laporan kasus ca recti

27
BAB I LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. Abdurohman Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 45 tahun Alamat : Ds. Singkup RT 04/03 Kec. Purbaratu Tasikmalaya Status : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Buruh Tanggal masuk RS : 19 April 2013 ANAMNESIS Keluhan Utama BAB disertai darah dan lendir Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan BAB disertai darah dan lendir sejak 2 tahun sebelum masuk Rumah Sakit. Tinja yang keluar bercampur darah yang berwarna merah segar. Terkadang darah menetes saat mengedan sebelum tinja keluar, darah yang keluar berjumlah ± 1 / 2 gelas beliming setiap kali BAB. Lendir yang keluar bersama 1

Upload: eldina-syahrina

Post on 01-Jan-2016

1.801 views

Category:

Documents


199 download

DESCRIPTION

kas

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus CA Recti

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Abdurohman

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 45 tahun

Alamat : Ds. Singkup RT 04/03 Kec. Purbaratu Tasikmalaya

Status : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Tanggal masuk RS : 19 April 2013

ANAMNESIS

Keluhan Utama

BAB disertai darah dan lendir

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan BAB disertai darah dan lendir sejak 2 tahun

sebelum masuk Rumah Sakit. Tinja yang keluar bercampur darah yang berwarna

merah segar. Terkadang darah menetes saat mengedan sebelum tinja keluar, darah

yang keluar berjumlah ± 1/2 gelas beliming setiap kali BAB. Lendir yang keluar

bersama tinja lebih banyak daripada saat BAB biasanya.

Pasien merasakan panas di bagian anusnya saat BAB dan mulas pada

perutnya. Pasien harus mengedan dan membutuhkan waktu yang lama untuk

mengeluarkan tinja, tetapi tinja yang keluar sedikit dan bentuknya tipis seperti pita

dan juga sering merasa tidak puas saat BAB. Selain itu, pasien juga mengaku

masih bisa kentut. Berat badan pasien terus berkurang dalam 1 tahun terakhir,

yang terlihat dari ukuran celananya yang semakin membesar.

1

Page 2: Laporan Kasus CA Recti

Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini

sebelumnya. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit darah tinggi dan kencing

manis.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengalami penyakit yang

sama seperti yang ia alami atau penyakit kanker lainnya.

Riwayat habituasi

Pasien jarang makan sayur dan buah. Pasien tidak pernah berolahraga.

Pasien juga memiliki kebiasaan merokok, dalam 1 hari pasien bisa menghabiskan

11/2 bungkus rokok. Kebiasaan minum alkohol disangkal oleh pasien.

Riwayat pengobatan

Pasien memeriksakan dirinya ke Puskesmas dan pihak Puskesmas merujuk

pasien untuk berobat ke poliklinik bedah di RSUD Tasikmalaya. Di poliklinik

bedah pasien disarankan untuk dirawat dan dilakukan operasi.

Riwayat alergi

Tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat dan makanan.

Riwayat Operasi

Tidak mempunyai riwayat operasi sebelumnya.

2

Page 3: Laporan Kasus CA Recti

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah: 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,1o C

Pernapasan : 20x/menit

BB : Kg

Status generalis

Kepala

Mata : Pupil isokor, reflek cahaya (+/+), konjungtiva anemis

(+/+), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Dalam Batas Normal

Hidung : Dalam Batas Normal

Mulut : Dalam Batas Normal

Leher : KGB dan Tiroid tidak teraba membesar

Thorax

Paru

Inspeksi : Gerak dinding thorax simetris

Palpasi : Vocal fremitus simetris

Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : batas kanan : ICS V linea parasternal dextra

batas kiri : ICS V linea midclavikularis sinistra

batas atas : ICS II linea parasternal sinistra

Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

3

Page 4: Laporan Kasus CA Recti

Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Tympani

Status Lokalis Regio Anal

Inspeksi : Tidak tampak kelainan

Palpasi : Tidak tampak kelainan

Rectal Toucher

Tonus sfingter ani : Normotoni

Mukosa rectum : Licin, teraba massa ukuran 4x4cm arah jam 9 pada

posisi LLD, konsistensi keras, permukaan

berbenjol, tidak dapat digerakkan, nyeri tekan (-)

