laporan elektif ikm - nuklear adiwena (07711204f

21
LAPORAN PROGRAM ELEKTIF “Peranan Dan Efektifitas Media Konseling (Flipchart) Terhadap Peningkatan Daya Tangkap Konseli Dalam Pemahaman Mengenai Konsep Pedoman Umum Gizi Seimbang Di Puskesmas Sragen” Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Disusun Oleh: Nuklear Adiwena 07711204 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: nuclearadiwena

Post on 27-Oct-2015

163 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

elektif

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

LAPORAN PROGRAM ELEKTIF

“Peranan Dan Efektifitas Media Konseling (Flipchart) Terhadap Peningkatan

Daya Tangkap Konseli Dalam Pemahaman Mengenai Konsep Pedoman Umum

Gizi Seimbang Di Puskesmas Sragen”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Disusun Oleh:

Nuklear Adiwena

07711204

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

Peranan dan Efektifitas Media Konseling (flipchart) Terhadap

Peningkatan Daya Tangkap Konseli Dalam Pemahaman Mengenai

Konsep Pedoman Umum Gizi Seimbang di Puskesmas Sragen

Nuklear Adiwena1 Nur Wulandari 2

Abstrac

Aim : to see and review the effectiveness of counseling by using the media

presentation

Methods: This paper addendums mini research with qualitative observational

methods to approach interpersonal depth interviews and questionnaires

Results: The results of in-depth interviews showed that counselors have

difficulty in disseminating information without media presentation, while the results of

the questionnaire to the respondent (the counselee) showed that the use of media

presentation improve reception information to the counselee.

Conclusion: The use of flipchart as a media presentation in nutrition counseling

facilitate the provision and receipt of information regarding the relevant matter

Page 3: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu

negara berkembang yang masih

menghadapi permasalahan serius

mengenai gizi. Dalam permasalahan

tersebut terdapat 2 hal utama yang harus

dihadapi, yaitu gizi kurang (termasuk

stunting) dan gizi berlebih (termasuk

obesitas). Tidak hanya berhenti pada kedua

hal tersebut, permasalahan gizi mulai

merebak dan meluas berkaitan dengan

meningkatnya permasalahan penyakit

tidak menular (PTM) dan penyakit

menular (PM).

Hal ini jelas berkaitan dengan

permasalahan gizi itu sendiri, munculnya

PM salah satunya diakibatkan karena

imunitas tubuh yang kurang baik dan

imunitas itu sendiri dipengaruhi secara

langsung oleh asupan gizi.

1 Dokter Muda Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Indonesia

2 Dokter Puskesmas Sragen

Sedangkan berkaitan dengan PTM,

seperti penyakit jantung koroner, kanker,

diabetes, dan penyakit-penyakit lain akibat

gangguan metabolik lebih dipengaruhi

pada pola makan makanan yang tidak

sehat. Terlebih lagi kondisi ini diperburuk

oleh keadaan terkait perilaku individu

yang tidak sehat, antara lain makan

makanan yang tidak sehat, merokok,

alkoholisme, serta menghirup udara

berpolusi.

Hal ini telah dibicarakan lebih luas

dalam berbagai penelitian di dunia salah

satunya adalah dalam Sidang Kesehatan

Dunia pada tahun 2004 oleh WHO, telah

mengesahkan Global Strategy on Diet,

Physical Activity and Health sebagai

tindak lanjut Laporan Kesehatan Dunia

tahun 2002 yang telah menjelaskan dengan

rinci dan detail mengenai hubungan antara

pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik

dengan kejadian Penyakit Tidak Menular.

Di indonesia sendiri pemerintah telah

mencanangkan Strategi Nasional

Penerapan Pola Konsumsi Makanan Sehat

dan Aktifitas Fisik untuk mencegah PTM

sebagai tindak lanjut dari gerakan global

tersebut.

Lebih jauh dalam kerangka kerja

WHO dijabarkan bahwa kedua faktor

risiko ini dikenal sebagai faktor risiko

umum ‘common risk factor’ bersama

dengan konsumsi alkohol, merokok, umur

dan faktor genetik. Faktor risiko umum ini

jika tidak dicegah dapat memicu timbulnya

faktor risiko lain yang lebih berbahaya

antara yaitu hipertensi, kadar lemak darah

tinggi, kadar gula darah tinggi, serta

kegemukan dan obesitas. Logikanya

apabila faktor-faktor risiko ini dapat

Page 4: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

diketahui lebih dini, maka tindakan

intervensi yang tepat dapat dilakukan

sehingga PTM dapat dicegah atau paling

tidak mengurangi komplikasi penyakit.

Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data

Riskesdas 2007, ternyata sebanyak 93.6

persen masyarakat Indonesia kurang

mengkonsumsi sayur dan buah. Penelitian

ini juga mengemukakan bahwa 48.2 persen

penduduk Indonesia yang berusia lebih

dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas

fisik. Persentase faktor risiko ini hampir

sama pada kelompok penduduk kaya

maupun kelompok penduduk miskin.

Pendekatan terpadu untuk merubah

perilaku masyarakat agar mengkonsumsi

makanan beragam, bergizi seimbang dan

aman disertai aktivitas fisik yang cukup

dan teratur akan memberikan dampak

sangat bermakna bagi penurunan beban

PTM di masa mendatang. Bukti ilmiah

saat ini menjelaskan bahwa kebiasaan

makan sehat dan peningkatan aktivitas

fisik dapat mengurangi risiko diabetes

sebanyak 58 persen, risiko tekanan darah

tinggi sebanyak 66 persen, risiko serangan

jantung serta stroke sebanyak 40-60

persen, dan mengurangi sepertiga dari

semua penyakit kanker.

Begitu halnya pula dalam mengatasi

perihal penyakit menular (PM), asumsinya

dengan makan makanan yang sehat dan

bergizi tentu saja akan terhidar dari

berbagai penyakit menular atau paling

tidak meningkatkan sistem kekebalan

tubuh sehingga tidak gampang terserang

penyakit, mengingat negara indonesia

merupakan negara tropis yang memiliki

banyak sekali varian-varian bakteri dan

virus sebagai agen infeksi PM.

Dalam uraian diatas menjadi penting

untuk melakukan intervensi berupa

pendekatan terpadu untuk merubah

perilaku masyarakat agar mengkonsumsi

makanan sehat yang beragam, bergizi,

seimbang dan disertai pelaksanaan

aktivitas fisik yang cukup dan teratur serta

meninggalkan pola hidup yang tidak sehat

seperti merokok dan alkoholisme.

Intervensi tersebut secara nyata adalah

tindakan konseling gizi, sebagai sarana

pendekatan terpadu tersebut. Man to man

approach (konseling individu) atau man to

mass approach (penyuluhan) manjadi

tindakan yang efektif dan efisien dalam

implementasi dari Strategi nasional

Indonesia mengenai pola konsumsi sehat

dan aktifitas fisik

Namun dalam penerapannya, tindakan

konseling banyak menemui permasalahan.

Permasalahan tersebut berkaitan dengan 2

unsur utama tindakan konseling, yakni

konselor (pemberi konseling) dan konseli

(klien/pasien). Masalah yang berkaitan

dengan konselor berakitan dengan jumlah

pelaksana konselor gizi itu sendiri dan

kemampuan konseling masing-masing

konselor yang berbeda-beda, sedangkan

Page 5: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

berkaitan dengan konseli adalah tingkat

pendidikan yang berbeda dan kurangnya

antusiasme dalam memahami topik yang

disampaikan.

Oleh karena itu perlu dlakukan sebuah

metode khusus yang dapat mengatasi

kedua hal itu bersamaan, baik

permasalahan konselor maupun konseli itu

sendiri. Salah satu solusinya adalah Media

presentasi yang baik, jelas, menarik namun

sederhana dan mudah dibawa kemana saja,

yakni dengan media flip chart atau

counsellor cards.

Tulisan ini akan sekaligus mengamati

dan menelaah secara kualitatif mengenai

efektifitas media presentasi flip chart

terhadap tingkat kepahaman para konseli

kaitannya dengan materi gizi seimbang.

Metode dan Subyek

Desain Penelitian. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif yang

bersumber pada data primer dari sudut

pandang partisipan yang dalam hal ini

adalah konselor dan konseli. Pendekatan

yang digunakan mengarah pada

pendekatan induktif yang holistik untuk

menemukan fakta-fakta lapangan

mengenai kendala dan hambatan serta

fenomena lapangan yang terjadi di dalam

pelaksanaan konseling itu sendiri.

