laporan iut
DESCRIPTION
ilmu ukur tanahTRANSCRIPT
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran tanah di
atas permukaan bumi. Dimana pengukuran tersebut tidak selamanya diatas
permukaan yang datar karena permukaan bumi mempunyai bentuk tidak
beraturan karena adanya gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang
curam.
Pengukuran-pengukuran tersebut dibagi dalam pengukuran yang
mendatar untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas
permukaan dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak
antara titik-titik yang diukur.
Dalam pembuatan Laporan Ilmu Ukur Tanah kali ini akan dibicarakan
mengenai cara pengukuran mendatar yang menggunakan alat pengukur sudut,
Theodolit. Laporan ini juga menerangkan bagaimana cara pengukurannya, cara
praktek sebenarnya di lapangan beserta penerapan-penerapan lainnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam laporan Hasil Praktek Ilmu Ukur Tanah II ini, kami
menyampaikan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas pada bab
selanjutnya, yaitu :
1. Bagaimana cara membuat kontur suatu permukaan tanah dengan
cara grid ?
2. Bagaimana cara mengoperasikan dan pembacaan theodolit ?
3. Bagaimana cara membuat kontur suatu permukaan tanah di
sembarang titik dengan cara tacheometry stadia menggunakan
theodolit ?
4. Bagaimana cara mencari koordinat suatu titik pada poligon tertutup
berbentuk kring ?
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
Identifikasi masalah tersebut merupakan tujuan kami dalam
melaksanakan praktek dengan mencari data dan informasi mengenai masalah
yang akan dibahas.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan Laporan Ilmu Ukur Tanah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat kontur suatu permukaan
tanah dengan cara grid.
2. Mengetahui cara mengoperasikan theodolit.
3. Mengetahui cara membuat kontur suatu permukaan tanah di sembarang
titik dengan cara tacheometry stadia.
4. Mengetahui cara mencari koordinat suatu titik pada poligon tertutup
berbentuk kring.
5. Mengetahui cara pengukuran sudut dan mencari koordinat suatu titik
menggunakan sistem pengukuran mengikat ke belakang dan mengikat
ke muka.
Diharapkan laporan ini juga dapat berguna terutama dalam bidang Ilmu
Ukur Tanah tentunya, terutama dalam bidang materi pengukuran mendatar.
1.4 Metode Pendekatan
Dalam penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode pendekatan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Praktek di lapangan sesuai dengan materi yang telah disampaikan
sebelumnya oleh dosen pengajar.
2. Mencatat data-data yang dibutuhkan pada saat praktek.
3. Menyusun data-data dan menggambar sketsanya.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
1.5 Lokasi dan Waktu Kegiatan
Praktek Ilmu Ukur Tanah II ini dilaksanakan di kampus Politeknik
Negeri Bandung, dengan waktu pelaksanaan yaitu pada jam kuliah Ilmu Ukur
Tanah yang dilaksanakan setiap hari senin.
1.6 Sistematika Pembahasan
Laporan ini akan disajikan dalam tiga bab. Bab pertama berisikan
tentang pendahuluan yang memuat latar belakang, identifikasi masalah, maksud
dan tujuan, metode pendekatan yang digunakan, lokasi dan waktu kegiatan, serta
sistematika pembahasan. Bab dua akan dijabarkan tentang pembahasan materi
mengenai grid kontur, Bab tiga mengenai cara penggunaan theodolit, Bab empat
mengenai tacheometry stadia (pembuatan peta situasi), Bab lima mengenai
poligon tertutup berbentuk kring sedangkan penutup akan dijabarkan pada Bab
enam.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
3
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
BAB II
GRID KONTUR
2.1 Tujuan
a. Mahasiswa dapat membuat suatu peta kontur dalam keadaan bagaimana pun
lapangan atau daerah yang ditinjaunya.
b. Mahasiswa mengetahui cara penggunaan alat sifat datar dan mahasiswa dapat
menggunakannya.
c. Mahasiswa menjadi terbiasa dan mengetahui cara membuat kontur pada
praktek sesungguhnya.
