laporan alat ukur jangka sorong hanis.doc
DESCRIPTION
fisikaTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN
JANGKA SORONG
Disusun oleh :
Nama : Hanis Destrini
NPM : A1E014067
Kelompok : V (Lima)
Hari, tanggal : Sabtu, 4 November 2015
Dosen : Drs. Irwan Koto,MA,Ph.D
Asisten : Syaiful Rochman,M.Pd
Aditya Apriwinata (A1E012002)
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah melakukan berbagai kegiatan
pengukuran. Mengukur adalah suatu kegiatan dimana kita membandingkan
besaran dengan besaran lain sebagai acuan. Dalam setiap pengukuran akan
selalu digunakan alat ukur. Alat ukur yang digunakan biasanya sesuai dengan
besaran yang akan diukur, misalnya panjang maka alat ukurnya adalah mistar,
meteran, mikrometer sekrup, jangka sorong dan lain lain.
Setiap alat ukur ternyata memiliki fungsi utama yang sama yaitu
mengukur panjang. Namun ada keistimewaan tersendiri pada setiap alat-alat
ukur tersebut baik dari segi fisik maupun dari segi kegunaan. Contohnya pada
jangka sorong, jangka sorong memiliki bentuk fisik yang unik. Diman terdiri
dari dua buah rahang berbentuk seperti gigi runcing dan tiap rahang memiliki
skala. Pada satu rahang yang berada di depan skalanya disebut skala utama
sedangkan yang lainnya disebut skala nonius. Selain itu, fungsi dari jangka
sorong tidak hanya untuk mengukur panjang suatu benda saja akan tetapi bisa
juga digunakan untuk mengukur kedalaman sebuah benda, mengukur
diameter dalam dan diameter luar sebuah benda yang berbentuk lingkaran.
Untuk memahami jangka sorong secara lanjut dalam mata kuliah alat ukur
dan pengukuran, kami melakukan kegiatan praktikum ini. Pada praktikum ini
kami akan mengukur diameter dua buah logam menggunakan jangka sorong.
Selain mengukur diameter, melalui praktikum ini, kami akan mempelajari
bagaimana prinsip kerja dari jangka sorong, bagian-bagian jangka sorong
beserta fungsinya, serta cara menyatakan hasil pengukuran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah prinsip kerja jangka sorong?
2. Bagaimana fungsi serta bagian-bagian dar jangka sorong?
3. Bagaimanakah cara mengukur kedalaman dan diameter benda?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja jangka sorong.
2. Mengetahui bagian-bagian jangka sorong beserta fungsinya.
3. Mengukur kedalaman dan diameter benda.
1.4 Hipotesis
1. Prinsip kerja dari jangka sorong ialah apabila kunci yang terdapat pada
jangka sorong itu dilonggarkan, maka papan skala nonius akan dapat
digerakkan sesuai keperluan dan pada kegiatan pengukuran sebuah objek
yang hendak di ukur diameternya maka objek tersebut dijepit diantara 2
penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.
2. Beberapa bagian-bagian dari jangka sorong adalah rahang luar untuk
mengukur sisi dalam suatu benda, depth probe utuk mengukur kedalaman
dari suatu benda, skala utama, skala nonius , rahang dalam untuk
mengukur sisi luar dari suatu benda, , dan sebuah pengunci untuk menahan
bagian- bagian yang bergerak ketika pengukuran seperti rahang atau depth
probe.
3. Mengukur kedalamann dan diameter benda dilakukan dengan cara
membaca skala utama yang berhimpit atau skala terdekat tepat didepan
titik nol skala nonius ditambah (skala nonius yang tepat berhimpit dengan
skala utama dikali dengan skala terkecil jangka sorong).
1.5 Definisi Istilah
1. Diameter : Segmen garis yang melalui titik pusat dan
menghubungkan dua titik pada lingkaran tersebut, dalam
penggunaan modern, diameter berarti panjang dari segmen
garis tersebut.