Subyek. Subyek penelitian atau partisipan

adalah para konselor yang merupakan ahli

gizi diinstansi terkait dan para pelaksana

konseling yang terdiri atas berbagai

disiplin ilmu dalam lingkup puskesmas

Sragen, yang kedua adalah konseli yakni

para klien atau pasien yang akan diedukasi

bekaitan dengan permasalahan gizi

Materi Konseling. Materi konseling

merujuk pada materi dasar mengenai gizi

dan sumber-sumber gizi dan pedoman dari

pemerintah Republik Indonesia dalam hal

ini adalah departemen kesehatan sebagai

pelaksana pusat yang telah mencanangkan

pedoman-pedoman mengenai gizi

seimbang yang telah tertuang pada

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

yang dikeluarkan pada tahun 1995. PUGS

yang dimaksud dijabarkan dalam 13 pesan

dasar, antara lain :

1. Makanlah Aneka Ragam Makanan

2. Makanlah Makanan untuk

Memenuhi Kecukupan Energi

3. Makanlah Makanan Sumber

Karbohidrat, Setengah dari

Kebutuhan Energi

4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak

sampai Seperempat dari Kecukupan

Energi

5. Gunakan Garam Beryodium

6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi

7. Berikan ASI Saja pada Bayi sampai

Berumur 4 Bulan

8. Biasakan Makan Pagi

9. Minum Air Bersih, Aman, dan

Cukup Jumlahnya

Page 6: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

10. Lakukan Kegiatan Fisik dan

Olahraga Secara Teratur

11. Hindari Minuman Beralkohol

12. Makanlah Makanan yang Aman bagi

Kesehatan

13. Bacalah Label pada Makanan yang

Dikemas

Pengumpulan Data. Dilakukan dengan 2

cara yaitu observasi pelaksanaan konseling

dan metode depth interview kepada 2

orang konselor di Puskesmas Sragen dan

konseli. Wawancara dengan konseli

dengan menggunakan paduan kuisioner

yang telah disiapkan sebelumnya kepada 4

orang konseli gizi.

Pengumpulang data dilakukan selama

6 hari dari tanggal 27 Mei 2013 – 1 Juni

2013 di Puskesmas Sragen.

Uji Validitas Kuesioner. Tidak dilakukan

pengujian validitas dan reabilitas kuesioner

secara statistik hanya berdasarkan

pendapat 2 orang ahli yang telah ditunjuk

sebelumnya, dikarenakan keterbatasan

waktu penelitian.

Analisis Data. Dalam analisis data primer

tersebut menggunakan model Colaizzi

(1978, dalam Streubert & Carpenter,

2003).

Langkah-langkah analisis data

kualitatif dari Colaizzi adalah sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan fenomena yang

diteliti.

2. Mengumpulkan deskripsi

fenomena melalui pendapat atau

pernyataan partisipan.

3. Membaca seluruh deskripsi

fenomena yang telah disampaikan

oleh semua partisipan.

4. Membaca kembali transkrip hasil

wawancara dan mengutip

pernyataan-pernyataan yang

bermakna dari semua partisipan.

5. Menguraikan arti yang ada dalam

pernyataan-pernyataan signifikan.

6. Mengorganisir kumpulan-

kumpulan makna yang terumuskan

ke dalam kelompok tema.

7. Menuliskan deskripsi yang

lengkap.

8. Menemui partisipan untuk

melakukan validasi deskripsi hasil

analisis.

9. Menggabungkan data hasil validasi

ke dalam deskripsi hasil analisis.

Hasil

Depth interview. Pelaksanaan wawancara

secara mendalam dilakukan terutama

kepada para konselor yang mengadakan

konseling kepada pasein. Terhadap 2 orang

konselor didapatkan beberapa kendala dan

hambatan dalam pelaksanaan konseling itu

sendiri, antara lain :

1. Konselor kesulitan dalam

mengemukakan gambaran rinci

mengenai materi yang disampaikan.

Page 7: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

2. Konselor kesulitan dalam

menyampaikan istilah-istilah dan

materi medis berkaitan dengan gizi

agar mudah dipahami oleh pasien.

