laporan geolgi dasar vi

24
BAB VI GEOMORFOLOGI DAN FOTO GEOLOGI 5.1 Geomorfologi Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan proses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari geomorfologi. Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan latitude, ketinggian dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada. Torehan air terhadap lapisan batugamping yang keras dapat berupa aliran sungai yang permanen dan periodik, dapat juga merupakan alur drainase yang

Upload: vidi211292

Post on 05-Aug-2015

71 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Geolgi Dasar VI

BAB VIGEOMORFOLOGI DAN FOTO GEOLOGI

5.1 Geomorfologi

Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi

dan proses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan

landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk

konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku

organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan

secara sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh.

Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting

dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari

geomorfologi.

Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan

latitude, ketinggian dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan

bahwa tiap daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik

pemandangan sendiri sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda

terhadap struktur geologi yang ada.

Torehan air terhadap lapisan batugamping yang keras dapat berupa

aliran sungai yang permanen dan periodik, dapat juga merupakan alur

drainase yang melewati bagian-bagian yang lemah. Sehingga membentuk

cekungan-cekungan pada bagian yag tererosi dan meninggalkan bagian yang

lebih tinggi yang susah tererosi. Ukuran dari cekungan dan tinggian ini bisa

beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.

Geomorfologi merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana

geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari

tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan

satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan

terkecil sebagai bentuk lahan (landform). (Anonim, 2006)

Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik,

Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan

Page 2: Laporan Geolgi Dasar VI

penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi. Pengamatan dan

identifikasi bentuk lahan seperti dilakukan langsung di lapangan dengan

melakukan field trip atau dapat juga dilakukan dengan interprestasi foto udara

atau dengan Analisis Citra Satelit (ACS). Pengindraan jauh sebagai alat bantu

untuk memantau atau mengamati objek muka biumi tanpa ada sentuhan

secara langsung, anatara lain berupa foto udara atau citra satelit.

Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan jarak

jauh atau kalau menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan skala

gambar kecil. Sebaliknya untuk bentang lahan mudah diamati dari jarak dekat

atau dengan foto udara atau citra satelit dengan skala lebih besar. Dengan

pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara akan diperoleh

informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap

(landform, rock, soil, slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace,

land use).

Dengan melakukan fieldtrip akan semakin dikenal betul macam

bentuk lahan dilapangan, sehingga mudah untuk mengingatnya kembali jika

pernah melihat secara langsung dan sebagai bekal memori pada saat

melakukan Interpretasi Foto Udara (IFU).

Bentuk lahan walupun mudah diamati dengan foto udara tapi perlu

dilakukan pendekatan dengan melakukan mendatangi langsung ke lapangan

dalam bentuk kunjungan lapangan (field trip). Hal tersebut dimaksudkan

untuk lebih memastikan unsur pembentuk landform tersiri dari komposisi

atau susunan batuan apa saja. Disamping itu dengan survai lapangna akan

diperoleh beberapa kunci Interpretasi Foto Udara (IFU) dari hasil kunjungan

lapangan pada berbagai bentuk lahan yang berbeda. Sehingga dengan kunci

IFU akan diperoleh analaisis bentuk lahan yang lebih lengkap yang

merupakan satu komponen penyusun bentang lahan.

Bentuk muka bumi yang kompleks telah menjadi suatu pokok bahasan

tersendiri khususnya dalam usaha pemanfaatannya. Dalam hal ini setiap

bentukan lahan mempunyai kapasitas berbeda dalam mendukung suatu usaha

pemanfaatan yang tentunya mengarah untuk tepat guna. Sehingga dengan

tujuan sama yaitu bermaksud menyederhanakan bentuk lahan permukaan

bumi yang kompleks ini, maka pemahaman mengenai ilmu geomorfologi

Page 3: Laporan Geolgi Dasar VI

yang mempelajari bentukan-bentukan lahan menjadi sangat penting.

