laporan dasgen angga reza s

24
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kawasan yang cukup luas. Secara kasar dapat dikatakan bahwa kawasan negara itu dua per-tiga nya adalah perairan laut. Didaratan pulau-pulau terdapat sungai-sungai, danau-danau, air payau dan rawa-rawa serta muara-muara sungai. Semua badan perairan tersebut merupakan habitat hewan-hewan air yang sangat banyak antara lain merupakan nilai ekonomis tinggi dan dari keseluruhan. Ditambah dengan landasan continental sekitar 1 juta km 2 , mengandung sumberdaya alam yang sangat besar yang mempunyai potensi produksi sebesar 6,6 juta ton tiap tahunnya (Andrianto, 2005). Di dalam kandungan perairan indonesia yang sangat besar ini terkandung berbagai macam potensi ekonomi yang sangat besar, yaitu yang dapat diambil dan dimanfaatkan dengan optimal maka akan memndatangkan keuntungan yang sangat besar bagi pemasukan negara kita, ada pun beberapa sumberdaya perikanan di indonesia terdiri atas berbagai jenis ikan, krustasea, moluska, makroalga dan mikroalga yang hidup diperairan darat dan laut (Andrianto, 2005). Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika

Upload: angga-asc

Post on 28-May-2015

806 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Dasgen Angga reza s

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kawasan yang

cukup luas. Secara kasar dapat dikatakan bahwa kawasan negara itu dua per-tiga nya

adalah perairan laut. Didaratan pulau-pulau terdapat sungai-sungai, danau-danau, air

payau dan rawa-rawa serta muara-muara sungai. Semua badan perairan tersebut

merupakan habitat hewan-hewan air yang sangat banyak antara lain merupakan nilai

ekonomis tinggi dan dari keseluruhan. Ditambah dengan landasan continental sekitar

1 juta km2, mengandung sumberdaya alam yang sangat besar yang mempunyai

potensi produksi sebesar 6,6 juta ton tiap tahunnya (Andrianto, 2005).

Di dalam kandungan perairan indonesia yang sangat besar ini terkandung

berbagai macam potensi ekonomi yang sangat besar, yaitu yang dapat diambil dan

dimanfaatkan dengan optimal maka akan memndatangkan keuntungan yang sangat

besar bagi pemasukan negara kita, ada pun beberapa sumberdaya perikanan di

indonesia terdiri atas berbagai jenis ikan, krustasea, moluska, makroalga dan

mikroalga yang hidup diperairan darat dan laut (Andrianto, 2005).

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah sejenis ikan konsumsi air tawar.

Ikan ini diintroduksi dari Afrika pada tahun 1969 dan kini menjadi ikan peliharaan

yang populer di kolam-kolam air tawar dan dibeberapa waduk di Indonesia. Nama

ilmiah pada ikan Nila adalah Oreochromis Niliticus, dan di dalam Bahasa Inggris

ikan ini dikenal dengan sebutan Nile Tilapia. Keramba jala apung untuk memelihara

ikan Nila di Ranu Pakis, Klakah, Lumajang. Ikan pemeliharaan yang berukuran

sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip

punggung (dorsal) dengan 16-17 (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip

dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 cm jari-jari.

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk kelompok ikan tilapial

(Widyanti, 2009). Dalam penelitian ini digunakan ikan nila hitam varietas GIFT

(Genetic Improvements for Farmers Tilapia) ikan nila ini banyak dibudidayakan di

berbagai daerah, selain itu mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik diberbagai

Page 2: Laporan Dasgen Angga reza s

jenis air, contohnya hidup di air tawar, air payau, dan air laut. Ikan ini juga tahan

terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora dan mampu mencerna makanan

secara efisien. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap serangan penyakit. Ikan ini

memiliki kebiasaan yang unik setelah memijah.

