laporan biofisik 1

Upload: akhmadkhoeron

Post on 02-Jun-2018

294 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    1/9

    Laporan Praktikum Hari, tanggal : Senin, 08 September 2014

    Biokimia Umum PJP : Syaefudin, S.Si, M.Si

    Asisten : 1. ID. A. Ayu Carlita A.

    2. Ayu Syafitri

    3. Desi Ameliawati

    BIOFISIK I

    (BOBOT JENIS, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN EMULSI)

    Kelompok XV

    Azima Rahtu Yunida C34130028

    Nur Indah C34130057

    Akhmad Khoeron C34130063

    Khairani Nabila N C34130095

    DEPARTEMEN BIOKIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    2/9

    Pendahuluan

    Bobot jenis merupakan rasio massa dari suatu benda atau zat dengan

    massa air pada volume atau temperature yang sama. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi bobot jenis yaitu suhu dan konsentrasi. Tegangan permukaan

    adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar permukaan untuk

    mengimbangi gaya tarikan ke dalam pada cairan. Hal ini disebabkan oleh gaya

    adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya khohesi antara molekul

    cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya ke dalam pada permukaan cairan

    (Giancoli dan Douglas 2001). Molekul-molekul cairan memberikan gaya tarik

    satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan

    permukaan suatu cairan diantaranya: konsentrasi zat, jenis zat, suhu, dan zat

    terlarut. Cairan yang memiliki gaya tarik menarik antara molekulnya besar, maka

    tegangan permukaan juga besar. Tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik

    (Young 2002).

    Emulsi (emulsion) adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersi dan

    medium pendispersinya berupa cairan, gas atau padatan. Emulsi merupakan

    sediaan yang mengandung dua zat atau lebih yang tidak dapat bercampur,

    biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi

    butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan

    komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Emulsi dapat

    dibedakan menjadi emulsi minyak dalam air (O/W) dan emulsi air dalam minyak

    (W/O) berdasarkan medium pendispersi dan zat terdispersinya. Air merupakan

    molekul yang memiliki gugus polar sedangkan minyak merupakan zat yang

    memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan keduanya tidak bisamenyatu karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar (Hartomo &

    Widiatmoko 1993).

    Tujuan

    Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu menentukan bobot jenis

    suatu larutan, mengamati perbedaan tegangan permukaan pada berbagai jenis

    larutan, mengamati perbedaan sifat berbagai jenis emulsi.

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    3/9

    Metode Praktikum

    Tempat dan Waktu

    Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Departemen Biokimia

    FMIPA IPB pada hari senin tanggal 08 September 2014 pukul 13.00-16.00 WIB.

    Alat dan Bahan

    Alatyang digunakan dalam praktikum ini berupa densitometer, gelas piala,

    termometer, gelas arloji, jarum, pipet, tabung reaksi, timbangan, mortar,

    mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah akuades, NaCl 0.3%, NaCl

    0.9%, NaCl 5%, glukosa 5%, air kelapa, air kran, larutan albumin 1%, urin, air

    sungai, larutan detergen, NaCl 2%, alkohol, minyak mineral (minyak tanah) dan

    air sabun.

    Prosedur Percobaan

    pengukuran bobot jenis sangat sederhana. Densitometer di masukkan ke

    dalam cairan (akuades, NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, glukosa 5%, air kelapa,

    air keran, larutan albumin 1% dan urin) yang sebelumnya telah diukur suhunya.

    Suhu alat (densitometer) dan skala yang tertera dalam pengukuran masing-masing

    cairan dicatat dan dihitung dengan rumus koreksi.

    Prosedur percobaan tegangan permukaan. Tegangan permukaan cairan

    alamiah, jarum dimasukkan kedalam gelas arloji yang kemudian diisi dengan

    masing-masing cairan yang tersedia (air kelapa, akuades, cairan empedu, air

    sungai dan larutan detergen). Kedudukan jarum dalam masing-masing jarumdiamati, apakah tenggelam, melayang atau terapung. Jumlah tetesan dan tegangan

    permukaan, masing-masing cairan (NaCl 2%, alkohol, minyak mineral dan air

    sabun) dipipet sebanyak 1-2 ml. jumlah tetesan yang keluar dari masing-masing

    cairan dicatat dan dibandingkan dengan cairan lainnya.

