laporan hasil penelitian 2013 - pdf

65
1 KODE 622/Ilmu Komunikasi LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING REPRODUKSI LOKALITAS BAHASA DAERAH DALAM KELUARGA ORANG TUA BEDA SUKU DI KOTA KENDARI TIM PENGUSUL Dra.Hj. Erni Qomariah,M.Si (Ketua) NIDN 0001016723 Marsia Sumule Genggong,S.Sos,M.I Kom (Anggota) NIDN 0004037606 Dewi Anggraini,S.Sos,M.Si (Anggota) NIDN 0003087701 UNIVERSITAS HALUOLEO NOVEMBER 2013

Upload: ricky-redox

Post on 08-Feb-2016

151 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

1

KODE 622/Ilmu Komunikasi

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH BERSAING

REPRODUKSI LOKALITAS BAHASA DAERAH

DALAM KELUARGA ORANG TUA BEDA SUKU

DI KOTA KENDARI

TIM PENGUSUL

Dra.Hj. Erni Qomariah,M.Si (Ketua) NIDN 0001016723

Marsia Sumule Genggong,S.Sos,M.I Kom (Anggota) NIDN

0004037606

Dewi Anggraini,S.Sos,M.Si (Anggota) NIDN 0003087701

UNIVERSITAS HALUOLEO

NOVEMBER 2013

Page 2: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

2

Page 3: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

3

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih

sayangnya, penelitian yang berjudul “ Reproduksi Lokalitas Bahasa Daerah Dalam

Komunikasi Keluarga Orang Tua Beda Suku di Kota Kendari” yang dibiayai oleh

DIPA Universitas Halu Oleo Tahun anggaran 2013 dapat diselesaikan.

Dalam penulisan laporan penelitian ini Tim peneliti mendapat bantuan

dari berbagai pihak baikdari pihak informan maupun dari pemerintah kelurahan di

Kota Kendari. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak

yang membantu hinggapenyelesaian laporan penelitian ini. Namun penulis

menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu kritik dan sumbang saran pembaca akan menjadi

masukan yang sanhgat berharga.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian mengenai “

Reproduksi Lokalitas Bahasa Daerah Dalam KomunikasiKeluarga Orang Tua

Beda Suku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam menjaga kelestarian

budaya local sebagai pendukung terselenggaranya pembangunan nasional dan

pembangunan daerah.

Kendari, November 2013

Tim Peneliti

Page 4: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

4

ABSTRAK

Penelitian ini berupaya menelusuri penggunaan bahasa daerah dalam

keluarga yang orang tuanya berbeda suku di Kota Kendari. Lingkungan

perkotaan yang sudah modern dan terjadi pembauran berbagai suku akan

memberikan kecenderungan pemakaian bahasa daerah yang sudah kurang

digunakan. Dengan demikian akan berdampak kepunahan bahasa daerah dan

boleh jadi nantinya generasi selanjutnya sudah tidak dapat mengenali dan

mengetahui lagi tentang bahasa daerah kedua orang tuanya. Kecenderungan

lain yakni adanya persaingan antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia

sebagai bahasa alternative yang sudah sangat dikenali dan dipahami oleh

masyarakat dari berbagai suku di Indonesia. Disisi lain adanya fenomena

bahasa asing yang semakin diminati juga oleh kalangan generasi muda akan

semakin mempengaruhi eksistensi bahasa daerah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi komunikasi, dengan

Metode pengumpulan data observasi partisipan, wawancara yang mendalam .

Dengan menetapkan informan secara purposive, pemilihan metode ini dilakukan

karena tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mendalam

tentang pentingnya penggunaan bahasa daerah yang dimulai dari lingkungan

keluarga sehingga dapat melestarikan budaya local.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungannya penggunaan

bahasa daerah dalam keluarga yang orang tuanya berbeda suku itu masih tetap

digunakan untuk sebagian besar informan namun hanya salah satu bahasa daerah

saja yang digunakan tidak keduaanya. Penggunaan bahasa daerahnya bersifat pasif

artinya hanya bisa memahami namun tidak mampu untuk mengucapkannya secara

spontan dan aktyif. Peran serta orang tua yang berbeda suku dalam hal

melestarikan bahasa daerah tersebut yakni :1)memberikan perhatian dengan tetap

berbahasa daerah kepada angggota keluarga meskipun dalam beberapa kosakata

yang sederhana sehari-hari. b) Berupaya senantiasa membangun interaksi dengan

sesame keluarga atau komunitas masyarakat dari daerah yang berbeda. Dengan

Page 5: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

5

demikian akan membuat pemahaman secara berangsur-angsur oleh angota

keluarga terhadap bahasa daerah kedua orang tuanya yang berbeda.

Page 6: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

6

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul

Halaman Pengesahan ................................................................................ i

Daftar Isi .................................................................................................... ii

Abstrak ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Rumusan Permasalahan ................................................................ 4

B. Tujuan Khusus .............................................................................. 4

C. Urgensi (Keutamaan Penelitian) .................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

A. Komunikasi Keluarga .................................................................... 6

B. Bahasa Non Verbal Dala Konteks Komunikasi Antar Budaya . 10

C. Kerangka Teori .............................................................................. 14

D. Penelitian Pendahulu .................................................................... 18

E. Penelitian yang diusulkan dalam penelitian ini ........................... 19

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 20

A. Metode Penelitian yang digunakan .............................................. 20

B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 20

C. Informan Penelitian ...................................................................... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 21

E. Teknik Keabsahan Data ................................................................ 21

1. Teknik Keabsahan Data Kualitif ............................................ 21

2. Uji Keabsahan Data ................................................................ 21

3. Teknik Analisis Data ................................................................ 22

BAB IV HASIL YANG DICAPAI ............................................................ 23

4.1. Letak Geografis Dan Jumlah Kec. Kota Kendari.…….… 23

4.1.2. Jumlah Kecamatan di Kota Kendari………………..……. 24

4.2. Penggunaan Bahasa Daerah Pada Keluarga

Yang Orang Tuanya Berbeda Suku di Kendari…………. 28

4.3. Pesan Orang Tua Beda Suku Dalam

Melestarikan Bahasa Daerah……………………………… 42

BAB V RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 54

Daftar Pustaka ………………………………………………………....... 53

Lampiran - Lampiran …………………………………………………... 57

Page 7: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

7

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki banyak suku dimana tiap suku memiliki budaya

masing-masing termasuk didalamnnya bahasa. Bahasa suku kemudian menjadi

bagian dari tiap orang dari suku itu dan akan terbawa juga saat ia melakukan

migrasi atau perpindahan ke tempat lain.

Kota Kendari dan sekitarnya termasuk daerah urban yang menjadi tujuan

migrasi banyak orang dari berbagai suku. Didaerah ini banyak suku berbaur

menjadi satu. Masyarakat kota Kendari menjadi kompleks dengan berbagai

macam suku baik yang berasal dari daerah sekitar propinsi Sulawesi Tenggara

maupun dari luar propinsi Sultra seperti misalnya dari Sulawesi Selatan, Ambon

maupun dari pulau Jawa dan Bali. Kondisi ini menyebabkan perlunya kehadiran

lingua franca atau bahasa umum sebagai bahasa komunikasi yang bisa digunakan

dan dipahami oleh berbagai suku. Bahasa Indonesia tampil untuk mengisi posisi

teretsebut dan kemudian mendapat posisi yang cukup dominan dalam masyarakat

urban.

Kehadiran bahasa Indonesia sebagai jembatan komunikasi antar suku

memang suatu hal yang sangat membantu. Namun ada hal lain yang harus

diperhatikan yaitu tumbuhnya persaingan antara bahasa Indonesia dan bahasa

daerah masing-masing suku. Situasi ini menimbulkan pertanyaan apakah bahasa

daerah masih tetap digunakan dan diturunkan kepada generasi selanjutnya sebagai

bagian dalam usaha pemertahanan bahasa daerah tersebut terutama pada keluarga

dengan pasangan yang berbeda suku yaenng berarti memiliki bahasa daerah yang

berbeda.

Tetap diturunkannya kemampuan berbahasa kepada generasi selanjutnya

memegang peranan penting dalam pemertahanan bahasa daerah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan bahwa apabila suatru bahasa tidak diturunkan kepada anak-

anak atau kepada generasi berikutnya maka bahasa tersebut akan punah dalam tiga

generasi yang diawali dengan adanya peralihan bahasa ( Fishman dalam Diane

Neilson,2007:24). Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena anak-anak (generasi

Page 8: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

8

kedua) akan menjadi pengguna yang sangatb pasif. Dalam artian mereka sudah

tidak lagi menggunakn bahasa tersebut secara aktif atau bahkan sudah tidak

menggunakan bahasa suku mereka sama sekali. Berarti genberasi kedua ini tidaak

akan mempunyai kemampuan terkait dengan penggunaan bnahasa daerah.

Sehingga generasi ketiga sama sekali tidak akan pernah mengetahui bahasa itu

sama sekali. Kondisi inilah yang membuat kepunahan bahasa daerah terjadi

karena sudah tidak ada lagi penutur bahasa daerah tersebut.

Generasi muda saat ini sedikit yang peduli terhadap bahasa ibu. Hal ini di

sebabkan karena adanya anggapan jika berbahasa daerah dianggap tidak modern

dan kampungan. Ditambah lagi dengan bermunculannya tayangan televisi maupun

acara di radio yang lebih menonjolkan bahasa campuran Indonesia dan Inggris,

juga bahasa gaul metropolitan yang banyak digunakan anak muda. Untuk itu,

diperlukan upaya serius dalam melestarikan bahasa daerah agar tetap terus

dipelihara, digunakan, dan bisa diturunkan dari generasi ke generasi.

Pernyataan tersebut diatas sangat berarti terkait dengan peranan orang tua dalam

hal ini komunikasi keluarga yang tetap mempertahankan bahasa daerah pada saat

berinteraksi sesama anggota keluarga. Ada penelitian yang menyatakan bahwa

peran ibu sangat penting dalam usaha pemertyahanan atau pewarisan budaya

bahasa daerah karena para ibu memiliki waktu yang lebih banyak dengan anak-

anak sehingga bahasa yang dipergunakan ibu saaat berkomunikasi dengan

anggota keluarga atau anak-anaknya akan menjadi bahasa yang kuat bertahan

(Boyd,2001:33, Clyne,1991).

Hal ini sangat selaras dengan pendapat yang menyatakan bahwa kaum wanita

merupakan garda terdepan dalam peletarian bahasa terkait dengan peran social

mereka sebagai pemertahanan warisan budaya dan penjaga nilai-nilai yang

terdapat dalam budaya ethnis (Winters dan Powels,2005:508-509).

Situasi yang sama juga terjadi di masyarakat Bengali di Malaysia yang diteliti

oleh Pipika Mukherjee (2003) yang menemukan bahwa para wanita dimasyarakat

ini diposisikan sebagai pemertahanan dan penyampai bahasa kepada generasi

penerus (Mukherjee,2003:150). Pendapat kedua mengenai peran ayah dalam

pemertahanan bahasa. Dapke (1990) menemukan dalam penelitiannya bahwa

Page 9: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

9

dalam keluarga campuran Jerman-Inggris yang berdomisili di Australia kualitas

input ayah lebih besar dalam penurunan kemampuan berbahasa pada anak

dibandingkan seorang ibu.

Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Dzul Riski (2012)

pada masyarakat di Kota Kendari yang menemukan bahwa keluarga sangat

berperan penting dalam melestarikan bahasa daerah terutama dikalangan remaja

melalui komunikasi keluarga yang intesnsif menggunakan bahasa daerah. Namun

disisi lain hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa para remaja sebagai

informan penelitian yang memiliki orang tua berbeda suku merasa kesulitan

memahami bahasa daerah sehingga jarang menggunakannya dalam komunikasi

sehari-hari dalam keluarga disebabkan karena perbedaan suku dari kedua orang

tua mereka.

Semua pendapat yang diperoleh dari penelitian sebelumnya ini semakin

memperkuat peran orang tua dalam hal ini keluarga dalm pemertahanan dan

pewarisan kemampuan bahasa pada anak. Peran orang orang tua ataupun keluarga

sangat penting dalam usaha pelestarian bahasa dengan menurunkan kemampuan

berbahasa kepada anak terkait erat dengan domain atau wilayah penggunaan

bahasa dalam konteks komunikasi keluarga.

Berdasarkan pengamatan awal pada lokasi penelitian yakni kelurahan Watu-Watu

Kecamatan Kendari Barat, kelurahan Sanua dan Kelurahan Mandonga terdapat

keluarga yang kedua orang tua memiliki latar belakang suku yang berbeda

sehingga kemungkinan menjadi indikasi alasan bagi anak- anak dalam keluarga

tersebut kesulitan untuk menguasai dan menggunakan kedua bahasa daerah

orang tuanya selain itu untuk menjembatani kondisi ini biasanya orangtua

menggunakan bahasa Indonesia yang dimengerti oleh seluruh anggota keluarga.

Sangat jarang mereka menggunakan bahasa daerah karena alasan perbedaan

tersebut serta kesulitan memahami bahasa daerah.

Meskipun pemakai bahasa daerah dalam lingkup kecil, namun karena bahasa

daerah adalah salah satu penjelmaan dan bagian dari suatu bentuk kebudayaan,

betapapun sederhananya tentu berharga untuk diketahui dan dipelajari demi

Page 10: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

10

perkembangan ilmu bahasa dan kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dan

utuh.

