laporan kasus fraktur vertikal

8
LAPORAN KASUS Penanaman kembali fraktur vertikal incisive central maxilla setelah perbaikan dengan bonding resin Abstrak Arikan F, Franko M, Gurkan A. Penanaman kembali fraktur vertikal incisive central maxilla setelah perbaikan dengan bonding resin. Jurnal Endodontik Internasional, 41, 173-179, 2008. Tujuan Untuk menjelaskan penanaman kembali fraktur vertikal pengisian saluran akar incisive tengah setelah perbaikan dengan bonding resin. Ringkasan Pengisian saluran akar dengan fraktur vertikal biasanya diekstraksi karena umumnya memiliki prognosis yang buruk. Pada kasus ini, selama 18 bulan menindaklanjuti penanaman kembali incisive dengan fraktur akar vertikal dijelaskan dengan pemeriksaan klinis dan dokumentasi radiografi. Kunci Pembelajaran Penanaman kembali gigi dengan pengisian saluran akar dari fraktur vertikal yang kumplit setelah bonding mungkin dapat menjadi alternatif dari dilakukannya ekstraksi. Para dokter harus lebih sadar akan kemungkinannya hal yang tidak menguntungkan seperti teman sejawat yang gagal untuk menanamkan kembali incisive dengan fraktur vertikal seluruh akar. Kata kunci bonding, penanaman kembali, perawatan, fraktur vertikal. Pendahuluan Fraktur akar vertikal mewakili sebagian atau seluruh garis fraktur yang memanjang ke sumbu gigi. Fraktur akar

Upload: wulan-oktaviani

Post on 30-Nov-2015

117 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

fraktur vertikal saluran akar

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS Fraktur Vertikal

LAPORAN KASUS Penanaman kembali fraktur vertikal incisive central maxilla setelah perbaikan dengan bonding resin

Abstrak

Arikan F, Franko M, Gurkan A. Penanaman kembali fraktur vertikal incisive central maxilla setelah perbaikan dengan bonding resin. Jurnal Endodontik Internasional, 41, 173-179, 2008.

Tujuan

Untuk menjelaskan penanaman kembali fraktur vertikal pengisian saluran akar incisive tengah setelah perbaikan dengan bonding resin.

Ringkasan

Pengisian saluran akar dengan fraktur vertikal biasanya diekstraksi karena umumnya memiliki prognosis yang buruk. Pada kasus ini, selama 18 bulan menindaklanjuti penanaman kembali incisive dengan fraktur akar vertikal dijelaskan dengan pemeriksaan klinis dan dokumentasi radiografi.

Kunci Pembelajaran

Penanaman kembali gigi dengan pengisian saluran akar dari fraktur vertikal yang kumplit setelah bonding mungkin dapat menjadi alternatif dari dilakukannya ekstraksi.

Para dokter harus lebih sadar akan kemungkinannya hal yang tidak menguntungkan seperti teman sejawat yang gagal untuk menanamkan kembali incisive dengan fraktur vertikal seluruh akar.

Kata kunci bonding, penanaman kembali, perawatan, fraktur vertikal.

Pendahuluan

Fraktur akar vertikal mewakili sebagian atau seluruh garis fraktur yang memanjang ke sumbu gigi. Fraktur akar vertikal kebanyakan diamati pada pengisian saluran akar sebagai hasil dari faktor iatrogenik setelah preparasi saluran akar yang berlebih, tekanan lateral dan vertikal berlebih saat pengisian saluran akar, preparasi berlebih diposterior, tekanan yang pasti pada bagian posterior dan relasi oklusal yang kurang baik dari gigi yang berdekatan

Page 2: LAPORAN KASUS Fraktur Vertikal

(Lertchirakarn et al. 1999, Yang et al. 2001, Cohen et al. 2003, Okitsu et al. 2005, Rundquist & Versluis 2006).