2.2 Dasar Teori
Pembuatan peta kontur dimaksudkan untuk menyatakan atau
menggambarkan keadaan relief dari suatu bentuk permukaan tanah atau
permukaan bumi. Disini masih digunakan alat sifat datar, serta penentuan
titiknya menggunakan grid, jadi daerahnya telah ditentukan.
Garis kontur atau garis ketinggian adalah garis yang menghubungkan
titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama dari suatu datum bidang acuan
tertentu. Garis-garis kontur merupakan garis-garis yang continue dan tidak dapat
bertemu atau memotong garis kontur lainnya dan tidak pula bercabang.
Ketinggian antara garis-garis kontur disebut selang vertikal atau selang
kontur dan besarnya selalu tetap pada suatu peta. Interval garis kontur untuk
perencanaan tergantung beberapa faktor, yaitu :
1. Kegunaan dan pengembangan dari pengukuran, misalnya untuk
irigasi interval konturnya 0,5 meter dan untuk transmigrasi interval
konturnya 1,0 meter.
2. Skala peta yang dibuat, misalkan untuk peta topografi menggunakan
skala 1 : 50.000 atau peta teknis menggunakan skala 1 : 2.000
3. Keperluan teknis pemetaan.
4. Kondisi relief dari permukaan.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
4
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
5. Waktu dan biaya.
Sifat –sifat Kontur
1.Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian yang sama dari suatu datum/bidang acuan
tertentu.
2. Garis kontur merupakan garis-garis yang continue dan tidak dapat
bertemu atau memotong garis kontur lainnya dan tidak pula dapat
bercabang menjadi garis kontur yang lain kecuali pada hal kritis
seperti jurang atau tebing.
3. Ketinggian antara garis-garis kontur yang berurutan disebut gelang
vertical atau selang kontur dan besarannya selalu tetap pada peta.
Pada irisan dari selang vertical diperlihatkan oleh garis AB. Jarak
mendatar antara dua buah kontur digambarkan oleh jarak BC. Jarak
tersebut disebut jarak horizontal.
4. Kemiringan permukaan tanah antara titik A dan C adalah kemiringan
Sifat – sifat garis kontur perlu diketahui untuk membantu dalam
penggambaran garis kontur di atas peta.
1. Garis kontur selalu merupakan suatu loop kecuali pada
batas peta.
2. Dua buah kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak
mungkin saling berpotongan.
Garis- garis kontur yang tidak terlihat dari sebelah atas
digambarkan dengan garis putus-putus untuk menunjukkan bahwa
kontur-kontur dengan ketinggian berbeda tidak saling
berpotongan.
Penggambaran kontur semacam ini kemungkinan terdapat
bukit-bukit karang yang terkikis bagian bawahnya sehingga
seperti beratap atau pada gua-gua karang.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
5
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
3. Garis-garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin
menjadi satu kecuali pada bagian tanah yang vertikal akan
terlihat berhimpit pada penggambarannya.
4. Semakin miring keadaan tanah akan semakin rapat kontur
digambarkan.
5. Semakin landai kemiringan tanah akan semakin jarang
kontur digambarkan.
6. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang sama tidak
mungkin menjadi satu, juga satu garis kontur tidak akan
pecah menjadi dua cabang kontur dalam hubungannya
dengan keaslian alam kecuali buatan manusia.
7. Garis-garis kontur yang melaui lidah bukit atau tanjung akan
cembung ke arah turunnya tanah.
8. Garis-garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan
cembung ke arah teluk atau hulu lembah.
9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung ke arah
hulu sungai dan semakin cembung jika sungai bertambah
dalam.
10. Garis kontur yang memotong jalan akan berbentuk cembung
sedikit ke arah turunnya jalan.
Cara Menghitung atau Menggambar Kontur
1. Cara langsung, menggunakan water pass
Dengan cara ini garis kontur diikuti secara fisis pada
permukaan bumi. Pekerjaan ini adalah kebalikan dari cara
sifat datar, di mana akhirnya ketinggian titik-titik akan
diketahui dan ini sangat diperlukan pada penarikan garis
kontur.