2. Jangka Sorong : Alat ukur panjang yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter.
3. Ketelitian : Kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang sama
yang dilakukan secara berulang.
4. Pengukuran : Penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan ukur.
5.Rahang Dalam : Bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi bagian
dalam
6. Rahang Luar : Bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi luar.
7. Skala Utama : Skala utama terletak pada rahang tetap yang berupa skala
dalam cm dan mm.
8.Skala Nonius : Skala nonius terletak pada rahang geser yang terdapat 10
skala yang panjangnya 9 mm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengukur suatu bilangan pada
suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar
yang telah diterima sebagai suatu bilangan. Dalam melakukan sebuah
pengukuran kita memerlukan yang namanya alat ukur. Dalam pengukuran
panjang kita memerlukan alat ukur seperti mistar, jangka sorong dan
micrometer sekrup. Sedangkan dalam pengukuran massa kita memerlukan
neraca lengan, neraca ohaouss dan timbangan (Alonso, 1992:4).
Setiap Alat Ukur sebelum digunakan atau setelah digunakan pada periode
tertentu (6 bulan atau 12 bulan), harus dilakukan kalibrasi sesuai standar
nasional ataupun internasional [1]. Alat ukur merupakan ujung tombak dalam
kualitas produk yang dihasilkan, karena langsung berhubungan dengan
proses, sehingga perlu dipelihara untuk mendapatkan umur (life time) yang
panjang. Jangka sorong nonius sangat banyak digunakan baik di laboratorium
pengukuran maupun produksi (Nahrul, 2015:1).
Pengukuran semua besaran sebenarnya statif terhadap suatu standar atau
satuan tertentu, dan satuan ini dipastikan disamping nilai numeriknya. Satuan
internasional yang pertama adalah meter, dinyatakan sebagai standar panjang
oleh French Academy of Sciences, pada tahuan 1970-an. Meter standar
awalnya ditentukan sebesar satu persepuluh juta dari jarak antara garis
equador bumi dengan salah satu kutub, dibuatlah sebuah penggaris platinum
untuk mempersantesikan panjang ini. Tahun 1889, meter didefinisikan
sebagai jarak antara dua tanda yang dibuat jelas pada sebuah penggaris
campuran platinum iridium. Tahun 1960, meter didefinisikan sebagai
1.650.763,73 panjang gelombang cahaya jingga yang dipancarkan oleh gas
krypton 86. Tahun 1983 meter kembali didefinisikan ulang dalam
hubungannya dengan kecepatan cahaya. Difinisi yang barui adalah: ‘’ Meter
merupakan panjang jalur yang dilalui oleh cahaya pada ruang hampa udara
selama selang waktu 1/299.792.456 sekon (s) selama bertahun-tahun, sekon
didefinisikan sebagai 1/86.400 dari rata-rata hari matahari sebagai satuan
standar waktu. Standar sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan
untuk 9.192.631.770 periode radiasi ini. Adapun standar massa adalah
kilogram (Kg), yaitu sebuah platinum-iridium khusus, yang disimpan di
internasional bureau of luieghts and measures didekat kota paris yang
massanya didefinisikan tepat 1 kg (Giancolli, 2001:10-12).
Suatu hal yang selalu dilakukan oleh fisikawan adalah mengukur.
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.
Namun angka kesalahan tak dapat dihindari dalam setiap pengukuran.
Padahal fisik termasuk ilmu eksakta, pengetahuan eksak yang berdasarkan
pada pengukuran. Setiap pengukuran selalu mempunyai batas ketelitian,
disebabkan oleh antara lain: alat ukurnya sendiri dan pembacanya. Cara
menuliskaan hasil pengukuran sebaiknya secara ilmiah yaitu menulis dalam
desimal.
Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagai
diperlukan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur
panjang seperti, mistar, jangka sorong serta mikrometer sekrup. Namun, pada
umumnya mistar sebagai alat ukur yang paling sering digunakan(Halliday,
1985:7).
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian,bagian diam dan bagian
bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan
ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi
dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0,05 mm untuk jangka sorong di bawah 30 cm dan 0,01mm untuk yang di
atas 30cm. Kegunaan jangka sorong adalah:
1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasannya berupa
lubang(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur
3. Untuk mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan
cara menancapkan atau menusukkan bagian pengukur
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur panjang. Pada umumnya
jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam dan diameter luar
suatu benda. Jangka sorong terdiri atas dua bagian utama yaitu bagian yang
tetap (rahang tetap) dan bagian yang dapat digeser-geser (rahang dorong).
Jangka sorong juga terdiri atas dua skala yaitu skala utama dan skala nonius.
Ketelitian dari jangka sorong sebesar 0,05 mm dengan skala terkecil 0,1 mm
(Tipler, 1998:7).
Saat melakukan pengukuran, kita tidak lepas dari kesalahan. Kesalahan
ada 2 macam, yaitu; kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Adapun
kesalah sistematik diantarannya kesalahan kaliberasi, kesalahan titik nol,
kesalahan alat lainnya, gesekan, kesalahan paralaks, dan keadaan saat kerja.
Kesalahan-kesalahan itu akan menyebabkan penyeimbangan hasil
pengukuran. Namun pada prinsipnya kesalahan tersebut dapat dikoresi atau
diperhitungkan. Selain kesalahan, ada ketidakpastian pengukuran terulang.
Sedangkan kesalahan acak ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak
menentu, yang mengganggu kerja alat ukur, misalnya gerak brown , fluktuasi,
tegangan listrik, derau (noise) elektronik yang bersifat acak dan sukar
dikendalikan (Istiyono, 2005:11-13).
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan Gambar
Jangka sorong
Logam Tebal 100 gram
1 Buah
Logam Tipis 100 gram
1 Buah
3.2. Langkah Kerja
Mengukur Diameter Luar Logam Tebal 100 gram
1. Rahang jangka sorong dibuka dengan cara mengendorkan sekrup
penguncinya.
2. Rahang geser jangka sorong digeser ke kanan sampai benda yang akan
diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan
rahang tetap).
3. Logam tebal 100 g yang akan diukur diletakkan diantara kedua
rahang.
4. Rahang geser digeser ke kiri hingga logam tebal 100 g yang diukur
terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci sekrup pengunci.
5. Skala utama yang berhimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol
skala nonius kemudian dibaca.
6. Skala nonius yang tepat berhimpit dengan skala utama kemudian
dibaca.
7. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan berikut:
Hasil = skala utama + (skala nonius x skala terkecil jangka sorong)
Mengukur Diameter Luar Logam Tipis 100 gram
1. Rahang jangka sorong dibuka dengan cara mengendorkan sekrup
pengunci.
2. Rahang geser jangka sorong digeser ke kanan sampai benda yang
diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan
rahang tetap).
3. Logam tebal 100 g yang akan diukur kemudian diletakkan diantara
kedua rahang.
4. Rahang geser digeser ke kiri sedemikian sehingga logam tipis 100
gram yang diukur terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci
sekrup pengunci.
5. Skala utama yang berhimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol
skala nonius dibaca.
6. Skala nonius yang tepat berhimpit dengan skala utama dibaca.
7. Hasil pengukuran kemudian dinyatakan dengan persamaan:
Hasil = skala utama + (skala nonius x skala terkecil jangka sorong)
3.3. Gambar Percobaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
1. Prinsip Kerja Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala
terkecil dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala
utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling
berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki
panjang 0,9 cm, jadi jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah
0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah
0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari
jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi
x = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah
0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur
diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter
dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman
sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang
terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat
digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang
hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit
diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek
dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai
sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil
pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001cm).
