laporan ikm terupdate

53
IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO PENYAKIT TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI RW 04 KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO KOTAMADYA YOGYAKARTA Laporan Penelitian Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Disusun Oleh : Mohammad Nafis S.M (KU/12790) Muhammad Herdiono (KU/12656) Hafizhan (KU/12668) Pradhana F Wicaksana (KU/12798) Rissito Centricia Darumurti (KU/12827) Diah Nurpratami (KU/12509) Renova Astriani Hutapea (KU/12561) Beladini Mahmada (KU/12655) Anggriyani Hartati (KU/12544) Bong Wen Hao (KU/12924) Widya Kumala Sari (KU/12957)

Upload: pradhana-fw

Post on 19-Oct-2015

100 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan IKM

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO PENYAKIT TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI RW 04 KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO KOTAMADYA YOGYAKARTA

Laporan PenelitianUntuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh :Mohammad Nafis S.M (KU/12790)Muhammad Herdiono (KU/12656)Hafizhan (KU/12668)Pradhana F Wicaksana (KU/12798)Rissito Centricia Darumurti (KU/12827)Diah Nurpratami (KU/12509)Renova Astriani Hutapea (KU/12561)Beladini Mahmada (KU/12655)Anggriyani Hartati (KU/12544)Bong Wen Hao (KU/12924)Widya Kumala Sari (KU/12957)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2013HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO PENYAKIT TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI RW 04 KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO KOTAMADYA YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh :Mohammad Nafis S.M (KU/12790)Muhammad Herdiono (KU/12656)Hafizhan (KU/12668)Pradhana F Wicaksana (KU/12798)Rissito Centricia Darumurti (KU/12827)Diah Nurpratami (KU/12509)Renova Astriani Hutapea (KU/12561)Beladini Mahmada (KU/12655)Anggriyani Hartati (KU/12544)Bong Wen Hao (KU/12924)Widya Kumala Sari (KU/12957)

Telah Disetujui dan Disahkan oleh PembimbingPada tanggal Juni 2013

dr. Wahyudi Istiono, M.KesKATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Identifikasi Faktor Resiko Penyakit Terhadap Status Gizi Balita di RW 04 Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta ini. Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.Penulis menyadari bahwa selama penyusunan laporan penelitian ini, penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan kepada :1. dr. Wahyudi Istiono, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaannya dari awal persiapan, pelaksanaan, sampai akhir penilitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik,2. Staf-staf IKM yang telah memberikan informasi dan bantuan sehingga terlaksananya penelitian ini,3. Kepala dan staf Kecamatan Tegalrejo, yang telah menerima dan memberikan informasi mengenai masalah kesehatan masyarakat,4. Kepala Kelurahan Bener, yang telah menerima dan memberikan informasi mengenai masalah kesehatan masyarakat,5. Kepala Puskesmas Tegalrejo beserta staf, yang telah memberikan informasi dan bimbingan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar,6. Para kepala RW di Kelurahan Bener, yang telah menerima, memberikan informasi, dan izin untuk melaksanaan penelitian di wilayah yang ditunjuk,7. Para kepala RT di Kelurahan Bener, yang telah menerima penulis, memberikan informasi, dan izin untuk melaksanakan penelitian di wilayah yang ditunjuk,8. Seluruh warga kelurahan atas dukungan dan partisipasi aktif dalam penelitian ini,9. Pihak pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

Kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam isi serta cara penulisan laporan ini semata-mata merupakan keterbatasan kemampuan penulis. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa penulis harapkan demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita semua. Amin.

