laporan fieldtrip well logging

38
LAPORAN FIELDTRIP GEOLOGI STRUKTUR DAN WELL LOGGING Disusun oleh : Wulan Puji Rahayu 1107045024 JURUSAN FISIKA KBK GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 1

Upload: yoshi-dwi-darma

Post on 28-Dec-2015

196 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

zs xm Xm xs mc zsmxsm x

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Fieldtrip Well Logging

LAPORAN FIELDTRIP

GEOLOGI STRUKTUR DAN WELL LOGGING

Disusun oleh :

Wulan Puji Rahayu 1107045024

JURUSAN FISIKA KBK GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2014

1

Page 2: Laporan Fieldtrip Well Logging

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan restunyalah maka kami dapat menyelesaikan berbentuk

laporan data hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat praktikum

lapangan.

Dari data hasil pengamatan bisa kita kembangkan dengan banyak

pemanfaatan yang bisa digunakan dalam penelitian selanjutnya yang mana bisa

sebagai pelengkap data maupun sebagai acuan dalam pengamatan selanjutnya.

Ucapan terima kasih tak lupa kami hanturkan kepada dosen Pembimbing

yang telah memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar dengan

memberikan ilmunya demi kemajuan kami.

Penyusunan laporan data pengamatan ini tentunya tidak luput dari

kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja oleh karenanya diharapkan adanya

saran dari pembaca untuk perbaikan laporan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga

laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 13 Maret 2014

Penulis,

2

Page 3: Laporan Fieldtrip Well Logging

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………......................

DAFTAR ISI………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………..........

1.2 Tujuan Percobaan………………………………………….........

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan……………………………………………………..........

2.2 Jenis Batuan……………………………………………….........

2.3 Struktur Batuan Sedimen…………………………………..........

2.3.1 Struktur Sedimen Pengendapan……………………........

2.3.2 Struktur Sedimen Erosional…………………………......

2.3.3 Struktur Sedimen Pasca Pengendapan..............................

2.3.4 Struktur Sedimen Biogenik………………………….......

2.4 Pengertian Well Logging..............................................................

2.4.1 Pengertian Log dan Well Logging....................................

2.4.2 Macam – macam metode yang digunakan untuk

memperoleh data log...............................................................

2.5 Macam-Macam Log......................................................................

2.5.1 Log Natural Gamma Ray..................................................

2.5.2 Karakteristik Gamma Ray................................................

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat………………………………………...............

3.2 Alat………………………………………………………...............

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Foto Pengamatan dan Pendiskkripsian………………………..............

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………..............

5.2 Saran………………………………………………………............

DAFTAR PUSTAKA

2

3

4

5

6

6

7

7

8

9

10

11

1

11

12

16

16

16

18

18

19

25

25

3

Page 4: Laporan Fieldtrip Well Logging

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi, komposisi bumi,

struktur bumi, sifat-sifat fisik bumi, sejarahnya dan proses pembentukannya. Ilmu

geologi sangatlah penting dalam kehidupan. Hal ini dikarenakan ilmu geologi

biasa digunakan untuk mengidentifikasi keadaan dibawah bumi.

Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks. Adanya

interaksi konvergen atau kolisi antara 3 lempeng utama, yakni lempeng Indo-

Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Asia yang membentuk daerah timur

Kalimantan (Hamilton, 1979). Evolusi tektonik dari Asia Tenggara dan sebagian

Kalimantan yang aktif menjadi bahan perbincangan antara ahli-ahli ilmu

kebumian. Pada jaman Kapur Bawah, bagian dari continental passive margin di

daerah Barat daya Kalimantan, yang terbentuk sebagai bagian dari lempeng Asia

Tenggara yang dikenal sebagai Paparan Sunda.

Struktur geologi di wilayah Kota Samarinda telah mengalami perubahan yang

ditandai dengan adanya patahan. Formasi ini terdiri dari grewake, batu pasir

kwarsa, batu gamping, batu lempeng, dan tufa dasistik dengan sisipan batu bara.

Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu

agregat (kumpulan) mineral mineral yang telah menghablur. Tanah dan bahan

lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta

proses erosi tidak termasuk batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”.

Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia,

dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri - ciri

ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Salah satu

jenis batuan yang kita kenal adalah batuan sedimen dan termasuk batuan yang

paling banyak ditemui dikota samarinda. Pada praktikum kuliah lapangan kita

mengidentifikasi singkapan yang berada di samarinda khususnya di daerah

lempake dan ringroed serta mengetahui interpretasi dimasa lalu dan dampak

positif dan negatifnya.

4

Page 5: Laporan Fieldtrip Well Logging

1.2 Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis batuan dan mengklasifikasikan batuan-batuan di

daerah tersebut.

2. Mengetahui interpretasi yang terjadi di masa lalu dan sekarang.

3. Mengetahui dampak positif dan negatif pada daerah tersebut.

5

Page 6: Laporan Fieldtrip Well Logging

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan

Dalam geologi, batu adalah benda padat yang tebuat secara alami

dari mineral dan atau mineraloid. Lapisan luar padat Bumi, litosfer, terbuat dari

batu. Dalam batuan umumnya adalah tiga jenis, yaitu batuan beku, sedimen, dan

metamorf. Penelitian ilmiah batuan disebut petrologi, dan petrologi merupakan

komponen penting dari geologi.

Dalam bangunan batu biasanya dipakai pada pondasi bangunan untuk bangunan

dengan ketinggian kurang dari 10 meter, Batu juga dipakai untuk memperindah

fasade bangunan dengan memberikan warna dan tekstur unik dari batu alam.

Gambar 2.1 Bebatuan disepanjang sungai di dekat Orosí, Kosta Rika.

2.2 Jenis Batuan

Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia,

dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri - ciri

ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka

lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.

Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi.

Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:

1. kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.

2. tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu

3. struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.

4. proses pembentukan

6

Page 7: Laporan Fieldtrip Well Logging

Gambar 2.2 Batu Koral yang dapat kita temui di pinggir sungai.

2.3 Struktur Batuan Sedimen

Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer yaitu struktur yang terbentuk

pada saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Pembagian struktur

sedimen :  

2.3.1 Struktur Sedimen Pengendapan

Adalah struktur sedimen yang terjadi pada saat pengendapan batuan sedimen.

Perlapisan merupakan suatu bidang kesamaan waktu yang dapat ditunjukan oleh

perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunnya. Dikatakan perlapisan

bila tebalnya > 1 cm dan dikatakan sebagai laminasi bila tebalnya < 1 cm.

Perlapisan dapat dibagi menjadi 4 macam :

1) Perlapisan/laminasi sejajar (Paralel Bedding/Lamination) : Bentuk lapisan/

laminasi  batuan yang tersusun secara horisontal dan saling sejajar satu

dengan yang lainnya.

2) Perlapisan/laminasi silang siur (Cross Bedding/Lamination) : Bentuk

lapisan/ laminasi yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan/laminasi

berikutnya dengan sudut yang berlainan dalam satu satuan perlapisan.3) Perlapisan bersusun (Graded Bedding) : Perlapisan batuan yang dibentuk

oleh gradasi butir yang makin halus ke arah atas (normal graded bedding) atau gradasi butir yang makin kasar ke arah atas (reverse graded bedding). Normal graded bedding dapat dipakai untuk menentukan top atau bottom lapisan batuan.

4) Gelembur gelombang (current ripple) : Bentuk permukaan perlapisan bergelombang karena adanya arus sedimentasi.

7

Page 8: Laporan Fieldtrip Well Logging

2.3.2 Struktur Sedimen Erosional

Adalah struktur sedimen yang terjadi akibat proses erosi pada saat pengendapan

batuan sedimenDapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Flute cast : struktur sedimen berbentuk seruling dan terdapat pada dasar

suatu lapisan, dapat dipakai untuk menentukan arus purba.