    Pengamatan jenis emulsi dilakukan dengan minyak kelapa dengan air,

    minyak kelapa dengan sabun, dan minyak kelapa dengan gum arab. Masing-

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    4/9

    masing percobaan diberi perlakuan (dikocok) untuk dilihat apakah emulsinya

    stabil atau tidak dan ditentukan jenis emulsi O/W atau W/O. Untuk mengetahui

    bagian emulsi dengan jelas, minyak kelapa diwarnai dengan 1 tetes sudan merah

    setelah dikocok. Cara tersebut dilakukan pada percobaan minyak kelapa dan

    sabun. Percobaan emulsi minyak kelapa dan gum arab dilakukan dengan

    digerusnya 1 g gum arab terlebih dahulu dan menambahkan 5 ml minyak kelapa

    dalam mortar sampai kering. Selanjutnya ditambahkan 3 ml akuades dan diaduk

    sampai homogen. Setelah itu, akuades ditambahkan sebanyak 5 mL sedikit demi

    sedikit sambil diaduk, sampai diketahui sistem emulsi yang stabil dan tidak stabil.

    Larutan diamati di bawah mikroskop, dengan cara diteteskannya sampel pada

    preparat. Percobaan menggunakan susu segar dan margarin merupakan contoh

    emulsi alamiah dan industri dengan diamati kestabilannya. Caranya dengan

    diambil setetes susu dan seoles tipis margarin ke kaca perparat untuk diamati di

    bawah mikroskop.

    Data dan Hasil Pengamatan

    Tabel 1 Data Pengukuran Bobot Jenis

    Jenis larutan T alat(C)

    T larutan(C)

    BJ ukur(g/mL)

    FK BJ terkoreksi(g/mL)

    Akuades

    NaCl 0.3%

    NaCl 0.9%

    NaCl 5%

    Glukosa 5%

    Air kelapa

    Air keran

    Urin

    20

    20

    20

    20

    20

    20

    20

    20

    31

    32

    33

    32

    32

    31

    29

    32

    0.040

    1.000

    0.600

    1.030

    1.014

    1.012

    0.020

    1.020

    0.004

    0.004

    0.004

    0.004

    0.004

    0.004

    0.003

    0.004

    0.044

    1.004

    0.604

    1.034

    1.018

    1.016

    0.023

    1.024

    Contoh perhitungan : Larutan NaCl 0.3%

    BJ akuades = BJ terukur = g/mL

    FK =

    =

    10-3= 0.004

    BJ terkoreksi = BJ terukur + (FK x 1.10-3) = 1.000+ 0.004 = 1.004 g/mL

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    5/9

    Pengukuran bobot jenis larutan pada praktikum kali ini menggunakan alat

    densitometer. Berdasarkan hasil pengamatan, bobot jenis setiap larutan berbeda.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat antara lain suhu, massa

    zat, volume zat, konsentrasi zal terlarut (Martin 1990).

    Suhu suatu zat berpengaruh pada bobot jenis zat. suatu zat dengan suhu

    yang tinggi yang akan diukur bobot jenisnya, dapat menguap sehingga

    mempengaruhi nilai ukur BJ, demikian pula sebaliknya pada suhu rendah,

    senyawa akan membeku dan susah untuk diukur bobot jenisnya

    Berdasarkan hasil percobaan, larutan NaCl 0.3%. NaCl 0.9%, NaCl 5%

    memiliki bobot jenis yang berbeda. Hal ini disebabkan karena konsentrasi NaCl

    pada setiap larutan berbeda. Semakin tinggi konsentrasi NaCl maka bobot jenis

    larutan akan semakin besar, begitu pula sebaliknya semakin renndah konsentrasi

    NaCl, maka bobot jenis larutan semakin kecil.

    Tabel 2 Data pengukuran bobot jenis urin

    Kelompok /meja

    Suhu alat

    (0C)

    Suhu larutan

    (0C)

    BJ terukur

    (g/mL)

    Faktor

    koreksi

    BJ koreksi

    (g/mL)

