laporan budidaya karet
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu
komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa
bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi
sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan
melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya
alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi yang tersedia. Indonesia merupakan negara
dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta hektar mengungguli
Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya
memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas
tanaman karet ratarata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn.
Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah
dibandingkan Thailand, yaitu 1675 kg/ha/thn.
Pada praktikum yang telah kami laksanakan, terdapat beberapa teknik
budidaya tenaman karet yaitu : 1). Identifikasi kebun entres. Kebun entres
merupakan kebun yang menghasilkan mata tunas. Dalam rangka meningkatkan peran
perbenihan khususnya sumber benih entres karet perlu dilakukan pengawasan kebun
entres pada kebun-kebun entres baik milik perusahaan perkebunan, dinas perkebunan
maupun milik petani mempunyai kebun entres. 2). Pendederan (Pembuatan kebun
batang bawah). Bibit batang bawah adalah bibit yang digunakan sebagai tempat
menempelkan mata tunas pada proses okulasi. Benih yang di gunakan sebagai batang
bawah sekurang-kurangnya berasal dari biji pilihan propellegitim yaitu biji yang
diketahui pohon induk asalnya. Pendederan dilakukan untuk memperoleh bibit
tanam. Pendederan dilakukan pada petak yang berukuran 3x 1 m, dengan naungan.
3). Persiapan Bahan Tanam (okulasi). Okulasi adalah salah satu cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif melalui penempelan mata entres ke batang yang sejenis
dengan tujuan mendapat sifat yang unggul. 4). Pembuatan bibit 3 in 1. Ada beberapa
keunggulan dari bibit karet kaki 3 yaitu tidak mudah roboh,pertumbuhan cepat. 5).
Pengajiran dan penanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan
dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Pengajiran adalah dasarnya
pemancangan untuk meluruskan dan mengatur ketentuan jarak tanaman, maka
pengajiran perlu dilakukan. 6). Pemeliharaan dan Penyadapan. Pemeliharaan
tanaman karet diantaranya Penyulaman, penunasan/pewiwiwilan, pengendalian
gulma, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit. Penyadapan adalah tindakan
memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks yang merupakan hasil seleksi
tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari Pembuatan laporan ini yaitu agar setiap mahasiswa dapat
mengetahui teknik budidaya tanaman karet yang dimulai dari pembuatan kebun
entres, pembuatan batang bawah dan okulasi, penss=dederan, pengajiran, serta dapat
melakukan penyadapan
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika tanaman Karet ( Hevea brasilliensis)
Menurut Strasburgers (2004) taksonomi karet, yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub class : Tricoccae
Familli : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.
BOTANI
Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-
40 m. sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah
hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m.
Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga
kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).
Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai
anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak
daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat tiga helai
anak daun. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau merah (setiawan,2000).
Pada satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai.
Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga
betina terbentuk di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon
bervariasi pada keaadan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat
mencapai 6000-8000 bunga per pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah
malai dan ukurannya lebih kecil, sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar dari
pada bunga jantan dan berbentuk bulat (bundar). Jumlah bunga jantan dalam satu
pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak dari bunga betina (Siagian, 2006).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga,
kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.
Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Pathamus,
1982).
Syarat Tumbuh
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim
untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
a. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan
150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai
produksinya juga terlambat.
Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara
25oC sampai 35oC.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet.
b. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat
fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis
mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman
air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik
karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara
pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
B. Budidaya tanaman Karet
1. Identifikasi kebun entres
Bahan tanaman karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang
diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan
tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa
tanaman menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam. Agar sasaran pemerintah
tersebut dapat berhasil, maka perlu didukung dengan ketersediaan benih karet unggul
bermutu baik benih/biji untuk batang bawah maupun entres untuk batang atas
secara 6 (enam) tepat yaitu (mutu, jumlah, jenis, waktu, lokasi dan harga).
Untuk ketersediaan entres karet maka kebun-kebun entres yang ada sebagai
sumber benih batang atas perlu dilakukan pemurnianPenanaman kebun entres
merupakan bagian terpenting dalam proses penyediaan bibit karet klon unggul
karena untuk mendapatkan hasil tanam yang baik diperlukan entres yang baik. Mata
okulasi dapat diambil dari dua sumber yakni berupa entres cabang dari kebun
produksi( kebun penghasil lateks) atau entres dari kebun entres murni tetapi yang
paling baik adalah entres yang diperoleh dari kebun entres murni karena entress
cabang akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan keberhasilan okulasinya
rendah selain itu pengambilan entres akan mengganggu tanaman pokoknya .
(http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr323108.pdf)
Permintaan bibit karet klon unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan pembangunan kebun entres secara optimal. Kebun entres merupakan
penyimpan materi genetik dan sumber mata entres untuk membuat bibit karet klonal
dengan cara okulasi. Karena itu, kebun entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada
nama, ada pembatas yang memisahkan antara klon satu dengan lainnya.
Tanaman karet terdiri atas banyak klon. Saat tanaman masih muda, klon
mudah dikenali melalui daunnya. Bila tanaman telah tua,selain melalui daun, klon
karet bisa dikenali melalui batang dan percabangannya. Bahan tanaman karet bisa
dalam bentuk stum mata tidur yang lebih akrab disebut OMT. Bentuk OMT seperti
batang yang panjangnya lebih kurang 40 cm denganmata okulasi yang menempel,
berasal dari batang entres. Siapa pun sulit mengetahui jenis klon tanaman karet
dalam bentuk OMT maupun batang entres bila tidak ada daun yang bisa dikenali,
kecuali ada catatan asal usulnya. Oleh karena itu, setiap OMT maupun batan entres
harus diberi tanda pengenal atau kode yang jelas pada setiapbatang, plastik
pembungkus atau kotak kemasannya. Tanda pengenal bisa menggunakan cat kayu,
tali rafia, lilin berwarna atau apa saja yang memudahkan pemisahan satu. ( Siagian,
2006)
Faktor Kunci Mengelola Klon dan Entres Karet Permintaan bibit karet klon
unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi dengan pembangunan kebun entres
secara optimal. Kebun entres merupakan penyimpan materi genetik dan sumber mata
entres untuk membuat bibit karet klonal dengan cara okulasi. Karena itu, kebun
entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada nama, ada pembatas yang memisahkan
antara klon satu dengan lainnya. klon dengan klon lainnya sehingga tidak terjadi
pencampuran klon. Pemberian tanda pengenal atau kode sangat mudah dan
murah,tetapi bila hal itu diabaikan akan berakibat fatal. Pemberian tanda pengenal
pada tiap batang diperlukan terutama bila bahan tanaman akan diterimakan kepada
pihak lain dan berpindah tempat dalam bentuk kemasan. Dalam pengiriman entres,
tanda pengenal tiap batang merupakan keharusan. Setiap klon harus diberi tanda.
