laporan k3l sukoharjo

28
Laporan Kegiatan Manajemen Risiko Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan dengan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls) di Puskesmas Sukoharjo Oleh : Kelompok 490 B Osi Davianus A. S. P G99141168 Sales Pousror G99141169 Achmad Syarif H. G99141170 Jinan Fairuz A. R. G99141172 KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2014

Upload: okti-rahmawati

Post on 20-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan K3L sukoharjo

Laporan Kegiatan

Manajemen Risiko Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan dengan

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)

di Puskesmas Sukoharjo

Oleh :

Kelompok 490 B

Osi Davianus A. S. P G99141168

Sales Pousror G99141169

Achmad Syarif H. G99141170

Jinan Fairuz A. R. G99141172

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2014

Page 2: Laporan K3L sukoharjo

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan K3L dengan Judul:

Manajemen Risiko Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan dengan

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)

di Puskesmas Sukoharjo

Yang disusun oleh:

Kelompok 490 B

Osi Davianus A. S. P G99141168

Sales Pousror G99141169

Achmad Syarif H. G99141170

Jinan Fairuz A. R. G99141172

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing K3L

Sumardiyono, SKM, M.KesNIP. 19650706 198803 1 002

2

Page 3: Laporan K3L sukoharjo

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan K3L dengan judul

“Manajemen Risiko Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan

dengan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining

Controls) di Puskesmas Sukoharjo”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh

kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS/RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Zainal Arifin Adnan, Sp. PD-KR selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ari Natalia Probandari, dr., MPH, Ph.D selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku pembimbing fakultas yang telah

memberikan bimbingan mengenai K3L.

4. Dewi Kartikasari, dr. selaku Kepala Puskesmas Nguter, Kabupaten Sukoharjo.

5. Seluruh Staf Pegawai Puskesmas Nguter yang telah memberikan dukungan

selama kami menjalani kegiatan di puskesmas.

6. Seluruh Staf Pengajar Laboratorium IKM Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini yang tidak

dapat kami sebutkan satu-persatu.

Demikian Laporan K3L ini kami buat, semoga dapat bermanfaat untuk

para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan. Saran dan kritik yang

membangun sangat kami harapkan demi perbaikan kekurangan ataupun

kekeliruan laporan ini.

Surakarta, Januari 2015

3

Page 4: Laporan K3L sukoharjo

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era BPJS ini, pemanfaatan fasilitas kesehatan semakin

meningkat. Terutama Puskesmas sebagai salah satu Pemberi Pelayanan

Kesehatan di tingkat pertama. Untuk menunjang pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, diiperlukan kondisi tempat yang aman, nyaman, dan sehat. Hal

ini menunjukkan adanya tuntutan peningkatan dalam bidang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas.

Kini, K3 sudah menjadi standar dalam semua sektor industri, kecuali

sektor kesehatan. Masih sangat banyak kekurangan K3 di bidang kesehatan.

Padahal K3 merupakan salah satu upaya preventif agar terhindar dari

penyakit. Hal ini tidak hanya berlaku bagi pasien, tetapi juga bagi petugas

medis sebagai pemberi layanan kesehatan.

Terkadang, kita tidak menyadari hal-hal kecil di sekeliling kita

berpengauh besar bagi kesehatan. Kondisi bangunan puskesmas sampai

peresepan obat kepada pasien sering terdapat masalah dalam bidang K3 dan

tentu akan merugikan pasien. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang

kurang baik juga bisa menjadi masalah tersendiri bagi petugas kesehatan.

Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya

pasal 165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan

melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga

kerja”. Hal juga ini menjadi salah satu dasar diperlukannya melakukan analisis

masalah dan pemecahan masalah K3 yang ada di Puskesmas Sukoharjo.

Diharapkan penulisan ini akan memberi manfaat bagi penulis sendiri

sebagai sarana pembelajaran dan bagi instansi/puskesmas dalam peningkatan bidang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber bahaya menurut keselamatan, kesehatan kerja dan

lingkungan di Puskesmas Sukoharjo?