    1 20 31.5 1.030 0.004 1.034

    2 20 34 1.022 0.005 1.027

    3 20 31 1.020 0.004 1.024

    4 20 31 1.020 0.004 1.024

    5 20 32 1.020 0.004 1.024

    6 20 31 1.032 0.004 1.036

    7 20 31 1.036 0.004 1.040

    Contoh perhitungan : urin meja 5

    BJ terukur = 1.020 g/mL

    FK =

    =

    10-3= 0.004

    BJ terkoreksi = BJ terukur + (FK x 1.10-3) = 1.020 + 0.004 = 1.024 g/mL

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    6/9

    Bobot jenis urin praktikan dari setiap meja berbeda. Bobot jenis urin

    tertinggi yaitu bobot jenis urin praktikan meja 7 sebesar 1.040 g/ml. dilihat dari

    data yang didapatkan, suhu pada urin tidak menentukan besar kecilnya bobot jenis

    urin. Pengukuran bobot jenis ini hanyalah pendugaan dari keadaan ginjal

    seseorang (Prayogo 2009). Perbedaan bobot jenis urin manusia dapat diakibatkan

    oleh usia, berat badan, jenis kelamin, aktivitas tubuh, dam makanan. Bobot jenis

    urin normal manusia yaitu sebesar 1.003-1.030 g/ml dengan warna kuning terang

    dan transparan. Bobot jenis urin manusia tidak selalu dalam rentang nnormal.

    Bobot jenis urin dapat lebih tiggi ataupun lebih rendah dari bobot jenis urin

    normal. Perubahan bobot jenis dapat disebabkan oleh demam, dehidrasi, luka

    bakar stadium awal, dan kerusakan ginjal.

    Tabel 3 Tegangan Permukaan Cairan Alami

    Jenis Cairan Hasil Pengamatan

    Aquades Tenggelam

    Empedu Tenggelam

    Air kelapa Mengapung

    Air sungai Mengapung

    Detergen Tenggelam

    Hasil pengamatan dari percobaan tegangan permukaan adalah jarum

    tenggelam pada cairan akuades, cairan empedu, dan larutan detergen. Empedu

    dan detergen bersifat sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan

    permukaan sehingga jarum jarum tenggelam pada cairan empedu dan larutan

    detergen. Jarum mengapung pada air kelapa dan air sungai. Hal tersebut terjadi

    karena gaya tegangan permukaan pada cairan tersebut lebih besar dari pada gaya

    berat pada jarum sehingga jarum mengapung.

    Tabel 4 Data Pengamatan Jumlah Tetesan

    Jenis Cairan Hasil Pengamatan

    Minyak tanah 61 tetesan

    NaCl 20 % 39 tetesan

    Detergen 60 tetesan

    Alkohol 60 tetesan

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    7/9

    Data hasil pengamatan menunujukkan jumlah tetesan dari setiap cairan

    berbeda. Jumlah tetesan dipengaruhi oleh gaya tegangan permukaan cairan.

    Jumlah tetesan berbanding terbalik dengan gaya tegangan permukaan. Semakin

    tinggi tagangan permukaan maka jumlah tetesan semakin banyak, semakin rendah

    gaya tegangan permukaan maka jumlah tetesan semakin banyak. Jumlah tetesan

    terbanyak dihasikan oleh cairan minyak tanah yaitu sebanyak 61 tetesan.

    Banyaknya tetesan pada cairan minyak tanah disebabkan karena gaya antar

    molekul minyak tanah kecil yang menyebabkan tegangan permukaan minyak

    tanah kecil sehingga jumlah tetesannya banyak. Jumlah tetesan paling sedikit

    yaitu pada larutan NaCl 20% dengan jumlah tetesan sebanyak 39 tetesan. Hal ini

    disebabkan karena gaya antar molekul pada larutan NaCl 20% besar sehingga

    tegangan permukaannya tinggi.

    Tabel 4 Jenis jenis Emulsi

    Faktor

    Pengamatan

    Jenis emulsi

    Minyak

    kelapa + air

    Minyak

    kelapa +sabun

    Minyak

    kelapa +gum Arab

    Susu Margarin

    Kestabilan Tidak stabil Stabil Stabil Stabil Stabil

    Tipe emulsi Oil in water Oil in water Oil in water Oil in water Water in oil

    Pendispersi Air Air Air Air Minyak

    Zat terdispersi Minyak Minyak Minyak Minyak Air

    Foto

    Emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase yang tidak tercampur.

    Komponen emulsi tersusun atas, fase dalam, fase luar dan emulsifiying agent

    (emulgator) (Winarno 1997). Jika zat pengemulsi lebih larut dalam air maka akan

    terbentuk emulsi minyak dalam air (O/W) tapi jika zat pengemulsi lebih larut

    dalam minyak maka akan terbentuk emulsi air dalam minyak (W/O). dari keempat

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    8/9

    jenis emulsi, hanya emulsi minyak kelapa+air yang memiliki tipe oil in water. Hal

    tersebut disebabkan karena minyak kelapa lebih larut dalam air.

