laporan kasus dermatitis dr. prima ndith
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
DERMATITIS SEBOROIK dan TINEA KORPORIS
Oleh : Anindita Juwita Prastianti
Pembimbing : dr. Sri Primawati Indraswari, Sp. KK
PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik adalah istilah umum yang dipakai untuk manifestasi
kelainan kulit yang berupa kemerahan, ruam kulit yang bersisik. Istilah
dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh
faktor konstitusi dan predileksi di tempat-tempat seboroik. Kelainan tersebut
sering ditemukan pada kulit kepala, kening, sekitar hidung, area alis atau mata
dan sekitarnya, juga pada dada bagian tengah serta di telinga bagian luar. Lokasi-
lokasi ini banyak menghasilkan sebum yaitu substansi yang mengandung banyak
kandungan lemak yang diproduksi oleh kelenjar khusus yang melindungi bagian
epidermis dari kulit.
Penyebab dari dermatitis ini belum diketahui pasti. Faktor
predisposisinya adalah status seboroik yang rupanya diturunkan, penyakit ini
juga diduga dihubungkan dengan infeksi bakteri atau Pityrosporum ovale
sebagai faktor utama penyebab peradangan. P.ovale merupakan flora normal
kulit, namun bila pertumbuhannya berlebihan akan mengakibatkan reaksi
inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk kedalam epidermis
maupun karena sel jamur itu sendiri. Para peneliti percaya bahwa perubahan
flora pada kulit kepala dihasilkan akibat dari peningkatan proliferasi epidermis.
Stres juga dapat menjadi faktor predisposisi pada beberapa orang.
Dermatitis seboroik berhubugan erat dengan keaktifan glandula
sebaseae, glandula tersebut aktif pada bayi baru lahir. Insidensnya mencapai
puncak nya pada umur 18 – 40 tahun, kadang – kadang pada umur tua. Lebih
1
sering pada laki – laki. Di dunia prevalensi dermatitis seboroik mencapai 3 – 5
% .
Kelainan kulit yang dapat terjadi adalah eritema, dan skuama yang
berminyak yang agak kekuningan dengan batas yang kurang tegas. Kelainan
tersebut terjadi pada seluruh kulit kepala yang kita kenal dengan Pityriasis sika
(ketombe, Dandruff) dengan skuama halus dan kasar. Sedangkan bentuk yang
berminyak dikenal sebagai pitiriasis steatoides yang disertai dengan eritema dan
krusta yang tebal. Rambut pada tempat kelainan mempunyai kecenderungan
untuk rontok mulai dari bagian vertek ke frontal. (1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah makanan, lebih sering pada
orang yang makan lemak dan minum alcohol. Iklim, insiden meningkat pada
iklim dingin. Keturunan, tidak berpengaruh tapi cenderung meningkat pada
orang yang stres emosional. Lingkungan yang menyebabkan kulit menjadi
lembab dan maserasi akan lebih mudah menimbulkan penyakit. Faktor lain,
infeksi, kelelahan, dan defisiensi imun
Selain dermatitis seboroik, terdapat penyakit infeksi jamur lainnya pada kulit
mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia diantaranya yaitu
dermatofitosis. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki iklim tropis dan
kelembaban yang tinggi. Dermatofitosis disebut juga tinea, ringworm atau kurap.
Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh
golongan jamur dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang
terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichopyton, dan Epidermophyton.
Dermatofita mempunyai sifat mencernakan keratin atau keratofilik. Berdasarkan
habitatnya, dermatofit ini digolongkan sebagai antropofilik (manusia), zoofilik
(hewan) dan geofilik (tanah). Penyakit dermatofitosis ini tersebar di seluruh dunia dan
menyerang semua umur, terutama dewasa.1,2
Nama penyakit akibat jamur dermatofit ini sesuai dengan lokasi yang diserang
oleh jamur tersebut. Berikut adalah klasifikasi dermatofitosis berdasarkan lokasinya :
Tinea kapitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot
2
Tinea kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus,
bokong dan perineum
Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan
Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki
Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk
bentuk 5 tinea di atas
Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu :
Tinea imbrikata :dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris
dan disebabkan Trichophyton concentricum.
Tinea favosa :dermatofitosis yang terutama disebabkan Trichopyton
schoenleini: secara klinis antara lain terbentuk skutula dan berbau seperti tikus
(mousy odor).