2. Cara tidak langsung, menggunakan alat sifat datar atau
theodolit.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
6
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dibuat
dengan langsung kecuali beberapa titik tiggi ditentukan dan
posisi garis-garis kontur ditentukan dengan cara interpolasi.
Dalam pekerjaan ini ada tiga tahapan, yaitu :
1. Pembuatan Grid di lapangan
2. Pengukuran sipat datar
3. Interpolasi
Ada beberapa cara pengukuran tidak langsung :
1. Cara radial
2. Cara propil
3. Cara jalur
4. Cara kisi
Diperoleh data ketinggian dari pengukuran sifat datar pada grid
seperti pada gambar.
2.3 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan dalam praktek
pembuatan kontur adalah :
No. Nama Alat Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
Jalon
Meteran
Prisma
Alat Sifat Datar
Tripod
Rambu Ukur
Pen Ukur
Alat Tulis
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
12 buah
JURUSAN TEKNIK SIPIL
7
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
2.4 Langkah Kerja
Langkah – langkah atau cara kerja praktek pengukuran kontur di
lapangan ini, yaitu :
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
2. Bidang tanah yang akan diukur merupakan bentuk persegi
3. Pasang jalon di setiap ujung-ujung persegi tersebut yakni menjadi
titik A, B, C, dan D
4. Lalu buat bidang segi empat dengan ukuran 3 m x 3 m, banyaknya
52 titik
5. Tentukan basis terlebih dahulu yaitu sumbu X, misalnya pada
garis A dan D. Kemudian pasang pen ukur dengan interval 3 m
pada garis tersebut menjadi titik 1,2, 3, 4, 5, dan 6
6. Pasang alat sifat datar (waterpass) di luar wilayah grid atau pun
dari dalam wilayah grid, disesuaikan dengan bentuk medan
pengukuran di lapangan agar penempatan Alat sifat datar
ditempatkan satu kali saja namun dapat mengukur ke semua titik,
jadi memudahkan pengukuran yang akan dilakukan.
7. Setel alat sifat datar tersebut, lalu pasang rambu ukur di titik-titik
garis AD tadi yakni titik A, 1,2, 3, 4, 5, 6, dan B. Kemudian geser,
baca benang tengah (BT) saja namun bila ingin lebih akurat baca
benang atas (BA) dan benang bawah (BB).
8. Setelah selesai satu garis, lanjutkan ke garis selanjutnya, sehingga
semua titik (hingga 42 titik) terukur.
9. Catat semua ketinggian titik – titik tersebut dalam sebuah tabel
dan hitung perbedaan ketingiannya terhadap satu acuan.
10. Pekerjaan selesai.
2.5 Data lapangan
Lampiran
JURUSAN TEKNIK SIPIL
8
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
2.6 Gambar Kontur
Lampiran
BAB III
TACHEOMETRY STADIA
3.1 Tujuan
a) Mahasiswa atau praktikan dapat membuat suatu peta kontur dalam
keadaan bagaimana pun lapangannya atau daerahnya.
b) Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur yang digunakan, yakni
theodolit.
c) Mahasiswa mengetahui cara dan terbiasa membuat kontur pada
praktek yang sesungguhnya.
d) Mahasiswa dapat menerapkan atau menggunakan peta kontur sesuai
dengan keperluan.
3.2 Dasar Teori
Tacheometry adalah suatu metoda untuk mengukur jarak, baik jarak
horizontal maupun jarak vertical.
Tacheometry berasal dari bahasa Yunani, yaitu tacheos = cepat ; metror =
pengukuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tacheometry yaitu sistem
pengukuran secara cepat tanpa menggunakan pita ukur.
Dengan sistem tacheometry, ketelitian yang didapat berkisar 1:500 sampai
dengan 1:10.000.
System tacheometry merupakan sistem yang menggunakan pembacaan
sudut kecil sudut paralaktis, dari sudut yang dibentuk pada pembacaan ke
rambu ukur.