Penyederhanaan muka bumi yang kompleks ini membentuk suatu unit-unit

yang mempunyai kesamaan dalam sifat dan perwatakannya. Kesatuan sifat ini

meliputi kesamaan struktur geologis atau geomorfologis sebagai asal

pembentukannya, proses geomorfologis sebagai pemberi informasi

bagaimana lahan terbentuk, dan kesan topografis yang akan memberikan

informasi tentang konfigurasi permukaan lahan. Dengan adanya informasi

tersebut perencanaan penggunaan lahan secara tepat akan dapat lebih

terwujud. (Anonim, 2006)

6.1.1 Ruang Lingkup Dan Hubungannya Dengan Ilmu Ilmu Lain

Atas dasar definisi dan pengertian geomorfologi seperti yang

dikemukakan pada bagian terdahulu, maka beriktut ini disajikan tentang

ruang lingkup geomorfologi serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lain.

fisiografi merupakan studi tentang daratan, lautan, dan atmosfir.

Lautan dipelajari dalam Oseanografi, atmosfir menjadi studi

Meteorologi, sedangkan daratan merupakan obyek kajian

Geomorfologi. Dengan demikian jelaslah studi Geomorfologi

merupakan salah satu cabang dari Fisiografi yaitu tentang daratan yang

menitik beratkan pada bentuklahan penyusun konfigurasi permukaan

bumi.

Berbicara mengenai hubungan antara Geomorfologi dengan

Geologi W.M. Davis dalam Sudardja (1977: 4) menggunakan istilah

geomorphogeny dan geomorphography, karena adanya perbedaan

penekanan dalam mempelajarinya. Dimana, geomorphogeny tekanan

dalam mempelajarinya mengutamakan bentuk-bentuk muka bumi masa

lampau, yang erat hubungannya dengan geologi, sedangkan

geomorphography lebih menekankan mempelajari bentuk-bentuk muka

bumi yada ada pada masa sekarang, sehingga hubunganya dengan

geografi sangat erat. Obyek kajian Geomorfologi seperti yang tersurat

dalam definisi-definisi yang dikemukakan pada bagian terdahulu adalah

bentuklahan. Zakrezewska dalam Sutikno (1990: 2), mengatakan bahwa

Geomorfologi itu mencakaup aspek lingkungan dan aspek

Page 4: Laporan Geolgi Dasar VI

spasial/keruangan termasuk ke dalam aliran geomorfologi-geografis.

Aliran geomorfologi yang lain adalah

6.1.2 Konsep-konsep Geomorfologi

Ada sembilan aspek yang perlu dipahami dalam memperlajari

Geomorfologi, yaitu :

1. Proses Geomorfik yang bekerja pada masa geologi juga bekerja

sekarang (The present is the key to the past).

2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam

evolusi bentuk lahan, dan struktur geologi discerminkan oleh ben

tuklahannya.

3. Proses Geomorfologi meninggalkan bekas tertentu pada  bentuk

lahan dan setiap proses geomorfologi yang bekerja meninggalkan

karakteristik tertentu  pada masing-masing perkembangannya.

4. karena perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi,

maka dihasilkan urutan  bentuk lahan yang mempunyai

karakteristik tertentu pada masing-masing tahap perkembangannya.

5. Evolusi Geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan

dengan evolusi geomorfik yang sederhana.

6. Sebagian kecil bentukan di permukaan bumi lebih tua dari Tersier

dan sebagian besar lebih muda dari pleistosen.

7. Studi bentang lahan yang ada sekarang tidak akan  berhasil dengan

baik  jika tidak memperhatikan perubahan-perubahan geologi dan

iklim dimasa lampau.

8. Apresiasi iklim dunia diperlukan untuk mengetahui berbagai

variasi pentingnya perbedaan proses geomorfologi.

9. Walaupun geomorfologi menekankan bentukan yang ada sekarang,

namun untuk mengetahui secara mendalam perlu dipelajari sejarah

pembentukan bentuk lahan tersebut. (Thornbury, 1954)

Thornbury (1969) dalam buku yang berjudul Principles of

Geomorphology mengemukakan 10 Konsep dasar geomorfologi yang

berada dalam buku Principles of Geomorphology yaitu:

1. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung

selama waktu geologi.

Page 5: Laporan Geolgi Dasar VI

2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam

evolusi bentuk lahan.

3. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada

proses-proses geomorfologi yang berlangsung.

4. Proses-proses geomorfik terekam pada landforms yang menunjukan

karakteristik proses yang berlangsung.

5. Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land

forms yang terbentuk.

6. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks.

7. Objek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari

Pleistosen.

8. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan

beragam faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen.

9. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses

geomorfik yang beragam.

10. Geomorfologi, umumnya mempelajari landforms / landscapes yang

terjadi saat ini dan sejarah pembentukannya.

Selain harus memahami 9 konsep dasar tersebut, diharuskan

juga untuk memahami Aspek kajian Geomorfologi. yang mencakup :

1. Geomorfologi :

a. Morfografi : Deskripsi bentuk lereng

b. Morfometri: Aspek kuantitatif bentuk lereng, panjang lereng,

dan beda tinggi.

2. Morfogenesa :

a. Morfostriktur aktif: proses dinamika endogen

b. Morfostrutur pasif: tipe dan struktur  lithologi dan kaitannya

dengan pelapukan dan erosi.

c. Morfodinamik: Proses dinamika eksogen dalam kaitannya

dengan aktivitas angin, air, es, gerak masa

batuan, dan vulkanisme.

3. Morfokronologi :

a. Umur Relatif

b. Umur Absolut

Page 6: Laporan Geolgi Dasar VI

4. Morfoaransemen: adalah susunan keruangan

dan hubungan berbagai macam bentuk lahan

dan proses yang berkaitan.

6.1.3 Morfologi Makro

Dibawah ini adalah beberapa bentuk morfologi permukaan karst

dalam ukuran meter sampai kilometer:

1. Swallow hole yaituLokasi dimana aliran permukaan seluruhnya

atau sebagian mulai menjadi aliran bawah permukaan yang terdapat

pada batugamping. Swallow hole yang terdapat pada polje sering

disebut ponor. (Marjorie M. Sweeting, 1972). Pengertian ini

dipergunakan untuk menandai tempat dimana aliran air menghilang

menuju bawah tanah.

2. Sink hole disebut juga doline, yaitu bentukan negatif yang dengan

bentuk depresi atau mangkuk dengan diameter kecil sampai 1000

m lebih. (William B. White, 1988)

3. Vertical shaft pada bentuk ideal, merupakan silinder dengan

dinding vertikal merombak perlapisan melawan inclinasi

perlapisan. (William B. White, 1988)

4. Collapse yaitu runtuhan

5. Cockpit yaitu bentuk lembah yang ada di dalam cone karst daerah

tropik yang lembab. Kontur cockpit tidak melingkar seperti pada

doline tetapi seperti bentuk bintang dengan sisi-sisi yang identik,

yang menunjukkan bahwa formasi cone merupakan faktor

penentunya. (Alfred Bogli, 1978)

6. Polje yaitu depresi aksentip daerah karst, tertutup semua sisi,

sebagian terdiri dari lantai yang rata, dengan batas-batas terjal di

beberapa bagian dan dengan sudut yang nyata antara dasar/ lantai

dengan tepi yang landai atau terjal itu.(Fink, Union Internationale

de Speleologie)

7. Uvala yaitu cekungan karst yang luas, dasarnya lebar tidak rata

(Cjivic, 1901), lembah yang memanjang kadang-kadang berkelak-

Page 7: Laporan Geolgi Dasar VI

kelok, tetapi pada umumnya dengan dasar yang menyerupai cawan.

(Lehman, 1970)

8. Dry valley yaitu terlihat seperti halnya lembah yang lainnya namun

tidak ada aliran kecuali kadang-kadang setelah adanya es yang

hebat diikuti oleh pencairan es yang cepat. (G.T. Warwick, 1976).

Pulau Jawa memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu

karst Gunung Sewu, dimana bentukan bukit-bukit seperti cawan

terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill) begitu sempurna dengan

lembah-lembahnya. Bukit merupakan residu erosi dan lembahnya

adalah merupakan daerah diaman terjadi erosi aktif dari dulu sampai

sekarang. Bagian-bagian depresi atau cekungan merupakan titik

terendah dan menghilangnya air permukaan ke bawah permukaan. Erosi

memperlebar struktur (lihat geologi gua dan teori terbentuknya gua),

kekar, sesar, dan bidang lapisan, dan membentuk gua-gua, baik vertikal

maupun horisontal. Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata

air karst. Mata air (spring) karst ini ada beberapa jenis:

1. Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi

pelebaran bidang lapisan.

2. Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi

pelebaran bidang rekahan.

3. Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara

batu gamping dan batu lain yang impermiabel.

Disamping itu secara khusus ada jenis mata air yang berada di

bawah permukaan air laut disebut dengan vrulja.

6.1.4 Morfologi mikro

Ada kawasan karst dengan sudut dip yang kecil dan

permukaannya licin. Area ini dipisah-pisahkan dalam bentuk blok-blok

oleh joint terbuka, disebut dengan grike (Inggris), atau Kluftkarren

(Jerman). Bentukan-bentukan minor ini dalam bahasa Jerman memiliki

akhiran karren (lapies-Perancis). Sering permukaan blok itu terpotong

menjadi sebuah pola dendritic dari runnel dengan deretan dasar (round)

dipisahkan oleh deretan punggungan (ridge) yang mengeringkannya

Page 8: Laporan Geolgi Dasar VI

kedalam grike terlebih dahulu. Juga terkadang mereka memiliki profil

panjang yang hampir mulus.

Bentukan ini disebut Rundkarren. Tipe lain adalah Rillenkarren

yang memiliki saluran yang tajam, ujung punggungan dibatasi oleh

deretan saluran berbentuk V. Biasanya nampak pada permukaan yag

lebih curam daripada rundkarren, dengan saluran sub-paralel dan

beberapa cabang. Microrillenkarren merupakan bentuk gabungan tetapi

hanya memiliki panjang beberapa centimeter dan lebarnya 10-20 mm.

Pseudo karren, memiliki bentuk sama dengan rundkarren dan

rinnenkarren. Tetapi hanya terjadi pada granit di daerah tropik yang

lembab. (Naufal Galih. P, 1999).

6.1.5 Gua

Torehan air dan es adalah faktor utama yang memperlebar zonal

lemah dilapisan batu gamping, sehingga terbentuk gua-gua. Ada banyak

teori yang menjelaskan asal muasal terjadinya gua (teori klasik), namun

sekarang sudah ada teori yang menjelaskan dan diterima secara umum.

Perbedaan teori tersebut dikeluarkan oleh orang yang berasal

dari kawasan karst yang berbeda, sesuai dengan karakteristik daerah

tersebut. Lihat teori terbaru mengenai proses terlahirnya gua.

6.1.6 Peta Geomorfologi

Sampai saat ini literatur dan peta mengenai geomorfologi

Indonesia masih sedikit sekali. Peta yang ada, daerahnya sangat terbatas

dan berskala kecil. Sedangkan peta tersebut sangat dibutuhkan sebagai

data dasar untuk mendukung perencanaan pengembangan suatu

wilayah. Saat ini di Indonesia baru tersedia peta geomorfologi skala

kecil, yaitu peta geomorfologi Pulau Jawa oleh Pannekoek (1946)

dalam skala 1 : 1.000.000.

Kemudian Verstappen (1973), berhasil membuat peta

geomorfologi pulau Sumatera dan pulau-pulau di sekitarnya dengan

menggunakan cara penelitian memanfaatkan citra inderaan jauh dalam

skala 1 : 2.500.000. Beberapa instansi di Indonesia, akhir-akhir ini telah

berusaha membuat peta geomorfologi, akan tetapi penekanan

Page 9: Laporan Geolgi Dasar VI

masalahnya masih di sekitar timbulan (relief) permukaan bumi,

sedangkan proses pembentukannya belum diungkapkan dengan rinci.

Sejak tahun 1989, Puslitbang Geologi telah melakukan pemetaan

geomorfologi dengan menggunakan Sistem ITC di 16 daerah. Pemetaan

tersebut menghasilkan 16 lembar peta geomorfologi yang seluruhnya

telah diterbitkan dalam skala 1 : 100.000 (15 lembar) dan skala 1 :

50.000 (1 lembar). Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka

standar Penyusunan Peta Geomorfologi ini disusun untuk menghasilkan

peta geomorfologi standar (baku). Sistem (metoda) penyusunannya

menganut sistem ITC (International Institute for Aerospace Survey and

Earth Sciences) dengan buku acuan berjudul “Aerial Photo-

Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping”

(Van Zuidam, 1985). Sistem ITC dipilih dan dipakai sebagai acuan

mengingat sistem ini merupakan gabungan dari beberapa sistem yang

ada, baik di daerah tropis, sub tropis, kering dan agak kering. Dalam

penyusunan peta geomorfologi, faktor pemanfaatan dan penampilannya

perlu dipertimbangkan, antara lain :

a. Dapat dipakai untuk aneka tipe terrain dan fleksible .

b. Dapat dipakai dlam berbagai cara.

c. Sederhana dan informative.