Secara biologis, laju pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat dibandingkan

dengan ikan nila betina. Salah satu metode untuk mendapatkan populasi ikan nila

tunggal kelamin jantan yang bnyak dilakukan adalah dengan metode pembalikan

kelamin atau sex reversal. Teknik sex reversal pada ikan nila yang banyak dilakukan

adalah dengan penambahan hormon sintetik 17α-metiltestoterone. Namun hormon

tersebut termasuk obat keras menurut peraturan pemerintah. Sehingga dilakukan

beberapa cara dalam upaya penggantian hormon tersebut. Salah satu bahan yang

terbukti efektif dalam sex reversal adalah dengan bahan aromatase inhibitor yaitu

dengan menggunakan imidazole. Imidazole adalah senyawa organik dengan rumus

C3H4N2 (Ariyanto, 2010).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan

adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami bagaimana proses melakukan

sex reversal pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan menggunakan akriflavin,

madu, bee pollen dan propolis dan mengetahui bagaimana proses melakukan

pemijahan ikan mas koki (Carrasius auratus).

Page 3: Laporan Dasgen Angga reza s

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Sistematika ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Effendi., (1979)

adalah sebagai berikut :

kingdom : Animalia

filum : Chordata

kelas : Osteichtyes

ordo : Perciformes

famili : Cichlidae

genus : Oreochromis

spesies : Oreochromis niloticus

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah

bertikal (kompres) dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior.

Posisi mulut terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip

ekor tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut

kelihatan condong letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna

hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan

bentuk membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi

kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah

tipe ctenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pun

bagian analnya. Dengan posisi sirip anal di belakang sirip dada (Susanto, 1997).

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) memiliki tulang kartilago kranium

sempurna, organ pembau dan kapsul otik tergabung menjadi satu. Eksoskleton

Ostracodermi mempunyai kesamaan dengan dentin pada kulit. Elasmobrachii yang

merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut

terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat.

Tulang palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan

membentuk rahang atas dan rahang bawah (Susanto, 1997).

Page 4: Laporan Dasgen Angga reza s

B. Habitat

Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan

lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan

hidupnya. Sehingga ikan nila bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau

maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ikan nila mampu hidup pada

suhu 14-38 ºC. Dengan suhu terbaik adalah 25-30C. Hal yang paling berpengaruh

dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0-29% sebagai

kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ikan nila bisa hidup di kadar

garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik

(Didik, 2010).

C. Kebiasaan Makan

Ikan nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau Omnivora. Ikan ini dapat

berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Ikan nila saat

masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika sudah dewasa ikan

nila mampu diberi makanan tambahan seperti pelet dan berbagai makanan lain yaitu

daun talas. Benih ikan nila biasanya mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria,

Copepoda dan Cladocera termasuk alga yang menempel sehingga ikan ini

diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air (Nofyan, 2005).

D. Reproduksi

Sistem reproduksi merupakan system yang meliputi proses yang akhirnya

menghasilkan keturunan (individu baru) untuk mempertahankan kelestarian

spesiesnya. System reproduksi terkait dengan sistem saraf dan hormon. Untuk

menghasilkan keturunan secara alamiah diperlukan sel-sel kelamin, yaitu gonad

jantan (sperma) dan gonad betina (ovarium). Dalam mempelajari sistem reproduksi,

selain melihat jenis kelaminnya juga penting diketahui tingkat kematangan gonadnya

(TKG). Mengidentifikasi tingkat kematangan gonad dapat dilakukan pendugaan

tentang waktu atau musim pemijahan, tempat pemijahan, dan persiapan induk ikan

Page 5: Laporan Dasgen Angga reza s

untuk dipijahkan. Penentuan tingkat pematangan gonad dapat berdasarkan ukuran,

bentuk, serta warna gonad atau berdasarkan pengamatan histologi (Arifin, 2007).

Tingkat kematangan gonad ialah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum

dan sesudah ikan memijah. Penambahan berat gonad (ovarium) pada ikan betina

adalah antara 10-25% dari berat tubuh, sedangkan gonad (testis) ikan jantan 5-10%.