Gigi dengan fraktur akar vertikal merupakan salah satu bagian tersulit antara diagnosis dan perawatan yang umumnya memiliki prognosis buruk (Pitts & Natkin 1983, Moule & Kahler 1999, Cohean et al. 2003). Gigi molar dengan fraktur vertikal mungkin sebagian melindungi bagian lain dalam pembedahan dari fraktur akar; bagaimanapun, perawatan dari fraktur akar vertikal pada akar tunggal umumnya dilakukan ekstraksi. Secara klinis menjadi lebih buruk jika gigi yang fraktur tersebut dijadikan abutment, mungkin mudah berubah dalam rencana perawatan prostho. Walaupun beberapa metode dari perawatan dianjurkan, (Pitts & Natkin 1983, Trope & Rosenberg 1992, Selden 1996, Dederich 1999, Funato et al. 1999, Sugaya et al. 2001), tidak satupun dianjurkan untuk mempertahankan fraktur akar vertikal dalam jangka waktu yang panjang. Dengan kata lain, penanaman kembali dengan pengisian saluran akar pada fraktur vertikal dengan resin muncul sebagai harapan dibidang medis dalam beberapa tahun belakangan ( sugaya et al. 2001, hayashi et al. 2002, 2004, Kawai & Masaka 2002, Kudou & Kubota 2003) hayasi et al 2004 melaporkan bahwa prognosis dari penanaman kembali pada fraktur vertikal dengan pengisian saluran akar setelah rekonstruksi dengan bonding resin. Berdasarkan dari hasil pemeriksaan klinis yang sangat panjang, dipertimbangkan untuk gigi incisive dapat dilakukan sebagai alternatif dari ekstraksi.

Gigi incisive secara kritis sangat penting dalam pertumbuhan gigi karena peranan mereka yang sangat penting sebagai estetik, fungsi dan fonetik. Penggantain gigi incisive dalam prostho pada ekstraksi incisive khususnya pada maxilla mungkin tidak diindikasikan termasuk pada prostho lepasan, fix bridge atau implant. Dari pandangan tersebut, gagalnya alveolar ridge pada dimensi vertikal dan horizontal serta hilangnya papilla interdental sebagai hasil dari ekstraksi yang menyulitkan perawatan prostho dan mengharuskan ridge tambahan sebagai estetik dari pontik. Konsekwensi ini mungkin diminimalisir dengan adanya metode yang menjaga soket di tulang alveolar dengam implant yang harus segera dilakukan. Bagaimanapun, menegakkan metode perawatan untuk mempertahankan incisive maxilla dengan fraktur vertikal pada soket alveolar dapat dilakukanbaik pada pasien, menghindari prosedur pembedahan dan masalah financial ppada ekstraksi.

Page 3: LAPORAN KASUS Fraktur Vertikal

Secara objektif pada laporan ini menjelaskan penindaklanjutan perawatan selama 18 bulan dari pengisian saluran akar incisive central maxilla memperlihatkan midline fraktur vertikal, yang mana diperbaiki dengan adhesive resin.

Laporan

Pria 26 tahun ditunjuk untuk ke sekolah kedokteran gigi, Universitas Ege, Turkey komplain mengenai estetik yang buruk pada garis fraktur di incisive maxilla central kanan yang telah dilakukan pengisian saluran akar 1 tahun lalu. Secara klinis dan pemeriksaan radiografi terungkap. Garis fraktur vertikal memanjang ke sumbu gigi terhadap apex, memisahkan fragmen dan bagian dalam poket periodontal dibagian buccal dan palatal. Pasien melaporkan bahwa giginya telah fraktur 3 bulan lalu ketika sedang mengunyah. Secara laporan medis melaporkan tidak ada penyakit sistemik, masalah perdarahan atau kondisi klinis lain yang dapat mempengaruhi proses atau hasil dari prosedur pembedahan. Tujuan, prosedur dan kemungkinan kesalahan operator pada penyembuhan luka dijelaskan pada pasien secara detail dan penanaman kembali dilakukan hanya setelah ditulis pada informed consent. Pasien discalling dan diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulutnya termasuk menyikat gigi dan flossing sebelum dilakukan pembedahan.

Sebelum pembedahan, cek kedalaman probing dan level perlekatan pada empat bagian (tengah buccal, distal, mesial, dan tengah palatal) sekitar gigi dengan ukuran Wiliams probe menggunakan cenemto-enamel junction sebagai garis acuan. Melakukan anestesi lokal dengan larutan 2% lidocaine dengan 1:100.000 adrenaline (jetokain, Adekallac A.S, Istanbul, Turkey) pada serat supra- alveolar didiseksi dengan circumferential dan gigi sudah diekstraksi dengan sedikit perhatian untuk mencegah kerusakan dari jaringan periodontium. Gigi yang diekstraksi segera direndam dalam laruran saline dan dibiarkan kemudian lakukan prosedur lainnya. Soket sebelah gigi fraktur tersebut secara berhati-hati dicurrete untuk menghilangkan jaringan infalamasi dan debris. Jaringan inflamasi di atas akar dihilangkan dengan gunting. Garis fraktur ditrim dengan rotary instrument dan alat pengisian saluran akar yang sudah dibersihkan secara sempurna. Bagian yang terpisah disatukan kembali menggunakan dual-curing adhesive resin cement (Variolink II, Ivoclar Vivadent AG, Schaan, Liechtenstein) sesuai dengan instruksi. Pengeringan dengan udara

