laporan individu
TRANSCRIPT
BAB I
MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI SELAMA MELAKSANAAN PLP
A. PENYUSUNAN SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Guru bidang studi dalam melaksanakan tugas mengajarnya perlu menyusun
rencana pengajaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam
melaksanakan tugas mengajarnya. Begitu pula dengan guru pembimbing (BK),
satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling (SKLBK) di susun untuk
mempermudah dalam pelaksanaan tugasnya sebagai guru pembimbing.
SKLBK sama pengertiannya dengan rencana pengajaran. Komponen-
komponen SKLBK terdiri dari; Judul layanan, jenis layanan, bidang
bimbingan, fungsi layanan, tujuan layanan, sasaran, waktu, penyelenggara,
uraian kegiatan, materi, metode, alat dan sumber evaluasi, serta tindak lanjut.
Praktikan, dalam pelaksanaan PLP ini diwajibkan untuk membuat satuan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang tema dan materinya disesuaikan
dengan kebutuhan dan harapan siswa. Pembuatan satuan layanan kegiatan
bimbingan dan konseling ini mendapat arahan dan pembinaan dari dosen tetap
dan dosen luar biasa PLP. Adapun kendala dalam menyusun satuan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan, masih menempatkan
siswa sebagai objek.
1
2. Praktikan kesulitan untuk memilih materi yang sesuai dengan kurikulum
bimbingan dan konseling serta kebutuhan siswa di SMA Negeri 1
Margahayu Bandung.
3. Penggunaan metode dan minimnya media bimbingan dan konseling
menjadi kendala yang dirasakan praktikan pada saat menyampaikan materi
satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
B. PROSES PENAMPILAN
Penampilan di dalam kelas atau Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM)
merupakan kegiatan utama dalam pelaksanaan PLP. Penampilan di dalam kelas
menuntut kesiapan mental dan fisik. Proses penampilan di kelas dalam
penyampaian materi layanan bimbingan dan konseling akan menentukan
keberhasilan proses pembimbingan menuju suasana yang kondusif, komunikatif,
dan memiliki kebermaknaan bagi siswa.
Permasalahan yang dihadapi praktikan dalam proses penampilan, sebagai
berikut:
l. Pengelolaan kelas, dalam hal ini terkadang praktikan kesulitan dalam
mengarahkan siswa untuk memahami materi layanan yang disampaikan.
2. Metode ceramah yang sebagian besar dinamakan dalam penyampaian
materi, kurang menarik perhatian siswa.
3. Karakteristik siswa yang beragam menjadi kendala dalam memilih
metode dan teknik dalam penyampaian materi layanan.
2
4. Praktikan kurang banyak membaca hal-hal yang berhubungan dengan
materi yang disampaikan.
C. BIMBINGAN BELAJAR/KEGIATAN EKSTRAKULIKULER
Sejumlah kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan disamping kegiatan
layanan klasikal. Namun selama melaksanakan PLP, proses konseling mendapat
hambatan teknis. Selain proses belajar mengajar di kelas, seperti proses
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler lain yang ada di SMA Negeri 1
Margahayu Bandung ini pada umumnya telah mengalami perkembangan.
SMA Negeri 1 Margahayu Bandung memiliki banyak macam-macam jenis
kegiatan ekstrakurikuler dan banyak siswa yang mengikuti kegiatan tersebut.
Menurut pengamatan praktikan dari banyak jenis kegiatan ekstrakurikuler, banyak
pula diantaranya yang memiliki prestasi yang membanggakan.
Terdapat satu kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi bagian intern bidang
garapan program Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Margahayu yaitu
FIKR yang dibina oleh Dra. Nina Mardiana. Kegiatan FIKR ini mengarahkan
siswa kepada pembinaan secara moral, akhlak dan kepribadian dengan pendekatan
secara psikologis dan religius. Tetapi, dalam kurun waktu yang telah ditetapkan,
pengelolaan dalam kegiatan ini mengalami hambatan dikarenakan waktu yang
tersedia bagi praktikan tidak mencukupi terhadap pembinaan FIKR ini.
Disamping itu, terdapat pula kegiatan Klinik Pembelajaran. Dalam hal ini,
posisi BK adalah sebagai fasilitator dan mediator. Kegiatan ini merupakan sarana
bagi siswa yang memiliki kekurangmampuan terhadap penguasaan materi
3
pelajaran di kelas. Siswa yang merasa tidak mengerti diharuskan melaporkan
masalahnya ke guru BK dan nantinya akan diberikan kartu Klinik Pembelajaran
sebagai bukti telah melaksanakan bimbingan belajar khusus dengan guru yang
bersangkutan.