Tacheometry Teodolit + Rambu
JURUSAN TEKNIK SIPIL
9
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
Beberapa system tacheometry :
Tacheometry Rambu Sudut Paralaktis
Stadia tegak tetap
Tangensial tegak berubah
Optical Wedge mendatar tetap
Substance Bar mendatar berubah
D = cotg ½ =
a. Tacheometry Tangensial
1. Naik (vertikal positif)
D = jarak datar
H = jarak vertikal (beda tinggi)
D = H = i + D tg - BT rendah
JURUSAN TEKNIK SIPIL
10
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
Keterangan :
H = i + v – h
i = tinggi alat (diukur)
v = CO = D tg
h = BT rendah
2. Turun ( sudut vertikal negatif)
D = H = i – D tg - BT rendah
3. Naik turun
D = H = i – D tg - BT rendah
b. Tacheometry Stadia
JURUSAN TEKNIK SIPIL
11
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
Pada sistem ini pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Rambu dipasang tegak lurus garis bidik jika 30 0
2. Rambu dipasang tegak jika 30 0
1.
L = m.s + k
L = 100.S
D = TD + DE
TD = L cos
DE = BT sin
D = L cos + BT sin
= 100.S cos + BT sin
∆H = Beda tinggi
∆Hab = i + DC – h
Dc = L. Sin φ
h = BT cos φ
∆H = i ± L sin φ – BT cos φ
= i ± 100S sin φ – BT cos φ
JURUSAN TEKNIK SIPIL
12
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
2.
L = 100 S
D = 100 S cos2 φ
∆H = i + Dc – h
naik φ (+) ∆H = i + D tg φ – BT
turun φ (-) ∆H = i – D tg φ – BT
JURUSAN TEKNIK SIPIL
13
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
BAB IV
THEODOLITE DAN SYARAT PENGGUNAANNYA
4.1 Pendahuluan
Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
bayangan daripada keadaan lapangan dengan menentukan tempat titik-titik di
atas permukaan bumi terhadap satu dengan lainnya. Untuk mendapat hubungan
antara titik-titik itu, baik hubungan mendatar maupun hubungan tegak,
diperlukan sudut-sudut yang harus diukur. Untuk hubungan mendatar diperlukan
sudut yang mendatar. Sudut mendatar diukur pada skala lingkaran yang letak
mendatar.
Sudut-sudut mendatar diukur dengan alat pengukur sudut yang
dinamakan theodolite.
4.2. Tujuan
4.2.1 Tujuan Umum :
a. Mahasiswa atau praktikan dapat menggunakan alat theodolit.
b. Dapat menerapkan atau menggunakan alat theodolit untuk
keperluan pengukuran.
c. Mahasiswa dapat melakukan pembidikan yang lebih teliti
daripada menggunakan alat sifat datar dalam pengukuran.
3.2.2 Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa dapat mengenal bagian-bagian dari Theodolit, skrup
pengatur/penyetel dan fungsinya.
b. Mahasiswa dapat menyetel pesawat Theodolit serta memeriksa
sumbu I (vertikal).
c. Mahasiswa dapat memeriksa sumbu II sumbu I (mendatar) dan
garis bidik sumbu II serta memperbaiki kesalahannya.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
14
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
d. Mahasiswa dapat membaca skala lingkaran pada Theodolit.
4.3 Dasar Teori
Teodolit adalah alat optis untuk mengukur sudut, baik sudut horizontal (H)
maupun sudut vertikal (V).
Alat pengukur sudut theodolit dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
i. Bagian bawah
Terdiri atas tiga sekrup penyetel Sk yang menyangga suatu
tabung dan pelat yang berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini
dibuat skala lms yang dinamakan limbus.
ii. Bagian tengah
Terdiri atas suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung
pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak atau sumbu
kesatu s1. Diatas sumbu s1 diletakkan lagi suatu pelat yang berbentuk
lingkaran dan mempunyai jari-jari yang lebih kecil daripada jari-jari
pelat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat
alat pembaca no yang berbentuk alat pembaca nonius. Di atas pelat
nonius ini ditempatkan dua kaki yang menjadi penyangga sumbu
mendatar. Suatu nivo diletakkan di atas pelat nonius untuk membuat
sumbu kesatu tegaklurus.
iii. Bagian atas
Terdiri atas sumbu mendatar atau sumbu kedua yang
diletakkan di atas kaki penyangga sumbu kedua s2. pada sumbu
kedua ditempatkan suatu teropong tp yang mempunyai diafragma
dan dengan deemikian mempunyai garis bidik gb. pada sumbu kedua
diletakkan pelat yang berbentuk lingkaran diperlengkapi dengan
skala lts. Untuk mendapatkan pembacaan pada skala lingkaran tegak
ini ditempatkan dua nonius pada kaki penyangga sumbu kedua.
