laporan kasus dermatitis dr. prima ndith

21
LAPORAN KASUS DERMATITIS SEBOROIK dan TINEA KORPORIS Oleh : Anindita Juwita Prastianti Pembimbing : dr. Sri Primawati Indraswari, Sp. KK PENDAHULUAN Dermatitis seboroik adalah istilah umum yang dipakai untuk manifestasi kelainan kulit yang berupa kemerahan, ruam kulit yang bersisik. Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan predileksi di tempat- tempat seboroik. Kelainan tersebut sering ditemukan pada kulit kepala, kening, sekitar hidung, area alis atau mata dan sekitarnya, juga pada dada bagian tengah serta di telinga bagian luar. Lokasi-lokasi ini banyak menghasilkan sebum yaitu substansi yang mengandung banyak kandungan lemak yang diproduksi oleh kelenjar khusus yang melindungi bagian epidermis dari kulit. Penyebab dari dermatitis ini belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya adalah status seboroik yang rupanya diturunkan, penyakit ini juga diduga dihubungkan dengan infeksi bakteri atau Pityrosporum ovale sebagai faktor utama penyebab peradangan. P.ovale merupakan flora normal kulit, namun bila pertumbuhannya berlebihan akan mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk 1

Upload: anindita-juwita-prastianti

Post on 05-Dec-2014

455 views

Category:

Documents


49 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

LAPORAN KASUS

DERMATITIS SEBOROIK dan TINEA KORPORIS

Oleh : Anindita Juwita Prastianti

Pembimbing : dr. Sri Primawati Indraswari, Sp. KK

PENDAHULUAN

Dermatitis seboroik adalah istilah umum yang dipakai untuk manifestasi

kelainan kulit yang berupa kemerahan, ruam kulit yang bersisik. Istilah

dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh

faktor konstitusi dan predileksi di tempat-tempat seboroik. Kelainan tersebut

sering ditemukan pada kulit kepala, kening, sekitar hidung, area alis atau mata

dan sekitarnya, juga pada dada bagian tengah serta di telinga bagian luar. Lokasi-

lokasi ini banyak menghasilkan sebum yaitu substansi yang mengandung banyak

kandungan lemak yang diproduksi oleh kelenjar khusus yang melindungi bagian

epidermis dari kulit.

Penyebab dari dermatitis ini belum diketahui pasti. Faktor

predisposisinya adalah status seboroik yang rupanya diturunkan, penyakit ini

juga diduga dihubungkan dengan infeksi bakteri atau Pityrosporum ovale

sebagai faktor utama penyebab peradangan. P.ovale merupakan flora normal

kulit, namun bila pertumbuhannya berlebihan akan mengakibatkan reaksi

inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk kedalam epidermis

maupun karena sel jamur itu sendiri. Para peneliti percaya bahwa perubahan

flora pada kulit kepala dihasilkan akibat dari peningkatan proliferasi epidermis.

Stres juga dapat menjadi faktor predisposisi pada beberapa orang.

Dermatitis seboroik berhubugan erat dengan keaktifan glandula

sebaseae, glandula tersebut aktif pada bayi baru lahir. Insidensnya mencapai

puncak nya pada umur 18 – 40 tahun, kadang – kadang pada umur tua. Lebih

1

Page 2: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

sering pada laki – laki. Di dunia prevalensi dermatitis seboroik mencapai 3 – 5

% .