Prostat : Teraba prostat arah jam 3 pada posisi LLD,

konsistensi lunak, pool atas & pool bawah teraba

Sarung tangan : Feses (+), lendir (+), darah (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium(tanggal 19/04/2013)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normalHematologyHemoglobin 5,5 g/dl 13-18Hematrokit 17 % 40-50Leukosit 5200 /mm3 4000-10000Trombosit 228.000 /mm3 150000-350000Golongan DarahB dengan rh (+)Faal GinjalUreum 38 mg/dl 15-45Kreatinin 0,90 mg/dl 0,7-1,2Faal Hati/JantungSGOT (ASAT) 53 u/L/37ˆ 10-38SGPT (ALAT) 49 u/L/37ˆ 9-40ElektrolitNatrium 142 mmol/L 137-147Kalium 4,2 mmol/L 3,6-5,4Calsium 1,31 mmol/L 1,15-1,29

4

Page 5: Laporan Kasus CA Recti

Foto thorax PA

Jantung tidak membesar

Corakan bronkovaskuler paru kanan dan kiri baik

Kesan: normal

Foto BNO colon in loop

Kontras dimasukkan melalui anus

Tampak kontras mengisi rectum, kolon sigmoid, dan kolon descenden

SINGLE CONTRAST: Tampak‘’filling defect’’ dengan gambaran “apple

core appearance’’

KESAN: menyokong malignancy di 1/3 distal rectum

DIAGNOSIS BANDING

Karsinoma rectum 1/3 distal

Polip Rekti

Hemoroid

DIAGNOSIS KERJA

Karsinoma rektum 1/3 distal

RENCANA PENGOBATAN

Motivasi untuk dilakukan operasi (colostomy)

Infus NaCl 0,9% 20 tpm

Transfusi whole blood

PROGNOSIS

Ad vitam: dubia ad bonam

Ad fungsionam: dubia ad malam

Ad sanactionam: dubia ad malam

BAB II

5

Page 6: Laporan Kasus CA Recti

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Karsinoma rektum adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum

terletak di anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid

junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya

hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum

keseluruhannya adalah ektraperitoneral. Vaskularisasi rektum berasal dari cabang

arteri mesenterika inferior dan cabang dari arteri iliaka interna. Vena hemoroidalis

superior berasal dari pleksus hemorriodalis internus dan berjalan ke kranial ke

vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Ca

Recti dapat menyebar sebagai embulus vena kedalam hati. Pembuluh limfe dari

rektum diatas garis anorektum berjalan seiring vena hemorriodalos superior dan

melanjut ke kelenjar limfa mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk

eradikasi karsinoma rektum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfa ini.

Dinding rektum terdiri dari 5 lapisan, yaitu mukosa yang tersusun oleh epitel

kolumner, mukosa muskularis, submukosa, muscularis propria dan serosa.

Epidemiologi

Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling

sering terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang.

Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA,

104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus

dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600

kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari semua

jenis kanker.

Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi

kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization,

6

Page 7: Laporan Kasus CA Recti

2003). Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal

menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana.

Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia selain

jenis kanker lainnya. Namun, perkembangan teknologi dan juga adanya

pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan

bisa dicegah. Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun.

Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki – laki

memiliki insidensi terbanyak mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan

rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5.

Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian

juga angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih

banyak pada orang muda. Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.

Etiologi dan faktor presdiposisi

Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma rektum

sama seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya. Akan

tetapi, terdapat beberapa factor presdiposisi yang ditengarai mengakibatkan

munculnya karsinoma rekti, antara lain:

1. Diet tinggi lemak, rendah serat

2. Usia lebih dari 50 tahun

3. Riwayat pribadi mengidap adenoma atau adenokarsinoma kolorektal

mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.

4. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker

kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.

5. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome, pada

semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang

menjadi kanker rektal

6. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome,

Peutz-Jeghers syndrome, dan Muir syndrome.

7. Terjadi pada 50 % pasien Kanker kolorektal Herediter nonpolyposis

8. Inflammatory bowel disease

7

Page 8: Laporan Kasus CA Recti

9. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun)

10. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.

Patogenesis

Polip jinak pada kolon atau rektum

|

menjadi ganas

|

menyusup serta merusak jaringan normal kolon

|

meluas ke dalam struktur sekitarnya

|

bermetastatis dan dapat terlepas dari tumor primer menyebar ke bagian tubuh

yang lain dengan cara :

1. Limfogen ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta

2. Hematogen terutama ke hati

3. Perkontinuitatum (menembus ke jaringan sekitar atau organ sekitarnya)

misalnya : ureter, buli-buli, uterus, vagina, atau prostat dan dapat

mengakibatkan peritonitis karsinomatosa.

