laporan fisiologi blok 8

13
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI Kesanggupan Kardiovaskular serta Pengaruh Sikap dan Kera Fisik terhadap Tekanan !arah Kelo"pok #$ Ketua % Sari &udi Sa'itr( ) $*+*$,**$ Anggota % &eng -ele" Aler.itu ) $*+*$+*/0 Lili 1uliani 2ia ) $*+*$+,$3 Sis4a Natalia ) $*+*$3++$ And(no Sana(a ) $*+*$33$3 5lsa Novirant( ) $*+*$,*6$ Leonardo Paraso ) $*+*$,$$* Mariska Nada !e.ora ) $*+*$,$36 1oann( Angganitha Telehala 7 $*+*$,+$8 …… Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida -a4ana Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510 Tlp. 021- 56942061 Fax . 021-5631731 1

Upload: vivian-chow

Post on 04-Nov-2015

246 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

praktikum fisio b.8

TRANSCRIPT

LAPORAN Praktikum FISIOLOGI

Kesanggupan Kardiovaskular serta Pengaruh Sikap dan Kerja Fisik terhadap Tekanan Darah

Kelompok C1Ketua

: Sari Budi Safitry 102014001

Anggota:Beng Welem Alerbitu 102012087

Lili Juliani Hia 102012413

Sisca Natalia 102013221

Andyno Sanjaya 102013313

Elsa Noviranty 102014091

Leonardo Paraso 102014110

Mariska Nada Debora 102014139

Joanny Angganitha Telehala - 102014216Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510

Tlp. 021- 56942061 Fax . 021-5631731

Kelompok C1

NIMNamaParaf

102012087

Beng Welem Alerbitu

102012413

Lili Juliani Hia

102013221

Sisca Natalia

102013313

Andyno Sanjaya

102014001

Sari Budi Safitry

102014091

Elsa Noviranty

102014110

Leonardo Paraso

102014139

Mariska Nada Debora

102014216

Joanny Angganitha Telehala

I. Latihan Naik Turun Bangku (Harvard Step Test)Tujuan : Untuk mengukur kesanggupan sistem kerja jantung dan pembuluh darah baik dalam keadaan istirahat maupun kerja.

Alat yang diperlukan :

1. Pengukur waktu ( arloji atau stopwatch )

2. Bangku setinggi 19 inci

3. Metronom ( frekuensi 120/menit )

4. Stigmomanometer 5. Stetoskop

Cara Kerja :

1. Suruhlah orang percobaan (OP) berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil mendengarkan detakan sebuah metronome dengan frekuensi 120 kali per menit

2. Suruhlah orang percobaan (OP) menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada suatu detakan metronom

3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak di atas bangku

4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan

5. Pada detakan keempat, kaki yang masih diatas bangku diturunkan pula sehingga orang percobaan berdiri tegak lagi di depan bangku

6. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari 5 menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan sebuah stopwatch

7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 0-30, dari 1-130 dan dari 2-230

8. Hitunglah indeks kesanggupan orang percobaan serta berikan penilaiannya menurut 2 cara berikut ini:

Cara lambat:

Indeks kesanggupan badan =

lama naik turun dalam detik x 100

2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

Cara cepat:

Indeks kesanggupan badan = lama naik turun dalam detik x 100

5,5 x harga denyut nadi selama 30 pertama Penilaiannya:

Kurang dari 55 = kesanggupan kurang

55 64 = kesanggupan sedang

65 79 = kesanggupan cukup

80 89 = kesanggupan baik

Lebih dari 90 = kesanggupan amat baikHasil PercobaanOP : ANDYNO SANJAYA

Denyut nadi awal :

Lama waktu percobaan: 5 menit (300 detik)Denyut nadi 0 30 : 99 1 130 : 66 2 230 : 56 Cara lambat:

Indeks kesanggupan badan = 300 x 100 = 67,87

2 x (99+66+56)

Cara cepat:

Indeks kesanggupan badan = 300 x 100 = 32, 85

5,5 x 166

Hasilnya: 67,87 (cara lambat) dan 32,85 (cara cepat) menunjukan bahwa KESANGGUPAN CUKUPII. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis pada Sikap Berbaring, Duduk, dan BerdiriTujuan: Mempelajari pengaruh tekanan darah pada sikap berbaring, duduk, dan berdiriDasar Teori

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

1. Jenis kelamin

Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardiovaskuler. Dibandingkan dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki massa ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan complince aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian mekanisme vasodilatasi.

Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan mungkin dapat menjelaskan mengapa pada wanita premenopause memiliki resiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular. Tetapi, setelah menopause perbedaan jenis kelamin tidak akan berpengaruh pada kemungkinan terderitanya penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin disebabkan karena berkurangnya jumlah estrogen pada wanita yang sudah menopause.

2. Pengaruh gravitasi

Posisi berbaring

Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit.

Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diastole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut).

Posisi duduk

Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen.

Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang cepat misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak. Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring, yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak.

Posisi berdiri

Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh capacitance vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup.

Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup.

Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang.