( Pusat penelitian karet, 2003 )
Sumber mata entres sangat berpengaruh terhadap mutu tanaman. Karena
kekurangan mata entres pada waktu membuat bibit, petani sering menggunakan mata
entres seadanya tanpa memperhitungkan akibatnya. Standar mutu kebun entres
sering tidak bisa dipenuhi sehingga produktivitas menurun meskipun pemeliharaan
cukup baik. Selama entres masih dalam tegakan tanaman, mata entres dalam kondisi
segar. Namun bila telah dipotong, daya tumbuhnya cepat menurun, bahkan tidak
mampu bertahan lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, begitu entres dipotong, mata
entres harus segera ditempelkan ke batang bawah. Mata entres atau mata okulasi
yang baik memiliki karakter: (1) mampu menempel pada batang bawah; (2) mampu
pecah atau melentis tepat pada waktunya (15-21 hari ); dan (3) mampu tumbuh
menjadi tunas sebagai calon tanaman dewasa.
Batang entres yang normal memiliki diameter 2,0-2,5 cm, telah cukup tua,
dan siap dipotong untuk digunakan sebagai bahan okulasi. Kemampuan mata okulasi
untuk menempel pada batang bawah merupakan penggabungan antara kambium
yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan
kayu.
Desain Rancangan Kebun Entres Sebaiknya kebun entres yang dibangun
terdiri dari beberapa jenis klon dan setiap klon minimal 100 batang. Penempatan
klon-klon tersebut diatur dalam petakpetak pada satu areal dengan batas yang jelas
dan jarak antar petak 2 (dua) meter untuk mencegah tercampurnya antar klon.
2. Pendederan ( Pembuatan kebun batang bawah)
Perkembangbiakan tanaman karet di Indonesia sudah sangat meluas karena
penggunaan bibit bermutu tinggi sudah memperoleh keunggulan bibit yang
berkelanjutan walaupun bibit bermutu merupakan modal yang relatif kecil tanpa
dampaknya terhadap produktivritas dan efisiensi sangat besar. Olehkarena itu
pengadaan bibit bermutu tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
kebun.
Sampai sekarang perbanyaakan tanaman karet masih dilakukan dengan teknik
sederhana, pelaksanaan okulasi memerlukan tersedianya tanaman semaian sebagai
batang bawah dan mata entres. Untuk mendapatkan boibit karet hasil okulasi yan g
bermutu tinggi diperlukan ketersediaan biji anjuran untuk batang bawah dan entres
anjuran untuk batang atasnya. Untuk mendapatkan batang atas yang berkualitas atau
bermutu diperlukan ketersediaan kebun entres yang terdiri atas klon-klon karet
unggul anjuran yang berasal dari kebun entres yang murni. Untuk memurnikan
kebun entres diperlukan kemampuan pengenalan masing-masing klon anjuran
tersebut.
Mutu benih perlu diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan batang
bawah yang baik dari sifat genetik, fisiologis, dan fisisnya. Dari batang bawah yang
akan menentukan daya gabungnya dengan batang atas, yang selanjutnya akan
berpengareuh terhadap pertumbuhan dan produksi.
Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam
bedeng perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab
dan tidak terkena sinar matahari langsung untuk mempermudah proses
pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan
ternaungi. Bedengan perkecambahan berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2
m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk
pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi atap
rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2
meter di bagian Barat. Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian
perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada
di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di
semai maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan
menggunakan gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari
setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak
digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya
dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.
Untuk memudahkan pemungutan biji, minimal sebulan sebelum biji jatuh, areal
pemungutan dibersihkan. Sekitar dua hari sebelum pemungutan biji, dilakukan
pemungutan pendahuluan untuk memastikan bahwa biji yang dikumpulkan adalah
biji yang masih segar. Pemungutan dan pengumpulan biji sebaiknya dilakukan setiap
dua hari sekali, agar biji yang diperoleh tetap segar dan daya tumbuhnya tinggi. Biji
yang jatuh pada areal pembatas sebaiknya tidak dipungut, karena dikhawatirkan
tercampur dengan biji dari klon bukan anjuran sebagai benih untuk batang bawah.
Biji yang sudah diseleksi dapat langsung didederkan pada bedengan
persemaian untuk dikecambahkan. Media untuk pendederan berupa pasir atau serbuk
gergaji, dan diberi naungan. Media pendederan harus selalu lembap. Untuk itu perlu
penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore. Pendederan biji dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu biji diatur berjajar dengan jarak antarbiji 1 cm, atau biji
ditebar dengan posisi biji tengkurap. Pendederan biji dengan cara diatur mempunyai
keuntungan, yaitu pemindahan kecambah lebih mudah karena pertumbuhannya
relatif seragam dan dapat dilakukan sampai stadium pancing.
Bila pendederan dengan ditebar, pemindahan kecambah harus dilakukan lebih
cepat, yaitu pada stadium mentis atau stadium bintang. Bila pemindahan terlambat,
akan dihasilkan bibit yang berakar bengkok atau bercabang akibat akar putus pada
saat pemindahan ke lapangan. Kecambah yang baik akan mentis dalam selang waktu
5-14 hari setelah pendederan. Kecambah yang baru mentis setelah 14 hari setelah
pendederan sebaiknya tidak ditanam di kebun pembibitan batang bawah karena
pertumbuhannya akan terlambat. Karena itu, untuk memperoleh bibit unggul prima
sebaiknya digunakan biji yang berkecambah di bawah 14 hari.