Patologi

Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma rektum: pertama, tipe

polipoid atau vegetatif yang tumbuh menonjol ke dalam lumen usus dan

berbentuk bunga kol, kedua tipe skirus (keras) yang dapat mengakibatkan

penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, ketiga adalah bentuk

ulseratif yang terjadi karena nekrosis di bagian sentral.

Manifestasi klinis

8

Page 9: Laporan Kasus CA Recti

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain

ialah : 1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses. Darah

berwarna merah segar

2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong

saat BAB

3. Feses yang lebih kecil dari biasanya

4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa

penuh pada perut atau nyeri

5. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya

6. Mual dan muntah,

7. Gejala anemia seperti rasa letih dan lesu

8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri

pada daerah gluteus.

Metastasis

Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada

saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.

Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal,

ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik

dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase kanker rektum

lebih sering muncul pertama kali di paru-paru

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu

dengan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

BAB berdarah, merah segar, berlendir dan berbau disertai gangguan

kebiasaan BAB (diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi

selama beberapa hari). Nyeri pada saat BAB, tenesmus, dan pada kasus

yang lebih lanjut ileus obstruksi.

9

Page 10: Laporan Kasus CA Recti

2. Pemeriksaan Fisik

a. Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur. Teraba tumor berbenjol,

rapuh, tukak, mudah berdarah. Bila letaknya rendah (2/3 bawah) dapat

dicapai dengan baik, bila letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak

dapat diraba. Dari pemeriksaan colok dubur ditetapkan mobilitasnya

untuk mengetahi prospek pembedahan. bila dapat digerakkan u berarti

masih terbatas pada mukosa rektum saja. Bila sudah terfiksasi,

biasanya sudah terjadi penetrasi hingga ke struktur ekstrarektal seperti

kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau dinding

anterior uterus.

3. Pemeriksaan penunjang

Proktosigmoidoskopi

Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus

besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma

kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip

pada daerah rektosigmoid.

Koloskopi

Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi

tumor.

Sistoskopi

Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang

mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.

Barium colon in loop

Dengan menggunakan kontras akan tampak gambaran apple core

appearance

Biopsi

Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus

dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis

yang paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.

Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,

adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.

10

Page 11: Laporan Kasus CA Recti

Klasifikasi modifikasi Dukes

TNM Stadium

Stadium Deskripsi

T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesentericT4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan Any T, M1 D Metastasis jauh

Diagnosis banding

Diagnosis banding untuk karsinoma rectum antara lain: polip, proktitis,

fisura anus, hemmoroid, dan karsinoma anus.

Terapi

Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum antara lain

1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen, kolon

kiri atau sigmoid dibuat anastomosis dengan rectum

1. Bila letaknya 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior

2. Bila letaknya krang dari 12 cm dari anus, T1, diferensiasi baik,

dilakkan eksisi local

3. Bila 6-12 cm diatas anus:

o Stage II : reseksi anterior rendah

o Stage II/III : terapi kombinasi multiple + reseksi anterior rendah

4. Bila < dari 6 cm dari anus

o Stage I diferensiasi baik : reseksi abdomino perineal

o Stage II/III : terapi kombinasi + RAP

2. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja

3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian

Distal sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end

kolostomi

4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat

11

Page 12: Laporan Kasus CA Recti

menyebabkan komplikasi antara lain inkontinensia alvie.

5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan

unresektabel.

Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk

pendukung/terapi ajuvan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau

lengkap, perforasi, perdarahan, dan penyebaran keorgan lain.

Prognosis

Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah

sebagai berikut :

Stadium I - 72%

Stadium II - 54%

Stadium III - 39%

Stadium IV - 7%

50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa

kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering

terjadi. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama

setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya rekurensi

termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan kemapuan untuk

memperoleh batas - batas negatif tumor.

Tumor poorly differentiated mempunyai prognosis lebih buruk

dibandingkan dengan well differentiated. Bila dijumpai gambaran agresif berupa

”signet ring cell” dan karsinoma musinus prognosis juga buruk.

Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan mencapai 3-32% penderita.

Beberapa faktor seperti letak tumor, penetrasi dinding usus, keterlibatan kelenjar

limfa, perforasi rektum pada saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai

faktor yang mempengaruhi rekurensi local.

