laporan budidaya karet

61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi yang tersedia. Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta hektar mengungguli Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas tanaman karet ratarata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn. Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet

Upload: posma-andri-octavia-siagian

Post on 30-Jun-2015

11.005 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Budidaya KARET

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu

komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa

bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi

sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan

melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya

alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi yang tersedia. Indonesia merupakan negara

dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta hektar mengungguli

Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya

memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas

tanaman karet ratarata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn.

Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah

dibandingkan Thailand, yaitu 1675 kg/ha/thn.

Pada praktikum yang telah kami laksanakan, terdapat beberapa teknik

budidaya tenaman karet yaitu : 1). Identifikasi kebun entres. Kebun entres

merupakan kebun yang menghasilkan mata tunas. Dalam rangka meningkatkan peran

perbenihan khususnya sumber benih entres karet perlu dilakukan pengawasan kebun

entres pada kebun-kebun entres baik milik perusahaan perkebunan, dinas perkebunan

maupun milik petani mempunyai kebun entres. 2). Pendederan (Pembuatan kebun

batang bawah). Bibit batang bawah adalah bibit yang digunakan sebagai tempat

menempelkan mata tunas pada proses okulasi. Benih yang di gunakan sebagai batang

Page 2: Laporan Budidaya KARET

bawah sekurang-kurangnya berasal dari biji pilihan propellegitim yaitu biji yang

diketahui pohon induk asalnya. Pendederan dilakukan untuk memperoleh bibit

tanam. Pendederan dilakukan pada petak yang berukuran 3x 1 m, dengan naungan.

3). Persiapan Bahan Tanam (okulasi). Okulasi adalah salah satu cara perbanyakan

tanaman secara vegetatif melalui penempelan mata entres ke batang yang sejenis

dengan tujuan mendapat sifat yang unggul. 4). Pembuatan bibit 3 in 1. Ada beberapa

keunggulan dari bibit karet kaki 3 yaitu tidak mudah roboh,pertumbuhan cepat. 5).

Pengajiran dan penanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan

dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Pengajiran adalah dasarnya

pemancangan untuk meluruskan dan mengatur  ketentuan jarak tanaman, maka

pengajiran perlu dilakukan. 6). Pemeliharaan dan Penyadapan. Pemeliharaan

tanaman karet diantaranya Penyulaman, penunasan/pewiwiwilan, pengendalian

gulma, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit. Penyadapan adalah tindakan

memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks yang merupakan hasil seleksi

tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari Pembuatan laporan ini yaitu agar setiap mahasiswa dapat

mengetahui teknik budidaya tanaman karet yang dimulai dari pembuatan kebun

entres, pembuatan batang bawah dan okulasi, penss=dederan, pengajiran, serta dapat

melakukan penyadapan

Page 3: Laporan Budidaya KARET

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika tanaman Karet ( Hevea brasilliensis)

Menurut Strasburgers (2004) taksonomi karet, yaitu:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Sub class : Tricoccae

Familli : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.

BOTANI

Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-

40 m. sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah

hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m.

Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga

kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).

Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai

anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak

daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat tiga helai

anak daun. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau merah (setiawan,2000).

Pada satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai.

Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga

Page 4: Laporan Budidaya KARET

betina terbentuk di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon

bervariasi pada keaadan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat

mencapai 6000-8000 bunga per pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah

malai dan ukurannya lebih kecil, sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar dari

pada bunga jantan dan berbentuk bulat (bundar). Jumlah bunga jantan dalam satu

pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak dari bunga betina (Siagian, 2006).

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga,

kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.

Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Pathamus,

1982).

Syarat Tumbuh

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim

untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan

150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai

produksinya juga terlambat.

Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai

4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun

demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.

Page 5: Laporan Budidaya KARET

Tinggi tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut

tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara

25oC sampai 35oC.

Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk

penanaman karet.

b. Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini

disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet

dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat

fisiknya.

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik

tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis

mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman

air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik

karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat

fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara

pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.

Page 6: Laporan Budidaya KARET

B. Budidaya tanaman Karet

1. Identifikasi kebun entres

Bahan tanaman karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang

diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan

tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa

tanaman menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam. Agar sasaran pemerintah

tersebut dapat berhasil, maka perlu didukung dengan ketersediaan benih karet unggul

bermutu baik benih/biji untuk batang bawah maupun entres untuk batang atas

secara 6 (enam) tepat yaitu (mutu, jumlah, jenis, waktu, lokasi dan harga).

Untuk ketersediaan entres karet maka kebun-kebun entres yang ada sebagai

sumber benih batang atas perlu dilakukan pemurnianPenanaman kebun entres

merupakan bagian terpenting dalam proses penyediaan bibit karet klon unggul

karena untuk mendapatkan hasil tanam yang baik diperlukan entres yang baik. Mata

okulasi dapat diambil dari dua sumber yakni berupa entres cabang dari kebun

produksi( kebun penghasil lateks) atau entres dari kebun entres murni tetapi yang

paling baik adalah entres yang diperoleh dari kebun entres murni karena entress

cabang akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan keberhasilan okulasinya

rendah selain itu pengambilan entres akan mengganggu tanaman pokoknya .

(http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr323108.pdf)

Permintaan bibit karet klon unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi

dengan pembangunan kebun entres secara optimal. Kebun entres merupakan

penyimpan materi genetik dan sumber mata entres untuk membuat bibit karet klonal

Page 7: Laporan Budidaya KARET

dengan cara okulasi. Karena itu, kebun entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada

nama, ada pembatas yang memisahkan antara klon satu dengan lainnya.