A. Permasalahan

1. Bagaimana penggunaan bahasa daerah pada keluarga yang orang tuanya

berbeda suku pada beberapa kelurahan di Kota Kendari?

2. Bagaimana peran orang tua yang berbeda suku dalam melestarikan bahasa

daerah masing-masing kepada anak-anaknya?

B. Tujuan Khusus

Pertama adalah melakukan penelaah pustaka untuk menemukan kerangka teori

dan konsep-konsep yang dapat direfleksikan dan dilaksanakan dalam sebuah

rancangan Reproduksi Bahasa Daerah dalam Komunikasi Keluarga Orang Tua

Berbeda Suku di Kota Kendari

Kedua adalah untuk mengkaitkan antara teoritis-konseptual dari kajian

bibliografi dan penelusuran nilai-nilai, norma-norma serta makna yang terkandung

dalam kata-kata setiap suku yang berbeda dengan realitas empiris pemahaman dan

penguasaan bahasa yang terjadi selama proses penggunaan bahasa daerah.

C. Urgensi (keutamaan penelitian )

1. Sebagai suatu gambaran kondisi upaya pemertahanan atau pelestarian

bahasa daerah dalam suatu keluarga yang berbeda suku.

2. Sebagai formulasi reproduksi bahasa daerah melalui pendekatan

komunikasi keluarga yang sesuai dengan karakter budaya daerah serta

menjadi bahan pemikiran bagi pengambil kebijakan dalam menyikapi

persoalan penggunaan bahasa daerah sebagai bagian dari budaya yang

perlu dilestarikan

3. Penelitian ini sebagai salah bentuk dan strategi pemertahanan bahasa

daerah dan budaya daerah dengan pendekatan yang dimulai dari keluarga

Page 11: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

11

E. Manfaat Penelitian

1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi daerah lain di

Indonesia dalam melakukan pelestarian budaya bahasa daerah dengan

pendekatan komunikasi keluarga

2. Penerapan Reproduksi Bahasa Daerah diharapkan dapat memberikan

perbaikan dalam ; (a)Pelestarian bahasa daerah; (b)Upaya mempertahankan

budaya local dari gempuran budaya-budaya asing. (c) Peningkatan

penggunaan bahasa daerah di kalangan masyarakat.

3. Melalui penelitian ini akan di buat suatu pola pelestarian bahasa daerah dan

budaya local lainnya, yang mana diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan

dalam implementasi program pembangunan berbasis budaya di wilayah lain

di Indonesia.

4. Hasil dari penelitian dapat bermanfaat bagi kalangan pemerhati, praktisi dan

peminat atau LSM tentang masalah-masalah budaya local dengan

mengedepankan solusi penyelamatan budaya bahasa daerah dengan

pendekatan komunikasi keluarga dalam mendukung pengembangan

IPTEKS Sosial Budaya di Indonesia.

Page 12: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Keluarga

Dalam pengertian psikologis, (Soelaeman, 1994) keluarga adalah

sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan

masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling

mempengaruhi, dan saling memperhatikan.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana

ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan

kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan

sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang

dalam serta saling membutuhkan.

Keluarga juga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam

masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, untuk

menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni

merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga,

yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota

lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-

nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.

Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka

hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan kaitan yang sangat

kuat sebagai berikut:

a. Hubungan suami-istri berdasarkan cinta kasih.

b. Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih-sayang.

c. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar.

d. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama.

e. Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila

berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13).

Page 13: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

13

Setiap individu dilahirkan, tumbuh, dan berkembang di dalam keluarga. Peranan

individu ditentukan adat istiadat, norma-norma, dan nilai-nilai, serta bahasa yang

ada pada keluarga itu melalui proses sosialisasi dan internalisasi.

Keluarga sebagai kelompok perantara pertama yang mengenalkan nilai-nilai

budaya kepada si anak. Disinilah anak mengalami hubungan sosial dan disiplin

pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial.

Menurut Koentjaraningrat (1990), fungsi pokok keluarga ada dua, yaitu:

a. Sebagai kelompok dimana individu pada dasranya dapat menikmati

bantuan utama dari sesamanya serta keamanan dalam hidupnya,

b. Sebagai kelompok dimana individu waktu ia sebagai anak-anak masih

belum berdaya, mendapat pengasuhan permulaan dari pendidikannya

(Posman, 1998:51).

Perlu disadari bahwa ada banyak jenis keluarga. Ada keluarga kecil dan besar,

keluarga miskin dan kaya, keluarga di desa dan di kota, keluarga yang harmonis

dan kurang harmonis, dan seterusnya. Salah satu funsi keluarga yaitu sebagai

sarana pewarisan budaya bagi individu, seperti: cara-cara pelamaran, hukum

perkawinan, pola adat menetap, sistem kekerabatan, dan sebagainya. Hal-hal yang

didapat seorang anak sebagai anggota keluarga adalah sebagai berikut:

a. Keagamaan: keluarga harus mampu menjadi wahana yang pertama dan

utama untuk membawa seluruh anggotanya melaksanakan Ketuhanan

Yang Maha Esa.

b. Kebudayaan: keluarga dikembangkan menjadi wahana untuk melestarikan

budaya nasional yang luhur dan bermartabat.

c. Kasih sayang: keluarga dikembangkan menjadi wahana pertama dan utama

untuk menumbuhkan kasih sayang sesama anggota.

d. Perlindungan: keluarga dikembangkan menjadi pelindung yang utama dan

kokoh dalam memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak.

e. Reproduksi: keluarga menjadi pengatur dan pembina reproduksi keturunan

secara sehat dan berencana, sehingga anak-anak berkualitas prima.

f. Pendidikan: keluarga sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama

dalam mengantarkan anak-anak untuk mandiri dan panutan.

Page 14: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

14

g. Ekonomi: keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit yang

mandiri dan sanggup meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.

h. Pemeliharaan lingkungan: keluarga siap dan sanggup untuk memelihara

kelestarian lingkungannya untuk memberikan yang terbaik kepada anak

cucu pada mas ayang akan datang. (Posman,1998: 61)

Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan

dengan terbuka setiap hal dalam keluarga, baik yang menyenangkan maupun yang

tidak menyenangkan. Juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga

dengan pembicaraan yang di jalani dalam kesabaran dan kejujuran serta

keterbukaan.

Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal

yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi

yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota

keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi di antara

anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.

Suasana kekeluargaan dan kelancaran berkomunikasi antara anggota keluarga

dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menyadari dan menjalankan tugas

dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya sebagai anggota keluarga

(Gunarsa, 2002:13).

Para ahli teori masa kini memandang keluarga sebagai suatu sistem menekankan

hubungan-hubungan keluarga ketimbang anggota-anggota perseorangan.

Pemahaman atas keluarga seperti ini,sebagai suatu keseluruhan ketimbang sebagai

sejumlah anggota perseorangan, mengalihkan perhatian ke pola-pola hubungan

dan siklus-siklus perilaku alih-alih sebab dan akibat: ”Setiap anggota

mempengaruhi orang-orang lainnya tapi pada gilirannya dipengaruhi oleh mereka”

(Bochner dan Eisenberg, 1987:542 dalam Mulyana, 2005:215).

Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda

dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua fungsi

komunikasi dalam keluarga, yaitu

a. Fungsi komunikasi sosial.

Page 15: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

15

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa

komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk

kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri

dari tekanan dan ketegangan. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat

bekerja sama dengan anggota masyarakat-terlebih dalam keluarga-untuk mencapai

tujuan bersama (Mulyana dalam Djamarah, 2004:37).

b. Fungsi komunikasi kultural,

diasumsikan dari pendapat para sosiolog bahwa komunikasi dan budaya

mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi.

Peranan komunikasi disini adalah turut menentukan, memelihara,

mengembangkan atau mewariskan budaya. Jika demikian, benar kata Edward T.

Hall bahwa ”budaya adalah komunikasi” dan ”komunikasi adalah budaya”.

(Djamarah, 2004:37).

B. Bahasa Verbal dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya

Bahasa juga merupakan “sarana” dalam melakukan pergaulan manusia dalam

komunikasinya. Jadi bahasa merupakan komponen budaya yang sangat penting

yang mempengaruhi penerimaan dan perilaku manusia, perasaan dan

kecendrungan manusia untuk bertindak mengatasi dunia sekeliling. Dengan kata

lain bahasa mempengaruhi kesadaran, aktivitas, dan gagasan manusia,

menentukan benar atau salah, moral atau tidak bermoral, dan baik atau buruk.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multilingua dan multicultural.

Masing-masing suku bangsa menggunakan bahasa daerahnya sebagai alat

komunikasi. Bahasa daerah dengan pendukung terbesar adalah bahasa Jawa

dengan jumlah pemakai sekitar 50 juta, yang kedua adalah bahasa Sunda dengan

jumlah pemakai sekitar 20 juta orang, yang ketiga adalah bahasa daerah Madura.

Bahasa daerah yang wilayah penyebarannya serta penggunaanya paling luas

hampir meliputi semua bandar dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara adalah

bahasa Melayu. Sejak zaman Sriwijaya bahasa ini yang dalam bentuknya

bercampur bahasa Sansekerta, telah menjadi bahasa resmi dan bahasa prasasti di

Kerajaan Sriwijaya. Kemudian penyebaran bahsa Melayu diperkuat oleh

Page 16: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

16

kekuasaan kerajaan Malaka pada abad ke- 15, Kerajaan Aceh pada zaman Sultan

Iskandar Muda pada abad ke- 17. Bahasa Melayu sejak abad ke-16 dan 17 telah

berkembang menjadi bahasa pergaulan dan bahasa perdagangan atau bahasa

perantara (lingua franca) hampir di seluruh pantai dan kepulauan Nusantara serta

sebagian Asia tenggara.

Dalam kaitan dengan ilmu komunikasi, kita menempatkan kata “verbal” untuk

menunjukkan pesan-pesan (massage) yang dikirimkan atau yang diterima dalam

bentuk kata-kata, baik lisan (oral, vocal) maupun tulisan (written, visual).

Secara etimologis, kata verbal dari bahasa verb (bahasa latin) yang berarti word

(kata). Word merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, rhema, yang berarti

“sesuatu” yang digunakan untuk menggambarkan tindakan, eksistensi, kejadian

atau peristiwa, atau “sesuatu” yang digunakan sebagai pembantu atau penghubung

sebuah predikat.

Kata “verbal” sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verebum yang sering

pula dimaksudkan dengan “berarti” atau “bermakna melalui kata”, atau yang

berkaitan dengan “kata” yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau

tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan.

Kita juga mengenal istilah verbalisme, artinya pernyataan verbal, pernyataan

dalam bentuk satu kata atau lebih kata, atau sebuah frase kata-kata. Sedangkan

verbalist mengacu pada seseorang yang sangat mengutamakan katakata verbal

dalam menjelaskan segala sesuatu.

Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan

menggunakn simbol, khususnya simbol verbal dalam pemikiran dan

berkomunikasi. Sebuah simbol adalah representasi dari sesuatu, misalnya gambar

buah apel adalah wakil dari gagasan bernama apel. Dengan cara yang sama, kata

apel adalah sebuah simbol.

Kemampuan berbicara adalah salah satu aspek dari belajar berbahasa, meskipun

hal itu kadang kala kurang penting, namun kemampuan itu harus diajarkan agar

kita dapat memahami dan menginterpretasi simbol-simbol bahasa yang telah

disosialisasikan dan kita internalisasi. Oleh karena itu, maka belajar berbahasa

sama dengan belajar berkomunikasi untuk meningkatkan kemampuan individu

Page 17: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

17

dalam menyampaikan ide/pikiran dalam makna-makna tertentu secara efektif dan

spontan.

Ada dua pandangan yang mempengaruhi defenisi bahasa. Pertama, pandangan

bahwa bahasa merupakan pernyataan tentang kesadaran yang luar biasa tentang

diri sosial (social self). Kedua, pandangan bahwa bahasa merupakan gambaran

tentang seluruh sistem pemikiran manusia. Dua defenisi itu sangat berbeda satu

sama lain, dan gagal membuat gambaran yang tepat tentang bahasa.

Menurut Social Self Defenition, bahasa adalah sistem komunikasi manusia dengan

menggunakan simbol-simbol verbal. Sedangkan menurut Whole System

Defenotion, bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam

sebuah konteks intersubjektif.

Banyak diantara kita menggunakan bahasa dalam pengertian sebuah kesadaran

sosial karena kita selalu memikirkan bagaimana menepatkan penggunaan bahasa

yang didasarkan pada kemampuan konseptual dalam konteks sosial.

Dari cara pandang Social Self itulah kita perlu menghayati betapa pentingnya

kesadaran sosial itu. Dalam kaitaanya dengan komunikasi maka defenisi pertama

Social Self mempunyai kekuatan masa depan, terutama jika dikaitkan dalam

situasi sosial tertentu.

Tanpa memperhatikan konteks sosial, bahasa apapun tidak akan ada artinya.

Perspektif kedua dari defenisi bahasa memusatkan perhatian pada tiga pusat

kesadaran pikiran manusia, yakni diri sosial, diri penggerrak syaraf, dan diri

trasendental, komunikasi tanpa transmisi informasi.