2. Bagian-bagian Jangka Sorong Beserta Fungsinya
1. Rahang luar
Rahang luar berfungsi mengukur sisi bagian dalam benda.
Terdiri atas rahang geser serta rahang tetap.
2. Rahang dalam
Rahang dalam berfungsi mengukur sisi bagian luar benda.
Terdiri atas rahang geser serta rahang tetap.
3. Skala utama (dalam inchi)
Pada skala utama, angka 0-6 menunjukkan skala dalam inchi
sedangkan garis-garis yang lebih pendeknya dalam fraksi.
4. Skala Utama (cm)
Di skala utama jangka sorong terdapat angka nol - tujuh belas cm dan
pada bagian garis-garis yang pendeknya atau di sisinya yang berjumlah
empat satuannya adalah mm, serta garis kelima atau garis yang lebih
pendek dari cm dan lebih panjang dari mm adalah menunjukkan
setengahnya misalnya 1,5, 2,5, 3,5 dan seterusnya. Sepuluh skala
utama memiliki panjang satu cm sehingga dua skala utama yang
berdekatan berukuran 0,1 cm atau sama dengan 1 mm.
5. Skala Nonius (untuk inchi)
Menunjukkan skala pengukuran fraksi dari inchi
6. Skala nonius (dalam 1/10 mm)
Pada jangka sorong di atas, untuk setiap garis skala menunjukkan 1/10
mm. Tetapi ada juga yang memiliki skala 1/20, dan lain-lain. Sepuluh
skala nonius memiliki panjang 9 mm, sehingga jarak dua skala nonius
yang saling berdekatan adalah 0,9 mm. Dengan demikian, perbedaan
satu skala utama dan satu skala nonius adalah 1 mm - 0,9 mm
= 0,1 mm atau 0,01 cm. Dengan melihat skala terkecil dari jangka
sorong ini, maka ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari
skala terkecil jangka sorong tersebut, yaitu ½ x 0,1 mm = 0,05 mm.
7. Depth probe
Depth probe berfungsi mengukur kedalaman benda.
8. Pengunci
Digunakan untuk menahan bagian-bagian yang bergerak ketika
pengukuran seperti rahang atau depth probe.
3. Mengukur Diameter
No. Jenis Benda Diameter Luar
1. Logam Tebal 100 g 28,2 mm
2. Logam Tipis 100 g 51,3 mm
4.2 Perhitungan
Skala utama = 28 mm = 28,0 mm
Skala nonius = 4 x 0,05 mm = 0,2 mm
Diameter Logam Tebal = 28,2 mm
= 2,82 cm
Ketelitian jangka sorong = 0,05 mm
=(2,820 + 0,005) cm
Skala utama = 51 mm = 51,0 mm
Skala nonius = 6 x 0,05 mm = 0,3 mm
Diameter Logam Tipis = 51,3 mm
= 5,13 cm
Ketelitian jangka sorong = 0,05 mm
=(5,130 + 0,005) cm
4.3 Pembahasan
+
+
Kegiatan mengukur merupakan suatu kegiatan membandingkan sesuatu
yang dapat kita ukur dengan sesuatu yang dijadikan sebagai acuan. Kegiatan
mengukur ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai dari
besaran tertentu yang akan kita ukur tersebut. Misalnya saja pada saat kita
akan mengukur suatu panjang tali dengan menggunakan sebuah mistar atau
pun juga meteran, untuk mengukur kuat arus listrik dengan menggunakan
ampermeter, untuk mengukur tegangan dengan menggunakan voltmeter,
ataupun juga mengukur suatu diameter benda dengan menggunakan jangka
sorong atau pun juga mikrometer sekrup.
Pada percobaan kali ini, kami akan mengukur diameter dua buah logam,
yang mana logam pertama berbentu tipis dengan massa sebesar 100 gram,
sedangkan logam kedua berbentuk lebih tebal masih dengan massa sebesar
100gram dengan menggunakan alat ukur yaitu jangka sorong.