Tanaman karet terdiri atas banyak klon. Saat tanaman masih muda, klon

mudah dikenali melalui daunnya. Bila tanaman telah tua,selain melalui daun, klon

karet bisa dikenali melalui batang dan percabangannya. Bahan tanaman karet bisa

dalam bentuk stum mata tidur yang lebih akrab disebut OMT. Bentuk OMT seperti

batang yang panjangnya lebih kurang 40 cm denganmata okulasi yang menempel,

berasal dari batang entres. Siapa pun sulit mengetahui jenis klon tanaman karet

dalam bentuk OMT maupun batang entres bila tidak ada daun yang bisa dikenali,

kecuali ada catatan asal usulnya. Oleh karena itu, setiap OMT maupun batan entres

harus diberi tanda pengenal atau kode yang jelas pada setiapbatang, plastik

pembungkus atau kotak kemasannya. Tanda pengenal bisa menggunakan cat kayu,

tali rafia, lilin berwarna atau apa saja yang memudahkan pemisahan satu. ( Siagian,

2006)

Faktor Kunci Mengelola Klon dan Entres Karet Permintaan bibit karet klon

unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi dengan pembangunan kebun entres

secara optimal. Kebun entres merupakan penyimpan materi genetik dan sumber mata

entres untuk membuat bibit karet klonal dengan cara okulasi. Karena itu, kebun

entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada nama, ada pembatas yang memisahkan

antara klon satu dengan lainnya. klon dengan klon lainnya sehingga tidak terjadi

pencampuran klon. Pemberian tanda pengenal atau kode sangat mudah dan

murah,tetapi bila hal itu diabaikan akan berakibat fatal. Pemberian tanda pengenal

pada tiap batang diperlukan terutama bila bahan tanaman akan diterimakan kepada

Page 8: Laporan Budidaya KARET

pihak lain dan berpindah tempat dalam bentuk kemasan. Dalam pengiriman entres,

tanda pengenal tiap batang merupakan keharusan. Setiap klon harus diberi tanda.

( Pusat penelitian karet, 2003 )

Sumber mata entres sangat berpengaruh terhadap mutu tanaman. Karena

kekurangan mata entres pada waktu membuat bibit, petani sering menggunakan mata

entres seadanya tanpa memperhitungkan akibatnya. Standar mutu kebun entres

sering tidak bisa dipenuhi sehingga produktivitas menurun meskipun pemeliharaan

cukup baik. Selama entres masih dalam tegakan tanaman, mata entres dalam kondisi

segar. Namun bila telah dipotong, daya tumbuhnya cepat menurun, bahkan tidak

mampu bertahan lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, begitu entres dipotong, mata

entres harus segera ditempelkan ke batang bawah. Mata entres atau mata okulasi

yang baik memiliki karakter: (1) mampu menempel pada batang bawah; (2) mampu

pecah atau melentis tepat pada waktunya (15-21 hari ); dan (3) mampu tumbuh

menjadi tunas sebagai calon tanaman dewasa.

Batang entres yang normal memiliki diameter 2,0-2,5 cm, telah cukup tua,

dan siap dipotong untuk digunakan sebagai bahan okulasi. Kemampuan mata okulasi

untuk menempel pada batang bawah merupakan penggabungan antara kambium

yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan

kayu.

Desain Rancangan Kebun Entres Sebaiknya kebun entres yang dibangun

terdiri dari beberapa jenis klon dan setiap klon minimal 100 batang. Penempatan

klon-klon tersebut diatur dalam petakpetak pada satu areal dengan batas yang jelas

dan jarak antar petak 2 (dua) meter untuk mencegah tercampurnya antar klon.

Page 9: Laporan Budidaya KARET

2. Pendederan ( Pembuatan kebun batang bawah)

Perkembangbiakan tanaman karet di Indonesia sudah sangat meluas karena

penggunaan bibit bermutu tinggi sudah memperoleh keunggulan bibit yang

berkelanjutan walaupun bibit bermutu merupakan modal yang relatif kecil tanpa

dampaknya terhadap produktivritas dan efisiensi sangat besar.  Olehkarena itu

pengadaan bibit bermutu tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

kebun. 

Sampai sekarang perbanyaakan tanaman karet masih dilakukan dengan teknik

sederhana, pelaksanaan okulasi memerlukan tersedianya tanaman semaian sebagai

batang bawah dan mata entres.   Untuk mendapatkan boibit karet hasil okulasi yan g

bermutu tinggi diperlukan ketersediaan biji anjuran untuk batang bawah dan entres

anjuran untuk batang atasnya. Untuk mendapatkan batang atas yang berkualitas atau

bermutu diperlukan ketersediaan kebun entres yang terdiri atas klon-klon karet

unggul anjuran yang berasal dari kebun entres yang murni.   Untuk memurnikan

kebun entres diperlukan kemampuan pengenalan masing-masing klon anjuran

tersebut. 

Mutu benih perlu diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan batang

bawah yang baik dari sifat genetik, fisiologis, dan fisisnya.   Dari batang bawah yang

akan menentukan daya gabungnya dengan batang atas, yang selanjutnya akan

berpengareuh terhadap pertumbuhan dan produksi. 

Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam

bedeng perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab

dan tidak terkena sinar matahari langsung untuk mempermudah proses

Page 10: Laporan Budidaya KARET

pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan

ternaungi. Bedengan perkecambahan berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2

m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk

pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi atap

rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2

meter di bagian Barat. Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian

perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada

di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di

semai maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan

menggunakan gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari

setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak

digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya

dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.

Untuk memudahkan pemungutan biji, minimal sebulan sebelum biji jatuh, areal

pemungutan dibersihkan. Sekitar dua hari sebelum pemungutan biji, dilakukan

pemungutan pendahuluan untuk memastikan bahwa biji yang dikumpulkan adalah

biji yang masih segar. Pemungutan dan pengumpulan biji sebaiknya dilakukan setiap

dua hari sekali, agar biji yang diperoleh tetap segar dan daya tumbuhnya tinggi. Biji

yang jatuh pada areal pembatas sebaiknya tidak dipungut, karena dikhawatirkan

tercampur dengan biji dari klon bukan anjuran sebagai benih untuk batang bawah.

Biji yang sudah diseleksi dapat langsung didederkan pada bedengan

persemaian untuk dikecambahkan. Media untuk pendederan berupa pasir atau serbuk

gergaji, dan diberi naungan. Media pendederan harus selalu lembap. Untuk itu perlu

Page 11: Laporan Budidaya KARET

penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore. Pendederan biji dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu biji diatur berjajar dengan jarak antarbiji 1 cm, atau biji

ditebar dengan posisi biji tengkurap. Pendederan biji dengan cara diatur mempunyai

keuntungan, yaitu pemindahan kecambah lebih mudah karena pertumbuhannya

relatif seragam dan dapat dilakukan sampai stadium pancing.

