laporan biokimia gizi.docx

12
Laporan Biokimia Gizi - Uji Urin Mata Kuliah Pengantar Biokimia Gizi Tanggal Mulai : 10 Desember 2010 Tanggal Selesai : 10 Desember 2010 URIN Kelompok 4: Anna Febritta Intan Sari I14104023 Arizki Witaradianingtias I14104032 Maharani Julfrina Rahma I14104035 Dwi Nuraini I14104038 Sofiatul Andariah I14104045 Asisten Praktikum: Yulaika Widhiastuti Irni Fahriyani Penanggung Jawab Praktikum: Ir. Titi Riani M.Biomed DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PENDAHULUAN

Upload: elizabeth-davis

Post on 27-Oct-2015

265 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Biokimia Gizi.docx

Laporan Biokimia Gizi - Uji UrinMata Kuliah Pengantar Biokimia Gizi         Tanggal Mulai     : 10 Desember 2010   Tanggal Selesai          :           10 Desember 2010

URIN

Kelompok 4:Anna Febritta Intan Sari         I14104023Arizki Witaradianingtias          I14104032Maharani Julfrina Rahma      I14104035Dwi Nuraini                            I14104038Sofiatul Andariah                   I14104045

Asisten Praktikum:Yulaika Widhiastuti

Irni Fahriyani

Penanggung Jawab Praktikum:

Ir. Titi Riani M.Biomed

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

PENDAHULUANLatar Belakang

Page 2: Laporan Biokimia Gizi.docx

   Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang

kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk

membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk

menjagahomeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin

sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju

kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam

tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan

kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya

pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat,

secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea.

Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk

dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air.

Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat

Tujuan

Tujuan umum dari laporan praktikum ini adalah mengamati sifat-sifat fiisk  dari urin.

Tujuan khusus dari laporan praktikum adalah untuk:

a.   Mengamati sifat-sifat urin

b.   Mengetahui garam-garam amonia yang terkandung dalam urin

c.   Menguji kandungan belerang dalam urin

d.   Menguji kreatinin dalam urin

e.   Menguji kandung protein dalam urin

f.    Menguji klorida dalam urin

TINJAUAN PUSTAKAUrin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,garam-garam

anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun secara normal

banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin yang

diekskresikan tiap harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur lingkungan,

musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).

Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan

kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus

dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di

tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap

nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri

sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material

berberat molekul rendah dalam plasma. (Roberts, 1993).

Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat

membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering

dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan

menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang diperiksa.

Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan kesehatan

seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain (1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan

Page 3: Laporan Biokimia Gizi.docx

kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan

bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal. (2) Tes

yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada

di atas normal. (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui

apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak(Ganong  2002).

Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi)

sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai

kuning.Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis

urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi

1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026.

Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung dari bahan-bahan yang

diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya

masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari.

Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam

urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH

bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu

menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur)

bersifat lebih asam. (Evelyn  1993). Berikut ini cara mengetahui pH urin dapat dilihat pada Gambar 2.

 

Gambar 1  Cara Pemeriksaaan pH Urin

Variasi klorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine. Ekskresi Cl tergantung

pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15 gram sehari. Klorida diekskresikan sebagai

natrium klorida adalah yang utama karena sebagian klorida adalah yang utama.

Jumlah dan komposisi urin mencerminkan berbagai proses biokimia yang terjadi dalam

tubuh. Dengan demikian komposisi urin individu bisa berubah ketika seseorang memiliki penyakit.

Dalam kondisi sakit, sangat umum untuk melihat adanya komponen abnormal (Senyawa yang tidak

hadir dalam urin yang sehat, individu normal) atau komponen normal dalam jumlah abnormal dalam

urin. Berikut adalah komposisi normal urin.