Bahasa adalah medium kesadaran, tidak sekedar mengalihkan informasi. Bahasa

menyatakan kesadaran dalam konteks sosial. Inilah media yang paling baik untuk

menyatakan sruktur kesadaran, kepercayaan, maupun peta kesadaran. Oleh karena

itu, banyak orang yang menyatakan bahwa bahasa menyatakan pikiran, dan

bahkan prosedur pengujian struktur berpikir tentang sesuatu.

Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara bahasa dengan kesadaran,

seperti dalam pernyataan “kita berbicara dengan akal melalui bahasa”. Lewat

bahasa kita mengetahui mental orang lain yang berekspresi dengan kata-kata

(emosi). Manusia tanpa bahasa, mentalnya kurang lengkap (Liliweri, 2003:134).

Page 18: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

18

Meskipun pemakai bahasa daerah dalam lingkup kecil, namun karena bahasa

daerah adalah salah satu penjelmaan dan bagian dari suatu bentuk kebudayaan,

betapapun sederhananya, tentu berharga untuk diketahui dan dipelajari demi

perkembangan ilmu bahasa dan kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dan

utuh.

Dalam suatu bahasa tentu akan terdapat rumusan nilai-nilai kehidupan masyarakat

pendukungnya, seperti adat istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata cara

kehidupan, alam pikiran, atau sikap pandangan hidup dan sebagainya yang

meliputi segala aspek maupun inspirasi kebudayaan masyarakat pendukungnya.

Manfaat dari mempelajari bahasa daerah antar lain:

a. Menemukan warisan peninggalan budaya masa lampau, yang ternyata

mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur.

b. Mengetahui bentuk-bentuk kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh

Indonesia.

c. Budaya dan bahasa daerah mengandung nilai kehidupan klasik yang murni

dan merupakan dasar-dasar kepribadian bangsa.

d. Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa

resmi negara, banyak mengambil dan menyerap kata-kata yang berasal dari

bahasa daerah (Waridah Q, dkk, 2003: 94)

C. Kerangka Teori

1. Teori Reinforcement (Teori Penguatan)

Istilah reinforcement (peneguhan atau penguatan berasal dari skinner salah

seorang ahli psikologi belajar behavioristik, dia mengartikan reinforcement ini

sebagai setiap konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah

laku tertentu. Reinforcement juga dapat diartikan stimulus yang meningkat

kemungkinan timbulnya respon tertentu.

Ketika ingin melihat keberhasilan dalam mendidik sebagai orang tua harus mampu

memberikan rangsangan atau penguatan kepada anak sehingga dalam proses

belajar anak dapat efektif, baik itu reinforcement dalam bentuk hukuman atau

Page 19: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

19

hadiah. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Kegiatan orang tua

mendidik anaknya sebagian terbesar dilakukan di rumah. Kegiatan itu hampir tak

ada yang berupa pengajaran. Bentuk kegiatan pendidik yang dilakukan orang tua

ialah pembiasaan, pemberian contoh, dorongan hadiah, pujian dan hukuman.

Alisuf Sabri mengemukakan bahwa dalam pemberian hukuman, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Hukuman harus diberikan atas dasar cinta kasih sayang

2. Hukuman diberikan karena suatu keharusan, artinya tidak ada lagi alat

pendidikan lain yang dapat dipergunakan.

3. Pemberian hukuman harus dapat menimbulkan kesan kesadaran dan

penyesalan dalam hati anak didik.

4. Pemberian hukuman harus diikuti dengan pemberian ampunan dan disertai

dengan harapan kepercayaan bahwa anak sanggup memperbaiki diri.

Dalam pemberian hukuman dalam proses sebaiknya dilakukan secara hati-

hati dan dikurangi seminimal mungkin karena apabila kurang hati-hati dan sering

memberikan hukuman dapat berdampak negatif dan perkembangan pribadi anak.

Bentuk hukuman itu sendiri berupa; hukuman badan, hukuman perasaan (diejek,

dipermalukan, dimaki) dan hukuman intelektual tampaknya lebih baik dilakukan

karena akan mengantar langsung ke perbaikan proses belajar sedangkan hukuman-

hukuman yang bersifat fisik justru akan mengganggu kasih sayang orang tua

dengan anak-anaknya, berkenaan dengan hukuman ada beberapa macam teori

yang mendasarinya yaitu sebagai berikut :

1. Teori memperbaiki, anak memperbaiki perbuatannya. Hukuman diberikan

kepada anak dengan mempertimbangkan beratnya sanski yang diberikan

sehingga anak dapat memperbaiki sikapnya karena hukuman itu.

2. Teori ganti rugi, anak mengganti kerugian akibat perbuatannya. Hukuman

diberikan kepada anak bertujuan untuk memberi pengertian kepada anak

bahwa setiap sesuatu yang dilakukan memiliki konsekuensi.

Page 20: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

20

3. Teori melindungi, orang lain dilindungi hingga tidak meniru perbuatan

yang salah. Anak diberi penjelasan tentang hal-hal (tingkah laku) yang

salah, yang mungkin baik dilihat dari orang lain.

4. Teori menakutkan, anak takut mengulangi perbuatannya yang salah. Setiap

hukuman yang diberikan seharusnya dapat membuat anak takut untuk

kembali mengulangi perbuatannya.

5. Teori hukuman alam, anak belajar dari pengalaman (hukuman).

Hendaknya hukuman yang diberikan dapat dijadikan sebagai pengalaman

bagi anak bahwa setiap kesalahan yang dilakukan akan diikuti oleh

hukuman sehingga anak berusaha untuk tidak mendapatkan hukuman itu

dengan berbuat kesalahan lagi.

Maka dengan demikian esensi dari hukuman diatas, tidak bermaksud menyakiti

anak, tetapi dilakukan untuk mendorong dan memotivasi anak untuk selalu

bertindak dan belajar yang baik serta terus berkreasi.

Hadiah (Reward). Reward adalah hadiah atau penghargaan, imbalan dan ganjaran

baik yang berupa pujian dengan kata-kata maupun dengan isyarat, senyuman,

hadiah benda-benda. Penghargaan ini adalah dasar berbaginya rasa percaya diri

akan berprestasi juga dapat menimbulkan keinginan untuk berusaha mencapai

kemajuan atau prestasi-prestasi baru, hadiah, kecil apapun adalah bentuk

kesungguhan yang dapat ditangkap oleh pemahaman anak.

Metode Pemberian Reinforcement

1. Penguatan terhadap pribadi tertentu. Penguatan terhadap pribadi tertentu adalah

cara penguatan yang dimaksudkan, jika seorang guru atau orang tua hendak

memberikan penguatan kepada siswa tertentu atas tingkah laku ditampilkannya

maka penguatan tersebut harus jelas ditujukan kepada anak yang bersangkutan.

Sehingga nantinya ia dapat merasakan secara langsung bahwa penguatan

ditujukan kepadanya.

2. Penguatan terhadap kelompok siswa/ anak. Penguatan ini tidak hanya ditujukan

kepada siswa tertentu melainkan untuk seluruh kelompok siswa atau anak yang

Page 21: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

21

berada di kelas, penguatan ini cenderung di gunakan di kelas (sekolah). Jadi

penguatan diberikan tidak didasarkan atas prestasi yang ditampilkan oleh

kelompok atau kelas yang bersangkutan.

3. Memberikan penguatan dengan segera. Salah satu penggunaan reinforcement atau

penguatan secara efektif, yaitu memberikan penguatan dengan segera setelah

munculnya tingkah laku yang diharapkan baik secara individu maupun dalam

kelas yang bersangkutan, namun perlu diketahui pemberian penguatan dengan

cepat kadang-kadang terhambat oleh beberapa faktor sehingga penguatan tersebut

ditunda pelaksanaannya.

D. Penelitian Pendahulu

Tabel 2 :

Penelitian Pendahulu

Tahun Judul penelitian Peneliti Metode Kajian dalam

penelitian

2011 Fungsi Komunikasi

Keluarga Untuk

Meningkatkan

Penggunaan Bahasa

Daerah Di Kalangan

Remaja Kota Kendari

Dzul Rifki

Arif dan

Marsia

Sumule

Kualitatif Penelitian ini mengkaji

tentang fungsi keluarga

dalam hal ini orang tua

sebagai upaya untuk

meningkatkan penggunaan

bahasa daerah pada anak

remajanya.Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa

sebagian besar remaja

partisipan penelitian ini

tidak memahami dan tidak

dapat menggunakan bahasa

daerah orang tuanya hal ini

disebabkan karena factor

orang tua yang jarang

menggunakan bahasa

daerah jika berkomunikasi

dengan remajanya dan

karena perbedaan suku

kedua orang tuanya.

Sehingga anak remaja ini

lebih sering menggunakan

bahasa Indonesia.

2010 Pemakaian Bahasa

Dalam Keluarga

Dengan Orang Tua

Suku Yang sama (

Studi Kasus)

Nia Kurnia

Sofiah

Metode

Kuantitaif

Kualitatif

Penelitian ini mengkaji

tentang penggunaan bahasa

daerah pada keluarga yang

berasal dari suku yang

sama di kota Jakarta. Hasil

penelitian ini menunjukkan

bahwa bahasa yang

Page 22: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

22

digunakan oleh keluarga

partisipan lebih dominan

bahasa Indonesia daripada

bahasa daerah meskipun

berasal dari suku yang

sama

E. Penelitian yang di usulkan dalam penelitian ini

Dari beberapa penelitian pendahulu dan sekarang dapat di jelaskan bahwa

penelitian yang akan diusulkan sebagai berikut

Tabel 3 :

Penelitian diusulkan

No Keterangan Penelitan diusulkan

1 Pendekatan Penelitian Etnografi Komunikasi

2 Metode Pengumpulan Data wawancara, Observasi, Kuisioner

3 Metode analisa data Deskriptif Kualitatif

4 Rencana arah penelitian setelah

kegiatan selesai di usulkan

Suatu bentuk penelitian uji coba

Model dalam bentuk modul yang

ditujukan di beberapa kabupaten di

Indonesia

Page 23: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

23

Road Map Penelitian

BAB III

BAB III

2010/2011 2013 2014

Penelitian tentang

Reproduksi Lokalitas Bahasa

Daerah dalam Keluarga Yang

Berbeda Suku. Penelitian ini

diharapkan dapat

mengungkapkan data

tentang sejauhmana

keluarga yang berbeda suku

orang tuanya menggunakan

bahasa daerahnya saat

berkomunikasi dengan

sesama anggota keluarga.

Penelitian ini juga ingin

melihat bahasa apa yang

digunakan dalam keluarga

yang berbeda suku. Sehingga

hasil dalam penelitian ini

diharapkan dapat

memberikan motivasi setiap

individu dalam masyarakat

untuk melestarikan budaya

bahasa lokal.

Penerapan penggunaan

bahasa daerah dimulai

dari lingkungan keluarga

sebagai upaya pelestarian

budaya local.

Tahun 2011 penelitian

tentang Fungsi

Komunikasi Keluarga

dalam meningkatkan

penggunaan bahasa

daerah di Kota Kendari.

Tahun 2010 Penelitian

tentang Pemakaian

bahasa dalam lingkungan

keluarga yang

orangtuanya memiliki

suku yang sama.

Page 24: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang digunakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

studi etnografi komunikasi. Pendekatan kualitatif adalah suatu jenis penelitian

yang kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrumen utama (hukum

instrumen) serta disesuaikan dengan situasi yang dihadapi (natural setting)

(Lincoln & Cuba, 1985 : 187).

Pendekatan kualitatif bersifat deskriptif yang bertujuan intuk memperoleh

gambaran yang lebih mendalam serta pamahaman yang holistik berdasarkan

situasi yang wajar (natural setting) dari kasus yang akan diteliti, dan peneliti

sendiri bertindak sebagai instrumen kunci untuk memperoleh data yang

dibutuhkan dalam menjawab: (1) Bagaimana sebuah keluarga yang kedua orang

tuanya berbeda suku mereproduksi bahasa daerah dalam komunikasi? (2)

Bagaimana upaya pemertahanan bahasa daerah yang dilakukan oleh orang tua

yang berbeda suku dalam sebuah keluarga?

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada 3 (Tiga) Kelurahan yakni kelurahan

Kadia,Kelurahan Watu-Watu dan Kelurahan Mandonga Kota Kendari. Persebaran

penduduk yang berbeda suku dalam sebuah keluarga sebagian besar berada dalam

lokasi yang disebutkan diatas sehingga hal inilah yang menjadi alasan pemilihan

lokasi penelitian.

Page 25: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

25

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditetapkan secara purposive sampling yang terdiri

dari keluarga yang orang tuanya berbeda suku yang berada di 3 (tiga) kelurahan

dalam Kota Kendari

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan pendekatan penelitian maka metode pengumpulan data dalam

penelitian ini yakni menggunakan metode observasi partisipan (partisipation

observation method), metode wawancara (interview method), Kuisioner serta

studi kepustakaan (library research).

E. Teknik keabsahan data

1. Teknik keabsahan data Kualitatif

Pemeriksaan keabsahan data dilakukan terhadap data kualitatif untuk menghindari

kemungkinan adanya data yang tidak akurat yang diperoleh dalam penelitian.

