laporan biokimia 2015

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin , ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea ) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin . Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutanserta memperthanakan homeostasis cairan tubuh. Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200- 1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pemebentukan urin sebab urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml Pada keadaan volume urin meningkat (poliuria) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes insipidus,akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap ahri dapat mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam 1 hari. Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kronik, gangguan

Upload: faisal-abdullah

Post on 15-Jan-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biomol

TRANSCRIPT

Page 1: laporan biokimia 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai

bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan

membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Ginjal merupakan organ yang sangat

khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk

larutanserta memperthanakan homeostasis cairan tubuh.

Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu

hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin

dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan

pemebentukan urin sebab urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek

diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan

untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml

Pada keadaan volume urin meningkat (poliuria) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada

diabetes insipidus,akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap ahri dapat

mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam 1 hari.

Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut,

glomerulonefritis kronik, gangguan harian akut, diare, dan gagal jantung. Anuria (tidak terbentuk

urin) pada suatu keadaan tertentu dapat menyebabkan syok,keracunan air raksa,nefritis akut, atau

batu ginjal.

Rasio antara urin siang hari (pk. 08.00- pk. 20.00) dan urin malam hari (pk. 20.00-pk.

08.00) adalah 2 : 1, kadang-kadang 3:1. Pada kelainan ginjal rasio ini akar berubah bahkan

terbalik. Pada keadaan normal, urin yang terbentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan

bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,000-

1,030. Ph bersifat asam (6,0) dan sangat bervariasi anatar 4,9 – 8,0.Kandungan zat pada urin 24

jam adalah sebagai berikut :

- Klorida sebagai NaCl : ± 10 gr.

- Ca++, Mg++, dan Iodium : sedikit

Page 2: laporan biokimia 2015

- Urea : 20 – 30 gr

- Kreatinin : 1,5 gr

- Amonia : 0,7 gr

- Asam urat : 0,7 gr

Selain itu ditemukan sulfat, fosfat,oksalat,asam amino, vitamin,enzim,dan hormon,

Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa,benda keton,protein dan berbagai

senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porfirin yang dapat digunakan untuk membantu

mendiagnosis penyakit tertentu. Dalam saluran kemih dapat terjadi batu sebagai akibat

menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira-kira 1/3 batu saluran kemih terdiri dari

Ca fosfat, Ca Karbonat, dan Mg-Amonium fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan

ekskresi kalsium, infeksi, dan peningkatan Ph. Dalam urin juga dpat ditemukan batu oksalat dan

batu asam urat.

Dalam keadaan tertentu perlu dilakukan penetapan jumlah zat dalam urin yang

dikumpulkan selama 24 jam. Pada pengumpulan urin 24 jam ini perludigunakan bahan pengawet

seperti toluen,sebab dapat terjadi perubahan senyawa dalam urin akibat kerja bakteri didalam

urin.Pada wanita hamil dalam urin ditemukan hormon hCG (Human chorionic gonadotropin)

yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon ini menunjukkan hasil positif pada uji kehamilan.

1.2. Tujuan praktikum

a. Mengetahui sifat fisik urin

b. Membuktikan adanya indikan dalam urin

c. Menetapkan kadar kreatinin urin

d. Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif

e. Membuktikan adanya protein dalam urin

f. Membuktikan adanya benda keton dalam urin

g. Membuktikan adanya pigmen empedu dalam urin

Page 3: laporan biokimia 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat fisik urin

2.1.1 Volume urin

Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak

faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon

ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam

seseorang.

a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti

bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.

b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek

samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini

juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti

kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.

c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan

atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.

d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks

yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

2.1.2 Berat jenis urin

Pada keadaan normal,berat jenis urin 24 jam ±1,020 dengan kisaran 1,016 – 1,024. Berat

jenis urin bervariasi. Setelah minum sejumlah besar air, berat jenis urin akan turun jadi 1,002 dan

bila berkeringat banyak berat jenis urin dapat mencapai 1,040. Variasi berat jenis urin normal

terutama diakibatkan oleh kandungan urea, Nacl, dan fosfat. Berat jenis urin pada keadaan

patologis akan berubah. Berat jenis urin padapenderita diabetes melitusakan meningkat karena

adanya glukosa pada urinnya.