 Tabel 1 Komposisi normal urinJenis Indikator

Volume 600-200 ml / 24 jamKhusus Gravitasi 1,003-1,030pH 4,6-8,0Urea 15-35 g (250-580 mmol) / 24 JamAmmonia 0,5-1,0 g (29-58 mmol) / 24 JamUrat 0,5-2,0 g (3 - 12 mmol) / 24 Jam

Page 4: Laporan Biokimia Gizi.docx

Kreatinin 1,0-2,0 g (9-17 mmol) / 24 JamCreatine 0.1g / 24 Jam

Pengujian terhadap garam amonium dilakukan untuk mengetahui adanya garam amonium

dalam urin. Pada urin yang dipanaskan kemudian uapnya akan menimbulkan warna merah yang

menunjukkan adanya garam amonium atau gas NH3 yang mudah menguap pada kertas uji yang

diberikan pereaksi nessler ataupun pada kaca (Ganong 2003).

Uji Klorida pada urin dilakukan dengan mencampur HNO3 dan AgNO3, pada urin dan akan

terbentuk endapan berwarna putih (AgCl). Apabila larutan tersebut ditambah dengan amoniak

berlebihan, endapan tersebut akan larut kembali. HNO3 berfungsi untuk mencegah terjadinya perak

fofat Terbentuknya endapan AgCl (endapan putih) menunjukkan adanya ion Cl- yang berasal dari

urine diikat oleh Ag+ dari AgNO3. Penambahan amoniak akan mengurangi endapan AgCl  (Ganong,

2003).

AgCl + NH3OH           AgOH + NH4Cl

            Uji klorida dilakukan untuk mengetahui zat-zat abnormal yang terkandung dalam urin.

Indikatornya terdapat endapan putih, menunjukkan urin tersebut mengandung klorida. Adanya

endapan menunjukkan bahwa kinerja hati terganggu.

            Menurut Filzahazny (2009), Belerang pada percobaan urin dapat dibedakan menjadi :

a. Belerang AnorganikBelerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %)

dan berasal terutama dari metabolisme protein. Pada percobaan ini, urin 24 jam direaksikan dengan HCl encer dan BaCl2. Maka akan terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadib. Belerang Eteral

Belerang etereal merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat-zat organik. Sulfat etereal di dalam urin merupakan ester sulfat organik (R-O-SO3H) yang dibentuk di dalam hati dari fenol endogen dan eksogen, yang mencakup indol, kresol, esterogen, steroid lain, dan obat-obatan. Zat-zat organik tersebut berasal dari metabolisme protein atau pembusukan protein dalam lumen usus. Semuanya terurai pada pemanasan dengan asam. Jumlahnya 5-15 % dari belerang total urin.c. Belerang Yang Tak Teroksidasi

Belerang tak teroksidasi merupakan senyawa yeng mempunyai gugus –SH, -S, -SCN, misalnya asam amino yang mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb. Jumlahnya adalah 5-25 % dari belerang total urin. Pada percobaan ini, kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat menjadi berwarna hitam (hasil reaksi positif).

Protein plasma sebagian kecil disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal

ekskresi protein urin biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu

spesimen. Bila lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria. Ada bebrapa test urin untuk

mengetahui ada protein, antara lain test heller, test koagulasi, test asam sulfosalisilat dan test

Osgood-haskins (Basoeki  2000).

Page 5: Laporan Biokimia Gizi.docx

METODOLOGIWaktu dan Tempat

Pengamatan dan pengambilan data tentang hasil uji terhadap urin dilakukan selama

praktikum biokimia di Laboratorium Biokimia Lantai 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dilakukan  pada tanggal 05 November 2010.

Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah urin, HCl encer, BaCl2, Zn, larutan Pb-asetat,

NaOH10%, larutan nitroprussida, asam asetat dan asam nitrat pekat

Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gelas ukur 250ml, pipet tetes 1 ml, kompor

listrik, tissue, penjepit klem, rak tabung reaksi, corong, kertas lakmus dan gelas piala 10 ml.

Prosedur Percobaan

Sifat-sifat Urin

Dicatat: 1. Volume dalam ml

                         2. Warna,bau dan kejernihan

Uji pH urin dengan terhadap lakmus dan kertas nitrazi

Uji berat jenis

 

Jumlah zat padat

Bj x 2.6

Garam-garam Amonia

Ditambahkan natrium hidroksida pada beberapa ml urin

Dipanaskan

Diperhatikan bau yang timbul

 

di uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang telah dibasahi dengan pereaksi nessler

Belerang dalam Urin

Belerang yang terdapat dalam urin dibedakan atas 3 bentuk:

