laporan kasus dka

22
DAFTAR ISI Kata pengantar ................................................................ ..............i Daftar Isi.............................................................. ................................................................. ...........ii BAB I PENDAHULUAN...................................................... ..........................................................1 BAB II KASUS ................................................................ ..............2 BAB III ANALISA KASUS ................................................................ .............8 BAB IV TEORI ................................................................ .............9 BAB V KESIMPULAN ................................................................ ............14 ii

Upload: irahervandry17

Post on 02-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


56 download

DESCRIPTION

dka

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

BAB II KASUS ..............................................................................................................................2

BAB III ANALISA KASUS ..........................................................................................................8

BAB IV TEORI..............................................................................................................................9

BAB V KESIMPULAN ................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................15

ii

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai organ terbesar dalam tubuh manusia, kulit adalah organ yang kompleks dan

dinamis yang berfungsi antara banyak tujuan lain, fungsi menjaga fisik dan penghalang

imunologi terhadap lingkungan. Oleh karena itu, kulit adalah garis pertahanan pertama setelah

terpapar berbagai bahan kimia.

Dermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh

faktor eksogen dan atau endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik

(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak

selalu timbul bersamaan , bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung

residif dan menjadi kronis.

Dermatitis kontak merupakan istilah umum pada reaksi inflamasi akut atau kronis dari

suatu zat yang bersentuhan dengan kulit. Ada dua jenis dermatitis kontak. Pertama, dermatitis

kontak iritan (DKI) disebabkan oleh iritasi kimia, kedua, dermatitis kontak alergi (DKA)

disebabkan oleh antigen (alergen) dimana memunculkan reaksi hipersensitivitas tipe IV (cell-

mediated atau tipe lambat). Karena DKI bersifat toksik, maka reaksi inflamasi hanya terbatas

pada daerah paparan, batasnya tegas dan tidak pernah menyebar. Sedangkan DKA adalah reaksi

imun yang cenderung melibatkan kulit di sekitarnya (spreading phenomenon) dan bahkan dapat

menyebar di luar area yang terkena. Pada DKA dapat terjadi penyebaran yang menyeluruh.

1

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn.M

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 24 tahun tahun

Alamat : Kp.Pulo Jahe, Jaktim

Pendidikan : Belum menikah

Agama : Islam

Tanggal pemeriksaan : 19 Oktober 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Gatal pada punggung kaki kiri dan kanan sejak 1 bulan.

Keluhan Tambahan :

Bengkak, lecet, perih dan basah.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli klinik dengan keluhan gatal di punggung kaki kiri dan kanan sejak

1 bulan. Awalnya gatal tersebut karena terkena air sabun cuci piring (sunlight), kemudian gatal

di garuk hingga lecet sejak 1 minggu dan sudah 2 hari ini menjadi bengkak dan kemerahan.

Pasien mengira terkena kutu air dan memakai salep ultrasilin dan gentamisin baru dipakai 1

minggu, namun tidak ada perubahan.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sejak beberapa tahun yang lalu kerna

air cuci sabun juga tapi tidak separah ini.

2

Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluhan yang sama tidak ada

- Riwayat Diabetes Melitus tidak ada

- Riwayat alergi tidak ada

Riwayat Alergi :

- Alergi makanan seafood

Riwayat Pengobatan

- Sudah diobati dengan salep ultrasilin dan gentamisin tetapi keluhan dirasakan tidak banyak

ada perubahan

Riwayat Psikososial

- Berada di lingkungan perumahan dengan sanitasi, hygiene dan ventilasi yang kurang baik.

- Pasien sering mencuci piring di kamar mandi sehingga air sabun mengenai kaki dan kaki

tidak memakai sandal.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik, tampak sakit sedang.

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital :

3

Tekanan Darah : tidak dilakukan

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Pernapasan : 20 x/menit

Berat badan : 50 kg

Tinggi Badan : 163 cm

Status Gizi : BMI 18,82 Normal

STATUS GENERALIS

Kepala dan Leher

Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak mudah rontok

Mata : Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

Hidung : Septum deviasi (-/-), sekret (-/-)

Mulut : Mukosa bibir lembab (-), karies dentis (-)

Telinga : Sekret (-/-), serumen (-/-)

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax :

- Inspeksi `: Bentuk normal, gerak nafas simetris.

- Palpasi : Tidak dilakukan

- Perkusi : Tidak dilakukan

- Auskultasi: Sonor, vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar, supel, BU (+), NTE (-)

Ekstremitas atas dan bawah : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)

4

STATUS DERMATOLOGIKUS

Regio dorsum pedis bilateral tampak udem eritematous plakat, madidans(eksudat) dan skuama

halus dan beberapa papul.

5

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pasien ini pemeriksaan ini tidak dilakukan.

V. RESUME

Pasien ♂ 24 tahun datang ke poli klinik dengan keluhan gatal di punggung kaki kiri dan

kanan sejak 1 bulan. Awalnya gatal tersebut karena terkena air sabun cuci piring (sunlight),

kemudian gatal di garuk hingga lecet sejak 1 minggu dan sudah 2 hari ini menjadi bengkak dan

kemerahan. Pasien mengira terkena kutu air dan memakai salep ultrasilin dan gentamisin baru

dipakai 1 minggu, namun tidak ada perubahan.