Untuk penanaman ke lapangan, kecambah diambil dari bedengan pendederan
dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Penanaman sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres di lapangan. Kecambah diangkut
dengan menggunakan ember berisi air atau dengan nyiram. Dengan pemeliharaan
yang baik (penyiangan dan pemupukan), pada umur 4-6 bulan bibit batang bawah
dapat diokulasi dengan teknik okulasi hijau, atau setelah batang bawah berumur 6-18
bulan dapat dilakukan okulasi dengan teknik okulasi coklat. Batang atas
menggunakan entres prima (mata okulasi dari ketiak daun) dari kebun entres klon
batang atas yang terpilih.
3. Persiapan Bahan tanam (Okulasi)
Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan
secara generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi.
Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh
sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan
sifat genetif selanjutnya.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan
dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa
kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain
penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan
produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan
benih relatif singkat, dan memudahkan pengendalian penyakit Oidium
hevea( Anwar, C. 2001)
Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif
dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang
normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah
dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk
pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan
pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak
tumbuh sangat besar.
Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang
biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan
untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh
produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu
diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah
serta kompatibilitas kedua calon batang tersebut.
Okulasi adalah salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan
menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang
keduanya memiliki sifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-
sifat baik dari kedua tanaman tersebut dalam waktu yang relatif pendek dan dapat
memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Dalam budidaya karet ada dikenal 3
macam teknik okulasi yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi cokelat. Pada
dasarnya prinsip okulasi relatif sama, yang berbeda adalah umur batang bawah dan
batang atas yang digunakan.
Jenis okulasi yang digunakan banyak perkebunan yaitu okulasi cokelat. Pada
okulasi coklat umur batang bawah yang digunakan adalah yang sudah berumur 8-18
bulan di pembibitan atau berdiameter mencapai 2 cm dan berwarna coklat. Ada juga
beberapa perkebunan yang menetapkan diameter batang 1,8 cm. Batang atas yang
digunakan pada teknik okulasi coklat adalah yang berasal dari kebun entres yang
berwarna hijau kecoklatan sampai coklat, berbatang lurus, dan bermata tunas dalam
keadaan tidur pada saat pemotongan. Pemotongan ini biasanya dilakukan 10 hari
sebelum okulasi dan dimaksudkan agar tangkai daun gugur sehingga diperoleh mata
tunas yang lebih banyak (Siregar, 2007).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu
keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi, kompatibilitas antara batang
atas dengan batang bawah, pemilihan entres dan kayu okulasi yang lurus dengan
mata tunas yang masih dorman dan keadaan iklim. Pada musim kemarau tanaman
karet mengalami gugur daun sehingga kurang baik untuk melakukan okulasi karena
adanya gangguan fisiologis. Sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim
penghujan. Jika pada musim penghujan, air dapat meresap pada luka okulasi yang
dapat mengakibatkan busuk (Anwar, 2001).
Bibit stum mata tidur karet diperoleh dari bibit okulasi yang tumbuh di
pembibitan selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan. Bibit yang terbentuk
berakar tunggang satu. Agar penyerapan unsur hara lebih optimal, sebelum
penanaman dilakukan pemotongan akar tunggang hingga 35 cm dan akar lateralnya
hanya 5 cm. Bibit stum mata tidur merupakan bibit yang mata tunasnya belum
tumbuh (Setyamidjadja, 2008).
Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum
penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu:
batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada
penyiapan bahan tanam.
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Keunggulan
yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang
baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di
okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan
tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai
(Simanjuntak, 2010)
4. Bibit karet kaki tiga (3 in 1)
Meningkatnya kebutuhan karet dunia memacu para peneliti untuk
lebihmeningkatkan produksi karet. Peningkatan produksi karet yang optimal
harusdimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang
berkualitassebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang baik.
Dalam perkebunan karet sering mendengar pola bibit karet dengan akar
tungang tiga atau bibit karet 3 in 1. Sistem ini sudah mulai di kembangkan petani
kecil untuk membuat bibit karet 3 in 1. Jenis bibit karet ini tidak jauh beda dengan
system okulasi yang telah banyak di kembangkan sebelumnya karena system ini
masih mengunakan persilangan klon bibit unggul antara klon penghasil lateks : BPM
24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260 klon penghasil lateks-kayu :
BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,
112, IRR 118 yang telah di rekomendasikan oleh pihak yang terkait.
Bibit karet dengan akar tunggang tiga atau 3 in 1 ini mempunyai beberapa ke
unggulan atau kelebihan seperti Akar tunggang tidak putus seperti bibit yang di
okulasi, bisa meminimalisir terjangkitnya jamur akar karena akar tungang tidak
putus, tidak mudah tumbang atau roboh dari pangkal ketika ada agin kuat,
tertumbuhan sangat kokoh karena di tunjang dengan akar tunggang tiga, Serapan
unsur hara menjadi lebih banyak dari akar ke batang, dengan pemeliharaan yang
rutin akan lebih cepat besar dan produksi getah karet.
Seperti yang kita ketahui bahwa Bibit Karet dengan akar tunggang tiga atau 3
in 1 ini memiliki beberapa ke unggulan atau kelebihan :
Akar tunggang tidak putus seperti bibit yang di okulasi
Bisa meminimalisir terjangkitnya jamur akar karena akar tungang tidak putus
Tidak mudah tumbang atau roboh dari pangkal ketika ada angin kuat
Pertumbuhan sangat kokoh karena di tunjang dengan akar tunggang tiga
Serapan unsur hara menjadi lebih banyak dari akar ke batang
Dengan pemeliharaan yang rutin akan lebih cepat besar dan produksi getah karet
Dengan kelebihan tersebut jika digabungkan dengan kelebihan bibit karet
yang diokulasi maka akan tercipta Bibit Karet Unggulan . Perlu di ingat sewaktu
penyiraman pada fase ini jangan sampai air kena plastik pengikat di batang karet
tersebut karna bisa mengkakibatkan pembusukan pada batang karet . Melewati
sekitar 21 hari buka pengikat pada batang karet dalam polibag karena sudah
menggabung menjadi 1 alur tunggu sampai 7 hari setelah itu baru pangkat batang
atas tinggalkan 1 batang yang ingin di jadikan sebagai batang atas. Setelah bibit karet
sudah berumur 3 (tiga) bulan atau sudah siap untuk diokulasi, persiapkan entres dari
batang pohon karet unggulan, lakukan pengokulasian dengan mengambil mata tidur
dari entres pilihan dan tempelkan pada batang bibit karet dengan Akar Tunggang
Tiga atau 3 in 1.