Lincoln dan Guba dalam Emzir (2010) mengusulkan empat Kriteria untuk menilai

kualitas penelitian kualitatif yakni Kredibilitas , Transferabilitas

Dependabilitas Konfirmabilitas.

2. Uji Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

teknik triangulasi yaitu dengan mengadakan pemeriksaan data yang diperoleh dari

subjek penelitian dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan hasil

pengamatan dan hasil kuisioner) sehingga dapat mempermudah penulis untuk

memperoleh kesimpulan data yang lebih konkrit, valid, shahih, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 26: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

26

3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu

menguraikan dan menganalisis gambaran atau teks tematik yang diperoleh dari

hasil wawancara, pengamatan. Analisis data kualitatif digunakan untuk

menganalisis pertanyaan penelitian pertama dan kedua, dengan cara

mengklasifikasikan data yang diperoleh, kemudian dianalisis sesuai dengan gejala

atau objek yang diteliti dan diinterpretasikan berdasarkan teori yang ada. Analisis

data ini dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian ini berlangsung, atau

dari awal hingga akhir. Analisis data seperti ini dilakukan secara terus menerus

sepanjang penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi acuan dalam

pengambilan data pada penelitian ini yakni :

1. Bahasa apa yang anda gunakan dalam berkomunikasi sesama anggota

keluarga sehari – hari?

2. Bahasa apa yang digunakan bapak terhadap ibu dan anak – anak saat

berkomunikasi?

3. Bahasa apa yang digunakan Ibu terhadap bapak dan anak – anak saat

berkomunikasi?

4. Dalam situasi apakah bahasa suku bapak/ibu digunakan?

5. Apakah anak – anak bapak/ibu memahami ataupun menggunakan bahasa

daerah orang tuanya?

6. Apa yang bapak/ibu lakukan agar anak-anak dapat memahami dan

menggunakan bahasa daerah orang tuanya?

7. Adakah kesulitan yang ditemui untuk membiasakan anak – anak anda

menggunakan bahasa daerah?

8. Adakah hal yang mendukung sehingga bahasa daerah bapak/ibu dapat

dipahami dan digunakan oleh anak-anak anda?

9. Apakah anda pernah berniat atau dengan sengaja mengajarkan anak anda

untuk memahami dan menggunakan bahasa daerah bapak/ibu?

10. Dari bahasa daerah ibu maupun bahasa daerah bapak, mana yang menurut

bapak/ibu paling diprioritaskan untuk dipelajari anak- anak?

Page 27: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

27

BAB IV

HASIL YANG DICAPAI

4.1. Letak Geografis dan Jumlah Kecamatan Kota Kendari

4.1.1. Letak Geografis Kota Kendari

Wilayah Kota Kendari terletak di sebelah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah

daratannya terdapat di dataran Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk

Kendari.Terdapat satu pulau pada wilayah Kota Kendari yang dikenal sebagai

Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km2 atau 0,70 %

dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Kendarii terbentuk dengan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 yang disyahkan pada

tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari.

Wilayah Kota Kendari dengan ibukotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai

ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara astronomis terletak dibagian selatan

garis katulistiwa berada diantara 30 54` 30``-4

0 3`11`` Lintang Selatan dan

membentang dari Barat ke Timur diantara 1220 23`-122

0 39` Bujur Timur.

Sepintas tentang posisi geografisnya, Kota Kendari memiliki batas-batas :

Sebelah Utara : Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe

Sebelah Timur : Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan dan

Laut Banda

Sebelah Selatan : Kecamatan Konda dan Ranomeeto, Kabupaten Konawe

Page 28: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

28

Selatan

Sebelah Barat : Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe Selatan

Dilihat berdasarkan ketinggian, wilayah Kota Kendari di atas permukaan laut,

Kecamatan mandonga merupakan wilayah tertinggi berada pada ketinggian 30

meter diatas permukaan laut. Selanjutnya wilayak Kecamatan Abeli dan Kendari

Barat berada pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut.

4.1.2. Jumlah Kecamatan di Kota Kendari

Tabel 1. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Kendari

Kecamatan Jumlah Kelurahan

Luas Wilayah

(Km2)

(%) thd

total

Mandonga 6 23,36 7,89

Baruga 4 49,58 16,76

Puuwatu 6 42,71 14,43

Kadia 5 9,10 3,08

Wua-Wua 4 12,35 4,17

Poasia 4 43,52 14,71

Abeli 13 49,61 16,77

Kambu 4 23,13 7,82

Kendari 9 19,55 6,61

Kendari Barat 9 22,98 7,77

Karakteristik Informan

Page 29: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

29

Pada penelitian ini informan diambil secara sengaja (purposive sampling) dari 3

kelurahan yakni kelurahan Watu-Watu,Kelurahan Kadia dan Kelurahan

Mandonga. Masing – masing kelurahan diambil secara sengaja 5 pasang keluarga

yang suami dan istrinya berbeda suku.Jumlah informan dalam penelitian ini 8

pasang keluarga. Sehingga jumlah informan keseluruhan yakni 16 orang.

Berikut ini disajikan dalam bentuk table frekuensi karakteristik infortman

penelitian sesuai kebutuhan penelitian yakni

Tabel 2

Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

N0 Usia Jumlah Frekuensi %

1

2

3

25-40

41-55

56-70

7

7

2

42

42

16

Total 16 100

Sumber: Data primer olahan, September 2013

Tabel diatas memperlihatkan usia informan dalam penelitian ini sebgian besar

tersebar secara seimbang dalam batasan usia 25 tahun – 55 tahun. Usia yang

dikategorikan sebagai usia produktif.sehat dan banyak kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Dengan kategori usia 25-40 tahun sebsnyak 14 informan atau

42 %, kategori usia 41-55 sebanyak 14 orang atau 42 %.Informan dengan usia

56=70 tahun sebnyak 2 oran atau 16 %.

Tabel 3

Kategori Informan berdasarkan Pendidikan

Page 30: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

30

NO Pendidikan Jumlah Frekuensi %

1

2

3

SMP

SMA

Sarjana (S1)

1

10

5

5

80

15

Junlah 16 100

Sumber: data Primer Olahan

Tabel diatas memperlihatkan tingkat pendidikan informan terbanyak

berada dalam kategori Sekolah Menegah Atas sebanyak 10 orang atau 80 %.

Informan yang berpemndidikan sarjana sebanyak 5 orang atau 15%.sedamgkan

persentase yang terkecil yakni informan dengan Tingkat pendidikan Sekolah

Menegah Pertama sebanyak 1 orang atau 5 %.

Tabel 4

Kategori Informan berdasarkan pekerjaan

No Mata Pencaharian Jumlah Frekuensi

1

2.

3

4

PNS

Pensiunan

Wiraswasta

Tidak Bekerja

2

1

8

5

12

3

42

33

Junlah 16 100

Tabel diatas memperlihatkan pekerjaan informan sebnyak 8 orang atau

42% berprofesi sebagai wiraswastawan, informan yang tidak bekerja atau sebagai

ibu rumah tangga sebanyak 5 orang atau 33 %. Bekerja sebagai Pegawai Negeri

Sipil sebanyak 2 oran atau 12 %. Dan terdapat 1 orang informan yang berstatus

pensiunan pNS

Tabel 5

Kategori Informan berdasarkan Suku

No Suku Jumlah Frekuensi

1 Muna 4 21

Page 31: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

31

2.

3

4

5

Tolaki

Buton

Moronene

Bugis

Suku Lain

2

3

1

4

2

12

18

3

24

12

Junlah 16 100

Tabel diatas memperlihatkan keberagaman suku dalam satu keluarga yakni

sebanyak 8 orang atau 24 % suku bugis menikah dengan orang yang tidak

bersuku bugis , 4 orang atau sebanyak 21 % bersuku muna, sebanyak 3 orang atau

18 % suku Buton, 2 orang atau 12 % suku Tolaki. 1 orang suku Moroenen dan 4

orang atau 12 % orang suku-sukui lain dari wilayah lain di Indonesia.

Tabel 6

Kategori Informan berdasarkan jumlah Anak dalam keluarga

No Jumlah Anak Junlah Frekuensi

1

2

3

1-2 orang

3-4

5 -7

9

5

1

60

35

15

Jumlah 15 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa infoman dalam keluraganya memiliki jumlah

anak 1 – 2 orang mendominasi presentase jumlah anak terbesar sebanyak 9

keluarga atau 60 %. Keluarga denganh jumlah anak 3-4 orang sebanyak 5

keluarga. Dan keluarga yang p-aling banyak memili,ki anak hanya 1 KK atau

15%.

HASIL PENELITIAN

1. Penggunaan bahasa daerah pada keluarga yang orang tuanya

berbeda Suku di Kota Kendari

Usia bahasa di dunia sama dengan usia manusia yang hidup diduni

Page 32: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

32

ini,Karena manusia membutuhkan bahasa sebagai medi untuk menympikn

informasi olehnya manusia berupaya mengembangkan bahasa agar dapat

memnuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan peradabannya. Semakin maju

perdaban mnusia maka semakin maju pula media komunikasi bahasa yang

diciptakan.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan

bangsa,saat ini semakin terancam dengan derasnya arus informasi dalam bahasa

asing. Dan itu berarti bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan menghadapi

gempuran bahasa dan istilah asing.

Bukan hanya bahasa Indonesia sebagai bahasa integralistik bangsa dan

bahasa asing yang saling bersaing untuk memdapatkan posisi pengutamaan

penggunaan. namun juga persaingan antara bahasa Indonesia dengan bahasa

daerah. Kenyataan sekarang bahwa fungsi dan penggunaan bahasa daerah sudah

mulai tergantikan oleh bahasa In dodnesian. Dan itu menjadi sebuah kenyataan

yang harusnya menjadi bahan perhatian bagi segenap masyarakat Indonesia.

Kondisi – kondisi informal yang semestinya menjadi ranah bahasa

daerah sudah tergantikan dengan bahasa Indodnesia. Begitu juga banyak kondisi

formal yang menjadi ranah bvahasa Indonesia sudah tergantikan oleh bahasa

Asing . Bahkan kondisi informal atau dalam lingkungan keluarga bahasa yang

digunakan sudah menjadi bahasa asing.

Penelitian ini berhasil memperoleh data dari informan yang terlibat

dalam satu ikatan keluarga dimana terbentuk dari orang tua yang berbeda suku

bahwa mayoritas jawaban mereka dalam hal penggunaan bahasa saat

berkomunikasi dalam keluarga adalah menggunakan bahasa Indonesia. Dengan

alasan bahwa perbedaan suku diantara kedua orang tua sehingga tidak saling

memahami bahasa daerah satu sama lainnya. Bahasa Inodnesia dianggap sebagai

bahasa pemersatu keluarga karena semua anggota keluarga dapat memahami dan

dapat mengucapkan bahasa Indoernsia dengan fasih.

Meskipun bahasa Indonesia dominan di gunakan dalam komunikasi sehari-hari

dalam keluarga, akan tetapi bahasa daerah yang berbeda antara suami istri tersebut

masih sesekali digunakan dalam situasi tertentu. Seperti yang terkutip dalam hasil

Page 33: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

33

wawancara dibawah ini :

Profil Informan

Hasil wawancara

a. Pasangan Informan 1

Informan ini bernama Kaharfin berusia 60 tahun, suku Muna dan pernah bekerja

sebagai PNS tapi sekarang sudah pensiun. Beralamat di jalan Amarilis kelurahan

Watu_watu Kota Kendari. Memiliki satu orang anak laki-laki berusia 20 tahun.

Berdasarkan hasil wawancara informan ini mengatakan bahwa bahasa yang sering

digunakan dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga adalah bahasa

Indonesia dan jarang menggunakan bahasa daerah Muna. Hal ini terjadi karena

sejak awal berumah tamgga dengan pasangannya mereka tidak membiasakan diri

untuk mengunakan bahasa daerah. Selain itu karena suku mereka yang berbeda

sehingga bahasa indodnesia dianfgap sebagai bahasa yang memudahkan

komunikasi dalam keluarga. Namun seiring berjalannya waktu dengan masa

perkawinan mereka yan sudah cukup lama, informan sudah mulai bisa memahami

beberapa makna kaata dalam bahasa suku Istrinya meskipun tidak bisa

mengucapkan dengan fasih. Informan bisanya menggunakan bahasa daerahnya

(Muna) kepada istrinya yang bersuku Tolaki saat-saat tertentu saja. Istri dari

informan ini bisa menguasai bahasa daerah asal sang suami. Misalnya ada hal-hal

yang penting dan rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang lain selain mereka

berdua maka informan akan berkomunikasi menggunakan bahasa daerah asalnya

dan itu dipahami dengan fasih oleh sang istri karena menguasai beberapa bahasa

daerah selain bahasa asalnya sendiri. Seperti yang ditegaskan dalam

pernyataannya dibawah ini :

“Jika ada hal-hal yang sifatnya rahasia dan hanya saya dan istri

yang tahu maka saya akan menggunakan bahasa Muna kepada dia

karena kemampuannya itu bisa menguasai beberapa bahasa yang

ada di Sulawesi tenggara ini yaitu bahasa muna, tolaki. Sehingga

saya tidak ragu-ragu kalau berbahasa daerah dengannya. Selain itu

saya lebih nyaman kalau saya gunakan bahas daerahku sendiri

karena saya tidak paham dengan bahasa daerahnya”.