Beberapa hambatan dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler praktikan
diantaranya :
1. Praktikan terlalu memfokuskan perhatian pada kegiatan bimbingan
klasikal dan kelompok.
2. Kurangnya sosialisasi dengan pembina ekstrakulikuler.
3. Kurangnya koordinasi dengan guru bidang studi.
D. PARTISIPASI DALAM KEHIDUPAN SEKOLAH/TEMPAT LATIHAN
Partisipasi dalam kehidupan sekolah merupakan salah satu bentuk
pengenalan dunia sekolah. Selain itu, keikutsertaan praktikan dalam kegiatan
sekolah merupakan salah satu upaya pembelajaran untuk menjalin kerja sama
dengan personil lain yang ada di sekolah.
Kegiatan partisipasi yang diikuti oleh praktikan diantaranya sebagai berikut:
1. Melaksanakan piket BK. Pelaksanaan piket BK yaitu setiap hari Kamis
dari pukul 07.00 WIB sampai 15.00 WIB.
2. Mengikuti kegiatan upacara pengibaran bendera merah putih (apel) setiap
senin pagi.
3. Mengikuti kegiatan koordinasi dengan Kepala Sekolah pada tanggal 17
Maret 2009.
4
4. Mengikuti kegiatan puncak PENSI pada tanggal 14 Maret 2009.
5. Mengikuti kegiatan mempersiapkan kelengkapan administrasi siswa
kelas XII yang akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
E. PROSES BIMBINGAN
1. Dengan Dosen Luar Biasa PLP
Konsultasi dengan dosen luar biasa dilaksanakan pada saat pengajuan
materi satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dan sikap praktikan
di kelas ketika materi tersebut disampaikan di kelas. Masukan-masukan dari
dosen Luar biasa mengenai materi dan penampilan di kelas sangat membantu
sekali bagi praktikan untuk mencapai kesempurnaan baik terhadap materi
yang disampaikan maupun dalam proses penyampaian materi.
SMA Negeri 1 Margahayu Bandung memiliki jam masuk untuk
Bimbingan dan Konseling, tetapi proses konsultasi atau bimbingan
dilaksanakan sesuai jadwal dosen luar biasa hadir di sekolah. Oleh karena
itu, minimalnya setiap hari Kamis diupayakan bimbingan itu dapat
dilaksanakan.
Sejalan dengan hal itu tidak terdapat hambatan yang berarti dalam
melakukan konsultasi ataupun koordinasi dengan dosen luar biasa, hal ini
ditunjang dengan koordinasi yang dilakukan oleh praktikan tidak hanya
dengan dosen luar biasa saja tetapi juga dilakukan dengan staf bimbingan
dan konseling yang lainnya.
5
2. Dengan Dosen Tetap PLP
Konsultasi dengan dosen tetap PLP, dilaksanakan di kampus karena
keterbatasan waktu. Konsultasi yang dilakukan biasanya berkenaan dengan
perkembangan pelaksanaan PLP di sekolah, materi satuan layanan BK, dan
juga waktu pelaksanaan ujian PLP. Konsultasi sering dilaksanakan secara
terencana dan dilakukan janji terlebih dahulu dikarenakan kesibukan dosen
tetap di kampus.
3. Dengan Supervisor
Konsultasi dengan supervisor tidak terlalu menjadi masalah dalam
pelaksanaan PLP di SMA Negeri 1 Margahayu Bandung, karena banyak
permasalahan di sekolah yang dapat teratasi dengan bantuan dan koordinasi
dari dosen luar biasa dan dosen tetap.
6
BAB II
FAKTOR PENYEBAB MASALAH YANG DIALAMI
A. PENYUSUNAN SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Setelah dianalisis, faktor-faktor penyebab dari masalah yang muncul dalam
penyusunan Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK)
diantaranya sebagai berikut:
1. Karena karakteristik masalah siswa yang kompleks, maka materi
bimbingan yang disampaikan merupakan informasi yang kurang
merangkul kebutuhan siswa secara menyeluruh.
2. Terbatasnya media bimbingan yang menunjang proses penyampaian
materi.
3. Metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan tanya jawab kurang
menarik perhatian siswa untuk mengikuti layanan klasikal yang
dilakukan.
4. Kurangnya literatur untuk dijadikan bahan materi satuan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling.
B. PROSES PENAMPILAN
Faktor yang menyebabkan masalah dalam proses penampilan yaitu:
1. Kurang memahami kondisi dan karakteristik pada masing-masing kelas,
sehingga terkadang metode yang dipakai kurang menarik perhatian
siswa.
7
2. Kendala dalam melakukan pengorganisasian kelas. Hal ini disebabkan
karena jam BK pada sebagian kelas ada setelah jam pelajaran olahraga
sehingga waktu bimbingan sangat tersita oleh siswa yang hendak
mengganti baju.