Dalam penetapan berat jenis urin ini akan diperkirakan kandungan zat padat dalam urin.

Jumlah zat padat pada urin dihitung dengan cara mengkalikan 2 angka terakhir berat jenis

dengan 2,6 (= koefisien long). Angka yang diperoleh menyatakan gram zat pada dalam 1 liter

urin.alay yang digunakan untuk menentukan berat jenis urin adalah urinometer.

Page 4: laporan biokimia 2015

2.2 Uji indikan

Bahan makanan akan diserap dari usus halus dan sisa makanan yang tidak diserap akan

terus ke usus besar. Dalam usus besar terjadi penyerapan air secara gradual isi usus akan menjadi

padat. Dalam usus besar terjadi proses fermentasi dan pembusukan terhadap sisa bahan makanan

oleh pengaruh enzim – enzim bakteri usus. Pada proses ini akan dihasilkan gas

CO2,metan,hidrogen,nitrogen,dan H2S,serta asam laktat,asam asetat,dan asam butirat.

Indikan dalam urin berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus,

bukan berasal dari katabolisme protein dalam tubuh. Ekskresi indikan ke dalam urin memberi

gambaran proses pembusukan dalam usus. Pada keadaan normal, dalam sehari diekskresi 10 – 20

mg. variasi ekskresi terutama ditentukan oleh jenis makanan. Makanan tinggi protein akan

meningkatkan ekskresi indikan dalam urin dan sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat. Bila

terjadi peningkatan proses pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus juga karena

terjadi peningkatan ekskresi indikan urin. Peningkatan indikan urin juga dapat ditemukan bila

ada dekompensasi protein dalam tubuh oleh bakteri sperti gangren. Indikasi dalam urin dpat

ditetapkan dalam uji orbenmeyer.

2.3 Uji kreatinin

 Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat

dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin

phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan

seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat

metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian

umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang

menyebabkan kerusakan masif pada otot . Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran

normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi

ginjal.

           Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik

karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan

kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa standar tes darah

secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah

Page 5: laporan biokimia 2015

proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal, azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang

lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin

dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance .

       Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah

yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya

dinyatakan dalam mililiter per menit..

3.4. Uji benedict semikuantitatif

Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang

mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus

aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida akan membentuk

enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan

trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis

bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan

memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah bata dan

adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi.

Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di dalam urin.

Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-180 mg/dl) maka

glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria) merupakan

indikasi adanya penyakit diabetes mellitus

3.5. Uji protein

3.5.1. Uji heller

Uji ini dapat digunakan untuk menentukana adanya protein secara kuantitatif dan

cepat. Protein akan terkonjugasi akibat adanya asam kuat atau akibat panas. Hasil positif

ditandai terbentuknya cincin di atas lapisan HNO3 pekat.

3.5.2 Uji koagulasi

Protein dengan penambahan asam atau pemanasan asam akan mengalami koagulasi.

Pada Ph iso-elektrik,kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperatur >

600c kelarutan protein akan berkurang,karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik

molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan /

Page 6: laporan biokimia 2015

struktur sekunder,tersier,kuarter yang disebabkan adanya koagulasi.bila endapan tetap ada

menandakan adanya protein sebab fosfta akan larut dalam keadaan asam.

3.6 Uji keton (Rothera)

Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu  aseton, asam eseto asetat dan asm β-

hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan.

Benda keton diproduksi  ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk maenghasilkan energi

yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus),

kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan , diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah

karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh

mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.

Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat

menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis.

Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga mencapai  lebih dari 50 mg/dL. Keton

memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya

pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat

ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam aseto asetat.