Page 34: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

34

Informan mengatakan bahwa bertahun-tahun perkawinannya namun dia merasa

tidak bisa menguasai bahasa daerah istrinya karena intonasi bahasa yang terlalu

cepat dan kurang memiliki kosa kata dalam bahasa daerah istrinya jadi informan

tidak dapat bercakap-cakap dengan istrinya dengan menggunakan bahasa daerah

asal istrinya.Jika berkomunikasi dengan anaknya maka biasanya informan

dominan mengunakan bahasa Indonesia , namun sekali-kali menggunakan bahasa

daerah muna untuk hal-hal yang sederhana dalam kegiatan sehari – hari yang

diyakininya dapat dimengerti oleh anaknya.

Informan B, ibu Hasrina berusia 55 tahun,suku tolaki bekerja sebagai ibu rumah

tanga.Menurut pengakuan informan bahwa dirinya menguasai dan memahami

bahasa daerah asal suku suaminya yakni suku Muna.Selain itu pula ia juga

menguasai bahasa daerah sukunya sendiri yakni suku Tolaki. Baginya adalah

sebuah keharusan untuk menguasai bahasa dari daerah suaminya agar dapat lebih

akrab dengan keluarga suaminya juga dapat memahami bahasa daerah yang

digunakan suaminya saat mereka berkomunikasi di rumah. .

Seperti yang terkutip dalam pernyataan di bawa ini :

“Sejak saya menikah dengan bapaknya,saya sudah menguasai bahasa

daerah muna meskipun belum lancer karena saya pernah tinggal dengan keluarga

yang menikah dengan suku Muna jadi saya sudah paham sejak dulu bahasa

daerahnya.Saat saya sudah menikah bahasa muna saya semakin lancar karena

bapaknya kalau bicara dengan saya selalu pakai bahasa muna.Jadi saya bisa

menguasai bahasa muna dan bahasa tolaki. Kemampuan saya berbahasa muina

dan tolaki itu sangat menguntungkan bagi saya karena kalau saya pergi di

keluarganya bapak saya juga mengerti bahasanya mereka jadi apa yang mereka

bicarakan saya tau dan saya mudah berbicara dengan mereka menggunakan

bahasa muna. Lebih lagi kalau saya dalam keluarga yang datang dari kampungku

pembicaraan kita lancar.”

Kemampuan informan untuk mengunakan bahasa daerah asal

suaminya membuatnya lebih fasih menggunakannya sehari - hari.Dalam

Page 35: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

35

berkomunikasi dengan anaknya informan biasanya menggunakan bahasa

Indonesia karena si anak tidak mampu berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa daerah orang tuanya. Akan tetapi sering kali si anak juga diajak berbahasa

daerah namun sifatnya pasif karena hanya mampu memahami beberapa kosa kata

tetapi tidak bisa mengucapkannya dalam bentuk percakapan. Kecenderungannya

si anak hanya bisa memahami dan mengerti bahasa daerah dari pihak ibunya

yakni bahasa daerah Tolaki tetapi tidak mengerti dan menguasai bahasa daerah

dari pihak bapak dengan alas an bahasa muna itu sulit dan rumit kosa

katanya.Sehingga untuk saat ini belum banyak kosa kata dalam bahasa daerah

Muna yang di ketahui.

Namun Penggunaan bahasa daerah akan lebih terlihat sering

digunakan jika ada keluarga dari pihak suami maupun istri itu yang datang

berkunjung di rumah, kedua orang tua akan menggunakan bahasa daerah masing-

masing sehingga terkesan lebih akrab dan lebih lancar.

2. Pasangan Informan 2

Informan yang kedua ini bernama Diana, berusia 28 tahun pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga, Pendidikan SMA,beralamat di jalan Gersamata Kadia,

suku Muna dan memiliki 2 orang anak.

Menurut informan penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi keluarga mereka

lebih didominasi oleh bahasa Indonesia karena perbedaan suku informan dengan

suaminya. Bahasa suku muna sangat jarang dilakukannya dalam keluarga karena

suaminya yang bersuku Jawa (sunda) tidak berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa daerah . Penggunaan bahasa daerah hanya terjadi dan digunakan pada saat

keluarga berkunjung dari kedua belah pihak. Dalam berkomunikasi dengah anak-

anaknya juga menggunakan bahasa Indonesia demikian pula ketika berkomunikasi

dengan suami media komunikasi yangdigunakan hanya bahasa Indonesia.

Informan juga kurang mengetahui bahasa daerah suaminya karena tidak pernah

serius untuk mempelajari atau memahaminya. Seperti yang terkutip dalam hasil

wawancara dibawah ini :

“saya menggunakan bahasa Indonesia kalau berkomunikasi dengan

Page 36: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

36

suami atau anak-anak,karena saya juga tidak paham dan mengerti

dengan bahasa daerah suami (bahasa Sunda),saya Cuma mendengar

saja kalau kebetulan ada mertua atau keluarga suami yang adatang

kerumah dan mereka bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa

jawa. Tapi kalau mau ikut berbicara dengan mereka saya tidak bisa,

jadi supaya komunikasi saya denggan keliuarga suami berjalan lancar

saya gunakan saja bahasa Indonesia yang kita pahami semua artinya.

Denggan anak-anak kadang saya ucapkan kata-kata yang sederhana

dalam bahasa daerah Muna yang biasa mereka dengarkan dari sya

tapi tidak banyak hanya satu dua kata saja misalnya say menyuruh

anak saya untuk “buka pintu” dalam bahasa Muna.

Menurut informan anak-anak mereka cukup antusias kalau ibunya berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa Muna hal itu terlihat dengan mereka bertanya balik

apa arti kata yang saya sampaikan dan saya juga biasa mengajarkan mereka

tentang makna kata tersebut. Seperti yang terkutip dalam wawancara dibawah ini :

“Anak-anak juga rajin bertanya kalau saya mengucapkan bahasa muna dan

mereka minta diartikan,kadang juga dalam satu kesempatan yangtidak serius atau

bercanda saya mengucapkan satu atau dua kata dalam bahasa daerah saya

kepada anak-anak,tetapi tidak dalam kondisi serius berbicara dalam bahasa

daerah muna kepada anak-anak karena kalau lagi serius kayaknya mereka

tertekan juga”.

Menurut informan anak-anaknya lebih banyak menguasai bahasa daerah

ayahnya yakni bahasa daerah Jawa sunda karena mereka sering mendengar

bapaknya dan juga saudara-saudara suami informan bercakap-cakap di rumah.

Informan tidak pernah bercakap dalam bahasa muna karena jarang ada saudara atau

keluarga yang kerumah karena mereka semua jauh di kampung sana.Sedangkan

anak-anak informan lebih banyak bergaul dengan keluarga suami karena dekatnya

jarak mereka dengan kampung asal suami.

Page 37: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

37

Informan B

Informan ini adalah seorang pria bernama Dudung, berusia 35 tahun

pekerjaan wiraswasta,suku Jawa Sunda. Menurutnya bahasa yang paling sering dan

mayoritas dipakai pada saat mereka berkomunikasi didalam keluarga adalah bahasa

Indonesia,karena informan tidak dapat berkomunikasi dengan istri dengan

menggunakan bahasa daerah asalnya juga karena istrinya tidak mengtahui dan tidak

menguasai bahasa Jawa.Bahasa Muna sebagai bahasa daerah istri menurutnya

sangat sulit untuk dipelajari dan dipahami makna kata-katanya dan memang sekian

tahun membina perkawinan dengan sang istri tak pernah dia dapat menggunakan

bahasa daerah. Namun dalam bercaka-cakap dengan anak-anaknya seringkali

informan menyelipkan kata-kata dalam bahasa Jawa yang menyangkut kebiasan

sehari-hari atau kosakata benda dll.

Menurut informan,anak-anaknya lebih menguasai dan memahami bahasa Jawa

daripada bahasa suku ibunya,dan itu diakui oleh informan disebabkan oleh

kedekatan anak-anaknya kepada kakek dan neneknya dan keluarganya yang sering

berkunjung kerumah mereka. Jarak orang tua informan yang dekat yang

menyebabkan seringnya mereka bertemu sehingga orang tua yang masih

menggunakan bahasa daerah Jawa juga sering didengar oleh anak-anak

informan.Secara tidak langsung anak-anaknya jadi terbiasa mendengar bahasa

Jawa,bahkan mampu berbahasa Jawa meskipun tidak sempurna. Seperti yang

terkutip dalam wawancara dibawah ini :

“ Anak-anak saya itu sudah terbiasa dengar bahasa Jawa di rumah

karena kakek dan neneknya sering datang mengunjungi kami jd kalau

mereka datang biasanya kami berbahasa jawa dan anak-anak tau apa

arti percakapan kami meskipun sedikit demi sedikit. Kalau bahasa

ibunya (Muna) mereka tidak tau soalnya ibunya juga jarang memakai

bahasa daerahnya kecuali ada keluarganya yang datang.Tapi mereka

datang sangat jarang dirumah karena jaraknya sangat jauh di kampung

sana.”

Page 38: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

38

Menurut informan Komunikasi yang tidak intensif dengan keluarga istri

informan membuat baik dirinya maupun anak-anaknya kurang mengetahui bahasa

daerah sang istri selain itu banyaknya kosakata yang bunyinya sama namun

memiliki makna yang berbeda itupula yang membuat informan tidak serius untuk

mengetahui bahasa daerah istri. Seperti yang terkutip dalam wawancara dibawah ini

:

“Mertua saya dan keluarga jarang datang kerumah karena mereka

jauh di kampong raha sana jadi saya pun jarang mendengar mereka

berbahasa muna kalaupun mereka ada dirumha dan berbahasa daerah

saya agak sulit ikuti karena untuk satu bahasa punya banyak

makna,saya bingung pelajari itulah sebabnya saya tidak tau bahasa

mana”

Bahasa daerah pasangan informan yang cenderung bermakna ganda

menjadi alas an untuk tidak mengetahui dan mempelajari secara serius sehingga saat

ini jika berkomunikasi dengan istri atau keluarga hanya menggunakan bahasa

Indonesia yang dapat dipahami bersama.

3. Pasangan Informan ke 3

Informan A

Informan bernama Hartian,berusia 55 tahun,suku Tolaki,pekerjaan sebagai ibu

rumah tangga,beralamat di jalan Toarima Kel,Kadia Kendari. Memiliki 6 (enam )

orang anak.

Menurut informan meskipun dirinya menikah dengan orang yang tidak memiliki

suku yang sama dengan dirinya namun penggunaan bahasa daerah didalam keluarga

baik bahasa daerah asal suami (Muna) maupun bahasa daerah Informan tetap

berlangsung secara kontinyu,sehingga anak-anak informan pun mengetahuin bahasa

daerah kedua orang tuanya meskipun tidak fasih untuk mengucapkan. Namun anak-

anak informan lebih bvanyak menguasai bahasa daerah ibunya yakni bahsa Tolaki

Informan sendiri menguasai bahas daerah suami dan juga bahasa daerahnya sendiri

makanya ketika berkomunikasi dengan suaminya seringkali pencampuran bahas

terjadi. Seperti yang terkutip dalam hasil wawancara dibawah ini:

Page 39: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

39

“Kalau saya berbicara kepada bapak biasanya saya menggunakan

bahasa daerah bapak supaya bapak lebih mengerti dan biasanya bapak

juga membalas percakapan dengan bahasa daerah saya (Tolaki) jadi

percakapan kami itu bahasanya silang silang ,karena bapak juga

sangat mahir dengan bahasa tolaki malah lebih bagus dari orang tolaki

asli.”

Kemampuan anak-anak informan dalam menguasai bahasa daerah kedua

orang tuanya yang berbeda suku cukup baik meskipun dalam tingkat yang pasif.

Namun beberapa anak informan mampu memahami bahasa daerah ayah mereka

(bahasa muna) yang terbilang cukup sulit untuk dikuasai.Selebihnya anak0anak

informan lebih memahami bahasa daerah informan karena bahasa daerah ini yang

paling sering mereka pakai dan dengarkan sehari-hari dalam keluarga.

Informan B

Informan bernama La Kairun,usianya 58 tahun,pekerjaan sebagai

wiraswastawan,suku Muna.

Menurutnya Bahasa daerah yang dimiliki informan dianggap sulit bagi

suku-suku local d Sulawesi tenggara karena maknanya ganda,namun demikian

dalam berkomunikasi dalam keluarganya informan tetap menggunakan bahasa

daerah terutama jikabercakap-cakap dengan istrinya. Sehingga istri informan

menguasai bahasa daerah informan meskipun berbeda suku. Sebaliknya informan

menguasai bahasa daerah si istri (bahasa Tolaki) dengan fasih.Sehingga jika mereka

berdua bercakap-cakap informan dan istrinya menggunakan bahasa daerah dari

aasal pasangannya. Jadi informan berbahasa daerah Tolaki sementara si Istri

berbahasa daerah Muna. Kemampuan ini diperoleh informan karena pergaaulannya

dengan lingkungan tempat tinggalnya dulu yang didominasi suku Tolaki.Seperti

yang terkutip dalam wawancara berikut ini:

“ Kalau saya berbicara dengan mamanya anak-anak saya

menggunakan bahasa Tolaki walapun saya suku muna sementara dia

(istrinya) menggunakan bahasa muna padahal dia suku Tolaki jadi

Page 40: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

40

kita bicara selang seling pakai bahasa daerah. Saya bisa bahasa

tolaki karena dulu saya lama berteman dengan orang-orang-orang

tolaki maknya saya memilih menikah dengan perempuan suku tolaki

karena saya sudah tahu bahasa daerahnya. Lagi pula bahasa tolaki

gampang sekali untuk di pelajari tidak seperti bahasa muna.makanya

saya bisa dua bahasa muna dan tolaki.”