Bila pendederan dengan ditebar, pemindahan kecambah harus dilakukan lebih

cepat, yaitu pada stadium mentis atau stadium bintang. Bila pemindahan terlambat,

akan dihasilkan bibit yang berakar bengkok atau bercabang akibat akar putus pada

saat pemindahan ke lapangan. Kecambah yang baik akan mentis dalam selang waktu

5-14 hari setelah pendederan. Kecambah yang baru mentis setelah 14 hari setelah

pendederan sebaiknya tidak ditanam di kebun pembibitan batang bawah karena

pertumbuhannya akan terlambat. Karena itu, untuk memperoleh bibit unggul prima

sebaiknya digunakan biji yang berkecambah di bawah 14 hari.

Untuk penanaman ke lapangan, kecambah diambil dari bedengan pendederan

dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Penanaman sebaiknya dilakukan

pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres di lapangan. Kecambah diangkut

dengan menggunakan ember berisi air atau dengan nyiram. Dengan pemeliharaan

yang baik (penyiangan dan pemupukan), pada umur 4-6 bulan bibit batang bawah

dapat diokulasi dengan teknik okulasi hijau, atau setelah batang bawah berumur 6-18

bulan dapat dilakukan okulasi dengan teknik okulasi coklat. Batang atas

menggunakan entres prima (mata okulasi dari ketiak daun) dari kebun entres klon

batang atas yang terpilih.

Page 12: Laporan Budidaya KARET

3. Persiapan Bahan tanam (Okulasi)

Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis)  dapat dilakukan

secara generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi.

Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh

sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan

sifat genetif selanjutnya.

Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan

dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa

kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain

penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan

produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan

benih relatif singkat, dan memudahkan pengendalian penyakit  Oidium

hevea( Anwar, C. 2001)

Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif

dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang

normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah

dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk

pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan

pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak

tumbuh sangat besar.

Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang

biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan

untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh

Page 13: Laporan Budidaya KARET

produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu

diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah

serta kompatibilitas kedua calon batang tersebut.

Okulasi adalah salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan

menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang

keduanya memiliki sifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-

sifat baik dari kedua tanaman tersebut dalam waktu yang relatif pendek dan dapat

memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Dalam budidaya karet ada dikenal 3

macam teknik okulasi yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi cokelat. Pada

dasarnya prinsip okulasi relatif sama, yang berbeda adalah umur batang bawah dan

batang atas yang digunakan.

Jenis okulasi yang digunakan banyak perkebunan yaitu okulasi cokelat. Pada

okulasi coklat umur batang bawah yang digunakan adalah yang sudah berumur 8-18

bulan di pembibitan atau berdiameter mencapai 2 cm dan berwarna coklat. Ada juga

beberapa perkebunan yang menetapkan diameter batang 1,8 cm. Batang atas yang

digunakan pada teknik okulasi coklat adalah yang berasal dari kebun entres yang

berwarna hijau kecoklatan sampai coklat, berbatang lurus, dan bermata tunas dalam

keadaan tidur pada saat pemotongan. Pemotongan ini biasanya dilakukan 10 hari

sebelum okulasi dan dimaksudkan agar tangkai daun gugur sehingga diperoleh mata

tunas yang lebih banyak (Siregar, 2007).

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu

keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi, kompatibilitas antara batang

atas dengan batang bawah, pemilihan entres dan kayu okulasi yang lurus dengan

Page 14: Laporan Budidaya KARET

mata tunas yang masih dorman dan keadaan iklim. Pada musim kemarau tanaman

karet mengalami gugur daun sehingga kurang baik untuk melakukan okulasi karena

adanya gangguan fisiologis. Sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim

penghujan. Jika pada musim penghujan, air dapat meresap pada luka okulasi yang

dapat mengakibatkan busuk (Anwar, 2001).

Bibit stum mata tidur karet diperoleh dari bibit okulasi yang tumbuh di

pembibitan selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan. Bibit yang terbentuk

berakar tunggang satu. Agar penyerapan unsur hara lebih optimal, sebelum

penanaman dilakukan pemotongan akar tunggang hingga 35 cm dan akar lateralnya

hanya 5 cm. Bibit stum mata tidur merupakan bibit yang mata tunasnya belum

tumbuh (Setyamidjadja, 2008).

Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum

penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu:

batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada

penyiapan bahan tanam.

Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Keunggulan

yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang

baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di

okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan

tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai

(Simanjuntak, 2010)

Page 15: Laporan Budidaya KARET

4. Bibit karet kaki tiga (3 in 1)

Meningkatnya kebutuhan karet dunia memacu para peneliti untuk

lebihmeningkatkan produksi karet. Peningkatan produksi karet yang optimal

harusdimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang

berkualitassebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang baik.

Dalam perkebunan karet sering mendengar pola bibit karet dengan akar

tungang tiga atau bibit karet 3 in 1. Sistem ini sudah mulai di kembangkan petani

kecil untuk membuat bibit karet 3 in 1. Jenis bibit karet ini tidak jauh beda dengan

system okulasi yang telah banyak di kembangkan sebelumnya karena system ini

masih mengunakan persilangan klon bibit unggul antara klon penghasil lateks : BPM

24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260 klon penghasil lateks-kayu :

BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,

112, IRR 118 yang telah di rekomendasikan oleh pihak yang terkait.

Bibit karet dengan akar tunggang tiga atau 3 in 1 ini mempunyai beberapa ke

unggulan atau kelebihan seperti Akar tunggang tidak putus seperti bibit yang di

okulasi, bisa meminimalisir terjangkitnya jamur akar karena akar tungang tidak

putus, tidak mudah tumbang atau roboh dari pangkal ketika ada agin kuat,

tertumbuhan sangat kokoh karena di tunjang dengan akar tunggang tiga, Serapan

unsur hara menjadi lebih banyak dari akar ke batang, dengan pemeliharaan yang

rutin akan lebih cepat besar dan produksi getah karet.