    Air susu merupakan suspensi alam dan bahan terlarut didalamnya. Salahsatu diantaranya lemak. Kadar lemak didalam air susu adalah 3.45%. BJ air susu

    0.93 dan lebih ringan dari BJ air. Hal ini memungkinkan lemak mengapung atau

    membentuk lapisan di permukaan air susu apabila didinginkan. Air susu yang

    baru diperah memiliki suhu sama dengan temperature badan sapi yaitu 37 C,

    dalam hal ini lemak terdapat dalam bentuk cair. Beberapa jam setelah pemerahan,

    temperatur susu menurun dan terjadi pembekuan lemak, dan akan membeku

    seluruhnya pada temperatur 23 C. Bentuk lemak di dalam air susu merupakan

    butir yang disebut globuler. Besar kecilnya ini ditentukan oleh kadar air

    didalamnya. Makin banyak air, makin besar globuler dan dikhawatirkan akan

    pecah. Bila globuler pecah maka air susu disebut pecah, dan tidak dapat dijadikan

    bahan makanan karena tidak dapat dipisahkan lagi krimnya (Ernawati et al.1986).

    Sabun dan gum arab berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Menurut

    Blanshard (1979), fungsi gum arab di dalam produk bahan pangan adalah sebagai

    perekat, alat pengikat, alat penjernih, alat penguat, alat pelapis, alat pembusa, alatpenyatu atau penggabung dan sebagainya. Namun fungsi yang umum dari gum

    adalah pengental dan alat penstabil.

    Kesimpulan

    Setiap larutan memiliki bobot jenis yang berbeda, tergantung besar

    konsentrasi zat terlarut di dalam larutan. Semakin besar konsentrasinya, maka

    semakin besar pula bobot jenisnya. Semakin kecil konsentrasinya, maka

    semakinkecil pula bobot jenisnya. Bobot jenis urin setiap orang berbeda. Bobot

    jenis urin dipengaruhi oleh usia, makanan, aktivitas, dan penyakit. Tegangan

    permukaan suatu larutan disebabkan adanya interaksi antara molekul-molekul zat

    cair di bagian permukaan. Semakin besar gaya interaksi antar molekulnya maka

    semakin besar pula tegangan permukaannya, dan begitu pula sebaliknya. Jumlah

    tetesan juga dipengaruhi oleh tegangan permukaan. Jumlah tetesan berbanding

  • 8/10/2019 LAPORAN biofisik 1

    9/9

    terbalik dengan jumlah tetesan. Tipe emulsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

    O/W dan W/O. Jenis emulsi yang paling tidak stabil yaitu emulsi minyak kelapa

    dan air.

    Daftar Pustaka

    Blanshard, J. M. V. 1979. Polysaccarides in Food Butterworth.New York (AS):

    Mc Graw Hill Inc.

    Ernawati et al.1986. Pengaruh Penanganan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas

    Air Susu Sapi.Media Peternakan. 15:38-46.

    Giancoli D. 2001.Fisika. Hanum Y, penerjemah; Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

    Terjemahan dari:Physics, Principles with Applications.

    Hartomo AJ, Widiatmoko MC. 1993. Emulsi dan Pangan Instan Ber-lesitin.

    Yogyakarta (ID): ANDI OFFSET.

    Martin A. 1990. Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu

    farmasetika. Yoshita, penerjemah; Jakarta (ID): Penerbit UI. Terjemahan

    dari:Physics Pharmacy.

    Prayogo Y. 2009. Hubungan kalsium urine dengan berat jenis urin pada lansia

    yang ikut senam di sasana kyai soleh kota semarang [Skripsi]. Semarang

    (ID): Universitas Muhammadiyah.

    Sulastri T. A. 2008. Pengaruh Konsentrasi Gum Arab Terhadap Mutu Velva Buah

    Nenas Selama Penyimpanan Dingin [Skripsi]. Medan (ID): Fakultas

    Pertanian, Universitas Sumatra utara.

    Winarno F. 1997.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID):PT Gramedia Pustaka

    Utama.

    Young Hugh D, et.al. 2002. Fisika Universitas. Endang Juliastuti, penerjemah;

    Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Sears and Zemanskys

    University Physics.