4

Page 5: Laporan K3L sukoharjo

2. Bagaimana manajemen risiko keselamatan, kesehatan kerja dan

lingkungan di Puskesmas Sukoharjo dengan menggunakan HIRADC

(Hazard Identification Risk Assesment and Determining Controls)?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sumber bahaya menurut keselamatan, kesehatan kerja

dan lingkungan Puskesmas Sukoharjo

2. Untuk mengetahui manajemen risiko keselamatan, kesehatan kerja dan

lingkungan di Puskesmas Sukoharjo dengan menggunakan HIRADC

D. Manfaat

1. Bagi penulis

a. Dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya keselamatan

kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Sukoharjo

b. Dapat menambah pengetahuan mengenai manajemen risiko yang ada

di Puskesmas Sukoharjo

2. Bagi instansi kesehatan/Puskesmas

Menjadi pertimbangan evaluasi mengenai kondisi Kesehatan,

Keselamatan Kerja dan Lingkungan Puskesmas Sukoharjo, sehingga

tercipta lingkungan kerja yang kondusif, sehat, dan aman.

5

Page 6: Laporan K3L sukoharjo

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

6

Page 7: Laporan K3L sukoharjo

BAB III

METODE PENGAMBILAN DATA

A. Sumber Data

Sumber data yang digunakan yaitu data primer. Data primer yang

diperoleh dengan melakukan observasi langsung mengenai pelaksanaan

program keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Selain itu data primer

lainnya diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait di

puskesmas Sukoharjo.

B. Teknik Pengambilan Data

Dalam penulisan laporan ini seluruh data yang digunakan sebagai bahan

penulisan diperoleh melalui:

1. Studi Pustaka

Studi kepustakaan merupakan metode yang digunakan dalam

mengambil keputusan penyelesaian masalah dan pengumpulan data

berdasarkan buku-buku yang memberikan gambaran secara umum.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan metode pengumpulan data di lapangan

dan dari lembaga terkait untuk mendapatkan fakta-fakta yang ada dan

mencari keterangan-keterangan secara faktual serta mendapatkan

pembenaran terhadap keadaan dan program yang sedang berlangsung

sesuai yang diharapkan.

3. Wawancara

Metode tanya jawab langsung kepada pihak yang berkepentingan

dalam hal kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan.

7

Page 8: Laporan K3L sukoharjo

BAB IV

HASIL OBSERVASI

A. Aktivitas Kegiatan di Puskesmas Nguter

Kegiatan di Puskesmas Nguter meliputi:

1. Pasien datang

Pasien datang langsung menuju ke bagian loket pendaftaran. Jika

pasien baru dibuatkan kartu pendaftaran yang baru, jika pasien lama

menunjukkan kartu berobat kepada petugas pendaftaran.

2. Menunggu antrian

Setelah mendaftarkan diri pada bagian loket, pasien menunggu

antrian di tempat duduk yang sudah disediakan sampai dipanggil oleh

salah satu petugas bagian poli.

3. Memasuki poliklinik

Apabila pasien sudah dipanggil oleh petugas poli maka segera

memasuki salah satu ruangan yaitu poli umum, poli KIA ataupun poli

gigi. Pasien akan diperiksa dan diberikan resep obat oleh dokter.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Pasien yang melakukan pemerikaan laboratorium adalah pasien yang

mendapat surat pengantar dari dokter yang bertugas di poli.

5. Imunisasi

Imunisasi di Puskesmas Nguter dilakukan setiap hari Rabu.

Dilayani oleh bidan puskesmas.

6. Fisioterapi

Fisioterapi diberikan di ruangan poli, dilayani oleh bidan.

Fisoterapi yang ada meliputi TENS, Sinar Inframerah.

7. Menebus resep di apotek

Setelah keluar dari poli pasien dipersilahkan menebus resep di apotik

puskesmas.

8. Pasien IGD

8

Page 9: Laporan K3L sukoharjo

Pasien gawat langsung ditangani di IGD. Setelah kegawatan teratasi,

dinilai adakah indikasi dirujuk. Jika ada, pasien dirujuk ke RSUD. Jika

tidak ada indikasi dirujuk, pasien dipulangkan.

9. Merujuk pasien

Pasien dengan masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani di

Puskesmas dirujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai. Pasien yang

dirujuk dapat merupakan pasien poli dan IGD.

10. Pasien pulang

Setelah mendapat pelayanan yang sesuai, pasien menyelesaikan

administrasi dan bisa pulang.

B. HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining

Controls)

Manajemen risiko terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi

bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.