Seperti yang kita ketahui bahwa Bibit Karet dengan akar tunggang tiga atau 3

in 1 ini memiliki beberapa ke unggulan atau kelebihan  :

Akar tunggang tidak putus seperti bibit yang di okulasi

Page 16: Laporan Budidaya KARET

Bisa meminimalisir terjangkitnya jamur akar karena akar tungang tidak putus

Tidak mudah tumbang atau roboh dari pangkal ketika ada angin kuat

Pertumbuhan sangat kokoh karena di tunjang dengan akar tunggang tiga

Serapan unsur hara menjadi lebih banyak dari akar ke batang

Dengan pemeliharaan yang rutin akan lebih cepat besar dan produksi getah karet

Dengan kelebihan tersebut jika digabungkan dengan kelebihan bibit karet

yang diokulasi maka akan tercipta Bibit Karet Unggulan . Perlu di ingat sewaktu

penyiraman pada fase ini jangan sampai air kena plastik pengikat di batang karet

tersebut karna bisa mengkakibatkan pembusukan pada batang karet . Melewati

sekitar 21 hari buka pengikat pada batang karet dalam polibag karena sudah

menggabung menjadi 1 alur tunggu sampai 7 hari setelah itu baru pangkat batang

atas tinggalkan 1 batang yang ingin di jadikan sebagai batang atas. Setelah bibit karet

sudah berumur 3 (tiga) bulan atau sudah siap untuk  diokulasi, persiapkan entres dari

batang pohon karet unggulan, lakukan pengokulasian dengan mengambil mata tidur

dari entres pilihan dan tempelkan pada batang bibit karet dengan Akar Tunggang

Tiga atau 3 in 1.

Setelah umur bibit karet 3 in 1 Plus berumur 21 hari atau 3 (tiga) minggu

maka bibit karet tersebut sudah siap dipotong bagian atas pengokulasian untuk

mendapat mata tunas yang baru dari mata tidur (entres). Untuk hasil dari bibit karet 3

in 1 Plus, disini penulis harus bersabar menunggu waktu beberapa tahun kemudian

atau siap untuk disadap. 

Page 17: Laporan Budidaya KARET

5. Pengajiran

Dalam sistem pertanian yang baik dan benar, jarak tanam sangat penting

diperhatikan dan dilaksanakan dilapangan, jarak tanam sangat berkaitan dengan hasil

produksi tanaman . Cara untuk mengatur jarak tanam agar rapi, lurus dan teratur

adalah dengan menggunakan cara mengajir , dan tempat yang yang diletakkan ajir ini

yang akan dilobang dan digunakan untuk tempat tanam tanaman. Pengajiran adalah

langkah  lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/

ditanam dengan tanaman perkebunan/kehutanan.

Manfaat pengajiran sangatlah banyak dan berpngaruh terhadap petani, dan

ada kaitannya dengan hasil.  Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan

dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami.Pengajiran ada dasarnya

pemancangan untuk meluruskan dan mengatur  ketentuan jarak tanaman, maka

pengajiran perlu dilakukan.

Pada dasarnya sebelum kita melakukan pengajiran, hendaknya kita terlebih

dahulu mengetahui waktu tanam yang baik ketika ingin memulai proses budidaya

tanaman karet, Penanaman bibit tanaman harus memilih waktu yang tepat dan

pengelolaan lahan tanam dan jarak tanam yang baik agar terhindar dari tingginya

angka kematian dilapangan. Waktu tanam yang tepat itu adalah awal musim hujan,

hal ini untuk mencegah terjadinya banyak tanaman karet yang mati. Persiapan tanam

sebaiknya selesai dilakukan satu bulan sebelum penanaman . kegiatan persiapan

tanam terdiri dari Pengajiran ( jalur tanam & jarak tanam ) dan Pembuatan Lubang

Tanam.

Page 18: Laporan Budidaya KARET

Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman.

Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat

produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan

topografi areal yang akan kita tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur

sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam

penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut

sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan

kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir

induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.

Pengajiran ada dasarnya pemancangan untuk meluruskan dan mengatur 

ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :

 A. Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 0 ‐ 8% ) jarak

tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti

arah Timur ‐ Barat berjarak 7 m dan arah Utara ‐ Selatan berjarak 3 m

B. Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% ‐ 15%) jarak tanam

8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras‐teras yang diatur bersambung setiap 1,25

m.

Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman.

Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga

sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam

pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran

kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan

dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan

Page 19: Laporan Budidaya KARET

kembali setelah lubang selesai dibuat. Dalam pelaksanaan penanaman tanaman

perkebunan diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari

pembukaan lahan sampai dengan penanaman. Lahan tempat tumbuh tanaman karet

harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan

lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman.

Pemancangan ajir bertujuan untuk : Mengatur jarak tanam di lapangan,

mempermudah pembuatan lubang tanam, membantu agar bibit yang ditanam

membentuk garis lurus, mempermudah pengelolaan dan pemeliharaan pada tanaman

karet muda maupun yang telah menghasilkan. Pemancangan ajir disesuaikan dengan

jarak tanam dan kerapatan yang diinginkan. Kerapatan tanaman karet berkisar antara

500-600 tanaman per hektar. Sementara itu, kerapatan dan variasi jarak tanam yang

diterapkan di lapangan harus memperhatikan kondisi kemiringan lahannya.

Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang

tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran

dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran

adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut

baik pada lahan datar maupun lahan agak miring. Pengajiran dilakukan setelah

pembukaan lahan selesai, dan setelah ditentukan jarak tanamnya. Pengajiran

kemudian dilaksanakan. Barisan-barisan karet yang akan terbentuk ada dua macam

yaitu: Barisan lurus, yaitu pada lahan-lahan datar atau agak miring dan Barisan

kontur, yaitu pada lahan yang bergelombang atau berbukit. (Prasetyo dkk, 1997)

Page 20: Laporan Budidaya KARET

6. Pemeliharaan Tanaman dan Penyadapan

Penyulaman

Bibit yang ditanam harus selalu diperiksa umur tanam mencapai tiga tahun.

Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman mati atau terserang penyakit dengan

tanaman yang baru. Penyulaman menggunakan bibit dari klon dan umur yang sama.

Bila waktu penyulaman telah berumur satu tahun atau lebih, maka penyulaman

menggunakan stum tinggi okulasi, bibit dalam polibeg atau core stum.

Penunasan/Pewiwilan

Tujuan penunasan adalah untuk memperoleh tanaman yang labih subur

dengan batang yang lurus dan mulus. Pada kondisi yang cukup baik pada umumnya

tanaman akan tumbuh lurus tanpa banyak memerlukan pewiwilan, sedangkan pada

kondisi sebaliknya banyak tumbuh tunas-tunas samping sehingga pewiwilan yang

intensif diperlukan.