Gambar 2.6 Flute casts, in the Jurassic Fernie Formation

2) Groove Marks, Gutter Cast, Impack Marks, Channels and Scours, dll

 

8

Page 9: Laporan Fieldtrip Well Logging

Casts pada bagian bawah lapisan :  

Pointed Flute Cast

Bulbous Flute Cast

Grove Cast

Flute Mark

Impact Mark 

2.3.3 Struktur Sedimen Pasca Pengendapan

Merupakan struktur sedimen yang terjadi setelah pengendapan batuan sedimen. 

Load cast : struktur sedimen  terbentuk pada permukaan lapisan akibat

pengaruh beban sedimen di atasnya. 

Convolute Bedding: bentuk liukan pada batuan sedimen akibat proses

deformasi.

Sandstone dike : lapisan pasir yang terinjeksikan pada  lapisan sedimen di

atasnya akibat proses deformasi. Contoh lain : Ball-and-Pillow Structures,

Dish-and-Pillar  Structure, Stylolites, dll.

Gambar 2.7 Convulte laminations on salts spring island

9

Page 10: Laporan Fieldtrip Well Logging

Gambar 2.8 Convolute bedding appears as highly contorted folded and disrupted layers

Gambar 2.9 Load casts in Creston Formation, B.C

2.3.4 Struktur Sedimen Biogenik

Merupakan struktur sedimen yang terjadi akibat proses biogenik/organisme.

Fosil Jejak (Trace Fossils) :

1. Tracks (jejak berupa tapak organisme)

2. Trails (jejak berupa seretan bagian tubuh organisme)

3. Burrows (lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme)

4. Mold (cetakan bagian tubuh organisme)

5. Cast (cetakan dari mold)

6. Resting, Crawling and Grazing Traces Dwelling, Feeding and Escape

Burrows 

10

Page 11: Laporan Fieldtrip Well Logging

Boring adalah lubang akibat aktivitas pengeboran organisme pada lapisan batuan

(batuan relatif lebih keras dibandingkan pada burrows).

2.4 Pengertian Well Logging

2.4.1  Pengertian Log dan Well Logging

Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data

yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam

sebuah sumur (Harsono, 1997). Kegiatan untuk mendapatkan data log disebut

‘logging’ Logging memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara

kuantitatif banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi

sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang dibutuhkan untuk

mengetahui sifat – sifat batuan dan cairan.

Well logging dalam bahasa Prancis disebut carrotage electrique yang berarti

“electrical coring”, hal itu merupakan definisi awal dari well logging ketika

pertama kali ditemukan pada tahun 1927. Saat ini well logging diartikan sebagai

“perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang diperoleh melalui

pengukuran pada sumur bor” (Ellis & Singer,2008). Well logging mempunyai

makna yang berbeda untuk setiap orang bor (Ellis & Singer,2008). Bagi seorang

geolog, well logging merupakan teknik pemetaan untuk kepentingan eksplorasi

bawah permukaan. Bagi seorang petrofisisis, well logging  digunakan untuk

mengevaluasi potensi produksi hidrokarbon dari suatu reservoar. Bagi seorang

geofisisis, well logging digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui

seismik. Seorang reservoir enginer menggunakan well log sebagai data pelengkap

untuk membuat simulator. Kegunaan utama dari well logging adalah untuk

mengkorelasikan pola – pola electrical conductivity yang sama dari satu sumur ke

sumur lain kadang – kadang untuk area yang sangat luas bor (Ellis &

Singer,2008). Saat ini teknologi well logging terus berkembang sehingga dapat

digunakan untuk menghitung potensi hidrokarbon yang terdapat di dalam suatu

formasi batuan.

Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data

yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam

11

Page 12: Laporan Fieldtrip Well Logging

sebuah sumur (Harsono, 1997). Log elektrik pertama kali digunakan pada 5

September 1927 oleh H. Doll dan Schlumberger bersaudara pada lapangan

minyak kecil di Pechelbronn, Alsace, sebuah propinsi di timur laut Prancis (Ellis

& Singer,2008). Log terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada

tahun 1929 log resistivitas mulai digunakan, disusul dengan kehadiran log SP tiga

tahun kemudian, selanjutnya log neutron digunakan pada tahun 1941 disusul oleh

kehadiran mikrolog,laterolog, dan log sonic pada tahun 1950-an

(Schlumberger,1989).

2.4.2 Macam – macam metode yang digunakan untuk memperoleh data log

Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk memperoleh data

log menjadi dua macam, yaitu :

a.  Wireline Logging

Pada wireline logging, hasil pengukuran akan dikirim ke permukaan melalui

kabel (wire).Instrumen – instrumen yang terdapat pada alat ini adalah (Ellis &

Singer,2008) :

1. Mobile laboratory

2. Borehole

3. Wireline

4. Sonde 

Untuk menjalankan wireline logging, lubang bor harus dibersihkan dan

distabilkan terlebih dahulu sebelum peralatan logging dipasang (Bateman,1985).

Hal yang pertama kali dilakukan adalah mengulurkan kabel ke dalam lubang bor

hingga kedalaman maksimum lubang bor tersebut (Bateman,1985). Sebagian

besar log bekerja ketika kabel tersebut ditarik dari bawah ke atas lubang bor.

Kabel tersebut berfungsi sebagai transmiter data sekaligus sebagai penjaga agar

alat logging berada pada posisi yang diinginkan (Bateman,1985). Bagian luar

kabel tersusun atas galvanized steel sedangkan bagian dalamnya diisi oleh

konduktor listrik (Ellis & Singer,2008). Kabel tersebut digulung dengan

menggunakan motorized drum yang digerakkan secara manual selama logging

berlangsung (Ellis & Singer,2008).

12

Page 13: Laporan Fieldtrip Well Logging

Drum tersebut menggulung kabel dengan kecepatan antara 300 m/jam (1000

ft/jam) hingga 1800 m/jam (6000 ft/jam) tergantung pada jenis alat yang

digunakan (Ellis & Singer,2008). Kabel logging mempunyai penanda kedalaman

(misalnya tiap 25 m) yang dicek secara mekanik namun koreksi kedalaman harus

dilakukan akibat tegangan kabel dan pengaruh listrik (Bateman,1985).

Biaya sewa rig yang mahal dan logging pada sumur bor yang harus

dilakukan dengan seketika membuat alat logging modern saat ini dirancang agar

bisa menjalankan beberapa fungsi sekaligus. Rangkaian triple-combo yang

dimiliki oleh Schlumberger misalnya dapat mengukur resistivitas, densitas,

mikroresistivitas, neutron, dan gamma ray sekaligus (Harsono,1997). Apabila

rangkaian tersebut ditambahi dengan alat Sonik maka rangkaian yang dihasilkan

disebut rangkaian super-combo (Harsono,1997). Kedua rangkaian tersebut

mampu bekerja dengan kecepatan 1800 ft/jam (Harsono,1997).

Data yang didapat melalui berbagai alat logging yang berbeda tersebut kemudian

diolah oleh CSU (Cyber service unit). CSU merupakan sistem logging komputer

terpadu di lapangan yang dibuat untuk kepentingan logging dengan menggunakan

program komputer yang dinamakan cyberpack (Harsono,1997). Sistem komputer

CSU merekam, memproses dan menyimpan data logging dalam bentuk digital

dengan format LIS (Log Information Standard), DLIS (Digital Log-Interchange

Standard) atau ACSII (Harsono,1997). CSU juga berfungsi menampilkan data log

dalam bentuk grafik (Harsono,1997).