Setelah umur bibit karet 3 in 1 Plus berumur 21 hari atau 3 (tiga) minggu
maka bibit karet tersebut sudah siap dipotong bagian atas pengokulasian untuk
mendapat mata tunas yang baru dari mata tidur (entres). Untuk hasil dari bibit karet 3
in 1 Plus, disini penulis harus bersabar menunggu waktu beberapa tahun kemudian
atau siap untuk disadap.
5. Pengajiran
Dalam sistem pertanian yang baik dan benar, jarak tanam sangat penting
diperhatikan dan dilaksanakan dilapangan, jarak tanam sangat berkaitan dengan hasil
produksi tanaman . Cara untuk mengatur jarak tanam agar rapi, lurus dan teratur
adalah dengan menggunakan cara mengajir , dan tempat yang yang diletakkan ajir ini
yang akan dilobang dan digunakan untuk tempat tanam tanaman. Pengajiran adalah
langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/
ditanam dengan tanaman perkebunan/kehutanan.
Manfaat pengajiran sangatlah banyak dan berpngaruh terhadap petani, dan
ada kaitannya dengan hasil. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan
dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami.Pengajiran ada dasarnya
pemancangan untuk meluruskan dan mengatur ketentuan jarak tanaman, maka
pengajiran perlu dilakukan.
Pada dasarnya sebelum kita melakukan pengajiran, hendaknya kita terlebih
dahulu mengetahui waktu tanam yang baik ketika ingin memulai proses budidaya
tanaman karet, Penanaman bibit tanaman harus memilih waktu yang tepat dan
pengelolaan lahan tanam dan jarak tanam yang baik agar terhindar dari tingginya
angka kematian dilapangan. Waktu tanam yang tepat itu adalah awal musim hujan,
hal ini untuk mencegah terjadinya banyak tanaman karet yang mati. Persiapan tanam
sebaiknya selesai dilakukan satu bulan sebelum penanaman . kegiatan persiapan
tanam terdiri dari Pengajiran ( jalur tanam & jarak tanam ) dan Pembuatan Lubang
Tanam.
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman.
Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat
produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan
topografi areal yang akan kita tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur
sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam
penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut
sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan
kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir
induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.
Pengajiran ada dasarnya pemancangan untuk meluruskan dan mengatur
ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :
A. Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 0 ‐ 8% ) jarak
tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti
arah Timur ‐ Barat berjarak 7 m dan arah Utara ‐ Selatan berjarak 3 m
B. Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% ‐ 15%) jarak tanam
8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras‐teras yang diatur bersambung setiap 1,25
m.
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman.
Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga
sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam
pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran
kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan
dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan
kembali setelah lubang selesai dibuat. Dalam pelaksanaan penanaman tanaman
perkebunan diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari
pembukaan lahan sampai dengan penanaman. Lahan tempat tumbuh tanaman karet
harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan
lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman.
Pemancangan ajir bertujuan untuk : Mengatur jarak tanam di lapangan,
mempermudah pembuatan lubang tanam, membantu agar bibit yang ditanam
membentuk garis lurus, mempermudah pengelolaan dan pemeliharaan pada tanaman
karet muda maupun yang telah menghasilkan. Pemancangan ajir disesuaikan dengan
jarak tanam dan kerapatan yang diinginkan. Kerapatan tanaman karet berkisar antara
500-600 tanaman per hektar. Sementara itu, kerapatan dan variasi jarak tanam yang
diterapkan di lapangan harus memperhatikan kondisi kemiringan lahannya.
Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang
tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran
dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran
adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut
baik pada lahan datar maupun lahan agak miring. Pengajiran dilakukan setelah
pembukaan lahan selesai, dan setelah ditentukan jarak tanamnya. Pengajiran
kemudian dilaksanakan. Barisan-barisan karet yang akan terbentuk ada dua macam
yaitu: Barisan lurus, yaitu pada lahan-lahan datar atau agak miring dan Barisan
kontur, yaitu pada lahan yang bergelombang atau berbukit. (Prasetyo dkk, 1997)
6. Pemeliharaan Tanaman dan Penyadapan
Penyulaman
Bibit yang ditanam harus selalu diperiksa umur tanam mencapai tiga tahun.
Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman mati atau terserang penyakit dengan
tanaman yang baru. Penyulaman menggunakan bibit dari klon dan umur yang sama.
Bila waktu penyulaman telah berumur satu tahun atau lebih, maka penyulaman
menggunakan stum tinggi okulasi, bibit dalam polibeg atau core stum.
Penunasan/Pewiwilan
Tujuan penunasan adalah untuk memperoleh tanaman yang labih subur
dengan batang yang lurus dan mulus. Pada kondisi yang cukup baik pada umumnya
tanaman akan tumbuh lurus tanpa banyak memerlukan pewiwilan, sedangkan pada
kondisi sebaliknya banyak tumbuh tunas-tunas samping sehingga pewiwilan yang
intensif diperlukan.
Pengendalian Gulma
Gulma yang sering tumbuh diareal tanaman karet antara lain : ilalang
(imperata cylindria), Cyperus rotundus, Cyperus kilinga, Milania icranita,
Pengendalian gulma dapat dibagi kedalam pengendalian secara kimia, mekanik,
manual. Pengendalian kimia dengan menggunakan herbisida, pengendalian yang
sering digunakan. Pada TBM 3 sampai memasuki umur matang sadap pengendalian
gulma dilakukan secara kimia menggunakan herbisida.