Pengetahuan mengenai tingkat kematangan gonad ini diperlukan untuk membedakan

antara ikan yang akan memijah atau tidak, serta untuk menduga bilamana ikan akan

memijah, baru memijah atau selesai memijah. Pengamatan kematangan gonad dapat

dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara histologi dan morfologi. Cara histologi dilakukan

di laboratorium dengan mengamati anatomi perkembangan gonad secara mendetail.

Untuk melihat nilai secara kuantitatif dapat digunakan suatu indeks yang dinamakan

Indeks Kematangan Gonad yaitu perbandingan antara berat gonad dengan berat

tubuh ikan termasuk gonad yang dinyatakan dalam persen (Dermawan, 2006).

E. Kualitas Air

Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan

tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik.

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan

ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya

plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak

mengandung Diatomae. Sedangkan plankton atau alga biru kurang baik untuk

pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang

dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam

dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm. Debit air untuk kolam air

tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak

dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras. Nilai keasaman air (pH) tempat

hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal

adalah antara 7-8. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 C. Kadar garam air

yang disukai antara 0-35 ppt (Sugiarto, 1988).

Page 6: Laporan Dasgen Angga reza s

F. Bahan yang digunakan

Bahan alternatif yang bersifat alami tersebut antara lain adalah propolis.

Propolis dilaporkan memiliki komposisi bahan yang dapat digunakan untuk

pengarahan kelamin ikan yaitu chrysin dan berbagai macam mineral. Chrysin

merupakan salah satu bahan aktif alami yang mengandung flovonoid sebagai

penghambat enzim aromatase atau lebih dikenal dengan aromatase inhibitor.

Aromatase merupakan enzim yang berfungsi sebagai katalis konversi testosteron

(androgen) menjadi estradiol (estrogen) (Dean, 2004).

Flavonoid juga terkandung dalam madu lebah yang digunakan untuk

pengarahan kelamin pada ikan nila GIFT Oreochromis niloticus yang diberikan

secara oral dengan dosis 200 ml/kg pakan dan tingkat keberhasilannya sebesar

93,33% (Syaifudin, 2004). Sebelumnya telah berhasil mengarahkan kelamin ikan

guppy menjadi jantan dengan perendaman induk selama 10 jam dengan dosis 60

ml/kg dan tingkat keberhasilan sebesar 59,5% (Martati, 2006). Sedangkan Djaelani

(2007) dan Sukmara (2007) yang melakukan dengan perendaman madu larva ikan

guppy, menghasilkan persentase jantan masing-masing 46,90% (dosis 10 ppt selama

10 jam) dan 46,99% (dosis 5 ppt selama 10 jam). Namun efektifitas penggunaannya

belum mencapai keberhasilan yang maksimal terkait dengan dosis dan metode

pemberiannya baik melalui perendaman maupun dicampurkan dengan pakan.

Kandungan glukosa dalam madu menyebabkan pH rendah sehingga kualitas air

budidaya menurun dan berdampak negatif terhadap kesehatan ikan pada dosis

tertentu (Sukmara, 2007).

Propolis mengandung flavonoid dengan kadar yang tinggi yaitu kandungan

bioflavonoid > 23.000 ppm/100ml) sehingga diharapkan lebih efektif dan efisien

berperan sebagai penghambat aromatase namun ramah lingkungan (Nafisah

Ummatul, 2008).

G. Sistematika Dan Morfologi Ikan

Adapun sistematika ikan mas koki menurut Lingga dan Susanto, (2003)

adalah sebagai berikut :

Page 7: Laporan Dasgen Angga reza s

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Ostariphisysoidei

Subordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus

Ikan mas koki memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan

dengan ikan mas koki. Secara morfologi ikan mas koki memiliki garis lateral

tunggal, lengkap, dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang

bawah. Bentuk ikan ikan mas koki umumnya tidak terlalu panjang . Warna tubuh

ikan mas koki kebanyakan berwarna orange dan pada ikan mas koki memiliki

tonjolan kecil diatas lubang hidungnya (Dermawan, 2006).