Page 4: LAPORAN KASUS Fraktur Vertikal

hanya dilakukan pada bagian permukaan dalam gigi untuk membiarkan ligamen periodontal pada permukaan gigi agar tetap lembab. Cement resin digunakan disaluran akar dan garis fraktur dan fragmen yang dilekatkan. Perhatian khusus diberikan untuk menjaga panjang resin pada perpanjangan di garis fraktur. Kelebihan cement dapat dihilangkan dengan instrumen tangan.

Perhatian diberikan untuk meminimalisir trauma pada sisa ligamen periodontal pada permukaan akar dan untuk menghindari waktu perpanjangan pada kondisi kering. Gumpalan darah diaspirasi dari soket dan kemudian gigi diangkat dari larutan saline ditanam kembali dalam soket pada posisi semula dengan tekanan yang ringan. Untuk memastikan posisi yang benar pada tulang alveolar, pasien diinstruksikan untuk mengigit secara oklusi sentrik. Gigi untuk sementara displint dengan 0.5mm wire bulat dan light-cured bahan resi komposit. Pasien diberikan resep 3x500 mg amoxicilin dan 2x500 mg naproxen setiap hari untuk satu minggu dan diinstruksikan untuk berkumur dengan 0,2% chlorhexidine untuk menghindari gigitan berat pada gigi anteriornya. Lewat waktu total antara ekstraksi dan penanaman kembali dari gigi ke soket selama 23 menit.

Banyak periode penyembuhan bedah. Splint sementara dicabut setelah 4 minggu dan dalam 2 bulan gigi direstorasi dengan full crown. Penindaklanjutan setelah pembedahan termasuk evaluasi klinik (kegoyangan, nyeri, bengkak, fistula, sensitivitas saat perkusi, suara abnormal saat perkusi sebagai tanda ankylosis) dan parameter radiografis (lamina dura, resorpsi alveolar, ligament periodontal) dan kebersihan mulut jika perlu dilakukan setiap minggu untuk bulan pertama, setiap bulan selama 6 bulan dan setiap 6 bulan secara rutin. Periodontal probing tidak dilakukan sampai 6 bulan karena dapat mengganggu regenerasi jaringan periodontal. Tidak secara klinis maupun radiografis memperlihatkan gejala kegagalan dilaporkan oleh pasien selama periode evaluasi. Kondisi periodontal dari gigi yang fraktur tersebut memperlihatkan kemajuan selama 6 bulan evaluasi dengan garis dasarnya, yang mana bagian hanya proximal yang tidak berubah. Dalam 18 bulan, parameter periodontal dilanjutkan untuk perbaikan, dan tidak terjadi lagi fraktur setelah diteliti. Lamina dura dan regenerasi dari periodontium secara radiografis dapat terlihat dan bila gigi tersebut memperlihatkan kegoyangan.

Diskusi

Page 5: LAPORAN KASUS Fraktur Vertikal

Penyembuhan luka dari fraktur vertikal dengan bonding resin adalah metode yang dilakukan dalam usaha memelihara gigi. Hayashi et al. (2002, 2004) telah mengevaluasi prosgnosis dalam waktu pendek dan panjang pada penanaman kembali gigi dengan fraktur vertikal dengan resin. Penulis mengevaluasi 8 incisive, 14 premolar dan 4 molar untuk 4-76 bulan dilaporkan tidak dilakukan ekstraksi dari kerusakan incisive oleh karena itu penjelasan metode ini sebagai prediksi perawatan untuk incisive tapi tidak untuk premolar dan molar (Hayashi et al. 2002, 2004). Ketika penanaman kembali bagian dari gigi secara klinis seperti tipe perpanjangan dari fraktur dan metode rekonstruksi, dari 8 incisive, 2 mandibular dan satu maxila memperlihatkan fraktur vertikal yang sempurna ditahan dan dirawat dengan prognosis yang baik dalam jangka waktu yang lama. Dilaporkan prognosis yang baik dan tuntunan prosedur klinis dijelaskan dalam pembelajaran dari Hayashi et al. (2002, 2004) kasus yang saat ini dirujukan untuk dilakukan penanaman kembali. Kasus saat ini juga memperlihatkan tidak ada tanda-tanda kegagalan penindaklanjutan selama 18 bulan dan sesuai fakta-fakta untuk pengelolaan dari incisive tengah maxilla dengan fraktur vertikal yang sempurna. Mungkin metode ini sukses dilakukan pada gigi maxilla anterior, sedikitnya hanya sebagian, tergantung dari tempat serta morfologinya, I.e. Tekanan pada gigitan lunak dan kontrol kebersihan mulut dibagian anterior.