Pemupukan
Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan memiliki beberapa
tujuan di antaranya: mendorong pertumbuhan tanaman sehingga karet dapat disadap
lebih awal, meningkatkan daya tahan ketika di sadap, dan memperkuat kondisi
tanaman terhadap serangan hama penyakit. Pemupukan areal TBM di Kebun
Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih menggunakan pukalet dengan cara
dibenamkan di sekitar batang. Pupuk diberikan 100 gr/pohon diberikan dua kali
dalam setahun sampai tanaman matang sadap.
5. Pengendalian hama dan penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman yang belum menghasilkan adalah
Jamur Akar Putih (JAP), yang disebabkan cendawan Ridiogoporus lignosus,
penyakit jamur upas (Cortisium solomonicolor), penyakit embun tepung (Oodium
heaveae), dan penyakit gugur daun (Collectorichum gloesporioides).
Pengendalaian penyakit JAP dilakukan dengan cara kimia dengan
menggunakan bahan kimia Bayleton 250 EC dengan dosis 10 ml/pohon. Selain itu,
pengendalian penyakit JAP secara biologi dengan menggunakan Triko SP..
Pengendalian penyakit daun yang disebabkan embun daun (Oidium heveae) dapat
menggunakan serbuk belerang tapi hal tersebut jarang dilakukan di Kebun.
Penyadapan Tanaman Karet
Penyadapan Tanaman Karet adalah tindakan pembukaan lateks agar lateks
yang ada dalam tanaman karet keluar (Puslit karet, 2003). Cara menyadap yang
dikenal luas adalah dengan mengiriss bagian dari kulit batang, pada prinsipnya
penyadapan adalah tindakan memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks
yang merupakan hasil seleksi tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut.
Kriteria Matang Sadap dan Persiapan Buka Sadap
Tanaman yang telah matang sadap berarti tanaman tersebut telah
menunjukkan kesanggupan untuk disadap tanpa menyebabkan gangguan berarti
terhadap kesehatan tanaman tersebut. Umumnya tanaman karet telah siap disadap
pada umur 5-6 tahun setelah tanam dan memiliki lilit batang minimal 45 cm yang
diukur pada ketinnggian 100 cm dari pertautan kaki gajah. Kriteria matang sadap
untuk sebuah areal adalah jika telah mencapai 60% atau lebih populasi yang terdapat
pada areal tersebut telah memenuhi kriteria matang sadap.
Pada pohon yang telah memenuhi kriteria matang sadap, dilakukan
penggambaran bidang sadap. Penggambaran bidang sadap berguna untuk
memberikan patokan kepada penyadap dengan mempergunakan mal sadap. Tinggi
bukaan sadap pertama kali adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Arah irisan sadap
dari kiri atas ke kanan bawah. Sudut kemiringan bidang sadap 30-40 terhadap bidang
datar untuk sadapan kearah bawah, 45-50 untuk sadapan ke atas. Garis sandaran
dibuat sebagai pembatas panjang bidang sadap dinotasikan dengan S, notasi 1/2S
berarti panjang irisan sadapnya setengah lilitan batang, 1/4S berarti seperempat
lilitan batang. Bila panjang sadapan setengah spiral (1/2S), maka garis sandar dibuat
dengan membagi lingkar batang menjadi dua bagian arah timur barat. Mal sadap
dipasang pada garis sandar depan dan dibuat garis menurut mal sadap.
Setelah penggambaran selesai, pada pohon tersebut dipasang talang dan
mangkuk penampung, talang berupa lempengan logam cekung yang berguna untuk
mengalir dan meneteskan lateks ke mangkuk penampung, mangkuk sadap digunakan
untuk manampng tetesan lateks. Penyangga mangkuk umumnya menggunakan
kawat, pada pohon yang muda penyangga mangkuk dikaitkan pada tali yang
dililitkan pada batang . penempatan talang berjarak kurang lebih 15 cm dari alur
sadap dan mangkuk penampung ditempatkan 15 cm di bawah talang.
Teknis Penyadapan
Penyadapan tanaman karet pada umumnya dilakukan pada pagi hari, karena
pada pagi hari jumlah lateks yang keluar sangat dipengaruhi oleh tekanan turgor sel.
Tekanan turgor berbanding terbalik dengan jumlah dan kecepatan aliran lateks.
Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar dan semakin
menurun pada siang hari. Pelaksanaan penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit
batang tanaman karet menggunakan pisau sadap.
Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium
batang. Kedalaman sadapan sangat berkaitan dengan banyaknya jumlah pembuluh
lateks yang terpotong. Penyadapan diusahakan tidak mengenai kambium batang yang
berada diantara kulit dan kayu batang tanaman . bila penyadapan mengenai kulit
maka akan terjadi infeksi pada batang , berupa tonjolan- tonjolan atau batang tidak
dapat membentuk kulit pulihan.
Umur produksi tanaman karet diharapkan dapat mencapai hingga 25- 30
tahun. Oleh karena itu, penggunaan kulit harus sehemat mungkin, ketebalan kulit
sekali sadap diharapkan tidak lebih dari 2 mm. Frekuensi sadap dinotasikan dengan
“d” notasi d/2 berarti penyadapan dilakukan dua hari sekali, d/3 berarti penyadapan
dilakukan tiga hari sekali, panjang sadap dan pemberian stimulan merupakan bagian
dari sistem eksploitasi tanaman karet.
BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. WaktudanTempat
Pelaksanaan praktikum pengelolaan perkebunan karet di laksanakan setiap
hari Rabu sejak bulan September sampai bulan November pukul 14.30 WIB sampai
dengan selesai bertempat di Kebun Percobaan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya.
B. Bahan dan Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah sebagai berikut : 1).
Cangkul, 2).Meteran, 3). Pisau Okulasi, 4). PisauS adap, 5). Ajir, 6).Plastik Okulasi,
7). Tali Rafia, dan 8) Alat Tulis, sedangkan bahan yang digunakan 1).Batang atas
(entres) tanaman karet, 2).Batang bawah tanaman karet, 3).Biji karet, 4).Pupuk Urea.