Faktor yang mempengaruhi hasil laborat :

a.    Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu.

b.    Urin disimpan pada temperature ruangan dalm waktu yang lama dapatmenyebabkan

hasil uji negative palsu.

c.    Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat.

d.    Anak  penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria daari pada dewasa.

Page 7: laporan biokimia 2015

BAB III

METODOLOGI

3.1 Sifat fisik urin

Isilah gelas ukuran 100/200 ml dengan urin (bahan pengawet harus dibuang terlebih

dahulu). Letakkan urinometer di dalamnya. Urinometer akan mengapung dan tidak boleh

menyentuh dinding tabung. Catat suhu urin tersebut. Tiap urinometer telah ditera untuk suhu

tertentu dan tertulis pada alat. Bila suhu urin tidak sama pada suhu tera alat, perlu dilakukan

koreksi pada angka yang ditunjukkan pada urinometer.

Tiap perbedaan 30C di atas suhu tera alat berat jenis urin harus ditambah 0,001dan tiap

perbedaah 30C di bawah suhu tera alat berat jenis urin harus dikurang 0,001.

3.2 Uji indikan

Dasar: Pereaksi orbenmeyer yang mengandung Fecl3 dan HCl pekat mengoksidasi gugus

hidroksil membentuk biru indigo yang larut dalam kloroform.

Reaksi pembentuk indikan :

Dalam usus :

Triptofan indol dan skatol

Dalam hati :

Indol oksidasi S04

Indoksil indikan

OH- (indoksil sulfat)

Skatol

Bahan dan pereaksi :

1. Urin

2. Pereaksi orbenmeyer (Larutkan 6,7 g feri klorda (FeCl3.6h2O) dalam asam klorida pekat

(berat jenis 1,19) dan encerkan sampai volume 1000 ml dengan asam yang sama)

3. Kloroform

Page 8: laporan biokimia 2015

Pelaksanaan :

Pipetkan ke dalam tabung reaksi

Larutan Tabung

Urin 8 ml

Pereaksi orbenmeyer 8 ml

Diamkan beberapa menit

Kloroform 3 ml

Campur dengan mebalik-balikkan tabung kira-kira 10 kali (jangan dikocok)

Klororm akan mengekstraksi biru indigo

3.3 Uji kreatinin

Dasar : kreatin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis (reaksi jaffe) menghasilkan senyawa

kompleks (tautomer kreatinin pikrat) berwarna kuning jingga.

Bahan dan pereaksi :

1. Urin 24 jam

2. Larutan pikrat jenuh

3. Larutan NaOH 10%

4. Larutan standar kreatinin mengandung 1mg/ml

Larutan 1 g kreatinin dalam HCl 0,1 N dan encerkan sampai 1000 ml

Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung takar 100 ml :

Larutan Standar Blanko 1 Blanko 2 Uji 1 Uji 2

Akuades 1 ml - - - -

Standar 1 ml 1 ml -

Urin 1 ml 1 ml

Larutan asam

pikrat jenuh

20 ml 20 ml 20 ml 20 ml 20 ml

NaOH 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml

Page 9: laporan biokimia 2015

Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100 ml.

campur dengan membalik-balik labu. Bacalah serapan pada panjang gelombnag 540 nm.

Perhitungan :

AU - AB volume urin 24 jam

Kadar kreatinin : x 1x x g/24 jam

AS - AB 1x 100

Kadar kreatinin dalam 24 jam

Koefisien kreatinin :

Berat badan (kg)

3.4. Uji benedict semikuantitatif

Dasar : gugus aledhil atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi

benedict menjadi kuprioksida yang berwarna. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara kasar

(semikuantitatif) kadar gula dalam urin.

Bahan dan pereaksi :

1. Urin normal

2. Larutan glukosa 0,3 %

3. Larutan glukosa 1 &

4. Larutan glukosa 5 &

5. Pereaksi benedict

Larutan 173 g Na sitrat dan 100 g Na karbonat dalam kirakira 800 ml akuades (perlu

pemanasan).