H. Habitat Ikan

Ikan mas koki hidup di air tawar seperti sungai dan danau. Habitat asli ikan mas koki

adalah didaerah yang beriklim subtropik dan lebih menyukai air tawar sebagai media

hidupnya. Ikan mas koki hidup dengan pertumbuhan optimal pada tempat dengan

ketinggian 150-1000 meter diatas permukaan laut. Ikan mas koki juga biasanya

hidup di sungai-sungai, danau, kolam, dan saluran dengan air mengalir atau

tergenang (Ghufran, 2009).

Di habitat aslinya yaitu danau atau sungai, ikan koki hidup di tepi danau atau

sungai sambil mengincar pakan berupa binatang kecil yang hidup diatas lapisan

lumpur tepi danau atau sungai. Berdasarkan kebiasaan ini, dapat memudahkan para

pembudidaya ikan dalam meningkatkan produksi ikan mas koki. Kebiasaan hidup di

alam, ikan mas koki yang dipelihara dikolam atau akuarium dapat dipijahkan

sepanjang tahun. Sedangkan ikan mas koki yang hidup di alam biasanya hanya dapat

memijah setelah musim hujan karena pada saat musim hujan banyak daratan yang

terendam air. Daratan yang sebelumnya kering setelah terendam air hujan akan dapat

Page 8: Laporan Dasgen Angga reza s

merangsang ikan untuk memijah karena tempat tersebut mengeluarkan bau yang

khas, dimana bau khas tersebut dapat merangsang induk ikan untuk memijah.

I. Kebiasaan Makan

Ikan mas koki tergolong ikan pemakan segala (omnivora). Hal ini dapat

diketahui dengan pemberian pakan dapat berupa pakan buatan, tanaman lunak,

serangga, protozoa, dan crustacean. Benih ikan yang berukuran 10 cm biasaya

memakan jasad renik yang terdapat didasar kolam seperti Chironomidae,

Olighocaeta, Epiminidae, Thricoptera, Tubificidae, dan Mollusca. Kebiasaan buruk

ikan mas komet adalah ikan mas koki bukan termasuk ikan yang suka merawat anak-

anaknya. Jadi ada kemungkinan anak-anak ikan komet juga termakan oleh ikan lain

(Dermawan, 2006).

J. Kualitas Air

Kualitas air merupakan komponen yang penting untuk melakukan budidaya

ikan dan untuk kelangsungan hidup ikan. Adapun parameter kualitas air secara

umum penting untuk di ketahui dalam bedidaya ikan seperti suhu, pH, kelarutan

oksigen. Untuk lebih lengkap disajikan sebagai berikut :

1. Power of Hydrogen (pH)

Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan

konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat

mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Perairan dengan

nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam,

sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003).

Nilai pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi

kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malahan dapat

membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah, kandungan oksigen terlarut akan

berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen akan menurun, aktifitas pernafasan

akan naik, dan akibatnya selera makan akan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi

paa suasana basa. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan,

Page 9: Laporan Dasgen Angga reza s

misalnya proses nitrifikasi berakhir jika pH rendah. Toksisitas logam

memperlihatkan peningkatan pada pH rendah.pH rendah akan mengakibatkan juga

keanekaragaman plankton dan benthos akan menurun (Ghufran, 2007).

2. Dissolved Oxygen (DO)

Dissolved Oxygen (DO) atau disebut juga oksigen terlarut merupakan

parameter yang sangat penting dalam mendeteksi adanya pencemaran lingkungan

perairan, karena oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam

perairan. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas

yang ada di udara dan di air, kadar garam terlarut, dan adanya senyawa-senyawa atau

unsur-unsur yang teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu, salinitas, dan tekanan

parsial gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang

(Wardojo, 1975 dalam Effendi, 2004).

Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut

dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh

organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Sumber oksigen terlarut dalam air

berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air

hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty and

Olem, 1994 dalam Effendi, 2004). Difusi oksigen atmosfer ke air bisa terjadi secara

langsung pada kondisi air stagnant (diam) atau terjadi karena agitasi atau pergolakan

massa air akibat adanya gelombang atau angin. Difusi oksigen dari atmosfer ke

perairan pada hakekatnya berlangsung relatif lambat, meskipun terjadi pergolakan

massa air atau gelombang.