Cara Kerja : a. Berbaring Telentang

1. Mintalah orang percobaan (OP) berbaring telentang dengan tenang selama 10 menit.

2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmanometer pada lengan kanan atas orang percobaan

3. Carilah dengan palpasi denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan denyut a. radialis pada pergelangan tangan kanan orang percobaan.

4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korokoff dalam pengukuran tekanan darah OP tersebut

5. Ulangi pengukuran sub 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnyaHasil PercobaanOP : LEONARDO PARASOBerbaringPengukuran 1Pengukuran 2Pengukuran 3

Fase 1110 mmHg110 mmHg110 mmHg

Fase 2108 mmHg108 mmHg108 mmHg

Fase 3100 mmHg100 mmHg100 mmHg

Fase 490 mmHg90 mmHg90 mmHg

Fase 580 mmHg80 mmHg80 mmHg

Tekanan Pengukuran110/80 mmHg110/80 mmHg110/80 mmHg

Nilai rata-rata tekanan darah OP saat berbaring = 110/80 mmHgCara Kerja : b. Duduk

1. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk2. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah, lagi tekanan darah a. brachialisnya dengan cara yang sama.

3. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnyaDudukPengukuran 1Pengukuran 2Pengukuran 3

Fase 1120 mmHg120 mmHg120 mmHg

Fase 2110 mmHg110 mmHg110 mmHg

Fase 3100 mmHg100 mmHg110 mmHg

Fase 490 mmHg90 mmHg90 mmHg

Fase 580 mmHg80 mmHg80 mmHg

Tekanan Pengukuran120/80 mmHg120/80 mmHg120/80 mmHg

Hasil Percobaan Nilai rata-rata tekanan darah OP saat duduk = 120/80 mmHgCara Kerja : c. Berdiri

1. Tanpa melepaskan manset OP disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. Brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya2. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada sikap yang berbeda diatas

Hasil PercobaanBerdiriPengukuran 1Pengukuran 2Pengukuran 3

Fase 1120 mmHg120 mmHg120 mmHg

Fase 2 115 mmHg115 mmHg115 mmHg

Fase 3110 mmHg110 mmHg110 mmHg

Fase 490 mmHg90 mmHg90 mmHg

Fase 580 mmHg80 mmHg80 mmHg

Tekanan Pengukuran120/80 mmHg120/80 mmHg120/80 mmHg

Nilai rata-rata tekanan darah OP saat berdiri = 120/80 mmHgDari hasil pemeriksaan, tekanan darah OP saat berdiri paling besar dibandingkan pada saat duduk ataupun berbaring. Hal ini sesuai dengan teori, karena saat berdiri, kerja jantung dalam memompa darah menjadi lebih besar karena melawan gaya gravitasi sedangkan pada saat berbaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran darah horisontal dan tidak terlalu melawan gravitasi. Yang tidak sesuai dengan teori disini adalah tekanan darah OP saat berdiri dan duduk yaitu menunjukkan hasil yang sama. Jika ditinjau dari teori, seharusnya tekanan darah saat berdiri harus lebih besar daripada saat duduk. Mungkin hal ini disebabkan dari OP sendiri yang dek-dekan atau ketakutan, lelah, dan lain sebagainya atau mungkin kesalahan ini disebabkan karena pemeriksa kurang teliti dalam mendengarkan sistol dan diastole pasien.

III. Pengukuran Tekanan Darah sesudah Kerja OtotTujuan

: Mempelajari pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot

Dasar Teori Tekanan Darah Arteri NormalTekanan darah dalam arteri brakialis pada orang muda dewasa pada posisi duduk istirahat duduk atau berbaring menedekati 120/70 mm Hg. Cukup kelihatan lebih rendah pada malam hari dan pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Karena tekanan arteri adalah hasil curah jantung dan tekanan perifer, dipengaruhi oleh kondisi yang mempengaruhi salah satu atau kedua faktor tersebut. Emosi misalnya meningkatkan curah jantung, dan mungkin sulit menentukan tekanan darah istirahat sebenarnya pada orang yang gelisah atau tegang. Secara umum, peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan peningkatan tahanan perifer meningkatkan tekanan diastolik.

Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah dan NadiFaktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah : a. Kekuatan memompa jantung

b. Banyaknya darah yg beredar

c. Viskositas (kekentalan) darah

d. Elastisitas dinding pembuluh darah

e. Tahanan tepi

Faktor yang mempengaruhi denyut nadi :a. Posisi : lebih cepat jika berdiri dibandingkan dengan tiduran

b. Umur : anak lebih cepat dari pada dewasa

c. Jenis kelamin : pria lebih cepat dari pada wanita

d. Emosi : emosi kuat akan meningkatkan impulsCara kerja:

1. Ukurlah tekanan darah a. Brachialis OP dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (OP tak perlu sama seperti pada sub I)

2. Tanpa melepaskan manset seluruh OP berlari di tempat denga frekuensi 120 loncatan permenit selama 2 menit. Segera setelah selesai, OP disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya.