Larutan 17,3 g kristal tembaga sulfat dalam 100 ml akuades. Tambahkan larutan

tembaga sulfat ke dalam larutan sitrat-karbonat sambil terus diaduk. Encerkan dengan akuades

sampai volume 1000 ml.

Page 10: laporan biokimia 2015

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :

Larutan Tabung

1

Tabung

2

Tabung 3 Tabung 4

Pereaksi benedict 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml

Urin 4 tetes

Larutan glukosa 0,3% 4 tetes

Larutan glukosa 1 % 4 tetes

Larutan glukosa 5 % 4 tetes

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau didihkan diatas api kecil

selama 1 menit. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan. Endapan berwarna hijau, kuning, atau

merah menandakan hasil positif, sedangkan perubahan warna larutan saja tidak berarti bereaksi

positif.

3.5 Uji protein

Bahan dan pereaksi :

1. Urin dan urin yang mengandung protein

2. Asam nitrat pekat

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :

Larutan Tabung

Asam nitrat pekat 5 ml

Miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan.

Urin jernih (normal / patologis) 5 ml

Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin diatas larutan HNO3 pekat.

Page 11: laporan biokimia 2015

3.6 Uji koagulasi

Bahan dan pereaksi :

1. Urin dan urin yang mengandung protein

2. Asam asetat 2%

Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung reaksi :

Larutan Tabung

Urin jernih (bila perlu disaring terlbih dahulu) 5 ml

Didihkan . endapan yang terbentuk adalah protein dan fosfat.

Asam asetat 2 % 5 tetes

Bila endapan tetap ada menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.

3.6 Uji benda keton

Bahan dan pereaksi :

1. Urin dan urin yang mengandung keton

2. Kristal amonium sulfat

3. Larutan Na nitropusid 5%

4. Amonium hidroksi pekat

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :

Larutan Tabung

Urin (normal / patologis) 5 ml

Kristal amonium sulfat Ditambah sampai jenuh

Na nitropusid 5 % 2-3 tetes

Amonium hidroksi pekat 1-2 tetes

Campur,dan diamkan selama 30 menit. Hasil positif ditandai dengan warna ungu

Page 12: laporan biokimia 2015

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.A Hasil

4.A.1 Sifat Fisis Urin

a. Volume : 1500 ml

b. Berat Jenis : 1.008

c. Zat padat total : 20,8 g/dl

4.A.2 Uji Indikan

Tidak terbentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform, yang berarti negatif.

4.A.3 Kreatinin Urin

Blanko : 0,009

Uji 1 : 0,279

Uji 2 : 0,286

Standar 1 : 0,390

Standar 2 : 0,337

Rata – rata Au : 0,279+0,286

2 = 0,2825

Rata – rata As :0,390+0,337

2 = 0, 3635

Kadar kreatinin = A U −ABA S−AB

x 1 xVolumeurin24 jam

1 x 1000x g/24 jam

Kadar kreatinin = 0,2825−0,0090 ,3635−0,009

x 1 x1500

1 x 1000x g/24 jam

Kadar kreatinin = 0 ,27350,3545

x 15001000

x g/24 jam

Page 13: laporan biokimia 2015

= 1,1572 gr/24 jam

Koefisien kreatinin = kadar kreatinin24 jam

berat badan x 1000

= 1,1572

77 x 1000

= 15, 0285

4.A.4 Uji Benendic Semikuantitatif

Hasil

Tabung Warna

1 Biru Jernih ( negatif)

2 Kuning Hijau ( + )

3 Kuning Kehijauan ( ++)

4 Jingga ( +++)

4.A.5. Uji Protein

A. Uji Heller

Urin Fisiologis ( normal)Tidak terdapat cincin putih di atas lapisan

HNO3 pekat

Urin PatologisTerdapat cincin putih di atas lapisan HNO3

pekat

B. Uji Koagulasi

Urin Fisiologis Tidak terdapat endapan

Urin Patologis Terdapat endapan

Page 14: laporan biokimia 2015

4.A.6 Uji Benda Keton ( Rothera)

Urin Fisiologis Coklat Jernih ( negatif)