Kelainan kulit yang dapat terjadi adalah eritema, dan skuama yang

berminyak yang agak kekuningan dengan batas yang kurang tegas. Kelainan

tersebut terjadi pada seluruh kulit kepala yang kita kenal dengan Pityriasis sika

(ketombe, Dandruff) dengan skuama halus dan kasar. Sedangkan bentuk yang

berminyak dikenal sebagai pitiriasis steatoides yang disertai dengan eritema dan

krusta yang tebal. Rambut pada tempat kelainan mempunyai kecenderungan

untuk rontok mulai dari bagian vertek ke frontal. (1)

Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah makanan, lebih sering pada

orang yang makan lemak dan minum alcohol. Iklim, insiden meningkat pada

iklim dingin. Keturunan, tidak berpengaruh tapi cenderung meningkat pada

orang yang stres emosional. Lingkungan yang menyebabkan kulit menjadi

lembab dan maserasi akan lebih mudah menimbulkan penyakit. Faktor lain,

infeksi, kelelahan, dan defisiensi imun

Selain dermatitis seboroik, terdapat penyakit infeksi jamur lainnya pada kulit

mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia diantaranya yaitu

dermatofitosis. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki iklim tropis dan

kelembaban yang tinggi. Dermatofitosis disebut juga tinea, ringworm atau kurap.

Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,

misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh

golongan jamur dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang

terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichopyton, dan Epidermophyton.

Dermatofita mempunyai sifat mencernakan keratin atau keratofilik. Berdasarkan

habitatnya, dermatofit ini digolongkan sebagai antropofilik (manusia), zoofilik

(hewan) dan geofilik (tanah). Penyakit dermatofitosis ini tersebar di seluruh dunia dan

menyerang semua umur, terutama dewasa.1,2

Nama penyakit akibat jamur dermatofit ini sesuai dengan lokasi yang diserang

oleh jamur tersebut. Berikut adalah klasifikasi dermatofitosis berdasarkan lokasinya :

Tinea kapitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot

2

Page 3: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

Tinea kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus,

bokong dan perineum

Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan

Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki

Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk

bentuk 5 tinea di atas

Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu :

Tinea imbrikata :dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris

dan disebabkan Trichophyton concentricum.

Tinea favosa :dermatofitosis yang terutama disebabkan Trichopyton

schoenleini: secara klinis antara lain terbentuk skutula dan berbau seperti tikus

(mousy odor).

Tinea fasialis, tinea aksilaris yang juga menunjukan daerah kelainan

Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis

Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut.

Tinea korporis disebut juga tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende flechte, kurap,

herpes sircine trichophytique. Infeksi ini tidak menyebabkan mortalitas yang

signifikan tetapi mereka bisa berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea

korporis prevalensinya sama antara pria dan wanita. Penyakit ini mengenai semua

orang dari semua tingkatan usia. Secara geografis lebih sering pada daerah tropis dan

subtropis. Biasanya mudah terjadi pada lingkungan dan daerah yang kotor dan

lembab. Pakaian ketat dan cuaca panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan

beratnya erupsi. 1,2

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas

tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi.

Daerah tengah biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat

garukan dikarenakan keluhan pasien adalah gatal, terutama saat berketingat. Lesi-lesi

pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan lainnya. Kelainan kulit

dapat terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi

kulit menjadi satu.3 Bentuk dengan tanda radang yang lebih nyata sering dilihat pada

anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya infeksi baru pertama kali.

3

Page 4: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus dermatitis seboroik dan tinea korporis

pada anak laki-laki berumur 15 bulan.

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. R

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 15 bulan

Alamat : Kalialang RT 02 RW 01 Tegal

Agama : Islam

Pekerjaan : Belum bekerja

Pendidikan : Belum bersekolah

Status Pernikahan : Belum menikah

Suku Bangsa : Jawa

II. ANAMNESIS

Alloanamnesis (Ibu pasien) dilakukan pada hari Kamis, tanggal 31

Januari 2013 pukul 10.00 WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah

Tegal.

Keluhan Utama

Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang ke Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 31 Januari 2013 pukul 10.00

WIB dibawa ibunya dengan keluhan kulit gatal disertai bercak berwarna

kemerahan yang bersisik putih, dan kulit berminyak pada tungkai kiri. Ibu

pasien juga mengeluhkan terdapat bruntus-bruntus kemerahan dan bersisik

putih pada daerah punggung bawah diatas bokong.