Yogyakarta, Juni 2013

Tim PenulisBAB IPENDAHULUAN

Gambaran Wilayah KerjaKecamatan Tegalrejo berada di wilayah Kotamadya Yogyakarta terdiri atas 4 kelurahan, yaitu kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Bener, Kelurahan Karangwaru, dan kelurahan Kricak. Pada penelitian ini wilayah kerja yang diamati adalah Kelurahan Bener dengan batas wilayah:Luas wilayah Jumlah penduduk di wilayahJumlah penduduk menurut usiaJumlah penduduk penurut tingkat pendidikanJumlah penduduk menurut mata pencaharianStruktur organisasi pemerintahanPelayanan kesehatan

Penetapan MasalahProses identifikasi masalah di RW 04 Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo dilakukan dengan mencari data primer melalui wawancara formal dengan pejabat pemerintah setempat serta kader puskesmas, Masalah kesehatan yang mendapat prioritas adalah faktor resiko penyakit terhadap status gizi balita. Penetapan masalah ini didasari oleh keluhan yang menjadi perhatian di daerah ini adalah angka kejadian penyakit pada usia balita yang cukup sering akhir-akhir ini, sehingga diharapkan masyarakat akan menyambut baik dan kooperatif selama proses penelitian berlangsung.

Latar Belakang MasalahBAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1. Telaah PustakaII.1.1 Definisi Status GiziStatus gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003). Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan ndari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa et al., 2002). Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dan keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Gibson, 2005).Jusat et al., (2000) dan Soekirman (2000) berpendapat bahwa status gizi seseorang merupakan gambaran tentang apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama dan dipengaruhi oleh tingkat kecukupan makanan. Status gizi dihasilkan dari keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang maupun lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan gangguan berupa penyakit yang diakibatkan defisiensi. Status gizi disebut seimbang atau gizi baik bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan status gizi tidak seimbang dapat dipresentasikan dalam bentuk kurang gizi yaitu bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan, dan dalam bentuk gizi yang lebih yaitu bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan (Sediaoetama, 1996; Jahari, 2002). Status gizi yang tidak seimbang merupakan faktor resiko terjadinya kesakitan dan kematian. Sebaliknya, status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatan dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihannya (Firdaus, 2008).Keadaan kesehatan yang dicerminkan oleh status gizi sebenarnya merupakan hubungan antara tiga komponen yang saling terkait yaitu tubuh, zat gizi, dan makanan. Menurut Djiteng (1989), dalam pembahasan status gizi konsep yang satu sama lain saling berkaitan, adalah :1. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, fungsi organ tubuh dan produksi energi. Proses ini disebut status gizi (nutrition).2. Keadaan yang diakibnatkan antara keseimbangan antara pemasukan zat gizi dan pengeluaran oleh organisme yang disebut nutriture.3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat dilihat melalui variabel tertentu yang disebut status gizi (nutritional status).Dalam merujuk keadaan gizi seseorang perlu menyebutkan vaiabel yang digunakan dalam penentuan, misalnya berat badan, tinggi badan atau pertumbuhan variabel yang digunakan dalam menentukan status gizi yang disebut dengan indikator status gizi (Firdaus, 2008).

II.1.2. Status gizi pada BalitaMasa balita adalah masa dimana anak mengalami pertumbuhan yang pesat dan sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada periode 2 tahun pertama. Dua tahun pertama kehidupan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal (Azwar, 2004). Anak yang berumur 1 hingga 3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan sebanyak 2-2,5 kg dan tinggi badan sekitar 12cm pertahun. Pada masa pra sekolah, pertambahan berat badan tidak sepesat masa sebelumnya yaitu sekitar 0,7-2,3 kg dan pertmabahan tinggi badan sekitar 0,9-1,2 cm pertahun (Arisman, 2004).Menurut Soekirman (2000), status gizi pada balita terutama ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan tubuh. Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting pada balita karena anak pada masa tersebut merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Status gizi balita secara klinis dapat dilihat melalui penampilan fisik balita yang disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan berdasarkan umur, berat badan dan tinggi badan. Status gizi baru bisa ditentukan tingkatannya setelah melalui pengukuran (Ermaneti, 2008).Pengukuran status gizi secara sederhana dapat dilakukan dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun panjang badan dengan standar yang telah ditetapkan (Nency dan Arifin, 2005). Pada keadaan yang ekstrim, status gizi dapat dilihat langsung, yaitu pada status gizi lebih dan pada status gizi buruk. Pada anak dengan status gizi lebih, tubuhnya akan terlihat gemuk, sedangkan pada anak denganm status gizi buruk terlihat sangat kurus dan kelihatan sakit (Azwar, 2004; Ermaneti, 2008).Status gizi balita yang tidak seimbang menyebabkan proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak akan terganggu. Status gizi yang buruk diawali dengan terganggunya keseimbangan antara intake energi dan protein yang kurang dibandingkan dengan pengeluaran dalam waktu lama, sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan energi protein (KEP) berat atau gizi buruk (Tumiar, 2008). Gizi buruk diartikan sebagai keadaan kekurangan gizi yang sangat parah yang dapat dinilai dengan pengukuran antropometri atau terdapat tanda-tanda klinis seperti marasmus, kwasiorkor, dan marasmik-kwasiorkor (Depkes RI, 2000). Sejumlah penelitian kesehatan menunjukan bahwa kekurangan gizi pada balita, khususnya pada bayi, terutama disebabkan oleh kondisi ibu hamil yang kurang gizi. Kekurangan gizi pada bayi pertama kali ditunjukan dengan berat lahir yang kurang dari 2.500 gram (berat badan lahir rendah/BBLR) (deritana et al., 2004). Kondisi KEP lebih sering terjadi pada masa balita berdampak serius terhadap kondisi kesehatan anak maka penilaian status gizi dan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang menyertainya perlu dipertajam (Arisman, 2004).

