laporan ds ii

Upload: berta-dwiani-atma

Post on 02-Jun-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    1/13

    PENENTUAN WAKTU MATI ( DEAD TIME )

    (DS 2)

    I. TUJUAN PERCOBAAN

    1. Mengetahui perilaku dinamis dari tangki berpengaduk yang disusun secara

    seri

    2. Menentukan waktu mati pada tangki bersusun seri akibat perubahan jarak

    3. Menggambarkan kurva respon konsentrasi tangki bersusun.

    II. BAHAN DAN ALAT

    - Alat yang digunakan

    1 set tangki berpengaduk bersusun seri

    1 set konduktometer

    Stopwatch

    elass kimia

    !abu takar 1"""ml

    Spatula

    #engaduk

    elas $kur

    %aca Arloji

    &orong

    #ipet ukur

    'ola karet

    - 'ahan yang (igunakan

    %&l ")"3 M dalam 3 !

    %&l ")1 M dalam 1""ml *untuk kalibrasi+

    A,uadest

    III. DASAR TEORI

    aktu mati atau dead time adalah waktu mulai dari terjadi perubahan

    input hingga input terukur oleh system. (ead time terjadi dikarenakan tempat

    pengukuran terletak jauh dari tempat perubahan input) umumnya oleh pipa aliran

    yang panjang sehingga saat terjadi perubahan di pangkal pipa) perubahan baru

    terukur setelah waktu tertentu. al ini menyebabkan perubahan tidak langsung

    dapat dideteksi sehingga pertauran yang seharusnya dilakukan menjadi lambat

    sehingga proses pengendalian menjadi tidak optimal.

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    2/13

    #ada gambar di atas tujuan pengendalian adalah mempertahankan harga

    pengukuran pada proses *system+ sesuai dengan set point. Apabila terjadi

    perubahan pada harga pengukuran) maka error dari hasil pengukuran terhadap set

    point akan diberikan kepada controller yang kemudian memberikan perintah

    kepada katup control untuk memberikan aliran tertentu agar aliran tersebut

    menghasilkan perubahan yang akan membuat harga pengukuran kembali ke harga

    set point namun karena jarak yang tau antara katup control dan proses akan

    menyebabkan terjadinya dead time yaitu dimana katup control telah memberikan

    perubahan namun perubahan yang melalui pipa panjang tidak langsung berakibat

    langsung pada proses. Sealng waktu ini membuat harga error berikut yang

    kemudian mengakibatkan controller memberikan perintah lanjut kepada katup

    control untuk memberikan aliran baru kembali. Semakin besar dead time yang

    terjadi akan menyebabkan pengendalian menjadi tidak terkendali. %atup control

    sebaiknya terletak didekat proses atau system sedangkan alat ukur atau controller

    dengan menggunakan tranmisi listrik dapat diletakan ditempat yang lebih jauh.

    /iga buah tangki berpengaduk yang disusun secara seri mempunyi respon

    berbentuk kurva eksponensial untuk tanki pertama 0 tempat terjadi perubahan

    input ) dan kurva sigmoidal * bentuk huru S+ untuk dua tangki berikutnya.

    controlle

    M

    Katup

    Sistem

    pengukur

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    3/13

    #erbedaan bentuk kurva diakibatkan oleh transer lag kelembapan akibat

    perpindahan ) yang pada akhirnya akan mencapai konstan pada titik yang sama.

    A adalah konsentrasi dalam tangki pertama setelah terjadinya oerubahan

    input konsenrasi yang diukur menggunakan alat konduktor) sedangkan adalah

    konsentrasi awal *konduktivitas awal+ dan t adalah waktu konstan aau time

    constant) yang besarnya 243 dari total perubahan mencapai konstan *53)26+ .