Sistem komputer terbaru yang digunakan oleh Schlumberger adalah

MAXIS (Multiasking Acquisition and Imaging System). Sistem ini mampu

mentransmisikan data lebih cepat dari sistem CSU. Tidak seperti

sistem logging lainnya, sistem MAXIS mempunyai kemampuan menampilkan

gambar atau citra berwarna dari data-data yang diukur dengan alat-

alat logging generasi baru (Harsono,1997). Gambar atau citra data ini

mempermudah karakterisasi reservoar dan interpretasi data di lapangan. Dari kiri

ke kanan, dipmeter, alat sonik, alat densitas, dan dipmeter dengan banyak

elektroda (Ellis & Singer,2008).

Darling (2005) menyebutkan sejumlah kelebihan wireline logging sebagai berikut:

13

Page 14: Laporan Fieldtrip Well Logging

Mampu melakukan pengukuran terhadap kedalaman logging secara otomatis

Kecepatan transmisi datanya lebih cepat daripada LWD, mampu mencapai 3

Mb/detik.

Wireline logging juga mempunyai sejumlah kekurangan (Darling,2005) yaitu:

Sulit digunakan pada horizontal & high deviated well karena menggunakan

kabel

Informasi yang didapat bukan merupakan real-time data

b. Logging While Drilling

Logging while drilling (LWD) merupakan suatu metode pengambilan data

log dimanalogging dilakukan bersamaan dengan pemboran (Harsono,1997). Hal

ini dikarenakan alatlogging tersebut ditempatkan di dalam drill collar. Pada

LWD, pengukuran dilakukan secara real time oleh measurement while

drilling (Harsono,1997)..

Alat LWD terdiri dari tiga bagian yaitu: sensor logging bawah lubang bor,

sebuah sistem transmisi data, dan sebuah penghubung permukaan (lihat gambar

3.3). Sensor loggingditempatkan di belakang drill bit, tepatnya pada drill

collars (lengan yang berfungsi memperkuat drill string) dan aktif selama

pemboran dilakukan (Bateman,1985). Sinyal kemudian dikirim ke permukaan

dalam format digital melalui pulse telemetry melewati lumpur pemboran dan

kemudian ditangkap oleh receiver yang ada di permukaan (Harsono,1997). Sinyal

tersebut lalu dikonversi dan log tetap bergerak dengan pelan selama proses

pemboran. Logging berlangsung sangat lama sesudah pemboran dari beberapa

menit hingga beberapa jam tergantung pada kecepatan pemboran dan jarak antara

bit dengan sensor di bawah lubang bor (Harsono,1997).

Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa LWD

meliputi gamma ray, resistivity, densitas, neutron, survei lanjutan (misalnya

sonik). Tipe log tersebut sama (tapi tidak identik) dengan log sejenis yang

digunakan pada wireline logging. Secara umum, log LWD dapat digunakan sama

baiknya dengan log wireline logging dan dapat diinterpretasikan dengan cara yang

14

Page 15: Laporan Fieldtrip Well Logging

sama pula (Darling,2005). Meskipun demikian, karakteristik pembacaan dan

kualitas data kedua log tersebut sedikit berbeda.

Menurut Darling (2005), alat LWD mempunyai sejumlah keunggulan

dibandingkan denganwireline logging yaitu:

Data yang didapat berupa real-time information

Informasi tersebut dibutuhkan untuk membuat keputusan penting selama

pemboran dilakukan seperti menentukan arah dari mata bor atau

mengatur casing.

Informasi yang didapat tersimpan lebih aman

Hal ini karena informasi tersebut disimpan di dalam sebuah memori khusus

yang tetap dapat tetap diakses walaupun terjadi gangguan pada sumur.

Dapat digunakan untuk melintas lintasan yang sulit

LWD tidak menggunakan kabel sehingga dapat digunakan untuk menempuh

lintasan yang sulit dijangkau oleh wireline logging seperti pada sumur

horizontal atau sumur bercabang banyak (high deviated well).

Menyediakan data awal apabila terjadi hole washing-out atau invasi

Data LWD dapat disimpan dengan menggunakan memori yang ada pada alat dan

baru dilepas ketika telah sampai ke permukaan atau ditransmisikan sebagai pulsa

pada mud column secara real-time pada saat pemboran berlangsung

(Harsono,1997). Berkaitan dengan hal tersebut terdapat Darling (2005)

menyebutkan sejumlah kelemahan dari LWD yang membuat penggunaannya

menjadi terbatas yaitu:

Mode pemboran: Data hanya bisa ditransmisikan apabila ada lumpur yang

dipompa melewati drillstring.