Riwayat penyakit dahulu pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sejak

beberapa tahun yang lalu kerna air cuci sabun juga tapi tidak separah ini.

Riwayat Alergi makanan seafood

Riwayat Pengobatan sudah diobati dengan salep ultrasilin dan gentamisin tetapi keluhan

dirasakan tidak banyak ada perubahan

Riwayat Psikososial pasien sering mencuci piring di kamar mandi sehingga air sabun

mengenai kaki dan kaki tidak memakai sandal.

Status dermatologikus : Regio dorsum pedis bilateral tampak udem eritematous plakat,

madidans(eksudat) dan skuama halus dan beberapa papul.

VI. DIAGNOSA KERJA

Dermatitis kontak alergi

VII. DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis kontak iritan

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Uji tempel/ Patch Test

IX. PENATALAKSANAAN

a. Medika mentosa :

- Kortikosteroid : Prednison 30mg 3x1

6

- Topikal : kompres dengan larutan garam faal atau larutan salsilat 1: 1000

- Anti histamin : cetirizin 10mg 1x1

b. Non Medika Mentosa

- Hindari terulangnya kontak dengan alergen penyebab

- Jangan menggaruk area gatal

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

7

BAB III

ANALISA KASUS

• Pada pasien ini berdasarkan anamnesis dengan datang keluhan gatal di punggung kaki

kiri dan kanan sejak 1 bulan yang awalnya gatal tersebut karena terkena air sabun cuci

piring (sunlight), dan riwayat dahulu juga pernah mengalami keluhan yang sama. Dari

pemeriksaan fisik, lokasi yang terkana adalah tungkai bawah, yang di duga jika yang

terkena tungkai bawah bisa disebabkan oleh detergen, bahan pembersih lantai,

sendal/sepatu. Dari riwayat psikososial pasien juga sering mencuci piring di kamar mandi

sehingga air sabun mengenai kaki dan kaki tidak memakai sandal.

• Jadi berdasarkan hasil anamnesis dan peemriksaan fisik, diagnosis pasien adalah

Dermatitis kontak alergi, karena ada riwayat kontak dengan bahan alergen atau bahan

yang dicurigai menjadi penyebab.

8

BAB IV

DERMATITIS KONTAK

A. Definisi

Dermatitis kontak ialah dermatitis yang diakibatkan oleh bahan atau substansi yang menempel

pada kulit.

B. Jenis

Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak

alergi. Keduanya dapat bersifat akut ataupun kronik. Dermatitis iritan merupakan reaksi

peradangan langsung tanpa adanya sensitisasi, sedangkan dermatitis kontak alergi terjadi pada

seseorang yang tersensitisasi terhadap suatu alergen.

Dermatitis Kontak Alergik (DKA)

a. Definisi

Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi tipe IV, dimediasi

terutama oleh limfosit yang sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan

dan edema pada kulit.

b. Epidemiologi

Dibandingkan dengan DKI, jumlah pasien DKA lebih sedikit, karena hanya mengenai

orang dengan keadaan kulit sangat peka (hipersensitif). Diperkirakan jumlah DKA

mauoun DKI semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang

mengandung bahan kimia yang dipakai masyarakat.

c. Etiologi

Penyebab dermatitis kontak alergi adalah alergen, paling sering yaitu bahan kimia dengan

berat molekul < 500 – 1000 dalton, yang disebut juga bahan kimia sederhana atau disebut

sebagai hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif dan dapat menembus stratum korneum

sehingga mencapai sel epidermis bagian dalam yang hidup. Berbagai faktor berpengaruh

terhadap kejadian DKA, misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis perunit area, luar

9

daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu, dan kelembaban kulit pada lokasi

kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imun (misalnya sedang

mengalami sakit) atau terpajan sinar matahari secara intens).

d. Faktor Predisposisi

Keadaan kulit sangat sensitif (hipersensitif).

Kebersihan/higiene yang kurang dapat mempermudah timbulnya penyakit.

Pekerjaan di lingkungan yang basah, tempat-tempat lembab atau panas, pemakaian

alat-alat yang salah.

e. Patofisiologi

Dermatitis kontak alergi termasuk reaksi tipe IV adalah hipersensitivitas tipe lambat.

Patogenesisnya melalui 2 fase yaitu:

1) Fase induksi (fase sensitisasi) adalah saat kontak pertama alergen dengan kulit

sampai limfosit mengenal dan memberi respons, memerlukan waktu 2-3 minggu.

Reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi

alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat memiliki fase

yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lemah seperti bahan yang dijumpai pada

kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama

kontak dengan bahan tersebut, dapat bulanan atau tahunan.

2) Fase elisitasi adalah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa

sampai timbul gejala klinis, umumnya berlangsung antara 24-48 jam.