Konstruksi theodolit terbagi ke dalam theodolit reiterasi dan
theodolit repetisi.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
15
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
Ada beberapa jenis theodolit yang perlu diketahui, diantaranya yaitu :
1. Teodolit Konvensional
2. Teodolit Skala Optis
3. Teodolit Micrometer Optis
4. EDM (Total Station)
5. dll.
Disini akan dibahas cara menggunakan alat theodolit namun bukan yang
elektronik. Jenis theodolit sangat bervariasi diantaranya NT-2D, AG-30, TM-1A
dan sebagainya. Secara umum cara pengoperasian dari jenis-jenis tersebut sama.
4.4 Gambar dan Bagian Theodolit
4.4.1 Theodolite Optic
JURUSAN TEKNIK SIPIL
16
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
17
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
4.4.2 Digital Theodolite
DT 200 L SERES
TM – 5100A
JURUSAN TEKNIK SIPIL
18
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
BAB V
POLIGOON
5.1 Tujuan
5.1.1 Tujuan Umum :
1. Mahasiswa dapat menggunakan theodolit pada pengukuran polygon.2. Mahasiswa dapat mengenal metode yang dipakai untuk pengukuran
polygon.3. Mahasiswa dapat mengatasi kesulitan – kesulitan yang ada di lapangan.
5.1.2 Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran polygon terbuka.2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran polygon tertutup.
5.2 Dasar Teori
Poligon adalah serangkaian garis yang menghubungkan titik-titik yang
terletak di permukaan bumi. Prinsip dari poligon dengan menggunakan alat
theodolite adalah menentukan sudut jurusan dan panjang dari gabungan dari
beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan
pemetaan dari suatu daerah tertentu. Poligon tertutup berbentuk kring adalah
poligon yang diawali dan diakhiri pada titik yang sama.
Sudut jurusan dan jarak kemudian digambarkan dengan busur derajat
atau dengan sistem koordinat. Sudut-sudut diukur dengan theodolite searah
jarum jam dan sudut jurusan dihitung dari sudut yang diukur dengan pita ukur /
rol meter, tapi cara ini tidak praktis / cukup sulit dan kurang teliti. Hanya
diperlukan sebagai koreksi jika terjadi perbedaan dari hasil perhitungan optis.
Untuk mendapatkan hasil yang teliti / akurat lebih baik dihitung secara
matematis, dalam hal ini diperlukan bacaan sudut vertikalnya.
Pada poligon tertutup titik awal dan titik akhir merupakan titik yang
sama. Dalam hal ini pengukuran dapat dikontrol karena jumlah sudut luar dari
segi banyak harus sama dengan (2n + 4) x 90o atau (n + 2) x 180o, dimana n
JURUSAN TEKNIK SIPIL
19
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
adalah banyaknya titik yang diukur sedangkan untuk sudut dalam harus sama
dengan (n – 2) x 180o.