1. Identifikasi Bahaya

a. Bahaya kursi yang rusak

Terdapat kursi yang penyangganya sudah rusak yang masih diletakkan

di ruang tunggu. Menimbulkan resiko terjatuh saat duduk. Begitu pula

dengan kursi kerja para pegawai.

b. Bahaya pondasi atap yang rapuh

Bersumber dari beberapa pondasi atap yang sudah rapuh dan terlihat

akan terjatuh pada beberapa ruangan kerja. Hal ini membahayakan bagi

para pekerja mengingat sangat memungkinkan atap tersebut terjatuh

pada saat aktivitas pekerjaan berlangsung.

c. Bahaya terpeleset dan terjatuh

Bersumber pada lantai kamar mandi yang kurang bersih. Hal ini dapat

menyebabkan pengguna terjatuh. Selain itu, dinding kamar mandi juga

tidak dilengkapi dengan pegangan tangan yang tidak bisa digunakan

oleh pasien untuk bertumpu, terutama oleh geriatri.

d. Bahaya pada tindakan medis

9

Page 10: Laporan K3L sukoharjo

Bersumber pada tenaga kesehatan yang tidak menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat melakukan tindakan

medis seperti pembersihan luka maupun injeksi.

e. Bahaya penularan infeksi dari pasien ke petugas kesehatan

Bersumber dari kurangnya kesadaran tenaga kesehatan untuk mencuci

tangan sebelum dan setelah memeriksa pasien serta menggunakan

masker. Hal ini dapat menyebabkan mudahnya penularan penyakit dari

pasien ke tenaga kesehatan maupun sebaliknya.

f. Bahaya bencana dan tidak dapat melakukan penanganan awal

kebakaran jika terjadi kebakaran.

1) Bersumber tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi di lingkungan

Puskesmas Nguter. Keterangan jalur evakuasi sangat diperlukan

pada kondisi darurat yang dapat terjadi seperti bencana alam atau

bencana akibat ulah manusia. Dalam kondisi darurat, pengunjung

ataupun petugas dapat merasa panik dan kebingungan sehingga

memerlukan keterangan evakuasi sebagai petunjuk.

2) Bersumber pada tidak tersedianya alat pemadam kebakaran (APAR)

di Puskesmas Nguter. Hal ini menyebabkan sulitnya melakukan

penanganan awal jika terjadi kebakaran.

g. Bahaya kabel yang dipasang tidak teratur.

Bersumber dari banyaknya barang yang tidak terpakai namun

digeletakkan di luar gudang sehingga memungkinkan untuk dijadikan

sarang bagi hewan yang menjadi sumber penyakit.

2. Penilaian Risiko

Manajemen risiko Hazard Identification, Risk Assesment and

Determining Control (HIRADC) mempertimbangkan 3 aspek penting

yaitu peluang (probability), keseringan (frequency) dan keparahan

(severitas). Ketiganya berbanding lurus denga nilai risiko itu sendiri,

artinya semakin tinggi nilai peluang, keseringan dan keparahan maka nilai

risiko pun akan semakin tinggi.

a. Peluang (probability)

10

Page 11: Laporan K3L sukoharjo

Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu bahaya atau

paparan. Nilai standar terjadinya peluang terjadinya kecelakaan yang

ditetapkan sesuai dengan tabel di bawah ini:

Tabel 1. Nilai Peluang

Probability Nilai

Tidak mungkin terjadi 1

Kecil kemungkinan terjadi 2

Kemungkinan terjadi rata-rata 3

Besar kemungkinan terjadi 4

Pasti terjadi 5

b. Keseringan (frequency)

Frekuensi menunjukkan tingkat keseringan suatu bahaya atau

paparan terjadi dalam suatu waktu tertentu. Nilai frekuensi yang

ditetapkan sebagai standar HIRADC dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. Nilai Frekuensi

Frekuensi Nilai

Sekali dalam setahun 1

Sekali dalam sebulan 2

Sekali dalam seminggu 3

Sekali sehari 4

Berkali-kali dalam sehari 5

c. Keparahan (severitas)

Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus diderita jika

kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, property

maupun lingkungan. Nilai risiko akan mempengaruhi tingkat risiko.

Tabel 3. Nilai Keparahan (Severitas)

Severitas Nilai

Tidak signifikan 1

Minor 2

Sedang 3

Mayor 4

Bencana 5

11

Page 12: Laporan K3L sukoharjo

Tabel 4. Matriks Penilaian Risiko

PROBABILITY

/ PELUANG

SEVERITY/ DAMPAK

1 2 3 4 5

5 MEDIUM HIGH HIGH EXTRIM EXTRIM

4 MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH EXTRIM

3 LOW MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH

2 LOW LOW MEDIUM MEDIUM MEDIUM

1 LOW LOW LOW MEDIUM MEDIUM

Tabel 5. Penggolongan Nilai Risiko

Tingkat Risiko Kriteria Risiko

Very highTidak dapat diterima

High

MediumDapat diterima

Low

Adapun hasil penilaian risiko dan penggolongan kriteria risiko

terhadap bahaya yang ada di Puskesmas Nguter dapat dilihat sekaligus

pada pengendalian risiko.