Urin Patologis Warna Ungu ( positif)

4. B. Pembahasan

4. B. 1 Sifat Fisis Urin

Volume urin dari orang ke orang berbeda, faktor yang mempengaruhi adalah umur, berat

badan, jenis kelamin, makanan dan minuman suhu badan, iklim dan aktivitas fisik. Volume urin

OP 1500 mL, masih dalam batas normal, urin normal per hari berkisar 1200- 1500 ml. Volume

urin yang sedikit lebih banyak dikibatkan karena konsumsi cairan sedikit, jadi volume urin yang

dikeluarkan sedikit juga.

Warna urin menunjukkan warna kuning muda. Ini artinya masih dalam batas normal. OP

tidak mengalami dehidrasi. Warna urin tergantung dari diuresis, makin besar diuresis semakin

muda warna urin.

Berat jenis urin 24 jam 1016-1022. Oleh karena faktor-faktor yang menentukan besarnya

diuresis, batas normal boleh berbeda-beda dari 1003 sampai 1030. Berat jenis urin OP masih

dalam batas normal yaitu 1008. Tapi berat jenis urin 24 jam memang dikategorikan rendah,

mungkin diakibatkan karena banyaknya OP dalam mengkonsumsi cairan sehingga volume cairan

plasma meningkat mengakibatkan air sedikit yang tereabrobsi dan banyak tereksresi. Berat jenis

urin merupakan gambaran kepadatan komponen urin dan air. Apabila komponen air lebih banyak

dibanding komponen urinnya maka akan didapatkan berat jenis urin yang sedikit lebih rendah.

Urinometer yang dipakai dalam pemeriksaan hendaklah yang ditera pada satu suhu yaitu

27 dan 37. Jika suhu tera berbeda dengan suhu kamar harus diadakan koreksi pada berat jenis

Page 15: laporan biokimia 2015

urin. Setiap kenaikan 30 C suhu akan ditambahkan 0,001. Suhu tera 200 C sedangkan suhu urin

280 C.

4. B. 2. Uji Indikan

Urin OP tidak terjadi perubahan warna atau tidak terbentuknya warna biru indigo artinya

tidak terdapat indikan dalam urin OP. Pada orang normal indikan sedikit sekali ± 10-20 mg

diekskresikan di urin.

Indikan merupakan hasil dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus

kebanyakan indikan diekskresikan melalui feses, sisanya dimetabolisme kembali dan

dieksresikan lewat urin. Indikan tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, makanan tinggi

protein akan meningkatkan ekskresi indikan diurin sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat.

Tidak terdapatnya indikan dalam urin OP diakibatkan karena OP kurang mengkonsumsi

protein terutama daging sapi dan susu yang tinggi akan protein. Apabila protein banyak

dikonsumsi akan mengalami pembusukan diusus yang akan menghasilkan asam amino

triptofan,asam amino triptofan akan membentuk indol dan skatol yang akan diserap

usus,selanjutnya di dalam hati akan dioksidasi menjadi indoksil yang akan berkombinasi dengan

sulfat melalui proses konjugasi membentuk indikan (indoksil sulfat), yang kemudian akan

dieksresikan dalam urin.

4. B. 3. Uji Kreatinin

Kadar kreatinin OP dalam keadaan normal yaitu 1,1572 g. Artinya masih dalam batas

normal karena kreatinin difiltrasi oleh glomerulus dan dieksresi dalam urin. Dalam keadaan

normal sebesar 1-1,8 gram kreatinin dieksresi ke dalam urin dalam 24 jam. Jumlah kreatinin

yang diproduksi sebanding dengan massa otot. Dari hari ke hari pada satu individu eksresi

kreatinin bersifat konstan dan tidak tergantung pada diet, sehingga dapat dinyatakan sebagai

koefisien kreatinin.