II.1.3. Penilaian Status GiziPenilaian tumbuh kembang dilakukan untuk menentukan apakah pertumbuhan seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik. Anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisika-psikososial yang adekuat (Soetjiningsih, 1995). Ada tiga macam kondisi dalam penilaian status gizi :1. Ditujukan untuk perorangan atau untuk kelompok masyarakat.2. Pelaksanaan pengukuran : satu kali atau berulang secara berkala.3. Situasi dan kondisi pengukuran baik perorangan atau kelompok masyarakat: pada saat kritis, darurat, kronis dan sebagainya.Dengan memperhatikan ketiga macam kondisi tersebut, beberapa penilaian status gizi dapat diaplikasikan, seperti penapisan (screening), penilaian status gizi perorangan untuk keperluan rujukan, dari kelompok masyarakat atau dari puskesmas, dalam kaitannya dengan tindakan atau intervensi. Dapat pula digunakan untuk keperluan pemantauan pertumbuhan anak, dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk penilaian status gizi pada kelompok masyarakat dalam rangka mengevaluasi suatu program atau sebagai bahan perencanaan atau penetapan kebijakan (Deritana et al., 2004).Status gizi dapat dinilai secara langsung maupun tidak langsung.1. Penilaian secara langsungPenilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 macam cara penilaian yaitu pengukuran antropometri, penilaian klinis, biokimia dan biofisik (Soetjiningsih, 1995; Supariasa et al., 2002).a. AntropometriAntropometri secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri telah lama dikenal sebagai indikator penilaian status gizi perorangan maupun kelompok. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi kotor tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (WHO, 1995). Pengukuran antropometri mempunyai tiga tujuan yaitu mengukur status nutrisi, status pertumbuhan (meliputi lingkar kepala/LK, lingkar dada/LD, panjang badan/PB, tinggi badan/TB, dan berat badan) dan komposisi tubuh (meliputi tebal lipatan kulit/TLK tunggal atau multiple untuk penilaian lemak tubuh, rasio lingkar pinggang/pinggul dan lemak tungkai, lingkar lengan atas/LLA untuk menilai massa tanpa lemak, lingkar lengan otot atas/LOLA dan luas otot lengan atas) (Supariasa,et al., 2002; Deritana et al., 2004; Gibson, 2005).b. Penilaian klinisPenilaian klinis dapat dilakukan karena terjadi perubahan fisik yang terjadi akibat ketidakcukupan zat gizi dan dilakukan oleh seorang individu dalam pelayanan medis. Riwayat medis (dari anamnesis dan rekam medis) dan pemeriksaan fisik merupakan metode klinis yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda (pengamatan obyektif yang dilakukan dokter/petugas kesehatan) dan gejala (manifestasi yang dilaporkan oleh pasien) yang berhubungan dengan malnutrisi. Anamnesis yang dilakukan meliputi berat lahir, riwayat makan, keadaan gizi ayah dan ibu dan lain-lain.c. Penilaian BiokimiaPenilaian status gizi dengan biokimia (biokimia statis) adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yakni darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Jenis pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan kadar hb, serum protein, hormon dalam darah dan lain-lain.Metode ini digunakan untuk dapat mendeteksi lebih dini sebelum terjadi manifestasi sindrom klinis dan sebagai suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (tahap kedua dan ketiga dalam perkembangan defisiensi gizi). Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia fisiologis dapat lebih banyak menolong dalam penetapan kekurangan gizi secara spesifik (Soetjiningsih, 1995; Supariasa et al., 2002).d. Penilaian biofisikPenentuan status gizi secara biofisik atau tes biokimia fungsional adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan. Tes fungsional secara lanjut dapat dikategorikan menjadi tes fisiologis dan perilaku fungsional. Tes ini semakin banyak digunakan, tidak hanya untuk mendeteksi tahap akhir pada perkembangan defisiensi gizi tetapi juga mengukur status gizi yang dihubungkan dengan kesehatan optimal dan pengurangan resiko penyakit kronis. Umumnya metode penilaian ini dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa et al., 2002; Firdaus, 2008). Kesimpulan