Daya tahan baterai: tergantung pada alat yang digunakan pada string,

biasanya hanya dapat bekerja antara 40-90 jam

Ukuran memori: Sebagian besar LWD mempunyai ukuran memori yang

terbatas hingga beberapa megabit. Apabila memorinya penuh maka data akan

mulai direkam di atas data yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan

sejumlah parameter yang direkam, memori tersebut penuh antara 20-120 jam

15

Page 16: Laporan Fieldtrip Well Logging

Kesalahan alat: Hal ini bisa menyebabkan data tidak dapat direkam atau data

tidak dapat ditransmisikan.

Kecepatan data: Data ditransmisikan tanpa kabel, hal ini membuat

kecepatannya menjadi sangat lambat yaitu berkisar antara 0,5-12 bit/s jauh

dibawah wireline logging yang bisa mencapai 3 Mb/s.

 

2.5. MACAM – MACAM LOG

2.5.1 Log Natural Gamma Ray

Sesuai dengan namanya, Log Gamma Ray merespon radiasi gamma alami

pada suatu formasi batuan (Ellis & Singer,2008). Pada formasi batuan sedimen,

log ini biasanya mencerminkan kandungan unsur radioaktif di dalam formasi. Hal

ini dikarenakan elemen radioaktif cenderung untuk terkonsentrasi di dalam

lempung dan serpih. Formasi bersih biasanya mempunyai tingkat radioaktif yang

sangat rendah, kecuali apabila formasi tersebut terkena kontaminasi radioaktif

misalnya dari debu volkanik atau granit (Schlumberger,1989).

Log GR dapat digunakan pada sumur yang telah di-

casing (Schlumberger,1989). Log GR juga sering digunakan bersama-sama

dengan log SP (lihat gambar 4.1) atau dapat juga digunakan sebagai pengganti log

SP pada sumur yang dibor dengan menggunakan salt mud, udara, atau oil-base

mud (Schlumberger,1989).

2.5.2 Karakteristik Gamma Ray

Gamma ray dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik berenergi tinggi

yang dikeluarkan secara spontan oleh elemen radioaktif (Schlumberger,1989).

Hampir semua radiasi gamma yang ditemukan di bumi berasal dari isotop

potassium yang mempunyai berat atom 40 (K40) serta unsur radioaktif uranium

dan thorium (Schlumberger,1989).

Setiap unsur tersebut menghasilkan gamma rays dengan jumlah dan energi

yang berbeda untuk masing – masing unsur. Potassium (K40) mengeluarkan

16

Page 17: Laporan Fieldtrip Well Logging

gamma ray sebagai energi tunggal pada 1,46 MeV, sedangkan uranium dan

thorium mengeluarkan berbagai variasi gamma ray (Ellis & Singer,2008) .

Untuk melewati suatu materi, gamma ray bertumbukan dengan atom dari

zat penyusun formasi (Ellis & Singer,2008). Gamma ray akan kehilangan

energinya setiap kali mengalami tumbukan, Setelah energinya hilang, gamma ray

diabsorbsi oleh atom formasi melalui suatu proses yang disebut efek fotoelektrik

(Ellis & Singer,2008). Jadi gamma ray diabsorbsi secara gradual dan energinya

mengalami reduksi setiap kali melewati formasi. Laju absorbsi berbeda sesuai

dengan densitas formasi (Schlumberger,1989). Formasi dengan jumlah unsur

radioktif yang sama per unit volum tapi mempunyai densitas yang berbeda akan

menunjukkan perbedaan tingkat radioaktivitas Formasi yang densitasnya lebih

rendah akan terlihat sedikit lebih radioaktif. Respon GR log setelah dilakukan

koreksi terhadap lubang bor dan sebagainya sebanding dengan berat konsentrasi

unsur radioaktif yang ada di dalam formasi (Schlumberger,1989).