C. Cara Kerja
1. Identifikasi Kebun Entres
Adapun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum identifikasi kebun entres
adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi setiap tanaman karet yang ada pada kebun entres
2. Menghitung jumlah mata entres coklat dan mata entres hijau yang ada pada setiap
tanaman.
3. Menulis jumlah mata entres coklat dan jumlah mata entres hijau setiap tanaman pada
tabel laporan sementara. (masing-masing praktikan 5 tanaman karet).
2. Pendederan (Pembangunan Kebun Batang Bawah)
Ada pun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum pendederan benih yang
termasuk dalam pembangunan kebun batang bawah adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan bedengan dengan ukuran lebar 1-1,2 m dan panjang disesuaikan
dengan lahan
2. Di atas bedengan dihampar pasir 5-7 cm
3. Bedengan dinaungi jerami/daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi barat
4. Biji yang akan dikecambahkan direndam terlebih dahulu dan benih yang baik yang
terendam 2/3 bagian bijinya
5. Biji dibenam pada bedengan dengan bagian muka menghadap kebawah dan
punggungnya terlihat dipermukaan
3. Persiapan Bahan Tanam (Okulasi)
Ada pun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum mengenai persiapan bahan
tanam yaitu okulasi adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan batang bawah dengan lilit batang tanaman berkisar 5-7 cm diukur
pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah dan tunas ujung dalam keadaan tidur
atau daun tua
2. Mempersiapkan mata tunas dari batang atas
3. Pembuatan jendela okulasi, mengiris vertikal sejajar batang bawah (4cm) dan irisan
melintang (2cm) di atas irisan vertikal untuk bukaan jendela dari atas, irisan
melintang di bawah irisan vertikal untuk bukaan jendela dari bawah.
4. Pembuatan Perisai Mata Okulasi, pengambilan perisaimata okulasi pada jendela
bukaan atas dan pengambilan perisai mata okulasi pada jendela bukaan bawah,
melepas bagian kulit perisai mata okulasi dari bagian kayunya, dan perisai mata
okulasi yang baik ditandai dengan titik putih yang menonjol pada bagian kulitnya
(mata tidak berlubang).
5. Pemasangan mata okulasi pada jendela bukaan atas atau pemasangan mata okulasi
pada jendela bukaan bawah, penutupan jendela okulasi,
6. Pembalutan jendela okulasi dengan plastik okulasi.
7. Pembukaan dan pemeriksaan okulasi, balutan plastik dibuka, diperiksa hasil okulasi
dengan dicongkel untuk dilihat kalau hijau pada okulasinya berarti berhasil kalau
coklat berarti okulasigagal.
4. Bibit Karet Kaki Tiga
Adapun langkah-langkah untuk memperoleh bibit kaki tiga yaitu :
Tanah dalam polibeg diberi pupuk
Masukan 3 Bibit karet/ kecambah karet nya kedalam polibeg
Setelah di tanam lakukan penyiraman secara rutin setiap hari agar bisa
berkembang subur
Tunggu sampai 2 atau 3 bulan setelah batang karet tadi mencapai diameter 3
mm setiap batang
Setelah itu lakukan pengabungan 3 batang karet dalam polibag dengan cara
kupas sebagian katang karet (sama dengan okulasi)
Setelah di kupas tiga bagian dalam lakukan pembungkusan 3 batang karet
menjadi satu
Setelah itu tunggu sekitar 1 bulan yang tentunya masih rutin penyiraman
secukupnya setiap hari.
5. Pengajiran
Adapun cara kerja dalam praktikum pengajiran yaitu sebagai berikut :
1. Praktikan membawa ajir sebanyak 70 buah
2. Setiap kelompokmendapatkanlahanseluas 50 m x 13 m denganjaraktanam 6 m x 3 m.
3. Sebelumnya tali rafia dengan ukuran 50 m telah dibagi menjadi 8 titik ukuran 6 m di
bentangkan utara keselatan di pasang ajir utamanya di setiap ujung tali tersebut.
4. Tali rafia dengan ukuran 13 m yang telah di bagi menjadi 4 titik di setiap ukuran 3 m
membentang dari timur ke barat dan di pasang ajir utamanya di ujung tali.
5. Kemudian diikuti dengan pembuatan ajir kearah selatan dan kearah timur,pada tiap –
tiap titik jarak tanam di pasanglah kayu ajir,
6. Untuk membantu agar pola ajiran tersebut lurus maka digunakan kompas
6. Pemeliharaan Tanaman dan Penyadapan
Pemeliharaan Tanaman
1. Pemeliharaan tanaman karet yang di praktekan dalam praktikum adalah pemupukan.
2. Setiap kelompok diharuskan memupuk 5 tanaman karet
3. Pupuk yang digunakan pupuk urea dengan dosis 1 genggam setiap pohon
4. Sebelum ditaburi pupuk, dibuat dulu lingkaran disekitar tanaman atau piringan
dengan diameter 1-2 m dengan cangkul dan membersihkan areal lingkaran.
5. Setelah dibuat piringan dan bersih , baru pupuk ditaburi dipiringan sekitar tanaman
karet tersebut.
Penyadapan
1. Praktikum penyadapan dilakukan dengan menggunakan pisau sadap
2. Praktikan belajar menyadap tanaman karet dengan melukai pembuluh lateks tanaman
karet dengan pisau sadap
3. Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh
lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300 – 400 terhadap
bidang datar untuk bidang sadap bawah.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Pembuatan Bahan Tanam ( Okulasi )
Tanaman Keterangan Hasil Okulasi
Hidup Mati
I √ -
II √ -
b. Pendederan
Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah Daun
I 34 cm 5 helai
II 33,5 cm 4 helai
III 36 cm 5 helai
IV 34 cm 5 helai
V 38 cm 7 helai
c. Pengajiran
Luas Lahan Jarak Tanam Jumlah Batang Ajir ( Populasi )
50 x 10 m 6 x 3 m 28
Jumlah ajir = Luas lahan Jarak tanam = 50 x 10 m 6 x 3 m = 500 m
18 m = 28
B. Pembahasan
1. Indentifikasi kebun entres
Hal-hal yang kami lakukan dalam praktikum indentifikasi kebun entres yaitu
melakukan pengamatan megenai jumlah mata tunas hijau dan mata tunas cokelat.