Pengendalian Gulma

Gulma yang sering tumbuh diareal tanaman karet antara lain : ilalang

(imperata cylindria), Cyperus rotundus, Cyperus kilinga, Milania icranita,

Pengendalian gulma dapat dibagi kedalam pengendalian secara kimia, mekanik,

manual. Pengendalian kimia dengan menggunakan herbisida, pengendalian yang

sering digunakan. Pada TBM 3 sampai memasuki umur matang sadap pengendalian

gulma dilakukan secara kimia menggunakan herbisida.

Pemupukan

Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan memiliki beberapa

tujuan di antaranya: mendorong pertumbuhan tanaman sehingga karet dapat disadap

Page 21: Laporan Budidaya KARET

lebih awal, meningkatkan daya tahan ketika di sadap, dan memperkuat kondisi

tanaman terhadap serangan hama penyakit. Pemupukan areal TBM di Kebun

Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih menggunakan pukalet dengan cara

dibenamkan di sekitar batang. Pupuk diberikan 100 gr/pohon diberikan dua kali

dalam setahun sampai tanaman matang sadap.

5. Pengendalian hama dan penyakit

Penyakit yang sering menyerang tanaman yang belum menghasilkan adalah

Jamur Akar Putih (JAP), yang disebabkan cendawan Ridiogoporus lignosus,

penyakit jamur upas (Cortisium solomonicolor), penyakit embun tepung (Oodium

heaveae), dan penyakit gugur daun (Collectorichum gloesporioides).

Pengendalaian penyakit JAP dilakukan dengan cara kimia dengan

menggunakan bahan kimia Bayleton 250 EC dengan dosis 10 ml/pohon. Selain itu,

pengendalian penyakit JAP secara biologi dengan menggunakan Triko SP..

Pengendalian penyakit daun yang disebabkan embun daun (Oidium heveae) dapat

menggunakan serbuk belerang tapi hal tersebut jarang dilakukan di Kebun.

Penyadapan Tanaman Karet

Penyadapan Tanaman Karet adalah tindakan pembukaan lateks agar lateks

yang ada dalam tanaman karet keluar (Puslit karet, 2003). Cara menyadap yang

dikenal luas adalah dengan mengiriss bagian dari kulit batang, pada prinsipnya

penyadapan adalah tindakan memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks

yang merupakan hasil seleksi tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut.

Page 22: Laporan Budidaya KARET

Kriteria Matang Sadap dan Persiapan Buka Sadap

Tanaman yang telah matang sadap berarti tanaman tersebut telah

menunjukkan kesanggupan untuk disadap tanpa menyebabkan gangguan berarti

terhadap kesehatan tanaman tersebut. Umumnya tanaman karet telah siap disadap

pada umur 5-6 tahun setelah tanam dan memiliki lilit batang minimal 45 cm yang

diukur pada ketinnggian 100 cm dari pertautan kaki gajah. Kriteria matang sadap

untuk sebuah areal adalah jika telah mencapai 60% atau lebih populasi yang terdapat

pada areal tersebut telah memenuhi kriteria matang sadap.

Pada pohon yang telah memenuhi kriteria matang sadap, dilakukan

penggambaran bidang sadap. Penggambaran bidang sadap berguna untuk

memberikan patokan kepada penyadap dengan mempergunakan mal sadap. Tinggi

bukaan sadap pertama kali adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Arah irisan sadap

dari kiri atas ke kanan bawah. Sudut kemiringan bidang sadap 30-40 terhadap bidang

datar untuk sadapan kearah bawah, 45-50 untuk sadapan ke atas. Garis sandaran

dibuat sebagai pembatas panjang bidang sadap dinotasikan dengan S, notasi 1/2S

berarti panjang irisan sadapnya setengah lilitan batang, 1/4S berarti seperempat

lilitan batang. Bila panjang sadapan setengah spiral (1/2S), maka garis sandar dibuat

dengan membagi lingkar batang menjadi dua bagian arah timur barat. Mal sadap

dipasang pada garis sandar depan dan dibuat garis menurut mal sadap.

Setelah penggambaran selesai, pada pohon tersebut dipasang talang dan

mangkuk penampung, talang berupa lempengan logam cekung yang berguna untuk

mengalir dan meneteskan lateks ke mangkuk penampung, mangkuk sadap digunakan

untuk manampng tetesan lateks. Penyangga mangkuk umumnya menggunakan

Page 23: Laporan Budidaya KARET

kawat, pada pohon yang muda penyangga mangkuk dikaitkan pada tali yang

dililitkan pada batang . penempatan talang berjarak kurang lebih 15 cm dari alur

sadap dan mangkuk penampung ditempatkan 15 cm di bawah talang.

Teknis Penyadapan

Penyadapan tanaman karet pada umumnya dilakukan pada pagi hari, karena

pada pagi hari jumlah lateks yang keluar sangat dipengaruhi oleh tekanan turgor sel.

Tekanan turgor berbanding terbalik dengan jumlah dan kecepatan aliran lateks.

Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar dan semakin

menurun pada siang hari. Pelaksanaan penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit

batang tanaman karet menggunakan pisau sadap.

Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium

batang. Kedalaman sadapan sangat berkaitan dengan banyaknya jumlah pembuluh

lateks yang terpotong. Penyadapan diusahakan tidak mengenai kambium batang yang

berada diantara kulit dan kayu batang tanaman . bila penyadapan mengenai kulit

maka akan terjadi infeksi pada batang , berupa tonjolan- tonjolan atau batang tidak

dapat membentuk kulit pulihan.

Umur produksi tanaman karet diharapkan dapat mencapai hingga 25- 30

tahun. Oleh karena itu, penggunaan kulit harus sehemat mungkin, ketebalan kulit

sekali sadap diharapkan tidak lebih dari 2 mm. Frekuensi sadap dinotasikan dengan

“d” notasi d/2 berarti penyadapan dilakukan dua hari sekali, d/3 berarti penyadapan

dilakukan tiga hari sekali, panjang sadap dan pemberian stimulan merupakan bagian

dari sistem eksploitasi tanaman karet.

Page 24: Laporan Budidaya KARET

BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. WaktudanTempat

Pelaksanaan praktikum pengelolaan perkebunan karet di laksanakan setiap

hari Rabu sejak bulan September sampai bulan November pukul 14.30 WIB sampai

dengan selesai bertempat di Kebun Percobaan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sriwijaya.

B. Bahan dan Alat

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah sebagai berikut : 1).