    A 7 *1 - + dapat disederhanakan menjadi dA4d/ 7 *4/+

    A 7 ")5321

    (ikarenakan kelambatan ini) maka suatu perubhan terhadap input akan

    kembali stabil etelah waktu konstan) dengan menghitung waktu konstan maka

    dapat diperkirakan waktu yang dibutuhjjan oleh suatu perubahan untuk

    mencapastabil suatu keadaan konstan atau stabil sehingga pengaturan dapat

    sebelum perubahan tersebut disarankan oleh suatu proses atau system.

    #emilihan susunan rangkaian reactor dipengaruhi oleh berbagai

    pertimbangan) tergantung keperluan dan maksud dari operasinya. Masing-masing

    rangkaian memiliki kelebihan dan kekurangan) karena di dunia ini tidak ada yang

    sempurna. Semua yang ada didunia ini saling melengkapi satu sama lainnya.

    Secara umum) rangkaian reactor yang disusun secara seri itu lebih baik dibanding

    secara parallel. Setidaknya ada 2 sisi yang dapat menjelaskan kenapa rangkaian

    reactor secara seri itu lebih baik. #ertama) ditinjau dari konversi reaksi yang

    dihasilkan dan yang kedua ditinjau dari sisi ekonomisnya.

    #ertama) ditinjau dari konversi reaksinya. 8eed yang masuk ke reactor

    pertama dalam suatu rangkaian reactor susunan seri akan bereaksi membentuk

    produk yang mana pada saat pertama ini masih banyak reaktan yang belum

    bereaksi membentuk produk di reactor pertama) sehingga reactor selanjutnya

    berungsi untuk mereaksikan kembali reaktan yang belum bereaksi dan seterusnya

    sampai mendapatkan konversi yang optimum. Secara sederhana) reaksi yang

    berlangsung itu dapat dikatakan berkali-kali sampai konversinya optimum.

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    4/13

    %onversi yang optimum merupakan maksud dari suatu proses produksi.

    Sementara itu jika dengan reactor susunan parallel) dengan jumlah eed yang

    sama) maka reaksi yang terjadi itu hanya sekali sehingga dimungkinkan masih

    banyak reaktan yang belum bereaksi. alaupun pada outletnya nanti akan

    dijumlahkan dari masing-masing reactor) namun tetap saja konversinya lebih

    kecil) sebagai akibat dari reaksi yang hanya terjadi satu kali.

    %edua) tinjauan ekonomisnya. (alam pengadaan alat yg lain) misal jika

    seri hanya memerlukan satu wadah untuk bahan baku *baik dari beton ataupun

    stainless steel+) dan konveyor yang digunakan juga cukup satu. 9amun jika

    paralel mungkin memerlukan wadah lebih dari satu ataupun konveyor yang lebih

    dari satu untuk memasukkan eed ke masing-masing reactor. %onsekuensi yang

    lain dari suatu reactor rangkain parallel adalah karena masih ada reaktan yang

    banyak belum bereaksi maka dibutuhkan lah suatu recycle yang berakibat pada

    bertambahnya alat untuk menampungnya) sehingga lebih mahal untuk

    mendapatkan konversi yang lebih besar.

    IV. LANGKAH KERJA

    a. Kalibrai K!"#$%&!'&r

    1. Memasang sek konduktivitas pada socket :cond cell; dengan socket berwarna

    hitam

    2. Memasang resistance termometer pt-1"" pada socket warna merah.

    3. Menghidupkan alat konduktometer

    . Memasukkan harga temperature pada :temp; dengan menekan tombol:temp;

    5. Memasukkan harga kee temp) untuk larutan %&l 2)"" sedangkan untuk yang

    lain) dapat melihat pada tabel) jika tidak dalam tabel memasukan harga 2

    ?. Menggunakan rekuensi 2%@ *tombol tidak ditekan+

    . Mengisi gelas kimia 1"" ml %&l ")1 9 dan memasukkan elektroda

    kedalamnya.