yang bisa diambil dari pengukuran dengan tata cara klinis adalah tentang diagnosis kerja yang meliputi corak pertumbuhan, hasil proses pertumbuhan dan perawatan. Juga dapat disimpulkan status gizi dari pengukuran tersebut (Samsudin, 1995).2. Penilaian secara tidak langsungPenilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu metode konsumsi pangan/survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Metode konsumsi pangan adalah suatu metode penentuan status gizi masyarakat secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan mencari data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode recall 24jam, food records dan weighing method. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan maupun cara memperoleh pangan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency questionnaire dan dietary history. Statistik vital adalah cara penilaian status gizi dengan analisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Faktor ekologi berhubungan dengan kurang gizi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, lingkungan dan budaya. Ketersediaan makanan sangat bergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, cuaca, irigasi dan lain-lain. Oleh karena itu faktor ekologi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi dimasyarakat (Supariasa et al., 2002).3. Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik BalitaUntuk mengetahui tumbuh kembang anak, terutama pertumbuhan fisiknya, digunakan parameter-parameter tertentu yang melibatkan beberapa jenis ukuran antropometrik. Di Indonesia ukuran antropometrik yang paling umum dan sering digunakan, baik dalam kegiatan program maupun penelitian pada balita dan anak, adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas(LLA), lingkar kepala(LK) dan lipatan kulit.a. Berat Badan (BB) : Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting karena merupakan cerminan peningkatan ataupun penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh seperti tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lain sehingga ukuran ini selalu dinilai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Keunggulan ukuran ini adalah sensitif terhadap perubahan sedikit saja misalnya saat anak terserang penyakit infeksi atau mengalami penurunan nafsu makan yang terkait dengan keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Kerugiannya adalah indikator BB ini tidak sensitif terhadap proporsi tubuh. Bayi dan anak diukur berat badannya tanpa memakai baju atau memakai baju ringan seminimal mungkin (1 lapis) tanpa memakai sepatu (Soetjiningsih, 1995; Supariasa et al., 2002).b. Tinggi badan (TB) : Tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting dan memiliki keunggulan yaitu meningkat terus pada masa pertumbuhan sampai tinggi maksimal yang dapat dicapai. Tinggi badan mencerminkan ada tidaknya gangguan pertumbuhan fisik pada masa yang telah lewat dan digunakan sebagai perbandingan terhadap perubahan relatif seperti terhadap BB dan LLA. Kerugiannya adalah perubahan tinggi badan relatif pelan sehingga sulit diukur dengan tepat dan kadang membutuhkan lebih dari seorang petugas pengukur. Istilah panjang badan (recumbent lenght) digunakan pada anak dengan umur kurang dari 2 tahun dan diukur dengan menempatkan anak pada posisi tiduran dengan kepala difiksasi dan kaki diluruskan lalu diukur dengan menggunakan infantometer. Panjang badan diukur dari kepala hingga kaki. Istilah tinggi badan (stature) lebih tepat digunakan pada anak umur 2 tahun keatas dan diukur dengan menempatkan anak dalam posisi berdiri. Tinggi badan sebaiknya diukur dengan stadiometer. Pada saat pengukuran dilakukan kepala tegak, bahu dan pantat menyentuh dinding, anak diminta melihat lurus ke depan dan posisi kaki lurus berdiri tegak (Soetjiningsih, 1995).c. Lingkar lengan atas (LLA) : lingkar lengan atas digunakan karena mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh bila dibandingkan dengan berat badan. LLA dipakai untuk menilai keadaan gizi atau tumbuh kembang pada kelompok umur pra sekolah. LLA juga berguna sebagai alternatif indeks status gizi apabila pengukuran berat badan dan tinggi badan sulit dilakukan. Keuntungan penggunaan LLA adalah alatnya murah, dapat dibuat sendiri, mudah dibawa, cepat penggunaannya dan dapat digunakan oleh tenaga yang tidak terdidik. Kerugiannya adalah LLA hanya untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi berat dan sukar menentukan pertengahan LLA tanpa menekan jaringan dan hanya digunakan pada umur 1-3 tahun (Soetjiningsih, 1995; Riyadi, 2001).d. Lingkar kepala (LK) : lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala ataupun peningkatan ukuran kepala atau ukuran kepala yang lebih kecil dari normal (mikrosefali). Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Pertumbuhan LK yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan. Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dan menentukan KEP anak. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada diukur dengan pita pengukur yang tidak molor.e. Lipatan Kulit : tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subsskapular merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecakupan energi. Dalam keadaan defisiensi, lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan. Tebal lipatan kulit diukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lenganm subscapila dan daerah pinggul, penting untuk menilai kegemukan. Penilain pertumbuhan anak dengan metode antropometrik merupakan komponen esensial dalam surveilan kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi, interpersonal, dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada pertumbuhan anak. Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan (growth chart), dilengkapi dengan alat timbangan yang akurat, papan pengukur, stadiometer dan pita ukur.Ukuran antropometri gizi tersebut juga digunakan dalam parameter pertumbuhan fisik balita dan dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi : Ukuran yang tergantung umur (age dependence) yaitu : berat badan terhadpa umur (BB/U), tinggi/panjang badan terhadap umur (TB/U atau PB/U), lingkar kepala terhadap umur (LK/U), lingkar lengan atas terhadap umur (LLA/U). Indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinngi badan (BB/TB). Indeks TB/U adalah pengukuran pertumbuhan linier. Indeks BB/TB adalah indeks untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi secara kronis atau akut. Di antara keempat ukuran tersebut yang paling sering digunakan adalah indeks BB/U dan TB/U (Supariasa et al., 2002). Berat badan terhadap umur (BB/U) : cara ini lazim digunakan untuk mengetahui status gizi anak balita (0-5 tahun). Penilaian dilakukan dengan menghitung persentase pencapaian BB standar berdasarkan usia anak. Kelebihan indeks BB/U :a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum,b) Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis,c) Sangat sensitif terhadap perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan.Sedangkan kekurangan pengukuran BB/U adalah :a) Dapat mengakibatkan interprestasi status gizi yang salah bila terdapat edema maupun asites, b) Pada daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatataan penduduk yang belum memadai,c) Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk balita (di Indonesia data umur yang akurat sulit diperoleh),d) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti pengaruh pakaian yang tidak dilepas atau gerakan anak saat ditimbang,e) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orangtua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap sebagai barang dagangan (Soekirman, 2000). Tinggi badan terhadap umur (TB/U) atau panjang badan terhadap umur (PB/U) mempunyai kelebihan, diantaranya :a) Dapat memberikan gambaran yang baik terhadap status gizi masa lampau,b) Ukuran panjang atau tinggi dapat dibuat sendiri,c) Mudah dibawa dand) Dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk.Adapun kelemahan dari indeks antropometri ini adalah :a) Tinggi badan tidak cepat naik dan tidak mungkin turun sehingga tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini,b) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan orangtua untuk melakukannya,c) Sering dijumpai kesalahan pada pembacaan skala ukur terutama bila dilakukan oleh petugas non profesional, dand) Ketepatan umur sulit didapat (Soekirman, 2000).