Maksud dan tujuan standardisasi penyusunan peta geomorfologi

adalah sebagai pedoman dalam menyusun peta geomorfologi di

Indonesia.

6.1.7 Pembentukan Tanah Denudasi

Proses proses pembentukan tanah denudasi diantaranya adalah:

a. Proses-proses dan hukum fisik yang sama bekerja sekarang, bekerja

pula padawaktu geologi yang, walaupun intensitasnya tidak sama

seperti sekarang.

b. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam

evolusi bentuklahan dan struktur geologi dicerminkan oleh

bentuklahannya.

Page 10: Laporan Geolgi Dasar VI

c. Perbedaan muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lain

disebabkan karena derajat pembentukannya berbeda pula.

d. Proses-proses geomorfologi meninggalkan bekas-bekas yang nayata

pada bentuklahan dan setiap proses geomorfologi akan membangun

suatu karakteristik tertentu pada bentuklahannya (meninggalkan

jejak yang spesifik dan dapat dibedakan dengan proses lain secara

jelas).

e. Akibat perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi,

maka dihasilkan suatu urutan bentuklahan yang mempunyai

karakteristik tertentu pada masingmasing tahap perkembangannya.

f. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibandingkan

dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk

muka bumi umumnya sangat kompleks/rumit, jarang yang

disebabkan oleh proses yang sederhana).

g. Hanya sedikit saja dari topografi permukaan bumi adalah lebih tua

dari zaman tersier, dan kebanyakan daripadanya tidak lebih dari

zaman pleistosen.

h. Interpretasi secara tepat terhadap bentanglahan sekarang tidak

mungkin dilakukan tanpa memperhatikan perubahan-perubahan

iklim dan geologi selama masa pleistosen (Pengenalan bentanglahan

saat sekarang harus memperhatikan proses yang berlangsung pada

zaman pleistosen)

i. Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara

benar dari berbagai kepentingan di dalam proses-proses

geomorfologi yang berbeda (dalam mempelajari bentanglahan secara

global/skala dunia, pengetahuan tentang iklim global perlu

diperhatikan)

j. Walaupun geomorfologi menekankan terutama pada bentanglahan

sekarang, namun untuk mempelajarinya secara maksimal perlu

mempelajari sejarah perkembangannya.

Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari

geomorfologi cara dan metode pengamatan perlu pula diperhatikan.

Page 11: Laporan Geolgi Dasar VI

Apabila pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangan saja,

maka informasi yang diperoleh hanya mencakup pengamatan yang

sempit (hanya sebatas kemampuan mata memandang), sehingga tidak

akan diperoleh gambaran yang luas terhadap bentang lahan yang

diamati.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikakukan beberapa hal:

a. Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat yang tinggi

sehingga diperoleh pandangan yang lebih luas. Namun demikian,

cara ini belum banyak membantu dalam mengamati bentanglahan,

karena walaupun kita berada pada ketinggian tertentu, kadangkala

pandangan tertutup oleh hutan lebat sehingga pandangan terhalang.

Kecuali, tempat kita berdiri pada saat pengamatan bentang alam

merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda satupun yang

menghalangi. Itupun hanya terbatas kepada kemampuan mata

memandang.

b. Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan

menggunakan citra pengideraan jauh baik citra foto maupun citra

non foto, cara ini dapat melakukan pengamatan yang luas dan cepat.