Setiap pohon tanaman karet memiliki mata tunas coelat dan mata tunas hijau yang
berbeda. Dalam satu tanaman yang diukur 100 cm dari cabang batang ke atas,
masing-masing individu mengindentifikasi jumlah mata tunas cokelat maupun hijau
pada 5 tanaman. Hasilnya antara lain pada tanaman 1, memiliki 3 cabang. Cabang
pertama mata tunas cokelat ada 15, dan mata tunas hijau 16. Cabang kedua jumlah
mata tunas cokelat 22, dan mata tunas hijau18. Cabang ketiga jumlah mata tunas
cokelat 12, dan mata tunas hijau 21.
Pemilihan lokasi kebun entres merupakan langkah pertama dalam
pembangunan kebun entres. Pembangunan kebun entres sebaiknya dekat dengan
lokasi pembibitan batang bawah dengan persyaratan lokasi sebagai berikut : a).
Tidak tergenang air, b). Bebas dari sumber penyakit terutama jamur akar putih,
mengingat kebun entres dipertahankan 8 sampai 10 tahun, c). Topografi datar dengan
kemiringan 0-10 persen, bila kemiringan > 10 % maka harus dibuat teras untuk
menghindari terjadinya erosi., d). Dekat dengan jalan, untuk memudahkan
pengangkutan sarana produksi dan pemanenan, e). Dekat dengan sumber air, untuk
memudahkan penyiraman bila diperlukan
2. Pendederan
Media untuk pendederan berupa pasir atau serbuk gergaji, dan diberi
naungan. Media pendederan harus selalu lembap. Untuk itu perlu penyiraman dua
kali sehari pada pagi dan sore. Pendederan biji dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu biji diatur berjajar dengan jarak antarbiji 1 cm, atau biji ditebar dengan posisi
biji tengkurap. Pendederan biji dengan cara diatur mempunyai keuntungan, yaitu
pemindahan kecambah lebih mudah karena pertumbuhannya relatif seragam dan
dapat dilakukan sampai stadium pancing. Bila pendederan dengan ditebar,
pemindahan kecambah harus dilakukan lebih cepat, yaitu pada stadium mentis atau
stadium bintang.
Sistem Pendederan yang kami lakukan yaitu sistem dederan teratur. Adapun
tinggi tanaman yang didapatkan pada praktikum pendederan ini yaitu relatif sama.
Ada yang tingginya 34 cm, 35cm, 36 cm, dan 38 cm. Sedangkan jumlah daun yang
tedapat pada masing-masing tanaman yaitu 4 helai, 5 helai dan 7 helai. Selama
pendederan hal-hal yang perlu dilakukan yaitu penyiraman pada sore hari supaya
menjaga kelembaban tanah. Tinggi naungan disebelah barat dan timur berbeda yakni
80 cm dan 120 cm. Hal ini dikarenakan agar tanaman dapat menyerap sinar matahari
dalam proses metabolisme dan fotosintesisnya.
Bila pemindahan terlambat, akan dihasilkan bibit yang berakar bengkok atau
bercabang akibat akar putus pada saat pemindahan ke lapangan. Kecambah yang
baik akan mentis dalam selang waktu 5-14 hari setelah pendederan. Kecambah yang
baru mentis setelah 14 hari setelah pendederan sebaiknya tidak ditanam di kebun
pembibitan batang bawah karena pertumbuhannya akan terlambat. Karena itu, untuk
memperoleh bibit unggul prima sebaiknya digunakan biji yang berkecambah di
bawah 14 hari. Untuk penanaman ke lapangan, kecambah diambil dari bedengan
pendederan dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Penanaman sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres di lapangan. Kecambah
diangkut dengan menggunakan ember berisi air atau dengan nyiru.
3. Pembuatan bahan tanam (okulasi)
Berdasarkan praktikum yang kami laksanakan pertama-tama kami melakukan
okulasi dengan cara menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman
batang bawah. Kemudian membungkusnya dengan plastik okulasi, dan di biarkan
selama dua minggu. Berdasarkan 2 minggu setelah okulasi, plastik pembalut dibuka.
Hasil yang didapatkan yaitu mata entres masih berwarna hijau yang
menandakan bahwa okulasi yang di buat berhasil (hidup), dan bila berwarna coklat
kehitaman mati. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu
keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi, kompatibilitas antara batang
atas dengan batang bawah, pemilihan entres dan kayu okulasi yang lurus dengan
mata tunas yang masih dorman dan keadaan iklim. Pada musim kemarau tanaman
karet mengalami gugur daun sehingga kurang baik untuk melakukan okulasi karena
adanya gangguan fisiologis. Sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim
penghujan. Jika pada musim penghujan, air dapat meresap pada luka okulasi yang
dapat mengakibatkan busuk.
4. Bibit karet kaki 3
Bibit karet kaki 3 didapat dari penggabungan klon-klon yang unggul menjadi
1 tanaman. Bibit Karet dengan akar tunggang tiga atau 3 in 1 ini mempunyai
beberapa ke unggulan atau kelebihan :
Akar tunggang tidak putus seperti bibit yang di okulasi
Bisa meminimalisir terjangkitnya jamur akar karena akar tungang tidak putus
Tidak mudah tumbang atau roboh dari pangkal ketika ada agin kuat
Pertumbuhan sangat kokoh karena di tunjang dengan akar tunggang tiga
Serapan unsur hara menjadi lebih banyak dari akar ke batang
Dengan pemeliharaan yang rutin akan lebih cepat besar dan produksi getah karet
5. Pengajiran
Pada dasarnya pengajiran dilakukan agar penanaman karet lurus, dengan
lurusnya tanaman karet tersebut pertumbuahn dan produksi lateks dari karet jadi
optimal. Selain itu juga jarak tanam karet juga mempengruhi produksi karet, jarak
tanam yang dipakai dalam praktikum ini adalah 4x5m dengan 4m merupakan
sejajar dengan arah mata angin barat-timur dan 5m sejajar dengan arah mata angin
utara-selatan, tujuan dari jarak tanam yang panjang mengadap kearah matahari agar
tanaman karet lebih bisa mendapatkan sinar matahri secara optimal.
