laporan praktikum fisika dasar jangka sorong
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Fisika Dasar Jangka SorongTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum
Jangka Sorong (Vernier Caliper).
1.2 Tanggal Praktikum
18 Oktober 2014.
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah dapat dan mahir menggunakan jangka
sorong untuk mengukur diameter benda.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang terdiri atas skala
utama, skala nonius, rahang pengatur garis tengah dalam, rahang pengatur garis
tengah luar, dan pengukur kedalaman. (Saripudin, 2007)
Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur beberapa alat dalam kehidupan yang sulit untuk dijangkau dengan
pengukuran biasa. Secara umum, jangka sorong memiliki dua jenis skala. Skala
pertama tertera pada rahang utama jangka sorong. Skala ini disebut dengan skala
tetap (skala utama). Skala kedua tertera pada rahang yang bergerak disebut skala
nonius atau skala vernier. (Mikrajuddi, 2007)
Skala nonius disebut juga sebagai skala vernier yang diambil dari nama
penemunya Piere Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Perancis. Panjang
10 skala nonius adalah 9 mm. Ini berarti, 1 skala nonius (jarak antara dua garis
nonius yang berdekatan) sama dengan 0,9 mm. Dengan demikian, selisih skala
utama dengan skala nonius adalah 1 mm – 0,9 mm = 0,1 mm atau 0,01 cm.
(Kamajaya, 2007)
Pengukuran panjang sisi luar suatu benda dapat dilakukan dengan
menjepit benda yang diukur dengan menggunakan rahang jangka sorong yang
besar. Sebaliknya, pengukuran panjang sisi dalam suatu benda dapat dilakukan
dengan menarik benda yang ingin diukur dengan menggunakan rahang jangka
sorong yang kecil.
Dengan melihat skala terkecil dari jangka sorong ini, yaitu 0,1 mm atau
0,01 cm, maka ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil
jangka sorong tersebut, yaitu :
∆x =
12 × 0,1 mm = 0,05 mm atau 0,005 cm
2.1.1 Bagian-Bagian Jangka Sorong
Bagian-bagian jangka sorong terdiri atas :
1. Internal jaws (rahang dalam) adalah bagian yang berfungsi untuk
mengukur dimensi bagian dalam.
2. External jaws (rahang luar) adalah bagian yang berfungsi untuk
mengukur dimensi bagian luar.
3. Locking screw (baut pengunci) adalah bagian yang berfungsi sebagai
pengunci rahang.
4. Imperial scale adalah skala dalam satuan inci.
5. Metric scale adalah skala dala satuan millimeter.
6. Depth measuring blade adalah batang pengukur kedalaman.
2.1.2 Fungsi dan Ketelitian Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai beberapa fungsi pengukuran, yaitu :
1. Mengukur benda kerja pada bagian luar, bentuk kubus, persegi panjang,
bujur sangkar atau bulat.
2. Mengukur benda kerja pada bagian dalam, bentuk pipa bulat, segi empat,
dan lain-lain.
3. Mengukur kedalaman lubang.
4. Mengukur ketinggian benda yang bertingkat.
Ketelitian jangka sorong terdapat beberapa macam ketelitian, yaitu :
1. Ketelitian 0,02 mm : skala Vernier terbagi 50 ruas.
2. Ketelitian 0,05 mm : skala Vernier terbagi 20 ruas
3. Ketelitian 1
128inch : skala Vernier terbagi 8 ruas satuan yang dipakai
inch (bagian atas).
2.1.3 Proses Kerja Jangka Sorong
Mengukur kedalaman dan diameter suatu benda dapat diukur dengan
menggunakan jangka sorong. Hal itu karena pada dasarnya, alat ukur ini
diciptakan untuk mengukur hal-hal yang demikian. Selain itu, jangka sorong juga
dapat memberikan hasil pengukuran yang sangat detail.
Sebelum hendak melakukan pengukuran, ada baiknya diperhatikan hal-
hal berikut ini agar proses pengukuran dapat berjalan dengan baik
Pertama-tama, bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukur.