6.1.8 Istilah Empirik dan Deskriptif Dalam Geomorfologi

Pengetahuan geomorfologi merupakan ilmu yang relatif muda,

karena baru berdiri sendiri pada akhir abad ke 19. Di Indonesia dilihat

perkembangannya masih sangat lamban, sehingga tidak lepas dari

berbagai kesulitan; salah satu di antaranya adalah mengenai

“penggunaan istilah” dalam bahasa Indonesia masih sangat minim lebih

banyak istilah-istilah dalam bahasa asing. Harus diakui bahwa hampir

semua buku-buku yang digunakan mempelajari Geomorfologi tertulis

dalam bahasa asing seperti Belanda, Inggris, Jerman, dan sebagainya.

Istilah-istilah asing yang banyak dipergunakan adalah terutama

dalam menguraikan bentuklahan yang tidak terdapat di Indonesia

misalnya bentuklahan hasil pengerjaan gletser, bentuklahan di daerah

arid dan sebagainya. Dilihat dari segi arti yang terkandung dalam

Page 12: Laporan Geolgi Dasar VI

istilah-istilah yang dipergunakan dalam Geomorfologi, dapat

digolongkan ke dalam dua jenis Sudarja dan Akub (1977: 11), yaitu:

a. Istilah empiris (empirical terms)

b. Istilah deskriptif (descriptive terms)

Istilah-istilah secara empiris dalam menyebutkan dan

menjelaskan sesuatu bentukan yang terdapat di alam tanpa memasukkan

penjelasan mengenai sifat, ukuran, proses terjadinya dan sebagainya.

Sebagai contoh perkataan “dataran”, biasanya digunakan untuk

menyebutkan bentuklahan yang relatif lebih datar dari daerah

sekitarnya, namun perkataan dataran belum menunjukkan sifat-sifat

dataran, bagaimana terbentuknya, tersusun atas material apa dan

sebagainya. Istilah dataran secara empiris belum memberikan

pengertian yang tuntas kepada yang mendengarnya, karena masih

mungkin untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan dataran

tersebut. Contoh lain seperti perkataan “bukit” digunakan untuk

menyebutkan bentuklahan yang lebih tinggi dengan daerah yang lain

dan tidak terlalu tinggi, namun belum memberikan konsep yang jelas,

sehingga perlu pertanyaan lebih lanjut. Lain halnya dengan istilah

deskriptif seperti “plateau” yang juga merupakan dataran, tetapi bagi

orang yang mempelajarinya sudah mengenal bahwa yang dimaksud di

sini adalah dataran tinggi. Demikian juga istilah “sand dune”,

“barchan”, sama-sama mempunyai pengertian bukit, tatapi istilah yang

diberikan telah lebih lengkap dibanding dengan bukit. Istilah sand dune,

barchan merupakan timbunan pasir (bukit pasir/sand dune, dan bukit

pasir berbentuk sabit/barchan).

Berdasarkan apa yang telah dikemuka bahwa dalam

mempelajari geomorfologi lebih banyak menggunakan istilah-istilah

yang tergolong ke dalam istilah deskriptif yang sering digunakan,

namun demikian istilah empiris masih dipergunakan.

6.1.9 Arti Penting Geomorfologi

Pada dasawarsa terkahir ini sudah dimulai tampak arti penting

geomorfologi sebagai pendukung ilmu kebumian lainnya dan ilmu yang

terkait dalam arti praktisnya. Geomorfologi sebagai ilmu mempunyai

Page 13: Laporan Geolgi Dasar VI

arti yang penting, seperti peranannya dalam geografi fisik dan

terapannya dalam penelitian. Geomorfologi sudah mulai dimasukkan

dalam ke dalam kurikulum pada fakkultas-fakultas seperti Fakultas

Pertanian, Teknik, Arkeologi, dan sebagainya serta banyak penelitian-

penelitian yang menggunakan pendekatan geomorfologi. Sebagai

contohnya adalah penggunaan pendekatan geomorfologi untuk studi

bencana alam, kerekayasaan, lingkungan, pemetaan tanah, pemetaan air

tanah dan sebagainnya. Namun demikian, geomorfologi dalam

pengajaran serta penelitian-penelitian yang bertema fisik yang non

geomorfologik, uraian geomorfologi hanya sekedar ilustrasi yang

tradisional dan belum dimanfaatkan untuk dasar pengambilan sampel

daerah ataupun analisisnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal di

antaranya adalah kurangnya atau langkanya buku-buku geomorfologi.