Resin cement dipilih untuk digunakan dalam kasus ini karena kekuatan bondingnya yang baik, bobot dari tepinya yang baik, biocompatibilitasnya dapat diterima dan waktu polimerisasinya sebentar (Federlin et al. 2005, de Souza Costa et al. 2006, Piwowarczyk et al. 2007). Kekuatan bonding dan waktu polimerisasi dari penyemenan pada fragmen gigi yang fraktur penting untuk menahan tekanan oklusan. Selain itu, produk bonding membiarkan waktu extra-oral yang singkat memfasilitasi pemeliharaan vitalitas ligament periodontal itu penting dalam kesuksesan penanaman kembali dalam jangka panjang. (Andreasen 1981, Blomlof et al. 1983, Trope 2002). Penyelidikan sebelumnya telah melaporkan hasil kesuksesannya dari penanaman kembali gigi incisive menggunakan 4 methacryloxyethyltrimellitate anhydride/methyl methaclyrate-tri-n-butyl sebagai bonding (Sugaya et al. 2001, Hayashi et al. 2002, 2004). Maka dari itu, produk resin pada kasus sekarang ini mungkin dapat dijadikan pilihan lain sebagai bahan bonding dalam rekonstruksi dari central incisive.

Page 6: LAPORAN KASUS Fraktur Vertikal

Pada kasus sekarang ini, kedalaman dari periodontal serta garis frakturnya yang memanjang seluruhnya mengalami kemajuan selama periode evaluasi. Adanya sel ligamen periodontal yang vital dengan kemampuan proliferasi dalam penanaman kembali gigi mempertegas proses penyembuhan periodontal (Phol et al. 2005a). Waktu pengeringan kurang dari 15 menit itu optimal yang mana diharapkan penyembuhan periodontal mungkin dapat terjadi (Phol et al. 2005a). Perbaikan dari keadaan periodontal saat ini barangkali karena hasil dari pemeliharaan yang baik dari gigi dalam keadaan lembab, tidak termasuk permukaan periodontal yang dikeringkan oleh udara dan waktu yang sebentar dengan produk bonding. Walaupun salah satu resorpsi akar mungkin dapat diharapkan sebagai gigi yang dijaga tetap kering selama proses adhesive, area resorpsi tidak dapat dideteksi secara radiografis namun dapat ditinjau secara evaluasi berkala. Konsekwensi ini mungkin diakibatkan dari fakta bahwa gigi sebelumnya telah dilakukan pengisian saluran akar dan maka dari itu tidak ada bakteri dari nekrosis pulpa untuk menginisiasikan resorpsi akar (Phol et al. 2005a). Bagaimanapun, kemungkinan resorpsi akar selanjutnya tidak dapat dihilangkan, tidak berarti secara radiografis resorpsi area tidak terdeteksi, mungkin sudah ada sebagian sepanjang garis fraktur. Lagipula, ahli medis harus lebih sadar dari kemungkinan yang tidak menguntungkan termasuk resorpsi tulang yang berlanjut sepanjang garis fraktur ketika mencoba untuk merawat gigi incisive ketika fraktur vertikal. Keputusan antara waktu ekstraksi dari gigi incisive dengan penanaman kembali dengan bonding resin harus lebih hati-hati untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan dengan pasien sebelum perawatan.

Kesimpulan

Penanaman kembali gigi incisive maxilla dengan fraktur vertikal setelah perbaikan dengan resin cement mungkin dapat menjadi alternatif dari ekstraksi ringan. Evaluasi pembelajaran untuk jangka panjang dari teknik ini dapat membantu menjelaskan potensi yang sesungguhnya. Penolakan

Artikel ini sudah menjadi pokok dari tinjauan bagi editorial, menjadi pilihan, indikasi yang spesifik, dari penulis. Adanya pandangan yang tidak seharusnya dari beberapa ahli medis, atau pandangan dari IEJ Editorial, atau bagian dari masyarakat.

Page 7: LAPORAN KASUS Fraktur Vertikal