Jangka sorong ialah salah satu alat ukur yang digunakan untuk mencari
nilai dari besaran pokok panjang. Bentuknya hampir mirip dengan kunci
inggris yang mana rahangnya itu dapat digeser. Jangka sorong itu terdiri dari
dua bagian kaki pengukur, yang pertama yaitu bagian kaki yang cembung
diaman fungsinya digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dan yang
kedua yaitu bagian kaki pengukur yang cekung ke dalam dimana fungsinya
adalah untuk mengukur diameter dalam sebuah benda, misalnya diameter
uang logam. Bagian-bagian ini biasa juga sering disebut sebagai bagian rahang
jangka sorong (rahang tetap dan rahang sorong).
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala
terkecil dalam milimeter (1 mm= 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala
utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling berdekatan
adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, jadi
jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu
skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm= 0,01 cm atau
0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01
cm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x =
½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah : ketelitian
0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter
sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau
cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Adapun prinsip
utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada
jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai
keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya
atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang
ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung
dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian
menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu
cm (0,001cm).
Adapun bagian-bagian jangka sorong beserta fungsinya yaitu:
1. Rahang dalam
Rahang dalam berfungsi mengukur sisi bagian luar benda.
Terdiri atas rahang geser serta rahang tetap.
2. Rahang luar
Rahang luar berfungsi mengukur sisi bagian dalam benda.
Terdiri atas rahang geser serta rahang tetap.
3. Depth probe
Depth probe berfungsi mengukur kedalaman benda.
4. Skala Utama (cm)
Di skala utama jangka sorong terdapat angka nol - tujuh belas cm dan
pada bagian garis-garis yang pendeknya atau di sisinya yang
berjumlah empat satuannya adalah mm, serta garis kelima atau garis
yang lebih pendek dari cm dan lebih panjang dari mm adalah
menunjukkan setengahnya misalnya 1,5, 2,5, 3,5 dan seterusnya.
Sepuluh skala utama memiliki panjang satu cm sehingga dua skala
utama yang berdekatan berukuran 0,1 cm atau sama dengan 1 mm.
5. Skala utama (dalam inchi)
Pada skala utama, angka 0-6 menunjukkan skala dalam inchi
sedangkan garis-garis yang lebih pendeknya dalam fraksi.
6. Skala nonius (dalam 1/10 mm)
Pada jangka sorong di atas, untuk setiap garis skala menunjukkan 1/10
mm. Tetapi ada juga yang memiliki skala 1/20, dan lain-lain. Sepuluh
skala nonius memiliki panjang 9 mm, sehingga jarak dua skala nonius
yang saling berdekatan adalah 0,9 mm. Dengan demikian, perbedaan
satu skala utama dan satu skala nonius adalah 1 mm- 0,9 mm=0,1 mm
atau 0,01 cm. Dengan melihat skala terkecil dari jangka sorong ini,
maka ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil
jangka sorong tersebut, yaitu ½ x 0,1 mm = 0,05 mm.
7. Skala Nonius (untuk inchi)
Menunjukkan skala pengukuran fraksi dari inchi
8. Pengunci
Digunakan untuk menahan bagian-bagian yang bergerak ketika
pengukuran seperti rahang atau depth probe.
Rahang tetap pada jangka sorong ini ternyata memiliki skala yang biasa
kita sebut dengan skala utama. Satu bagian skala utama, besar panjangnya
adalah 1 mm. Sedangkan, pada bagian rahang sorong memiliki 10 bagian
skala yang biasa kita sebut dengan skala nonius. Skala nonius dinamakan juga
skala Vernier, alasannya karena untuk menghormati seorang penemunya yaitu
Piere Vernier, dia adalah seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis. Untuk
panjang 10 skala nonius adalah 9 mm. Jadi, 1 bagian skala nonius (jarak
antara dua garis skala nonius yang berdekatan) itu akan sama dengan 0,9 mm.