1. Sulfut Anorganik

Ditambahkan HCL encer dan BaCl2 pada 10 ml urin

Page 6: Laporan Biokimia Gizi.docx

Dilihat endapan putih

Disaring campuran ini

 

Diuji filtrat terhadap sulfat etereal

2. Sulfut Etereal

Dididihkan filtrat pada percobaan 1

 

Ditambahkan HCl dan panaskan apabila terbentuk endapan

Ditambahkan BaCl23. Belerang Yang Tak Teroksidasi

Diletakkan 10 ml urin dalam tabung reaksi

Dimasukkan sebutir Zn dan sedikit HCl encer

Ditutup tabung dengan kertas saring yang dibasahi dengan larutan Pb-asetat

Uji Kretinin

Terdapat 2 jenis uji:

1. Reaksi Juffe

Dimasukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi dan 5 ml ke tabung yang lain

Ditambahkan pada masing-masing tabung 1 ml larutan asam pikrat jenuh dan 1 ml NaOH 10%

Ditambahkan HCl pada salah satu tabung

Dibandingkan hasilnya terhadap tabung yang tidak ditambah HCl.

2. Test Nitroprussida (weyl)

Ditambahkan pada 5 ml urin 5 tetes larutan Na-nitroprussida 0,1 M.

Ditambahkan larutan NaOH 10%

Didihkan dan perhatikan perubahan warna yang terjadi

Diasamkan dengan asam asetat glasial dan panaskan selama 1 menit

Protein

1. Test Heller

Diisikan sebuah tabung dengan 3 ml asam nitrat pekat

ditambahkan dengan hati-hati 3 ml urin jernih sehingga membentuk suatu lapisan yang terpisah

Page 7: Laporan Biokimia Gizi.docx

Terbentuknya cincin putih menyatakan adanya protein

2. Test Koagulai

                              Dipanaskan 5 ml urin jernih sampai mendidih

Ditambahkan 3 – 5 asam asetat 2 % apabila terbentuk endapan

 

 Dilihat apakan presipitat hilah atau bertambah.

Klorida

Diasamkan beberapa ml urin dengan beberapa tetes asam nitrat pekat

 

Ditambahkan tetes demi tetes larutan Ag-nitrat

Endapan putih yang terbentuk adalah AgCl yang yang larut dalam NH4OH

HASIL DAN PEMBAHASANSifat-sifat

Pengamatan terhadap urin dilakukan pengamatan langsung terhadap sifat-sifat fisik dariurin.

Bahan yang akan diamati urin. Dari bahan tersebut yang akan ditentukan volume, warna, bau, PH,

kejernihan dan berat jenis. Hasil pengamatan ini dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 2 Sifat-sifat urine

Uji Sifat Sampel

Volume 600 mL (1,4 L sehari)Warna Kuning pekat

Bau Menyengat dan bau amoniaKejernihan Jernih

PH 5 (asam)Berat jenis 0,946

Jumlah zat padat 101,92

Volume yang dapat dikumpulkan atau yang diekskresikan tergantung dari beberapa faktor

seperti suhu, intake cairan, kerja fisik, dan faktor patologi seperti penyakit ginjal atau diabetes

mellitus. Pada orang dewasa normal volume urin adalah sekitar 600-2500 ml/ 24 jam. Berarti volume

urin tersebut masih tergolong normal.

           Bau yang tercium pada urin adalah menyengat dan berbau amonia. Warna dari urin tersebut

adalah kuning pekat. Warna urin dapat berubah karena faktor makanan atau faktor patologik. Warna

dari urin ini disebabkan oleh adanya zat warna urin yaitu urokrom yang terdiri dari uroflavin dan

laktoflavin atau riboflavin dan uropterin. Warna urin dapat berubah karena pengaruh obat-obatan,

misalnya karena meminum antibiotik atau dapat juga karena adanya penyakit hati. Bau urin yang

pesing karena adanya ammonia yang disekresikan dalam urin. Dalam menguji pH urin, urin sampel

memilki pH 5 (pH asam), dan dapat dikatakan normal karena umumnya pH urin dalam manusia