Cangkul, 2).Meteran, 3). Pisau Okulasi, 4). PisauS adap, 5). Ajir, 6).Plastik Okulasi,

7). Tali Rafia, dan 8) Alat Tulis, sedangkan bahan yang digunakan 1).Batang atas

(entres) tanaman karet, 2).Batang bawah tanaman karet, 3).Biji karet, 4).Pupuk Urea.

C. Cara Kerja

1. Identifikasi Kebun Entres

Adapun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum identifikasi kebun entres

adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi setiap tanaman karet yang ada pada kebun entres

2. Menghitung jumlah mata entres coklat dan mata entres hijau yang ada pada setiap

tanaman.

Page 25: Laporan Budidaya KARET

3. Menulis jumlah mata entres coklat dan jumlah mata entres hijau setiap tanaman pada

tabel laporan sementara. (masing-masing praktikan 5 tanaman karet).

2. Pendederan (Pembangunan Kebun Batang Bawah)

Ada pun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum pendederan benih yang

termasuk dalam pembangunan kebun batang bawah adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan bedengan dengan ukuran lebar 1-1,2 m dan panjang disesuaikan

dengan lahan

2. Di atas bedengan dihampar pasir 5-7 cm

3. Bedengan dinaungi jerami/daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi barat

4. Biji yang akan dikecambahkan direndam terlebih dahulu dan benih yang baik yang

terendam 2/3 bagian bijinya

5. Biji dibenam pada bedengan dengan bagian muka menghadap kebawah dan

punggungnya terlihat dipermukaan

3. Persiapan Bahan Tanam (Okulasi)

Ada pun cara kerja dalam pelaksanaan praktikum mengenai persiapan bahan

tanam yaitu okulasi adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan batang bawah dengan lilit batang tanaman berkisar 5-7 cm diukur

pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah dan tunas ujung dalam keadaan tidur

atau daun tua

2. Mempersiapkan mata tunas dari batang atas

3. Pembuatan jendela okulasi, mengiris vertikal sejajar batang bawah (4cm) dan irisan

melintang (2cm) di atas irisan vertikal untuk bukaan jendela dari atas, irisan

melintang di bawah irisan vertikal untuk bukaan jendela dari bawah.

Page 26: Laporan Budidaya KARET

4. Pembuatan Perisai Mata Okulasi, pengambilan perisaimata okulasi pada jendela

bukaan atas dan pengambilan perisai mata okulasi pada jendela bukaan bawah,

melepas bagian kulit perisai mata okulasi dari bagian kayunya, dan perisai mata

okulasi yang baik ditandai dengan titik putih yang menonjol pada bagian kulitnya

(mata tidak berlubang).

5. Pemasangan mata okulasi pada jendela bukaan atas atau pemasangan mata okulasi

pada jendela bukaan bawah, penutupan jendela okulasi,

6. Pembalutan jendela okulasi dengan plastik okulasi.

7. Pembukaan dan pemeriksaan okulasi, balutan plastik dibuka, diperiksa hasil okulasi

dengan dicongkel untuk dilihat kalau hijau pada okulasinya berarti berhasil kalau

coklat berarti okulasigagal.

4. Bibit Karet Kaki Tiga

Adapun langkah-langkah untuk memperoleh bibit kaki tiga yaitu :

Tanah dalam polibeg diberi pupuk

Masukan 3 Bibit karet/ kecambah karet nya kedalam polibeg

Setelah di tanam lakukan penyiraman secara rutin setiap hari agar bisa

berkembang subur

Tunggu sampai 2 atau 3 bulan setelah batang karet tadi mencapai diameter 3

mm setiap batang

Setelah itu lakukan pengabungan 3 batang karet dalam polibag dengan cara

kupas sebagian katang karet (sama dengan okulasi)

Setelah di kupas tiga bagian dalam lakukan pembungkusan 3 batang karet

menjadi satu

Page 27: Laporan Budidaya KARET

Setelah itu tunggu sekitar 1 bulan yang tentunya masih rutin penyiraman

secukupnya setiap hari.

5. Pengajiran

Adapun cara kerja dalam praktikum pengajiran yaitu sebagai berikut :

1. Praktikan membawa ajir sebanyak 70 buah

2. Setiap kelompokmendapatkanlahanseluas 50 m x 13 m denganjaraktanam 6 m x 3 m.

3. Sebelumnya tali rafia dengan ukuran 50 m telah dibagi menjadi 8 titik ukuran 6 m di

bentangkan utara keselatan di pasang ajir utamanya di setiap ujung tali tersebut.

4. Tali rafia dengan ukuran 13 m yang telah di bagi menjadi 4 titik di setiap ukuran 3 m

membentang dari timur ke barat dan di pasang ajir utamanya di ujung tali.

5. Kemudian diikuti dengan pembuatan ajir kearah selatan dan kearah timur,pada tiap –

tiap titik jarak tanam di pasanglah kayu ajir,

6. Untuk membantu agar pola ajiran tersebut lurus maka digunakan kompas

6. Pemeliharaan Tanaman dan Penyadapan

Pemeliharaan Tanaman

1. Pemeliharaan tanaman karet yang di praktekan dalam praktikum adalah pemupukan.

2. Setiap kelompok diharuskan memupuk 5 tanaman karet

3. Pupuk yang digunakan pupuk urea dengan dosis 1 genggam setiap pohon

4. Sebelum ditaburi pupuk, dibuat dulu lingkaran disekitar tanaman atau piringan

dengan diameter 1-2 m dengan cangkul dan membersihkan areal lingkaran.

5. Setelah dibuat piringan dan bersih , baru pupuk ditaburi dipiringan sekitar tanaman

karet tersebut.

Page 28: Laporan Budidaya KARET

Penyadapan

1. Praktikum penyadapan dilakukan dengan menggunakan pisau sadap

2. Praktikan belajar menyadap tanaman karet dengan melukai pembuluh lateks tanaman

karet dengan pisau sadap

3. Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh

lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300 – 400 terhadap

bidang datar untuk bidang sadap bawah.