3. Pengendalian Risiko

a. Bahaya kursi yang rusak

Bersumber dari kursi tak layak pakai yang masih diletakkan di ruang

tunggu. Hal ini dapat menimbulkan bahaya berupa terjatuhnya

petugas dan pasien pada saat duduk. Dampak risiko yang terjadi

berupa luka ringan sampai dengan patah tulang.

Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2,

severity : 3 dan tingkat risiko medium.

Pengendalian bahaya dengan metode subtitusi dengan mengganti

kursi yang sudah rusak dengan kursi yang baru.

Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya kursi

yang rusak termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.

12

Page 13: Laporan K3L sukoharjo

b. Bahaya atap roboh

Bersumber dari beberapa pondasi atap yang sudah rapuh dan terlihat

akan terjatuh pada beberapa ruangan kerja. Hal ini dapat

menyebabkan petugas yang kejatuhan atap pada saat bekerja.

Dampak risiko dapat berupa luka ringan sampai dengan cidera

kepala.

Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2,

severity : 2 dan tingkat risiko medium.

Pengendalian bahaya dengan metode subtitusi yaitu dengan

memperbaiki atap yang rusak dan yang akan roboh.

Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya atap

roboh termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.

c. Bahaya terpeleset dan terjatuh

Bersumber pada lantai kamar mandi yang kurang bersih. Hal ini

dapat menyebabkan pengguna kamar mandi terjatuh. Dampak risiko

yang terjadi dapat berupa luka ringan sampai patah tulang.

Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 3,

severity : 3 dan tingkat risiko medium.

Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode administrasi dengan

membersihkan lantai kamar mandi secara rutin setiap hari minimal

sekali.

Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya

terpeleset dan jatuh termasuk dalam kriteria risiko yang dapat

diterima.

d. Bahaya kurangnya kesadaran penggunaan APD

Bersumber pada tenaga kesehatan yang tidak menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat melakukan tindakan

medis. Hal ini dapat menyebabkan tertusuknya tangan tenaga

kesehatan.

Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2,

severity : 3 dan tingkat risiko medium.

13

Page 14: Laporan K3L sukoharjo

Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik.

Rekayasa teknik meliputi :

1) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa handscoen

saat mengambil sample darah pasien dan menginjeksi obat

2) Edukasi kepada tenaga kesehatan tentang bahaya tidak

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat

mengambil sample darah pasien dan menginjeksi obat

3) Membuat peraturan yang tegas mengenai penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD)

Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya

tertusuk jarum termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.

e. Bahaya kurangnya kesadaran kebiasaan aseptik

Bersumber kurangnya kesadaran tenaga kesehatan untuk mencuci

tangan sebelum dan setelah memeriksa pasien serta menggunakan

masker. Dampak risiko yang terjadi penularan infeksi dari pasien ke

petugas kesehatan.

Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2,

severity : 3 dan tingkat risiko medium.

Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik.

Rekayasa teknik meliputi :

1) Menggunakan masker pada saat memeriksa pasien

2) Edukasi kepada tenaga kesehatan untuk mencuci tangan

sebelum dan setelah memeriksa pasien

3) Menyediakan ruangan khusus untuk menangani pasien TB

4) Memasang poster di dinding poliklinik berisikan perintah untuk

menutup mulut ketika batuk atau bersin.

Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya

tertular infeksi termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.

f. Bahaya bencana

1) Bersumber pada tidak tersedianya alat pemadam kebakaran

(APAR) di puskesmas. Hal ini menyebabkan sulitnya melakukan

penanganan awal jika terjadi kebakaran.

14

Page 15: Laporan K3L sukoharjo

Dampak risiko yang terjadi berupa kebakaran yang cepat

merambat ke tempat-tempat lainnya dan timbulnya korban

yang lebih banyak.

Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3,

frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium.

Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa

teknik. Rekayasa teknik seperti pengadaan alat pemadam

kebakaran dan petunjuk penggunaannya.

Dengan pengendalian bahaya tidak tersedianya alat pemadam

kebakaran (APAR) di puskesmas termasuk dalam kriteria

risiko yang dapat diterima.

2) Bersumber tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi di

lingkungan Puskesmas Nguter. Hal ini dapat menyebabkan

kepanikan pada saat terjadi bencana dan mempersulit evakuasi

korban.