3. Suhu

Sumber air yang dipilih untuk usaha budidaya perairan, airnya harus jernih

dan bebas dari bahan pencemaran. Beberapa sifat fisika-kimia yang harus diketahui

untuk mendukung pertumbuhan biota budidaya, yaitu suhu, DO, pH, dan sebaginya.

Keempat indicator kualitas air tersebut paling umum diukur untuk mengetahui baik

tidaknya kualitas air di suatu perairan. Indicator lainnya seperti CO2, ammonia, NO2

dan NO3, kadang diabaikan jika keempat indicator utama dalam kondisi optimum.

Suhu yang cocok untuk budidaya berbagai biota air adalah 23-320C. Didaerah tropic

Page 10: Laporan Dasgen Angga reza s

seperti Indonesia, suhu perairan tidak menjadi masalah karena perubahan suhu

relative sangat kecil, yakni berkisar antara 27-320C (Ghufran, 2009).

Menurut Ghufran (2007), suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim,

lintang, ketinggian dan permukaan air laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara,

penutupan awan, dan aliran air setra kedalaman air. Perubahan suhu berpengaruh

terhadap proses fisika, kiia, dan biologi badan perairan. Suhu juga mempengaruhi

proses metabolism organisme. Oleh karena itu penyebaran organisme dibatasi oleh

susu perairan. Dengan kata lain, suhu berperan mengendalikan kondisi ekosistem

perairan.

Page 11: Laporan Dasgen Angga reza s

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Ikan ini dilaksanakan pada

bulan November sampai Desember 2013 di Laboratorium Dasar Perikanan Program

Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum sex reversal ikan nila

(Oreochromis niloticus) disajikan sebagai berikut :

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikumNo Alat Spesifikasi Kegunaan1. Mikroskop 1 buah Alat untuk mengamati gonad ikan2. Glass objek 1 buah Tempat ikan diamati gonad ikan3. Cover glass 1 buah Penutup glass objek4. Alat bedah 1 set Alat untuk membedah ikan5. Kutex bening Secukupnya Perekat glass objek dan cover glass6. Baskom 1 buah Tempat perendaman larva7. Akuarium 1 buah Tempat memelihara larva ikan nila8. Aerator 1 buah Penambah oksigen dalam akuarium9. Tisu Secukupnya Untuk membersihkan alat10. Handsoap Secukupnya Untuk mencuci tangan selesai

praktikum

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum sex reversal ikan nila

(Oreochromis niloticus) disajikan sebagai berikut:

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikumNo. Bahan Spesifikasi Kegunaan1. Akriflavin Secukupnya Sex reversal2. Propolis Secukupnya Sex reversal3. Beepolen Secukupnya Sex reversal4. Madu Secukupnya Sex reversal5. Air Panas Secukupnya Melarutkan bahan padat

Page 12: Laporan Dasgen Angga reza s

6. Asetokarmin Secukupnya Menunjukkan jenis kelamin ikan

7 Ikan Mas Koki Secukupnya Bahan percobaan praktikum8 Ikan Nila Secukupnya Bahan percobaan praktikum

C. Cara kerja

a. Persiapan Media Perendaman dan Pemeliharaan

Sebelum pelaksanaan praktikum dilakukan, media untuk perendaman dan

pemeliharaan dibersihkan. Media yang digunakan untuk perendaman berupa baskom

kecil sedangkan untuk media pemeliharaan menggunakan akuarium ukuran

35x60x40 cm3 sebanyak 4 buah yang dilengkapi dengan aerasi. Media pemeliharaan

ini kemudian dicuci bersih lalu dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi air. Air

yang digunakan pada praktikum ini bersumber dari tendon.

b. Konsentrasi bahan dan lama waktu perendaman

Kegiatan praktikum sex reversal yang digunakan dengan metode perendaman

dengan konsentrasi 80 mg/L untuk propolis, bee pollen dan dopamine, sedangkan

untuk akriflavin 20mg/L. Larva ikan nila yang digunakan masih berumur 7 hari

pasca penetasan. Lama waktu perendaman masing-masing bahan selama 10 jam.