Page 29: Laporan Budidaya KARET

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Pembuatan Bahan Tanam ( Okulasi )

Tanaman Keterangan Hasil Okulasi

Hidup Mati

I √ -

II √ -

b. Pendederan

Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah Daun

I 34 cm 5 helai

II 33,5 cm 4 helai

III 36 cm 5 helai

IV 34 cm 5 helai

V 38 cm 7 helai

Page 30: Laporan Budidaya KARET

c. Pengajiran

Luas Lahan Jarak Tanam Jumlah Batang Ajir ( Populasi )

50 x 10 m 6 x 3 m 28

Jumlah ajir = Luas lahan Jarak tanam = 50 x 10 m 6 x 3 m = 500 m

18 m = 28

Page 31: Laporan Budidaya KARET

B. Pembahasan

1. Indentifikasi kebun entres

Hal-hal yang kami lakukan dalam praktikum indentifikasi kebun entres yaitu

melakukan pengamatan megenai jumlah mata tunas hijau dan mata tunas cokelat.

Setiap pohon tanaman karet memiliki mata tunas coelat dan mata tunas hijau yang

berbeda. Dalam satu tanaman yang diukur 100 cm dari cabang batang ke atas,

masing-masing individu mengindentifikasi jumlah mata tunas cokelat maupun hijau

pada 5 tanaman. Hasilnya antara lain pada tanaman 1, memiliki 3 cabang. Cabang

pertama mata tunas cokelat ada 15, dan mata tunas hijau 16. Cabang kedua jumlah

mata tunas cokelat 22, dan mata tunas hijau18. Cabang ketiga jumlah mata tunas

cokelat 12, dan mata tunas hijau 21.

Pemilihan lokasi kebun entres merupakan langkah pertama dalam

pembangunan kebun entres. Pembangunan kebun entres sebaiknya dekat dengan

lokasi pembibitan batang bawah dengan persyaratan lokasi sebagai berikut : a).

Tidak tergenang air, b). Bebas dari sumber penyakit terutama jamur akar putih,

mengingat kebun entres dipertahankan 8 sampai 10 tahun, c). Topografi datar dengan

kemiringan 0-10 persen, bila kemiringan > 10 % maka harus dibuat teras untuk

menghindari terjadinya erosi., d). Dekat dengan jalan, untuk memudahkan

pengangkutan sarana produksi dan pemanenan, e). Dekat dengan sumber air, untuk

memudahkan penyiraman bila diperlukan

Page 32: Laporan Budidaya KARET

2. Pendederan

Media untuk pendederan berupa pasir atau serbuk gergaji, dan diberi

naungan. Media pendederan harus selalu lembap. Untuk itu perlu penyiraman dua

kali sehari pada pagi dan sore. Pendederan biji dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu biji diatur berjajar dengan jarak antarbiji 1 cm, atau biji ditebar dengan posisi

biji tengkurap. Pendederan biji dengan cara diatur mempunyai keuntungan, yaitu

pemindahan kecambah lebih mudah karena pertumbuhannya relatif seragam dan

dapat dilakukan sampai stadium pancing. Bila pendederan dengan ditebar,

pemindahan kecambah harus dilakukan lebih cepat, yaitu pada stadium mentis atau

stadium bintang.

Sistem Pendederan yang kami lakukan yaitu sistem dederan teratur. Adapun

tinggi tanaman yang didapatkan pada praktikum pendederan ini yaitu relatif sama.

Ada yang tingginya 34 cm, 35cm, 36 cm, dan 38 cm. Sedangkan jumlah daun yang

tedapat pada masing-masing tanaman yaitu 4 helai, 5 helai dan 7 helai. Selama

pendederan hal-hal yang perlu dilakukan yaitu penyiraman pada sore hari supaya

menjaga kelembaban tanah. Tinggi naungan disebelah barat dan timur berbeda yakni

80 cm dan 120 cm. Hal ini dikarenakan agar tanaman dapat menyerap sinar matahari

dalam proses metabolisme dan fotosintesisnya.

Bila pemindahan terlambat, akan dihasilkan bibit yang berakar bengkok atau

bercabang akibat akar putus pada saat pemindahan ke lapangan. Kecambah yang

baik akan mentis dalam selang waktu 5-14 hari setelah pendederan. Kecambah yang

baru mentis setelah 14 hari setelah pendederan sebaiknya tidak ditanam di kebun

pembibitan batang bawah karena pertumbuhannya akan terlambat. Karena itu, untuk

Page 33: Laporan Budidaya KARET

memperoleh bibit unggul prima sebaiknya digunakan biji yang berkecambah di

bawah 14 hari. Untuk penanaman ke lapangan, kecambah diambil dari bedengan

pendederan dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Penanaman sebaiknya

dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres di lapangan. Kecambah

diangkut dengan menggunakan ember berisi air atau dengan nyiru.

3. Pembuatan bahan tanam (okulasi)

Berdasarkan praktikum yang kami laksanakan pertama-tama kami melakukan

okulasi dengan cara menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman

batang bawah. Kemudian membungkusnya dengan plastik okulasi, dan di biarkan

selama dua minggu. Berdasarkan 2 minggu setelah okulasi, plastik pembalut dibuka.

Hasil yang didapatkan yaitu mata entres masih berwarna hijau yang

menandakan bahwa okulasi yang di buat berhasil (hidup), dan bila berwarna coklat

kehitaman mati. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu

keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi, kompatibilitas antara batang

atas dengan batang bawah, pemilihan entres dan kayu okulasi yang lurus dengan

mata tunas yang masih dorman dan keadaan iklim. Pada musim kemarau tanaman

karet mengalami gugur daun sehingga kurang baik untuk melakukan okulasi karena

adanya gangguan fisiologis. Sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim

penghujan. Jika pada musim penghujan, air dapat meresap pada luka okulasi yang

dapat mengakibatkan busuk.

Page 34: Laporan Budidaya KARET

4. Bibit karet kaki 3

Bibit karet kaki 3 didapat dari penggabungan klon-klon yang unggul menjadi

1 tanaman. Bibit Karet dengan  akar tunggang tiga atau 3 in 1  ini mempunyai

beberapa ke unggulan atau kelebihan  :

Akar tunggang tidak putus seperti bibit yang di okulasi

Bisa meminimalisir terjangkitnya jamur akar karena akar tungang tidak putus

Tidak mudah tumbang atau roboh dari pangkal ketika ada agin kuat

Pertumbuhan sangat kokoh karena di tunjang dengan akar tunggang tiga

Serapan unsur hara menjadi lebih banyak dari akar ke batang

Dengan pemeliharaan yang rutin akan lebih cepat besar dan produksi getah karet

5. Pengajiran

Pada dasarnya pengajiran dilakukan agar penanaman karet lurus, dengan

lurusnya tanaman karet tersebut pertumbuahn dan produksi lateks dari karet jadi

optimal. Selain itu juga jarak tanam karet juga mempengruhi produksi karet, jarak

tanam yang dipakai dalam praktikum ini adalah 4x5m dengan 4m   merupakan

sejajar dengan arah mata angin barat-timur dan 5m sejajar dengan arah mata angin

utara-selatan, tujuan dari jarak tanam yang panjang  mengadap kearah matahari agar

tanaman karet lebih bisa mendapatkan sinar matahri secara optimal.