Page 8: Laporan Biokimia Gizi.docx

bervariasi dari 4,5-8,0 (urin dapat bersifat asam, netral, atau basa). Setelah dilakukan pengujian

terhadap berat jenis urin, didapatkan angka 0,946 dan jumlah zat padat 101,92 g

Uji Garam Amonia

Tabel 3 Uji Garam Amonium pada Urin Uji Hasil

Garam amonium-  Tidak terdapat warna pada kertas lakmus-  Bau sangat menyengat

            Pengujian garam amonium pada urin menghasilkan nilai negative pada percobaan. Karena

pada saat urin yang telah basa (yang telah dicampur dengan NaOH) dipanaskan dengan suhu 1000C

kemudian diamati tidak terdapat warna jingga kemerahan setelah dilakukan test menggunakan kertas

saring yang telah diberikan pereaksi Nessler. Akan tetapi bau yang diamati menghasilkan nilai

positive karena terdapat bau ammonium. Hasil percoban yang menghasilkan nilai negative, mungkin

dikarenakan oleh pereaksi Nessler yang sudah terlalu lama disimpan dan jarang untuk digunakan.

Belerang Dalam Urin

Percobaan pada belerang urin dengan menggunakan tiga metode, yaitu Sulfat Anorganik,

Sulfat Eteral dan Belerang yang tak teroksidasi. Pada sulfat anorganik menggunakan bahan HCl

encer dan BaCl2. Pada sulfat eteral menggunakan HCL dan dipanaskan. Pada Belerang Yang Tak

Teroksidasi menggunakan bahan logam seperti Zn dan sedikit HCl encer dan menggunakan kertas

saring. Hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 4 Belerang dalam Urin

Belerang Hasil Pengamatan

Sulfat Anorganik Ada endapan

Sulfat Eteral Keruh, tidak ada endapan

Sulfat Tak Teroksidasi Tidak berwarna hitam

Dilihat pada Tabel 4, sulfat anorganik menunjukkan ada endapan berwarna putih setelah urin

ditambahkan dengan HCl encer yang menunujukkan bahwa sulfat anorganik bereaksi terhadap HCl

encer. Endapan putih pada urin menunjukkan adanya belerang dala urin tersebut.  Pada sulfat eteral

menghasilkan bentuk kekeruhan dan tidak ada endapan. Kekeruhan yang terdapat pada sulfat eteral

terjadi saat dipanaskan dengan penambahan HCL sert sedikit BaCl2. Hal ini menunjukkan bahwa urin

mengandung sulfat eteral yang bereaksi dengan BaCl2. Pada belerang Yang Tak Teroksidasi

menghasilkan warna tidak hitam pada kertas saring. Hal ini disebabkan HCl yang digunakan bukan

HCl encer melainkan HCl biasa, sehingga kertas tidah berubah warna. Sulfat tak teroksidasi harusnya

menghasilkan warna hitam karena adanya gas hidrogen sulfida yang dilepaskan yang dapat

diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi larutan

timbal asetat.Uji Kretinin

Tabel 5  Hasil uji kreatininUji Hasil

Kreatinin-  Warna tetap merah

-  Reaksinya ada kreatinin

                                                        

            Pada uji kreatinin terdapat dua jenis uji diantaranya reaksi jaffe dan test nitroprussida. Pada

reaksi jaffe terjadi pembentukan tautomer kreatinin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin

direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Warna ini akan berubah menjadi kuning apabila larutan

Page 9: Laporan Biokimia Gizi.docx

diasamkan. Sedangkan pada test Nitroprussida. Warna ini akan berubah menjadi kuning dan pada

pengasaman dengan asam asetat menjadi hijau dan kemudian biru disebabkan pembentukan biru

berlian. Setelah dilakukan uji kratinin pada sempel urin didapatkan warna urin tetap merah dan

reaksinya ada kreatinin.

Uji Protein Pada Urin

Tabel 6 Hasil pemeriksaan protein terhadap urin

Tes Pemeriksaan Hasil PemeriksaanTes Heller Tidak terbentuk cincin putih

Tes Koagulasi Tidak ada endapan                   Pada pemeriksaan protein terhadap urin menggunakan tes heller yaitu dengan penambahan

asam nitrat pekat pada urin sehingga akan membentuk suatu lapisan terpisah dan ditunjukkan

dengan terbentuknya cincin putih. Sedangkan pada tes koagulasi akan ditunjukkan apabila urin telah

dipanaskan maka akan terbentuk endapan. Namun, hasil pemeriksaan dengan menggunakan tes

koagulasi dan heller menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (-) karena urin yang diperiksa tidak

ada endapan dan tidak terbentuknya cincin putih. Hal ini menunjukkan bahwa urin yang diperiksa

tidak menyatakan adanya protein.