3. Terbatasnya media penyampaian materi yang harus ditempuh dengan
birokrasi yang sangat sulit.
C. BIMBINGAN BELAJAR/KEGIATAN EKSTRAKULIKULER
Kegiatan bimbingan dan konseling hanya diberikan terhadap beberapa
orang siswa saja, baik berupa konsultasi di dalam kelas, diluar kelas, bahkan
ada yang melalui pesan elektonik berupa sms, e-mail dan facebook.
Faktor yang menyebabkan masalah dalam kegiatan bimbingan dan
konseling diantaranya yaitu :
1. Kemampuan mengadministrasikan atau catatan kasus (siswa) yang
ditangani masih kurang. Sehingga banyak kasus yang ditangani tidak
memiliki dokumentasi dan catatan konseling.
2. Kurangnya waktu yang dimiliki praktikan dalam pelaksanaan PLP ini.
Sehingga banyak siswa yang tidak tertangani untuk melakukan konseling
individual.
3. Praktikan merasakan kurang aktif dalam menjemput siswa, sehingga
banyak siswa yang malu-malu untuk melakukan bimbingan konseling.
4. Tidak ada waktu khusus dalam pembinaan kegiatan FIKR, sehingga
praktikan tidak merasa dekat dengan para anggotanya.
8
D. PARTISIPASI DALAM KEHIDUPAN SEKOLAH/TEMPAT LATIHAN
Kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, pada umumnya praktikan
dapat mengikuti kegiatan tersebut. Akan tetapi diantara kendala yang terasa
adalah belum optimalnya koordinasi dengan seluruh personil sekolah,
khususnya dengan para guru bidang studi.
E. PROSES BIMBINGAN
Proses bimbingan yang dilaksanakan memang mengalami sedikit kendala
yaitu kurang terkoordinasinya waktu bimbingan dengan baik, apalagi dengan
dosen tetap PLP dan Supervisor. Bimbingan dengan dosen tetap PLP memiliki
kendala dalam hal melakukan bimbingan secara tatap muka, dikarenakan
kesibukan dan terbatasnya waktu yang tersedia. Sedangkan dengan Supervisor
dirasakan sangat kurang, hal ini disebabkan tidak adanya komunikasi antara
kedua belah pihak.
9
BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH
A. PENYUSUNAN SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Upaya penanggulangan masalah perlu dilakukan demi tercapainya
keberhasilan kegiatan layanan bimbingan dan konseling bagi praktikan. Upaya-
upaya tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Meningkatkan frekuensi bimbingan dan konseling dengan dosen luar
biasa dan dosen tetap sehingga satuan layanan kegiatan bimbingan dan
konseling dapat tersusun dengan baik.
2. Penyesuaian materi layanan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa
dapat diidentifikasi selain dengan melakukan konsultasi dengan dosen
luar biasa.
3. Kesulitan dalam penggunaan metode, strategi dan media layanan yang
menarik dan tepat agar tujuan dapat tercapai yaitu dilakukannya
konsultasi dengan dosen luar biasa untuk mencari metode dan strategi
yang efektif untuk penyampaian materi terutama pada kelas yang
dirasakan berat dalam penguasaannya.
4. Metode simulasi, merupakan metode yang disenangi oleh sebagian besar
siswa. Metode ini dapat dijadikan pilihan supaya seluruh siswa dapat
mengikuti layanan bimbingan yang diberikan.
5. Penyediaan media bimbingan yang dibutuhkan harus lebih mudah
ditempuh dan hal ini perlu diperhatikan oleh pihak sekolah.
10
B. PROSES PENAMPILAN
Upaya yang dilakukan oleh praktikan dalam memperbaiki proses
penampilan yaitu:
1. Lebih memahami dan mengenal karakteristik siswa dari setiap kelas
binaan.
2. Mengemas metode dalam bentuk simulasi dan diskusi sehingga seluruh
siswa dapat berperan aktif.
3. Pandai memanfaatkan waktu dan mengoptimalkan kesempatan untuk
dapat memberikan layanan klasikal.
4. Berbagi pengalaman dengan rekan praktikan yang lainnya sehingga
adanya masukan untuk perbaikan proses penampilan.
C. BIMBINGAN BELAJAR/KEGIATAN EKSTRAKULIKULER
Upaya penanggulangan masalah yang dilakukan praktikan dalam kegiatan
bimbingan konseling yaitu dengan mencari peluang setelah penyampaian
materi dilakukan. Biasanya siswa akan mengungkapkan masalahnya jika
setelah penyampaian materi, praktikan mencoba mengajak ngobrol baik itu
tentang belajarnya, pilihan jurusan, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kegiatan ekstrakurikuler, praktikan merasa belum optimal berpartisipasi,
namun praktikan berusaha hadir dan berpartisipasi.