    B. Mengatur temperature larutan %&l sesuai dengan tabel atau menekan tombol

    :temp;

    1". Memasukkan harga % pada suhu larutan untuk menghitung konstanta cell *%+

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    5/13

    % 7 % pada tabel temp t4m pengukuran

    11. %alibrasi telah selesai dan mencetak harga konduktivitas larutan %&l ")19

    b. Prla%$a" Pa#a Ta"%i

    1. Mempersiapkan larutan %&! ")"3 M dalam wadah 3! dan a,uadest pada

    tangki penampung bagian belakang

    2. Mengisi ke 3 tangki berpengaduk dibagian depan dengan larutan %&! ")3>

    M. Mengisi juga gelas kimia 1! dengan larutan %&!.

    * Membagi < bagian yang sama dalam ketiga tangki dan satu gelas kimia.

    Menghubungkan tangki ketiga dengan gelas kimia 1! dengan selang

    melingkar +3. Menghidupkan pengaduk dan mengatur laju pengadukan dengan kecepatan

    medium. Mengkur konduktivitas ketiga tangki di depan ) pastikan nilai

    konduktivitas harus sama *mematikan pengaduk saat melakukan pengukuran

    konduktivitas+

    . Memasukkan selang berisi a,uadest ke tangki berpengaduk C dan mencatat

    waktu sebagai waktu " menit.

    5. Mengukur konduktivitas di tangki berpengaduk C dan gelas kimia 1!

    bergantian setiap ")> menit selama > menit pertama . *mematikan pengaduk

    saat melakukan pengukuran konduktivitas+

    ?. Melanjutkan pengamatan setiap 2 menit hingga didapat harga konduktivitas

    yang konstan di tangki berpengaduk 1 dan gelas kimia 1!

    . Setelah selesai ) mengosongkan seluruh tangki penampung dan ke 3 tangki

    berpengadukdan gelas kimia. mencuci bersih dengan air karena sisa air garam

    dapat membuat korosi pada alat.

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    6/13

    V. DATA PENGAMATAN

    Tabl *. Tabl K!"#$%&i+i&a

    / *menit+konduktivitas

    tangki 1 tangki

    3)> ")? 3)2B

    < ")?< 3)13

    ")5 2)B ")> 2)55

    13 ")15 ")3>1> ")1> ")2

    23 ")1< ")1 ")1< ")1 gr 4 3 7 2)23> gr *dalam 1 !+

    3)>

    ")3

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    9/13

    #erhitungan debit

    $ntuk tiap 1"" ml) waktu yang dibutuhkan adalah 1>)">33 detikE 7 D 4 t

    7 1"" ml 41>)">33 detik

    7 5)5 menit 7 21" detik

    Dolume (ead /ime 7 (ebit = (ead /ime

    7 5)5

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    10/13

    pengenceran larutan) dimana apabila laju alir yang digunakan semakin besar maka

    larutan akan cepat mengencer dan sulit untuk menentukan dead time dari larutan

    tersebut.

    VIII. KESIMPULAN

    *. /angki berpengaduk yang disusun secara berseri memiliki perilaku dinamis

    akibat adanya jarak yang berbeda antara ketiga tangki.

    2. aktu dimana konduktivitas pada tangki keempat sama dengan ketiga tangki

    lainnya adalah pada 23 menit

    -. (ead time adalah waktu mulai dari terjadi perubahan input hingga input

    terukur oleh system.. (ead /ime terjadi pada menit ke 12 dan Dolume (ead /ime sebesar

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    11/13

    http044tentangteknikkimia.wordpress.com42"124"

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    12/13

    /angki'erpengadukdengansususanseri

    %eterangan

    1. #engaduk

    2. /anki

    3. %onduktometer

    . /ombol stirrer

    5. /ombol pump

    ?. Selang air masuk

    . 'ak penampung

    B. Selang keluaran

    1

    2

    3 4 5 6 7 8 9

    !abu /akar elas %imia #ipet /etes

  • 8/11/2019 Laporan Ds II

    13/13