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang ke Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSU Kardinah Tegal pada tanggal 31 Januari 2013 pukul 10.00 WIB

dibawa ibunya dengan keluhan kulit gatal disertai bercak berwarna kemerahan

yang bersisik putih, dan kulit terkelupas berminyak pada tungkai kiri bawah.

Ibu pasien juga mengeluhkan terdapat bruntus-bruntus kemerahan dan bersisik

putih pada daerah punggung bawah diatas bokong.

4

Page 5: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

4 bulan SMRS, ibu pasien menyadari bahwa pada kaki kiri pasien

terdapat gelembung-gelembung kemerahan. Gelembung tersebut berisi cairan,

dengan ukuran sebesar uang logam. Gelembung ini tidak pecah namun 3 bulan

SMRS, gelembung tersebut perlahan mengering. Namun bila terkena air

muncul cairan seperti nanah berwarna putih-kekuningan dari sela-sela kulit.

Dalam 2 bulan SMRS, menurut ibu pasien, pasien mulai menggaruk karena

gatal, dan kemudian lecet sampai berdarah serta meninggalkan bekas garukan.

Kemudian bekas garukan perlahan mengering,lalu kulit menjadi terkelupas,

dan bersisik kasar berwarna putih. Pada daerah kulit yang terkelupas juga

berminyak.

Dalam 4 bulan SMRS, terdapat juga keluhan lain di punggung bawah

pasien berupa bruntus-bruntus kemerahan. Awalnya luas bruntus-bruntus ini

kecil sebesar uang logam, kemudian semakin meluas dengan tepi tidak rata.

Diatas bruntus-bruntus ini ada kulit yang terkelupas berwarna putih sehingga

seperti bersisik halus. Menurut ibu pasien, pasien tidak menggaruk-garuk

punggungnya. Pasien tinggal di rumah sederhana dengan kawasan cukup padat

dan ventilasi baik. Pasien mandi tanpa memakai sabun, 2 kali sehari.

Punggung pasien selalu dikeringkan seusai mandi. Handuk pasien dicuci 1

bulan sekali dan sering bergantian dengan ayahnya. Sumber air mandi di

rumah pasien adalah dari PDAM. Aktivitas pasien cukup tinggi, setelah

bermain dengan teman-temannya dan berkeringat, bagian yang paling basah

dengan keringat di daerah punggung.

Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut Ibu pasien, pasien pernah mengalami keluhan yang sama di

punggung sebelumnya pada saat pasien berumur 3 bulan. Keluhan yang

dirasakan sama seperti keluhan yang sekarang, berupa bruntus-bruntus

kemerahan dan bersisik halus berwarna putih, namun keluhan tersebut

menghilang sempurna setelah pengobatan selama 1 tahun, namun ibu pasien

tidak ingat nama obatnya, bentuk obatnya salep berwarna putih yang dioleskan

dua kali sehari sehabis mandi.

Riwayat Penyakit Keluarga

5

Page 6: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

Menurut ibu pasien, ayah pasien juga memiliki bruntus-bruntus

kemerahan yang disertai gatal di punggung dan kaki. Keluhan ini sudah

dirasakan selama satu tahun, dan tidak diberi pengobatan.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah : -

Nadi : 112 x/menit, regular

Suhu : afebris

Pernafasan : 20x/menit

Tinggi badan : 72 cm

Berat badan : 8 kg

Status gizi : Gizi baik

Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak

ada kelainan kulit kepala

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis

mata hitam, tidak ada madarosis

Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit

Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit

Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit

Thorax

Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris, tidak terdapat

kelainan kulit

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi

o Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

o Jantung: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

6

Page 7: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

Abdomen

Inspeksi : Datar, tidak terdapat kelainan kulit

Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Tidak dilakukan

Genitalia : Tidak diperiksa

Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak

terdapat kelainan kulit

Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,

terdapat kelainan kulit (sesuai status dermatologikus)

I. Status Dermatologikus

Distribusi : Regional

Ad regio : Tungkai bawah kiri (kruris sinistra)

Lesi : Multipel, diskret sebagian konfluens, berbatas tegas,

berukuran bervariasi dari lentikular sampai numular

Efloresensi : Makula eritema, skuama berwarna putih, ekskoriasi dan

krusta

Gambar 1. Tungkai bawah kiri

7

Page 8: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

II. Status Dermatologikus

Distribusi : Regional

Ad regio : Punggung bawah

Lesi :Multipel, bentuk bulat berbatas tegas,berukuran miliar,terdapat

central healing (+)

Efloresensi : Makula eritema, papul, skuama halus berwarna putih.