Sedangkan koefisien menyatakan eksresi kreatinin dalam 24 jam (dalam mg) dibanding

dengan berat badan (kg). Koefisien kreatinin laki-laki 20-26mg/KgBB/24 jam dan wanita 14-22

mg/KgBB/24 jam. Koefisien kreatinin OP yaitu 15,028 mg/KgBB, OP berjenis kelamin laki-laki

Page 16: laporan biokimia 2015

berarti masih dalam batas normal. Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih

rendah daripada pria.

Kreatinin dapat dikaitkan dengan faal ginjal. Kadar kreatinin dapat meningkat

menandakan adanya penurunan fungsi ginjal biasanya pada pasien dengan gagal ginjal akut

maupun kronis. Kreatinin mengalami penurunan pada saat kehamilan dan eklampsia.

Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium diantara adalah

obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum, kehamilan,

aktivitas fisik yang berlebihan, dan konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat

mempengaruhi temuan laboratorium.

4.B.4 Uji Benedict Semikuantitatif

Pada tabung 1 berisi urin OP setelah dilakukan uji benedict tidak terjadi perubahan warna

(biru) artinya tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin OP. Pada orang normal, memang tidak

ditemukan glukosa diurin ini diakibatkan karena glukosa di reabsorbsi secara sempurna di

tubulus proksimal sehingga ketika urin diekskresikan tidak akan ditemukan lagi glukosa. Apabila

terdapat glukosa dalam urin ini menindikasikan pasien mengalami diabetes mellitus.

Pada tabung 2 berisi urin OP dengan ditetesi larutan glukosa 0,1% setelah dilakukan uji

benedict terjadi perubahan warna hijau kekuningan menandakan uji benedict positif (+1) artinya

terdapat glukosa dalam urin tersebut, glukosa didapatkan sebelum dilakukan uji benedict urin OP

ditetsi larutan glukosa 0,1%. Sama halnya tabung 3 dan tabung 4 terjadi perubahan warna yaitu

tabung 3 kuning kehijauan (+3) dan tabung 4 menunjukan merah bata (+4), didapatkan hasil

positif karena sebelum dilakukan uji benedict urin ditetesi larutan glukosa sehingga glukosa

terdeteksi dalam uji benedict ini.

4.B.5 Uji Protein

a. Uji Heller

Pada percobaan kali ini didapatkan urin OP tidak terbentuk cincin sedangakn urin

patologis terbentuk cincin diatas lapisan HNO3 pekat. Tidak terbentuknay cincin pada

urin OP dikategorikan normal. Normalnya urin tersebut jika kandungan protein < 150

Page 17: laporan biokimia 2015

mg/hari. Sedangkan pada urin patologis yang diujikam dipastikan kandungan protein >

250 mg/hari yang menyebabkan terbentuknya cincin

B . Uji Koagulasi

Pada hasil praktikum didapatkan tabung urin OP tidak mengandung protein

(-),dan tabung urin patologis mengandung protein (+). Beberapa bukti meyakinkan bahwa

ketika dipanaskan urin OP / Patologis terlihat ada butiran – butiran putih. Pengamatan

tersebut dapat mengindikasikan tiga hal yaitu : butiran – butiran tersebut berasal dari

calcium carbonat,calcium fosfat,atau protein. Untuk memastikannya,maka perlu

diteteskan asam asetat,apabila ketika ditetesi asam asetat,butiran tersebut hilang maka

diperoleh urin mengandung kalsium fosfat,dan jika butiran hilang dengan gas maka urin

mengandung calcium carbonat,dan bila ditetesi asam asetat butiran tersebut tidak hilang

maka dipastikan butiran tersebut adalah protein. Sehingga dapat disimpulkan urin OP

mengandung kalsium karbonat sedangkan urin patologis mengandung protein

4. B. 6 Uji Keton ( Rothera)

Pada urin OP tidak terbentuk warna ungu artinya tidak terdapat benda keton dalam urin.