Macam-macam polygon :
a. Poligon Terbuka
1. Poligon Terbuka Bebas
2. Poligon Terbuka Terikat
Satu Ujung
3. Poligon Terbuka Terikat
Dua Ujung
4. Poligon Terbuka Terikat
Sempurna
b. Poligon Tertutup (Kring)
1 Poligon Kring tanpa Titik Ikat (Bebas)
2 Poligon Kring Terikat 1 Titik
3 Poligon Kring Terikat 2 Titik (Sempurna)
Syarat-syarat Hitungan Poligon :
1. Poligon Kring/Tertutup
Diukur sudut dalam :
a. Syarat sudut :
Sudut jurusan awal = Sudur jurusan akhir
awal = akhir
Jumlah sudut dalam
sudut dalam = (n-2)180
b. Syarat sisi :
Xakhir = Xawal D sin = 0
Yakhir = Yawal D cos = 0
Diukur sudut luar
c. Syarat sudut
sudut luar = (n+2)180
n = jumlah titik
JURUSAN TEKNIK SIPIL
20
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
d. Syarat sisi :
Xakhir = Xawal D sin = 0
Yakhir = Yawal D cos = 0
Gambar Contoh Poligon Tertutup
2. Poligon Terbuka
a. Syarat sudut
akhir - awal = sudut – (n x 180)
n = Kelipatan/mendekati banyak titik (bukan jumlah titik)
b. Syarat sisi
Xakhir – Xawal = D sin
Yakhir – Yawal = D cos
Gambar Contoh Poligon Terbuka
JURUSAN TEKNIK SIPIL
21
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
Pengukuran Sudut
= rAC – rAB
Pengukuran sudut dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Alat didirikan di titik A, aturlah alat tersebut sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.
2. Alat dalam kedudukan “biasa” arahkan teropong ke titik B (arah
pertama). Bacalah skala lingkaran horizontal, kemudian teropong
diputar searah putaran jarum jam dan arahkan ke titik C. Baca skala
Horizontal.
3. Baca benang atas (BA), benang bawah (BB), dan denang tengah (BT).
4. Setelah teropong diarahkan ke titik C, balikkan teropong dalam
kedudukan “luar biasa” dan diputar searah putaran jarum jam.
Teropong tetap diarahkan ke titik C. Dalam kedudukan tersebut, baca
skala lingkaran horizontal.
5. Setelah diarahkan ke titik C, putarlah teropong ke arah titik B
(Teropong tetap dalam kedudukan luar biasa) dan baca skala
horizontal.
Pengukuran sudut seperti ini disebut pengukuran sudut 1 (satu) seri.
5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktek menghitung poligon
adalah :
No Nama peralatan Jumlah
1 Meteran besar 1 buah
JURUSAN TEKNIK SIPIL
22
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
2
3
4
5
6
7
Meteran kecil
Theodolit
Tripod
Rambu ukur
Patok
Payung
8 Alat Tulis
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
4 buah
-
5.4 Petunjuk umum
1. Hati – hati pada lokasi pengukuran, karena mungkin ada benda – benda
tajam atau binatang yang berbahaya.
2. Selama pengukuran pakailah peralatan pengaman.
3. Catat, jaga dan pergunakan alat – alat semestinya.
4. Gunakanlah jalon pada titik – titik polygon yang akan dibidik sebagai alat
bantu utuk mempermudah pembidikan.
5. Pengukuran sudut polygon dapat dilakukan ecara biasa dan luar biasa.
6. Bila perlu buat sket pengukuran.
7. Pencatatan data harus jelas dan rapi.
5.5 Langkah Kerja
5.1 Peninjaun Lokasi
Sebelum memulai pengukuran maka terlebih dahulu kita mengadakan peninjaun
terhadap lokasi yang akan diukur. Maksud dari peninjaun ini adalah untuk
mempermudah pada saat pengukuran. Selain itu juga dapat menentukan titik-
titik yang akan dibidik, dengan cara menempatkan patok-patok sedemikian rupa
sehingga membentuk polygon tertutup.
5.2 Penentuan lokasi
5.2.1 Pembuatan Poligon
JURUSAN TEKNIK SIPIL
23
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
· Ditentukan posisi titik pertama dan ukur jaraknya terhadap patok-
patok berikut dengan meteran sehingga berbentuk polygon
tertutup.
· Pemanjangan patok denagn bagian yang masuk kedalam tanah lebih
kurang 30 cm dan bagian atas patok 20 cm.
5.2.2 Menentukan arah sudut sebagai titik ikat
· Sebagai titik ikat diambil arah utara
5.3. Pengukuran Arah, Sudut, dan Jarak
5.3.1. Persiapan
1. Didirikan statif tempatkan instrument diatasnya, lalu kunci dengan
pengikat statif.