Jangka sorong dan benda yang kotor dapat menyulitkan pengukuran. Hal
tersebut juga dapat menghasilkan pengukuran yang tidak tepat.
Pastikan skala nonius yang terdapat pada jangka sorong dapat bergeser
dengan bebas tanpa adanya hambatan.
Pastikan dua skala pada jangka sorong bertemu tepat pada angka 0 (nol).
Jika angka nol pada dua skala tidak tepat bertemu, maka akan
menghasilkan pengukuran yang kurang baik.
Perhatikan tekanan pengukuran agar jangan sampai terlalu kuat karena
akan menyebabkan pembengkokan pada rahang ukur maupun lidah
pengukur kedalaman. Agar rahang tidak bergeser, kencangkan baut
pengunci. Namun, jangan sampai terlau kuat karena akan mengakibatkan
kerusakkan pada baut pengunci.
Ketika hendak mengukur, perhatikan bahwa benda yang akan diukur
sedekat mungkin dengan skala utama. Hal ini karena pengukuran yang
dilakukan dengan ujung gigi pengukur akan menghasilkan ukuran yang
kurang tepat dan akurat.
Posisikan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang akan diukur.
Untuk membaca skala nonius, hendaknya dilakukan setelah jangka
sorong diangkat keluar dari benda ukur dengan hati-hati.
Untuk menghindari salah baca ukuran, miringkan skala nonius sehingga
sejajar dengan pandangan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan melihat
dan menentukan garis skala nonius yang sejajar dengan garis skala
utama.
Untuk menghindari pengkaratan, bersihkan jangka sorong lalu simpan
dengan baik.
Setelah memperhatikan hal-hal di atas, pengukuran benda menggunakan
jangka sorong dapat dilakukan. Pengukuran tersebut seperti yang telah
dipraktikkan pada percobaan ini.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaaan ini adalah :
3.1.1 Alat
1. Jangka Sorong
3.1.2 Bahan
1. Tutup botol
2. Pipa plastik
3. Pipa besi
3.2 Cara Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah :
A. Pengukuran Diameter Luar
1. Pipa diletakkan secara melintang antara rahang A B, kemudian
roda R digeser sehingga benda tepat terjepit di antara rahang
tersebut.
2. Dibaca angka skala pada skala utama yang berada di sebelah kiri
dari angka nol nonius. Lalu dilihat garis skala nonius keberapa
yang terhimpit dengan garis skala utama. Hasil perkalian angka
skala nonius dengan 0.05 mm kemudian dijumlahkan dengan
skala angka utama.
B. Pengukuran Diameter Dalam
1. Pipa atau silinder dimasukkan ke dalam rahang C D kemudian
roda R digeser kearah luar sehingga kedua rahang itu tepat
menyentuh bagian dalan sisi pipa.
2. Pembacaan pengukuran dilakukan dengan cara yang sama seperti
pada cara no. 2 di atas.
C. Pengukuran Tinggi atau Dalam Suatu Pipa
1. Pipa diletakkan secara tegak di atas meja lalu roda R digeser ke
arah luar sehingga tangkai T terlihat ke dalam pipa sehingga
menyentuh meja dan pinggir jangka sorong menyentuh bagian
atas pipa.
2. Pembacaan pengukuran dilakukan seperti pada no. 2A di atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Pengukuran pada Tutup Botol
Ulangan Luar (mm) Dalam (mm) Kedalaman (mm)
1
2
3
31,2
31,275
31,35
29,325
30,5
29,5
11,275
12,5
11,375
Rata-rata 31, 275 29,775 11,717
Tabel 4.2 Pengukuran pada Pipa Plastik
Ulangan Luar (mm) Dalam (mm) Kedalaman (mm)
1
2
3
20,35
21,5
21,45
18,15
18,125
18,175
129,05
129,475
129,075
Rata-rata 21,1 18,15 129,2
Tabel 4.3 Pengukuran pada Pipa Besi
Ulangan Luar (mm) Dalam (mm) Kedalaman (mm)
1
2
3
25,2
25,175
25,325
22,05
21,375
22,375
100,4
100,35
100
Rata-rata 25,23 21,93 100,25
4.2 Pembahasan
Pada proses pengukuran tutup botol diperoleh hasil seperti pada tabel di
atas. Pada pengukuran diameter luar, skala utama yang diperoleh adalah 31 mm,
tetapi pada angka skala noniusnya terdapat perbedaan yang tidak terlalu
signifikan. Hal ini dikarenakan bentuk tutup botol yang tidak bulat sempurna.