Ukuran yang tidak tergantung umur yaitu indeks berat badan terhadap tinggi/panjang badan, indeks LLA terhadap TB, LLA dibandingkan terhadap standar baku dan lain-lain. Diantara ukuran yang tidak tergantung umur, yang paling banyak digunkan terkait penentuan status gizi adalah indeks BB/TB (Soetjiningsih, 1995). Berat badan terhadap tinggi badan atau panjang badan (BB/TB atau BB/PB) : cara ini dapat digunakan untuk mengetahui status gizi anak tanpa membedakan jenis kelamin. Indeks ini memiliki beberapa kelebihan yaitu :a) Tidak memerlukan data umur,b) Dapat membedakan proporsi badan gemuk, normal dan kurus,c) Dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lalu, d) Dan dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk,Kekurangannya adalah :a) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, sedang ataupun tinggi menurut usianya,b) Dalam praktek pengukuran tinggi badan atau panjang badan pada balita tidaklah mudah,c) Tidak dapat memberikan gambaran keadaan gizi saat ini, d) Memerlukan 2 macam alat ukur,e) Pengukuran memerlukan waktu yang lebih lama,f) Memerlukan 2 orang untuk pengukuran,g) Sering terjadi kesalahan dalam membaca hasil pengukuran terutama bila dilakukan oleh petugas non profesional. Pengukuran antropometri yang dilakukan ditingkat puskesmas adalah dengan melakukan penimbangan pada balita dan dikategorikan menurut umur sebagaimana yang tertuang dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) pada balita (Soekirman, 2000).Dengan menggunakan parameter pertumbuhan fisik anak terdapat beberapa langkah penting dalam manajemen tumbuh kembang anak sebagai hasil resume dari manajemen tumbuh kembang secara keseluruhan, yaitu : Pengukuran antropometri : berat, tinggi, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan, tebal kulit. Penggunaan kurva pertumbuhan anak (KMS,NCHS) Penilaian dan analisa status gizi dan pertumbuhan anak Penilaian perkembangan a nak, dan maturasi Intervensi (Preventif, Promotif, Kuratif, Rehabilitatif) (Narendra, 2005).4. Klasifikasi status giziDengan menggunakan cara statistik dan juga gejala klinis, status gizi/pertumbuhan balita dapat ditentukan. Tujuan semua cara klasifikasi tersebut adalah untuk menentukan anak-anak perlu mendapat perhatian khusus karena pertumbuhannyayang kurang baik. Beberapa klasifikasi yang sering dipakai antara lain adalah klasifikasi yang berpatokan pada indeks BB/U, antara lain :a) Klasifikasi menurut Gomez (didasarkan pada berat badan individu dibandinkan dengan berat badan yang diharapkan pada anak yang sehat yang seumur), sebagai baku patokan dipakai persentil 50 baku Havard dan diekspresikan dalam presentase terhadap median (lihat Tabel 1); b) Klasifikasi menurut Jelliffe (serupa dengan klasifikasi Gomez hanya berbeda cut off point presentasenya);c) Klasifikasi menurut WHO dengan baku NCHS (disebut juga standar WHO-NCHS, ditentukan dengan persentil ke-5 sebagai batas gizi baik dan kurang serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.Untuk klasifikasi yang berpatokan pada indeks lainya (TB/U dan BB/U) digunakan beberapa cara termasuk salah satunya adalah berdasar baku NCHS (persentase terhadap median) yang ditetapkan WHO yang kadang masih disebutkan dalam sumber acuan penelitian status gizi balita di Indonesia (Soetjiningsih, 1995).Tabel 3. Klasifikasi menurut Gomez untuk status gizi (terkait KEP)Derajat KEPBerat Badan % Baku Havard