8

Page 9: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan mikologi

kerokan kulit pada bagian lesi di regio punggung dan kruris sinistra ditambah

larutan KOH 10 %. Hasilnya : negative

V. RESUME

Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang ke Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSU Kardinah Tegal pada tanggal 31 Januari 2013 pukul 10.00 WIB

dibawa ibunya dengan keluhan kulit gatal disertai bercak kemerahan yang

disertai sisik berwarna putih, dan kulit terkelupas agak berminyak pada

tungkai kiri bawah sejak 4 bulan SMRS. Keluhan ini makin dirasakan gatal,

sehingga pasien mulai menggaruk dan menimbulkan bekas garukan,

sebelumnya sudah berobat ke puskesmas namun keluhan tidak sembuh. Ibu

pasien juga mengeluhkan terdapat bruntus-bruntus kemerahan dan bersisik

putih pada daerah punggung bawah diatas bokong, keluhan ini dirasakan

makin meluas sejak 4 bulan ini, awalnya kecil sebesar uang logam. Keluhan

9

Page 10: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

ini sudah yang kedua kalinya, keluhan pertama muncul saat pasien berumur 3

bulan, namun setelah pemberian obat (salep) keluhan tersebut menghilang

dalam pengobatan 1 tahun. Di keluarga pasien, ayah kandung pasien

mengalami hal yang sama dengan keluhan yang di daerah punggung dan kaki.

Menurut ibu pasien, seringkali pemakaian handuk bersama dengan ayahnya

dan handuk dicuci 1 bulan sekali. Pasien juga sering berkeringat di daerah

punggung.

Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas

normal. Pada status dermatologikus, didapatkan pada regio tungkai bawah kiri

(kruris sinistra), distribusi: regional, lesi: multipel, diskret sebagian

konfluens, berbatas tegas, berukuran bervariasi dari lentikular sampai

numular, efloresensi: makula eritema, skuama halus berwarna putih,

ekskoriasi dan krusta.

Status dermatologikus regio punggung bawah,distribusi : regional,

lesi :multipel, bentuk bulat berbatas tegas, berukuran miliar,terdapat central

healing (+), efloresensi: makula eritema, papul, skuama halus berwarna putih.

Dari pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan mikologi kerokan

kulit pada bagian lesi di regio kruris sinistra dan daerah punggung, ditambah

dengan larutan KOH 10 % didapatkan hasil negatif.

VI. DIAGNOSIS BANDING

Psoriasis

Kandidosis

VII. DIAGNOSIS

Dermatitis Seboroik kruris sinistra

Tinea Korporis

VIII. USULAN PEMERIKSAAN

Menunjang diagnosis tinea korporis dilakukan pemeriksaan pembiakan

dengan menanamkan bahan klinis pada medium agar dekstrosa Sabouraud.

10

Page 11: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

Pada agar Sabouraud dapat ditambahkan antibiotik saja (kloramfenikol) atau

ditambah pula klorheksimid.

IX. PENATALAKSANAAN

1. UMUM

Memberikan penjelasan pada orangtua pasien tentang penyakit yang

diderita dan pengobatannya.

Menyarankan orangtua agar pasien selalu menyeka keringatnya dan

menjaga kebersihan anaknya terutama setelah beraktivitas seperti

sering mengganti pakaiannya atau lebih sering mencuci handuk. Jangan

menggunakan handuk secara bersamaan, sebaiknya setelah pemakaian

handuk, hendaknya handuk dikeringkan, supaya menjaga kondisi tidak

lembab.