Dampak risiko yang terjadi berupa keparahan bencana yang

bertambah akibat kepanikan yang timbul.

Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3,

frequency : 2, severity : 2 dan tingkat risiko medium.

Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa

teknik dengan memasang keterangan jalur evakuasi pada

beberapa dinding puskesmas.

Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya

tertular infeksi termasuk dalam kriteria risiko yang dapat

diterima.

g. Bahaya kabel yang dipasang tidak teratur

Bersumber pada pemasangan kabel yang tidak teratur

dibiarkan tergantung di tengah ruangan. Hal ini dapat

menyebabkan sesorang yang melintasi tersangkut dan

terjantuh. Dampak risiko yang terjadi dapat berupa luka ringan

sampai patah tulang.

15

Page 16: Laporan K3L sukoharjo

Penilaian resiko dari bahaya ini dengan probability:2,

frequency:3, severity: 2 dan tingkat risiko medium.

Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa

teknik dengan memasang kabel sesuai tempatnya.

Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya

kabel yang tidak terpasang teratur termasuk dalam kriteria

risiko yang dapat diterima.

16

Page 17: Laporan K3L sukoharjo

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Tujuan utama dari Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah

untuk melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan

orang yang berada di tempat kerja sehingga perlu diupayakan adanya

program tersebut di Puskesmas Sukoharjo.

2. Manajemen risiko dengan menggunakan HIRADC terdiri dari 3 langkah

pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian

risiko.

3. Dari observasi yang telah kami lakukan di Puskesmas Sukoharjo, bahaya

yang teridentifikasi terdiri dari :

a. Bahaya kursi yang rusak

b. Bahaya podasi atap berlubang

c. Bahaya terpeleset dan terjatuh

d. Bahaya tertusuk jarum pasien

e. Bahaya penularan infeksi dari pasien ke petugas kesehatan

f. Bahaya bencana dan tidak dapat melakukan penanganan awal

kebakaran jika terjadi kebakaran.

g. Bahaya kabel yang dipasang tidak teratur

3. Setelah dilakukan penilaian resiko, 7 bahaya yang teridentifikasi di

poliklinik rawat jalan dan IGD Puskesmas Nguter termasuk dalam

kriteria risiko yang dapat diterima.

4. Pengendalian risiko di Puskesmas Nguter belum terlaksana dengan baik

B. Saran

1. Dalam pelaksanaan manajemen risiko memerlukan tim yang secara

komprehensif untuk mengkaji segi keselamatan dan kesehatan kerja di

Puskesmas Nguter sehingga perlu adanya tim khusus dalam hal tersebut.

2. Mengingat puskesmas merupakan salah satu unit dari Dinas Kesehatan

maka perlu dibuat kebijakan mengenai program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di tingkat unit puskesmas. Dengan adanya program

17

Page 18: Laporan K3L sukoharjo

tersebut, akan meningkatkan kinerja dari tenaga kerja dikarenakan

perasaan aman yang ada pada setiap tenaga kerja.

3. Metode rekayasa teknik, subtitusi, eliminasi, administrasi, dan penggunaan

APD merupakan metode yang dapat dipakai sebagai upaya untuk

pengendalian risiko di Puskesmas Nguter

4. Perlu waktu yang cukup panjang untuk melakukan manajemen risiko di

puskesmas Nguter dengan menggunakan HIRADC agar hasil dari

pengendalian risiko lebih maksimal sehingga dapat diterapkan sesuai

standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.

5. Hasil HIRADC sebaiknya dijadikan acuan pembuatan program

keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Nguter.

18

Page 19: Laporan K3L sukoharjo

DAFTAR PUSTAKA

Cipta Kridatama. 2010. Prosedur Idenifikasi Bahaya Penilaian dan

Pengendalian Risiko.Jakarta : PT. Cipta Kridatama

Depkes RI, 2005, Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas,

Dessler, Gary. 2007. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga.

Jakarta.

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja

OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakya

Rijuna Dewi. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap

Kinerja Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Rika Ampuh Hadiguna. 2009. Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk

Efisiensi dan Efektifitas. Jakarta: Bumi Aksara.

Rizky Argama. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai Komponen

Jamsostek. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta.

Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson. 1999. Manajemen Sumber Daya

Manusia:Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta: Erlangga.

Suma'mur, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). 2009, Jakarta:

Sagung Seto

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-

101;

Tarwaka. 2008, “Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”. Harapan Press, Surakarta.

Undang-undang No.1 tahun 1997 Tentang Tujuan Keselamatan Kerja

19