OS memakai baju kaos koko putih lengan pendek, celana panjang kain,

sandal dan kacamata. OS tampak rapi dan wajah sesuai umur. Tampak pasien tidak

merespon dengan verbal sama sekali (mutisme) dan duduk diam dengan mempertahankan

posisi agak miring ke arah kanan (posturing), serta tampak negativisme. Sikap terhadap

pemeriksa tidak kooperatif sehingga sulit menilai fungsi intelektual, persepsi, proses

berpikir, pengendalian impuls, daya nilai dan tilikan. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan

kesadaran E4M5Vx dan stupor. Tanda vital dalam batas normal. Ditemukan flexibilitas

cerea pada anggota gerak pasien.

V. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I

Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesis, didapatkan adanya gejala klinis

berupa berdiam diri dan tidak berbicara. Pasien pernah bicara dan ketawa sendiri,

mendengar bisikan dan melihat bayangan-bayangan sejak kurang lebih 1 bulan yang

lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan jiwa

Pada pasien ditemukan adanya disorganisasi perilaku berupa, mutisme,

posturing dan flexibility cerea. Pasien juga mengalami hendaya berat dalam fungsi

kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, menjalin hubungan sosial, dan

melakukan kegiatan rutin, sehingga digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa

Psikotik.

Pada pemeriksaan status internus tidak ditemukan kelainan dan neurologis

tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik kecuali keadaan stupor, sehingga

kemungkinan gangguan mental organik dapat disingkirkan dan pasien digolongkan

ke dalam Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

Dari alloanamnesis didapatkan halusinasi auditorik dan visual. Dan

berdasarkan autoanamnesis didapatkan berkurangnya reaktivitas terhadap

lingkungan dan dalam gerakan, posturing dan mempertahankan anggota gerak yang

dibentuk dari luar (flexibilitas cerea), sehingga berdasarkan penggolongan diagnosis

gangguan jiwa (PPDGJ III) diagnosis pasien diarahkan pada Skizofrenia Katatonik

(F20.2)

Aksis II

Ciri kepribadian tidak khas

Aksis III

Tidak ada diagnosis

6

Page 7: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

Aksis IV

Stressor psikososial tidak jelas

Aksis V

GAF Scale 30-21 = disability berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu

berfungsi hampir semua bidang.

VI. DAFTAR PROBLEM

Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna. Namun

diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka

pasien memerlukan psikofarmakoterapi.

Psikologik : Ditemukan adanya hendaya berat dalam fungsi psikis dan

pengendalian impuls, sehingga diperlukan farmakoterapi.

Sosiologik : Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang social,

Pekerjaan dan penggunaan waktu senggang.

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Ad bonam

Quo ad functionam : Dubia

Quo ad sanationam : Dubia

Faktor pendukung:

- Keluarga mendukung kesembuhan pasien

- Skizofrenia katatonik memilik prognosis yang lebih

baik

- Cepat mendapat terapi

Faktor penghambat

- Ketidakpatuhan terhadap pengobatan

- Onset usia muda

- Stressor tidak jelas

VIII. DISKUSI PEMBAHASAN

Skizofrenia katatonik adalah jenis dari skizofrenia dimana terjadi perubahan perilaku

yang ekstrim. Perubahan perilaku berupa tidak bicara, bergerak atau merespon rangsangan

7

Page 8: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

dari luar (catatonic stupor). Atau bisa berupa overexited, hiperaktif, echolalia (catatonic

excitement). Berdasarkan PPDGJ III, untuk mendiagnosa sklzofrenia katatonik, perlu

ditentukan apakah masuk golongan skizofrenia atau tidak, yaitu :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitasnya berbeda, atau