11
Disamping hal itu, perlu adanya upaya peningkatan koordinasi dengan para
pembina kegiatan ekstrakurikuler agar dikesempatan yang akan datang akan
lebih memaksimalkan kinerja pelaksanaan PLP.
D. PARTISIPASI DALAM KEHIDUPAN SEKOLAH/TEMPAT LATIHAN
Partisipasi dalam kegiatan sekolah, dalam pelaksanaannya tidak terlalu
mendapat permasalahan, kalaupun ada hanya bersifat teknis operasional
dilapangan dan biasanya dapat segera ditanggulangi, baik dengan konsultasi
secara langsung kepada dosen luar biasa maupun kepada rekan-rekan praktikan
lainnya.
E. PROSES BIMBINGAN
Permasalahan dalam proses pembimbingan diatasi dengan meningkatkan
koordinasi dan konsultasi dengan dosen tetap dan dosen luar biasa PLP, juga
personil sekolah yang lainnya. Hal ini diharapkan adanya perbaikan bagi
pelaksanaan pembimbingan pada pertemuan selanjutnya.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan Program Latihan Profesi (PLP) di SMA Negeri 1
Margahayu Bandung, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
l. Program Latihan Profesi (PLP) merupakan sarana pembinaan dan
memberikan bekal pengalaman serta pengetahuan praktis kependidikan
bagi calon guru atau calon tenaga kependidikan, penggalian potensi
pedagogik, peningkatan kompetensi sosial dan kepribadian sehingga
pada saatnya dapat menjadi guru yang teladan dan profesional.
2. Kegiatan bimbingan dan konseling berbeda dengan kegiatan mengajar
secara umum, di mana mengajar lebih kearah transformasi ilmu dan
cenderung bersifat kognitif. Sedangkan bimbingan dan konseling lebih
mengarah pada perubahan sikap, moral dan kepribadian dan cenderung
bersifat afektif. Maka dari itu antara bimbingan dan konseling dengan
mengajar memiliki teknik dan metode yang cenderung memiliki
perbedaan dalam pemberian materi pengajaran dengan penyampaian
materi bimbingan.
3. SMA Negeri 1 Margahayu Bandung merupakan institusi pendidikan yang
berupaya untuk mencapai tujuan pendidikan dengan mengorganisasikan
dan mengaktifkan seluruh potensi yang ada, baik yang terdapat dalam
diri siswa maupun personel sekolah serta hal lainnya, melalui usaha yang
terencana, terpadu, dan terprogram secara sistematik sebagai upaya
13
peningkatan sumber daya manusia ke arah yang lebih produktif dan
inovatif.
B. SARAN
1. Untuk Divisi P2JK Direktorat Akademik UPI diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Perlu adanya peningkatan hubungan kerja sama antara pihak Divisi P2JK
Direktorat Akademik UPI dengan pihak sekolah sehingga pelaksanaan
PLP ini dapat terlaksana dengan lebih baik.
b. Hendaknya supervisor lebih intensif melakukan hubungan kerja sama
dengan pihak sekolah dan memberikan bimbingan kepada praktikan PLP
yang dibimbingmya.
c. Hendaknya Divisi P2JK Direktorat Akademik UPI memberikan
penghargaan terhadap sekolah yang telah membantu proses kegiatan
Program Latihan Profesi (PLP).
2. Untuk SMA Negeri 1 Margahayu Bandung, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Sebaiknya untuk kegiatan bimbingan dan konseling yang telah terjadwal
dapat lebih dioptimalisasikan dalam pelaksanaannya.
b. Pihak sekolah dalam melibatkan praktikan PLP sebaiknya lebih
dipertegas sehingga para praktikan PLP tidak merasa canggung untuk
mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.
14
c. Berdasarkan hasil analisis kasus yang dominan terjadi dalam setiap kelas,
yaitu mengenai motivasi belajar yang sangat kurang, maka diharapkan
kepada guru bidang studi harus lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas dengan beragam cara agar siswa betah di kelas dan
materi yang disajikan tidak terkesan monoton.
3. Untuk praktikan PLP yang akan datang adalah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan Praktek Latihan Profesi (PLP) ini sebagai wahana
pengembangan diri dalam mengaplikasikan segala ilmu yang diperoleh di
perkuliahan dalam seting pengalaman nyata di lapangan.
b. Lebih sering membaca dan menguasai teori yang nantinya akan
digunakan pada saat pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c. Menyediakan perangkat dan media sendiri sehingga ketika akan
melaksanakan bimbingan, tidak terlalu dipusingkan dengan kondisi
sekolah yang kurang tanggap dalam penyediaan prasarana.
15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
16