Tinea fasialis, tinea aksilaris yang juga menunjukan daerah kelainan
Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut.
Tinea korporis disebut juga tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende flechte, kurap,
herpes sircine trichophytique. Infeksi ini tidak menyebabkan mortalitas yang
signifikan tetapi mereka bisa berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea
korporis prevalensinya sama antara pria dan wanita. Penyakit ini mengenai semua
orang dari semua tingkatan usia. Secara geografis lebih sering pada daerah tropis dan
subtropis. Biasanya mudah terjadi pada lingkungan dan daerah yang kotor dan
lembab. Pakaian ketat dan cuaca panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan
beratnya erupsi. 1,2
Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas
tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi.
Daerah tengah biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat
garukan dikarenakan keluhan pasien adalah gatal, terutama saat berketingat. Lesi-lesi
pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan lainnya. Kelainan kulit
dapat terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi
kulit menjadi satu.3 Bentuk dengan tanda radang yang lebih nyata sering dilihat pada
anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya infeksi baru pertama kali.
3
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus dermatitis seboroik dan tinea korporis
pada anak laki-laki berumur 15 bulan.
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 15 bulan
Alamat : Kalialang RT 02 RW 01 Tegal
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum bekerja
Pendidikan : Belum bersekolah
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku Bangsa : Jawa
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis (Ibu pasien) dilakukan pada hari Kamis, tanggal 31
Januari 2013 pukul 10.00 WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah
Tegal.
Keluhan Utama
Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 31 Januari 2013 pukul 10.00
WIB dibawa ibunya dengan keluhan kulit gatal disertai bercak berwarna
kemerahan yang bersisik putih, dan kulit berminyak pada tungkai kiri. Ibu
pasien juga mengeluhkan terdapat bruntus-bruntus kemerahan dan bersisik
putih pada daerah punggung bawah diatas bokong.
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSU Kardinah Tegal pada tanggal 31 Januari 2013 pukul 10.00 WIB
dibawa ibunya dengan keluhan kulit gatal disertai bercak berwarna kemerahan
yang bersisik putih, dan kulit terkelupas berminyak pada tungkai kiri bawah.
Ibu pasien juga mengeluhkan terdapat bruntus-bruntus kemerahan dan bersisik
putih pada daerah punggung bawah diatas bokong.
4
4 bulan SMRS, ibu pasien menyadari bahwa pada kaki kiri pasien
terdapat gelembung-gelembung kemerahan. Gelembung tersebut berisi cairan,
dengan ukuran sebesar uang logam. Gelembung ini tidak pecah namun 3 bulan
SMRS, gelembung tersebut perlahan mengering. Namun bila terkena air
muncul cairan seperti nanah berwarna putih-kekuningan dari sela-sela kulit.
Dalam 2 bulan SMRS, menurut ibu pasien, pasien mulai menggaruk karena
gatal, dan kemudian lecet sampai berdarah serta meninggalkan bekas garukan.
Kemudian bekas garukan perlahan mengering,lalu kulit menjadi terkelupas,
dan bersisik kasar berwarna putih. Pada daerah kulit yang terkelupas juga
berminyak.
Dalam 4 bulan SMRS, terdapat juga keluhan lain di punggung bawah
pasien berupa bruntus-bruntus kemerahan. Awalnya luas bruntus-bruntus ini
kecil sebesar uang logam, kemudian semakin meluas dengan tepi tidak rata.
Diatas bruntus-bruntus ini ada kulit yang terkelupas berwarna putih sehingga
seperti bersisik halus. Menurut ibu pasien, pasien tidak menggaruk-garuk
punggungnya. Pasien tinggal di rumah sederhana dengan kawasan cukup padat
dan ventilasi baik. Pasien mandi tanpa memakai sabun, 2 kali sehari.
Punggung pasien selalu dikeringkan seusai mandi. Handuk pasien dicuci 1
bulan sekali dan sering bergantian dengan ayahnya. Sumber air mandi di
rumah pasien adalah dari PDAM. Aktivitas pasien cukup tinggi, setelah
bermain dengan teman-temannya dan berkeringat, bagian yang paling basah
dengan keringat di daerah punggung.
Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut Ibu pasien, pasien pernah mengalami keluhan yang sama di
punggung sebelumnya pada saat pasien berumur 3 bulan. Keluhan yang
dirasakan sama seperti keluhan yang sekarang, berupa bruntus-bruntus
kemerahan dan bersisik halus berwarna putih, namun keluhan tersebut
menghilang sempurna setelah pengobatan selama 1 tahun, namun ibu pasien
tidak ingat nama obatnya, bentuk obatnya salep berwarna putih yang dioleskan
dua kali sehari sehabis mandi.
Riwayat Penyakit Keluarga
5
Menurut ibu pasien, ayah pasien juga memiliki bruntus-bruntus
kemerahan yang disertai gatal di punggung dan kaki. Keluhan ini sudah
dirasakan selama satu tahun, dan tidak diberi pengobatan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : -
Nadi : 112 x/menit, regular
Suhu : afebris
Pernafasan : 20x/menit
Tinggi badan : 72 cm
Berat badan : 8 kg
Status gizi : Gizi baik
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak
ada kelainan kulit kepala
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis
mata hitam, tidak ada madarosis
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit
Thorax
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris, tidak terdapat
kelainan kulit
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi
o Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
o Jantung: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
6
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak terdapat kelainan kulit
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak dilakukan
Genitalia : Tidak diperiksa
Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak
terdapat kelainan kulit
Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,
terdapat kelainan kulit (sesuai status dermatologikus)
I. Status Dermatologikus
Distribusi : Regional
Ad regio : Tungkai bawah kiri (kruris sinistra)
Lesi : Multipel, diskret sebagian konfluens, berbatas tegas,
berukuran bervariasi dari lentikular sampai numular
Efloresensi : Makula eritema, skuama berwarna putih, ekskoriasi dan
krusta
Gambar 1. Tungkai bawah kiri
7
II. Status Dermatologikus
Distribusi : Regional
Ad regio : Punggung bawah
Lesi :Multipel, bentuk bulat berbatas tegas,berukuran miliar,terdapat
central healing (+)
Efloresensi : Makula eritema, papul, skuama halus berwarna putih.
8
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan mikologi
kerokan kulit pada bagian lesi di regio punggung dan kruris sinistra ditambah
larutan KOH 10 %. Hasilnya : negative
V. RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSU Kardinah Tegal pada tanggal 31 Januari 2013 pukul 10.00 WIB
dibawa ibunya dengan keluhan kulit gatal disertai bercak kemerahan yang
disertai sisik berwarna putih, dan kulit terkelupas agak berminyak pada
tungkai kiri bawah sejak 4 bulan SMRS. Keluhan ini makin dirasakan gatal,
sehingga pasien mulai menggaruk dan menimbulkan bekas garukan,
sebelumnya sudah berobat ke puskesmas namun keluhan tidak sembuh. Ibu
pasien juga mengeluhkan terdapat bruntus-bruntus kemerahan dan bersisik
putih pada daerah punggung bawah diatas bokong, keluhan ini dirasakan
makin meluas sejak 4 bulan ini, awalnya kecil sebesar uang logam. Keluhan
9
ini sudah yang kedua kalinya, keluhan pertama muncul saat pasien berumur 3
bulan, namun setelah pemberian obat (salep) keluhan tersebut menghilang
dalam pengobatan 1 tahun. Di keluarga pasien, ayah kandung pasien
mengalami hal yang sama dengan keluhan yang di daerah punggung dan kaki.
Menurut ibu pasien, seringkali pemakaian handuk bersama dengan ayahnya
dan handuk dicuci 1 bulan sekali. Pasien juga sering berkeringat di daerah
punggung.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas
normal. Pada status dermatologikus, didapatkan pada regio tungkai bawah kiri
(kruris sinistra), distribusi: regional, lesi: multipel, diskret sebagian
konfluens, berbatas tegas, berukuran bervariasi dari lentikular sampai
numular, efloresensi: makula eritema, skuama halus berwarna putih,
ekskoriasi dan krusta.
Status dermatologikus regio punggung bawah,distribusi : regional,
lesi :multipel, bentuk bulat berbatas tegas, berukuran miliar,terdapat central
healing (+), efloresensi: makula eritema, papul, skuama halus berwarna putih.
Dari pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan mikologi kerokan
kulit pada bagian lesi di regio kruris sinistra dan daerah punggung, ditambah
dengan larutan KOH 10 % didapatkan hasil negatif.