Uji KlodidaTabel 3. Uji klorida pada urin

Uji Hasil        Klorida                     Terdapat endapan pada larutan

            Berdasarkan hasil percobaan uji klorida terhadap urin yang telah direaksikan dengan

AgNO3dan  HNO3 terdapat endapan putih yang terbentuk. Endapan tersebut adalah AgCl (perak

klorida). Indikasi adanya klorida pada urin dapat diketahui adanya kinerja hati yang terganggu.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Dari percobaan urin ini, volume urin yang diperoleh adalam 600 ml yang berarti volume ini

masih dalam batas normal, urin tersebut memiliki bau amoniak, berwarna kuning tua, jernih, ber pH 5

memiliki Berat jenis sebesar 0,946 dan kandungan zat padat dalam urin 101,92 g / l.

Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan

berasal terutama dari metabolisme protein. Belerang etereal merupakan senyawaan asam sulfat

dengan zat-zat organik. Sulfat etereal di dalam urin merupakan ester sulfat organik (R-O-SO3H) yang

dibentuk di dalam hati dari fenol endogen dan eksogen, yang mencakup indol, kresol, esterogen,

steroid lain, dan obat-obatan. Belerang tak teroksidasi merupakan senyawa yeng mempunyai gugus –

SH, -S, -SCN, misalnya asam amino yang mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb.

Jumlahnya adalah 5-25 % dari belerang total urin. sulfat anorganik menunjukkan ada endapan

berwarna putih. sulfat eteral menghasilkan bentuk kekeruhan  Kekeruhan yang terdapat pada sulfat

eteral terjadi saat dipanaskan dengan penambahan HCL sert sedikit BaCl2. Pada belerang Yang Tak

Teroksidasi menghasilkan warna tidak hitam pada kertas saring. Hal ini disebabkan HCl yang

digunakan bukan HCl encer melainkan HCl biasa, sehingga kertas tidah berubah warna. Sulfat tak

teroksidasi harusnya menghasilkan warna hitam karena adanya gas hidrogen sulfida yang dilepaskan

yang dapat diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas saring yang telah

dibasahi larutan timbal asetat. Sedangkan pada uji kreatinin didapatkan warna larutan berwarna

merah dan di dalam pereaksi ada kreatinin.

Page 10: Laporan Biokimia Gizi.docx

Hasil pemeriksaan protein pada urin dengan menggunakan tes koagulasi dan heller

menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (-) karena urin yang diperiksa tidak ada endapan dan

tidak terbentuknya cincin putih. Hal ini menunjukkan bahwa urin yang diperiksa tidak menyatakan

adanya protein.

Uji klorida menunjukan bahwa pada urin terdapat kadar klorida, yaitu dengan terbentuknya

endapan berwarna putih. Pengujian terhadap garam amonium tidak menunjukkan bahwa adanya

garam amonium dalam urine yang ditandai dengan tidak adanya warna jingga kemerahan pada

kertas saring. Akan tetapi untuk urin terebut tetap memiliki kadar ammonium karena bau yang

dihasilan terdapat bau ammonium.

Saran

Pada saat melakukan tes koagulasi, setelah dipanaskan akan ditambahkan asam asetat.

Penambahan asam asetat 2% harus hati-hati karena bila kelebihan asam asetat akan menyebabkan

larutnya protein yang telah mengendap. Untuk uji ammonium sebaiknya menggunakan pereaksi

Nessler yang masih dalam konsisi baik sehingga dapat mendukung hasil percobaan dalam uji urin.

DAFTAR PUSTAKAFizahazny.  2009.  Penuntun Praktikum Biokimia.  http://madja.wordpress.com.

[15 Desember 2010].Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Khidri. 2004. Respirasi. http://www.praweda. biologi_respirasi.edu

Page 11: Laporan Biokimia Gizi.docx

[6 Desember 2010]

Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson andSons Ltd. London.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.