3. Konselor merasa khawatir atas

perbedaan persepsi antara materi

yang disampaikan dengan

pemahaman pasien.

4. Terdapat perbedaan persepsi dan

penyampaian materi yang dilakukan

oleh konselor satu dengan yang lain.

5. Penyampaian materi terkadang

dirasa tidak runut, dan sistematis

serta dirasa terdapat beberapa hal

yang terlewat untuk disampaikan.

Kuesioner. Pelaksanaan dan pengisian

kuesioner dilakukan terutama kepada para

pasien atau konseli setelah mengikuti

konseling oleh petugas, sebanyak 4 orang

yang datang dievaluasi dengan diberikan

kuesioner dengan metode direct person to

person yang artinya pemahaman isi

kuesioner langsung disampaikan dan

ditanyakan kepada para responden oleh

peneliti.

Terhadap 4 responden tersebut dibagi

menjadi 2 kelompok, yang pertama

kelompok konseling tanpa intervensi

berupa media presentasi flipchart dan

kelompok kedua dilakukan konseling

dengan media presentasi flipchart. Setelah

dilakukan konseling dengan 2 metode

tersebut kemudian peneliti megajukan

pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang

bertujuan untuk meneliti dan mengamati

keadaan pasien setelah melakukan

konseling dengan petugas.

Dari pengisian kuesioner tersebut

didapatkan data yang dipaparkan dalam

tebel sebagai berikut :

Tabel 1. Kuiesioner Sederhana Tingkat Kepahaman Pasien Konseling Tanpa Flipchart

No Item Pertanyaan Poin Jawaban

Ya Cukup Tidak

1. Tahukah anda tujuan dari konseling? 2

2. Apakah anda mengerti secara keseluruhan materi yang

disampaikan?

1 1

3. Bagaimana cara penyampaian pemateri menurut anda? 2

4. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerima

materi yang diberikan?

2

5. Dapatkah anda menyebutkan kembali poin-poin penting

dalam materi

1 1

Page 8: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

Tabel 2. Kuesioner Sederhana Mengenai Tingkat Kepahaman Konseling Dengan Flipchart

No Item Pertanyaan Poin Jawaban

(koresponden)

Ya Cukup Tidak

1. Tahukah anda tujuan dari konseling? 2

2. Apakah anda mengerti secara keseluruhan materi yang

disampaikan?

1 1

3. Bagaimana cara penyampaian pemateri menurut anda? 1 1

4. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerima materi

yang diberikan?

2

5. Dapatkah anda menyebutkan kembali poin-poin penting

dalam materi

1 1

Dari data diatas kemudian

ditabulasikan secara sederhana, dengan

cara skoring. Dimana untuk setiap jawaban

Ya memperoleh poin 3, jawaban cukup

memperoleh poin 2, dan jawaban tidak

memperoleh skor poin 1.

Skoring dilakukan pada masing-

masing responden, kemudian dijumlahkan

dengan nilai skor apabila <10 maka

dianggap kurang, dan bila skor >10 maka

dianggap baik, dengan nilai maksimal

adala 15 dan nilai minimal 5.

Penentuan skoring yang demikian

dimaksudkan untuk memudahkan dalam

pembacaan data sehingga proses analisis

dapat semakin mudah dan sederhana,

sehingga dapat diamati dan dianalisis

sesuai nilai skoringnya. Dari data tersebut

diatas kemudian disajikan dalam bentuk

chart dan diperoleh data sebagai berikut :

Gambar 1. Konseling Tanpa FlipChart

Page 9: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

Gambar 2. Konseling dengan FlipChart

Skoring Kuesioner. Dari total 4

responden, terbagi menjadi dua kelompok.

Yang pertama kelompok konseling tanpa

flipchart dan yang kedua kelompok

konseling dengan Flipchart.

Dari hasil analisis pada kelompok pertama

(tanpa flipchart), didpatkan dari 2

responden, responden 1 mendapatkan skor

9 dari penjumlahan skor masing-masing

item pertanyaan, dan responden kedua

memperoleh skor yang sama yakni 9 poin.

Apabila diintepretasikan maka diperoleh

hasil bahwa kedua responden (1 dan 2)

mendapatkan poin masing-masing 9 poin

yang berarti nilai tersebut dibawah poin 10

yang berarti tingkat kepahamannya

dikategorikan kurang.