VI. DIAGNOSIS BANDING
Psoriasis
Kandidosis
VII. DIAGNOSIS
Dermatitis Seboroik kruris sinistra
Tinea Korporis
VIII. USULAN PEMERIKSAAN
Menunjang diagnosis tinea korporis dilakukan pemeriksaan pembiakan
dengan menanamkan bahan klinis pada medium agar dekstrosa Sabouraud.
10
Pada agar Sabouraud dapat ditambahkan antibiotik saja (kloramfenikol) atau
ditambah pula klorheksimid.
IX. PENATALAKSANAAN
1. UMUM
Memberikan penjelasan pada orangtua pasien tentang penyakit yang
diderita dan pengobatannya.
Menyarankan orangtua agar pasien selalu menyeka keringatnya dan
menjaga kebersihan anaknya terutama setelah beraktivitas seperti
sering mengganti pakaiannya atau lebih sering mencuci handuk. Jangan
menggunakan handuk secara bersamaan, sebaiknya setelah pemakaian
handuk, hendaknya handuk dikeringkan, supaya menjaga kondisi tidak
lembab.
Menyarankan agar keluarga pasien menjaga kebersihan lingkungan
rumah.
Pemakaian obat yang diberikan harus diberikan rutin agar mencapai
penyembuhan maksimal
2. KHUSUS
Sistemik (oral) :
o Celestamine syrup (betametason 0,25mg, dexchlorpheniramine
maleate 2 mg) diberikan setegah sendok teh 3 kali sehari
Topikal :
o Anti jamur golongan azol misalnya mikonazol krim dioleskan 2
kali sehari sehabis mandi tiap pagi dan sore hari.
o Kortikosteroid yaitu betametason krim dioleskan 2 kali sehari
sehabis mandi tiap pagi dan sore
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad fungtionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
Quo ad kosmetikum : Ad bonam
11
PEMBAHASAN
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang banyak
mengandung kelenjar sebaseae. Dermatitis seboroik dapat menyerang pasien bayi
sampai dewasa. Pada anak-anak, dermatitis seboroik lebih sering menyerang anak
laki-laki. Kondisi ini muncul kebanyakan pada bayi usia tiga bulan dan kemudian
insidennya menurun di usia satu tahun sampai empat tahun kedepan.
Penyebab pastinya belum diketahui pasti, namun diduga akibat aktivitas
kelenjar sebaseae dan diduga dihubungkan dengan infeksi bakteri atau Pityrosporum
ovale. Beberapa faktor predisposisi dermatitis seboreik antara lain adalah kadar
hormone, infeksi jamur dan malnutrisi. Kadar hormonal mungkin menjelaskan
mengapa dermatitis seboroik muncul pada anak bayi kemudian menghilang dan
muncul kembali di usia remaja. Pityrosporum ovale merupakan jamur yang menjadi
flora normal pada manusia. Ragi dari genus ini mendominasi dan ditemukan di
hampir seluruh daerah seboroik di tubuh yang kaya akan lemak sebasea (kepala,
tubuh, punggung atas, dll). Hubungan antara Pityrosporum ovale dengan dermatitis
seboroik seringkali dijelaskan dengan terdapatnya isolasi Pityrosporum ovale dan
respon terapi terhadap anti jamur. Dermatitis seboroik juga seringkali dihubungkan
dengan penyakit immunocompromized seperti AIDS.
Gejala klinis yang seringkali timbul pada pasien dengan dermatitis seboroik
adalah kelainan kulit berupa eritema dan skuama berminyak yang agak kekuningan
dan batasnya agak kurang tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak
berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal.
Tinea korporis adalah infeksi dermatifitosis superficial yang dicirikan dengan
lesi yang meradang maupun tidak meradang yang muncul pada kulit yang tidak
berambut (glaborous skin). Ada tiga dermatofit yang sering menyebabkan
dermatofitosis yakni Trychopiton, Microsporum, dan Epidermophyton. Kelainan ini
dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang
berlangsung seumur hidup. Dermatofitosis ini dapat terjadi pada semua umur,
prevalensinya sama antara pria dan wanita. Infeksi ini terutama terdapat pada daerah
tropis. Insiden meningkat pada kelembaban udara yang tinggi. Kebersihan individu
dan lingkungan sangat besar pengatuhnya terhadap perkembangan penyakit ini.