Bahan-bahan yang berbentuk padatan sebelumnya dihaluskan terlebih dahulu

sedangkan untuk bahan berbentuk cairan langsung dicampurkan ke dalam air.

Setelah dihaluskan, bahan-bahan ditimbang sesuai kebutuhan yang telah ditentukan.

Air yang digunakan untuk melarutkan bahan-bahan menggunakan air hangat dengan

suhu 40°C.

c. Pemeliharaan larva

Setelah perendaman selesai, larva ikan nila dipelihara di akuarium 35x40x60

cm3 dengan padat tebar 200 ekor dalam 3 liter air. Selama pemeliharaan larva akan

diberi pakan berupa pelet dengan kombinasi Daphnia sp. Pemberian pakan selama

pemeliharaan diberikan secara ad libitum dengan frekuensi dua kali per hari pada

pagi dan sore hari.

Page 13: Laporan Dasgen Angga reza s

d. Pemeriksaan gonad dengan metode asetokarmin

Pemeriksaan gonad akan dilakukan setelah pemeliharaan larva selama satu

bulan. Pengambilan gonad ikan dilakukan dengan cara membedah lalu diambil

gonadnya yang sebelumnya ikan terlebih dahulu dimatikan. Kemudian gonad

dicacah lalu diletakkan di atas gelas objek, usahakan gonad tidak terlalu tebal di

gelas objek. Selanjutnya, gonad yang telah dicacah diteteskan larutan asetokarmin

sebanyak dua tetes dan diamkan beberapa menit. Kemudian gelas objek ditutup

dengan cover glass atau kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Pewarnaan

dengan asetokarmin, sel bakal sperma akan tampak seperti garis-garis kecil dengan

jumlah yang banyak sedangkan sel bakal telur akan berbentuk bulatan besar

berwarna kuning kemerahan (Manssenreng, 2010).

e. Parameter yang diamati

1. Persentase Kelangsungan Hidup

Persentase kelangsungan hidup ikan nila dihitung dengan menggunakan

rumus Effendie (1997) adalah sebagai berikut :

Kelangsungan Hidup = NtNo

x 100%

Keterangan :

Nt = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

No = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)

2. Persentase Kelamin Jantan

Persentase ikan nila jantan berdasarkan rumus Zairin (2004) adalah sebagai

berikut :

Persentase Ikan Jantan = Σ Ikan JantanΣ Ikan Total

x 100%

Page 14: Laporan Dasgen Angga reza s

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Absolut. Yogyakarta.

Arifin, 2007. Reproduksi Ikan Nila Seleksi dan Non Seleksi Pemijahan Buatan. PusatPeneliti dan Pengawasan Perairan : Bogor

Ariyanto, Didik. 2010. Diferensiasi Tiga Genotipe Ikan Nila. Bogor : InstitutPertanian Bogor.

Dermawan, Iwan. 2006. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta : Penebar Swadaya.

Effendi, 1979. Pengantar Akuakultur . Penebar Swadaya. Jakarta

Ghufran, M. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta. Jakarta.

Ghufran, M. 2009. Budidaya Perairan Buku Kedua. P.T Citra Aditya Bakti. Bandung

Lamtorogung (Leucaena leucocephala). Skripsi. Fakultas perikanan danilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Lingga,dkk. 2003. Biologi Umum. Gramedia : Jakarta

Leo Conway, M.D., 2009. Introduction of Bee Pollen. of Denver Colorado

Nofyan, E. 2005. Penagru Pemberian Pakan dari Sumber Nabati dan Hewani Terhadap Berbagai Aspek Fisiologi Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ikhtiologi Indonesia, 5 (1).Simplex (Anggota IKAPI)”.

Sugiarto Ir, 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV

Susanto, H. 1997. Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Widyanti, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yangDiberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun 48

Page 15: Laporan Dasgen Angga reza s

LAPORAN TETAPPRAKTIKUM GENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN

Oleh

Angga Reza Seftian05121005010

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA2013