Jarak tanam yang digunakan dalam percobaan pengajiran ini adalah 4 m x 5

m. dengan luas lahan 50 x 10 m, jadi jumlah ajir yang harus diperoleh yaitu 28 buah.

Dari beberapa jarak tanam yang telah disebutkan, selalu saja posisi yang mengarah

Page 35: Laporan Budidaya KARET

pada utara – selatan adalah posisi dengan jarak tanam yang lebih lebar atau lebih

panjang dari jarak tanam antara timur – barat

6. Pemeliharaan dan penyadapan

Pemeliharaan yang kami lakukan yaitu secara mekanis. Pertama-tama

membersihkan areal kebun entres, dari sagala rerumputan kemudian membentuk

piringan, lalu memberikan pupuk dengan menggunakan pupuk urea sebanyak 200

gram dalam satu pohon. Pada praktikum kali ini kami tidak mendapatkan adanya

penyakit pada tanaman.

Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang atau

cabang tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka waktu yang

lama sehingga lateks menetes ke luar dari pembuluhnya menuju mangkuk. Dengan

demikian, diperlukan perencanaan yang matang dan dilaksanakan secara konsisten

sesuai dengan rencana tersebut. Penyadapan ini kami laksanakan di kebun percobaan

Universitas Sriwijaya.

Persiapan buka sadap yaitu tinggi bukaan sadap 130 cm diatas pertautan, arah

3,7 “ kiri atas kanan bawah, dan sudut kemiringan irisan sadap 30-40 “. Pelaksanaan

penyadapan antara lain : kedalaman irisan sadap 1mm-1,5mm dari kambium,

ketebalan irisan yang dianjurkan 1,5-2 mm, frekuensi penyadapan 1 x dalam 3 hari

(d/3), waktu penyadapan dipengaruhi oleh tekanan turgor. Penyadapan sebaiknya

dilakukan pada pagi dan sore hari.

Page 36: Laporan Budidaya KARET

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan dari praktikum pengelolalan perkebunan karet

adalah sebagai berikut :

1. Dengan melakukan praktikum karet ini kita dapat memahami dan

mempraktekkan bagaimana cara budidaya karet.

2. Pendederan biji dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu biji diatur berjajar dengan

jarak antarbiji 1 cm, atau biji ditebar dengan posisi biji tengkurap

3. Okulasi adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan

menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat

bergabung( Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang

baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan produksi yang

baik.

4. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan pada

perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila cungkilan berwarna hijau berarti

okulasi dinyatakan berhasil

5. Dalam proses penyadapan ada tahap-tahapnya agar tidak mengenai

cambium,karena jika mengenai cambium batang tanaman karet akan mengalami

kerusakan kulit yang dapat menurunkan produktivitas karet.

Page 37: Laporan Budidaya KARET

B. Saran

Perlu dilakukan pemurnian dan pemeliharaan yang baik terhadap kebun

entres. Dalam penyadapan karet kita harus berhati-hati terutama dalam menyadap

karet karena jika tidak hati-hati akan mengenai cambium batang karet yang bisa saja

itu menurunkan produktivitas karet. Jika melakukan penyadapan yang baik

sebaiknya dilakukan pada pukul 05:00-07:00 pagi atau sore agar mendapat lateks

yang baik dan banyak.

Page 38: Laporan Budidaya KARET

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2001. Manajemen dan Teknik Budidaya Tanaman Karet. http://www.pdf-look.com/teknik okulasi.html. [ 20 April 2012].

2001.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet.Pusat Penelitian Karet : Medan.

2001. Managemen Tanaman Karet. Sapta Bina Usahatani Karet  Rakyat. Balai Penelitian sembawa, Pusat Penelitian karet.

Ardi,Rio.2009. Karet (Havea brasiliensis) Budi Daya Dan Penanamannya. http://www.rioardi.blogspot.com.Diakses tanggal 9 Januari 2011.

Ardian, 2009. Teknik Okulasi Karet. http://ardian88.blogspot.com/ .[14 Mei 2011]

Boerhendhy (2003). Teknik pemancangan ajir. Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet  Rakyat. Balai Penelitian sembawa, Pusat Penelitian Karet.

Budi dkk. 2008. Pembangunan Kebun Wanatani berbasis Karet Klonal. World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia Regional Office

Darmawijaya,Isa.Klasifikasi Tanah.1990.Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr323108.pdf

http://ditjenbun.deptan.go.id/web.old/benihbun/benih/images/pedoman%20pemurnian%20karet%20(hasil%20koreksi).pdf

Pakpahan,Effendi.2009.Teknis Budidaya Tanaman Karet.Disampaikan pada :Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet Non Revitalisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Tanggal 21 November 2008.Medan.

Pusat Penelitian Karet 2003. Pengelolaan Bahan Tanaman Karet. Balai Penelitian Swasembada. Pusat Penelitian Karet.

Prasetyo, dkk. 2012 . Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.

Sagala, A.D., 2006. Pembangunanan Dan Pengelolaan Kebun Entres Karet Hevea. Makalah Penelitian Workshop Manajemen Pengadaan Bibit Unggul Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih.

Page 39: Laporan Budidaya KARET

Setiawan, D. H. dan Andoko A., 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka, Jakarta

Siagian, N., 2006. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanaman Karet Unggul. Kumpulan Materi Pelatihan Penerapan Teknologi Budidaya Karet dan Pengolahan Karet 11-13 September 2006. Balai Penelitian Karet Sungei Putih.

Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. http://ditjenbun.deptan.go.id/. [14 Mei 2011]

Siregar, T.H.S. 2007. Teknik Penyadaan Karet. Revisi ke-7. Kanisius. Yogyakarta. 53 hal.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Yogyakarta.

Tim Penulis PS. 2007. Karet: Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 366 hal.

Tim Penulis PS, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tim Penulis PS. 2007. Karet: Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 366 hal.