Pada orang normal tidak terdapat benda keton dalam urin. Keton terdapat dalam urin disaat

tubuh sudah kehilangan glukosa, disaat lemak sudah tidak ada (gangguan metabolisme

karbohirat, misalnya Diabetes Mellitu) dan kurangnya asupan karbohidrat/ kelaparan. Jadi OP

masih dalam keadaan sehat tidak terjadi gangguan metabolisme dan tidak dalam kondisi

kekurangan glukosa ataupun kelaparan.

Pada urin patologis terbentuk warna ungu artinya terdapat benda keton dalam urin. Zat-

zat keton atau benda-benda keton dalam urin ialah aceton, asam aceto-acetat dan asam beta-

hidroxibutirat. Adanya badan keton didalam urin terjadi karena ketogenesis lebih besar dari

ketolisis, sehingga menyebabkan hiperketonemia, selanjutnya benda keton dalam darah sampai

ginjal dan keluar bersama urin (ketonuria). Proses pembentukan benda keton secara

normal terjadi di dalam hepar (ketogenesis). Adanya benda keton dalam urin biasanya terjadi

pada pasien diabetes mellitus karena pada DM (diabetes melitus) itu gula/glukosa tidak dapat

masuk sel, sehingga sel akan kelaparan (tidak dapat menghasilkan energi), sehingga yang jadi

Page 18: laporan biokimia 2015

korban adalah protein yang dibongkar (untuk menghasilkan energi) jadilah keton, bahaya keton

tinggi adalah dapat menyebabkan ketoasidosis metabolik

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Pada uji fisis urin didapatkan hasil yang normal dengan volume urin OP sebanyak 1500

ml,jernih berwarna kuning muda,dan berat jenis urin 1.008 dan zat padat total 20,8

2. Pada uji indikan, urin OP tidak terdapat indikan diakibatkan karena OP kurang

mengkonsumsi makanan tinggi protein.

3. Kadar kreatinin urin OP masih dalam batas normal yaitu 1,1572 g. Usia, jenis kelamin,

peningkatan sekresi tubulus bisa mempengaruhi kadar kreatinin seseorang. Koefesien

kreatinin juga dalam batas normal yaitu 15,028 mg/KgBB.

4. Pada uji benedict semikuantitatif Tabung 1 berisi urin OP tidak terjadi perubahan warna

artinya tidak terdapat glukosa dalam urin. Sedang kan pada tabung 2, tabung 3, dan

tabung 4 positif karena sebelum dilakukan uji benedict ini urin OP ditetesi larutan dahulu.

5. Pada uji protein dengan metode heller urin OP tidak terbentuk cincin pada tabung

reaksi,sedangkan urin patologis terbentuk cincin pada tabung reaksi. Menandakan adanya

protein dalam urin.

6. Pada uji protein dengan metode koagulasi pada urin fisiologis saat dipanaskan ada

endapan (+) , saat diberi asam asetat endapan hilang (-) sedangkan pada urin patologis :

saat dipanaskan ada endapan (+) saat diberi asam asetat endapan tetap ada (+). Masih

adanya endapan saat ditetesi menandakan adanya protein dalam urin.

7. Pada uji keton, Urin OP tidak terbentuk warna ungu artinya tidak terdapat benda keton

dalam urin lain halnya dengan urin patologis terjadi perubahan menjadi warna biru

menandakan adanya benda keton dalam urin (penderita diabetes mellitus).

Page 19: laporan biokimia 2015

5.2. Saran

1. Alat yang digunakan saat praktikum harus bersih dan lengkap serta tidak terkontaminasi

dengan bahan lain.

2. Pada uji kreatinin setelah memasukkan urindan reagen haris segera diukur untuk

mendapatkan hasil yang akurat.

Page 20: laporan biokimia 2015

DAFTAR PUSTAKA

1. Gandasoebrata, R . Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta Timur: Dian Rakyat. 2009

2. K, Murray dan Robert, dkk. Biokimia Harper Ed 27. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

EGC.2012

3. Panduan Penuntun Praktikum Biokimia Modul Ginjal dan Cairan Tubuh, Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjungpura, 2014.

4. Soewoto , Hafiz. Biokimia Eksperimen Laboratorium . Jakarta : UI Press. 2001