3. Ulangilah pengukuran tekanan darah ini tiap nenit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebutHasil PercobaanOP : BENG WELLEM ALERBITU Sebelum kerja otot

: 120 / 80 mmHg

Sesudah kerja otot

: 160 / 80 mmHga. 1 menit

: 140/ 90 mmHg

b. 2 menit

: 120/ 80 mmHgPada percobaan ini didapatkan hasil tekanan darah normal OP 120/80 mmHg dan setelah melakukan kegiatan, tekanan darah OP berubah menjadi 160/80 mmHg. Setelah 1 menit pertama setelah melakukan kegiatan, tekanan darah OP turun menjadi 140/90 mmHg dan kembali pada tekanan darah normal saat menit kedua setelah melakukan kegiatan. Hal ini sesuai dengan teori, dimana dalam proses kontraksi, otot memerlukan pasokan oksigen yang banyak untuk memenuhi kebutuhan energi. Darah berfungsi menyuplai O2 untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu, curah jantung akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan energi melalui peningkatan aliran darah. Selain itu, perangsangan impuls simpatis menyebabkan vasokontriktor pembuluh darah pada tubuh kecuali pada otot yang aktif, terjadi vasodilatasi. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah akan meningkat setelah melakukan aktivitas fisik. Selain itu, sewaktu otot-otot berkontraksi, otot tersebut menekan pembuluh darah dari pembuluh perifer ke jantung dan paru-paru. Sehingga akan meningkatkan curah jantung. Oleh karena itu, percobaan pengaruh kerja otot berhasil. IV. Pengukuran Tekanan A. Brachialis dengan Cara PalpasiTujuan : Agar mahasiswa dapat mengetahui pengukuran tekanan a. brachialis dengan cara palpasiCara kerja :1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub I)2. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap yang sama dengan cara palpasi.Hasil percobaan : OP : JOANNY ANGGANITHA TELEHALAa. Auskultasi: 110/ 70 mmHgb. Palpasi: 90 mmHgDasar Teori

a. Cara Auksultasi:

Cara pertama tekanan sistolis dan diastolis dapat diukur dengan metoda ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri tersebut.

Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5 cm, antara manset dan tepat meletakkan stetoskop. Mula-mula rabalah arteri brachialis untuk menentukan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan diastolis. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam empat fase yang berbeda :1) Fase I:Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.

2) Fase II:Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg.

3) Fase III:Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas dan kearas selama penurunan tekanan 5=7 mmHg berikutnya.

4) Fase IV:Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.

5) Fase V:Titik dimana bunyi menghilang

a) Permulaan dari fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistolis

b) Permulaan fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sebagai berikut Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan diastolis intra arterial yang diukur secara langsung

c) Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis intra anterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkat aliran darah, maka fase V jauh lebih rendah dari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak, fase IV lebih tepat digunakan sebagai indeks tekanan diastolis.

Didapatkan tekanan darah OP dengan auskultasi adalah 110/70 mmHg, Pada pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi kita menggunakan stetoskop. Dengan stetoskop, kita dapat mengukur sistol dan diastolnya OP dengan cara mendengar bunyi yang timbul pada a.brachilis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dengan metode ini diperoleh hasil pengukuran 110/70 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan anemia karena kurang istirahat. Sehingga menyebabkan tekanan darah rendah.

b. Cara Palpasi:

Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi kita meraba arteri brachialis dengan memompa manset sampai sistolnya menghilang, sehingga didapatkan hasil pemeriksaan 90 mmHg. Ini disebabkan karena OP dalam keadaan anemia karena kurang tidur. Namun dengan menggunakan cara ini diperoleh hasil yang kurang akurat karena yang diperoleh hanya tekanan sistolnya saja.Kesimpulan

Dari keempat percobaan, dapat disimpulkan bahwa tekanan darah adalah gaya yang diberikan terhadap dinding pembuluh darah. Selama sistol, gaya pada dinding pembuluh darah yang terbesar; sewaktu diastol, jatuh ke titik terendah. Dan cara yang dilakukan untuk tekanan darah arteri pada percobaan diatas yaitu palpasi dan asukultasi. Tekanan darah pun dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya, oleh umur, kegiatan otot, gravitasi, kerja jantung dan lain-lain. Semakin berat aktivitas tubuh, maka semakin cepat curah jantungnya karena adanya vasodilatasi di otot rangka dan jantung serta vasokontriksi di arteriol pada organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang. Selain itu, tekanan darah pada saat selesai beraktivitas mengalami peningkatan dibandingkan sebelum melakukan aktivitas atau kegiatan. Daftar Pustaka

1. Noble A.The Cardiovascular System. London: CHURCHILL LIVINGSTONE; 2005. Hal. 166-74.

2. Guyton AC, Hall J. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC, 2002.

3. Dedy.2009.Fisiologi Jantung & Pembuluh Darah.In www.sidenreng.com.Last Update 5 Juli 2010.4. Kusmiyati. 2009. Mengenal Tekanan Darah dan Pengendaliannya. Vol. 10 No.1, hal 40-41. Biologi PMIPA FKIP : Unram14