Kolostomi

12

Page 13: Laporan Kasus CA Recti

Kolostomi (colostomy) berasal dari kata “colon” dan “stomy”. Colon

(kolon) merupakan bagian dari usus besar yang memanjang dari sekum sampai

rektum dan “stomy” (dalam bahasa Yunani “stoma” berarti mulut). Kolostomi

dapat diartikan sebagai suatu pembedahan dimana suatu pembukaan dilakukan

dari kolon (atau usus besar) ke luar dari abdomen. Feses keluar melalui saluran

usus yang akan keluar di sebuah kantung yang diletakkan pada abdomen.

Pembedahan kolostomi biasanya memakan waktu dua hingga empat jam,

tergantung dari tingkat kesulitan, adanya infeksi, atau beratnya trauma misalnya

apabila penyebabnya adalah trauma kolon.

Kolostomi dapat dibuat sementara ataupun permanen. Kolostomi

sementara dapat digunakan ketika bagian kolon perlu diperbaiki/disembuhkan,

misalnya setelah trauma atau pembedahan. Setelah kolon membaik/sembuh,

kolostomi dapat ditutup, dan fungsi usus dapat kembali normal. Kolostomi

permanen (disebut juga end colostomy) biasanya diperlukan pada beberapa

kondisi tertentu, termasuk sekitar 15% kasus kanker kolon. Jenis kolostomi ini

biasanya digunakan saat rektum perlu diangkat akibat suatu penyakit ataupun

kanker. Sebagian besar feses akan lebih lunak dan lebih encer dibandingkan feses

yang keluar secara normal lewat anus. Konsistensi feses tergantung dari letak

segmen usus yang dipakai pada tindakan kolostomi. Letak kolostomi pada

abdomen bisa dimana saja sepanjang letak kolon, namun biasanya dilakukan pada

bagian kiri bawah, di daerah kolon sigmoid. Namun dapat pula dibuat dilokasi

kolon asendens, transversum, dan desendens. Letak kolostomi sebaiknya dipilih

dengan hati-hati sebelum tindakan operasi. Sebaiknya hindari lokasi yang

memiliki jaringan lemak yang tebal dan terdapat skar.

Tujuan Kolostomi

Umumnya kolostomi dilakukan pada pembedahan kanker, namun kadang-

kadang diperlukan pada penyakit infeksi usus dan penyakit divertikulum, dan

pada pembedahan yang darurat untuk perforasi atau obstruksi pada usus. Indikasi

kolostomi ialah dekompresi usus pada obstruksi, stoma sementara untuk bedah

13

Page 14: Laporan Kasus CA Recti

reseksi usus pada radang, atau perforasi, dan sebagai anus setelah reseksi usus

distal untuk melindungi anastomosis distal.

Pembagian Kolostomi

A. Berdasarkan Penggunaannya

1. Kolostomi Permanen

Kolostomi permanen diperlukan ketika tidak terdapat lagi segmen usus bagian

distal setelah dilakukan reseksi atau untuk alasan tertentu usus tidak dapat

disambung lagi. Kolostomi dibuat untuk menggantikan fungsi anus bila anus

dan rectum harus diangkat. Kolostomi permanen harus hati-hati ditempatkan

untuk memudahkan dalam penganganan jangka panjang. Kolostomi permanen

biasanya dibuat pada kolon kiri pada fossa iliaka kiri. Kolostomi permanen

dilakukan pada beberapa kondisi tertentu, termasuk sekitar 15% oleh karena

kasus kanker kolon. Kolostomi ini biasanya digunakan saat rektum perlu

diangkat akibat suatu penyakit ataupun kanker.

2. Kolostomi Sementara

Kolostomi sementara sering dilakukan untuk mengalihkan aliran feses dari

daerah distal usus. Setelah masalah pada usus bagian distal telah teratasi, maka

kolostomi dapat ditutup kembali.

Kolostomi sementara berguna untuk:

a. Mengatasi obstruksi pada operasi elektif maupun tindakan darurat.

Kolostomi dilakukan untuk mencegah obstruksi komplit usus besar bagian

distal yang menyebabkan dilatasi bagian proksimal.

b. Melakukan proteksi terhadap anastomosis kolon setelah reseksi.

Kolostomi sementara dibuat, misalnya pada penderita gawat abdomen

dengan peritonitis yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon. Pada

keadaan demikian, membebani anastomosis baru dengan pasase feses

merupakan tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh

karena itu, untuk pengamanan anastomosis, aliran feses dialihkan

14

Page 15: Laporan Kasus CA Recti

sementara melalui kolostomi dua stoma yang disebut stoma double barrel.