Menyarankan agar keluarga pasien menjaga kebersihan lingkungan

rumah.

Pemakaian obat yang diberikan harus diberikan rutin agar mencapai

penyembuhan maksimal

2. KHUSUS

Sistemik (oral) :

o Celestamine syrup (betametason 0,25mg, dexchlorpheniramine

maleate 2 mg) diberikan setegah sendok teh 3 kali sehari

Topikal :

o Anti jamur golongan azol misalnya mikonazol krim dioleskan 2

kali sehari sehabis mandi tiap pagi dan sore hari.

o Kortikosteroid yaitu betametason krim dioleskan 2 kali sehari

sehabis mandi tiap pagi dan sore

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Ad bonam

Quo ad fungtionam : Ad bonam

Quo ad sanationam : Ad bonam

Quo ad kosmetikum : Ad bonam

11

Page 12: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

PEMBAHASAN

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang banyak

mengandung kelenjar sebaseae. Dermatitis seboroik dapat menyerang pasien bayi

sampai dewasa. Pada anak-anak, dermatitis seboroik lebih sering menyerang anak

laki-laki. Kondisi ini muncul kebanyakan pada bayi usia tiga bulan dan kemudian

insidennya menurun di usia satu tahun sampai empat tahun kedepan.

Penyebab pastinya belum diketahui pasti, namun diduga akibat aktivitas

kelenjar sebaseae dan diduga dihubungkan dengan infeksi bakteri atau Pityrosporum

ovale. Beberapa faktor predisposisi dermatitis seboreik antara lain adalah kadar

hormone, infeksi jamur dan malnutrisi. Kadar hormonal mungkin menjelaskan

mengapa dermatitis seboroik muncul pada anak bayi kemudian menghilang dan

muncul kembali di usia remaja. Pityrosporum ovale merupakan jamur yang menjadi

flora normal pada manusia. Ragi dari genus ini mendominasi dan ditemukan di

hampir seluruh daerah seboroik di tubuh yang kaya akan lemak sebasea (kepala,

tubuh, punggung atas, dll). Hubungan antara Pityrosporum ovale dengan dermatitis

seboroik seringkali dijelaskan dengan terdapatnya isolasi Pityrosporum ovale dan

respon terapi terhadap anti jamur. Dermatitis seboroik juga seringkali dihubungkan

dengan penyakit immunocompromized seperti AIDS.

Gejala klinis yang seringkali timbul pada pasien dengan dermatitis seboroik

adalah kelainan kulit berupa eritema dan skuama berminyak yang agak kekuningan

dan batasnya agak kurang tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak

berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal.

Tinea korporis adalah infeksi dermatifitosis superficial yang dicirikan dengan

lesi yang meradang maupun tidak meradang yang muncul pada kulit yang tidak

berambut (glaborous skin). Ada tiga dermatofit yang sering menyebabkan

dermatofitosis yakni Trychopiton, Microsporum, dan Epidermophyton. Kelainan ini

dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang

berlangsung seumur hidup. Dermatofitosis ini dapat terjadi pada semua umur,

prevalensinya sama antara pria dan wanita. Infeksi ini terutama terdapat pada daerah

tropis. Insiden meningkat pada kelembaban udara yang tinggi. Kebersihan individu

dan lingkungan sangat besar pengatuhnya terhadap perkembangan penyakit ini.

12

Page 13: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

Gejala subjektif tinea korporis berupa gatal, terutama jika berkeringat. Selain

itu terdapat kelainan berupa lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema,

skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengah biasanya

lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada

umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lainnya. Oleh karena

gatal dan digaruk, maka lesi akan semakin meluas, terutama pada daerah kulit yang

lembab, Sehingga kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir

yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang

yang lebih nyata lebih sering terlihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena

umumnya mereka mendapat infeksi baru pertama kali.