12
Gejala subjektif tinea korporis berupa gatal, terutama jika berkeringat. Selain
itu terdapat kelainan berupa lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema,
skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengah biasanya
lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lainnya. Oleh karena
gatal dan digaruk, maka lesi akan semakin meluas, terutama pada daerah kulit yang
lembab, Sehingga kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir
yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang
yang lebih nyata lebih sering terlihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena
umumnya mereka mendapat infeksi baru pertama kali.
Diagnosis dermatitis seboroik ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis seorang anak laki-laki dibawa ibunya
dengan keluhan kulit gatal disertai bercak kemerahan yang disertai sisik berwarna
putih, dan kulit terkelupas agak berminyak pada tungkai kiri bawah sejak 4 bulan
SMRS. Keluhan ini makin dirasakan gatal, sehingga pasien mulai menggaruk dan
menimbulkan bekas garukan sampai berdarah.
Pada status dermatologikus, didapatkan pada regio tungkai bawah kiri (kruris
sinistra), distribusi: regional, lesi: multipel, diskret sebagian konfluens, berbatas
tegas, berukuran bervariasi dari lentikular sampai numular, efloresensi: makula
eritema, skuama halus berwarna putih, ekskoriasi dan krusta. Ini sesuai dengan
gejala klinis dari dermatitis seboroik meskipun penyakit ini lebih sering mengenai
daerah kepala.
Dari pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan mikologi kerokan kulit
pada bagian lesi di regio kruris sinistra, ditambah dengan larutan KOH 10 %
didapatkan hasil negatif.
Pengobatan yang dapat diberikan untuk dermatitis seboroik pada anak adalah
kortikosteroid topical, missal dengan krim hidrokortison 2 ½ %. Pada kasus dengan
inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya
betametason valerat. Bila pada sediaan langsung didapatkan p. ovale, maka dapat
diberikan krim ketokonazole 2%. Prognosisnya dubia ad bonam selama pasien tidak
memiliki faktor yang memperberat.
13
Diagnosis tinea corporis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, ibu pasien juga mengeluhkan terdapat
bruntus-bruntus kemerahan dan bersisik putih pada daerah punggung bawah diatas
bokong, keluhan ini dirasakan makin meluas sejak 4 bulan ini, awalnya kecil sebesar
uang logam. Keluhan ini sudah yang kedua kalinya, keluhan pertama muncul saat
pasien berumur 3 bulan, namun setelah pemberian obat (salep) keluhan tersebut
menghilang dalam pengobatan 1 tahun. Di keluarga pasien, ayah kandung pasien
mengalami hal yang sama dengan keluhan yang di daerah punggung dan kaki.
Menurut ibu pasien, seringkali pemakaian handuk bersama dengan ayahnya dan
handuk dicuci 1 bulan sekali. Pasien juga sering berkeringat di daerah punggung.
Pada status dermatologikus, didapatkan pada regio punggung
bawah,distribusi : regional, lesi :multipel, bentuk bulat berbatas tegas, berukuran
miliar,terdapat central healing (+), efloresensi: makula eritema, papul, skuama halus
berwarna putih.
Dari pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan mikologi kerokan kulit
pada bagian lesi di daerah punggung, ditambah dengan larutan KOH 10 % didapatkan
hasil negatif.
Pada kasus ini, diberikan golongan imidazol topikal karena umumnya
berkhasiat fungistatis dan pada dosis tinggi bekerja fungisid terhadap fungi tertentu.
Imidazol memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan berkisar
70-100%. Mikonazol berkhasiat fungisid kuat dengan spectrum kerja yang lebar
sekali. Prognosis dari tinea korporis ini akan baik dengan tingkat kesembuhan 70-
100% setelah pengobatan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
keenam, cetakan pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. p.92-99.
2. Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. Terdapat dalam: Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine 6th ed [ebook]. New York: McGraw-Hill; 2003. p.205.
14
3. Siregar RS. Atlas berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta:
EGC; 2002. P.17-20.
4. Nasution A, Mansur, Kamaliah M, Juwono, Tapi S. Diagnosis dan
Penatalaksanaan Dermatofitosis. Available at :http://kalbe.co.id. Accessed on
November 28, 2012.
15