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

dirinya (Withdrawal) dan

- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar atau

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar atau

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan

tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat

khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

berbicara atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik

tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu

mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

8

Page 9: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham

yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang

jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang

berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu

(posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang

menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan

sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi

sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri

sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Pada pasien ini, didapatkan mutisme dimana pasien tidak memberi respon verbal sama

sekali dengan semua pertanyaan yang diberikan oleh pemeriksa. Berdasarkan hasil

alloanamnesis, didapatkan juga halusinasi auditorik dan visual. Pada pasien juga dtemukan

gejala klinis berupa stupor, posturing dan flexibilitas cerea sehingga pasien didiagnosis

sementara dengan skizofrenia katatonik (F20.2) akan tetapi perlu dipantau untuk penyebab

organik lainnya

Pada pasien ini sebagaiknya diberi obat golongan benzodiazepine dan yang paling banyak

dipakai berdasar EBM adalah lorazepam karena berdasarkan hasil penilitian, lebih dari 70%

pasien yang diberikan obat benzodiazepine memberikan perbaikan presentasi yang baik dan

pasien yang tidak memberikan respon yang baik dengan benzodiazepine sebaiknya diberikan

ECT (electroconvulsive therapy).

Pada pasien katatonik, patomekanisme penyakit ini belum jelas akan tetapi beberapa teori

dikemukakan. Berdasarkan Northoff (2002), adanya “top-down modulation” pada ganglia

basalis yang dikarenakan defisiensi kortikal gamma-aminobutyric acid (GABA), yang

merupakan neurotransmitter inhibitor utama pada otak. Hal inilah yang mendasara

9

Page 10: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

penggunaaan benzodiazepine yang bekerja pada reseptor GABA. Benzodiazepine akan

berikaatan dengan gamma sub-unit pada reseptor GABA. Ikatan tersebut akan memodifikasi

fungsi reseptor yang meningkatkan afinitas reseptor GABA terhadap GABA.

Pada pasien ini juga dapat diberikan obat antipsikotik berupa obat atipikal antipsikotik.

Berdasarkan meta-analisis besar, obat risperidone dan olanzapine menunjukkan perubahan yang

lebih baik dibandingkan haloperidol untuk symptom negatif. Dan simptomm negatif lebih

menonjol pada pasien ini.

RENCANA TERAPI

Psikofarmakoterapi dan terapi lainnya :

Benzodiazepine. Bisa berupa Lorazepam dengan dosis 2 mg 2 x 1

perhari

antipsikotik atipikal berupa risperidone dengan dosis 2 mg 2 x ½

perhari

Electroconvulsive Therapy (ECT)

Psikoterapi suportif:

a. Ventilasi : Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan

perasaan dan keinginan serta masalahnya sehingga pasien merasa

lega dan keluhannya berkurang.

b. Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang

penyakitnya, agar pasien memahami kondisi dirinya, dan

memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar

tetap minum obat secara teratur.

c. Sugestif : Menanam kepercayaan dan meyakinkan bahwa gejalanya akan

hilang dengan meningkatkan motivasi diri pasien

Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang

terdekat pasien tentang gangguan yang dialami pasien, sehingga

tercipta dukungan sosial dalam lingkungan yang kondusif

sehingga membantu proses penyembuhan pasien serta

melakukan kunjungan berkala.

IX. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas

terapi sertakemungkinan terjadinya efek samping dari terapi farmakologi yang diberikan.

10

Page 11: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

1. Tanggal 5 Desember 2012 Pukul 16.00 di Bangsal Palem

Wawancara:

DM : Selamat sore.

P : Sore (terdapat jeda cukup lama sebelum menjawab sekitar 3 detik)

DM : Perkenalkan nama saya Rizki. Bisa saya tanya-tanya sebentar?

P : Bisa (pasien terdengar lesu dan selalu menunduk ke bawah)

DM : Nama lengkap bapak siapa?

P : A..

DM : “A” masih ingat tanggal lahirnya?

P : Tanggal 22 September atau Desember 1991. (pasien lama berpikir)

DM : “A” tahu dimana ini? Banyak orang pakai baju putih dan ada perawat, kira-kira

dimana?