Sedangkan dari analisis kelompok kedua

(dengan flipchart) didapatkan pada

responden 3 dengan total skor 13 poin dan

reponden 4 dengan total skor 12 poin.

Artinya bahwa amsing-masing responden

memiliki skor > 10 yang bermakna bahwa

tingkat kepahaman responden setelah

konseling dengan flipchart dalam kategori

baik.

Diskusi

Dalam mini riset yang telah

dilakukan kami menemukan 5 hambatan

utama dalam pelaksanaan konseling tanpa

flipchart. Dari kelima hal tersebut dapat

ditarik sebuah garis besar permasalahan

yang ada yaitu kendala komunikasi katif

antara konselor dan konseli, dimana

perbedaan tingkat pengetahuan menjadi

dasar utamanya. Konseling sendiri

merupakan proses pemberian informasi

objektif dan lengkap, dengan panduan

keterampilan interpersonal, yang bertujuan

untuk membantu seseorang mengenali

kondisinya saat ini, masalah yang sedang

dihadapi dan menentukan jalan keluar atau

upaya untuk mengatasi masalah tersebut

(Sulastri, 2009).

Hal ini pun dibuktikan dengan

penerimaan informasi saat konseling yang

kurang mengena kepada konseli, yang

diperoleh dari hasil kuisioner diatas. Yang

mana menunjukkan secara nyata bahwa

pendekatan menggunakan media

presentasi (flipchart) lebih efektif dan

meningkatkan pemahaman dan

penyampaian materi. Hal serupa

diungkapkan para konselor, menanggapi

perihal penggunaan flipchart. Meskipun

beberapa materi yang dipaparkan terdapat

sedikit kekurangan, namun secara umum

penggunaan flipchart melebihi ekspektasi

harapan para konselor yang merasa puas

dapat menyampaikan informasi yang jelas

kepada konseli.

Konseling merupakan hubungan

man to man approach, atau pendekatan

interpersonal sehingga komunikasi antara

Page 10: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

konselor dan konseling haruslah terjalin

efektif agar penerimaan informasi dapat

berjalan baik. berbagai macam kendala

dalam komunikasi adalah permasalahan

persepsi dan visi, terutama pada

komunikasi audio saja.

Tentu saja apabila maksud yang

disampaikan berbeda dengan persepsi yag

ditangkap akan menimbulkan kerancuan

dan salah paham sehingga konseling tidak

dapat memenuhi tujuan utamanya yaitu

untuk membantu pemberian informasi, dan

akhirnya maksud dan tujuan konselor tidak

dapat tersampaikan dengan baik.

Konseling sangat erat kaitannya

dengan metode pembelajaran manusia

yang pada dasarnya terdiri dari 3 hal,

audio, visual, dan psikomotor atau

perpaduan dari ketiganya. Konseling

sendiri dasarnya adalah pembelajaran

secara audio, karena penyaluran informasi

terjalin karena dialog interaktif antara

konselor dan konseli, namun pada

perkembangannya tentu saja tidak dapat

mengandalkan hanya pada metode audio

saja. Perbedaan tingkat pendidikan,

perbedaan daya tangkap, serta perbedaan

dalam membentuk persepsi masing-masing

manusia berbeda-beda, baik itu konselor

sendiri maupun konseli.

Antar konselor pun dapat memiliki

persepsi dan pemahaman yang berbeda

dikarenakan hal yang sama pula. Sehingga

perlu dilakukan standarisasi materi dan

pemateri itu sendiri. Namun dalam

perjalannya setelah standar materi

(pedoman) terbentuk, muncul

permasalahan mengenai metode

penyampaian informasi konselor satu dan

yang lain yang berbeda-beda, kemampuan

dalam public speaking yang berbeda tentu

saja dapat menimbulkan miss perception

dikalangan konseli.

Sehingga perlu metode media

presentasi yang baku dan terstandar yang

dapat digunakan konselor dan dapat

dipahami oleh konseli.

Salah satunya adalah dengan

menggunakan flipchart. Yang merupakan

rangkuman dari pedoman-pedoman atau

materi-materi baku yang disusun

sedemikan rupa hingga mempermudah

pemahaman dan penyamapaian materi.

Tentu saja ini merupakan langkah

penggabungan antara pembelajaran

metode audio-visual.