Fase sensitisasi:

Sebagian besar zat kimia yang dapat menimbulkan ACD memiliki berat molekul

<500 d.

Molekul ini berikatan dengan protein pembawa (protein karier) yang berada di

lapisan epiderdermis, membentuk antigen lengkap.

Antigen ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel Langerhans (APC).

APC berinteraksi dengan CD4+ T cells, menuju ke kelenjar getah bening

regional.

10

Setelah kontak dengan antigen, sel Th disensitisasi, berproliferasi dan

berdiferensiasi menjadi sel DTH.

Sel-sel tersebut masuk ke sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem

limfoid, tersebar di seluruh tubuh, mennyebabkan keadaan sensitivitas yang

sama di seluruh kulit tubuh.

Fase elisitasi:

Bila sel DTH ini terpajan ulang dengan antigen yang sama, akan melepas sitokin

(IFN-) yang mengaktifkan makrofag dan menginduksi inflamasi.

Produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim hidrolitik, oksigen reaktif intermediat, oksida nitrat, dan sitokin proinflamasi mengakibatkan kerusakan

jaringan.

f. Gejala Klinis

Umumnya pasien mengeluh gatal

Stadium akut dimulai dengan bercak eritematosa bervatas tegas kemudian diikuti

edema, papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah

menyebabkan erosi dan eksudasi.

DKA akut di tempat tertentu misalnya kelopak mata, penis, skrotum dan lebih

dominasi eritem dan edema.

DKA kronik terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin fisur

dan berbatas tidak tegas.

Berbagai lokasi kejadian DKA : tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan,

genitalia, tungkai atas dan bawah.

g. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis yang cermat dan pemerksaan klinis

yang teliti. Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat

11

topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, dan berbagai bahan yang

diketahui menimbulkan alergi, dan riwayat keluarga.

h. Pemeriksaan Penunjang

Uji tempel (patch test).

Uji tempel dilakukan setelah dermatitis sembuh (tenang), bila mungkin

setelah 3 minggu.

Tempat dilakukan uji temple biasanya di punggung, di bagian luar lengan

atas, daerah fleksor lengan bawah atau interskapular.

Cara:

Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit

yang utuh, ditutup dengan kain kasa atau bahan impermeabel, kemudian

direkat dengan plester/selofan impermeabel.

Hasil:

- Hasil reaksi dibaca setelah 24-48 jam (ketika dibuka), 72 jam dan atau 96

jam.

- Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi reaksi setelah 1 minggu.

- Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtikaria sampai vesikel atau bula.

- Reaksi dinilai sebagai:

+1= reaksi lemah(non vesikuler):eritema, infiltrat,papul

+2=reaksi kuat:edema atau vesikel(+++)

+3=reaksi sangat kuat (ekstrim):bula atau ulkus (+++)

±=meragukan, hanya makula eritematosa

IR=iritasi, seperti terbakar, pustul atau purpura

-=reaksi neagatif

NT=tidak dites

i. Diagnosis Banding

Dermatitis kontak iritan

Dermatitis numularis

12

j. Pengobatan

Umum

Upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab.

Khusus

Sistemik:

Antihistamin

Kortikosteroid: metilprednison, metilprednisolon atau triamsinolon.

o Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi

peradangan pada dermatitis kontak akut yang ditandai dengan eritema, edema,

bula atau vesikel, serta eksufatif (madidans), misalnya prednisone 30 mg/hari.

Topikal:

o Kompres dengan larutan garam faal atau larutan asam salsilat 1:1000,

o Atau pemberian kortikosteroid atau makrolaktam secara topikal

k. Prognosis

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, jika bahan kontak dapat dihindarkan.

Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, jika bersamaan dengan dermatitis oleh faktor

endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan

bahan iritan tidak mungkin dihindari.

13

BAB V

KESIMPULAN

Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi

imunologi tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit yang sebelumnya tersensitisasi, yang

menyebabkan peradangan dan edema pada kulit.

Penyebab dermatitis kontak alergi adalah alergen, paling sering yaitu bahan kimia dengan

berat molekul < 500 – 1000 dalton, yang disebut juga bahan kimia sederhana. Faktor predisposisi

nya pada keadaan kulit sangat sensitif (hipersensitif), kebersihan/higiene yang kurang dapat

mempermudah timbulnya penyakit, pekerjaan di lingkungan yang basah, tempat-tempat lembab

atau panas, pemakaian alat-alat yang salah.

Jadi berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pasien adalah

Dermatitis kontak alergi, karena ada riwayat kontak dengan bahan alergen atau bahan yang

dicurigai menjadi penyebab.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Donald Y.M. Leung, Lawrence F. Eichenfield & Mark Boguniewicz. In : Wloff Klaus et

al, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. Eight Edition. United States:

McGraw-Hill Companies ; 2012. Chapter 13 : page 152.

2. Sri Linuwih, dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta :

Fakultas Kedokteran UI.

3. Emmy S. Sjamsoe Daili, Sri Linuwih Menaldi, I Made Wisnu. Atlas Kulit, penyakit kulit

yang umum di indonesia.

15