Sehingga pada saat pengukuran terjadi perbedaan angka skala noniusnya
walaupun perbedaan yang diperoleh tidak terlalu jauh. Pada saat pengukuran
diameter dalam tutup botol juga demikian. Hanya saja hasil pengukuran yang
diperoleh sedikit lebih jauh. Hal ini dikarenakan kondisi tutup botol yang
digunakan tidak bulat sempurna dan pada saat pengukuran dilakukan, rahang C D
sedikit dipaksakan merenggang sehingga tutup botol berbentuk sedikit lonjong.
Pada pengukuran kedalaman tutup botol juga seperti pengukuran diameter dalam
yang diperoleh hasil yang berjarak sedikit lebih jauh yang dikarenakan pada saat
pengukuran berlangsung, tangkai T pada pengulangan kedua berada pada bagian
tengah dasar tutup botol sedangkan pada pengulangan pertama dan ketiga, tangkai
T berada tidak tepat di bagian tengah dasar tutup botol. Tutup botol yang
digunakan memiliki dasar yang sedikit melengkung.
Pada proses pengukuran pipa plastik diperoleh hasil seperti pada tabel.
Pengukuran diameter luar pada percobaan pertama hasilnya sedikit lebih jauh
berbeda dibandingkan dengan hasil pengukuran pengulangan kedua dan ketiga.
Hal ini juga dikarenakan bentuk pipa plastik yang tidak bulat sempurna. Pada
pengukuran diameter dalam dan kedalaman diperoleh hasil yang hampir sama,
perbedaannya hanya terletak pada angka skala noniusnya.
Pada pengukuran pipa besi diperoleh hasil pengukuran diameter luar dan
kedalaman yang hampir sama, tetapi pada pengukuran diameter dalam terdapat
sedikit perbedaan ukuran. Karena pada pipa besi juga memiliki bulat yang tidak
sempurna.
Pengukuran dari masing-masing benda diperoleh hasil perhitungan rata-
rata diameter luar, diameter dalam dan kedalamannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur beberapa benda dalam kehidupan yang sulit untuk dijangkau
dengan pengukuran biasa.
2. Pada jangka sorong skala yang digunakan ada 2, yaitu skala utama dan
skala nonius dengan satuan millimeter.
3. Ketelitian jangka sorong yang digunakan adalah 0,05 mm.
4. Perhitungan benda menggunakan jangka sorong digunakan rumus :
Skala utama + (Skala nonius × 0,05 mm)
5.2 Saran
Hendaknya pada saat praktikum dilaksanakan, peserta lebih fokus dan
memeperhatikan petunjuk atau proses kerja dari jangka sorong. Sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dalam pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Kamajaya . 2007. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA. Bandung :
Grafindo Media Pratama.
Mikrajuddi, dkk. 2007. IPA Terpadu SMP dan MTs 1A. Jakarta : Esis.
Ramdani. (2013). Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong. [Online].
Tersedia:http://ramdani-blog.blogspot.com/2013/04/cara-mengukur-
menggunakan-jangka-sorong.html
Saripudin, Aip, dkk. 2007. Praktis Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA.
Jakarta: Visindo Media Persada.
Yamakikai. (2013). Cara Membaca Caliper Jangka Sorong. [Online]. Tersedia :
http://yamakikai-indonesia.blogspot.com/2013/10/cara-membaca-caliper-
jangka-sorong.html
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN
A. Tutup Botol
Diameter Luar :
1. Su = 31
Sn = 4 × 0,05 = 0,2
= 31,2 mm.