Dengan cara Hartman, pembuatan anastomosis ditunda sampai radang di

perut telah reda.

c. Kolostomi sementara dapat berguna untuk mengistirahatkan segmen usus

bagian distal yang terlibat pada proses inflamasi misalnya abses perikolik,

fistula anorektal.

B. Tipe Kolostomi

1. Kolostomi loopJenis kolostomi ini didesain sehingga baik segmen distal maupun proksimal usus terdapat pada permukaan kulit.

2. Kolostomi double barrelPada kolostomi double barrel, dibuat dua stoma yang terpisah pada dinding abdomen. Stoma bagian proksimal berhubungan dengan traktus gastrointestinal yang lebih atas dan akan menjadi saluran pengeluaran feses. Stoma bagian distal berhubungan dengan rectum. Kolostomi double barrel termasuk jenis kolostomi sementara. Kolostomi double barrel mudah dan aman digunakan pada neonatus dan bayi.

3. Kolostomi devidedKolostomi ini sering dibuat pada sigmoid pada karsinoma rektum yang tak dapat diangkat, sehingga karsinoma tersebut tidak teriritasi oleh tinja.

4. Kolostomi terminalTipe ini dilakukan bila diperlukan untuk membuang kolon karena terlalu membahayakan bila dilakukan anastomosis yang memudahkan timbulnya sepsis. Kontinuitas dapat diperbaiki kemudian hari bila sepsis telah dapat diatasi dan kondisi penderita lebih baik.

5. Sekostomi dengan pipa (tube)Sekostomi merupakan kolostomi sementara. Berguna untuk dekompresi gas dalam usus. Sekostomi tidak cocok untuk diversi aliran feses. Saat ini sekostomi jarang digunakan karena stoma sering tersumbat oleh feses dan seringkali diperlukan irigasi untuk kembali melancarkan.

15

Page 16: Laporan Kasus CA Recti

Komplikasi

1. Nekrosis kolostomi.

Hal ini diakibatkan tidak adekuatnya suplai darah. Komplikasi ini

biasanya terlihat 12-24 jam setelah pembedahan dan biasa diperlukan

pembedahan tambahan untuk menanganinya.

2. Kolostomi retraksi.

Disebabkan karena tidak cukupnya panjang stoma. Komplikasi ini

dapat ditangani dengan menyediakan kantong khusus. Memperbaiki

stoma dapat pula menjadi pilihan penanganan.

3. Parastomal hernia.

Keadaan ini dapat timbul akibat letak stoma pada dinding abdomen

yang lemah atau dibuat terbuka terlalu besar pada dinding abdomen.

4. Prolaps

Keadaan ini sering diakibatkan pembukaan yang terlalu besar pada

dinding abdomen atau fiksasi usus yang tidak cukup kuat pada dinding

abdomen. Pembedahan ulang untuk mengatasi prolaps dengan

mengambil vaskularisasi yang melampaui segmen usus yang disuplai.

5. Obstruksi

Obstruksi dapat terjadi akibat udem ataupun timbunan feses.

Teknik Irigasi Dalam Penanganan Kolostomi

Beberapa pasien yang menggunakan kolostomi memilih untuk

mengeluarkan feses ke kantong stoma dengan menggunakan teknik irigasi kolon.

Beberapa hari sekali, pasien mengalirkan sekitar satu liter air melewati kolostomi

dengan saluran/pipa khusus, dan air akan lewat keluar dengan tujuan untuk

mengosongkan dan membersihkan kolon.

Pada kolostomi sigmoid biasanya pola defekasi sama dengan semula.

Banyak penderita mengadakan pembilasan sekali sehari sehingga mereka tidak

terganggu oleh pengeluaran feses dari stomanya. Kolostoma pada kolon

16

Page 17: Laporan Kasus CA Recti

tranversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari karena isi kolon

transversum tidak padat, sehingga lebih sulit diatur.

17

Page 18: Laporan Kasus CA Recti

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon,

dan anorektum. Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-

53.

2. Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Rectal Cancer. In Maingots’s

Abdominal operation. 10th edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P1455-99

3. Wikipedia. 2007. Cancer colorectal. http://www.wikipedia.org.

4. Hassan, Isaac., 2006. Rectal carcinoma.

Available from www.emedicine.com.

5. Colon cancer. 2011. Available :

http://health.yahoo.com/topic/other/other/article/mayoclinic/

18