0 = Normal 90%

1 = Ringan89 75 %

2 = Sedang74 -60 %

3 = Berat 60%

Tabel 4. Klasifikasi berdasarkan presentase terhadap median baku WHO-NCHSSatus GiziIndeks

BB/UTB/UBB/TB

Gizi baik>80%>90%>90%

Gizi sedang71-80%81-90%81-90%

Gizi kurang61-70%71-80%71-80%

Gizi buruk60%70%70%

Menurut surat Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 920/Menkes/SK/VIII/2002. Sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi serta hasil temu pakar gizi di Indonesia bulan Mei tahun 2000 di Semarang tentang Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun, standar baku antropometri yang digunakan secara nasional di Indonesia disepakati menggunakan standar WHO-NCHS yang tidak lagi menggunakan presentasi terhadap median melainkan menggunakan Z-score.Cara perhitungan Z-scoreZ score = Nilai individu subyek Nilai median baku rujukanNilai simpang baku rujukan (SD)(Supariasa et al., 2002)

Dengan menggunakan Z-score, standar baku klasifikasi status gizi balita yang secara resmi digunakan dan disepakati di Indonesia adalah sebagai berikut :Tabel 5. Klasifikasi Status Gizi Balita berdasarkan baku antropometri WHO-NCHSIndeksStatus GiziAmbang batas

Berat Badan menurut Umur (BB/U)Gizi lebihGizi baikGizi kurangGizi buruk>+SD-2 SD s/d +2 SD-2 SD s/d -3 SD-3 SD

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)NormalPendek (stunted) -2 SD-2 SD

Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)GemukNormalKurus (wasted)Kurus sekali>+SD-2 SD s/d +2 SD 3 Kali35.35.377.2

0 Kali1322.822.8100.0

Total57100.0100.0

Penyakit Apa Yang Paling Seri Dialami Dalam 3 Bulan Terakhir

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidTB11.81.81.8

Diare1119.319.321.1

ISPA2950.950.971.9

Lain-lain47.07.078.9

Tidak Ada1221.121.1100.0

Total57100.0100.0

1. Analisis Hubungan antara Riwayat Sakit Balita Dalam 3 Bulan Terakhir dengan Status Gizi Balita Berdasarkan BB/UStatus Gizi Balita * Apakah Anak Pernah Mengalami Sakit Dalam 3 Bulan Terakhir Crosstabulation

Count

Apakah Anak Pernah Mengalami Sakit Dalam 3 Bulan TerakhirTotal

YaTidak

Status Gizi BalitaSevere Underweight9312

Underweight718

Normal25833

Obese314

Total441357

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square.565a3.904

Likelihood Ratio.6333.889

Linear-by-Linear Association.0181.893

N of Valid Cases57

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .91.

2. Analisis Hubungan antara Frekuensi Sakit Balita Dalam 3 Bulan Terakhir dengan Status Gizi Balita Berdasarkan BB/UStatus Gizi Balita * Berapa Kali Anak Sakit Dalam 3 Bulan Terakhir Crosstabulation

Count

Berapa Kali Anak Sakit Dalam 3 Bulan TerakhirTotal

1 Kali2 Kali3 Kali> 3 Kali0 Kali

Status Gizi BalitaSevere Underweight4320312

Underweight410218

Normal9961833

Obese102014

Total18131031357

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square14.049a12.298

Likelihood Ratio13.61912.326

Linear-by-Linear Association.2441.621

N of Valid Cases57

a. 16 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .21.

3. Analisis Hubungan antara Penyakit Yang Paling Sering Dialami Dalam 3 Bulan Terakhir dengan Status Gizi Balita Berdasarkan BB/UStatus Gizi Balita * Penyakit Apa Yang Paling Seri Dialami Dalam 3 Bulan Terakhir Crosstabulation

Count

Penyakit Apa Yang Paling Seri Dialami Dalam 3 Bulan TerakhirTotal

TBDiareISPALain-lainTidak Ada

Status Gizi BalitaSevere Underweight0172212

Underweight123118

Normal08161833

Obese003014

Total1112941257

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square12.644a12.395

Likelihood Ratio11.36312.498

Linear-by-Linear Association.0031.959

N of Valid Cases57

a. 16 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .07.