Jangka sorong biasanya juga digunakan untuk menentukan nilai besaran
panjang benda-benda yang ukurannya kecil. Sedangkan untuk benda-benda
yang ukurannya lebih besar, biasanya akan digunakan alat ukur yaitu mistar
dan juga rollmeter. Besar ketelitian dari alat ukur mistar adalah 0,1 cm, untuk
ketelitian dari jangka sorong bisa mencapai 0,001 cm, dan juga ketelitian
mikrometer sekrup bisa mencapai 0,0001 cm. Semakin kecil angka dari suatu
ketelitian, maka akan semakin besar pula tingkat suatu ketelitian alat tersebut.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa, ketelitian mistar ialah ketelitian yang
paling rendah, sedangkan untuk ketelitian dari mikrometer sekrup ialah
ketelitian yang paling tinggi di antara ketiga alat tersebut. Sebaiknya, jika kita
ingin mendapatkan data pengukuran yang lebih teliti pada saat akan mengukur
diameter kedua logam tersebut ialah dengan menggunakan alat ukur
mikrometer sekrup, mengingat tingkat ketelitiannya yang tinggi.
Dalam percobaan ini, kami menggunakan jangka sorong dengan ketelitian
sebesar 0,05 mm atau 0,005 cm. Benda yang kami ukur diameternya ialah 2
buah logam bermassa 100 gram yang bedanya ada yang lebih tipis dan ada
yang lebih tebal. Seharusnya pada praktikum kali ini kami juga mengukur
suatu kedalaman dari dua buah logam tersebut, namun dikarenakan
keterbatasan waktu pada saat pelaksanaa percobaan, kami hanya dapat
melakukan pengukuran tunggal terhadap diameter 2 buah logam tersebut,
sedangkan untuk kedalamannya kami tidak sempat mengukurnya. Sehingga
hasil data yang kami peroleh belum tentu akurat.
Pertama sebelum kami melakukan pengukuran ini, kami menggeserkan
terlebih dahulu rahang geser jangka sorong untuk memastikan bahwa jangka
sorong yang kami gunakan berfungsi dengan baik. Selanjutnya yang kami
lakukan ialah memastikan bahwa jangka sorong yang kami gunakan tersebut
berfungsi dengan baik dengan cara menjepit logam bermassa 100 gram yang
tebal pada penjepit (rahang bawah) serta memutar tombol kunci agar logam
tebal 100 gram tersebut akan tetap pada posisinya. Hasil pengukuran
dinyatakan dengan persamaan = skala utama + (skala nonius x skala terkecil
jangka sorong). Pada percobaan ini hasil pengukuran yang kami dapatkan
pada skala utama yaitu 28 mm dan skala noniusnya adalah 4 yang selanjutnya
dikalikan dengan skala terkecil dari jangka sorong yang kami gunakan yaitu
0,05 mm. Sehingga hasil akhir yang kami dapat untuk besar diameter dari
logam tebal 100 gram adalah 28,2 mm atau sama dengan 2,82 cm.
Kemudian pada percobaan kedua, langkahnya sama saja dengan cara pada
percobaan pertama hanya yang membedakannya yaitu logam yag kami
gunakan adalah logam tipis 100 gram. Dimana untuk langkah utama yang
harus kami lakukan adalah rahang pada jangka sorong dibuka dengan cara
mengendorkan sekrup pengunci. Kemudian rahang geser jangka sorong
tersebut kami geser ke arah kanan sehingga logam tipis 100 gram tersebut
dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
Logam tipis 100 gram yang akan kami ukur selanjutnya kami letakkan
diantara kedua rahang. Setelah itu rahang geser digeser ke arah kiri sehingga
logam tipis 100 gram yang diukur akan terjepit oleh kedua rahang sekaligus
mengunci sekrup pengunci. Selanjutnya kami membaca skala utama yang
berhimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol skala nonius dan baca
skala nonius yang tepat berhimpit dengan skala utama. Hasil pengukuran
dinyatakan dengan persamaan = skala utama + (skala nonius x skala terkecil
jangka sorong). Pada percobaan ini hasil pengukuran yang kami dapatkan
pada skala utama yaitu 51 mm dan skala noniusnya adalah 6 kemudian
dikalikan dengan skala terkecil dari jangka sorong yang kami gunakan yaitu
0,05 mm. Sehingga hasil yang didapat adalah 51,3 mm atau sama dengan 5,13
cm.