17

Page 18: Laporan Fieldtrip Well Logging

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Kuliah lapangan dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 8 Maret 2014. Kuliah

lapangan ini di mulai pukul 08.00 WITA – selesai dan bertempat di Jl.

Perjuangan, seberang toko Shendy, depan tempat pembuatan batako dan

singkapannya terbuka ke arah jalan ± 200 m dan berada di kaki bukit.

3.2 Alat

2. GPS

3. Palu Geologi

4. Kompas Geologi

5. Alat Tulis

6. Clip Board

7. Camera

8. Meteran

18

Page 19: Laporan Fieldtrip Well Logging

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Geologi Struktur

Gambar 4.1 Singkapan Galian Quary

19

Page 20: Laporan Fieldtrip Well Logging

Gambar 4.2 Sketsa Singkapan Batuan

Pengamatan singkapan dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 8 Maret 2014.

Singkapan yang berada di Jl. Perjuangan di seberang toko Shendy, didepan tempat

pembuatan batako, penggalian quary. Singkapan ini di dominasi oleh Batu Pasir.

Susunannya terdiri atasBatu Pasir Kasar, Batu Pasir Halus, Batu Lempung, dan

20

Page 21: Laporan Fieldtrip Well Logging

ditemukan oksidasi besi yang melapisi batuan dengan strike dan dip N700 E290

Pada singkapan batuan, juga ditemukan rekahan-rekah Dampak negatif pada

singkapan yang ditemukan merupakan galian batuan yang berpotensi longsor

karena pembukaan singkapan bukit yang tegak dan searah dengan badan jalan

yang mengakibatkan batuan-batuan yang tersusun kehilangan keseimbangan serta

struktur batuan yang berlapis-lapis terutama pada lapisan batu lempung sewaktu-

waktu dapat bergeser.

Kondisi di lapangan, banyak sebagian pasir-pasir yang larut yang berada

dibawah permukaan bukit. Interpretasi pada masa lampau adalah dahulunya lokasi

ini aalah rawa. Ini tampak pada daerah sekitarnya ditumbuhi oleh jenis vegetasi-

vegetasi tumbuhan yang umumnya hidup dan tumbuh di rawa.

Dampak positif pada singkapan yang berada di Jl. Perjuangan adalah

batuan-batuan ini dapat dijadikan pondasi bangunan. Sedangkan pasir yang

hanyut ke bawah bukit dapat dijadikan sebagai bahan dasar dari pembuatan

batako.

Batu yang berada pada bukit tersebut, mengalami kompaksi selama berjuta-

juta tahun. Sehingga menjadi keras atau membatu. Dari kondisi di lapangan

ditemukan batu pasir yang berwarna abu-abu. Hal ini menunjukkan bahwa batu

pasir tersebut dalam keadaan segar. Sedangkan batu pasir yang berwarna

kecoklatan menandakan bahwa batuan tersebut lapuk. Pada sdingkapan batuan

ditemukan serpihan-serpihan tumbuhan berwarna hitam yang membatu. Serpihan

tersebut biasa disebut carbonaceous laminated.

21

Page 22: Laporan Fieldtrip Well Logging

4.2 Pengamatan Well Logging

Gambar 4.3 Core yang diamati

22

Page 23: Laporan Fieldtrip Well Logging

Gambar 4.4 Singkapan Core

Pengamatan pada contoh singkapan diatas, merupakan pendeskripsian well

logging. Pada set 1 panjangnya adalah 35 cm sedangkan pada set kedua adalah 66

23

Page 24: Laporan Fieldtrip Well Logging

cm. Pada set pertama, menurut pendiskripsian litologi, terdiri dari kira-kira 98%

batu pasir dan 2% adalah carbonaceous laminated. Litologi qualifiernya adalah

MC yaitu dari butiran sedang sampai butiran kasar. Corak dari set pertama adalah

terang, berwarna abu-abu dan strukturnya berlapis-lapis. Singkapannya dalam

keadaan segar. Ditemukan rekahan-rekahan pada singkapan tersebut. Dengan

kemiringan 500. Tingkat kekerasannya adalah keras (solid). Sedimentology dari

singkapannya ada 2 yaitu gradded bedding dan fining upwards.