Penggunana bahasa daerah yang masih dilakukan dalam keluarga

informan beserta bahasa Indonesia secara bergantian menyebabkan anak-anak

informan memahami bahasa daerah kedua orang tua meskipun ada bahasa daerah

yang dianggap agak sulit untuk dipahami namun karena sering berinteraksi maka

mereka dapat memahaminya secara pasif.

Informan beranggapan bahwa dengan berbahasa daerah dalam inrtereaksi

keluarga akan semakin mengakrabkan diri dengan sesama anggota keluarga.

4. Pasangan informan ke 4

Informan A

Bernama Buldar, Informan berusia 32 tahun,suku Muna, pekerjaan

wiraswasta,beralamat di jln.Pattimura kelurahan Mandonga.

Informan memiliki 2 (dua) orang anak yang masih berusia balita.Menurutnya

penggunaan bahasa daerah di dalam keluarga mereka jarang dilakukan kecuali ada

sesuatu pembicaraan yang tidak boleh diketahui oleh orang lain selain anggota

keluarga maka digunakanlah bahasa daerah namun dalam kosakata sederhana dalam

bahasa daerah informan (Muna).Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang paling

sering dan cenderung menjadi bahasa perantara dalam komunikasi keluarga. Diakui

oleh Informan bahwa dirinya sendiri itu tidak terlalu mengetahui dan tidak paham

akan bahasa daerahnya sendiri karena sewaktu muda lebih banyak diluar kampong

halamannya karena pergi merantau ke daerah lain sehingga penggunaan bahasa

daerahnya sangat jarang dilakukannnya. Yang lebih uniknya adalah informan

mengetahui bahasa daerah suku lain yakni suku Tolaki,seperti yang dituturkannnya

dalam kutipan wawancara dibawah ini :

“bahasa suku saya (muna) sangat sedikit yang saya ketahui dan kurang

mengerti karena selain bahasanya yang sulit dan banyak artinya

Page 41: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

41

juga karena dulu waktu saya masih kecil-kecil saya tidak tinggal

dengan orang tua di kampong tapi saya tinggal di kendari dan

bergaul dengan orang-orang suku Tolaki itulah sebabnya saya lebih

fasih gubnakan bahasa tolaki jika bercakap-cakap. Selain itu bahasa

tolaki mudah sekali untuk dimengerti dan diingat artinya”.

Kesulitan dengan bahasa daerahnya sendiri menyebabkan informan tidak banyak

yang diketahui tentang bahasa daerahnya. Hingga saat dimintai keterangan

dikatakannya bahwa ketika bercakap-cakap dengan istrinya informan lebih banyak

menggunakan bahasa Indonesia karena istrinya juga tidak paham dengan bahasa

daerah meskipun bahasa daerahnya sendiri.Dengan anak-anaknya karena masih

balita jadi informan tetap mengunakan bahasa Inodnesia kadang-kadang juga

diselipkannya bahasa daerah Muna yang mencakup kegiatan sehari-hari seperti :

makan, mandi,dll.

Informan B

Informan bernama Badariah, usia 30 tahun,pekerjaan ibu rumah tangga, suku Buton.

Menurut informan bahasa daerah adalah sesuatu yang sulit dilakukannya karena itu

informan kurang mengatahui bahasa daerahnya (Buton),namun karena dia

bersuamikan suku Muna yang kadang-kadang berbicara sepatah kata dalam bahasa

Muna untuk objek yang sederhana dan sehari-hari seperti kebiasaan rutin sehingga

ada beberapa kosakata bahasa muna yang diketahuinya. Juga menariknya informan

memahami bahasa daerah suku Tolaki karena suami informan sering menggunakan

bahasa Tolaki jika mereka berkomunikasi. Seperti yang terkutip dalam wawancara

dibawah ini:

“ Untuk bahasa daerahku (buton) saya tidak terlalu mengerti

karena memang jarang digunakan dalam komunikasi kami lebih

banyak kosakata bahasa Muna dan Tolaki yang saya tahu. Suami saya

itu juga tdk teralu mengerti dengan bahasa daerah buton jadi bahasa

daerahnyalah yang serting kami dengarkan. Karena saya tau sedikit-

sedikit tentang bahasa Tolaki dan Muna maka kalau ada tamu yang

datang ke rumah maka bahasa daerah itulah yang kita gunakan

misalnya menyuruh sugukan minumaan maka bahas daerah yang

Page 42: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

42

diketahui suami dan juga saya yang akami gunakan . Selebihnya itu

kalau kami bercakap-cakap digunakan bahasa Indonesia.”

Kemampuan mengunakan bahasa daerah Tolaki dan Muna diakui penyebabnya

karena terbiasa mendengarkan suaminya berbicara dalam bahasa daerah meski

hanya beberapa kata sederhana juga karena lingkungan tempat tinggalnya yang

mayoritas suku Tolaki. Jika tetangganya berbicara dengan tetangga lainya ini

informan biasanya secara aktif menanyaklan makna kata yang diucapkan dan

berusaha mengingatnya serta mengggunakannya dimasa lain. Jika berkomunikasi

dengan anak-anaknya yang masih balita maka bahasa indoensia mendominasi

proses tersebut. Kadang-kadang informan untuk kata-kata yang sederhana jika

menyuruh anak-anaknya menggunakan bahasa muna atau bahasa Tolaki.

5. Pasangan informan ke 5

Informan A.

Informan bernama Fatma,berusia 32 tahun,bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil,

suku Moronene, memiliki 2 orang anak, beralamat di Jl. Durian Kelurahan Kadia.

Menurut informan dalam komunikasi keluarga mereka , maka bahasa yang

digunakan itu adalah bahasa Indonesia karena perbedaan suku dengan suami

informan. Pemahaman dan penguasaan bahasa daerah Moronene ataupun bahasa

bugis bersifat pasif artinya informan mengetahui arti katanya namun belum bisa

mengucapkan bahasa daerah dengan lancar atau fasih. Penggunaan bahasa daerah

informan akan terlihat sering jika ada keluarga yang datang bertamu atau

menginap beberapa hari di rumah informan itupun jika keluarga dalam jumlah

yang banyak.Seperti yang ditegaskan informan dalam kutipan wawancara dibawah

ini :

“ Bahasa morenene saya gunakan kalau ada keluarga dari

kampong yang datang itupun kalau mereka yang gunakan saya hanya

mengerti sja apa yang mereka ucapkan tapi tidak bercakap dengan

menggunakan bahasa daerah.Kalaupun mereka tidak dating ke rumah

untuk berkunjung biasanya saya mendengar ,ereka berbahasa daerah

Moronene melalui telephone yang saya gunbakan sebagai sarana

Page 43: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

43

komunikasi dengan orang di kampong. “

Informan dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya yang masih balita lebih

sering menggunakan bahasa Indoensia namun sesekali mengajarkan ke anak-

anaknya bahasa daerah Moronene sehingga ada beberapa kata kegiatan sehari-hari

dalam bahasa Moronene yang diketahui oleh anaknya yang sulung misalnya

mandi,makan, minum,tidur atau kata-kata yang menyangkut kebiasaan-kebiasaan

umum. Selain itu dukungan lingkungan sekitarnya yang mayoritas suku moronene

sehingga pergaulan teman sepermainan dan tetangga lebih banyak dari suku

Morenene. Untuk bahasa bugis anak-anak informan belum bisa mengetahui kata-

katanya namun dalam dialek jika bercakap-cakap dalam dialek bugis, yang

cenderung mengalun.

Menurut informan anak-anaknya meski usianya masih balita namun sangat mudah

meniru kata-kata dalam bahasa daerah,hanya factor kebiasaan saja agar mereka

lebih fasih dan mahir untuk dapat bercakap-cakap,seperti diungkapkan informan

bahwa beberapa waktu yang lalu anaknya yang sulung pulang kekampung

neneknya di Maros Sulsel setiap hari mendengarkan orang-orang berbicara dalam

bahasa Bugis ketika kembali ke Kendari anak informan tersebut sudah memiliki

beberapa kosakata dalam bahasa Bugis.

Informan B

Nama informan Bahtiar, berusia 35 tahun,suku bugis,pekerjaan wiraswasta

Menurut informan bahasa daerahnya yakni bahasa Bugis dapat dipahami dan

dikuasainya dengan baik karena dalam keluarganya dulu dibiasakan menggunakan

bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari. Namun ketika sudah berkeluarga hal

tersebut jarang dilakukan karena istrinya berbeda suku dengannya,apalagi informan

juga tidak mengetahui bahasa daerah asalnya si Istri.sehingga jika mereka

berkomunikasi dalam keluarga hanya menggunakan bahasa Indoenesia saja.

Penggunaan bahasa daerah itu jarang sekali me3reka gunakan dalam

berkomunikasi,kecuali jika ada keluarga dari kampong atau tamu yang bersuku

Bugis dating ke rumah maka dirinya akan berbahasa daerah. Berikut kutipan

wawancara dengan informan:

Page 44: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

44

“Kalau saya berbicara dengan istri selalu saya gunakan bahasa

indoensia karena istri tidak tau bahasa bugis demikian pula dengan

saya tidak tahu bahasa Moronene sehingga kami hanya gunakan bahasa

yang semuanya orang tahu dan pahami.Bahasa bugis itu akan saya

pakai kalau kebetulan ada orang dari suku yang sama dengan saya

dating berkunjung kerumah atau saya pergi ke kampong halaman

saya,bercakap-cakap dengan anak-anak tetap saya gunakan bahasa

Indonesia karena mereka juga belum terlalu fasih berbicara.”

Informan menegaskan bahwa bahasa daerah asal istri Moronene berproses untuk

dipahaminya karena itu untuk saat ini informan masih dalam tahap mempelajari

makna kata satu demi satu agar nanti bisa digunakan dengan lancar ketika

berkomunikasi dengan istri atau dengan keluarga istri.

6. Pasangan informan ke 6

Informan A.

Informan bernama Wa Sati,usia 40 tahun, suku Buton Tolaki,pekerjaan

wiraswasta, memiliki anak 3 (tiga) orang , alamat di Jl. Pelangi kelurahan Watu-

Watu.

Menurut informan dirinya sendiri lahir dari keluarga orang tua yang berbeda suku

yakni ibunya bersuku Tolaki sedangkan ayahnya suku Buton.Sehingga informan

memiliki kemampuan penguasaan atas kedua bahasa daerah tersebut dengan baik.

Ketika menikah informan bersuamikan pria dari suku Tolaki. Namun dalam

keseharaian berkomunikasi keluarga mereka menggunakan pencampuran bahasa

daerah Tolaki – Buton juga bahasa Indonesia. Sehingga semua anggota keluarga

memahami bahkan menguasai bahasa daerah kedua orang tua mereka walaupun

masih pasif. Seperti yang dituturkan informan dalam kutipan wawancara dibawah

ini :

“Meskipun kami berbeda suku tapi masih sering menggunakan

bahasa daerah,akan tetapi bahasa yang kami gunakan justru bahasa

daerah Tolaki sehingga kami semua menggunakannya dengan baik.”

Page 45: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

45

Menurut informan dalam keluarga mereka pencampuran bahasa baik bahasa

daerah maupun bahasa Inodnesia merupakan hal yang biasa mereka lakukan

karena semua anggota keluarga memahami bahasa daerah sehingga untuk

pemakaian bahasa daerah memang masih diberlakukan.

7. Informan ke – 7 (tujuh)

Informan ini bernama Safarudin,usia 42 tahun,suku Buton,bekerja sebagai

PNS,alamatnya di Jl. Pelangi Kel.Kadia memilki anak 3 (tiga) orang.

Menurut informan keluarga mereka yang berbeda suku tidak mempedulikan

tentang penggunaan bahasa daerah didalam keluarga mereka Artinya dengan

perbedaan suku diantara informan dan isterinya menyebabkan mereka tidak focus

pada perbedaan bahasa tersebut. Melainkan memilih bahasa Indonesia sebagai

bahasa untuk, semua orang dan dipahami oleh semua orang di Negara

ini.Sehingga untuk membuat keseragaman maka dipakailah bahasa indonesia

dalam berkomunikasi. Dalam komunikasi sehari-hari baik dengan isteri dan anak-

anaknya tidak ada bahasa daerah yang terdengar sehingga anak-anaknya tidak

mengetahui apalagi memahami bahasa daerah orang tuanya.Seperti yanf

ditegaskan oleh informan dalam kutipan wawancara dibawah ini:

“Dalam keluarga kami bahasa daerah tidak jadi prioritas ketika

kami berkomunikasi karena istri saya juga tidak bisa berbahasa

Buton dan saya juga tidak tau baerbahasa Bugis,jadi kami gunakan

saja bahasa Indoensia yang bisa dimengerti oleh semua. Pokoknya

semua bahasa Indoensia kalauupun sesekali saya berbahasa buton

itupun jika beertemu saudara sekampung atau sesuku dan dalam

acara keluarga.diluar itu tidak berbahasa daerah”

Ditegaskan informan bahwa menggunakan bahasa daerah bukanlah sebuah

keharusan,karena seiring dengan perkembangan waktu anak-anaknya bahkan

dirinya akan mampu memahami dan menguasai bahasa daerah asal istrinya atau

bahasa daerah asalnya.