2. Diatur theodolit tetap diatas paku payung pada patok dengan
menggunakan unting-unting dan centering opti.
3. Seimbangkan nivo kotak, kemudian lihat patok dengan centering optis
jika belum pas dengan patok . Ulangin lagi langkah-langkah tersebut.
4. Setelah nivo tabung dalam keadaan seimbang maka theodolit siap
digunakan, disamping itu syarat-syarat utama lainya yaitu :
a. Sumbu I tegak lurus sumbu II
b. Sumbu II mendatar
c. Garis bidik tegak lurus sumbu II
d. Kesalahan indeks pada skala sama dengan nol
5. Diukur tinggi alat dari atas patok ( pengukuran sampai as ).
6. Di ukur jarak dari titik 1 ke titik berikutnya.
5.3.2 Pengikatan titik
1. Pengikatan titik dilakukan terhadap titik utara.
2. Longgarkan klem sumbu I
3. Arahkan teropong kearah utara.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
24
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
4. Kunci lem sumbu I dari bawah dan dari atas, tepatkan paku patok utara
atau bak meter yang didirikan tegak lurus diatasnya pada benang
diafragma teropong dengan bantuan penggerak halus klem sumbu I.
5. Baca sudut horizontal yang berbentuk kearah utara, pembacaan
sebaiknya dinolkan untuk mempermudah perhitungan sudut
selanjutnya.
6. Longgarkan klem sumbu I diatas dan dibawah lalu putar plat lingkaran
sudut sehingga horizontal tepat menunjukan skala nol.
7. Kunci kembali klem sumbu I atas dan bawah.
5.3.3. Pengukuran titik detail dan sudut poligon
1. Longgarkan klem sumbu I atas, arahkan theodolit kearah patok titik
belakang (4) dengan pembidik kasar, kunci klem sumbu I dan
tepatkan pada titik 4 atau rambu ukur yang tegak lurus diatas patok 4,
geser penggerak halus untuk mendapatkan titik fokus yang maksimal.
2. Baca sudut horizontal yang berbentuk.
3. Pada pengukuran detail, pelaksaan sama dengan pengukuran sudut
poligon, tetapi titik sasaranya tidak ditentukan, kita memilih sendiri
titik lokasi yang kita anggap penting penggambaran peta beserta
penampang.
4. Pembacaan dilakukan terhadap benang atas (BA), benang tengah
(BT), dan benang bawah (BB)
5. Lakukan kembali langkah-langkah 1234 tapi ke patok titik depan (2).
6. Longgarkan kembali klem sumbu I atas,dan alat di setting supaya
menjadi keadaan luar biasa, lalu arahkan theodolit kepatok titik untuk
mendapatkan pembacaan luar biasa, lalu baca sudut horizontal yang
terbentuk.
7. Pindahkan theodolit ketitik selanjutnya, lakukan hal seperti pada titik
pertama dan baca sudut horizontal yang berbentuk.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
25
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
5.6 Gambar Kerja
Ada pada lampiran
5.7 Data perhitungan
Ada pada lampiran.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
1. Pada pengukuran kontur prinsipnya untuk mendapatkan data-data
mengenai ketinggian suatu permukaan tanah atau permukaan bumi dari
suatu datum atau titik acuan.
2. Dalam pelaksanaan pengukuran perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Penyetelan alat harus dilakukan dengan benar.
b. Rambu ukur harus benar-benar tegak.
c. Pembacaan rambu ukur dilakukan dengan teliti.
d. Perhitungan hasil pengukuran dilakukan dengan cermat.
Jika hal-hal diatas telah dilakukan dengan benar maka hasil pengukuran
akan diperoleh hasil yang akurat. Sehingga titik-titik atau daerah yang diukur
akan tergambar dengan baik konturnya.
3. Pemasangan theodolit harus tepat, karena akan berpengaruh pada bacaan,
baik bacaan sudut maupun bacaan benang. Bacaan yang kurang tepat akan
mengakibatkan perhitungan yang tidak tepat pula.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
26
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
27