Dalam setiap pengukuran pasti akan ada kesalahan-kesalahan pengukuran
yang bersumber dari alat, lingkungan, maupun yang berasal atau yang
diakibatkan dari para praktikan itu sendiri. Kesalahan-kesalahan yang
mungkin muncul dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong
adalah kesalahan paralaks (penglihatan) dimana kesalahan ini terjadi pada saat
menentukan garis yang berhimpitan; selanjutnya kesalahan titik nol, dimana
terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat berhimpit
dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat
pada skala nol; dan juga kesalahan yang berasal dari keterbatasan kemampuan
praktikan pada saat mengamati.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan mengenai jangka sorong
ini kami dapat mengetahui prinsip kerja jangka sorong, bagian-bagian dan
juga fungsinya serta bagaimana cara untuk mengukur diameter benda dengan
jangka sorong, dapat kami ambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Prinsip kerja jangka sorong ialah pada saat kita melonggarkna kunci yang
ada pada jangka sorong maka selanjutnya papan skala nonius tersebut bisa
digerakkan sesuai keperluan dan juga pada saat kegiatan pengukuran objek
yang hendak diukur diameternya maka objek akan dijepit diantara 2
penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.
2. Bagian-bagian dari jangka sorong antara lain rahang dalam yang berfungsi
untuk mengukur sisi luar dari suatu benda, rahang luar untuk mengukur
sisi dalam suatu benda, depth probe utuk mengukur kedalaman dari suatu
benda, skala utama, skala nonius, dan pengunci untuk menahan bagian-
bagian yang bergerak ketika pengukuran seperti rahang atau depth probe.
3. Mengukur ketebalan dan juga mengukur diameter benda dilakuan dengan
cara membaca skala utama yang berhimpit atau skala terdekat tepat
didepan titik nol skala nonius ditambah (skala nonius yang tepat berhimpit
dengan skala utama dikali dengan skala terkecil jangka sorong).
5.2 Saran
Sebelum melaksanakan kegiatan praktikum ini, sebaiknya praktikan
membaca referensi mengenai jangka sorong terlebih dahulu agar kegiatan
praktikum bisa dilakukan dengan maksimal. Praktikan sebaiknya melakukan
pengulangan dalam mengukur diameter kelereng, minimal sebanyak 5 kali
pengulangan, agar data yang didapatkan lebih akurat. Praktikan juga harus
lebih teliti dalam membaca skala nonius pada jangka sorong. Sebaiknya,
waktu untuk praktikum ditambahkan, karena dalam waktu yang singkat sangat
tidak cukup untuk dilakukan dua buah praktikum yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcelo & Edward J. Finn.1992.Dasar-dasar Fisika Universitas.
Jakarta:Erlangga
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta:Erlangga
Halliday, David. 1985. Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Istiyono, Eka. 2005. Fisika. Klaten:PT Intan Pariwara
Amani, Nahrul. 2015. Kalibrasi Jangka Sorong Nonius (Vernier Calliper)
Berdasarkan Standar Jis B 7507 Di Laboratorium Pengukuran
Teknik Mesin Universitas Riau. Pekanbaru:Universitas Riau
(diakses pada tanggal 10 Desember 2015)
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta:Erlangga