Page 46: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

46

8. Informan ke 8

Informan bernama Nurmianti, usia 23 tahun,suku Wanci, pekerjaannya

wiraswasta, beralamat di Jl.Pelangi Mandonga,memeiliki anak 1 (satu) orang.

Menurut informan bahwa dalam keluarganya mereka menggunakan bahasa daerah

dan bahasa Indonesia secara bergantian sesuai dengan konteks

pembicaraan.Informan menguasai dan tahu menggunakan bahasa daerah asal

suami yakni suku Muna,Namun sang suami tidak mengetahui bahasa daerah

informan yakni bahasa Wanci. Sehingga informan dan suaminya lebih seriong

mengunakan bahasa daerah Muna daripada bahasa daerahnya sendiri. Tetapi

kepada anak mereka yang masih balita informan menggunakan bahasa Indoensia

karena si anak tidak mengerti dan tidak tau berbahasa daerah.Seperti yang terkutip

dalam hasil wawancara dibawah ini:

“Kami memang membiasakan diri menggunakan bahasa daerah

Muna jika berkomunikasi karena saya juga menguasai bahasa

daerah asal suami sehingga kami lebih akrab kalau berbivcara

dengan bahasa Muna.Sedangkan pada anak kami saya merasa

janggal karena susah dia mengerti dan tidak mau tahu tentang

bahasa daerah”

Informan memang berupaya memahami dan menguasai bahasa daerah suaminya

karena dianggapnya lebih enak berkomunikasi dengan bahasa tersebut terutama

dalam situasi tertentu perlu menggunakan bahasa daerah agar apa yang

dibicarakan tidak diketahui oleh pihak lain.

Keluarga sebagai sebuah lembaga terkecil dalam lingkungan masyarakat

memegang peran penting untuk melestarikan budaya local sehingga kelak budaya

yang dimiliki masih dapat dirasakan oleh generasi selanjutnya.Pentingnya

keluarga yang didalamnya terdiri dari anggota keluarga ayah,ibu dan anak-anak

untuk melestarikan budaya bahasa daerah dalam komunikasi sehar-hari menjadi

Page 47: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

47

hal pokok untuk melihat sejauh mana peran keluarga dalam melakukan kegiatan

tersebut

Dari hasil wawancara sebelumnya dari para informan tersebut dapat

dideskripsikan bahwa dalam berkomunikasi didalam keluaga yang orangtuanya

berbeda suku penggunaan bahasa dalam komunikasi lebih di dominasi oleh

bahasa Indonesia karena disebabkan oleh :

a. Bahasa Indonesia dipahami secara bersama dan sudah menjadi

bahasa yang diajarkan sejak dini dalam keluarga oleh karena itu sudah

dikenal dan diketahui oleh semua anggota keluarga.

Dalam keluarga yang berbeda suku kedua orangtuanya sejak awal ketika keluarga

mereka terbentuk sudah menggunakan bahasa Indonesia karena mudah dipahami

bersama dan tidak perlu lagi memaknainya secara jelas. Seperti yang diungkapkan

oleh informan Buldar yang mengatakan bahwa:

“Kalau ada yang mau dibicarakan dengan anak-anak maka

supaya mereka lebih cepat mengerti dan memahami apa yang kita

ucapkan maka lebih baik saya menggunakan bahasa

Indoensia,karena jika saya gunakan bahasa daerah untuk hal-hal

yang serius saya yakin anak-anak butuh waktu untuk mengertimapa

yang saya ucapkan sehingga pasti akan butuh waktu pula agar

mereka melakukannya.”

Informan Safaruddin mengungkapkan :

“ Karena sejak awal saya dan istri itu tidak sama maka

bahasa Indonesia menjadi pilihan, sehingga sejak kecil anak-anak

saya biasakan saja bahasa Indonesia karena untuk bahasa daerah

butuh waktu untuk pahami.”

b. Masing-masing bahasa daerah memiliki tingkat kesulitan yang berbeda

sehingga terdapat beberapa bahasa daerah Sultra yang dianggap sukar akibatnya

informan tidak tertarik untuk mempelajarinya.

Hal ini diungkapkan informan Dudung suku Jawa Sunda yang menikahi Diana

bersuku Muna,berikut petikan wawancaranya:

Page 48: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

48

“ Sudah sekian tahun saya berkeluarga tapi sampai hari ini saya

belum bisa mengerti dan menggunakan bahasa daerah Istri karena

saya rasa untuk satu kata dalam bahasa Muna membutuhkan

kemampuan tersendiri menggunakan dan mencocokkannnya dengan

apa yang kita maksudkan, terlalu banyak makna untuk satu kata

sehingga bahasa Muna bagi saya adalah bahasa yang sukar

dipahami. Membutuhkan waktu yang lama agar kita tepat

menggunakan kata-katanya”.

Lain halnya dengan informan Wa Saati yang bersuku buton berpendapat tentang

bahasa daerah yang dikuasainya:

“Saya justru kurang mengetahui bahasa daerah sendiri (buton)

namun saya lebih menguasai dan memahami bahasa daerah

Tolaki,semua disebabkan selain karena suami saya itu bersuku

Tolaki namun saya mengganggap bahwa bahasa Tolaki itu mudah

sekali tidak banyak pemaknaan,satu makna dan mudah untuk di

pelajari “

Ditambahkan informan bahwa bahasa daerah tolaki itu mudah sekali diingat

c. Faktor pembiasaan menggunakan bahasa Indoensia dalam komunikasi

keluarga.

Mengingat dalam keluarga tersebut dibangun oleh dua orang yang memilki

budaya berbeda secara otomatis akan menimbulkan kesulitan sendiri dalam

mencari kesamaan dan kenyamanan dalam berinteraksi. Sehingga akan lebih

mudah jika menggunakan sesuatu yang sifatnya berlaku secara umum. Maka

kecenderungannya pasti menggunakan bahasa Indonesia. Pertemuan antara dua

orang yang berbeda budaya dalam suatu ikatan perkawinan akan menyebabkan

ada bahasa yang paling mendominasi dan sering digunakan sehari-hari dan ada

juga bahasa daerah yang tidak rutin digunakan, semuanya tergantung pada factor

kebiasaan saja.

2. Peran Orang Tua Beda Suku Dalam Melestarikan Bahasa Daerah

Page 49: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

49

Meski berada dalam satu keluarga yang berbeda budaya namun informan dalam

peinelitian ini berupaya tetap mempertahankan budaya masing-masing dalam

kehidupan sehari-hari. Secara langsung meski tidak kontinyu orang tua yang

berbeda suku berupaya ketika berkomunikasi dengan para anggota keluarga

menggunakan bahasa daerah yang dapat dipahami oleh mereka.Seperti yang

diungkapkan oleh informan, La Kaharfin yakni:

“Saya memang tidak memaksakan anak-anak atau isteri untuk

memahami bahasa daerah saya yang memang sulit untuk dipelajari

namun saya juga tidak melarang mereka untuk dapat menguasai

bahasa daerah lain yang dapat mereka pelajari seperti misalnya

bahasa daerah Tolaki yang memang asalx istri. Untuk anak-anak

saya biarkan mereka bertemu atau berkunjung kerumah keluarga

agar dapat semakin akrab dengan saudara-saudara lainya juga

sekalian membuat mereka semakin fasih denmgan bahasa daerah

jika itu berada dikampung. Namun untuk memberikan pendidikan

atau latiha berbahasa daerah saya tidak melakukannya. Yang saya

lakukan adalah tetap berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

daerah muna kepada semua orang di rumah sehingga mereka tetap

terbiasa dengan bahasa daerah persoalan mengerti atau tidak

memang perlu waktu “

Informan lainpun menegaskan hal yang sama bahwa mereka tetap melestarikan

budaya dengan membiarkan anak-anak atau pasangan mereka berkumpul dan

berin teraksi dengan suku-suku lain sehingga bahasa daerah akan masih sering

mereka demgarkan dan terbiasa untuk memahami meski dalam taraf pasif.

Kecenderungan peran serta orang tua berbeda suku dalam sebuah keluarga untuk

tetap turut serta melestarikan budaya bahasa daerah yang berhasil didapatkan

dalam penelitian ini adalah dalam bentuk 3 aspek yakni:

1. Perhatian

Page 50: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

50

Dalam setiap proses komunikasi salah satu syarat yang membuat

komunuikasi tersebut dapat dikatakan efektif apabila ada perhatian diantara

komunikan dan komunikator. Aspek perhatian merupakan bentuk tanggapan dari

komunikan dari hasil stimulus pesan dari komunikator. Adanya perhatian dari

komunikan akan memperlihatkan pengaruh dari pesan yang disampaikan oleh

komukator.

Saat berkomunikasi dalam keluarga dengan menggunakan bahasa daerah

sebagian besar informan memberikan tanggapan bahwa mereka akan kembali

bertanya tentang bahasa daerah yang tidak di mengerti. Hal tersebut meunjukan

bahwa perhatian berupa pesan atau stimulus yang diberikan oleh komunikator

dapat diterima dengan baik, hal tersebut telah ditunjukan oleh komunikan dengan

memberikan tanggapan berupa kembali bertanya terhadap pesan yang tidak

dipahaminya.

Hal tersebut menunjukan bahwa responden tersebut memahami

tentang bahasa daerah yang diberikan oleh komunikator namun tidak membalas

komunikasi dalam berbahasa daerah, hal ini disebabkan karena kurangnya kosa

kata dalam bahasa daerah yang dimilikinya, hal ini mengharuskan agar

komunikator yakni orang tua dapat memberikan perhatian yang serius berupa

pengunaan bahasa daerah secara kontinyu dalam setiap berkomunikasi kepada

anak sehingga komunikan dapat menerima pesan atau stimulus dengan baik.

Karena dalam memahami sesuatu yang disampaikan oleh komunikator, akan lebih

efektif jika menanyakan kembali pesan yang belum dimengerti. Sehingga

komunikan tidak mudah melupakan apa yang telah disampaikan oleh

Page 51: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

51

komunikator. Ketika komunikan lebih memilih untuk menerima semua pesan

terlebih dahulu dan berusaha memahaminya sendiri, dikhawatirkan akan terjadi

kesalahpahaman dalam memahami dan memaknai pesan yang telah disampaikan

komunikator.

Oleh karena itu peningkatan stimulus berupa penggunaan bahasa

daerah terhadap responden perlu ditingkatkan. Bentuk perhatian penggunaan

bahasa daerah dalam keluarga yakni menggunakan bahasa daerah setiap

berkomunikasi sesame anggota keluarga. Hal tersebut dikarenakan proses

penyampaian pesan atau stimulus dari komunikator dapat diterima dengan baik

oleh komunikan sehingga menyebabkan adanya perhatian dari komunikan dengan

cara menggunakan bahasa daerah setiap berkomunikasi di lingkungan keluarga.

2. Pemahaman

Pemahaman responden terhadap bahasa daerah saat

berkomunikasi, mengungkapkan bahwa mereka dapat memahami pesan yang

disampaikan. Hal ini disebabkan karena proses penyampaian pesan dalam bahasa

daerah berjalan dengan baik sehingga menyebabkan perhatian dan pemahaman

oleh komunikan.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa ada juga komunikan

yang kurang memahami akan pembahasan bahasa daerah, hal tersebut terjadi

dikarenakan proses pemberian pesan dari komunikator tidak dapat diterima

dengan baik oleh komunikan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi

pada saat berkomunikasi seperti adannya suara keras dari benda elektronik

sehingga perhatian yang berikan oleh komunikan terhadap bahasa daerah tidak

Page 52: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

52

sepenuhnya yang menyebabkan komunikan kurang memahami akan pembahasan

tersebut.

3. Penerimaan

Merupakan penguatan yang diberikan terhadap komunikan yang

berupa pesan atau stimulus untuk merubah sikap atau perilaku daripada

komunikan tersebut. Sikap responden saat berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa daerah sebagian besar menyatakan sikap nyaman ketika berkomunikasi

dengan bahasa daerah. Sikap nyaman tersebut ditunjukkan ketika berkomunikasi

dikarenakan responden mampu menggunakan bahasa daerah dengan baik ketika

berkomunikasi dalam keluarga serta memahami makna dari bahasa daerah

tersebut dan juga responden memiliki penguasaan terhadap kosa kata dalam

bentuk bahasa daerah.

Sikap kurang nyaman saat berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa daerah juga ditunjukkan oleh beberapa informan Hal ini dikarenakan

pemahaman responden akan penggunaan bahasa daerah masih kurang dan

penguasaan kata dalam bahasa daerah masih kurang sehingga dalam

berkomunikasi responden menyatakan sikap kurang nyaman.

4. Intensitas interaksi dengan anggota keluarga dari kampung halaman

ditingkatkan

Infroman dalam penelitian Ini menyatakan bahwa peran serta orang tua meski

berbeda budaya dalam hal ini bahasa daerah adalah dengan memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada anggota keluarga untuk berinteraksi atau

mengunjungi keluarga di kampong halaman. Secara otomatis jika berada

Page 53: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

53

dikomunitas yang sama biasanya penggunaan bahasa daerah lebi intensif sehingga

meereka terbiasa dan bahkan dapat memahami bahasa daerah secara beramgsur-

angsur.