Kajian geomorfologikal akan menghasilkan data/informasi yang utama

dan pertama dari bentanglahan fisikal yang bermanfaat bagi

pengembangan ilmu maupun terapan praktisnya. Dalam penerapan

geomorfologi pada dasarnya banyak diwarnai oleh Verstappen dalam

bukunya yang berjudul “Applied Geomorphology (Geomorphological

Surveys for Environmental Development)” tahun 1983. Dalam buku

tersebut memuat berbagai terapan geomorfologi. Adapun terapan

geomorfologi yang dikemukakan oleh Verstappen tersebut adalah

meliputi. Peran dan terapan geomorfologi dalam survei dan pemetaan,

survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan,

keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis

medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen. Dari

apa yang telah dikemukakan di atas, maka geomorfologi mempunyai

peran dan arti yang cukup penting. Karena dalam suatu perencanaan

pengemabang wilayah, memerlukan informasi dasar yang menyeluruh

baik aspek fisik maupun aspek sosial. Pada aspek fisik geomorfologi

dapat memberikan informasi melalui kajian dengan pendekatan

geomorfologi. Pendekatan geomorfologi digunakan dalam

melakakukan analisis dan klasifikasi medan (terrain analysis and

classification) dengan beberapa parameter seperti yang dikemukakan

Page 14: Laporan Geolgi Dasar VI

oleh Zuidam, et al (1978 : 9 – 22), dimana pada intinya dalam analisis

dan klasifikasi medan dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Relief/morfologi meliputi bagian lereng, ketinggian, kemiringan

lereng, panjang lereng, bentuk lereng, bentuk lembah, dan aspek

relief yang lain.

b. Proses geomorfologi meliputi erosi dan tipe erosi, kecepatan dan

daerah yang terpengaruh; banjir yang meliputi tipe, frekuensi, durasi,

kedalaman, dan daerah yang terpengaruh; gerakan massa yang

meliputi tipe, kecepatan, daerah yang terpengaruh.

c. Tipe material batuan meliputi batuan induk, material permukaan,

kedalaman pelapukan.

d. Vegetasi dan penggunaan lahan meliputi tipe vegetasi, kepadatan,

tipe penggunaan lahan, periode, durasi, dan konservasi.

e. Air tanah mencakup kelembaban permukaan, kedalaman air tanah,

fluktuasi air tanah, dan kualitas air tanah.

f. Tanah mencakup kedalaman, kandungan humus, tekstur, drainase,

dan daerah berbatu.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka

geomorfologi memegang peranan yang cukup penting, sebab hasil

analisis dan klasifikasinya medan ataupun lahan dapat dimanfaatkan

untuk berbagai kepentingan. Seperti dalam bidang keteknikan,

ekonomi, hidrologi dan lain sebagainya. Berbagai bentuk lahan yang

ada di permukaan bumi, merupakan bagian kajian dari geomorfologi

terutama dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses

perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.

Kaitannya dengan hal tersebut Thornbury (1954) dalam Sutikno

(1987: 12) menyatakan bahwa ada lima kelompok terapan

geomorfologi, yaitu:

a) Terapan geomorfologi dalam hidrologi, yang membahas hidrologi di

daerah karst dan air tanah daerah glasial. Masalah hidrologi di daerah

karst dapat diketahui dengan baik apabila geomorfologinya diketahui

secara mendalam. Air tanah di daerah glacial tergatung pada tipe

Page 15: Laporan Geolgi Dasar VI

endapannya, dan tipe endapan ini dapat lebih mudah didekati dengan

geomorfologi.

b) Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu membahas

pendekatan geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan

residu, mineral epigenetik, dan endapan bijih.

c) Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek keteknikan yang

dibahas meliputi jalan raya, penentuan pasir, dan kerakal, pemilihan

situs bendungan dan geologi militer. Terapan geomorfologi dalam

keteknikan ini semua aspek geomorfologi dipertimbangkan

d) Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur

minyak di AS yang ditentukan dengan pendekatan geomorfologi

terutama bentuklahan termasuk topografi, untuk mengenal struktur

geologi dalam penentuan terdapatnya kandungan minyak.

e) Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu menyangkut

pemetaan tanah, kajian pantai, dan erosi.