Dengan demikian dimaksudkan

dengan adanya media presentasi ini arus

informasi yang disampaikan oleh konselor

akan menjadi sama dengan penerimaan

konseli, lebih lagi penggunaan media ini

akan mempermudah konselor

menyampaikan materi secara baik,

sistematis dan menghilangkan

kemungkinan adanya miss information

(informasi yang terlewat), dengan harapan

persepsi yang diberikan akan sama dengan

persepsi yang diterima dan persepsi

Page 11: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

masing-masing konselor akan sama

sehingga tujuan konseling akan dapat

tercapai sepenuhnya.

Kesimpulan

Konseling merupakan pendekatan

interpersonal yang diunakan untuk

menyampaikan informasi yang lengkap

dan akurat serta bertujuan untuk

mempengaruhi kliennya sehingga dapat

mengikuti sesuai informasi yang diberikan.

Dengan menggunakan media presentasi

flipchart pada konseling ternyata

mempermudah arus pertukaran informasi

dari konselor kepada konseli. Sehingga

proses konseling menjadi lebih dinamis,

satu persepsi, akurat dan lengkap.

Referensi

Budiyanto, 2002. Dasar-dasar ilmu gizi

Universitas Muhammadiyah Malang

Edisi Revisi

Ine Indrati Sigit. 2013. Gaya Baru

Konseling Gizi Yang Efektif. diunduh

dari http://gizi.depkes.go.id/gaya-

baru-konseling-gizi-yang-efektif

diakses pada tanggal 29 Mei 2013.

Cokroaminoto. 2013. Langkah analisis

data kualitatif. Diunduh di

http://www.menulisproposalpenelitia

n.com/2013/03/langkah-analisis-

data-kualitatl.html diakses pada

tanggal 28 Mei 2013.

Hariyanto. 2012. Metode Penelitian

Kualitatif. Dapat diunduh di

http://belajarpsikologi.com/metode-

penelitian-kualitatif/, diakses pada

28 Mei 2013.

Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan

Teori dan Apliksi. Jakarta : Rineka

Cipta

Notoatmojo S. 2003.Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Suherman. 2012. Konsep Dasar Konseling.

Dapat diunduh di

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.

_PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBI

NGAN/195903311986031-

SUHERMAN/

KONSELING_(KONSEP_DASAR)

_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf

diakses pada 29 Mei 2013.

Strategi Nasional Penerapan Pola Makan

Sehat dan Aktifitas fisik. Dapat

diunduh di http://gizi.depkes.go.id/

diakses pada 28 Mei 2013

Soeharjo, 1992. Perencanaan Pangan Dan

Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.

Tarwojo S. 1998. Dasar-Dasar Gizi

Kuliner. Jakarta : PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Page 12: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

Jadwal Kegiatan Elektif IKM 27 Mei – 1 juni 2013

“Peranan dan Efektifitas Media Konseling (flipchart) Terhadap Peningkatan Daya

Tangkap Konseli Dalam Pemahaman Mengenai Konsep Pedoman Umum Gizi

Seimbang”

Hari Tanggal Waktu Jenis Kegiatan

27 Mei 2013 08.00-10.30 WIB Pemagangan di Program gizi Puskesmas

11.00-12.00 WIB Observasi konseling

28 Mei 2013 08.00-10.00 Pemagangan di Program gizi Puskesmas

10.00-12.00 Wawancara depth interview dengan PJ

Program dan konselor

29 Mei 2013 08.00-10.00 Pemagangan di Program gizi Puskesmas

10.00-12.00 Wawancara dengan respoden

30 Mei 2013 08.00-12.00 Pemagangan di Program gizi Puskesmas

dan try out flip chart sementara.

Wawancara dengan responden

31 Mei 2013 08.00-12.00 Pemagangan di Program gizi Puskesmas

Page 13: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

dan try out flip chart sementara.

Konsultasi dengan pembimbing dan revisi

flipchart sementara

1 Juni 2013 08.00-12.00 Sosialisasi flipchart dan aplikasi

Lampiran

Gambar 1. Uji Coba Flipchart pada Pasien

Page 14: Laporan Elektif Ikm - Nuklear Adiwena (07711204f

Gambar 2. Penyerahan Media Flipchart Kepada Pihak Puskesmas