Page 54: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

54

BAB V

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Adapun rencana tahapan berikutnya dalam penelitian berikut yakni:

Untuk mengimplementasikan hasil-hasil temuan dalam tahap pertama yang telah

dilakukan adalah dengan melakukan pembuatan buku ajar tentang Penggunaan

bahasa Daerah Lokal Sultra Dalam Komunikasi Keluarga. Buku ajar ini akan

dijadikan bahan ajar dalam mata pelajaran muatan local di Kabaupaten yang ada

di Sultra.

Kurikulum mulok lebih bersifat domestic daripada kurikulum pendidikan

nasional. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa kampanye peeletarian

budaya local dalam bahasa daerah terpadu dalam kurikulum muatan local.

Topik-topik dalam buku ajar tersebut meliputi :

a. Pengertian bahasa daerah asal Sultra

b. Fungsi dan tujuan bahasa daerah

c. Ancaman degradasi kepunahan bahasa daerah dalam lingkungan

masyarakat

d. Pengenalan masing-masing bahasa daerah di Sultra

e. Pengucapan dan pemaknaan kata dalam bahasa daerah

Page 55: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

55

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Penggunaan bahasa daerah ketika berkomunikasi dalam keluarga yang

berbeda suku cenderung masih tetap dilakukan meskipun masih terdapat

beberapa keluarga yang jarang menggunakan bahasa daerah, hal ini

disebabkan karena a)Tingkat kesulitan bahasa daerah yang berbeda-beda

antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. b) Kurang membiasakan

diri memakai bahasa daerah,lebih memilih bahasa Indonesia.

2. Peran serta orang tua yang berbeda suku dalam melestarikan bahasa daerah

kepada generasi seterusnya adalah dengan:a) pemberian perhatian, b)

Pemahaman dan c) memberikan ruang untuk berinteraksi dengan keluarga

terdekat dari kampong.

Saran

Adapun saran yang bisa diberikan penulis dari hasil penelitian

antara lain

1. Bahwa penggunaan bahasa daerah hendaknya terus dilaksanakan khususnya

dalam keluarga sebagai upaya pelestarian budaya daerah, karena bahasa daerah

merupakan unsur penting suatu budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Selanjutnya orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga hendaknya selalu

Page 56: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

56

memberikan perhatian khusus pada anak tentang penyadaran akan pentingnya

bahasa daerah tersebut.

2. Bagi pemerintah

Agar memebrikan kebijakan khusus dalam bentuk penetapan

kurikulum local tentang pengajaran bahasa daerah disetiap sekolah-sekolah,

menyediakan tenaga pengajar di bidang bahasa daerah secara professional dan

siap pakai, serta menggiatkan penggunaan bahasa daerah dengan menetapkan hari

khusus yang hanya menggunakan bahasa daerah.

Page 57: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

57

DAFTAR PUSTAKA

Abdulla,Irwan.2010.Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan,Jogjakarta:Pustaka

Pelajar

Cangara, Hafid,2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja

Grafindo Persada.

Dayaksini Tri, 2004 Psikologi Lintas Budaya, Malang: UMM Press.

D. Gunarsa, Singgih, 2002, Asas-asas Psikologi keluarga Idaman, Jakarta:

PT.BPK Gunung Mulia.

--------------- 2003, Psikologi Untuk Keluarga, Jakarta: PT. BPK Gunung

Mulia.

Effendy, Onong Uchjana, 1990, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek,

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kurnia, Nia Sofiah. 2010.Skripsi: Pemakaian Bahasa Dalam Keluarga Yang

Bersuku Sama

Kriyantono, Rachmat, 2007, Teknik Praktis Riset Komunikasi,

Jakarta:Kencana.

Liliweri,Alo, 2003, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta:

----------------- Pustaka Pelajar Offset

---------------- 1991, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung, PT Citra

AdityaBakti

----------------- 2001, Gatra-Gatra Komunikasi antar Budaya, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

---------------- 2005, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya,

Bandung: LKIS.

Lubis, Suwardi, 2007, Sistem Komunikasi Indonesia, Medan: Bartong Jaya.

Matsumoto, Posman, 1998, Pengantar Psikologi Lintas Budaya,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Page 58: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

58

------------ 2004, Komunikasi Efektif suatu Pendekatan Lintas Budaya,

Bandung; Remaja Rosdakarya.

----------- 1993, Komunikasi Antar Budaya, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, dan Jalaluddin, 1993, Komunikasi Antar Budaya, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Nugroho, Agus, 2007, Pengantar Ilmu Budaya Insan, Jakarta: Cendikia.

Rifki, Dzul Arif. 2011 Skripsi: Fungsi Komunikasi Keluarga Dalam

Meningkatkan Penggunaan Bahasa Daerah di Kota Kendari

Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar, (Cet. I; Bandung : Pustaka Bani Quraisy,

2003), h. 78.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Cet. VI; Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2001), h. 109.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam

Keluarga. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, 1989. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan

Praktek, PT.Bina Aksara, Jakarta.

(Sumber elektronik) :

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/apa-itu-psikologi-

komunikasi.html (diakses tanggal 02 januari 2012)

http://www.scribd.com/doc/49383759/KOMUNIKASI (diakses tanggal 02 januari

2012)

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/14924/ (diakses tanggal 05 januari

2012

Page 59: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

59

Page 60: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

60

DOKUMENTASI PENGAMBILAN DATA

WAWANCARA DENGAN INFORMAN

Nama : Kaharfin Ogu

Usia : 60 tahun

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat : Jl. B. Amarilis

Jumlah Anak : 1

Suku : Muna

Suku Istri : Tolaki konawe

Bahasa yang dikuasai : Suami (Muna),,Istri (Muna dan Tolaki)

11. Bahasa apa yang anda gunakan dalam berkomunikasi sesama anggota

keluarga sehari – hari?

Page 61: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

61

Kalau yang biasa bapa sama mamamu pake hanya bahasa indonesia,,,kalau

ada yang tidak boleh di tau sama kau baru bapa pake bahasa muna,,,itupun

biasanya kalau bahasa muna yang sederhana ko masih tau juga...

12. Bahasa apa yang digunakan bapak terhadap ibu dan anak – anak saat

berkomunikasi?

Dominan bahasa indonesia,,,nanti saat – saat tertentu baru bapa pake

bahasa muna..kalau ketemu sama – samanya bapa orang muna baru sa

pake bahasa muna..

13. Bahasa apa yang digunakan Ibu terhadap bapak dan anak – anak saat

berkomunikasi?

Kalau mamamu biasanya pake bahasa indonesia,,,tapi itu mi juga mamamu

da bisa tiga bahasa kalau da lagi ingin bicara penting sama bapa da pake

bahasa muna,,kalau sama keluarganya dari kampung atau sama – samanya

orang tolaki baru da pake bahasa tolaki.

14. Dalam situasi apakah bahasa suku bapak/ibu digunakan?

Biasanya nanti pi ketemu orang yang sama – sama orang muna baru sa

pake bahasa muna,,seperti kalau ada acara keluarga,,tapi kalau dirumah

hanya sama mamamu ji bapa pake bahasa muna,,,

15. Apakah anak – anak bapak/ibu memahami ataupun menggunakan bahasa

daerah orang tuanya?

Jawab mi ko itu...sedikit..yang paling banyak ko tau itu bahasanya

mamamu sa lihat – lihat...

16. Apa yang bapak/ibu lakukan agar anak-anak dapat memahami dan

menggunakan bahasa daerah orang tuanya?

Tidak ada...adapun yang selama ini yang ko tau itu karena ko belajar

sendiri..sebenarnya kalau ko mau bisa bahasa muna atau bahasa tolaki

harusnya kita pake bahasa daerah setiap hari...

17. Adakah kesulitan yang ditemui untuk membiasakan anak – anak anda

menggunakan bahasa daerah?

Kesulitannya sebenarnya sama kau...kalau ko mau belajar pasti ko bisa

ji,,,(surveiyor: jarang berkomunikasi dengan lingkungan yang mayoritas

berbahasa daerah muna...sebagian besar bahasa tolaki diperoleh surveiyor

karena pernah tinggal di kampung orang tua (ibu) selama beberapa kali

dalam waktu berminggu – minggu).

18. Adakah hal yang mendukung sehingga bahasa daerah bapak/ibu dapat

dipahami dan digunakan oleh anak-anak anda?

Sebenarnya kalau kita biasakan pake bahasa daerah dirumah pasti ko akan

mengerti...liat itu mamamu setiap hari da pake bahasa indonesia padahal

kalau mamamu da pake bahasa muna atau tolaki setiap hari pasti ko pintar

juga bahasa muna atau bahasa tolaki.

Page 62: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

62

19. Apakah anda pernah berniat atau dengan sengaja mengajarkan anak anda

untuk memahami dan menggunakan bahasa daerah bapak/ibu?

Tidak,,,bapa tidak tau juga mau bagaimanakan,,,biasanya sa hanya bantu

artikan saja kalau ada bahasa muna yang ingin ko tanyakan..begitu juga

sama mamamu..mamamu dulu itu da tidak tau sama sekali bahasa muna

nanti pi da kawin sama bapa baru da belajar...mamamu biar salah da bicara

terus akhirnya da diketawai orang,,tapi habis diketawai da tanyakan mi apa

yang betul baru da dikasih tau sama lawan bicaranya..

20. Dari bahasa daerah ibu maupun bahasa daerah bapak, mana yang menurut

bapak/ibu paling diprioritaskan untuk dipelajari anak- anak?

Tidak ada yang diprioritaskan sebenarnya...terserah kau mana yang ko mau

pelajari..mau bahasanya mamamu (Bahasa Tolaki) atau bahasanya bapa

(Bahasa Muna).

Page 63: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

63

WAWANCARA DENGAN INFORMAN

Nama : Buldar

Usia : 32

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Patimura, Lor, Pemakaman Umum

Jumlah Anak : 2

Suku : Muna

Suku Istri : Buton

Bahasa yang dikuasai : Suami (Muna dan Tolaki),,Istri (buton)

1. Bahasa apa yang anda gunakan dalam berkomunikasi sesama anggota

keluarga sehari – hari? Bahasa Indonesia, bahasa buton sa nda

mengerti,,istri juga da tidak terlalu mengerti,,cuma sedikit – sedikit,,bahasa

Page 64: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

64

muna juga saya cuma sedikit,,da mengerti juga bahasanya sendiri sedikit

saja itupun saja cuma sama orang tuanya kalau saya tidak mengerti sama

sekali saya,,kalau saya bahasa tolaki bahasa muna sedikit – sedikit sa suka

pancing – pancing dia jadi kalau istilah sehari – hari bahasa muna bahasa

tolaki da bisa tapi kalau bahasanya dia ke saya sa tidak mengerti sama

sekali,,,

2. Dalam situasi apakah bahasa suku bapak/ibu digunakan?

Hmm...kalau ada tamu,,,kalau mau kasih eee,,,,mau suguhkan sesuatu ke

tamu supaya da tidak pahami kita mau sampaikan ke istri supaya mereka

tidak tau kita pake bahasa daerah..da mengerti ji karena istilah – istilah

umum to,,,anak – anak juga kadang begitu istilah yang mereka sudah tau

seperti larangan atau kita suruh sesuatu kadang – kadang pake bahasa

daerah,,

3. Apakah anak – anak bapak/ibu memahami ataupun menggunakan bahasa

daerah orang tuanya? Belum, karena mengingat satu kata saja itu masih

belum bisa,,(anak tertua baru masuk SD)

4. Apa yang bapak/ibu lakukan agar anak-anak dapat memahami dan

menggunakan bahasa daerah orang tuanya?

Yaa,,,dari apa namanya,,dari dialog sehari – hari saja,,suruh makan,,suruh

mandi,,kita biasakan dari yang kecil – kecil dulu,,seperti benda – benda

atau apa,,benda- benda sehari – hari,,perlengkapan sehari – hari,,

5. Adakah kesulitan yang ditemui untuk membiasakan anak – anak anda

menggunakan bahasa daerah?

Disekolahnya kan ada mata pelajaran bahasa daerah,,disekolah di SMP,

SMA kan bahasa daerah sudah tidak terlalu penting sampai perguruan

tinggi jadi kita mau ajarkan juga anak – anak tapi,,apa,,untuk apakah juga

kalau tidak sampai anu to,,,tidak dibutuhkan terus menerus cuma hanya

apa,,,,

6. Apakah anda pernah dengan sengaja mengajarkan anak anda untuk

memahami dan menggunakan bahasa daerah bapak/ibu? Tidak,,hanya

selingan saja,,selingan,,

Page 65: Laporan Hasil Penelitian 2013 - PDF

65

7. Dari bahasa daerah ibu maupun bahasa daerah bapak, mana yang menurut

bapak/ibu paling diprioritaskan untuk dipelajari anak- anak? Sama saja

tergantung anak-anak,,aman yang mereka mau pelajari,,kalau dorang

sering berkumpul sama orang muna pasti dorang belajar sendiri nanti,,atau

kalau sering mereka dibawa pulang kampung pasti mereka akan belajar

sendiri nanti.