P : Lupa (terdapat jeda sebelum pasien menjawab)

(Pemeriksa menaikkan kedua tangannya dan meminta pasien untuk melihat ke arah

pemeriksa dan diajak bicara. Hasilnya pasien mempertahankan posisi tersebut.

(fleksibilitas cerea (+))

DM : Siapa yang bawa “A” kesini?

P : Bapak sama Ibu

DM : Sudah berapa lama “A” disini?

P : Lupa

DM : Kira-kira sekarang pagi, siang, sore atau malam?

P : Sore

DM : Kenapa “A” dibawa kesini?

P : Tidak tahu juga kenapa.

DM : Sebelumnya “A” dirumah pernah gelisah atau sulit tidur?

P : Iya, gelisah sama sakit kepala. Trus tidak enak tidur.

DM : Kenapa “A” sulit tidur?

P : Banyak dipikir, ada gangguan lemas (kemudian pasien berhenti bicara dan tetap

melihat kebawah)

DM : Sebelum kesini “A” pernah mendengar suara-suara atau bayangan?

P : Ada juga suara sama bayangan, tapi tidak jelas (setelah itu pasien diam)

DM : Sejak kapan mulai dengar atau lihat bayangan?

P : Lama, tapi lupa kapan.

DM : Suara-suara apa yang “A” dengar?

P : Tidak tahu juga, seperti orang bicara.

DM : Bicara apa? Dia komentari atau ajak diskusi?

P : Tidak jelas juga,

11

Page 12: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

DM : Biasa kapan muncul?

P : Lupa, tapi biasa mau tidur muncul lagi.

DM : Suaranya perempuan atau laki-laki?

P : Laki-laki sama perempuan.

DM : Sekarang masih didengar suaranya?

P : Tadi malam ada.

DM : Kalau bayangannya, masih “A” lihat?

P : Masih, tapi tidak jelas bayangannya

DM : Bayangannya hitam atau putih?

P : Lupa

DM : “A” pernah diikuti sama orang?

P : Pernah,

DM : Siapa yang ikuti?

P : Tidak tahu juga

DM : “A” tahu kenapa diikuti?

P : Tidak tahu

DM : Sekarang masih diikuti?

P : Masih

DM : Katanya “A” suka menyendiri kalau dirumah trus jarang keluar. Kenapa?

P : tidak tahu

DM : Sebelumnya “A” kuliah dimana?

P : YAPMA, ambil manajemen informatika

DM : Masih kuliah?

P : Tidak

DM : Sejak kapan berhenti?

P : Lupa

DM : Kenapa berhenti kuliah?

P : Tidak tahu

DM : Universitasnya kurang bagus, atau ada masalahnya “A” waktu kuliah?

P : Tidak ada (pasien kemudian berhenti bicara dan diam)

DM : Sekarang tidurnya “A” bagaimana?

P : Baik ji.

DM : Sekian dulu yang saya tanya. Terima kasih “A” atas waktunya. Semoga cepat

sembuh. (Pasien tetap mempertahankan posisinya sampai pemeriksa

menuruunkan tangannya).

P : Iya

12

Page 13: Laporan Kasus Psikotik Rizki Fix

O : Tampak pasien menggunakan baju kaos putih dengan celana pendek, wajah sesuai

umur, cukup rapi. Pasien tampak menyendiri dan berdiam diri.

Flexibilitas cerea (+)

Posturing (-)

Kontak mata (+), verbal (+)

Psikomotor : tenang

Verbalisasi : lambat, progresifitas kurang

Afek : Tumpul

Arus pikir : produktivitas kurang atau pikiran yang lambat

Gangguan isi pikir : observasi

Gangguan persepsi : Adanya halusinasi auditorik dan visual

P : Psikofarmakoterapi

- Antipsikotik atipikal : Risperidone 2 mg 2 x 1 perhari

- Benzodiazepine : Lorazepam 2 mg 2 x 1 perhari

Psikoterapi suportif

A : D/ Skizofrenia katatonik (F20.2)

DD/ Gangguan Katatonik Organik (F06.1)

13