Pada singkapan di set 2, sama halnya dengan set pertama. Tetapi pada set

kedua batu pasir hanya 80% sedangkan 20% terdiri dari carbonaceous laminated

dan kerikil. Corak dari set pertama adalah terang, berwarna abu-abu dan

strukturnya berlapis-lapis. Singkapannya dalam keadaan segar. Ditemukan

rekahan-rekahan pada singkapan tersebut. Dengan kemiringan 400. Tingkat

kekerasannya adalah keras (solid). Sedimentology dari singkapannya ada 2 yaitu

gradded bedding dan fining upwards dengan kemiringan 100.

24

Page 25: Laporan Fieldtrip Well Logging

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Jenis batuan yang tersingkap di Jalan Perjuangan depan toko Shendy, tempat

pembuatan batako sebagian besar merupakan batuan sedimen klastik karena dapat

mengenal ukuran butir yang diantaranya adalah batu lempung, Batu Pasir yang terdiri

dari pasir kasar dan pasir halus, serta laminasi carbonaceous laminated.

2. Interpretasi pada masa lalu dengan keadaan singkapan yang telah diidentifikasi adalah

dahulunya merupakan rawa. Karena diliat dari keadaan sekitar banyak ditumbuhi

vegetasi-vegetasi tumbuhan yang umumnya hidup di rawa. Sedangkan pada masa

sekarang adalah pemukiman dan tempat penggalian batuan yang digunakan untuk

bahan konstruksi bangunan,

3. Dampak positif dari singkapan adalah dapat digunakan sebagai campuran untuk

pembuatan batako, dan juga dapat dijadikan sebagai pondasi bangunan sedangkan

dampak negatifnya adalah dapat terjadi longsor karena pembukaan singkapan yang

terlalu tegak dan dilapisannya terdapat batu lempung yang sewaktu-waktu-waktu dapat

bergeser dan menyebabkan longsor.

5.2 Saran

Sebaiknya pada kuliah lapangan selanjutnya tidak hanya didaerah samarinda saja tetapi

juga di daerah Balikpapan, Badak yang daerahnya dekat dengan pantai sehingga dapat

membedakan jenis-jenis batuan yang tersingkap di kedua daerah tersebut. Diharapkan pada

praktikum selanjutnya dapat menggunakan alat-alat well logging agar pengamat dapat lebih

mengerti lagi dalam hal penggunaan alatnya.

25

Page 26: Laporan Fieldtrip Well Logging

DAFTAR PUSTAKA

Sapiie, Benyamin, dkk. 2009. GEOLOGI DASAR. Bandung: ITB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Batu (diakses pada tanggal 13 Januari 2014 pukul

19.59)

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_sedimen (diakses pada tanggal 13 Januari

2014 pukul 19.59)

http://barkun.wordpress.com/2012/03/30/aplikasi-well-logging-dalam-evaluasi-

formasi-3/ (diakses pada tanggal 12 Maret 2014 pukul 11.57)

Bateman, R.M., 1985, Open-hole Log Analysis & Formation Evaluation,

International Human Resources Development Corporation, Boston.

Darling, T, 2005, Well Logging and Formation Evaluation, Gulf Freeway, Texas.

Ellis, D. V. & Singer, J. M., 2008, Well Logging for Earth Scientist 2nd Edition,

Springer, Netherlands.

Harsono, A, 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger Oilfield

Services, Jakarta.

Rider, M, 1996, The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition,

Interprint Ltd, Malta.

Schlumberger, 1989, Log Interpretation Principles/Aplication, Schlumberger

Educational Services, Texas.

26