Jarak tanam yang digunakan dalam percobaan pengajiran ini adalah 4 m x 5
m. dengan luas lahan 50 x 10 m, jadi jumlah ajir yang harus diperoleh yaitu 28 buah.
Dari beberapa jarak tanam yang telah disebutkan, selalu saja posisi yang mengarah
pada utara – selatan adalah posisi dengan jarak tanam yang lebih lebar atau lebih
panjang dari jarak tanam antara timur – barat
6. Pemeliharaan dan penyadapan
Pemeliharaan yang kami lakukan yaitu secara mekanis. Pertama-tama
membersihkan areal kebun entres, dari sagala rerumputan kemudian membentuk
piringan, lalu memberikan pupuk dengan menggunakan pupuk urea sebanyak 200
gram dalam satu pohon. Pada praktikum kali ini kami tidak mendapatkan adanya
penyakit pada tanaman.
Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang atau
cabang tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka waktu yang
lama sehingga lateks menetes ke luar dari pembuluhnya menuju mangkuk. Dengan
demikian, diperlukan perencanaan yang matang dan dilaksanakan secara konsisten
sesuai dengan rencana tersebut. Penyadapan ini kami laksanakan di kebun percobaan
Universitas Sriwijaya.
Persiapan buka sadap yaitu tinggi bukaan sadap 130 cm diatas pertautan, arah
3,7 “ kiri atas kanan bawah, dan sudut kemiringan irisan sadap 30-40 “. Pelaksanaan
penyadapan antara lain : kedalaman irisan sadap 1mm-1,5mm dari kambium,
ketebalan irisan yang dianjurkan 1,5-2 mm, frekuensi penyadapan 1 x dalam 3 hari
(d/3), waktu penyadapan dipengaruhi oleh tekanan turgor. Penyadapan sebaiknya
dilakukan pada pagi dan sore hari.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan dari praktikum pengelolalan perkebunan karet
adalah sebagai berikut :
1. Dengan melakukan praktikum karet ini kita dapat memahami dan
mempraktekkan bagaimana cara budidaya karet.
2. Pendederan biji dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu biji diatur berjajar dengan
jarak antarbiji 1 cm, atau biji ditebar dengan posisi biji tengkurap
3. Okulasi adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat
bergabung( Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang
baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan produksi yang
baik.
4. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan pada
perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila cungkilan berwarna hijau berarti
okulasi dinyatakan berhasil
5. Dalam proses penyadapan ada tahap-tahapnya agar tidak mengenai
cambium,karena jika mengenai cambium batang tanaman karet akan mengalami
kerusakan kulit yang dapat menurunkan produktivitas karet.
B. Saran
Perlu dilakukan pemurnian dan pemeliharaan yang baik terhadap kebun
entres. Dalam penyadapan karet kita harus berhati-hati terutama dalam menyadap
karet karena jika tidak hati-hati akan mengenai cambium batang karet yang bisa saja
itu menurunkan produktivitas karet. Jika melakukan penyadapan yang baik
sebaiknya dilakukan pada pukul 05:00-07:00 pagi atau sore agar mendapat lateks
yang baik dan banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2001. Manajemen dan Teknik Budidaya Tanaman Karet. http://www.pdf-look.com/teknik okulasi.html. [ 20 April 2012].
2001.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet.Pusat Penelitian Karet : Medan.
2001. Managemen Tanaman Karet. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Balai Penelitian sembawa, Pusat Penelitian karet.
Ardi,Rio.2009. Karet (Havea brasiliensis) Budi Daya Dan Penanamannya. http://www.rioardi.blogspot.com.Diakses tanggal 9 Januari 2011.
Ardian, 2009. Teknik Okulasi Karet. http://ardian88.blogspot.com/ .[14 Mei 2011]
Boerhendhy (2003). Teknik pemancangan ajir. Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Balai Penelitian sembawa, Pusat Penelitian Karet.
Budi dkk. 2008. Pembangunan Kebun Wanatani berbasis Karet Klonal. World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia Regional Office
Darmawijaya,Isa.Klasifikasi Tanah.1990.Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr323108.pdf
http://ditjenbun.deptan.go.id/web.old/benihbun/benih/images/pedoman%20pemurnian%20karet%20(hasil%20koreksi).pdf
Pakpahan,Effendi.2009.Teknis Budidaya Tanaman Karet.Disampaikan pada :Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet Non Revitalisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Tanggal 21 November 2008.Medan.
Pusat Penelitian Karet 2003. Pengelolaan Bahan Tanaman Karet. Balai Penelitian Swasembada. Pusat Penelitian Karet.
Prasetyo, dkk. 2012 . Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
Sagala, A.D., 2006. Pembangunanan Dan Pengelolaan Kebun Entres Karet Hevea. Makalah Penelitian Workshop Manajemen Pengadaan Bibit Unggul Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih.
Setiawan, D. H. dan Andoko A., 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka, Jakarta
Siagian, N., 2006. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanaman Karet Unggul. Kumpulan Materi Pelatihan Penerapan Teknologi Budidaya Karet dan Pengolahan Karet 11-13 September 2006. Balai Penelitian Karet Sungei Putih.
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. http://ditjenbun.deptan.go.id/. [14 Mei 2011]
Siregar, T.H.S. 2007. Teknik Penyadaan Karet. Revisi ke-7. Kanisius. Yogyakarta. 53 hal.
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Yogyakarta.
Tim Penulis PS. 2007. Karet: Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 366 hal.
Tim Penulis PS, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tim Penulis PS. 2007. Karet: Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 366 hal.