Diagnosis dermatitis seboroik ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis seorang anak laki-laki dibawa ibunya

dengan keluhan kulit gatal disertai bercak kemerahan yang disertai sisik berwarna

putih, dan kulit terkelupas agak berminyak pada tungkai kiri bawah sejak 4 bulan

SMRS. Keluhan ini makin dirasakan gatal, sehingga pasien mulai menggaruk dan

menimbulkan bekas garukan sampai berdarah.

Pada status dermatologikus, didapatkan pada regio tungkai bawah kiri (kruris

sinistra), distribusi: regional, lesi: multipel, diskret sebagian konfluens, berbatas

tegas, berukuran bervariasi dari lentikular sampai numular, efloresensi: makula

eritema, skuama halus berwarna putih, ekskoriasi dan krusta. Ini sesuai dengan

gejala klinis dari dermatitis seboroik meskipun penyakit ini lebih sering mengenai

daerah kepala.

Dari pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan mikologi kerokan kulit

pada bagian lesi di regio kruris sinistra, ditambah dengan larutan KOH 10 %

didapatkan hasil negatif.

Pengobatan yang dapat diberikan untuk dermatitis seboroik pada anak adalah

kortikosteroid topical, missal dengan krim hidrokortison 2 ½ %. Pada kasus dengan

inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya

betametason valerat. Bila pada sediaan langsung didapatkan p. ovale, maka dapat

diberikan krim ketokonazole 2%. Prognosisnya dubia ad bonam selama pasien tidak

memiliki faktor yang memperberat.

13

Page 14: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

Diagnosis tinea corporis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, ibu pasien juga mengeluhkan terdapat

bruntus-bruntus kemerahan dan bersisik putih pada daerah punggung bawah diatas

bokong, keluhan ini dirasakan makin meluas sejak 4 bulan ini, awalnya kecil sebesar

uang logam. Keluhan ini sudah yang kedua kalinya, keluhan pertama muncul saat

pasien berumur 3 bulan, namun setelah pemberian obat (salep) keluhan tersebut

menghilang dalam pengobatan 1 tahun. Di keluarga pasien, ayah kandung pasien

mengalami hal yang sama dengan keluhan yang di daerah punggung dan kaki.

Menurut ibu pasien, seringkali pemakaian handuk bersama dengan ayahnya dan

handuk dicuci 1 bulan sekali. Pasien juga sering berkeringat di daerah punggung.

Pada status dermatologikus, didapatkan pada regio punggung

bawah,distribusi : regional, lesi :multipel, bentuk bulat berbatas tegas, berukuran

miliar,terdapat central healing (+), efloresensi: makula eritema, papul, skuama halus

berwarna putih.

Dari pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan mikologi kerokan kulit

pada bagian lesi di daerah punggung, ditambah dengan larutan KOH 10 % didapatkan

hasil negatif.

Pada kasus ini, diberikan golongan imidazol topikal karena umumnya

berkhasiat fungistatis dan pada dosis tinggi bekerja fungisid terhadap fungi tertentu.

Imidazol memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan berkisar

70-100%. Mikonazol berkhasiat fungisid kuat dengan spectrum kerja yang lebar

sekali. Prognosis dari tinea korporis ini akan baik dengan tingkat kesembuhan 70-

100% setelah pengobatan teratur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

keenam, cetakan pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. p.92-99.

2. Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. Terdapat dalam: Fitzpatrick’s Dermatology

in General Medicine 6th ed [ebook]. New York: McGraw-Hill; 2003. p.205.

14

Page 15: LAPORAN KASUS Dermatitis Dr. Prima Ndith

3. Siregar RS. Atlas berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta:

EGC; 2002. P.17-20.

4. Nasution A, Mansur, Kamaliah M, Juwono, Tapi S. Diagnosis dan

Penatalaksanaan Dermatofitosis. Available at :http://kalbe.co.id. Accessed on

November 28, 2012.

15