2. Su = 31
Sn = 5,5 × 0,05 = 0,275
= 31,275 mm.
3. Su = 31
Sn = 7 × 0,05 = 0,35
= 31,35 mm.
Rata-rata = Dl 1+Dl 2+Dl 3
3
= 31,2+31,275+31,35
3 = 31,275 mm.
Diameter Dalam :
1. Su = 29
Sn = 6,5 × 0,05 = 0,325
= 29,325 mm.
2. Su = 30
Sn = 10 × 0,05 = 0,5
= 30,5 mm.
3. Su = 29
Sn = 10 × 0,05 = 0,5
= 29,5 mm.
Rata-rata = Di 1+Di 2+Di 3
3
= 29,325+30,5+29,5
3 = 29,775 mm.
Kedalaman :
1. Su = 11 Rata-rata = 11,717 mm
Sn = 5,5 × 0,05 = 0,275
= 11,275 mm.
2. Su = 12
Sn = 10 × 0,05 = 0,5
= 12,5 mm.
3. Su = 11
Sn = 7,5 × 0,05 = 0,375
= 11,375 mm.
Rata-rata = Di 1+Di 2+Di 3
3
= 29,325+30,5+29,5
3 = 29,775 mm.
B. Pipa Besi
Diameter Luar :
1. Su = 25 Rata-rata = 25,23 mm
Sn = 4 × 0,05 = 0,2
= 25,02 mm.
2. Su = 25
Sn = 3,5 × 0,05 = 0,175
= 25,175 mm.
3. Su = 25
Sn = 6,5 × 0,05 = 0,325
= 25,325 mm.
Diameter Dalam :
1. Su = 22 Rata-rata = 21,93 mm
Sn = 1 × 0,05 = 0,05
= 22,05 mm.
2. Su = 21
Sn = 7,5 × 0,05 = 0,375
= 21,375 mm.
3. Su = 22
Sn = 7,5 × 0,05 = 0,375
= 22,375 mm.
Kedalaman :
1. Su = 100 Rata-rata = 100,25 mm
Sn = 8 × 0,05 = 0,4
= 100,4 mm.
2. Su = 100
Sn = 7 × 0,05 = 0,35
= 100,35 mm.
3. Su = 100
Sn = 0 × 0,05 = 0
= 100 mm.
C. Pipa Plastik
Diameter Luar :
1. Su = 20 Rata-rata = 21,1 mm
Sn = 7 × 0,05 = 0,35
= 20,35 mm.
2. Su = 21
Sn = 10 × 0,05 = 0,5
= 21,5 mm.
3. Su = 21
Sn = 9 × 0,05 = 0,45
= 21,45 mm.
Diameter Dalam :
1. Su = 18 Rata-rata = 18,15 mm
Sn = 3 × 0,05 = 0,15
= 18,15 mm.
2. Su = 18
Sn = 2,5 × 0,05 = 0,125
= 18,125 mm.
3. Su = 18
Sn = 3,5 × 0,05 = 0,175
= 18,175 mm.
Kedalaman :
1. Su = 129 Rata-rata = 129,2 mm
Sn = 1 × 0,05 = 0,05
= 129,05 mm.
2. Su = 129
Sn = 9,5 × 0,05 = 0,475
= 129,475 mm.
3. Su = 129
Sn = 1,5 × 0,05 = 0,075
= 129,075 mm.
LAMPIRAN III
PRETEST
Soal :
Jika diketahui jumlah garis skala nonius 10 dan jaraknya 9 mm. Hitunglah berapa
ketelitian jangka sorong itu?
Jawaban :
1 skala nonius = 1
10 × 9 skala utama = 0,9 skala utama
Maka ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah :
1 – 0,9 = 0,1 mm
atau ketelitian jangka sorong itu adalah : 1 bagian skala utama, dibagi sebanyak
jumlah skala nonius
110
= 0,1 mm
LAMPIRAN IV
GAMBAR ALAT
Jangka Sorong